Makalah Seminar Kerja Praktek MOBILE TV UP LINK DENGAN SISTEM DIGITAL NEWS GATHERING Mutiara Shabrina (L2F008068) Jurusan Teknik Elektro Fakultas Teknik Universitas Diponegoro
Abstrak - Sistem komunikasi satelit pada hakekatnya adalah sistem transmisi gelombang radio, dimana satelit merupakan repeater tunggal. Pada sistem komunikasi satelit banyak ditemukan gangguangangguan, diantaranya adalah interferensi FM. Interferensi ini disebabkan oleh stasiun bumi yang terinduksi oleh frekuensi radio FM dengan range 88 – 108 MHz, induksi radio FM ini masuk melalui kabel IF. Indonesia sebagai satu negara besar kepulauan memerlukan berbagai sistem telekomunikasi yang handal serta mampu menjangkau seluruh pelosok tanah air. Di sisi lain, juga diperlukan tulang punggung sistem telekomunikasi yang saling terintegrasi sehingga kehandalan telekomunikasinya tetap bisa terjamin Teknologi satelit merupakan salah satu tulang punggung telekomunikasi nasional. Menjelang berakhirnya usia aktif Satelit TELKOM-1 milik TELKOM pada tahun 2014, mau tidak mau persiapan untuk meluncurkan satelit pengganti sudah mulai dilakukan.Perkembangan penguasaan teknologi satelit telekomunikasi juga semakin membuat banyak pilihan. Tentunya dengan tujuan untuk mendapatkan satelit yang handal dengan lebih efisien dan efektif. Kata Kunci: Satelit Telkom-1, Mobile TV Up Link
I. Pendahuluan Perkembangan teknologi Telekomunikasi yang semakin pesat membawa akibat tingginya tuntunan masyarakat pengguna jasa telekomunikasi untuk mendapatkan layanan yang mudah dan cepat, lebih-lebih dalam dunia bisnis dengan persaingan yang ketat. Perusahaanperusahaan maju akan berkembang dengan pesat apabila ditunjang dengan teknologi telekomunikasi yang handal. Bagi PT. Telkom keadaan ini merupakan tantangan untuk semakin meningkatkan kemampuan perusahaan. Pembangunan sarana telekomunikasi yang telah dilaksanakan PT. Telkom dari tahun ke tahun telah menghasilkan suatu jaringan telekomunikasi yang tersebar ke seluruh Indonesia. PT. Telkom sebagai salah satu penyelenggara jasa telekomunikasi dalam negeri tidak ingin ketinggalan dalam menggunakan teknologi modern. Dengan pesatnya perkembangan teknologi dan kemajuan jaman tentu saja tidak lepas dari dukungan penyampaian informasi secara cepat dan akurat. Hal ini pula yang menantang kita untuk bisa berbuat
menyampaikan informasi berupa sinyal video dan audio secara langsung dari suatu tempat ke tempat lain secara cepat dan akurat. Sejalan dengan perkembangan jaman dan bertambahnya Stasiun Televisi broadcaster serta bertambahnya permintaan siaran Televisi Langsung di beberapa daerah maka PT Telkom mensikapi kondisi tersebut dengan mengirimkan Mobile TV Up Link ke Area Network ke daerah-daerah tersebut. Tujuan penulis melakukan kerja praktek ini adalah mengenal dan memahami prinsip kerja mobile TV up link secara global dan terperinci dan khususnya pada PT. TELKOM Arnet Semarang. Pembatasan Masalah Untuk menghindari pembahasan yang terlalu luas, penulis memberikan batasan masalah pada sistem dan satelit yang di gunakan adalah Telkom-1, Mobile TV Uplink yang berada di daerah Semarang yang bertempat di Gombel.
II. Prinsip Komunikasi Satelit 2.1 Pengertian Prinsip Komunikasi Satelit Prinsip dasar komunikasi satelit adalah sistem komunikasi radio dengan satelit sabagai stasiun pengulang. Teknologi satelit berawal dari tulisan Arthur C. Clarke (1945) yang berjudul Extra Terrestrial Relays, tulisan ini muncul karena adanya keterbatasan jarak untuk transmisi radio terrestrial (permukaan bumi. Pada dasarnya komunikasi melalui satelit adalah sama dengan sistem radio microwave dengan sebuah pengulang. Dimana pengulang yang berupa satelit yang mengorbit bumi dengan jarak 36.000 km (22,300 mil) dari permukaan bumi. Sesuai dengan ketinggian orbitnya, system komunikasi satelit bergerak terdiri dari tiga jenis orbit, yaitu: 1. LEO (Low Earth Orbit) pada ketinggian 500 km sampai dengan 2.000 km. 2. MEO (Medium Earth Orbit) pada ketinggian 5.000 km sampai dengan 20.000 km. 3. GEO (Geosynchronous Earth Orbit) pada ketinggian 35.786 km. Secara garis besar sistem komunikasi satelit terdiri atas 2 komponen, ground segment (user terminal, stasiun bumi dan jaringan) dan space segment (power supply, control temperature, telemetry, tracking dan command / TT&C). Arsitektur sistem komunikasi satelit terlihat pada gambar
Gambar 3.1 komunikasi satelit
Arsitektur
sistem
2.2 Satelit Orbit Geo -Synchronous Sistem Komunikasi Satelit maju pesat setelah dikembangkan Orbit Geosynchronous berdasar konsep VISI ARTHUR CLARK.
Gambar 3.2 Sistem 3 Satellite Geostasioner 2.3 Link Komunikasi Satelit Dalam link komunikasi satelit terdapat dua lintasan utama, yaitu uplink dan downlink. Uplink merupakan lintasan dari stasiun bumi ke satelit, sedangkan downlink merupakan lintasan dari satelit ke stasiun bumi. Hubungan dalam komunikasi satelit dapat dikelompokkan dalam tiga bagian, yaitu: 1. Uplink, yaitu hubungan dari stasiun bumi ke satelit. 2. Downlink, yaitu hubungan dari satelit ke stasiun bumi. 3. Inter Satellite Link (ISL), yaitu lintasan full duplex antara dua satelit. 2.4 Interferensi Radio FM Pada komunikasi satelit banyak ditemui gangguan-gangguan (interferensi) yang disebabkan oleh banyak faktor, salah satunya adalah interferensi radio FM. Interferensi radio FM adalah interferensi yang dimunculkan oleh stasiun bumi yang terinduksi oleh frekuensi FM (88 – 108 MHz) dan dipancarkan ke satelit. induksi ini terjadi melalui kabel IF yang berada antara modem dan up converter. Sumber gangguan interefensi FM adalah stasiun pemancar radio FM yang lokasinya dekat dengan stasiun bumi.
III. Mobile TV Up Link dengan Sistem Digital Satellite News Gathering 3.1 Satelit Telkom-1 Perkembangan kebutuhan satelit di Indonesia kian hari kian dirasa penting untuk menunjang komunikasi diseluruh Indonesia. Untuk memenuhi kebutuhan komunikasi satelit, Telkom Indonesia sejak tahun 1999 hingga 2007 telah meluncurkan dua buah satelit komunikasi. Kedua satelit komunikasi tersebut adalah Satelit Telkom-1 dan Satelit Telkom-2. Satelit Telkom-1 diluncurkan tahun 1999. Sedangkan Satelit Telkom-2 mulai dioperasikan sejak tahun 2005 lalu. Konsep Satelit TELKOM-1 milik PT TELKOM ini dirancang untuk menjawab kebutuhan pelanggan yang siap bertarung dan bersaing dalam era informasi. Satelit Telkom-1 memiliki kapasitas 36 trasponder, yang terdiri dari 24 trasnponder C-band standard an 12 transponder extended C-band dengan lebar bandwidth masing-masing sekitar 36 MHz. jumlah transponder ini lebih banyak 12 transponder dibandingkan satelit palapaB2R yang hanya memiliki 24 transponder. Pada dasarnya C-band berkerja pada frekuensi 4 GHz (uplink) dan 6 GHz (downlink) sedangkan extended C-band berkerja pada frekuensi 3 GHz (uplink) dan 7 GHz (downlink). . Salah satu ciri khas yang menonjol dari rekayasa TELKOM-1 terletak kepada daya pancar yang cukup besar (daya pancar isotopis 41 dBW). Untuk memberikan layanan VSAT Internet dengan kemampuan TCP/IP secara receive only seperti layanan DirecPC dari HNS (Hughes Networks System), maka untuk setiap transponder Extended C Bandnya dapat dioperasikan untuk melayani 50.000 pelanggan dengan kecepatan akses hingga 400 kbps. Sedangkan jika digunakan untuk layanan yang sama secara asimetrik jumlah pelanggan yang sama dapat disupport oleh 2 transponder. Jika dimanfaatkan untuk layanan basic rate ISDN, yaitu 64 kbps, akan dapat
memberikan layanan VSAT untuk sebanyak 12.000 terminal per transpondernya. Dengan 12 buah transponder, akan diperoleh 144.000 VSAT yang memungkinkan setiap orang untuk dapat mengoperasikan akses internet kecepatan tinggi setingkat ISDN melalui satelit TELKOM-1, tak peduli dimanapun ia berada asal masih di dalam lingkupan atau footprintnya. Cakupan Satelit Telkom-1 meliputi seluruh Indonesia dan Asia Tenggara, hingga ke Hongkong, Taiwan, Papua Nugini dan Australia Utara. kemampuan seperti ini adalah suatu permulaan yang baik bagi tumbuhnya minat akan informasi yang sangat penting bagi masyarakat modern.
Gambar 4.1 Cakupan Satelit Telkom-1 Letak Satelit Telkom 1 adalah di garis lintang 0° (Garis Khatulistiwa) dan 108°BT. 3.2 Mobile TV Up Link Pada awalnya Mobile TV Up Link yang dioperasikan di Area Network Semarang merupakan perangkat TV-Uplink ex Cibinong yang beroperasi untuk memberikan layanan Transmisi Video dan Audio di Wilayah Jakarta dan Wilayah lain termasuk Wilayah Area Network Semarang yang memerlukan untuk siaran langsung Televisi Broadcaster. Sejalan dengan perkembangan jaman dan bertambahnya Stasiun Televisi broadcaster serta bertambahnya permintaan siaran Televisi Langsung di
Wilayah Semarang dan sekitarnya, maka Manajemen mensikapi kondisi tersebut dengan mengirimkan Mobile TV Up Link ke Area Network Semarang. 3.2.1 Peralatan yang Ada dalam Mobile TV Up link a. Antena Parabola Antena parabola yang ada pada mobil uplink semarang berukuran 3,8 meter yang terletak dibelakang mobil Up link. Adapun fungsi dari Antena parabola ini antara lain : Memancarkan gelombang radio RF dari stasiun bumi ke satelit Menerima gelombang radio RF dari satelit ke stasiun bumi b. Diesel Engine Generator Diesel Engine Generator merupakan gabungan dari Mesin Diesel dan juga Generator Mesin Diesel Mesin diesel ini berfungsi sebagai penggerak / pemutar as pada generator. Generator diesel engine generator merupakan sumber catu daya Ac untuk men supplay seluruh perangkat yang ada baik perangkat Transmisi, Air Conditioning, alat ukur, Tv monitor, penerangan, maupun perangkat perangkat tambahan yang lain. c. Digital Satelit News Gathering (DSNG) Digital Satellite News Gathering (DSNG) merupakan sistem penyampaian siaran (berita) secara langsung yang menggunakan satelit sebagai media komunikasinya DSNG yang digunakan pada mobil Up Link Telkom Semarang adalah DSNG bermerek Tandberg. Perangkat DSNG merek Tandberg ini mempunyai dimensi sangat kompak dan ramping; sehingga sangat cocok dan flexible digunakan untuk instalasi portable. DSNG merek Tandberg ini menggunakan catuan dengan Power Komsumsi 220 Volt Ac / 50/60/ Hz satu phase. Untuk DSNG yang digunakan
sebagai sistem main ini digunakan MODEM sebagai tambahan. d. Digital Satelit News Gathering (DSNG) Stand By Fungsi DSNG ini sama dengan DSNG diatas, bahkan merknya pun sama yakni Tandberg. Perbedaanya mungkin terletak pada sistem operasinya yang sedikit berbeda. Selain itu pada DSNG untuk mengubah sinyal analog dari broadcast menjadi sinyal IF atau sinyal frekuensi menengah dengan frekuensi centernya sebesar 70 MHz tidak dibutuhkan MODEM, atau dengan kata lain DSNG ini mempunyai fungsi yang langsung mengubah signal analog menjadi sinyal IF 70 MHz. e. Modem Modem berfungsi untuk mengubah signal ASI keluaran dari DSNG menjadi signal Intermediate frequency (IF) atau sinyal frekuensi menengah dengan frekuensi centernya sebesar 70 MHz. f. Up Converter CMI Berfungsi untuk mengkonversi sinyal Intermediate frequency (IF) atau sinyal frekuensi menengah dengan frekuensi centernya sebesar 70 MHz menjadi sinyal RF Up link (5,925 – 6,425 GHz). g. Up Converter MITEQ Fungsi dari Up Converter ini sebenarnya sama saja dengan Up Converter CMI yakni untuk mengkonversi sinyal Intermediate frequency (IF) atau sinyal frekuensi menengah dengan frekuensi centernya sebesar 70 MHz menjadi sinyal RF Up link (5,925 – 6,425 GHz). Seperti yang dijelaskan tadi salah satu dari Up Converter akan dijadikan sebagai sestem utama (Main) dan yang lainnya dijadikan sebagai sistem cadangan (Stand By). h. High Power Amplifier (HPA) A Untuk dapat ditransmisikan lewat satelit, maka sinyal RF harus cukup kuat. Oleh karenanya diperlukan High Power Amplifier (HPA). High Power Ammplifier (HPA) yang digunakan ada 2 yakni satu amplifier
digunakan sebagai Main sistem (sistem utama) dan yang satu lagi digunakan sebagai sistem stand by (cadangan). i. High Power Amplifier (HPA) B High Power Amplifier ini sama dengan High Power Amplifier diatas. Hanya saja apabila High Power Amplifier diatas digunakan sebagai sistem main maka High Power Amplifier ini akan digunakan untuk sistem cadangan (system stand by). j. LNB LNB atau Low Noise Block LNB merupakan jantung dari antenna satelit. Pada dasarnya, merupakan sebuah rongga resonator yang menerima sinyal satelit yang difokuskan dari pantulan antenna dan memproses sinyal tersebut. Serupa dengan pipa organ yang mengubah energi transmisi menjadi sinyal elektrik. Sebuah switch elektonik tambahan memperkuat sinyal ini sebelum dikirim ke kabel coax dan mengubahnya menjadi frekuensi yang lebih rendah untuk mengurangi kehilangan sinyal di kabel. k. Splitter Splitter berfungsi utuk menghubung keluaran dari LNB dan membagi keluaran tersebut kepada devider dan spectrum analyzer. Keluaran dari LNB adalah berupa signal RF (5,925 – 6,425 GHz). Masukan yang dibutuhkan oleh spectrum analyzer adalah arus DC sementara Devider masukan yang dibutuhkan adalah arus AC karenanya dibutuhkan perantara yaitu splitter ini yang bisa mengalirkan arus DC kepada Spectrum analyzer dan mengalirkan arus AC untuk Devider. l. Devider Devider berfungsi menerima signal RF dari LNB yang kemudian akan diteruskan menuju receiver yang akhirnya akan ditampilkan dalam TV Monitor. Pada mobil Uplink terdapat 1 devider yang digunakan untuk 3 receiver. m. Spectrum Analyzer Sebuah spectrum analyzer atau analisa spektral adalah alat yang digunakan untuk memeriksa komposisi spektral dari beberapa listrik , akustik , atau optik
gelombang. Hal ini juga dapat mengukur spektrum daya . n. Receiver Receiver digunakan untuk menerima signal dari satelit kemudian akan deteruskan menuju TV Monitor o. TV Monitor TV Monitor berfungsi untuk menampilkan tayangan dari sebuah siaran, lewat TV monitor ini kita akan tahu bagaimana kualitas tayangan yang dihasilkan. Mobil TV UpLink Telkom Semarang mempunyai 3 buah Monitor dari 3 receiver. p. Stabilizer Voltage stabilizer mempunyai tugas utama memberikan pasokan tegangan ke beban secara konstan dan stabil walaupun tegangan masukan dari stabilizer berubah turun dan naik. q. UPS Uninterruptible power supply (disingkat UPS) adalah perangkat yang biasanya menggunakan baterai backup sebagai catuan daya alternatif, untuk Dapat memberikan suplai daya yang tidak terganggu untuk perangkat elektronik yang terpasang. 3.3
Sistem Digital Satellite News Gathering (DSNG) Digital Satellite News Gathering (DSNG) merupakan sistem penyampaian siaran (berita) secara langsung yang menggunakan satelit sebagai media komunikasinya. Karena menggunakan satelit maka DSNG merupakan sistem komunikasi satelit sehingga parameter dan perhitungannya pun mengikuti parameter dan perhitungan sistem komunikasi satelit. Seiring dengan makin tingginya intensitas dan keberagaman siaran langsung, DSNG tidak lagi hanya digunakan untuk menyampaiakan berita, namun lebih dari itu: 1. Live report atau siaran berita langsung dari lapangan. Misal, penggerebekan jaringan teroris, liptan kemacetan
lebaran, liputan kebakaran, liputan kerusuhan atau bentrokan dll. 2. Live sport atau siaran olah raga langsung. Misal, piala dunia, liga champion, liga Indonesia, liga basket IBL, golf, F1, GP dll. 3. Outdoor event atau siaran langsung di luar studio. Misal, konser musik, kampanye pemilu, pertemuan akbar partai politik dll. 4. Event khusus misalnya telewicara (gambar dan suara) antar lokasi yang berjauhan.
harus tetap dihidupkan. Untuk memilih sistem main dan stand by kita menggunakan suatu switch, switch yang kita gunakan ada 2 yaitu:
Redundant Switch Control Redundant Switch Control berfungsi menentukan SNG dan Up Converter mana yang akan digunakan untuk sistem main.
RF Switch Control RF Switch Control berfungsi untuk menentukan HPA mana yang akan digunakan sebagai sistem stand by
Sistem Up Link DSNG
Gambar 4.18 Prinsip Kerja Sistem UpLink Didalam suatu penyiaran secara langsung tentunya tidak akan selalu berjalan dengan mulus, terkadang mungkin ada salah satu peralatan yang rusak yang dapat mengacaukan semua sistem pemancaran ini. Karena hal itulah perlu adanya peralatan cadangan untuk berjaga jaga apabila ada kerusakan pada salah satu alat. Karena ada suatu sistem yang disebut sebagai sistem main atau sistem utama dan ada yang disebut sebagai sistem stand by. Sistem stand by disini fungsinya sebagai pengganti dari sistem main,jadi jika sistem main mengalami gangguan dapat langsung dipindah ke sisitem stand by. Disaat melakuka pemancaran kedua sistem harus dalam kondisi menyala dan dengan kondisi yang siap digunakan kapan saja, jadi meskipun sistem stand by hanya sebagai sistem cadangan, sistem stand by juga
1) Main Sistem Main sistem adalah suatu sistem yang dijadikan sebagai nilai utama dalam proses Up Link. Mula-mula Broad Cast memberikan tayangan video dan audio yang didapat dari kamera yang masih berupa signal analog. Untuk bentuk fisiknya keluaran dari broadcast adalah 3 buah kabel yakni 2 kabel untuk audio, dan 1 kabel untuk video. Dari broadcast kemudian masuk kedalam SNG, pada sistem main keluaran dari SNG ini adalah berupa sinyal ASI yang kemudian akan dikonversi oleh modem menjadi signal Intermediate frequency (IF) atau sinyal frekuensi menengah dengan frekuensi centernya sebesar 70 MHz. Kemudian dengan menggunakan up converter signal IF ini akan diubah menjadi signal RF (5,925 – 6,425 GHz). Kemudian signal tersebut akan dikuatkan oleh HPA kemudian melalui wave guide menju ke antenna parabola, yang kemudian akan dipancarkan. 2) Stand By System Sistem stand by adalah sistem yang digunakan sebagai sistem cadangan jika sistem utama mengalami kerusakan. Sistemnya sama dengan main, hanya saja kalau dalam sistem main untuk merubah signal analog menjadi signal IF hanya dibutuhkan SNG saja,jadi tidakmenggunakan modem.
Sistem Down Link DSNG
sehingga memperluas transponder.
ketersediaan
IV. PENUTUP 4.1 Kesimpulan
Gambar 4.21 Prinsip Kerja Sistem DownLink Pada sistem Downlink ini terjadi penerimaan signal dari satelit menuju mobil UpLink. Mula-mula signal yang diterima antenna masuk ke LNB dan kemudian diteruskan meuju spliter dari splitter akan dibagi menjadi 2 yaitu menuju ke Spectrum analyzer dan menuju devider, yang perlu diingat disini adalah Spectrum Analyzer membutuhkan arus DC dan Devider membutuhkan arus AC. Jadi, pada spliter sudah ada keterangan port mana yang akan dimasuki kabel untuk Spectrum Analyzer dan port mana yang akan dimasuki kabel untuk Devider. Setelah masuk devider kemudian diteruskan menuju Receiver. Dari Receiver kemudian masuk menuju monitor untuk mengetahui kualitas gambar dan suara yang dihasilkan. 3.3.1 Cross Pole Yang dimaksud dengan cross pole adalah mengatur sudut arah rambat transmisi ke satelit. Hal ini dimungkinkan karena transponder satelite sendiri yang menyediakan frequensi reuse dengan polarisasi yang berbeda, contohnya dalam satelit telkom 1 yang dimiliki oleh PT.Telkom terdapat 24 transponder yang terbagi dari 12 transponder vertical dan 12 tranponder horizontal. Kedua bagian transponder tersebut bekerja pada frequensi yang sama yaitu C-Band (3.7 – 4.2 GHz). Dengan membedakan polarisasinya maka diperoleh effisiensi
1. Prinsip dasar komunikasi satelit adalah sistem komunikasi radio dengan satelit sabagai stasiun pengulang. 2. Konfigurasi suatu sistem komunikasi satelit terbagi atas dua bagian, yaitu: ruas bumi (ground segment) dan ruas angkasa (space segment). 3. Hubungan dalam komunikasi satelit dapat dikelompokkan dalam tiga bagian, yaitu Up link, Down Link, dan Inter Satellite Link (ISL). 4. Mobile TV Up Link yang dioperasikan di Area Network Semarang merupakan perangkat TV-Uplink ex Cibinong yang beroperasi untuk memberikan layanan Transmisi Video dan Audio di Wilayah Jakarta dan Wilayah lain termasuk Wilayah Area Network Semarang yang memerlukan untuk siaran langsung Televisi Broadcaster. 5. Letak Satelit Telkom 1 adalah di garis lintang 0° (Garis Khatulistiwa) dan 108°BT 6. Digital Satellite News Gathering (DSNG) merupakan sistem penyampaian siaran (berita) secara langsung yang menggunakan satelit sebagai media komunikasinya. 7. Cross pole adalah mengatur sudut arah rambat transmisi ke satelit. 4.2 Saran Berdasarkan hasil kerja praktek di PT TELKOM, penyusun memberikan saran sebagai berikut: 1. Mobile TV UP LINK dirancang dan dimodifikasi dengan inovasi inovasi supaya perangkat /system menjadi handal. 2. Demikian juga petugas petugas yang mengoperasikan diberi kesempatan diharapkan supaya ada peningkatan pengetahuan, tanggung jawab, kepedulian, professional, kerjasama
dan untuk menghilangkan image/ kesan monopoli suatu pekerjaan ataupun keahlian oleh individu ataupun suatu kelompok. 3. Dengan disertai perangkat yang handal, maka diharapkan dapat meningkatkan kepercayaan Televisi Broadcaster (pengguna), sehingga dapat meningkatkan revenue TELKOM.
DAFTAR PUSTAKA [1] Siregar, Rachman. 2006. Pemahaman tentang dasar Kalkulasi Link Komunikasi Satelit. Medan. [2] Wuryanto, Sri. 2007. Built in training TV Up Link Mobile.PT. Telekornunikasi Indonesia. Semarang [3] ______________, Sistem Komunikasi Satelit, 2008. [4] http://id.wikipedia.org [5] http://www.google.com [6] www.telkom.co.id
Mutiara Shabrina dilahirkan di Semarang, 2 Januari 1990. Menempuh pendidikan di SD Yabis Bontang, SDI Al-Azhar 14 Semarang, MTs PPMI Assalaam, SMAN 3 Semarang, dan sampai sekarang masih menyelesaikan studi S1 di Jurusan Teknik Elektro, Fakultas Teknik, Universitas Diponegoro Semarang Semester VI konsentrasi Elektronika dan Telekomunikasi.
Mengetahui/Mengesahkan, Dosen Pembimbing
Darjat, ST, MT. NIP. 1972060619990310