PENENTUAN WILAYAH RAWAN DEMAM BERDARAH DENGUE DI INDONESIA DAN ANALISIS PENGARUH POLA HUJAN TERHADAP TINGKAT SERANGAN (STUDI KASUS: KABUPATEN INDRAMAYU)
FITRIYANI
DEPARTEMEN GEOFISIKA DAN METEOROLOGI FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2007
PENENTUAN WILAYAH RAWAN DEMAM BERDARAH DENGUE DI INDONESIA DAN ANALISIS PENGARUH POLA HUJAN TERHADAP TINGKAT SERANGAN (STUDI KASUS: KABUPATEN INDRAMAYU)
FITRIYANI
Skripsi Sebagai Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Sains Pada Departemen Geofisika dan Meteorologi
DEPARTEMEN GEOFISIKA DAN METEOROLOGI FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2007
Kupersembahkan karya ini special buat Mama ,Papa dan Nenek (Alm) Yang senantiasa menyayangiku dengan tulus
RINGKASAN FITRIYANI. Penentuan Wilayah Rawan Demam Berdarah Dengue di Indonesia dan Analisis Pengaruh Pola Hujan Terhadap Tingkat Serangan (Studi Kasus: Kabupaten Indramayu) dibimbing oleh RIZALDI BOER DAN RINI HIDAYATI Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) merupakan suatu penyakit menular yang masih menimbulkan masalah kesehatan di Indonesia. DBD pertama kali ditemukan pada tahun 1968 di Surabaya, semenjak itu jumlah penderita DBD cenderung meningkat dan menyebar ke seluruh wilayah Indonesia. Untuk itu, dalam menentukan langkah-langkah operasional dalam penanggulangan dan pemberantasan DBD di Indonesia perlu dilakukan analisis data kasus DBD dalam pemetaan wilayah rawan DBD dan analisis faktor-faktor penyebab meningkatnya DBD. Faktor Lingkungan di duga berpengaruh besar terhadap peningkatan dan penularan penyakit tular nyamuk seperti DBD. Faktor lingkungan terdiri dari lingkungan fisik, lingkungan biologi, lingkungan sosial ekonomi dan budaya serta sistem pelayanan kesehatan. Faktor lingkungan dinilai berperanan penting terhadap meningkatnya penyakit DBD adalah lingkungan fisik seperti iklim. Faktor iklim yang sangat berpengaruh adalah curah hujan, karena curah hujan merupakan habitat stadium pradewasa nyamuk vektor DBD. Penelitian ini bertujuan untuk menentukan wilayah rawan Demam Berdarah Dengue (DBD) tiap kabupaten di Indonesia berdasarkan nilai Indeks kerawanan. Selain itu, untuk melihat pengaruh pola hujan terhadap tingkat serangan DBD dengan menggunakan studi kasus Kabupaten Indramayu. Penentuan wilayah rawan DBD dilakukan untuk tiap kabupaten di seluruh Indonesia. Penentuan wilayah rawan berdasarkan indeks kerawanan tiap kabupaten. Indeks kerawanan diperoleh berdasarkan pembobotan dari Incidence Rate (IR), Frekuensi Tahun Kejadian (FK) dan Deret Tahun Kejadian DBD per tahun untuk setiap kabupaten. Untuk penentuan Indeks kerawanan tiap kabupaten digunakan persamaan: IK = 0.3 * IR + 0.3 * FK + 0.4 * DKDB, dimana IR = Incidence Rate, FK = frekuensi tahun kejadian dan DKDB = deret tahun kejadian DBD . Hasil indeks kerawanan diklasifikasikan kedalam kategori aman, agak aman, rawan, agak rawan dan sangat rawan berdasarkan metode kuartil pola sebaran data. Indeks kerawanan tiap kabupaten yang telah diklasifikasikan yang telah diklasifikasikan ke peta dengan bantuan software Arc View 3.3 menggunakan sistem pewarnaan. Selanjutnya dilihat peluang IR DBD pada kondisi ringan, sedang dan berat berdasarkan kategori curah hujan normal, atas normal dan bawah normal. Berdasarkan nilai indeks kerawanan DBD tiap kabupaten didapatkan wilayah Sumatera memiliki 5 kabupaten sangat rawan, 14 kabupaten rawan, 21 kabupaten agak rawan, dan 31 kabupaten agak aman. Wilayah Jawa-Bali terdapat 58 kabupaten sangat rawan, 42 kabupaten rawan, 13 kabupaten agak rawan dan 3 kabupaten agak aman. Wilayah Nusa Tenggara tidak terdapat kabupaten sangat rawan, 2 kabupaten rawan, 4 kabupaten agak rawan, 13 kabupaten agak aman. Wilayah Kalimantan terdapat 5 kabupaten sangat rawan, 6 kabupaten rawan dan 14 kabupaten agak rawan, dan 4 kabupaten agak aman. Wilayah Sulawesi terdapat 6 kabupaten sangat rawan, 6 kabupaten rawan, 16 kabupaten agak rawan, dan 11 kabupaten agak aman. Wilayah Maluku terdapat 4 kabupaten kategori agak aman dan 1 kabupaten kategori agak rawan. Wilayah Irian Jaya terdapat 1 kabupaten rawan, 3 kabupaten agak rawan, 34 kabupaten agak aman dan 2 kabupaten yang dinyatakan aman. Untuk, peluang IR DBD berat tertinggi terjadi sebesar 80 % pada kondisi curah hujan curah hujan bulanan atas normal dan curah hujan tiga bulanan sebelumnya juga atas normal. Sedangkan peluang IR DBD sedang terjadi sebesar 0 % p pada kondisi curah hujan curah hujan bulanan normal dan curah hujan tiga bulanan sebelumnya atas normal, normal dan bawah normal.
LEMBAR PENGESAHAN Judul Skripsi
: Penentuan Wilayah Demam Berdarah Dengue di Indonesia dan
Nama NRP
Pengaruh Pola Hujan Terhadap Tingkat Serangan (Studi Kasus: Kabupaten Indramayu) : FITRIYANI : G24102003
Menyetujui, Pembimbing I
Dr. Ir. Rizaldi Boer, M.Sc. NIP. 131842416
Pembimbing II
Ir. Rini Hidayati, MS NIP. 131667799
Mengetahui, Dekan Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
Prof. Dr. Ir. Yonny Koesmaryono, MS. NIP. 131473999
Tanggal Lulus:
RIWAYAT HIDUP Penulis dilahirkan di Jakarta pada tanggal 30 Juni 1984 sebagai anak tunggal dari pasangan Agus Ramadhan Khatib dan Farida Rahman. Pada tahun 1996 penulis menamatkan pendidikan sekolah dasar di SD Negeri I Sungai Pagu. Kemudian, Pada 1999 penulis menamatkan pendidikan di SLTP negeri I Sungai Pagu. Selanjutnya, Tahun 2002, penulis lulus dari SMUN 1 Sungai Pagu dan pada tahun yang sama penulis mendapat kesempatan untuk melanjutkan pendidikan ke Institut Pertanian Bogor melalui jalur Undangan Seleksi Masuk (USMI) pada program studi Geofisika dan Meteorologi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam. Selama jadi mahasiswa penulis pernah aktif di organisasi Himagreto sebagai anggota seksi Kesekretariatan pada tahun 2003. Penulis pernah menjadi panitia Pesta Sains se Jawa-Bali pada tahun 2004. Selain itu, penulis juga pernah melakukan praktek lapang di BPLHD DKI Jakarta pada tahun 2005.
KATA PENGANTAR Segala puji dan syukur penulis panjatkan pada Allah SWT karena berkat limpahan rahmat dan karunianya sehingga akhirnya penulis dapat menyelesaikan karya ilmiah ini. Walaupun dengan berbagai rintangan dan tetesan air mata namun pada akhirnya karya ilimiah ini menghantarkan penulis memperoleh gelar Sarjana Sains. Karya ilimiah ini tak dapat diselesaikan dengan baik tanpa bantuan dari berbagai pihak. Untuk itu, penulis mengucapkan terimakasih dan penghargaan yang sebesar-besarnya kepada orang-orang yang selama ini selalu setia membantu dan memberikan motivasi-motivasi yang berharga. Dalam kesempatan ini, Penulis mengucapkan terimakasih kepada : 1. Bapak Dr. Ir. Rizaldi Boer, M.Sc selaku pembimbing I yang telah bersedia meluangkan waktu berharganya untuk membimbing penulis dalam menyelesaikan karya ilmiah ini. 2. Ibu Ir Rini Hidayati, M.Si selaku pembimbing kedua yang senantiasa sabar dalam memberikan masukan-masukan dalam penyelesaian karya ilmiah ini. 3. Bapak Prof. Dr. Ir. Ahmad Bey selaku pembimbing akademik dan Ibu Ana Turyanti, S.Si, M.T selaku pembimbing Praktek Lapang yang senantiasa memotivasi penulis untuk menyelesaikan karya ilimiah ini secepatnya. 4. Special ku persembahkan ‘karya ini’ buat Mama, Papa dan Nenek (alm) yang selalu memberikan kasih sayang nan tulus tiada akhir buat penulis ( maafkan ananda karena tidak menyelesaikan studi ini tepat pada waktunya) 5. Seluruh keluarga besar Khatib terutama pak tuo wan (terimakasih atas semua bantuan materi yang pernah diberikan), tante Ed, Om Fendi, Kak Era, Kak Novi, a’ Peri , a’ Adi dan a’ Deni. 6. Keluarga besar ‘ Benhil’ dan ‘ Depok’, Maktuo Leli dan angku Arifin (alm), angku Yus dan Mintuo Nur, Uni Upik Blok C serta bang adek, bang opi, ni susan, ni Upik, ni ita, dek oddy (thanks ya dek atas semua curhatnya), Adra, deta, Echa, emank, tia, fahri, bagus, rika, aldi dan Fajar ( keponakan-keponakanku yang selalu memberikan hari-hari penuh tawa selama di Benhil) 7. Sahabat dan saudara ‘terbaik’ yang pernah kumiliki, Special thanksku buat ‘ Naya alias Maurits ’ (Say, thanks ya atas semuanya yang tak dapat kusebutkan satu per satu, kenangan persahabatan yang indah yang tak akan terlupakan untuk selamanya ). 8. Iphiet, Arief, Nila, Elsa dan Atin Serta cru2 WIC (makasih atas laptop dan motivasimotivasinya). 9. QQ lhucu......(Makasih atas semuanya......yang tak dapat kuungkapkan lewat kata). 10. Pak Muslim. Pak Tarudin, Pak Sutahar, Pak srimulya, Pak Faqih, seluruf staf Dinas Pertanian dan Kesehatan Indramayu terimakasih atas segala bantuannya selama penelitian di Indramayu. 11. Keluargaku di Indramayu, bu yuni, pa Yoso dan adek kecilku Galih. Terimakasih atas semua bantuannya selama penulis penelitian di Indramayu serta Keluarga besarku di Lombok, Bapak Eman, Ibu Fat, Ibu zaenab, Uwak-uwak ku, kak ayi, kak un, kak syarif, kak dayat, agus, firma, aan, iin dan pipin (thanks for all) 12. Semua kru Labklim, Pak Bambang dan Pak Tikno (atas diskusi dan candaannya) Kak Delon (makasih dah nganterin ke Indramayu), Mba’ Dee07nee (atas diskusi, curhat dan kebersamannya selama di Lab), Kak Adi (makasih dah ngajarin SIG), Kak Mala ( Thanks atas semangat dan motivasinya). 13. K’ Y-454 « F 4060 WK, thanks for all (Kau telah memberikan warna dalam deary terakhir kuliahku). 14. Seluruh angkatan GFM 39 atas segala kebersamaannya. Serta masih banyak lagi yang tidak dapat disebutkan satu persatu. Akhir kata penulis berharap semoga laporan ini bisa bermanfaat bagi semua pihak. Bogor, Februari 2007 Penulis
DAFTAR ISI KATA PENGANTAR i DAFTAR GAMBAR iii DAFTAR TABEL iv DAFTAR LAMPIRAN v PENDAHULUAN Latar Belakang 1 Tujuan 1 TINJAUAN PUSTAKA Keadaan Cuaca dan Iklim Indonesia 2 Epidemiologi Demam Berdarah Dengue (DBD) 2 Vektor Penularan Demam Berdarah Dengue (DBD) 3 Faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian DBD 4 Fenomena ENSO (El Nińo and Southern Osillation Osillation) 6 METODOLOGI Waktu dan Tempat Penelitian 7 Alat dan Bahan 7 Metodologi Penelitian 7 HASIL DAN PEMBAHASAN Wilayah Rawan DBD tingkat Kabupaten di Indonesia 8 Analisis Pengaruh Pola Hujan Terhadap Tingkat Serangan DBD KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan 13 Saran 13 DAFTAR PUSTAKA
11
DAFTAR GAMBAR 1. 2. 3. 4. 5.
Laju Terinfeksi dan Tingkat Kematian Demam Berdarah Dengue di Indonesia Penyebaran DBD di dunia 2 Morfologi nyamuk Aedes aegypti 3 Siklus hidup Aedes aegypti 3 Garis keseimbangan proses terjadi penyakit 4 6. Pola Sebaran Data IR DBD 9 7. Peta Indeks Kerawanan DBD di Indonesia 10 8. Peta Indeks Kerawanan DBD di Sumatera 10 9. Peta Indeks Kerawanan DBD di Jawa-Bali 10 10. Peta Indeks Kerawanan DBD di Nusa Tenggara 11 11. Peta Indeks Kerawanan DBD di Kalimantan 11 12. Peta Indeks Kerawanan DBD di Sulawesi 11 13. Peta Indeks Kerawanan DBD di Maluku 11 14. Peta Indeks Kerawanan DBD di Irian Jaya 12 15. Perbandingan pola SST, Curah Hujan dan IR DBD di Kabupaten Indramayu 16. Curah hujan dan IR DBD pada tahun 1992-2002 di Kabupaten Indramayu 12 DAFTAR TABEL 1. Ketentuan Kisaran Indeks dan Tingkat Kerawanan DBD 2. Kisaran Indeks dan Tingkat Kerawanan DBD 9 2. Tingkat Kerawanan DBD tiap kabupaten se-Indonesia.
8 9
DAFTAR LAMPIRAN 1. Indeks Kerawanan Demam Berdarah Dengue di Sumatera 16 2. Indeks Kerawanan Demam Berdarah Dengue di Jawa-Bali 17s 3. Indeks Kerawanan Demam Berdarah Dengue di Nusa Tenggara 4. Indeks Kerawanan Demam Berdarah Dengue di Kalimantan 18 5. Indeks Kerawanan Demam Berdarah Dengue di Sulawesi 19 6. Indeks Kerawanan Demam Berdarah Dengue di Maluku 20 7. Indeks Kerawanan Demam Berdarah Dengue di Irian Jaya 20
18
1
12
I. PENDAHULUAN 1.1.
Latar Belakang Indonesia sebagai negara tropis mengalami keragaman iklim yang besar antar tahun maupun antar musim. Keragaman iklim ini dapat mempengaruhi berbagai aspek kehidupan, tak terkecuali masalah kesehatan, baik secara langsung maupun tidak langsung. Dampak keragaman iklim juga berpengaruh terhadap mekanisme penyakit seperti penyakit menular. Mekanisme penyakit menular sangat ditentukan oleh interaksi antara Host-AgentEnviroment. Dengan demikin yang perlu diperhatikan dalam transmisi penyakit menular meliputi penderita, agen penyakit dan kondisi lingkungan dalam arti yang sangat luas. Keragaman iklim dapat mempengaruhi spektrum yang cukup luas dari penyakit menular, baik secara langsung maupun tidak langsung. Demam Berdarah Dengue (DBD) merupakan salah satu penyakit menular yang masih menimbulkan masalah kesehatan di Indonesia. Menurut Partana dkk (1970) dalam Soedarmo (1988), di Indonesia DBD pertama kali ditemukan di Kota Surabaya pada tahun 1968. Sejak saat itu, jumlah kasus penyakit DBD cenderung meningkat dan meluas ke seluruh wilayah Indonesia. Berdasarkan jumlah kasus DBD, Indonesia menempati urutan kedua setelah Thailand (Soedarmo, 1997). Data kasus penyakit DBD dari Sub Direktorat Arbovirus Direktorat PPBB Ditjen PPM-PL Departemen Kesehatan tahun 1992 – 2005 menunjukan bahwa Incidence Rate (IR) DBD cenderung meningkat dari tahun ke tahun, namun Case Fatality Rate (CFR) cenderung menurun (Gambar 1). 3.50 3.00 2.50
45.00 40.00 35.00 30.00 25.00 20.00 15.00 10.00 5.00 0.00
Gambar 1. Laju Terinfeksi dan Tingkat Kematian Demam Berdarah Dengue di Indonesia Tahun 1992 – 2005 (Sumber: Depkes, RI)
Ada berbagai faktor penyebab meningkatnya kasus DBD ini antara lain: (1) 1.00 ditemukan nyamuk Aedes aegypti dan Aedes 0.50 0.00 albopictus sebagai vektor penyebaran DBD (2) letak Geografi Indonesia sebagai negara tropis yang memiliki dua musim, yaitu musim kemarau CFR IR dan musim hujan, sehingga setiap perubahan musim memungkinkan peningkatan populasi nyamuk sebagai vektor penularan DBD (3) pengetahuan yang dimiliki oleh masyarakat mengenai penyakit DBD masih kurang, sehingga upaya penanggulangan serta pencegahan tidak dapat dilaksanakan secara tuntas, (4) perilaku masyarakat yang majemuk yang belum sepenuhnya mendukung kebiasaan hidup bersih, baik secara individu maupun kelompok, (5) kemajuan teknologi transportasi yang memungkinkan beberapa kelompok masyarakat berpindah dari desa ke kota ataupun sebaliknya (Soegijanto, 1997) Menurut Sukowati (2004), Habitat vektor DBD di Indonesia dipengaruhi oleh musim penghujan dan tersedianya air di pemukiman. Indonesia merupakan salah satu daerah yang memiliki iklim tropis basah, dimana curah hujan dan suhunya relatif tinggi sepanjang tahun. Hal ini tentu sangat potensial untuk perkembangbiakan vektor DBD. Menurut Boer (1999) Keragaman curah hujan di Indonesia sangat dipengaruhi oleh fenomena ENSO. Hal ini menimbulkan dugaan adanya hubungan antara fenomena ENSO dengan IR DBD di Indonesia Pemetaan wilayah rawan demam berdarah merupakan salah satu bentuk pendekatan strategis dalam antisipasi peningkatan kasus DBD. Peta ini memperlihatkan tingkat-tingkat kerawanan suatu wilayah terhadap kasus DBD. Wilayah yang sangat rawan umumnya besifat endemik, yaitu wilayah yang selalu terkena kasus DBD setiap tahunnya ( Minimal selama 3 tahun berturut-turut). Studi ini diperlukan dalam mengambil langkah-langkah operasional untuk penanggulangan DBD di Indonesia. 2.00
19 92 19 93 19 94 19 95 19 96 19 97 19 98 19 99 20 00 20 01 20 02 20 03 20 04 20 05
1.50
1.2. Tujuan Secara spesifik penelitian ini bertujuan untuk: • Menyusun indeks kerawanan Incidence Rate (IR) DBD tingkat kabupaten di Indonesia. • Menyusun peta sebaran wilayah rawan DBD tingkat kabupaten di Indonesia.