PENDAHULUAN
Usaha Kecil Menengah berperan penting dalam pembangunan ekonomi nasional karena Usaha Kecil Menengah memberikan kontribusi terhadap pertumbuhan ekonomi nasional dan dapat menyerap jumlah tenaga kerja dalam jumlah besar (Handayani, 2011). Menurut Pinasti (2007:2) di Indonesia, Usaha Kecil Menengah mampu menyerap 88% tenaga kerja pada tahun 2003. Peran penting Usaha Kecil Menengah dalam perekonomian nasional tidak disertai dengan penerapan akuntansi dalam kegiatan usahanya. Akuntansi berperan menghasilkan informasi bagi pihak-pihak yang berkepentingan dalam aktivitas bisnis dan menggambarkan kondisi perusahaan, namun Usaha Kecil Menengah di Indonesia belum semuanya menerapkan akuntansi dalam kegiatan usahanya. Penelitian yang dilakukan Arifin, Kristina dan Putri pada tahun 2010 pada Usaha Kecil Menengah di Magelang dan Salatiga menunjukkan bahwa pencatatan yang dilakukan meliputi pencatatan dari transaksi penjualan yang berkisar antara 44% - 67%, pencatatan pembelian antara 46% 65%, pencatatan persediaan antara 33% - 53%, serta pencatatan kas masuk dan keluar antara 78% - 98%. Hasil penelitian mengenai laporan yang dibuat, hanya ada 38% - 67% yang membuat laporan penjualan, ada sekitar 24% - 53% yang membuat laporan pembelian, 31% - 53% yang membuat laporan laba rugi, 17% 24% yang membuat laporan perubahan modal, dan 27% - 28% responden yang membuat laporan neraca. Informasi akuntansi mempunyai peran penting untuk mencapai keberhasilan usaha, termasuk bagi usaha kecil (Pinasti, 2007 : 2). Informasi akuntansi dapat
1
menjadi dasar yang handal bagi pengelola usaha kecil dalam pengambilan keputusan bisnis, antara lain keputusan menetapan harga, keputusan pembelian, keputusan produksi, dan lain-lain. Informasi akuntansi juga digunakan untuk menilai kinerja suatu usaha. Kinerja usaha berhubungan dengan kemampuan dan keberhasilan perusahaan dalam memanfaatkan sumber daya yang dimiliki untuk memperoleh keuntungan yang diharapkan. Informasi akuntansi dapat menjadi dasar yang handal bagi pengambilan keputusan-keputusan dalam pengelolaan Usaha Kecil Menengah. Informasi akuntansi juga digunakan untuk mengukur kinerja suatu usaha. Namun dari hasil penelitian yang dilakukan oleh Arifin, Kristina dan Putri
pada tahun 2010
menunjukkan bahwa sebagian Usaha Kecil Menengah belum menerapkan akuntansi dalam kegiatan usahanya. Akuntansi belum semuanya diterapkan dalam Usaha Kecil Menengah karena adanya kendala yang dihadapi oleh pengelola Usaha Kecil Menengah yaitu dari segi kemampuan yang meliputi latar belakang pendidikan yang kurang memadai sehingga kurangnya pemahaman akan pentingnya akuntansi dalam pengelolaan usaha, serta belum pernah mengikuti pelatihan akuntansi. Padahal apabila akuntansi diterapkan dengan baik, maka akuntansi dapat menyediakan informasi yang sangat penting bagi kesuksesan usaha. Meskipun penerapkan akuntansi dalam kegiatan usaha, menghasilkan informasi yang dapat digunakan dalam pengambilan keputusan bisnis serta untuk mengukur kinerja usaha, namun pada kenyataanya banyak pengelola Usaha Kecil Menengah yang tanpa menerapkan akuntansi tetap dapat mengelola usahanya. Berdasarkan latar belakang teersebut, penelitian ini dilakukan untuk mengetahui
2
bagaimana pengelola Usaha Kecil Menengah memperoleh informasi dan menggunakannya untuk mengambil keputusan bisnis serta mengukur kinerja usahanya. Dalam hal ini peneliti mengambil obyek penelitian Usaha Kecil Menengah (UKM) di Kota Purwodadi karena jumlah UKM di Purwodadi mengalami peningkatan dari tahun 2010 berjumlah 179 kemudian pada tahun 2011 berjumlah 202 UKM dan peneliti yang bertempat tinggal di Kota Purwodadi sehingga mudah untuk melakukan penelitian. Persoalan penelitian yang akan dijawab dalam penelitian ini adalah : 1. Apa saja informasi akuntansi yang dimiliki Usaha Kecil Menengah? 2. Bagaimana penggunaan informasi akuntansi untuk pengambilan keputusan bisnis padaUsaha Kecil Menengah? 3. Bagaimana penggunaan informasi akuntansi untuk penilaian kinerja padaUsaha Kecil Menengah? Hasil penelitian ini diharapkan dapat : 1. Bagi peneliti, penelitian ini memberikan pemahaman mengenai informasi akuntansi pada Usaha Kecil Menengah di Kota Purwodadi untuk keputusan bisnis dan menilai kinerja usaha 2. Bagi Usaha Kecil Menengah, penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi secara tidak langsung dengan memberikan pemahaman mengenai informasi akuntansi yang dibutuhkan untuk pengambilan keputusan bisnis serta penilaian kinerja usaha 3. Bagi perkembangan ilmu akuntansi, penelitian ini dapat digunakan sebagai referensi mengenai informasi akuntansi yang dibutuhkan UKM untuk
3
mengambil keputusan bisnis dan mengukur kinerja pada Usaha Kecil Menengah.
4
TELAAH TEORITIS Informasi Akuntansi Informasi merupakan data yang telah diatur dan diproses untuk memberikan arti (Romney, 2006 : 11). Informasi menjadi sumber daya organisasi yang sangat penting jika informasi tersebut mampu memfasilitasi keputusan bisnis. Informasi dapat berupa informasi tertulis dan juga informasi tidak tertulis. Informasi tertulis dapat diartikan sebagai informasi yang terdokumentasi. Informasi tersebut dapat berupa dokumen, catatan ataupun laporan. Sedangkan, informasi tidak tertulis dapat didefinisikan sebagai informasi yang tidak terdokumentasi atau informasi yang berasal dari pihak lain. Institute of Chartered Accountants in Australia (ICAA) (2006) dalam Handayani (2011) mendefinisikan informasi akuntansi sebagai informasi kuantitatif dari suatu entitas yang disiapkan sesuai dengan rangkaian aturan atau standar. ICAA menegaskan bahwa informasi akuntansi bersifat keuangan. Sawers (2007) dalam Handayani (2011) mendefinisikan informasi akuntansi sebagai informasi kuantitatif tentang entitas ekonomi yang bermanfaat untuk pengambilan keputusan ekonomi dalam menentukan pilihan-pilihan diantara alternatif-alternatif tindakan. Informasi akuntansi diklasifikasikan dalam tiga jenis menurut manfaat bagi pemakai (Fiorelli, Zifaro : 2008) dalam Handayani (2011) : 1. Statutory Accounting Information, merupakan informasi yang harus disiapkan sesuai dengan peraturan yang ada 2. Budgetary Information, yaitu informasi akuntansi yang disajikan dalam bentuk anggaran yang berguna bagi pihak internal dalam perencanaan, penilaian, dan pengambilan keputusan.
5
3. Additional Accounting Information, yaitu informasi akuntansi lain yang disiapkan perusahaan guna meningkatkan efektivitas pengambilan keputusan. Menurut Tunggal (1997:1) akuntansi berguna untuk memberikan informasi yang dapat digunakan dalam proses pengambilan keputusan. Informasi ini merupakan data yang disajikan atau diperoleh perusahaan yang bersifat keuangan dan dinyatakan dalam unit moneter. Setiap perusahaan memerlukan informasi tentang perusahaannya antara lain perlu mengetahui berapa nilai perusahaannya, dan laba atau ruginya. Informasi tersebut dapat digunakan untuk mengetahui besarnya modal dalam perusahaan, mengetahui maju mundurnya perusahaan, sebagai dasar perhitungan pajak, menjelaskan keadaan perusahaan sewaktu-waktu memerlukan kredit dari bank atau pihak lain. Untuk memperoleh informasi tersebut, pengelola usaha mengadakan catatan yang teratur mengenai transaksitransaksi yang dilakukan perusahaan, dinyatakan dengan uang. Informasi untuk menilai kinerja yang paling dibutuhkan usaha kecil adalah informasi laba atau rugi usaha, dan posisi keuangan yang terdiri dari harta, utang, modal. Informasi laba atau rugi dapat diketahui dari laporan laba-rugi, sedangkan informasi posisi keuangan dapat dilihat pada neraca (Karyawati, 2008 : 77). Usaha Kecil Menengah Bentuk UKM dapat berupa perusahaan perseorangan, persekutuan, seperti misalnya firma dan CV, maupun perseorangan terbatas. Undang-undang Nomor 20 Tahun 2008 mendefinisikan Usaha Kecil Menegah sebagai berikut : Usaha Kecil adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri, yang dilakukan oleh orang perorangan atau badan usaha yang bukan merupakan 6
anak perusahaan atau bukan cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai, atau menjadi bagian baik langsung maupun tidak langsung dari Usaha Menengah atau Usaha Besar Usaha Menengah adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri, yang dilakukan oleh orang perorangan atau badan usaha yang bukan merupakan anak perusahaan atau cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai, atau menjadi bagian baik langsung maupun tidak langsung dengan Usaha Kecil atau Usaha Besar Menurut Undang-undang Nomor 20 Tahun 2008 UKM dapat dikategorikan berdasarkan jumlah aset dan omzet, sedangkan menurut Badan Pusat Statistik (BPS) menyusun kategori Usaha Kecil Menegah (UKM) berdasarkan jumlah tenaga kerja (Irawan, 2007 : 8). Tabel 1 Kriteria UKM Kriteria Aset Uraian
Omzet
Tenaga kerja
Menurut UU No.20 tahun 2008
Menurut BPS
Usaha Kecil
> 50 Jt – 500 Jt
> 300 Jt – 2,5 M
5 – 19 orang
Usaha Menengah
> 500 Jt – 10 M
> 2,5 M – 50 M
20 – 99 orang
Sumber : UU No.20 Tahun 2008 dan BPS
Akuntansi Usaha Kecil Menurut Karyawati (2008) perusahaan kecil biasanya melakukan akuntansi secara sederhana yaitu sering disebut pembukuan. Pembukuan adalah proses pencatatan secara manual transaksi-transaksi (kejadian) keuangan dalam bukubuku yang diperlukan, seperti buku pencatatan transaksi harian. Salah satu manfaat pembukuan adalah untuk alat evaluasi usaha. Dari pembukuan usaha yang tertata dengan baik, kondisi ekonomi perusahaan lebih mudah dilihat dan
7
dianalisis. Hal ini akan memudahkan perusahaan mengevaluasi kinerjanya guna mekakukan perbaikan di masa mendatang. Tujuan akuntansi sederhana usaha kecil adalah sebagai alat perencanaan dan penilaian kinerja, untuk kepentingan internal perusahaan, dan mendapatkan dana dari lembaga keuangan (Karyawati, 2008). Pencatatan akuntansi dalam aktivitas usaha dengan skala kecil mendekati kepada sistem pembukuan, yaitu dengan tata buku tunggal dimana hanya catatan-catatan penting saja yang dilakukan pencatatan secara lengkap. Dalam tata buku tunggal, transaksi-transaksi yang terjadi pada perusahaan-perusahaan kecil atau menengah dapat dicatat dalam buku-buku harian dan buku-buku pembantu. Buku-buku harian mencatat buku penerimaan uang, buku penjualan, buku pembelian, dan buku memorial. Sedangkan pada buku-buku pembantu mencatat piutang, buku utang dan buku persediaan. Buku-buku tersebut sebenarnya merupakan pengganti dari nama-nama perkiraan (buku besar) dalam akuntansi biasa (Tunggal,1997 : 24-25). Keputusan Bisnis Keputusan bisnis adalah perumusan beraneka alternatif tindakan dalam menggarap situasi bisnis yang dihadapi serta penetapan piliham yang tepat antara berbagai alternatif yang tersedia setelah diadakan pengevaluasian mengenai keefektifan masing-masing untuk mencapai sasaran para pengambil keputusan (Radford, 1984:1). Terdapat tiga tipe keputusan menurut Jogiyanto (2005:66) yaitu : 1. Keputusan tidak terstruktur (unstructured decision) adalah keputusan yang tidak terjadi berulang-ulang dan tidak selalu terjadi.
8
2. Keputusan semi terstruktur (semistructured decision) adalah keputusan yang sebagian terstruktur , sebagian berulang-ulang dan rutin dan sebagian tidak terstruktur. 3. Keputusan terstruktur (structured decision) adalah keputusan yang sifatnya berulang-ulang dan rutin, dan dapat dipahami sehingga dapat didelegasikan pada pegawai. Menurut Romney (2006:12-13) terdapat tiga tipe keputusan bisnis yaitu keputusan terstruktur, keputusan semi terstruktur, dan keputusan tidak terstruktur. Keputusan terstruktur adalah keputusan yang bersifat berulang-ulang, rutin, dan dipahami dengan baik hingga dapat didelegasikan kepada pegawai di tingkat yang paling rendah dalam suatu organisasi. Keputusan semi terstruktur adalah keputusan yang ditandai dengan peraturan-peraturan yang tidak lengkap untuk mengambil keputusan dan adanya kebutuhan untuk membuat penilaian serta pertimbangan subjektif sebagai pelengkap analisis data formal. Keputusan tidak terstruktur bukan merupakan keputusan yang berulang dan rutin. Keputusan bisnis yang akan diambil tentunya akan membutuhkan informasi yang berhubungan dengan keputusan bisnis tersebut, demikian juga dalam siklus transaksi yang terdapat dalam setiap kegiatan usaha, dimana dalam setiap siklus akan memebutuhkan informasi. Siklus transaksi menurut Romney (2006:29) (transaction cycles) terdiri dari: Siklus
pendapatan
(revenue)
mencakup
kegiatan
penjualan
dan
menerimaan dalama bentuk uang tunai. Siklus pengeluaran (expenditure) mencakup kegiatan pembelian dan pembayaran dalam bentuk uang tunai. 9
Siklus penggajian sumber daya manusia (payroll) mencakup kegiatan mengontrak dan menggaji pegawai Siklus produksi mencakup kegiatan mengubah bahan mentah dan buruh menjadi produk jadi. Siklus keuangan mencakup kegiatan untuk mendapatkan dana dari investor dan kreditor dan membayar mereka kembali. Aktivitas-aktivitas yang biasanya dilakukan untuk setiap siklus transaksi beserta nama dokumen atau formulir yang dipakai untuk mencatat data kegiatannya, Romney (2006:31) memberikan contoh dokumen sumber yang digunakan pada perusahaan dagang, dimana kegiatan bisnisnya hanya ada siklus pendapatan, siklus pengeluaran, dan siklus sumber daya manusia seperti yang disebutkan dalam Tabel 2. Tabel 2 Kegiatan Bisnis yang Umum dan Dokumen Sumber Kegiatan Bisnis
Dokumen Sumber
Siklus Pendapatan Menerima pesanan pelanggan Mengirim pesanan Menerima uang tunai Menyimpan tanda terima tunai Menyesuaikan akun pelanggan
Pesanan penjualan Tanda pengiriman atau bill of lading Laporan atau daftar pembayaran (remittance) Slip penyimpanan Memo kredit
Siklus Pengeluaran Permintaan atas barang Pesanan atas barang Penerimaan atas barang Pembayaran atas barang
Daftar permintaan barang (purchase requisition) Pesanan pembelian (purchase order) Laporan penerimaan (receiving report) Cek
Siklus produksi Desain produk Perencanaan dan penjadwalan Operasi produksi Akuntansi biaya
Daftar bahan baku Daftar operasi Perintah produksi Biaya-biaya
10
Siklus Sumber Daya Manusia Kumpulan data iuran pegawai Catat jam kerja pegawai Catat waktu yang dihabiskan untuk pekerjaan tertentu
Formulir pajak (Form W4) Kartu jam kerja (time card) Catatan waktu kerja atau lembar waktu kerja
Sumber : Romney, 2006 : 31
Dalam sebuah usaha selalu ada kegiatan bisnis yang dilakukan. Kegiatan bisnis yang dilakukan pada sebuah usaha akan membuat keputusan utama dari kegiatan bisnis tersebut dimana akan membutuhkan informasi. Romney (2006:28) telah membuat kegiatan bisnis, keputusan utama dan kebutuhan informasi yang terdaftar dalam tabel 3. Tabel 3 Kegiatan bisnis, Keputusan Utama, dan Kebutuhan Informasi Kegiatan Bisnis
Keputusan Utama
Perolehan modal
Perolehan gedung dan peralatan
Mengontrak dan melatih pegawai Perolehan persediaan
Kegiatan periklanan dan pemasaran Penjualan barang
Pengumpulan pembayaran
dari
pelanggan Pembayaran
gaji
Kebutuhan Informasi
Berapa banyak? Investasi atau pinjam? Jika pinjam, ketentuan terbaik? Ukuran gedung ? Jumlah peralatan? Sewa atau bel? Lokasi? Bagaimana depresiasinya Persyaratan pengamanan? Bagaimana menilai integritas dan kompetensi pelamar? Bagaimana melatih? Bagaimana cara membawanya? Berapa banyak yang perlu dibeli? Penjual (vendor) yang mana? Bagaimana mengelola persediaan (penyimpanan, kontrol dan lain-lain)? Media yang mana/ Isi?
Proyeksi arus kas Pro-forma laporan keuangan Jadwal amortisasi utang Kebutuhan kapasitas Harga Studi pasar Tabel pajak dan peraturan
Penaikan (mark up) persentase? Penawaran kredit in house? Kartu kredit apa yang diterima? Jika menawarkan kredit, bagaimana ketentuannya? Bagaimana mengurus penerimaan uang tunai?
Pro-forma laporan keuangan Biaya kartu kredit Status kredit pelanggan Status akun pelanggan Laporan jatuh tempo piutang
Jumlah gaji?
Penjualan (untuk komisi)
11
Deskripsi kerja Pengalaman kerja dan keahlian pelamar Analisis pasar Laporan status persediaan Kinerja dan ketentuan pembayaran vendor
Analisis biaya Jangkauan pasar
pegawai
Pemotongan dan iuran (withholdings)? Proses pembayaran in-house atau menggunakan jasa luar?
Pembayaran pajak
Persyaratan pajak atas gaji Persyaratan pajak penjualan
Pembayaran penjual
Bayar ke siapa? Kapan membayar? Berapa banyak yang dibayar? Sumber : Romney, 2006 : 28
Jam kerja (untuk pegawai yang di bayar per jam) Formulir pajak (Form W4) Biaya jasa pembayaran eksternal Peraturan pemerintah Total pengeluaran untuk gaji Total penjualan Faktur dari penjual (vendor) Utang usaha
Penilaian Kinerja Kinerja adalah suatu tampilan keadaan secara utuh atas perusahaan selama periode waktu tertentu, merupakan hasil kerja atau prestasi yang dipengaruhi oleh kegiatan operasional dan memanfaatkan sumber-sumber daya yang dimiliki (Helfert, 1993 : 52). Suatu kinerja sangat berhubungan dengan kredibilitas suatu perusahaan karena kinerja dapat digunakan untuk melihat kemampuan dan keberhasilan perusahaan dalam memanfaatkan sumber daya yang dimiliki untuk memperoleh keuntungan yang diharapkan. Kinerja perusahaan adalah hasil dari banyak keputusan individual yang dibuat secara terus menerus oleh manajemen (Helfert, 1997 : 67). Kinerja suatu perusahaan dikatakan mempunyai hasil yang baik apabila perusahaan berhasil menjalankan kegiatan operasional, dan mampu menghasilkan laba yang diharapkan baik jangka pendek maupun jangka panjang. Penilaian kinerja menurut Siagian (2004) merupakan pengukuran dan perbandingan hasil-hasil kinerja nyata dengan hasil-hasil yang diharapkan akan tercapai (Iswari, 2011). Pengukuran kinerja menurut Joel G. Siegel dan Jae K. Shim adalah kuantifikasi dari efisiensi perusahaan atau segmen atau keefektifan dalam pengoperasian bisnis selama periode akuntansi (Fahmi 2010 : 7).
12
Penilaian kinerja perusahaan dapat diukur dengan berbagai teknik analisis, termasuk dengan menggunakan rasio keuangan. Akan tetapi perlu disadari bahwa teknik yang berbeda akan sesuai untuk tujuan yang berbeda. Widayanti (2009:46) menjelaskan beberapa rasio keuangan yang perlu diketahui antara lain : 1. Likuiditas Rasio ini mengukur kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban finansial jangka pendek. Rasio ini dihitung berdasarkan data dari laporan neraca. 2. Leverage Rasio ini mengukur seberapa efektif perusahaan dibelanjai dengan hutang. Rasio ini dihitung berdasarkan data dari laporan neraca. 3. Aktivitas Rasio ini mengukur seberapa efektif perusahaan menggunakan sumber dananya. Rasio ini dihitung berdasarkan data dari laporan laba rugi. 4.
Profitabilitas Rasio ini mengukur efektifitas manajemen secara keseluruhan sebagaimana ditunjukkan dari keuntungan yang diperoleh dari penjualan dan investasi. Rasio ini dihitung berdasarkan data dari laporan neraca dan laporan laba rugi.
13
METODE PENELITIAN Populasi dan Sampel Populasi yang digunakan adalah Usaha Kecil Menengah yang berada di Purwodadi dimana Usaha Kecil Menengah di Kota Purwodadi berjumlah 179 pada tahun 2010, kemudian pada tahun 2011 jumlah Usaha Kecil Menengah menjadi 202 menurut data dari Dinas Perindustrian Perdagangan Pertambangan dan Energi Kabupaten Grobogan. Metode pengambilan sampel yang digunakan adalah Convenience Sampling dimana peneliti mengambil sampel Usaha Kecil Menengah dengan pertimbangan kemudahan karena kedekatan dengan beberapa responden yang memiliki kriteria aset, omzet, dan jumlah tenaga kerja sesuai dengan kriteria Undang-undang 20 Tahun 2008 dan BPS. Sampel dipilih yang lokasi usahanya berada di sekitar tempat tinggal peneliti dan yang bersedia untuk diwawancarai dan mengisi kuesioner. Peneliti mendatangi 40 UKM, namun 2 toko tidak memenuhi kriteria UKM, 5 responden menolak melakukan wawancara maupun mengisi koesioner sehingga UKM yang menjadi sampel dalam penelitian ini sebanyak 33 UKM. Pengambilan sampel yang digunakan minimal 33 UKM yang didasarkan pada teori yang diutarakan oleh Roscoe, yaitu rules of thumb. Roscoe menyatakan bahwa sampel yang layak adalah berkisar antara 30-500 (Supramono dan Utami, 2003:64) Dari 40 responden yang disurvei, 2 toko tidak memenuhi kriteria UKM, 5 responden menolak melakukan wawancara maupun mengisi koesioner sehingga hanya 33 UKM yang diteliti
14
Metode Pengumpulan Data Data yang dipergunakan adalah data primer, yang diperoleh dengan mengajukan daftar pertanyaan kepada responden melalui wawancara kepada pengelola Usaha Kecil Menengah (pemilik maupun karyawan) dan pembagian kuesioner. Wawancara merupakan metode pengumpulan data dengan cara mengadakan tanya jawab langsung dengan pengelola Usaha Kecil Menengah, sedangkan kuesioner merupakan pengumpulan data yang dilakukan dengan cara
memberi seperangkat
pertanyaan
atau
pernyataan
tertulis
kepada
responden untuk dijawabnya (Sugiyono, 2010: 199). Teknik wawancara dan kuesioner digunakan untuk mengidentifikasi jenis informasi akuntansi yang dimiliki, dokumen, catatan atau laporan yang dimiliki, informasi akuntansi yang digunakan untuk pengambilan keputusan bisnis dan penilaian kinerja yang dilakukan oleh Usaha Kecil Menengah di Purwodadi dan memberikan kesimpulan atas data yang diperoleh. Teknik Analisis Teknik analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik Deskriptif Kualitatif dengan tujuan untuk mendapatkan informasi yang selengkap mungkin mengenai informasi akuntansi yang digunakan oleh pengelola Usaha Kecil Menengah. Dari wawancara dan kuesioner diharapkan dapat menggali apa saja informasi akuntansi yang digunakan oleh pengelola Usaha Kecil Menengah beserta pengambilan keputusan bisnis dan penilaian kinerja yang dilakukan berdasarkan informasi tersebut. Langkah Analisis Langkah – langkah analisis yang dilakukan :
15
-
Mengidentifikasi informasi akuntansi yang dimiliki oleh UKM.
-
Mengklasifikasikan dokumen, catatan atau laporan yang dimiliki oleh UKM.
-
Mengidentifikasikan informasi akuntansi yang digunakan untuk penilaian kinerja pada UKM.
-
Mengidentifikasikan informasi akuntansi yang digunakan untuk melakukan pengambilan keputusan bisnis pada UKM.
16
ANALISIS DAN PEMBAHASAN Obyek dalam penelitian ini adalah Usaha Kecil Menengah di Kota Purwodadi sesuai dengan kriteria Undang-undang 20 Tahun 2008 dan BPS, dimana lokasi
usahanya berada di sekitar tempat tinggal peneliti dan yang bersedia. Dari 40 responden yang disurvei, 2 toko tidak memenuhi kriteria UKM, 5 responden menolak melakukan wawancara maupun mengisi koesioner sehingga hanya 33 UKM yang diteliti. Pengambilan sampel didasarkan pada teori yang diutarakan oleh Roscoe, yaitu rules of thumb. Roscoe menyatakan bahwa sampel yang layak adalah berkisar antara 30-500 (Supramono dan Utami, 2003:64). Profil Usaha Kecil Menengah Dari 33 Usaha Kecil Menengah yang bergerak di bidang jasa, dagang dan manufaktur sebagian besar dikelola oleh pemilik yaitu sebanyak 32 UKM (96%) dengan bentuk kepemilikan perseorangan,dapat dilihat dari tabel 4. Tabel 4 Pengelola Usaha Responden
Pengelola usaha
Jumlah
%
Pemilik
32
96%
Karyawan
1
4%
33
100%
Jumlah Responden
Sumber : Data Primer
Tingkat pendidikan pemilik sebagian besar adalah SMA yaitu 20 responden (61%), untuk tingkat pendidikan sampai dengan SMP hanya 7 responden (21%) , sedangkan 6 responden (18%) dengan tingkat pendidikan D3 – S2. Hasil penelitian menunjukkan bahwa semakin tinggi tingkat pendidikan responden maka semakin lengkap pencatatan atau pembukuan yang dimiliki semakin
17
lengkap, sedangkan semakin rendah tingkat pendidikan maka tidak membuat pencatatan maupun pembukuan (lihat tabel 5). Tabel 5 Tingkat Pendidikan Dengan Catatan Yang Dimiliki Tidak Mempunyai
Mempunyai Catatan
Tingkat Pendidikan
Total Responden
Catatan
Jumlah
%
Jumlah
%
Jumlah
%
D1 – D3
2
100%
0
0%
2
100%
S1-S2
2
50%
2
50%
4
100%
SMA
12
60%
8
40%
20
100%
SD
0
0%
0
0%
0
0%
SMP
1
14%
6
86%
7
100%
Total
17
52%
16
48%
33
100%
Sumber : Data Primer
Dokumen legal yang dimiliki 28 UKM (85%) adalah SIUP dan TDP hanya 17 UKM yang memiliki NPWP (51%), karena pajak dirasa memberatkan bagi pemilik usaha serta kurangnya kesadaran membayar pajak dari pemilik usaha. Usaha yang bergerak di bidang jasa dan manufaktur sebagian belum memiliki NPWP, dengan jumlah
6 responden yang bergerak di bidang jasa dan 5
responden yang bergerak di bidang manufaktur. Sebagian besar UKM tidak memisahkan entitas usaha dengan entitas pemilik, yaitu sebanyak 27 UKM (82%). Tidak adanya pemisahan entitas usaha dengan pemilik disebabkan pemilik menggunakan pendapatan dari kegiatan usaha untuk biaya hidup sehari – hari, dan pemilik tidak mau direpotkan dengan adanya pemisahan entitas dengan pemilik. Responden yang melakukan pemisahan entitas usaha dengan pemilik hanya 6 responden (18%) dengan alasan uang untuk kegiatan usaha tidak boleh digabung dengan uang pribadi, supaya mudah mengetahui berapa besar uang yang tersedia untuk kegiatan usaha, lihat lampiran 5.
18
Sumber pendananan sebagian besar UKM adalah dari modal sendiri sebanyak 20 UKM (60%), lihat lampiran 5. Pada umumnya pemilik usaha menggunakan modal sendiri untuk membuka sebuah usaha dikarenakan modal sendiri yang dimiliki sudah cukup untuk kegiatan usaha. Alasan lain dari 2 (6%) responden menggunakan modal sendiri tanpa memiliki hutang jangka panjang karena prinsip tidak mau berhutang dan juga hutang dirasa memberatkan karena penjualan yang tidak menentu sehingga membuat pengelola usaha tidak dapat memprediksi pendapatan yang akan diperoleh setiap harinya. Responden yang menggunakan modal sendiri dan juga hutang jangka panjang dari bank ataupun lembaga keuangan hanya 13 responden (40%). Responden merasakan manfaat dari hutang jangka panjang untuk meningkatkan usahanya, karena dengan hutang perusahaan mereka dapat berkembang. Dari - Tabel 6 dapat disimpulkan bahwa UKM yang memiliki hutang jangka pendek maupun hutang jangka panjang cenderung memiliki pencatatan atau pembukuan yang lebih lengkap dibandingkan dengan UKM yang tidak memiliki hutang cenderung tidak mempunyai catatan ataupun pembukuan. Tabel 6 Hutang Dengan Catatan Yang Dimiliki Mempunyai
Tidak Mempunyai
Catatan
Catatan
Hutang
Total Responden
Jumlah
%
Jumlah
%
Jumlah
%
Mempunyai Hutang Tidak Mempunyai Hutang
10
71%
4
29%
14
100%
7
37%
12
63%
19
100%
Total
17
52%
16
48%
33
100%
Sumber : Data Primer
19
Usaha Kecil Menengah yang diteliti, sebagian besar berdiri >10-20 tahun yaitu 17 UKM (52%). Sedangkan UKM yang berdiri 0-10 tahun yaitu 8 UKM (24%), lihat tabel 7. Tabel 7 Lama Usaha Responden
Lama Usaha
Jumlah
%
0 -10 Tahun
8
24%
>10 - 20 Tahun
17
52%
>20 - 30 Tahun
5
15%
>30 - 40 Tahun
1
3%
>40 - 50 Tahun
2
6%
>50 Tahun
0
0%
Jumlah Responden
33
100%
Sumber : Data Primer
Dalam Tabel 8 menunjukkan bahwa semakin lama suatu usaha maka pengelola mempunyai catatan atau pembukuan yang lebih lengkap dibandingkan dengan usaha yang belum lama berdiri yang sebagian belum mempunyai catatan atau pembukuan. Tabel 8 Lama Usaha Dengan Catatan Yang Dimiliki
Lama Usaha
Responden yang Memiliki Catatan
Responden yang Tidak Memiliki Catatan
Jumlah Responden
Jumlah
%
Jumlah
%
Jumlah
%
0 -10 Tahun
4
50%
4
50%
8
100%
>10 - 20 Tahun
9
65%
8
35%
17
100%
>20 - 30 Tahun
3
60%
2
40%
5
100%
>30 - 40 Tahun
1
100%
0
0%
1
100%
>40 - 50 Tahun
2
100%
0
0%
2
100%
>50 Tahun
0
0%
0
0%
0
100%
Total
19
58%
14
42%
33
100%
Sumber : Data Primer
20
Tenaga kerja yang dimiliki oleh sebagian besar UKM rata-rata berjumlah 1– 10 orang yaitu sebanyak 24 UKM (73%), lihat lampiran 5. Jumlah tenaga ini merata pada usaha jasa, dangang maupun manufaktur. Tenaga kerja yang jumlahnya paling banyak dimiliki oleh usaha yang bergerak di bidang jasa seperti catering yaitu antara 30 – 40 tenaga kerja. Pesanan catering dalam jumlah besar memang membutuhkan tenaga yang banyak, antara lain tenaga kerja di bagian memasak dan juga tenaga di bagian penyajian. Usaha yang bergerak di bidang manufaktur seperti produksi tahu dan kecap juga memiliki jumlah tenaga kerja cukup banyak yaitu antara 25 – 40 tenaga kerja, karena proses produksi pada perusahaan ini masih menggunakan peralatan yang sederhana sehingga membutuhkan tenaga kerja dalam jumlah yang cukup besar. Tabel 9 menunjukkan bahwa semakin banyak tenaga kerja yang dimiliki akan mempengahuri ada tidaknya pencatatan atau pembukuan. Jika jumlah tenaga kerja semakin banyak maka pengelola usaha sebagian besar akan cenderung memiliki catatan atau pembukuan. Tabel 9 Tenaga Kerja dengan Catatan yang Dimiliki
Jumlah Tenaga Kerja
Responden yang Tidak Memiliki Catatan
Responden yang Memiliki Catatan
Jumlah Responden
Jumlah
%
Jumlah
%
Jumlah
%
1 - 10 orang
9
38%
15
63%
24
100%
>10 - 20 orang
3
75%
1
25%
4
100%
>20 - 30 orang
1
50%
1
50%
2
100%
>30 - 40 orang
3
100%
0
0%
3
100%
>40 orang
0
0%
0
0%
0
0%
Total
16
48%
17
52%
33
100%
Sumber : Data Primer
21
UKM yang dimiliki total aset kurang dari Rp. 100.000.000,00 sebanyak 20 UKM (60%). Sedangkan UKM yang memiliki total omzet per bulannya rata-rata Rp. 25.000.000 – Rp.200.000.000,00 sebanyak 26 UKM (78%).
Tabel 10
menunjukkan semakin tinggi omzet yang dihasilkan maka pengelola UKM cenderung akan mempunyai catatan dalam kegiatan usahnaya. Tabel 10 Omzet dengan Catatatan yang Dimiliki Responden yang Memiliki Catatan
Responden yang Tidak Memiliki Catatan
Jumlah
%
Jumlah
%
Jumlah
%
>300 juta - 2,5 M
18
67%
9
33%
27
100%
>2,5 M - 50 M
6
100%
0
0%
6
100%
Total
24
73%
9
27%
33
100%
Omzet
Jumlah Responden
Sumber : Data Primer
Transaksi yang dilakukan UKM adalah secara tunai maupun kredit. Sebanyak 20 UKM (61%) memiliki transaksi tunai maupun kredit, sedangkan sebanyak 13 responden (39%) hanya memiliki transaksi tunai. Transaksi secara kredit berhubungan dengan piutang yang diberikan pada pelanggan dan juga hutang kepada pemasok, sedangkan transaksi secara tunai berhubungan dengan kegiatan penjualan dan pembelian bahan baku maupun persediaan secara tunai. Pencatatan transaksi pada UKM sebagian besar masih manual yaitu 32 UKM (97%). Pencatatan secara manual dirasakan mudah dilakukan dibandingkan secara komputerisasi yang dianggap membutuhkan keahlian khusus dan membutuhkan biaya cukup besar (lihat tabel 11).
22
Tabel 11 Pencatatan Transaksi Pada UKM Responden
Pencatatan Transaksi
Jumlah
%
Manual
32
97%
Komputerisasi
1
3%
Total Responden
33
100%
Sumber : Data Primer
Informasi yang dimiliki Usaha Kecil Menengah Informasi Akuntansi dapat berupa dokumen, catatan maupun laporan. Dokumen yang sebagian besar dimiliki responden adalah nota/faktur pembelian 90%, nota/faktur penjualan 54%, dengan periodisasi pembuatan dilakukan setiap terjadinya transaksi. Nota atau faktur pembelian maupun penjualan digunakan untuk mengetahui pembelian dan penjualan yang terjadi dalam kegiatan usaha, yang meliputi jumlah barang, harga, dan nama barang. Kwitansi dimiliki oleh 8 responden (24%) dimana periodisasi pembuatan dilakukan setiap terjadi transaksi pembayaran. Kwitansi digunakan sebagai bukti pembayaran uang muka oleh pembeli dimana dari kwitansi dapat dilihat berapa uang yang masuk dan berapa sisa pembayaran yang harus dilunasi oleh pembeli. Kwitansi banyak dipakai oleh usaha yang bergerak dibidang jasa seperti catering, rias, bengkel besi dimana pembayarannya dapat dilakukan beberapa kali (lihat tabel 12. Tabel 12 Dokumen yang dimiliki UKM Responden yang Memiliki Dokumen
Responden yang Tidak Memiliki Dokumen
Total Responden
Jumlah
%
Jumlah
%
Jumlah
%
Nota/Faktur pembelian
30
90%
3
10%
33
100%
Nota Penjualan
18
54%
15
46%
33
100%
Kwitansi
8
24%
25
76%
33
100%
Nama Dokumen
23
Sumber : Data Primer
Catatan/Buku yang sering dibuat oleh responden adalah catatan, piutang, kas masuk dan keluar, penjualan, dan biaya gaji (lihat tabel 13). Pencatatan atau pembukuan piutang dilakukan oleh 8 responden (72%) dari jumlah 11 responden yang melakukan transaksi secara kredit, dengan periodisasi setiap terjadinya transaksi. Transaksi penjualan secara kredit sebagian besar dilakukan pada usaha jasa yaitu sebanyak 6 responden (55%) dan juga usaha manufaktur sebanyak 5 responden (45%). Usaha jasa yang melakukan transaksi secara kredit meliputi usaha rias, catering, karena pada umumnya pelanggan membayar uang muka terlebih dahulu dan akan melakukan pelunasan setelah mereka menerima jasa dari usaha tersebut. Sedangkan pada usaha manufaktur seperti pembuatan sale pisang dan makanan ringan juga melakukan transaksi secara kredit dengan sistem titip setor. Dengan adanya catatan ataupun buku piutang akan meminimalisasi kesalahan dalam pembayaran piutang. Catatan atau buku piutang juga dapat digunakan untuk mengetahui berapa besarnya saldo piutang tersebut. Pencatatan kas masuk dan kas keluar dilakukan oleh 21 responden (63%) dengan periodisasi pembuatan catatan/ buku kas masuk dan kas keluar setiap hari. Dari catatan/ buku kas masuk dan kas keluar dapat diketahui berapa laba yang diperoleh dari selisih antara kas masuk dan kas keluar apabila transaksi yang dilakukan secara tunai. Responden yang melakukan pencatatan penjualan adalah sebanyak 18 (54%), dengan periodisasi pembuatan catatan setiap terjadinya transaksi. Dari catatan penjualan responden dapat mengetahui penjualan yang terjadi dalam setiap transaksi. Catatan penjualan pada umumnya dibuat oleh usaha yang bergerak
24
dibidang dagang dan manufaktur dengan jumlah responden sebanyak masing – masing 7 (63%), hanya 4 (36%) responden saja yang membuat catatan penjualan pada usaha yang bergerak pada bidang jasa. Usaha jasa selain menjual jasanya, sebagian juga menjual persediaan barang seperti pada usaha bengkel sepeda motor, salon, dan foto copy. Biaya gaji dan selain gaji dicatat oleh 19 responden (57%) dengan periodisasi pembuatan setiap bulan. Dengan mencatat biaya gaji maka dapat diketahui berapa jumlah gaji, lembur, bonus yang harus dibayar pada karyawan. Catatan atau pembukuan yang dibuat oleh responden sebagian besar digunakan untuk kepentingan operasional perusahaan. Pendapatan dan pengeluaran juga dicatat oleh 14 responden (42%), dengan periodisasi pembuatan tiap hari. Dari catatan atau buku pendapatan dan pengeluaran dapat diketahui jumlah pendapatan yang diterima secara tunai dan jumlah pengeluaran yang dilakukan dari kegiatan usaha. Tabel 13 Catatan yang dimiliki UKM
Catatan
Responden yang Memiliki Catatan
Responden yang tidak Memiliki Catatan
Total Responden
Jumlah
%
Jumlah
%
Jumlah
%
Piutang
8*
72%
3
28%
11
100%
Kas masuk/keluar
21
63%
12
37%
33
100%
Penjualan
18
54%
15
46%
33
100%
Biaya
19
57%
14
43%
33
100%
Pendapatan/ Pengeluaran
14
42%
19
58%
33
100%
Ket (*): 8 (72%) dari total 11 responden
Sumber : Data Primer
Dalam tabel 14 dijelaskan bahwa UKM tidak mempunyai informasi yang dapat digolongkan sebagai statutory accounting information karena UKM yang menjadi obyek dari penelitian ini bukan anggota dari suatu organisasi tertentu dan
25
juga adanya telah menerbitkan Standar Akuntansi Keuangan untuk Entitas Tanpa Akuntabilitas Publik (SAK-ETAP) yang dikeluarkan oleh Ikatan Akuntan Indonesia, maka perusahaan kecil seperti UKM tidak perlu membuat laporan keuangan (www.iaiglobal.or.id). Catatan/ buku kas masuk dan kas keluar, penjualan dan presensi karyawan diklasifikasikan sebagai additional acconting information karena catatan/ buku tersebut digunakan untuk pengambilan keputusan bisnis. Catatan rincian biaya dan catatan pesanan termasuk dalam budgetary information
karena catatan
tersebut disajikan dalam bentuk anggaran yang berguna bagi pengelola UKM dalam perencanaan, penilaian dan pengambilan keputusan. Catatan rincian biaya dimiliki oleh usaha manufaktur seperti catering, sedangkan catatan pesanan dimiliki oleh usaha jasa seperti jasa rias. Tabel 14 Klasifikasi Informasi Akuntansi
1.
Klasifikasi Informasi Akuntansi Statutory Accounting Information
2. Budgetary Information
3. Additional Information
Accounting
Keterangan Informasi yang harus disiapkan sesuai dengan peraturan yang ada. Informasi akuntansi yang disajikan dalam bentuk anggaran yang berguna bagi pihak internal dalam perencanaan, penilaian, dan pengambilan keputusan. Informasi akuntansi lain yang disiapkan perusahaan guna meningkatkan efektivitas pengambilan keputusan.
Informasi Akuntansi pada UKM Catatan rincian biaya Catatan pesanan
Catatan kas masuk/keluar Catatan penjualan Presensi karyawan
Sumber : Data Primer
Laporan yang dimiliki sebagian besar responden adalah laporan laba rugi yaitu sebanyak 5 responden (15%) dengan periodisasi pembuatan tiap bulan, sedangkan yang membuat laporan neraca sebanyak 4 responden (12%) dengan
26
periodisasi pembuatan tiap tahun, sedangkan responden yang memiliki laporan kas yaitu sebanyak 4 responden (12%) dengan periodisasi pembuatan tiap bulan, hanya 1 (3%) responden yang membuat laporan persediaan tiap akhir tahun karena usaha dikelola oleh karyawan, sedangkan 2 (6%) responden membuat laporan persediaan tiap harinya (lihat tabel 15). Laporan laba rugi, neraca, kas, dan persediaan dibuat untuk kepentingnan internal usaha dimana dari laporan tersebut dapat mengetahui perkembangan dari usaha. Laporan laba rugi digunakan sebagai dasar untuk mengetahui besarnya pajak yang harus dibayar. Tabel 15 Laporan yang dimiliki UKM
Laporan
Responden yang Memiliki Laporan
Responden yang Tidak Memiliki Laporan
Total Responden
Jumlah
%
Jumlah
%
Jumlah
%
Laba Rugi
5
15%
28
85%
33
100%
Neraca
4
12%
29
82%
33
100%
Kas
4
12%
29
82%
33
100%
Persediaan
3
9%
30
91%
33
100%
Sumber : Data Primer
Penggunaan Informasi Akuntansi Untuk Pengambilan Keputusan Bisnis UKM Informasi sangat berguna bagi pengelola UKM untuk pengambilan keputusan. Keputusan bisnis yang dilakukan sebagian besar diputuskan oleh pemilik sendiri yaitu 32 responden (96%), dapat dilihat pada tabel 16. Tabel 16 Pengambil Keputusan Bisnis Responden
Pengambil Keputusan Bisnis
Jumlah
%
Pemilik
32
96%
Karyawan
1
4%
33
100%
Jumlah Responden
Sumber : Data Primer
27
Keputusan bisnis yang sering dilakukan Usaha Kecil dan Menengah menyangkut penentuan jumlah pembelian persediaan, jumlah produksi, harga pokok serta harga jual. Pengelola UKM memutuskan membeli persediaan atau bahan baku dengan menggunakan informasi tidak tertulis yaitu dengan cek persediaan fisik 26 responden (79%), hanya sebagian saja yaitu 7 responden (21%) yang mencatat jumlah persediaan yang dimiliki dengan catatan persediaan. Informasi yang digunakan untuk mengetahui harga pokok adalah nota atau nota pembelian yaitu 26 responden (79%). Informasi berdasarkan ingatan harga pokok digunakan oleh 7 respoden (21%) untuk menentukan harga pokok. Harga pokok akan menjadi dasar menentukan laba yang akan ditetapkan oleh penjual. Responden dalam menentukan harga jual menggunakan informasi tidak tertulis yaitu berdasarkan prosentase keuntungan yang diharapkan yaitu sebanyak 28 responden (84%), dan informasi tertulis yaitu berdasarkan harga pasar sebanyak 5 responden (16%). Prosentase keuntungan yang diharapkan sebagain besar pengelola UKM anatara 10% – 20%. Informasi mengenai HET (harga eceran tertinggi) diperoleh dari pihak eksternal yaitu dari pemasok. Keputusan bisnis untuk memproduksi sesuai pesanan pada usaha manufaktur dilakukan oleh 11 responden (100%) dimana kegiatan tersebut dilakukan secara terencana. Informasi yang digunakan pada usaha manufaktur untuk memutuskan memproduksi sesuai pesanan adalah informasi catatan pesanan yaitu 6 responden (55%). Sebanyak 5 responden (45%) menggunakan informasi berdasarkan ingatan pesanan, informasi tersebut bisa melalui telepon ataupun bertemu langsung dengan pemilik (lihat tabel 17).
28
Tabel 17 Keputusan Bisnis Yang Sering Dilakukan
NO
Keputusan Bisnis
1
Kapan akan membeli (BB/ persediaan/ BHP dll) dan berapa jumlahnya
2
Menentukan Harga Pokok
3
4
Menentukan Harga Jual Kapan akan memproduksi dan berapa jumlahnya
Informasi Tertulis Ket Jumlah %
Catatan persediaan
7
21%
26
79%
5
16%
6*
55%
Nota
HET Catatan pesanana
Informasi Tidak tertulis
Jumlah Responden
Ket
jumlah
%
jumlah
%
Cek Persediaan fisik
26
79%
33
100%
7
21%
33
100%
28
84%
33
100%
5
45%
11
100%
Ingatan harga pokok Prosentase Laba yang diharapkan Ingatan pesanana
Ket (*): 6 responden dari 11 total responden
Sumber : Data Primer
Pengambilan keputusan bisnis pada Usaha Kecil Menengah yang sering dilakukan adalah membeli persediaan/ bahan baku yaitu 27 responden (45%), dimana keputusan tersebut sebagian besar dilakukan secara terencana yaitu sebanyak 15 responden (45%) dan juga dilakukan secara spontan yaitu sebanyak 12 responden (36%). Keputusan menggaji karyawan dilakukan oleh 15 responden (45%) dengan pengambilan keputusan secara terencana. Sebagian besar responden yang memiliki usaha dagang melakukan penggajian setiap bulan dengan melihat daftar presensi karyawan untuk menentukan besarnya gaji maupun bonus yang akan diberikan. Pada usaha di bidang jasa seperti catering, rias yang sebagian besar menggunakan tenaga lepas pada umunnya akan memberikan gaji setelah mereka menyelesaikan pekerjaannya. Usaha yang bergerak dibidang manufaktur pada umumnya melakukan penggajian setiap minggu seperti pada usaha pembuatan kecap, tahu, sale pisang, makanan ringan.
29
Keputusan untuk memberikan diskon penjualan sebanyak 12 responden (36%) dilakukan secara spontan. Pada umumnya pemilik usaha akan memberikan diskon kepada pelanggan ataupun kepada relasi. Keputusan memberikan diskon bisa terjadi apabila adanya kesepakatan harga antara penjual dan pembeli apabila pembeli menawar harga kepada penjual dan terjadi kesepakatan harga. Keputusan menerima pesanan yaitu sebanyak 7 responden (21%). Keputusan tersebut biasa dilakukan pada usaha jasa seperti catering, rias, persewaaan sound system. Dalam memutuskan menerima pesanan pemilik hanya mengunakan informasi ingatan dan untuk memastikannya mereka melihat pada buku pesanan. Keputusan membeli persediaan secara tunai atau kredit dilakukan oleh 7 responden (21%). Keputusan membeli persediaan secara tunai maupun kredit dilakukan secara spontan dengan melihat kas ditangan. Pembelian secara tunai dilakukan apabila kas ditangan mencukupi, jika tidak mencukupi untuk pembelian tunai maka pembelian akan dilakukan secara kredit. Usaha yang bergerak di bidang dagang pada umumnya melakukan pembelian secara kredit dengan jatuh tempo satu bulan. Keputusan untuk membeli bahan baku dilakukan pada usaha yang bergerak di bidang manufaktur dimana pembelian bahan baku pada umumnya dilakukan secara tunai. Keputusan untuk menentukan berapa jumlah tenaga kerja yang akan digunakan dalam usaha yaitu sebanyak 5 responden (15%), keputusan tersebut dilakukan secara terencana, dan pada umumnya dilakukan pada usaha yang bergerak dibidang jasa diantaranya usaha catering, rias, persewaan sound system. Usaha catering, rias banyak menggunakan tenaga kerja lepas dalam usahanya.
30
Usaha catering dalam menentukan berapa jumlah tenaga kerja yang akan digunakan berdasarkan besar kecilnya cara atau banyak sedikitnya tamu yang diundang dalam sebuah acara. Begitu juga pada usaha jasa rias, semakin banyak jumlah orang yang akan dirias maka akan membutuhkan lebih banyak tenaga kerja. Memutuskan membeli pada pemasok yang mana juga dilakukan oleh 5 responden (15%), keputusan tersebut dilakukan secara terencana. Pemilik ataupun pengelola akan memutuskan membeli pada pemasok yang menawarkan harga lebih murah dibandingkan dengan yang lain. Keputusan untuk menetapkan harga dilakukan oleh 3 (27%) responden, hal ini terjadi pada usaha yang bergerak di bidang jasa yaitu catering dan jasa rias dimana harga ditentukan berdasarkan keinginan dari pelanggan. Keputusan penetapan harga tersebut dilakukan berdasarkan permintaan pelanggan dengan memperhitungkan biaya – biaya yang akan dikeluarkan (lihat tabel 18). Tabel 18 Keputusan Bisnis Yang Sering Dilakukan UKM No
Keputusan Bisnis Yang Sering Dilakukan UKM
Jumlah
%
1
Membeli Persediaan/ Bahan Baku
27
82%
2
Menggaji Pegawai
15
45%
3
Memberi Diskon Penjualan
12
36%
4
Produksi
11
33%
5
Membeli Persediaan secara tunai/ kredit
7
21%
6
Mempekerjakan Tenaga Kerja
5
15%
7
Memutuskan Membeli pada pemasok yang mana
5
15%
8
Membeli tunai/ kredit
4
36%
9
Menentukan Harga
3
9%
Sumber : Data Primer Dalam tabel 19 menjelaskan pengambilan keputusan bisnis yang sering dilakukan pada UKM berdasarkan jenis usahanya. Pada usaha jasa keputusan
31
bisnis yang sering dilakukan adalah keputusan menerima pesanan (64%), membeli persediaan/ bahan baku (64%), mempekerjakan tenaga kerja (45%). Pada usaha dagang keputusan yang sering dilakukan yaitu membeli persediaan/ bahan baku (100%), keputusan memberikan diskon (73%), dan keputusan membeli pada pemasok yang mana (45%). Pada usaha yang bergerak di bidang manufaktur
keputusan bisnis yang sering dilakukan adalah membeli persediaan/ Bahan baku (100%), keputusan melakukan produksi (100%), dan keputusan menggaji pegawai (100%). Tabel 19 Keputusan Bisnis Yang Sering Dilakukan UKM Berdasarkan Jenis Usaha
No
Jenis Usaha
Keputusan Bisnis Yang Sering Dilakukan UKM
Jasa
Dagang
Manufaktur
Jumlah
%
Jumlah
%
Jumlah
%
1
Membeli persediaan/ Bahan baku
7
64%
11
100%
11
100%
2
Produksi
0
0%
0
0%
11
100%
3
Menggaji pegawai
2
18%
2
18%
11
100%
4
Memberikan diskon
4
36%
8
73%
0
0%
5
Menerima pesanan
7
64%
0
0%
0
0%
6
5
45%
0
0%
0
0%
7
Mempekerjakan tenaga kerja Memutuskan membeli pada pemasok yang mana
0
0%
5
45%
0
0%
8
Membeli tunai/ kredit
0
0%
4
36%
0
0%
9
Menentukan harga
3
27%
0
0%
0
0%
Sumber : Data Primer
Terdapat tiga tipe keputusan bisnis menurut Jogiyanto (2005) yaitu keputusan bisnis terstruktur, semi terstruktur dan tidak terstruktur. Dalam tabel 20 dijelaskan bahwa keputusan bisnis terstruktur meliputi keputusan membeli persediaan/ bahan baku, produksi, menggaji pegawai, memberikian diskon penjualan, menerima pesanan. Keputusan bisnis dari kegiatan tersebut dikatakan sebagai keputusan terstruktur diakarenakan sifatnya berulang – ulang dan rutin dilakukan. Keputusan bisnis semi terstruktur meliputi keputusan memutuskan
32
membeli pada pemasok yang mana dan membeli tunai atau kredit, karena sebagian sifatnya rutin dan berulang dan sebagian sifatnya tidak selalu terjadi. Untuk keputusan tidak terstruktur meliputi keputusan memberikan diskon dan mempekerjakan tenaga kerja. Keputusan bisnis tersebut dikatakan keputusan tidak terstruktur karena tidak terjadi berulang – ulang dan tidak selalu terjadi. Tabel 20 Keputusan Bisnis Keputusan Bisnis
Keterangan
Terstruktur
Keputusan yang sifatnya berulangulang dan rutin terjadi, dan dapt dipahami sehingga dapat didelegasikan pada pegawai.
Semi Terstruktur
keputusan yang sebagian terstruktur, sebagian berulang-ulang dan rutin dan sebagian tidak terstruktur. keputusan yang tidak terjadi berulang-ulang dan tidak selaulu terjadi.
Tidak Terstruktur
Keputusan Bisnis yang sering Dilakukan UKM Membeli (persediaan/bahan baku Produksi Menerima pesanan Menentukan harga Promosi Target pemasaran Memberikan diskon Menambah investasi Ekspansi (buka cabang)
Sumber : Data Primer
Dalam tabel 21 menjelaskan tentang keputusan bisnis dan informasi yang digunakan perusahaan pada umumnya dan pada UKM . Terdapat beberapa perbedaan dalam menggunakan informasi untuk pengambilan keputusan bisnis antara perusahaan pada umumnya dan UKM. Tabel 21 Keputusan Bisnis dan Informasi yang Digunakan UKM Kegiatan Bisnis
Perolehan modal Berapa banyak? Investasi atau pinjam? Jika pinjam, ketentuan terbaik?
Kebutuhan Informasi
Keputusan Bisnis UKM Perolehan modal Kapan harus menambah pendanaan dan berapa besarnya (Modal sendiri/ pinjaman bank/ lembaga keuangan).
Proyeksi arus kas Pro-forma laporan keuangan Jadwal amortisasi utang
33
Kebutuhan Informasi UKM Catatan kas Laporan kas Perkiraan modal yang dibutuhkan
Perolehan gedung dan peralatan Ukuran gedung ? Jumlah peralatan? Sewa atau bel? Lokasi? Bagaimana depresiasinya Mengontrak dan melatih pegawai Persyaratan pengamanan? Bagaimana menilai integritas dan kompetensi pelamar? Bagaimana melatih? Perolehan persediaan Bagaimana cara membawanya? Berapa banyak yang perlu dibeli? Penjual (vendor) yang mana? Bagaimana mengelola persediaan (penyimpanan, kontrol dan lain-lain)? Kegiatan periklanan dan pemasaran Media yang mana/ Isi?
Penjualan barang Penaikan (mark up) persentase? Penawaran kredit in house? Kartu kredit apa yang diterima? Pengumpulan pembayaran dari pelanggan Jika menawarkan kredit, bagaimana ketentuannya? Bagaimana mengurus penerimaan uang tunai?
Kebutuhan kapasitas Harga Studi pasar Tabel pajak dan peraturan
Pelamar Deskripsi kerja Pengalaman kerja dan keahlian
Analisis pasar Laporan status persediaan Kinerja dan ketentuan pembayaran vendor
Perolehan gedung dan peralatan Beli kios/ toko Sewa kios/ toko Beli peralatan Pemilihan lokasi untuk toko Mempekerjakan tenaga kerja Kebutuhan tenaga kerja
Persediaan Membeli (persediaan, bahan baku) Membeli secara tunai/ kredit
Kegiatan periklanan Media iklan yang digunakan
Analisis biaya Jangkauan pasar
Pro-forma laporan keuangan Biaya kartu kredit Status kredit pelanggan
Penjualan barang Memberikan diskon
Kas ditangan
Perkiraan jumlah tenaga kerja yang dimiliki
Buku pesanan Catatan persediaa Cek fisik persediaan Kas yang tersedia, Uang di bank
Perhitungan Biaya iklan Perkiraan media yang digunakan
Dasar perkiraan penjualan
Piutang
Status akun pelanggan Laporan jatuh tempo piutang
34
Kapan piutang akan diterima
Catatan piutang Buku pesanan Kwitansi
Pembayaran gaji pegawai Jumlah gaji? Pemotongan dan iuran (withholdings)? Proses pembayaran inhouse atau menggunakan jasa luar?
Pembayaran pajak Persyaratan pajak atas gaji Persyaratan pajak penjualan
Pembayaran penjual Bayar ke siapa? Kapan membayar Berapa banyak yang dibayar?
Penjualan (untuk komisi) Jam kerja (untuk pegawai yang di bayar per jam) Formulir pajak (Form W4) Biaya jasa pembayaran eksternal
Peraturan pemerintah Total pengeluaran untuk gaji Total penjualan
Faktur dari (vendor) Utang usaha
penjual
Pembayaran gaji karyawa Kapan harus membayar gaji karyawan dan berapa besarnya? Perhitungan bonus/ lembur
Presensi karyawan Ingatan gaji dan bonus yang akan diberikan
Pembayaran pajak Kapan harus membayar pajak dan berapa besarnya
Catatan Pendapatan Perkiraan pendapatan
Hutang Kapan hutang harus dibayar, berapa besarnya dan kepada siapa
Faktur dari penjual Nota Kartu hutang Ingatan hutang yang dimiliki dan pada siapa
Sumber : Data Primer
Penggunaan Informasi Akuntansi Untuk Penilaian Kinerja UKM Informasi yang digunakan oleh 8 responden untuk mengetahui kemampuan membayar hutang jangka pendek dengan menggunakan catatan penjualan yaitu 6 responden (75%) , 2 responden (25%) menggunakan dasar ingatan mengenai penjualan yang terjadi. Hutang jangka pendek yang dimaksud di sini adalah hutang kepada pemasok. Jatuh tempo pelunasan hutang pada pemasok rata – rata adalah satu bulan. Jika pengelola dapat melunasi hutang kepada pemasok sebelum/ sampai jatuh tempo maka kinerja usaha baik. Responden yang mempunyai hutang di Bank sebayak 14 responden. Semua responden yang berhutang mengatakan bahwa hutang bermanfaat bagi usahanya karena hutang digunakan untuk kegiatan operasional usaha diantaranya untuk menambah jumlah persediaan, membeli mesin untuk produksi. Kemampuan
35
membayar hutang jangka panjang dilihat dari pendapatan yang diperoleh yaitu sebanyak 10 responden (70%) dengan periode pengembalian hutang antara 2 – 3 tahun. Kinerja usaha dapat dikatakan baik apabila bisa memenuhi kewajiban jangka panjangnya. Pembelian persediaan sebagian besar dilakukan setiap saat, apabila persediaan mulai menipis atau habis maka akan dilakukan pembelian persediaan, 18 responden (72%) menggunakan informasi tidak tertulis yaitu cek persediaan fisik yang ada dan 7 responden (28%) menggunakan informasi tertulis berupa catatan persediaan. Hanya 3 responden yang membeli persediaan setiap minggu. Kinerja usaha dikatakan baik apabila seringnya melakukan pembelian persediaan. Dalam tabel 22 dapat disimpulkan bahwa semakin bermacam – macam jenis persediaan maka pengelola cenderung tidak memiliki catatan persediaan, dikarenakan keterbatasan kemampuan untuk menghitung, mengelompokkan serta mencatat persediaan yang dimiliki. Namun pengelola UKM mempunyai antisipasi untuk menghindari persediaan terhindar dari pencurian yaitu dengan pengawasan secara langsung oleh pemillik karena pemilik juga berada ditempat usaha dan ada juga pemilik yang melengkapi gudang penyimpanan persediaan dengan CCTV. Jika jenis persediaan hanya beberapa macam maka pengelola usaha
akan
membuat catatan persediaan, dikarenakan kemudahan dalam mencatatnya. Tabel 22 Jenis Persediaan Dengan Catatan Yang Dimiliki Tidak mempunyai Catatan
Mempunyai Jenis Persediaan
Catatan
Jumlah Responden
Jumlah
%
Jumlah
%
Jumlah
%
< 50
1
13%
7
87%
8
100%
> 50
5
71%
2
29%
7
100%
Sumber : Data Primer
36
Usaha yang menerima pembelian secara kredit menetapkan periodisasi penagihan piutang sebagian besar dilakukan setiap minggu. Dengan alasan supaya kas yang diterima dari piutang dapat segera digunakan untuk kegiatan operasional usaha. Untuk mengetahui periodisasi penagihan piutang 8 responden (72%) menggunakan informasi tertulis berupa catatan piutang dan 3 responden (28%) informasi tidak tertulis berupa ingatan piutang yang dimiliki. Rata-rata tingkat balik modal usaha antara 2 – 7 tahun. Semakin cepat periodisasi balik modal maka dapat dikatakan kinerja usah baik, sebaliknya jika periodisasi balik modal semakin lama maka dapat dikatakan usaha tidak berkembang dengan cepat. Cepat maupun lambatnya periodisasi balik modal juga tergantung pada besar kecilnya modal yang digunakan dalam usaha. Usaha yang bergerak dibidang manufaktur seperti produksi sale pisang, makanan ringan periodisasi balik modal sangat cepat yaitu setelah produksi terjual maka modal langsung dapat kembali, dikarenakan tingkat keuntungannya hampir 50%. Rata-rata omzet dari UKM berkisar antara Rp. 25.000.000,00 – Rp. 200.000.000,00 sebanyak 23 responden (69%) dengan menggunakan informasi catatan pendapatan dan penjualan dan informasi tidak tertulis berupa perkiraan omzet yaitu . Informasi untuk mengetahui peningkatan omzet yaitu sebanyak 23 responden (69%) menggunakan catatan penjualan dan pendapatan. Informasi untuk mengukur laba rugi dilihat dari kas masuk dan kas keluar yaitu sebanyak 20 responden (60%), sedangkan untuk mengetahui peningkatan laba juga melihat dari informasi catatan kas masuk dan keluar, dan menggunakan informasi tidak tertulis berupa perkiraan laba/ rugi yaitu 13 (40%) responden (dilihat pada tabel 23).
37
Tabel 23 Penilaian Kinerja
NO
3
Kemampuan membayar hutang jangka pendek Pembelian persediaan Periodisasi penagihan Piutang
5
Omzet
6
Laba rugi
1 2
Informasi Tertulis Ket Jumlah
Penilaian Kinerja
Catatan penjualan Catatan persediaan Catatan piutang Penjualan dan pendapatan Kas masuk dan kas keluar
Jumlah Responden
Informasi Tidak tertulis %
6*
75%
7**
28%
8***
72%
Ket Ingatan penjualan yang terjadi Cek persediaan fisik Ingatan putang yang dimiliki
jumlah
%
jumlah
%
2
25%
8
100%
18
72%
25
100%
3
28%
11
100%
23
69%
Perkiraan omzet
10
31%
33
100%
20
60%
Perkiraan laba/rugi
13
40%
33
100%
Ket (*)= 6 dari 8 total responden (**)= 7 dari 25 total responden (***)= 8 dari 11 total responden
Sumber : Data Primer
Dalam tabel 24 menjelaskan penilaian kinerja pada UKM. Perusahaan pada umumnya menggunakan rasio keuangan untuk penilaian kinerja, sedangkan pada UKM pengelola memiliki tolak ukur tersendiri untuk menilai kinerja usaha. Tabel 24 Penilaian Kinerja pada UKM Rasio Keuangan
Penjelasan
Rasio Likuiditas Rasio ini mengukur kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban finansial jangka pendek. Rasio ini dihitung berdasarkan data dari laporan neraca.
Pada UKM tidak menggunakan rasio likuiditas melainkan menggunakan informasi lain
Rasio Leverage Rasio ini mengukur seberapa efektif perusahaan dibelanjai dengan hutang. Rasio ini dihitung berdasarkan data dari laporan neraca.
Pada UKM tidak menggunakan rasio leverage melainkan menggunakan informasi lain
Penilaian Kinerja pada UKM
38
Informasi yang digunakan UKM
Kemapuan membayar hutang jangka pendek Periodisasi pembayaran hutang jangka pendek
Catatan Penjualan Ingatan penjualan yang terjadi
Hutang jangka panjang bermanfaat/ tidak bagi usaha Hutang jangka panjang dapat digunakan dengan baik/ tidak Kemampuan membayar hutang
Catatan penjualan Catatan persediaan Catatan pendapatan
jangka panjang Periode pengembalian hutang Rasio Aktivitas Rasio ini mengukur seberapa efektif perusahaan menggunakan sumber dananya. Rasio ini dihitung berdasarkan data dari laporan laba rugi.
Rasio Profitabilitas Rasio ini mengukur efektifitas manajemen secara keseluruhan sebagaimana ditunjukkan dari keuntungan yang diperoleh dari penjualan dan investasi. Rasio ini dihitung berdasarkan data dari laporan neraca dan laporan laba rugi.
Pada UKM tidak menggunakan rasio aktivitas melainkan menggunakan informasi lain
Pada UKM tidak menggunakan rasio profitabilitas melainkan menggunakan informasi lain
Periode pembelian persediaan Periodisasi penagihan piutang (cepat/ lambat) Tingkat balik modal (cepat/ lambat)
Catatan persediaan Cek persediaan fisik Catatan piutang
Omzet/ jumlah penjualan (naik/ turun) Peningktan omzet (naik/ turun) Pengukuran laba Peningkatan laba (naik/ turun) Usaha beroperasi hemat/ boros
Catatan penjualan Catatan pendapatan Perkiraan omzet Catatan kas masuk dan keluar Perkiraan laba/rugi
Sumber : Data Primer
Tabel 25 menjelaskan dasar pengukuran kinerja yang sering digunakan oleh pengelola UKM dalam menilai perkembangan usahanya. Laba sering digunakan oleh pengelola UKM untuk menilai kinerja yaitu sebanyak 18 responden (55%). Jika laba meningkat diasumsikan bahwa kinerja usaha bagus atau meningkat dibandingkan sebelumnya. Apabila laba menurun menandakan bahwa kinerja usaha menurun dibandingkan dengan periode sebelumnya. Bertambahnya jumlah pesanan juga menjadi dasar penilain kinerja usaha yaitu sebanyak 9 respoden (27%), jika pesanan semakin bertambah maka kinerja usaha semakin bagus atau meningkat. Penilaian kinerja berdasarkan jumlah pesanan pada umumnya dilakukan pada usaha jasa dan manufaktur.
39
Perputaran persediaan juga sering digunakan pada usaha dagang dalam mengukur kinerja yaitu sebanyak 5 responden (15%). Jika persediaan lebih cepat terjual maka kinerja usaha dikatakan baik, sebaliknya apabila persedian lama terjual maka kinerja usaha dikatakan menurun dibandingkan periode sebelumnya. Pengelola UKM pada umumnya menilai kinerja usahanya baik atau menurun yaitu dengan menggunakan beberapa informasi. Tabel 25 Penilaian Kinerja Yang Sering Digunakan Pada UKM
1 2 3 4
Responden
Penilaian Kinerja
No
Jumlah
%
Laba rugi (pendapatan, biaya)
18
55%
Bertambahnya jumlah pesanan
9
27%
Perputaran Persediaan
5
15%
Bertambahnya peralatan
1
3%
Jumlah Responden
33
100%
Sumber : Data Primer
Tabel 26 menjelaskan bahwa kinerja usaha dapat diukur dengan peningkatan kegiatan usaha yaitu sebanyak 25 responden (76%), peningkatan kegiatan usaha dapat dilihat dari laba maupun pendapatan, jumlah pesanan dan perputaran persediaan, kewajiban membayar hutang, jumlah pelanggan, jumlah produksi, jumlah tenaga kerja, jumlah perlengkapan, pemebelian bahan baku, pembelian persediaan. Kinerja usaha juga dapat diukur dengan tingkat kesejahteraan pemilik yaitu sebanyak 6 responden (18%), kesejahteraan pemilik disini adalah biasa membiayai kebutuhan hidup dan membiayai anak menempuh pendidikan perguruan tinggi, penambahan investasi.
40
Kesejahteraan karyawan juga dapat digunakan sebagai dasar pengukuran kinerja yaitu sebanyak 2 responden (6%). Kesejahteraan yang dimaksud adalah pengadaan piknik bagi karyawan. Tabel 26 Penilaian Kinerja Yang Sering Digunakan Pengelola UKM Responden No
Penilain kinerja yang sering digunakan Jumlah
%
1
Peningkatan Kegiatan Usaha
25
76%
2
Kesejahteraan Pemilik
6
18%
3
Kesejahteraan Karyawan Jumlah Responden
2
6%
33
100%
Sumber : Data Primer
Tabel 27 menjelaskan bahwa pada usaha jasa sebagian besar responden yaitu 64% menggunakan peningkatan kegiatan usaha untuk menilai kinerja baik atau tidak. Pada usaha di bidang dagang menggunakan peningkatan kegiatan usaha dan kesejahteraan pemilik yaitu masing – masing 64% dan 36% untuk menilai kinerja usaha. Usaha pada bidang manufaktur menggunakan peningkatan kegiatan usaha yaitu 55% dan kesejahteraan pemilik yaitu 45% untuk penilaian kinerja. Tabel 27 Penilaian Kinerja Yang Sering Digunakan Pengelola UKM Berdasarkan Jenis Usaha Jenis Usaha No
1 2 3
Penilaian Kinerja Peningkatan Kegiatan Usaha Kesejahteraan Pemilik Kesejahteraan Karyawan Jumlah Responden
Jasa
Dagang
Total Manufaktur
Jumlah
%
Jumlah
%
Jumlah
%
Jumlah
%
7
64%
7
64%
6
55%
20
61%
2
18%
4
36%
5
45%
11
33%
2
18%
0
0%
0
0%
2
6%
11
100%
11
100%
11
100%
33
100%
Sumber : Data Primer
41
Tabel 28 menjelaskan bahwa usaha yang bergerak di bidang jasa dalam mengukur kinerja sering menggunakan pendapatan yang diperoleh dan jumlah pesanan. Jika pendapatan dan jumlah pesanan meningkat dibandingkan periode sebelumnya, maka kinerja usaha dikatakan meningkat. Hanya 1 (9%) responden saja yaitu pada usaha catering yang mengatakan bahwa kinerja usahanya meningkat jika adanya penambahan peralatan. Pada usaha yang bergerak di bidang dagang dalam penilaian persediaan menggunakan pendapatan dan perputaran persediaan. Jika pendapatan meningkat dibandingkan periode sebelumnya maka kinerja usaha dapat dikatakan baik dan apabila semakin cepat perputaran persediaan maka kinerja juga dikatakan baik. Usaha di bidang manufaktur dalam penilaian kinerja menggunakan pendapatan dan juga pesanan. Semakin tinggi jumlah pendapatan dan juga jumlah pesanan dibandingkan dengan periode sebelumnya maka kinerja dapat dikatakan baik atau meningkat. Tabel 28 Penilaian Kinerja Yang Digunakan UKM Berdasarkan Jenis Usaha Jenis Usaha No
Penilaian Kinerja
Jasa
Total
Dagang
Manufaktur
Jumlah
%
Jumlah
%
Jumlah
%
Jumlah
%
1
Pendapatan
6
55%
6
55%
6
55%
18
55%
2
4
45%
0
0%
5
45%
9
27%
3
Pesanan Perputaran Persediaan
0
0%
5
45%
0
0%
5
15%
4
Tambah peralatan
1
9%
0
0%
0
0%
1
3%
11
100%
11
100%
11
100%
33
100%
Jumlah Responden
Sumber : Data Primer
Kendala Penggunaan Informasi Akuntansi pada UKM Dalam tabel 29 menjelaskan bahwa sebagian besar pengelola UKM yaitu sebanyak 20 responden (61%) tidak mempunyai kendala dalam pembuatan catatan maupun pembukuan dikarenakan pencatatan maupun pembukuan yang
42
mereka buat masih sederhana. Responden yang mengalami kendala dalam pencatatan maupun pembukuan yaitu sebanyak 13 responden (39%), kendala yang dihadapi pengelola UKM diantaranya kendala tidak ada waktu untuk membuat cacatan atau pembukuan karena
kesibukan dalam pekerjaan. Pengelola juga
merasa tidak membutuhkan pencatatan atau pembukuan dikarenakan pemilik mengelola sendiri usahanya jadi tahu perkembangan dari usahanya. Pelaporan akuntansi sangat sedikit dilakukan oleh pengelola UKM. Adapun kendala yang dialami pengelola UKM dalam pembuatan laporan akuntansi adalah terbatasnya kemampuan yang dimiliki oleh pengelola UKM, mereka mengangap bahwa laporan akuntansi itu sangat rumit dan sulit untuk dibuat. Tabel 29 Kendala Yang Dihadapi Pengelola UKM Jawaban Responden
Kendala Yang Dihadapi
Total
Ya
%
Tidak
%
Jumlah
%
Kendala pencatatan/ pembukuan
13
39%
20
61%
33
100%
Kedala Pelaporan Akuntansi
28
85%
5
15%
33
100%
Sumber : Data Primer Sebagian besar UKM dikelola oleh pemilik sendiri, sehingga pemilik sudah mengetahui perkembangan usahanya secara langsung. Dari adanya pengalaman yang sudah didapat pemilik selama
mengelola usahanya menunjukkan
kesimpulan bahwa tanpa menggunakan akuntansi usahanya dapat tetap berjalan, sebanyak 31 responden (93%) yang mengatakan demikian. Pengelola UKM yang mengatakan bahwa bisnis bisa berjalan tanpa akuntansi yaitu 93%. Hanya 7% responden yang mengatakan bahwa bisnis tidak dapat berjalan tanpa akuntansi karena usaha dikelola oleh karyawan.
43
Rancangan Pencatatan untuk UKM Berdasarkan hasil penelitian, setiap UKM menggunakan informasi yang berbeda-beda sesuai karakteristik usahanya. Untuk menyediakan informasi akuntansi tersebut, UKM membutuhkan dokumen pendukung. Berdasarkan analisis yang telah dilakukan, penulis menyarankan beberapa dokumen yang harus dimiliki oleh UKM. Dokumen yang perlu dimiliki untuk usaha jasa, dagang dan manufaktur adalah nota penjualan, dimana nota tersebut dapat digunakan untuk pencatatan penjualan (lihat gambar 1). Gambar 1 Nota Nota Toko Radio Sukses No : 01 Tanggal : 1 April 2013 Nama : Budi Keterangan Kabel AZ Lampu 201 Saklar Kipas Angin XY Rol Kabel
Jumlah Barang 2 3 5 2 4
Satuan
Harga Jumlah Rp.3.500 Rp.7.000 Rp.15.000 Rp.45.000 Rp.6.000 Rp.30.000 Rp.250.000 Rp.500.000 Rp.20.000 Rp.80.000 Total
Rp.662.000
Kwitansi merupakan tanda bukti pembayaran sejumlah uang secara tunai, sedangkan nota merupakan bukti atas pembelian sejumlah barang secara tunai. Pada usaha jasa seperti rias, catering, perlu memiliki kwitansi dan bukti pesanan pelanggan, lihat gambar 2 dan 3.
44
Gambar 2 Kwitansi
Kwitansi No: 01 Telah diteriam dari Susi Susanti Uang Sebanyak Rp.1.000.000 Guna membayar uang muka pesanan snack 500 dus
No: 01 Telah diteriama dari : Susi Susanti Uang Sebanyak : Satu juta rupiah Guna membayar : uang muka pesanan snack 500 dus
Purwodadi, 1 April 2013 Terbilang Rp.1.000.000
Gambar 3 Bukti Pesan Bukti Pesan Pravita Catering Nama : Alamat : No.Telp : Keterangan Pastel Bulo Mandarin Lemper
Jumlah Pesanan 500 500 500
Harga Rp.1000 Rp.2000 Rp.1500 Total Bayar Sisa
Jumlah Rp.500.000 Rp.1.000.000 Rp.750.000 Rp.1.350.000 Rp.500.000 Rp.850.000
Penulis juga mencoba merancangkan desain sederhana pencatatan bagi UKM, desain tersebut diantaranya catatan kas , catatan hutang, catatan piutang, persediaan barang, catatan penjualan, dan catatan pembelian. Catatan kas perlu dibuat oleh usaha yang bergerak di bidang jasa, dagang, maupun manufaktur, karena dari catatan kas masuk dan keluar maka dapat diketahui dengan jelas 45
berapa kas yang masuk dan keluar dari kegiatan usaha. Pada usaha yang melakukan transaksi secara kredit perlu membuat catan hutang dan piutang. Dari catatan hutang maka akan memudahkan pengelola dalam melihat berapa besar hutang yang dimiliki dan untuk memperkirakan kemampuan dalam melunasi hutang. Sedangkan catatan piutang dapat digunakan pengelola untuk mengetahui kapan piutang akan diterima dan untuk mengetahui kemampuan pembeli dalam membayar piutang. Usaha yang bergerak di bidang dagang perlu membuat catatan persediaan jika memiliki persediaan dengan jumlah yang besar dan jenisnya bermacam – macam, misalnya jika memiliki lebih dari 50 macam jenis persediaan. Untuk usaha manufaktur yang melakukan produksi sesuai dengan pesanan perlu memiliki catatan pesanan apabila menerima pesanan lebih dari 10 pelanggan. Catatan kas digunakan untuk mencatat berapa kas yang masuk dan berapa kas yang keluar serta keterangan yang menjelaskan kas yang masuk dan kas keluar. Catatan kas dibuat setiap hari untuk mengetahui saldo kas yang dimiliki per harinya. Dengan catatan kas pengelola usaha dapat melihat jumlah kas yang dimiliki secara cepat dari kolom saldo, selain itu juga dapat digunakan untuk mengawasi pemakian kas agar dapat digunakan secara efektif dengan melihat selisih kas masuk dan kas keluar. Dalam catatan kas mencatat diantaranya penjualan dan pembelian yang terjadi dari catatan penjualan dan catatan pembelian, lihat gambar 4 .
46
Gambar 4 Catatan Kas Catatan Kas Tanggal Keterangan 02-Apr-13 Penjualan 02-Apr-13 Pembelian
Masuk Rp.662.000
Keluar Rp.400.000
Saldo Rp.662.000 Rp.262.000
Catatan hutang dibuat setiap adanya transaksi hutang. Pencatatannya dibuat per pemasok. Setiap terjadinya pembelian secara kredit maka akan muncul hutang di kolom kredit dan dikolom saldo. Sedangkan pada saat pembayaran yang mengakibatkan piutang berkurang maka akan muncul nominal besarnya hutang pada kolom debit, lihat gambar 5. Gambar 5 Catatan Hutang Catatan Hutang Nama : Toni Telp : 081xxx Tanggal 02-Apr-13 10-Apr-13 20-Apr-13
Keterangan Pembelian Lampu Pembayaran Pelunasan
Hutang Rp.1.000.000 Rp.1.000.001
Pelunasan Rp.2.000.000
Saldo Rp.2.000.000 Rp.1.000.000 0
Catatan piutang dibuat per pelanggan. Dalam catatan piutang terdapat identitas pelanggan atau pembeli. Setiap adanya transaksi piutang maka akan
47
muncul dalam kolom debit beserta dengan keterangan dan saldo piutang. Pada saat terjadinya pembayaran maka akan muncul pada kolom kredit, lihat gambar 6. Gambar 6 Catatan Piutang Catatan Piutang Nama : Budi Alamat : Jalan Soponyono No.3 Telp : 081222xxx Tanggal 02-Apr-13 05-Apr-13 06-Apr-13
Keterangan Snack 200 dus (@ Rp.7000) Pembayaran Pelunasan
Piutang
Pelunasan
Saldo
Rp.1.000.000 Rp.400.000
Rp.1.400.000 Rp.400.000 0
Rp.1.400.000
Dalam catatan persediaan didalamnya terdapat tanggal, keterangan, nama barang, stock, stock masuk, harga beli, stock keluar, harga jual, dan sisa stock. Catatan persediaan dibuat setiap hari untuk mengetahui berapa jumlah persediaan, penjualan, dan pembelian pada hari tersebut. Pada saat terjadi pembelian maka akan muncul dalam kolom stock masuk, kolom harga beli, dan kolom sisa stock. Sedangkan saat terjadi penjualan maka akan muncul pada kolom stock keluar, harga jual, dan sisa stock. Dalam catatan persediaan barang diantaranya mencatat penjualan dan pembelian dari catatan penjualan dan pembelian, lihat gambar 7.
48
Gambar 7 Catatan Persediaan Barang Catatan Persediaan Barang Tanggal : 2 April 2013 No.Nota 11 01 12
Keterangan Persediaan Penjualan Pembelian
Nama Barang Kabel AZ Kabel AZ Kabel AZ
Stock 15 12
Stock Masuk
5
Harga Beli Rp.100.000 Rp.100.000 Rp.100.001
Stock Keluar
Harga Jual
3
Rp.110.000
Yang dicatat dalam catatan penjualan adalah setiap terjadinya transaksi penjualan. Setiap terjadinya penjualan maka dicatat dalam catatan penjualan dengan mengisi tanggal terjadinya penjualan, nama barang, jumlah barang, harga, dan jumlah. Dengan catatan penjualan maka dapat melihat penjualan produk yang terjadi, lihat gambar 8. Gambar 8 Catatan Penjualan Catatan Penjualan Tanggal : 2 April 2013 No.Nota Nama Barang 1 Kabel AZ 2 Lampu 201 3 Saklar 4 Kipas Angin XY 5 Rol Kabel
Jumlah Barang 2 3 5 2 4
Satuan
Harga Jual Rp.3.500 Rp.15.000 Rp.6.000 Rp.250.000 Rp.20.000
Jumlah (Rp) Rp.7.000 Rp.45.000 Rp.30.000 Rp.500.000 Rp.80.000
Rp.662.000
49
Sisa Stock 15 12 17
Catatan pembelian dibuat setiap terjadinya transaksi pembelian. Kegunaan catatan pembelian untuk mengetahui pembelian yang dilakukan pada waktu tertentu. Dari catatan pembelian kemudian akan dipindahkan dalam catatan persediaan barang. Dalam catatan pembelian terdapat tanggal, nama barang yang dibeli, jumlah barang, harga beli, dan jumlah, lihat gambar 9. Gambar 9 Catatan Pembelian Catatan Pembelian Tanggal Nama Barang 01-Apr-13 Kabel AZ 05-Apr-13 Lampu 201 20-Apr-13 Saklar 003
Jumlah Barang 10 20 50
Satuan
Harga Beli Rp.100.000 Rp.13.000 Rp.5.000
Jumlah (Rp) Rp.1.000.000 Rp.260.000 Rp.250.000
Rp.1510.000
Usaha yang bergerak dibidang manufaktur perlu memiliki catatan pesanan utuk mencatat pesanan pelanggan. Dalam catatan pesanan terdapat kolom tanggal pesan, nama, keterangan dari produk yang dipesan, jumlah pesanan, harga, jumlah, dan paraf , llihat gambar 10.
50
Catatan 10 Catatan Pesanan Catatan Pesanan Tirta Langga
Tanggal 01-Apr-13 02-Apr-13 03-Apr-13 04-Apr-13
Nama Ani Budi Susi Dodi
Keterangan Tahu Putih Tahu Kuning Tahu besar Tahu Putih
Jumlah Pesanan 100 200 10 100
51
Harga Rp.500 Rp.500 Rp.20.000 Rp.500
Jumlah Rp.50.000 Rp.100.000 Rp.200.000 Rp.50.000
Paraf √ √ √ √
PENUTUP Kesimpulan Informasi akuntansi yang dimiliki UKM adalah berupa dokumen, catatan, dan laporan. Dokumen yang yang banyak dimiliki responden adalah nota/faktur pembelian yaitu 90%, dari nota/faktur penjualan dapat diketahui pembelian yang dilakukan dan dapat juga diketahui pula hutang yang dimiliki apabila melakukan pembelian secara kredit. Nota/ faktur penjualan dimiliki sebanyak 54% responden dengan periodisasi pembuatan setiap terjadinya transaksi. Nota penjualan bagi pengelola UKM dapat digunakan untuk mengecek kas masuk dari penjualan dan mengecek persediaan. Kwitansi dimikiki oleh 8 responden (24%) dengan periodisasi pembuatan setiap terjadinya transaksi. Bagi pengelola UKM kwitansi digunakan untuk mengetahui berapa kas yang masuk dan berapa sisa piutang oleh konsumen. Rekening yang dimiliki seperti rekening listrik, air digunakan untuk mencatat biaya –biaya yang dikeluarkan untuk kegiatan operasional usaha. Catatan/Buku yang sering dibuat oleh responden adalah catatan piutang (72%), dengan periodisasi pembuatan setiap terjadinya transaksi. Catatan/ buku kas masuk dan keluar (60%) dengan periodisasi harian. Catatan/ buku biaya gaji dan selain gaji (54%) dengan periodisasi setiap bulannya. Catatan/ buku pendapatan dan pengeluaran (42%) dengan periodisasi harian. Sedangkan laporan yang dibuat oleh sebagian besar pengelola usaha adalah laporan laporan laba rugi (15%) dengan periodisasi pembuatan tiap bulan. Laporan neraca (12%) dengan periodisasi pembuatan tiap tahun.Laporan kas 12% dengan periodisasi pembuatan tiap bulan. Laporan persediaan 3% periodisasi setiap tahun.
52
Informasi yang digunakan oleh pengelola UKM untuk pengambilan keputusan bisnis berupa informasi tertulis dan tidak tertulis. Informasi tidak tertulis yaitu informasi berdasarkan perkiraan (ingatan) jumlah persediaan yang tersedia atau dengan melihat persediaan fisik digunakan oleh 79% responden. Hanya 21% responden yang menggunakan informasi tertulis berdasarkan catatan persediaan, buku pesanan. Informasi yang digunakan untuk mengetahui harga pokok adalah nota atau nota pembelian yaitu 26 responden (79%). Informasi yang digunakan dalam menentukan harga jual menggunakan informasi tidak tertulis berdasarkan prosentase keuntungan yang diharapakan yaitu sebanyak 84%, hanya 16% responden menggunakan informasi tertulis yaitu harga pasar. Informasi tertulis dan tidak tertulis juga digunakan dalam penilaian kinerja usaha pada UKM. Dalam penilaian kinerja usaha, pengelola UKM menggunakan informasi untuk mengetahui omzet dan juga peningkatan omzet yaitu dengan informasi tertulis berupa catatan penjualan atau pendapatan digunakan oleh 69% responden dalam menilai kinerja untuk mengetahui informasi mengenai omzet dan juga peningkatan omzet. Informasi tertulis yaitu catatan/ buku kas masuk dan kas keluar digunakan oleh 60% responden untuk mengukur laba rugi
dan
peningkatan laba. Dari informasi tertulis mengenai laba maka pengelola usaha dapat menilai kinerja usahanya meningkat, stabil, ataupun menurun. Responden yang mengalami kendala dalam pencatatan maupun pembukuan hanya sebanyak 39%, kendala yang dihadapi pengelola UKM diantaranya kendala tidak ada waktu untuk membuat cacatan atau pembukuan karena kesibukan dalam pekerjaan. Pengelola juga merasa tidak membutuhkan pencatatan atau pembukuan dikarenakan pemilik mengelola sendiri usahanya jadi tahu perkembangan dari
53
usahanya. Kendala yang dialami pengelola UKM dalam pembuatan laporan akuntansi adalah terbatasnya kemampuan yang dimiliki oleh pengelola UKM, mereka mengangap bahwa laporan akuntansi itu sangat rumit dan sulit untuk dibuat. Saran Pengelola UKM perlu membuat pencatatan yang sesuai dengan kebutuhan dalam kegiatan usahanya. Catatan ini pada akhirnya akan memberikan informasi akuntansi yang dapat digunakan dalam
pengambilan keputusan bisnis dan
penilaian kinerja usaha. Penulis memberikan saran pada pengelola UKM untuk memiliki beberapa dokumen dan catatan untuk mendukung kegiatan usahanya (lihat tabel 30). Tabel 30 Saran Dokumen, Catatan yang Harus Dimiliki UKM No 1 2 3 4 5 5 6 7 8
Dokumen, Catatan
Jasa √ √ √ √ √ √
Jenis Usaha Dagang Manufaktur √ √
Nota Kwitansi Bukti Pesanan Catatan Kas √ Catatan Hutang √ Catatan Piutang √ Catatan Penjualan √ Catatan Pembelian √ Catatan Pesanan √ Sumber : Data Primer
√ √ √
√
Mengingat terbatasnya kemampuan pengelola UKM dalam melakukan pencatatan dan pelaporan keuangan maka perlu peran Dinas Koperasi dan UMKM dalam kegiatan pendampingan dan pelatihan akuntansi. Pelatihan yang dibutuhkan pengelola UKM antara lain pelatihan pembuatan laporan keuangan,
54
pembukuan yang sederhana, pembukuan yang cocok untuk UKM dan pencatatan serta pelaporan yang mudah diterapkan pada UKM. Keterbatasana Penelitian Keterbatasan dalam penelitian ini adalah mengenai keakuratan data. Sebagian responden kurang terbuka untuk mengungkapkan secara pasti mengenai omzet ,asset dan hutang yang mereka miliki. Selain itu keterbatasan penilitian yang lain yaitu subyektivitas dalam menginterpretasikan jawaban responden.
55
DAFTAR PUSTAKA
Arifin , 2010, “Penerapan Akuntansi Pada Usaha Mikro Kecil Dan Menengah (UMKM) studi kasus di usaha pertokoan di jalan Jenderal Sudirman Salatiga”. Skripsi Program S1 Fakultas Ekonomika dan Bisnis Universitas Kristen Satya Wacana. Fahmi, Irham. 2010. Manajemen Kunerja Teori dan Aplikasi. Alfabeta, Bandung. Handayani, 2011. “Faktor yang mempengaruhi Penggunaan Informasi Akuntansi Usaha Kecil Menengah”. Akuntabilitas Vol 11 No 1. Helfert, 1997, Teknik Analisis Keuangan Petunjuk Praktis untuk Mengelola dan Mengukur Kinerja Perusahaan, Jakarta : Erlangga. Irawan, 2007, Kewirausahaan UKM Pemikiran dan Pengalaman, Yogyakarta : Graha Ilmu Iswari, D A A Ratih, 2011, Penilaian Kinerja Aspek Finansial dan Non Finansial Perusahaan Daerah Pasar Kota Denpasar. Tesis Program Magister Program Studi Ilmu Ekonomi Program Pascasarjana Universitas Udayana Denpasar. Jogiyanto, 2005, Sistem Teknologi Informasi, Yogyakarta : Andi Karyawati, Golrida, 2008, Akuntansi Usaha Kecil untuk Berkembang, Jakarta. Kristina, Linda, 2009, “Akuntansi Usaha Kecil Menengah Studi Kasus di Kec. Sidorejo kota Salatiga”. Skripsi Program S1 Fakultas Ekonomika dan Bisnis Universitas Kristen Satya Wacana. Pinasti, M. 2007. “Pengaruh Penyelenggaraan Dan Penggunaan Informasi Akuntansi Terhadap Persepsi Pengusaha Kecil Atas Informasi Akuntansi : Suatu Riset Eksperimen”. Simponsium Nasional Akuntansi X. Hermawan, Findi Esa Putri Putri, 2010, “Penerapan Akuntansi Pada Usaha Kecil Studi Kasus Pada Perusahaan Kecil di Magelang”. Skripsi Program S1 Fakultas Ekonomika dan Bisnis Universitas Kristen Satya Wacana. Radford, K, J. 1984, Analisis Keputusan Manajemen, Jakarta : Erlangga
56
Romney, Marshall B., Paul John Steinbart, 2005, Sistem Informasi Akuntansi, Jakarta : Salemba Empat. Romney, Marshall B., Paul John Steinbart, 2006, Sistem Informasi Akuntansi, Jakarta : Salemba Empat. Soemarso, S.R., 1992, Akuntansi Suatu Pengantar, Jakarta : Rineka Cipta Supramono, Intiyas Utami, 2003, Desain Proposal Penelitian, Salatiga : FE UKSW Sugiyono, 2010, Metode Penelitian Pendidikan, ALFABETA, Bandung. Tunggal, Amin Widjaja, 1997, Akuntansi Untuk Perusahaan Kecil dan Menengah, Jakarta : PT Rineka Cipta Undang-undang No 20 Tahun 2008 Tentang Usaha Mikro Kecil dan Menengah. Pdf.http://www.smecda.com diakses pada tanggal 5 Februari 20011, pukul 09:00 WIB Warren, Carl S., James M., Reeve and Philip E., Fess, 2005, Pengantar Akuntansi, Jakarta : Salemba Empat. Widayanti, Rita, dkk. 2009, Manajemen Keuangan, Salatiga : Fakultas Ekonomi Universitas Kristen Satya Wacana
57
DAFTAR RIWAYAT HIDUP Nama
: Mira Kristiani
Tempat/ Tgl lahir
: Purwodadi/ 8 Februari 1989
Alamat Asal
: Jalan Banyuono 1 No.39B
Nama Orang Tua
: Slamet Widodo (Ayah) Hartini (Ibu)
Judul Skripsi
: Penggunaa Informasi Akuntansi Untuk Pengambilan Keputusan Bisnis Dan Penilaian Kinerja Pada Usaha Kecil Menengah (Studi Kasus Usaha Kecil Menengah Di Purwodadi)
Riwayat Pendidikan : TK Trisula I
Prurwodadi
Lulus Tahun 1995
SD Negeri 2
Purwodadi
Lulus Tahun 2002
SMP Negeri 3
Purwodadi
Lulus Tahun 2005
SMA Kristen
Purwodadi
Lulus Tahun 2008
Fakultas Ekonomika dan Bisnis UKSW Salatiga 2009 – sekarang Pengalaman Organisasi -
Panitia seminar Committee The 1st International Student Conference On Climate Change 2011
58
Pengalaman Seminar -
Seminar Enterpreneurship 2009
-
Seminar International Conference SME s Empowerment : Rhetoric And Reality 2009
-
Seminar Nasional On Accounting “Peran Akuntansi Dalam Pemberantasan Korupsi” 2010
-
Seminar Kerohanian Kampus “Free Sex, Is It Tru Love?” 2011
-
Seminar How To Build Our Barganing Power On International Joint Venture Context 2011
-
Seminar Peran Perbankan Dan Sektor Bisnis Dalam Era Masyarakat Ekonomi Asean 2013
-
Semianar Kontrak Derivatif Komoditi Dan Peluang Bisnis Perdagangan Berjangka 2013
59