Dengan Menyebut Nama Allah Yang Maha Pengasih Lagi Maha Penyayang
i
المؤتمر الدولي السنوي األول عن جمعية إسالمية نهضة الوطن PROCEEDING 1st ANNUAL INTERNATIONAL CONFERENCE ON ISLAMIC ORGANIZATION OF NAHDLATUL WATHAN (1st AICIO-NW 2016)
THEME "RETHINKING CONCEPT AND PRACTICE OF ISLAMIC EDUCATION"
Keynote Speaker: Al-Syaikh Majid Said (Director of Madrasah Assaulatiah Makkah al-Mukarramah) Invited Speakers: Ass.Prof. Dr. Harapandi Dahri, MA. (Brunei Darussalam) Puan Ass. Prof. Faizah Idrus (IIUM- Malaysia) Dr. Ali An Seun Gun, M.A. (아리 안 슨 군-한국) (Korea) Kevin W Fogg. (Oxford University) Puan Dr. Datin Nurzilawati Binti Raja Akhmad (As-Shofa- Malaysia)
ORGANIZED BY: NAHDLATUL WATHAN MATARAM UNIVERSITY ISLAMIC INSTUTE OF HAMZANWADI HULTAH 81st COMMITEE
2016
Penerbit UNW Mataram Press iii
Proceeding
1st Annual International Conference on Islamic Organization of Nahdlatul Wathan (1st AICIONW) Editor
: Dr. Siti Rahmi, M.Pd., Marham Juprihadi, M.Ed., Tarmizi,M.Pd.. Didin Hadi Syahputra, M.M., Lela Rahmawati, M.Pd. Desain Cover : M. Gufran Haramain, QH.S.Sos Pemeriksa Aksara: Abdullah Lay Out : Dr. Muhammad Thohri, M.Pd. Cetakan Pertama : Rabiul Awwal 1438 H/ Desember 2016 M Penerbit UNW Mataram Press Jl. Kaktus No. 1 -3 Mataram (0370) 641275
[email protected] Bekerjasama dengan Universitas Nahdlatul Wathan Mataram Institut Agama Islam Hamzanwadi NW Lombok Timur Panitia HULTAH NWDI ke 81 1438/ 2016, xiii + 476 hlm ISBN: 978-602-60761-0-6
Hak cipta dilindungi Undang-Undang. Dilarang mengutip atau memperbanyak sebagian atau seluruh isi buku ini dalam bentuk apapun, tanpa izin tertulis dari Penerbit. iv
A. Steering Commitee: 1) Raden TGB. KH. Lalu Gede Muhammad Zainuddin Atsani, Lc.,M.Pd.I 2) H. Lalu Gede Syamsul Mujahidin, SE. 3) Lale Yaqutunnafis, S.Sos., MM. 4) Dr. Muhammad Thohri, M.Pd. 5) Dr. H. Fahrurrozi, MA. 6) Lalu Fauzi Haryadi, S.Sos.I 7) H. Alidah Nur, M.Pd.I 8) Zainul Fahmi, M.Pd B. Organizing Committee: 1) Dr. Siti Rahmi, M.Pd. (Chairman) 2) Marham Jupri Hadi, M.Ed. (Secretary) 3) Tarmizi, M.Pd. (Treasurer) C. Members: 1) Isnaini Yulianita Hafi,M.Pd. 2) Martini, M.Pd.I. 3) Didin Hadi Saputra, M.M. 4) Meiyanti Widyaningrum, M.E. 5) Zulhariadi, M.Pd. 6) Syukrina Rahmawati, S.Pd., M.Hum. 7) Rabi’atul Adawiyah, M.Pd. 8) Desi Suryati, M.E. 9) Lilik Hidayati, M.Si. 10) Baiq Salkiah, M.Si. 11) Lela Rahmawati, M.Pd. 12) Muslaini, S.Pd. 13) Dr. H. Fahrurrozi, M.A 14) TGH. Muhammad Yusron Azzahidi, QH.,M.H.I 15) Hurnawijaya, QH.,M.H.I. 16) Erni Sona Aristia, QH.,S.Pd. 17) Hidayatussakinah, QH.,S.Pd. 18) M. Gufran, QH.,S.Sos 19) Mariani, S.P.,M.Si 20) Zainul Munawwir, S,Pd. 21) Mislaini Maisarah 22) Idham Khalid 23) Idyatul Fitri 24) Mukarramul Azmi 25) Erwin Sulpiyanto 26) Tohri Tahir 27) Akhmad Turmuzi 28) M. Fahrurrozi 29) Laelatul Hayat
v
30) Nasrullah 31) Pauzi Handayani 32) Miranti 33) Yulia Putri Mantika 34) Arif Rahman Hakim 35) Nurkarimah 36) Mahmud Yasin 37) Martinus Pagalewu 38) Silvia 39) Ida Rohidayanti 40) Diana
vi
SAMBUTAN PANITIA Bismillaahi wa bihamdihi Assalaamu ‘alaikum warahmatullahi wabarokaatuh Yang Terhormat Rektor Universitas Nahdlatul Wathan Mataram Yang Terhormat Rektor IAIH Hamzanwadi Lombok Timur Yang Terhormat Ketua Panitia Hultah NWDI ke-81 Yang Terhormat para Rektor dan Pimpinan Perguruan Tinggi Negeri dan Swasta Yang Terhormat Para Direktur Sekolah Pascasarjana Yang Terhormat Para Guru Besar Yang Terhormat Keynote Speaker: Al-Syaikh Majid Said Mas’ud Salim Rahmatullah Yang terhormat para invited speakers Yang Terhormat Para rekan-rekan dosen, mahasiswa dan seluruh pemakalah dan peserta 1st AICIONW Selamat Pagi Good Morning Shobahul khair Johweun achim imnida Salam sejahtera untuk kita semua Terima kasih yang tak terhingga kami ucapkan untuk keynote speaker dan invited speakers Mr. Kevin W Fogg, thank you for your coming to our lovely campus and joint us in this comittee. Uri Gyosunim Dr. Ali An Seun Gun ssi. Co eum bwepgesemnida, hwaniyong hamnida uri Daehakyo e wasseyo, jeongmal gamsahamnida. Para Puan dari Negeri Jiran Malaysia Puan Associated Prof. Faizah Idrus (IIUM) terima kasih atas kesempatannya datang ke kampus kami Puan Dr. Datin Norzilawati Binti Raja Akhmad (As-Shofa-Malaysia) atau pejabat yang mewakili Tuan Associated Prof. Harapandi dahri Syahrum (Kolej Universiti Ugama-Bandar Seri Begawan) terima kasih atas kesempatannya mengunjungi kampus kami. Para guru besar sekaligus orang tua dan pembimbing kami: Prof. Dr. Said Agil al-Idrus Prof. Dr. Muhammad Taufik Prof. Mahyuni, M.A.,Ph.D. Terima kasih atas perkenannya. Rekan-rekan pemakalah dari seluruh penjuru Nusantara, peserta 1st AICIO dari berbagai instansi dan lembaga pendidikan, akademisi, praktisi, dan pemegang kebijakan, kami ucapkan selamat datang di kampus kami tercinta Universitas Nahdlatul Wathan Mataram. Para crew 1st AICIONW yang saya banggakan. Terima kasih untuk kerjasama yang solid.
vii
Hadirin yang berbahagia! Pada kesempatan ini izinkan kami selaku ketua panitia melaporkan beberapa hal: 1. Persiapan 1st AICIONW kurang lebih dua bulan, event serupa normal persiapannya selama rentang waktu 6 bulan sampai dengan 1 tahun 2. Pemakalah datang dari berbagai Perguruan Tinggi di NTB dan Nusantara. Di antaranya: STAIN Tajkengon- Aceh, Universitas Islam Riau, UPI Bandung dan Kampus Sumedang, Universitas Negeri Malang, Univ. Muhammadiyah Ponorogo, UIN Malang, IAIH Al-Aqidah Jakarta, Universitas Mataram, IAIN Mataram, STIBA bumi Gora,STIKES, dan lain-lain. Bahkan ada yang datang dari negeri Jiran- Malaysia. 3. Peserta sejumlah 850 peserta dan 80 orang pemakalah yang terdiri dari para akademisi, praktisi, pemegang kebijakan dan mahasiswa 4. Sumber dana dari kegiatan ini murni berasal dari peserta dan pemakalah 5. Panitia 1st AICIONW merupakan kolaborasi dari UNW Mataram, IAIH Hamzanwadi Lombok Timur dan Panitia hultah NWDI yang ke-81. 6. Dalam pelaksanaannya, 1st AICIONW semula dibagi ke dalam 5 katagori, yakni: (1) Islamic studies; (2) Education & Media; (3) Literature & Linguuistic; (4) Culture & Social Studies dan (5) Elective Topic/theme. Hadirin yang Berbahagia! Adapun pelaksanaan dari 1st AICIONW adalah acara pembukaan dirangkai dengan parallel session yang dibagi ke dalam 5 ruang/kelompok sesuai dengan katagori keilmuan dari masing-masing pemakalah. Masing-masing ruang akan dihadiri oleh 5-10 pemakalah dan 20-25 peserta yang dipandu oleh seorang moderator dan seorang penanggung jawab ruangan. Kemudian kumpulan makalah akan dibukukan menjadi sebuah proceeding dan insyaaloh akan diusahakan agar terindex di Google Scholar, Eric, dan Scopus. Makalah proceeding berisi kumpulan makalah dalam bahasa Bahasa Indonesia, Arab, Bahasa Inggris, Bahasa Korea, dan Bahasa Melayu. Hadirin yang berbahagia! Jargon 1st AICIONW kami maknai sebagai “the first time you see NW-the first time we see you.” Kami merencanakan kegiatan silaturrahmi ilmiah ini akan menjadi agenda tahunan kami. Hadirin yang Berbahagia! Inilah kami- Inilah kesederhanaan kami Untuk melaksanakan kegiatan ini-kami nyaris kehilangan kata-nyaris kehilangan tenaga-tetapi insyaaloh tidak sampai kehilangan suara. Hanya dengan modal nekad dan tekad, kami berharap Anda semua tetap semangat. Hadirin yang berbahagia! Akhirnya, dengan segala kekurangan dan keterbatasan kami, kami yakin kegiatan ini masih jauh dari kata sempurna. Kami mohon maaf yang sebesar-besarnya. Insyaaloh, kegiatan selanjutnya akan lebih baik, lebih rancak, lebih seronok (Melayu), amiin. Wallohulmuwaffiqu walhaadi ila sabiilirrosyaad Wassalamu ‘alaikum warahmatullaahi wabarokatuh Salam Hormat Panitia
viii
DAFTAR ISI SAMBUTAN PANITIA__vii DAFTAR ISI__ix GROUP A: KEYNOTE SPEAKER DAN INVITED SPEAKERS
Kitab Turats Sebagai Media Pendidikan: Dahulu dan Masa Kini [Dr. H. Harapandi Dahri Syahrum, M.A]__2 The History of Islam In Korea (한국 이슬람의 역사) [Dr. Ali An Seun Gun, M.A]__13 Culturally Responsive Pedagogy in Multicultural Society in The Lens of Islam. Where Do We Go From Here? [Dr. Faizah Idrus]__25 Indonesian Islamic Organizations in International Context: What Makes Indonesia Exceptional? [Kevin W. Fogg, Ph.D]__30
GROUP B: LITERATURE & LINGUISTIC
Program Development For Teaching English for Young Learners at 7th Grade Students [Muslaini]__33 Kajian Psikologi Sastra Berbasis Pendidikan Karakter Bagi Pembaca [Syukrina Rahmawati, S.Pd., M.Hum; Murniati; Rukayah]__38 Kesantunan Berbahasa Masyarakat Suku Sasak dan Korelasinya Terhadap Peningkatan Angka Perceraian di Lombok Timur [Bukhori Muslim; Sukran Makmun; Zulhairi]__42 Perilaku Berliterasi Dalam Upaya Peningkatan Kemampuan Berpresentasi [Isnaini Yulianita Hafi, S.Pd.,M.Pd]__49 Peranan Bahasa Ibu dalam Pengembangan Budaya Literasi [Rabiyatul Adawiyah]__55 Justifikasi ‘Bodoh’ Guru Terhadap Kemampuan Siswa (Kajian Empiris Beberapa Kasus Siswa di Sekolah) [Ria Saputri]__61 Billingual Education in Islamic Boarding School [Sulpiani; Erni Sona Aristia; Zurhan Afriadi; Hidayatussakinah]__65 Word and Culture in Sapir-Whorf Hypothesis Seen in The Main Character of Around the World in Eighty Days Movie [Khusnul Khotimah]__70 Model Pembelajaran Berbasis Lingkungan pada Pengajaran Sastra Indonesia [Bohri Rahman]__78 A Proposed Model For Teachers Professional Development in Nahdlatul Wathan Pesantren [Marham Jupri Hadi]__85 An Analysis of Form, Function and Meaning of Lelakaq Addressed of Sorong Serah Rituals in Traditional Wedding of Sasak Culture [Tarmizi]__95 Model Bahan Ajar Bahasa Indonesia untuk Meningkatkan Keterampilan Berpikir Kritis Mahasiswa [Dr. Muhammad Thohri, M.Pd]__102
ix
GROUP C: SOCIAL STUDIES
Strategi Managemen Badan Amil Zakat (BAZ) dalam Membangun Loyalitas Muzakki dan Dampaknya Terhadap Keunggulan Bersaing (Studi Kasus pada Badan Amil Zakat Kota Mataram) [Meiyanti Widyaningrum]__110 Tinjauan Filosofis Pengembangan Sumber Daya Manusia dalam Pendidikan Islam [Baiq Salkiah, S.Pd.,M.Si]__116 Penerapan Sistem Layanan Akademik Berbasis Total Quality Management (TQM) di Pendidikan Tinggi (Studi pada Universitas Nahdlatul Wathan Mataram) [Lale Yaqutunnafis]__121 An Analysis of The Readiness The Banyu Mulek, Kediri, West Lombok, West Nusa Tenggara in Dealing With The Asean Economic Community (AEC) [Rohmiati Amini]__126 Education Management For Business Based on Shariah Compliance [Nuurul ‘Afiah Bte Mamad; Ruhaiza Binti Jauzi]__132 Implementing TQM in Managing Sesaot Village as Desa Wisata: Marketing Management Education Perspective [Didin Hadi Saputra]__140 Pengembangan Sumber Daya Manusia dalam Pendidikan Islam [Desi Suryati, M.E]__143 Profil Tenaga Kerja Perempuan Berdasarkan Tingkat Pendidikan dan Analisis Perkembangannya di Kabupaten Lombok Barat Tahun 2010-2014 [Musniasih Yuniati]__148 Otonomi Pendidikan di Lingkungan Sekolah dan Tantangan Mutu di Masa Depan [Marzuki]__151 Strengthening Quality Assurance Position In The Context Educaiton Quality Management [Drs. Lalu Syauki, Ms.,M.Pd; Dr. Siti Rahmi, M.Pd]__157 Quality Issues in Secondary Schools [Suryadi; Marham Juprihadi, M.Ed]__164
GROUP D: ELECTIVE TOPIC
Rasionalitas Pendidikan Berbasis Kearifan Lokal: Studi Pendahuluan Pengembangan Praksis Pendidikan Berbasis Kearifan Lokal Masyarakat Gayo [Al Musanna]__168 Pola Asuh Orangtua dalam Pembiasaan Shalat Anak Usia 7-14 Tahun [Martini, M.Pd.I]__174 The Urgency of Autonomy of Islamic Boarding Schools to Face The Asean Economic Community (AEC) [Purnawarman; Imron Jayadi; Nurkarimah]__179 Transformasi Civil-NW Melalui Pendidikan (Analisis Pengembangan Civic Education Berbasis Konsep Peradaban Nahdlatul Wathan) [Dr. H. Masnun Tahir, M.Ag; Muh. Alwi Parhanudin, S.Sos.I.,M.Si]__184 Optimalisasi Program Bantuan Langsung Masyarakat Pengembangan Usaha Agribisnis Pedesaan (BLMPUAP) dalam Membangun Lembaga Keuangan Mikro Syariah (LKMS) Berbasis Agribisnis di Kabupaten Sumbawa Barat [Zaenafi Ariani, M.E]__190 Akulturasi Budaya Bali ke dalam Budaya Lombok [Mohammad Liwa Irrubai]__195 Pembelajaran Hukum Islam dan Muatan Kurikulum Fiqh Ma’had DQH NW [Hurnawijaya, QH.,M.HI]__204
x
Sains Teknologi Masyarakat [Dwi Agustini, M.Pd; Hilda Ernani, M.Pd]__211 Gender Issues in Islamic Education: A Situational Analysis [Sukmawati]__218 Komitmen Kerja pada Guru Honorer untuk Meningkatkan Kualitas Prestasi Siswa [Khairi Wardi]__222 Penilaian Berbasis Karakter [Muh. Hifni, M.Pd]__227 River Pollution in Some Cities in Indonesia And Its Negative Impacts [Muhammad Zulhariadi, M.Pd]__230 Islam dan Pendidikan Multikultural: Internalisasi Multikulturalisme di Tripusat Pendidikan Islam [Dr. Abdul Quddus]__241 Orientasi Baru Paedagogik: Merancang Pendidikan Agama Berwawasan Pluralismultikultural [Dr. Abdul Fattah, M.Fil.I]__249 Pendidikan dan Dinamika Kemanusiaan Kontemporer: Tela’ah Teo-Psiko-Transformatif [Prof. Dr. H. M. Taufik, M.A]_254 Tuan Guru’s Political Behavior in Regional Head’s Election (Pemilukada) (Study of Political Behavior Tuan Guru in Local Political Dynamics in West Lombok Regency) [Dr. Nazar Naamy, M.Si]__263 Pendidikan Multikultur Berbasis Kearifan Lokal dalam Pembelajaran di Sekolah Dasar [Dr. Nurdinah Hanifah, M.Pd]__274 Gender Issues in Islamic Education [Sukmawati, M.Si]__280 Inquiry Method Using Simulation Media in Constructing Mathematic Ideas: An Action Research [Lilik Hidayati]__283
GROUP E: ISLAMIC STUDIES
Kontribusi Organisasi Nahdlatul Wathan dalam Pengembangan Islam Indonesia [Dr. H. Fahrurrozi, MA]__286 Hubungan Musyarakah dalam Akuntansi Syari’ah dengan Kemandirian Ekonomi Mahasiswa dan Alumni Program Studi Pendidikan Akuntansi Universitas Islam Riau [Andri Eko Prabowo, S.Pd.,M.Pd]__300 Pendekatan Sistem: Sebuah Keniscayaan dalam Mewujudkan Pendidikan Islam Integratif-Holistik [Emawati, M. Ag] __307 Sejarah Pendidikan Islam pada Masa Abbasiyyah [Siti Umroh Amrillah, M.Pd.I]__313 Model Pendidikan Lingkungan Hidup dengan Penerapan Nilai-nilai Islam di Pondok Pesantren [Harja Effendi]__319 Kemiskinan Perspektif Al-Quran dan Solusinya [Lalu Mustajab, M.Pd.I]__325 Nikah Taḥlīl: Pemikiran Imam Al-Syāfi’ī dan Imam Ibn ‘Arabī [TGH. Muhammad Yusron Azzahidi, QH.,M. HI]__331 Merawat Tradisi Menyambut Modernisasi: Kajian Terhadap Ajaran Intelektual Nahdlatul Wathan Warisan Maulana Hamzanwadi [M. Gufran, QH.,S.Sos]__339 Mengenal Lebih Dekat Pendidikan Pesantren [Muslihan Habib]__348
xi
Psikologi Pendidikan: Metode Pembelajaran (Recognizing and Recognized) untuk Mencetak Mahasiswa Berintelektual dan Berketerampilan Serta Berlandaskan Iman dan Takwa [Mariani, S.P.,M.Si]__357
GROUP F: MEDIA AND EDUCATIONS
Implementasi Kebijakan Pembelajaran Tematik Terpadu Kurikulum 2013 di SDN Kauman 1 Malang dan SD Muhammadiyah 1 Malang [Mulyadin]__363 Facebook: An Effective E-Learning Mode in The Blended Learning Efl Classrooms in Indonesian Higher Education [Husnawadi]__371 How to Make Yourself Happy (As a Lecturer) [Abyadul fitriyah]__380 The Role of School Principals in Developing School Culture [Ardhana Januar Mahardhani, M.Kp]__384 Improving Students Science Process Skills of Grade X of MAN 2 Model Mataram Through Physics Practice Model Based on Guided Inquiry [Bahtiar; Wasis; Yuni Sri Rahayu]__387 The Development of Instruction Model For Improving Student’s Capability of Science Literacy of Junior High School, and Its’ Implementation in New Curriculum (2013) [D. Setiadi; A. Djohar; Mukhidin; T. Ruhimat]__397 Pengembangan Modul Pembelajaran Bahasa Inggris Berbasis Media Mp3 di SMP Terbuka Praya Timur 1 [Lalu Agus Darma Zulkaid]__406 The Advantages of Using Social Media (Facebook) to Support Learning Process [Lalu Apin Suagari Lansat]__413 Identifikasi faktor penyebab rendahnya pemanfaatan teknologi informasi dan komputer sebagai media pembelajaran bahasa inggris di sekolah [Marham Juprihadi, M.Ed; Rahmawati, l]__416 Kompetensi Pengawas Pendidikan Agama Islam dan Motivasi Kerja Guru Pendidikan Agama Islam [Mansur]__421 Education and structural poverty [Dr. H. M. Mugni, M.Pd.,.M,Kom]__431 Pengaruh Pemberian Reward Terhadap Motivasi Belajar Siswa pada Mata Pelajaran Fisika Kelas VII di MTs NW 02 Kembang Kerang Tahun Ajaran 2012/2013 [Taqiudin zarkasi; Muslihatun; Kaharuddin]__437 Pembelajaran IPS SD dengan Inkuiri [Rusmawan]__446 Pengembangan Kompetensi Guru pada Lembaga Pendidikan Islam (Studi Kebijakan Pengembangan Guru pada Madrasah) [Dr. Lalu Sirajul Hadi]__454 Peranan Pendidikan Pondok Pesantren dalam Pembentukan Karakter Anak [Muhammad Zainul Pahmi, M.Pd]__459
xii
GROUP G: ABSTRACTS
The Role of Discourse Analysis in Teaching English As a Foreign Language [Prof. Mahyuni, M.A.,Ph.D]__470 Universitas Nahdlatul Wathan (UNW) Mataram Mercusuar Pergerakan dan Pemikir NW [Prof. Dr. Agil Al Idrus]__471 Rethinking The Education Policy in Administering Governmental Practices in Improving The Health Care and Education of Neglected Moslems in Mataram [Dr. Chairun Nasirin]__473 Using Mail Merge to Teaching Verbs [Jupri, M. Pd]__474 Metode Inkuiri dalam Kontruksi Ide Matematis [Lilik Hidayat]__475 Persepsi Guru Terhadap Gaya Belajar Felder-Silverman pada Pembelajaran Sains di Sekolah Dasar [Marzoan; Punaji Setyodari; Saida Ulfa; Dedi Kuswandi]__476
xiii
HUBUNGAN MUSYARAKAH DALAM AKUNTANSI SYARI’AH DENGAN KEMANDIRIAN EKONOMI MAHASISWA DAN ALUMNI PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AKUNTANSI UNIVERSITAS ISLAM RIAU Andri Eko Prabowo, S.Pd., M.Pd. Dosen Universitas Islam Riau
[email protected]/
[email protected] Abstrak Pertumbuhan penduduk yang terus meningkat tanpa disertai oleh kemampuan sumber daya manusia yang handal dapat meningkatkan angka pengangguran terbuka. Pemerintah melalui lembaga pendidikan berusaha menekan angka pengangguran terbuka, namun hingga saat ini hasil yang diharapkan belum terlihat nyata. Hal ini selain disebabkan oleh kurang terintegrasi kurikulum pendidikan dengan dunia kerja, juga disebabkan oleh kurangnya modal yang dimiliki oleh mahasiswa dan alumni dalam membangun usaha sendiri. Oleh karena itu untuk mewujudkan kemandirian finansial mahasiswa dan alumni pendidikan tinggi, ekonomi syari‟ah menawarkan solusi komprehensif yaitu dengan menggunakan akad musyarakah. Penggunaan akad musyarakah dalam usaha membangun usaha bersama secara mandiri, secara teoritis terbukti dapat meningkatkan kemandirian finansial mahasiswa dan alumni program studi pendidikan akuntansi Universitas Islam Riau. Namun demikian untuk mendukung dan membuktikan kebenaran kajian teoritis ini perlu dilakukan penelitian yang lebih dalam dengan melibatan data-data kualitatif. Kata Kunci: pendidikan, kemandirian ekonomi, musyarakah. A. Pendahuluan Pertumbuhan penduduk Indonesia yang cukup tinggi memicu munculnya dua hal yaitu potensi sumber daya manusia yang tinggi atau potensi pengangguran yang meningkat. Potensi sumber daya manusia yang tinggi dapat diperoleh jika pertumbuhan penduduk Indonesia diiringi dengan meningkatnya kualitas manusia Indonesia yang meliputi kemampuan dan keahlian yang sesuai dengan bidang pekerjaan yang ada atau yang sedang ditekuninya. Akan tetapi apabila pertumbuhan manusia Indonesia tersebut tidak diiringi oleh kualitasnya, maka yang terjadi adalah meningkatnya potensi pengangguran terbuka di negara Indonesia. Data Badan pusat statistik (BPS) pada bulan Februari 2016 menunjukkan jumlah penduduk Indonesia tahun 2015 sebesar 255,461 juta jiwa dengan laju pertumbuhan 1,40 % dibandingkan pada survei tahun sebelumnya. Kemudian data BPS juga menunjukkan adanya pertumbuhan angka pengangguran terbuka sebesar 7,56 % dari 122,38 juta angkatan kerja, meningkat 0,11% dari sebelumnya 7,45%. Apabila ditelaah lebih lanjut, data BPS menunjukkan bahwa hanya 9,4 juta jiwa lulusan perguruan tinggi yang bekerja dengan tingkat pengangguran terbuka sebesar 6,40% , padahal pada umumnya lulusan perguruan tinggi telah memiliki keahlian tertentu yang ―spesifik‖ Berbagai upaya telah dilakukan oleh pemerintah untuk mengurangi jumlah pengangguran dan menekan pertumbuhannya, salah satunya adalah
melalui jalur pendidikan. Pemerintah melalui peraturan perundang-undangan mengharuskan setiap kota/kabupaten memiliki sekolah menegah kejuruan (SMK), dan mensyaratkan setiap program studi memiliki analisis potensi penyerapan lulusannya, kemudian setiap perguruan tinggi mempunyai lembaga pusat karir yang menjadi jembatan dunia pendidikan dengan dunia kerja nyata. Tidak cukup dengan hal itu, pemerintah melalui berbagai lembaga tinggi memberikan stimulus untuk menjalankan kebijakannya, diantaranya dengan memberikan hibah pusat karir bagi universitas-universitas yang belum memiliki lembaga tersebut. Namun demikian upaya pemerintah tersebut belum mampu membuahkan hasil yang positif. Hal ini ditunjukkan dari data BPS yang diterbitkan pada bulan Februari 2016 menunjukkan angka pengangguran terbuka lulusan SMK sebesar 12,65% meningkat dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya sebesar 11,24%, kemudian lulusan perguruan tingi sebesar 6,40% dari sebelumnya 5,65%. Oleh karena itu diperlukan suatu terobosan baru guna menekan laju pertumbuhan pengangguran terbuka penduduk Indonesia. Salah satu upaya yang dapat dilakukan untuk mengurangi laju pengangguran terbuka adalah dengan mengubah mindset mahasiswa dari pencari kerja menjadi pencipta lowongan kerja, yaitu dengan membentuk karakter kemandirian sedari dini. Kemandirian adalah karakter yang telah ada dalam setiap diri manusia, namun tidak dapat muncul dengan sendirinya, tetapi harus dibentuk melalui
300
pendidikan. Islam sebagai agama rahmatan lil „alamin memberikan solusi integratif atas semua permasalahan manusia, diantaranya adalah masalah pengangguran dan kemandirian. Sebagian dari ajaran Islam tentang hal ini adalah mengajarkan tentang etos kerja dan etika profesi: a) Islam adalah ajaran yang mendorong ummatnya untuk memiliki semangat bekerja dan beramal, serta menjauhkan diri dari sifat malas. b) Ciri penting dari seorang muslim adalah kemampuannya meninggalkan hal-hal yang tidak produktif dan digantinya dengan halhal produktif. c) Bekerja dalam rangka mencari yang halal dan memberikan manfaat yang seluasluasnya bagi masyarakat adalah merupakan bentuk ibadah. d) Karena bekerja adalah bagian dari ibadah maka harus di implementasikan dengan etika-etika diantaranya tercermin pada sifat; shiddiq, amanah, tabligh, fathonah. Berdasarkan penjelasan tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa Islam mewajibkan setiap umatnya untuk produktif, baik melalui bekerja pada orang lain atau berusaha secara mandiri. Banyak mahasiswa berorientasi pada mencari kerja selama masa kuliah, dan sedikit yang berorientasi untuk menciptakan lapangan kerja sendiri. Hal ini sebagian besar dipicu oleh kendala kurangnya modal yang mereka miliki. Oleh karena itu Islam memberikan solusi melalui salah satu akad dalam sistem ekonomi Islam, yaitu akad musyarakah. B. Metodologi Penelitian Penelitian ini disusun dengan menggunakan pendekatan kajian pustaka/teoritis atas berbagai referensi yang membahas kemandirian ekonomi, dan akad musyarakah dalam sistem ekonomi Islam. Kemandirian ekonomi yang dimaksud dalam penelitian ini adalah kemandirian mahasiswa dalam mencari dan mengelola keuangan pribadinya secara independen. Sedangkan akad musyarakah yang dimaksud ialah suatu transaksi kerja sama usaha dalam bentuk penyertaan modal (capital sharing) yang dikelola oleh salah satu dari anggotanya sendiri C. Hasil dan Pembahasan Perkembangan teknologi dan informasi telah mendorong efisiensi tenaga kerja dalam berbagai sektor, baik sektor produksi, distribusi, maupun sektor komunikasi periklanan. Efisiensi-efisiensi ini mengakibatkan semakin sedikitnya lowongan pekerjaan bagi lulusan perguruan tinggi, terlebih lagi bagi fresh graduate. Oleh karena itu perubahan mindset mahasiswa dari pencari kerja menjadi
pencipta lapangan kerja perlu dilakukan dengan segera. Perubahan mindset ini bukan suatu hal yang mudah, tetapi harus dibentuk melalui mekanisme pendidikan yang telah ada. Dunia pendidikan perlu berinovasi secara lebih kreatif dalam mendesain lulusannya agar menjadi pribadi-pribadi yang mandiri. C.1. Kemandirian Kemandirian berarti suatu keadaan dapat berdiri sendiri tanpa bergantung pada orang lain. Syari‘at Islam mendefinisikan kemandirian sebagai suatu keadaan di mana seseorang telah mempertanggungjawabkan perilaku dan perbuatannya di hadapan Allah kemudian di hadapan hukum dan perundang-undangan yang berlaku. Syari‘at menjelaskan bahwa kemandirian bukanlah suatu pilihan, melainkan suatu keharusan, yang dimulai ketika manusia telah mencapai akil balig, yaitu suatu kondisi seseorang yang telah dianggap cukup umur. Islam sebagai suatu agama yang rahmatan lil alamin menyadari bahwa tanpa adanya suatu paksaan maka manusia tidak akan bisa mandiri. Karena secara fitrah manusia selalu berupaya untuk bergantung atau mengikatkan diri kepada sesuatu yang dirasa ―lebih‖ dari dirinya. Kecenderungan untuk bergantung ini dapat terlihat dari ketidakmampuan seseorang untuk mandiri ketika mereka berada terlalu dekat baik dengan saudara, pimpinan, jabatan, ataupun harta-benda, terutama dengan orang tuanya sendiri. Oleh karena itu syari‘at memaksa seseorang yang telah ada pada usia balig untuk berdiri sendiri, sehingga hanya bergantung pada Allah SWT. Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) menyamakan definisi akil balig dengan dewasa, yaitu suatu kondisi dimana seseorang telah dianggap matang, baik secara pikiran, pandangan, perasaan, maupun tindakannya. Sehingga telah dianggap mampu mempertanggungjawabkan segala akibat dari yang telah dilakukannya sendiri. Usia dewasa menurut World Health Organization (WHO) dan Undang-Undang No.39 Tahun 1999 Tentang Hak Asasi Manusia adalah usia 18 tahun, menurut Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP) Pasal 45 dan Undang-Undang No.23 Tahun 2006 Tentang Administrasi Kependudukan memberikan batasan usia dewasa dimulai ketika seseorang telah berusia 17 tahun keatas. Islam sendiri tidak memberikan batasan umur dalam menentukan batasan dewasa bagi seseorang, tetapi memberikan ciri-ciri fisik berupa haid pada wanita dan mimpi basah pada pria. Berdasarkan uraian tentang batasan dewasa, maka dapat disimpulkan bahwa pada umumnya setiap
301
mahasiswa telah mencapai usia dewasa, karena berdasarkan Peraturan Bersama antara Menteri Pendidikan Nasional dan Menteri Agama Nomor 2/VII/PB/2014 Nomor 7 Tahun 2014 Tentang Penerimaan Peserta Didik Baru, memutuskan bahwa usia kelas 1 Sekolah Dasar (SD) minimal adalah 7 tahun, jika ditambah masa sekolah selama 12 tahun, maka ketika memasuki jenjang perguruan tinggi setidak-tidaknya mahasiswa telah berusia 18 tahun, atau telah mencapai usia dewasa. Hal ini berarti setiap mahasiswa seharusnya telah memiliki kemandirian, baik kemandirian dalam pemikiran, pandangan, perbuatan, maupun kemandirian dalam finansial/keuangan. C.2. Kemandirian Ekonomi dalam Islam Kemandirian ekonomi dalam perspektif Islam selain dapat diwujudkan dalam bentuk pengelolaan keuangan yang sesuai dengan tuntunan syari‘ah, juga dapat berwujud usaha-usaha yang berbasis pada syari‘at Islam. Berikut ini adalah penjelasan mengenai beberapa usaha dan prioritas usaha yang dapat dilakukan menurut syari‘at Islam berdasarkan kajian dari Dr. Yusuf Qardhawi: Bertani (cocok tanam, berternak, nelayan) Bertani dalam sistem ekonomi Islam tidak hanya berarti bercocok tanam, tetapi lebih berarti kepada memanfaatkan karunia Allah secara langsung, seperti bercocok tanam, beternak, dan nelayan. Bertani dengan berbagai variannya, merupakan ketrampilan hidup yang mendasar dan sederhana, yaitu mencari karunia Tuhan dengan memanfaatkan tanah untuk menanam, menggembala dan mengembangbiakkan hewan ternak serta mencari ikan di sungai, danau maupun laut. Hal ini berarti dalam syari‘at Islam tidak ada ruang bagi seseorang untuk beralasan menganggur, tidak punya pekerjaan dan penghidupan karena tidak memiliki keahlian. Sehingga Islam memerangi seseorang yang menjadi pengangguran atau peminta-minta. Syari‘at Islam mengajarkan umatnya untuk selalu menjadikan tanah produktif. Apabila seorang muslim mempunyai tanah pertanian, maka hendaklah dia menjadikan tanah itu produktif dan memanfaatkannya dengan bercocok tanam. Berkaitan dengan upaya untuk memanfaatkan tanah, pemilik mempunyai tiga pilihan : 1. Menanaminya sendiri 2. Meminjamkannya kepada orang lain untuk dimanfaatkan dengan tanpa mengambil hasilnya sedikit pun. 3. Memberikan atau menyerahkan tanahnya kepada orang lain untuk ditanami beserta peralatan, bibit, dan binatang ternaknya, dengan ketentuan bahwa dia akan
mendapatkan bagian hasil sesuai dengan kesepakatan dan ketentuan yang berlaku dalam syari‘at Islam. Usaha ini yang disebut dengan istilah muzaro‟ah. Dari ketiga pilihan di atas, dapat diambil kesimpulan bahwa semangat dalam Islam adalah semangat untuk selalu memanfaatkan lahan, baik lahan pertanian atau lahan kosong bukan pertanian yang belum di manfaatkan agar tidak menjadikannya mubazir. Industri dan usaha fardhu kifayah lainnya Industri dalam KBBI diartikan kegiatan memproses atau mengolah barang dengan menggunakan sarana dan peralatan. Artinya bahwa industri adalah perbuatan mengolah bahan mentah menjadi sesuatu yang mempunyai value added (nilai tambah). Hal ini berarti industri membutuhkan kerajinan dan keterampilan serta ilmu dan teknologi. Bidang pengolahan/industri merupakan alternatif kedua dalam pemilihan pekerjaan menurut syari‘at Islam. Pekerjaan dalam bidang industri bukan hanya dipandang sebagai perbuatan mubah dalam Islam, bahkan justru dipandang sebagai fardhu kifayah. Maksud dari fardhu kifayah dalam hal ini ialah adanya ada orang-orang yang memenuhi kebutuhan manusia sampai kebutuhan itu benarbenar tercukupi, jika tidak ada yang bersedia memenuhinya maka semua umat Islam akan ikut menanggung beban dosa dari kelalaian itu. Hal ini berarti mahasiswa selain dibekali dengan ilmu pengetahuan, harus pula dibekali dengan skill yang terkait dengan dunia kerja maupun life skill. Sehingga lulusan universitas selain siap masuk ke dunia kerja, juga siap menghadapi permasalahan-permasalahan yang ada di masyarakat dengan berbagai keterampilan yang diperolehnya di jenjang pendidikan tinggi, yang pada akhirnya lulusan universitas akan mempunyai nilai tambah dan manfaat yang lebih luas bagi masyarakat sekitarnya Berdagang/Berniaga Perdagangan merupakan salah satu aktivitas manusia paling tua, dan juga salah satu cara manusia dalam memenuhi kebutuhannya. Perdagangan dapat dilakukan dengan cara tukar-menukar antar barang atau dapat juga dilakukan dengan melakukan pertukaran barang dengan alat tukar tertentu yang telah disepakati bersama, misalnya menggunakan uang, dinar, atau dirham. Islam memiliki perhatian yang tinggi terhadap masalah perniagaan/perdagangan. Hal ini ditunjukkan dengan banyaknya ayat al-Quran dan Hadist yang secara khusus membahas masalah perdagangan. Hal ini disebabkan perdagangan
302
merupakan suatu pintu rezeki paling luas yang Allah karuniakan kepada umat manusia. Bahkan karena begitu luasnya pintu rezeki dalam perniagaan, terdapat beberapa orang ulama yang menyatakan bahwa ―sembilan dari sepuluh pintu rezeki ada dalam perdagangan”. Namun demikian masih banyak orang yang enggan berdagang dengan berbagai alasan, seperti tidak berbakat, tidak berpengalaman, dan alasan yang paling sering diberikan adalah tidak punya modal. Terlebih lagi jika mahasiswa atau fresh graduate yang dianjurkan untuk berdagang, maka hampir dapat dipastikan alasan utama mereka adalah tidak punya modal dan tidak punya pengalaman. Oleh karena itu salah satu hal yang perlu dilakukan pendidikan tinggi adalah memberikan pengalamanpengalaman baru kepada mahasiswa terutama dalam sektor perniagaan yang sesuai dengan hukum Islam dan norma hukum positif yang berlaku di suatu masyarakat. Sedangkan untuk ketiadaan modal, Islam telah memberikan solusi yang komprehesif untuk mengatasi masalah tersebut. Pegawai Pegawai baik negeri maupun swasta, dalam ajaran Islam adalah pekerjaan yang tidak begitu diperintahkan, kecuali dengan beberapa syarat : a. Mampu melaksanakan pekerjaannya menunaikan tugas-tugasnya.
dan
b. Tidak mencalonkan suatu pekerjaan yang bukan bidangnya, khususnya yang berkaitan dengan jabatan-jabatan pemerintahan dan peradilan. c. Apabila mengetahui bahwa tidak ada orang selain dirinya yang dapat mengisi kekosongan itu, dan apabila ia tidak mencalonkan akan mengakibatkan terabaikannya kemaslahatan umat dan kacaunya urusan orang banyak, maka ia di perintahkan untuk mencalonkan diri. Oleh karena itu menjadi sebuah keanehan jika seorang muslim berambisi kuat untuk menjadi pejabat. Dengan demikian sebaiknya seorang muslim tidak berambisi terhadap jabatan, baik jabatan sektor publik maupun swasta, meskipun ketika dia memiliki kemampuan yang sesuai. Kemudian apabila dia diserahi amanah tersebut, maka hendaklah ia menerimanya dan harus berkomitmen untuk menjalankan amanah tersebut dengan sebaik-baiknya sesuai dengan syari‘at Islam. Hal ini didasarkan pada Hadits shahih yang telah dikeluarkan oleh al-Bukhâri (6622, 6722, 7146, & 7147) dan Muslim (1652) dan Abu Dâwud (2929 dan 3277) dan Tirmidzi (1529) dan an-Nasâ-i (5384 dan 3782, 3783, 3784)yang berbunyi ―Dari
Abdurrahman bin Samurah dia berkata: Rasûlullâh Shallallahu ‗alaihi wa sallam telah bersabda kepadaku, ―Wahai Abdurrahman bin Samurah, janganlah kamu meminta jabatan! Karena sesungguhnya jika diberikan jabatan itu kepadamu dengan sebab permintaan, pasti jabatan itu (sepenuhnya) akan diserahkan kepadamu (tanpa pertolongan dari Allâh). Dan jika jabatan itu diberikan kepadamu bukan dengan permintaan, pasti kamu akan ditolong (oleh Allâh Azza wa Jalla) dalam melaksanakan jabatan itu.‖. Berdasarkan uraian diatas maka dapat disimpulkan bahwa Islam lebih mengutamakan pekerjaan yang bersifat pribadi, pengolahan dan pengelolaan secara mandiri dari pada menjadi pegawai/pekerja/karyawan baik pada instansi pemerintah dan swasta. Dengan begitu banyaknya jalan untuk mencari karunia Allah, maka semua faktor yang menjadikan seseorang menjadi tidak berdaya akan diperangi oleh Islam dan disiapkan seperangkat solusi integratif dalam konsep ekonomi Islam. Salah satu diantara solusi tersebut yaitu melalui musyarakah D. Musyarakah Pembahasan mengenai musyarakah dalam kajian ini didasarkan pada buku pengantar akuntansi syari‘ah yang disusun oleh Prabowo. Musyarakah merupakan akad kerja sama usaha, dengan masingmasing pihak yang terlibat dalam akad memiliki kontribusi masing-masing dalam pendanaan entitas syari‘ah. Orang-orang yang bekerja sama dengan akad musyarakah, disebut dengan musytarik. Sistem pembagian keuntungan di dalam akad musyarakah di dasarkan pada nisbah yang disepakati pada awal akad. Sedangkan kerugian yang dialami entitas syari‘ah, di bagi kepada masing-masing pihak yang terlibat dalam akad musyarakah berdasarkan pada porsi modal masing-masing musytarik. Pernyataan Stadar Akuntansi Keuangan (PSAK) No. 106 menjelaskan bahwa di dalam akad musyarakah, kontribusi musytarik dapat berupa kas/uang tunai, ataupun aset non kas. Jika kontribusi berupa aset non kas, maka dicatat sebesar nilai wajar yang di sepakati oleh para musytarik. Akad musyarakah, tidak memperbolehkan adanya jaminan dari satu musytarik kepada dana musytarik lain yang ikut dalam penyertaan modal entitas syari‘ah. Adanya jaminan ini menyebabkan hilangnya prinsip untung muncul bersama resiko (al ghunmu bi al ghurmi), yang merupakan prinsip pokok dalam ekonomi syari‘ah. Namun demikian, untuk mencegah timbulnya kelalaian, musytarik dapat meminta jaminan kepada mitra lain diluar peserta musyarakah atau kepada pihak ketiga.
303
Akad musyarakah mengharuskan setiap mitra berkontribusi dalam pekerjaan, menjadi wakil dari mitra lain, dan menjadi agen dari entitas syari‘ah. Setiap mitra/musytarik dalam akad musyarakah memiliki posisi yang sama di mata hukum dan di mata entitas syari‘ah. Oleh karena itu keanggotaan musytarik bersifat melekat, dan tidak dapat dipindahtangankan. Namun demikian, tidak menutup kemungkinan musytarik untuk keluar dari keanggotaannya pada entitas syari‘ah, dengan persetujuan mitra/musytarik lainnya D.1. Karakteristik Musyarakah Sebagai salah satu akad kerja sama dalam ekonomi syari‘ah, terdapat beberapa akad yang menyerupai musyarakah. Oleh karena itu, untuk membedakan akad musyarakah dengan akad lainnya, maka PSAK 106 mengungkapkan beberapa karakteristik akad musyarakah yaitu: 1. Setiap Mitra Berkontribusi dalam Penyertaan Modal Entitas Syari‟ah. Akad musyarakah mewajibkan setiap anggota memiliki kontribusi dalam pendanaan entitas syari‘ah. Dalam perkembangan selanjutnya, salah satu mitra dapat mengembalikan dana modal dan bagi hasil usaha yang telah disepakati dalam nisbah secara langsung maupun secara bertahap kepada mitra lainnya. 2. Investasi Berupa Kas, Setara Kas, maupun Aset Non Kas Kontribusi modal di dalam akad musyarakah dapat berupa kas, setara kas, dan aset non kas. Apabila investasi berupa setara kas atau aset non kas, maka nilai investasi didasarkan pada nilai wajar yang di sepakati oleh seluruh mitra atas setara kas atau aset non kas pada saat penyerahan aset. 3. Tidak Ada Jaminan atas Dana Investasi Musyarakah Setiap mitra (musytarik) di dalam akad musyarakah tidak memperoleh jaminan atas dana investasinya dari mitra yang lain. Hal ini sesuai dengan asas akad syari‘ah bahwa ―keuntungan bersanding dengan resiko‖, yang berarti jika seorang mitra ingin memperoleh keuntungan, maka harus berani pula menanggung kemungkinan resiko di masa depan. Namun demikian, PSAK 106 memperkenankan setiap mitra dalam akad musyarakah untuk meminta jaminan kepada mitra yang lainnya atas kelalaian atau kesalahan yang disengaja, seperti pelanggaran akad (wan prestasi) dan pelaksanaan yang tidak sesuai dengan prinsip syari‘ah. 4. Penyelesaian Sengketa secara Musyawarah Mufakat dan Hukum
Tidak menutup kemungkinan suatu akad kerjasama syari‘ah, akan menimbulkan konflik/sengketa diantara para mitranya di kemudian hari. Oleh karena itu, untuk menyelesaikan sengketa diantara para musytarik, dilakukan dengan cara musyawarah mufakat. Namun demikian, jika tidak ada suatu keputusan penyelesaian sengketa yang di sepakati oleh masing-masing pihak yang terlibat, maka penyelesaian sengketa di selesaikan sesuai dengan jalan hukum yang berlaku pada suatu wilayah dimana entitas syari‘ah itu berada. 5. Pembagian Keuntungan Berdasarkan Nisbah atau Proporsi Dana Keuntungan yang diperoleh dalam akad musyarakah dibagi berdasarkan nisbah yang telah disepakati pada awal akad. Namun jika tidak terdapat nisbah pembagian keuntungan pada awal akad, atau tidak ada kesepakatan nisbah pembagian keuntungan antar mitra musyarakah, maka keuntungan musyarakah dibagi secara proporsional berdasarkan proporsi dana yang di setorkan (baik berupa kas maupun non kas) masing-masing mitra kepada entitas syari‘ah. Keuntungan yang dibagi dalam akad musyarakah adalah keuntungan kotor atau keuntungan bersih yang telah dikurangi dengan penyisihan keuntungan, tergantung pada kesepakatan para mitra di awal akad musyarakah. 6. Pembagian Kerugian Proporsi Dana
Berdasarkan
pada
Kerugian merupakan suatu hal yang paling dihindari dalam dunia usaha, begitu juga dalam musyarakah. Namun tidak menutup kemungkinan suatu akad musyarakah akan mengalami kerugian dalam menjalankan kegiatan operasionalnya. Oleh karena itu, untuk mengantisipasi adanya kerugian dalam suatu aktivitas operasional, PSAK 106 mengatur bahwa kerugian yang terjadi dalam akad musyarakah harus di bagi secara proporsional berdasarkan pada dana yang disetorkan kepada entitas syari‘ah, baik berupa kas maupun non kas. 7. Kontribusi Lebih Dari Mitra Nilai keadilan yang proporsional dalam ekonomi syari‘ah mengatur bahwa setiap orang harus mendapat imbal jasa yang logis, sesuai dengan hasil kerjanya. Berdasarkan pada nilai keadilan ini, maka seorang mitra yang memiliki kontribusi lebih dalam menjalankan entitas usaha syari‘ah, harus memperoleh imbal jasa yang lebih dibandingkan dengan mitra yang pasif. Imbal jasa ini dapat berupa persentase bagi hasil yang lebih besar dari seharusnya, atau pemberian gaji/upah di luar bagi hasil yang akan di terimanya, sebagai akibat dari penyertaan modal yang dilakukannya dalam entitas syari‘ah.
304
E. Hubungan Musyarakah Dengan Kemandirian Ekonomi Mahasiswa Meningkatnya jumlah pengangguran di Indonesia selama beberapa tahun belakangan ini salah satunya disebabkan oleh kurangnya kemandirian Sumber daya manusia (SDM) yang dihasilkan oleh institusi perguruan tinggi. Hal ini dibuktikan oleh banyaknya mahasiswa dan alumni Universitas Islam Riau, khususnya alumni program studi Pendidikan akuntansi yang potensial untuk menjadi wirausahawan lebih memilih untuk menjadi pegawai dengan bekerja pada instansi pemerintahan maupun swasta.
disepakati oleh semua anggota usaha pada awal akad.
Padahal dalam kurikulum pendidikan akuntansi terdapat beberapa mata kuliah yang disajikan dengan harapan dapat menjadikan mahasiswa dan alumni menjadi lebih mandiri dengan memilih sebagai wirausahawan daripada sebagai pegawai. Beberapa mata kuliah tersebut diantaranya adalah Studi masyarakat Indonesia, kewirausahaan, dan analisis proyek. Hal ini menunjukkan bahwa pengetahuan saja tidaklah cukup dalam membentuk kemandirian dan mengubah mindset mahasiswa dan alumni. Beberapa penyebab kurangnya kemandirian mahasiswa dan alumni pendidikan akuntansi, terutama kemandirian ekonomi, selain disebabkan oleh kurangnya training dan workshop tentang kemandirian dan life skill adalah kurangnya modal yang dimiliki dalam membangun usaha secara mandiri. Oleh karena itu untuk mengatasi kurangnya modal pribadi, salah satu cara yang dapat dilakukan yaitu membangun usaha bersama dengan menggunakan modal bersama.
Penggunaan sistem bagi hasil nisbah akan mampu meningkatkan kemampuan finansial mitra aktif, karena mitra aktif dengan kemampuan finansial rendah dapat memperoleh bagian hasil usaha yang lebih besar, dengan besaran sesuai kesepakatan bersama, dibandingkan dengan mitra pasif dengan kemampuan finansial yang lebih tinggi. Sedangkan apabila terjadi kerugian, maka sistem ekonomi Islam mengatur bahwa kerugian harus didasarkan pada persentase modal. Penggunaan persentase modal ini berarti bahwa mitra yang memiliki kemampuan finansial tinggi akan menanggung kerugian yang lebih besar dibandingkan dengan mitra yang memiliki kemampuan finansial rendah, dengan demikian keadilan dalam kegiatan usaha akan tercapai.
Musyarakah adalah akad yang ditawarkan oleh sistem ekonomi Islam dalam mengatasi permasalahan keterbatasan modal usaha. Musyarakah merupakan akad kerja sama usaha yang dibangun secara bersama-sama dengan masingmasing anggota ikut serta dalam penyertaan modalnya. Dengan menggunakan sistem musyarakah yang pada dasarnya sudah mengakar dalam budaya Indonesia, melalui sistem gotong royongnya, maka kemandirian ekonomi mahasiswa dan alumni melalui usaha bersama dapat terbentuk dengan baik. Meskipun demikian, sistem ekonomi Islam tidak hanya mengatur sebatas pada pengumpulan modalnya saja. Tetapi sistem ekonomi Islam juga mengatur secara lebih lanjut tentang akad musyarakah, yaitu aturan terkait pembagian laba dan rugi serta pembubaran usaha juga diatur secara ketat. Akad musyarakah dalam pembagian labanya didasarkan pada nisbah atau persentase yang
Kesepakatan ini tidak dapat diubah secara sepihak oleh mitra aktif yang menjalankan usaha, sampai berakhirnya akad musyarakah. Pemilihan pembagian laba musyarakah berdasarkan nisbah ini merupakan pilihan yang paling adil yang ditetapkan syari‘at dalam kegiatan usaha, dibandingkan dengan penetapan berdasarkan persentase modal. Hal ini dikarenakan salah satu tujuan dari kerja sama usaha musyarakah adalah meningkatkan kesejahteraan anggota aktif yang memiliki kemampuan finansial rendah.
F. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan maka dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan yang erat antara musyarakah dengan kemandirian mahasiswa dan alumni Prodi Pendidikan Akuntansi Universitas Islam Riau. Melalui akad musyarakah mahasiswa dan alumni dengan kemampuan finansial rendah dapat membangun usaha bersama dengan mitra lain yang memiliki kemampuan finansial tinggi, yang pada akhinya mahasiswa dan alumni program studi pendidikan akuntansi dapat membangun usaha secara mandiri dan meningkatkan kemandirian finansialnya. G. Implikasi Berdasarkan hasil penelitian kajian pustaka ini maka Universitas Islam Riau pada umumnya dan program studi pendidikan akuntansi khususnya selain terus meningkatkan kualitas transfer of knowledge juga harus memberikan training dan workshop secara berkesinambungan kepada mahasiswa guna meningkatkan kemandirian dan life skill mahasiswa dan alumninya. Kemudian bagi peneliti selanjutnya, perlu melakukan penelitian kualitatif untuk mendukung dan membuktikan lebih lanjut terkait kajian teori penelitian ini.
305
Referensi Abdat, Abdul Hakim bin Amir. (2014). Larangan Moeljanto. (2006). Kitab Undang-Undang Hukum Meminta Jabatan. https://almanhaj.or.id/4144Pidana (KUHP). Jakarta: Bumi Aksara larangan-meminta-jabatan.html . Online. Peraturan Bersama Menteri Pendidikan Nasional dan [Diakses pada 12 Juni 2016]. Menteri Agama Nomor 2/VII/PB/2014 Anonim. (2016). Berapa Usia Dewasa Menurut Hukum. http://pintarhukum.com/berapa-usiadewasa-menurut-hukum/. Online. Diakses pada 12 Juli 2016. Anonim. (2016). Kbbi.web.id/industri. [Diakses pada 10 Juli 2016].
online.
Nomor 7 Tahun 2014 Tentang Penerimaan Peserta Didik Baru. Prabowo, Andri Eko. 2015. Pengantar Akuntansi Syari‟ah: Pendekatan Praktis. Bogor: CV Bina Karya Utama.
Anonim. (2016). Kbbi.web.id/mandiri. [Diakses pada 10 Juli 2016].
online.
Qaradhawi, Yusuf, (2011). Halal dan Haram; Cetakan ke -9. Jakarta: Robbani Press.
Anonim. (2016). Laporan Bulanan Data Sosial Ekonomi: Edisi 69 Februari 2016. Badan Pusat Statistik. Hafidhuddin, Didin. (2003). Islam Aplikatif: Cet ke1. Jakarta: Gema Insani Press. Hawwa, Said. (2009). Al Islam: Jilid III. Jakarta: Al I‘tishom Cahaya Umat.
Tuasikal, Muhammad Abduh. (2010). 9 Dari 10 Pintu Rezeki Di Perdagangan?. http://pengusaha muslim.com/2043-9-dari-10pintu-rezeki-di-perdagangan.html . Online. [Diakses pada 12 Juli 2016]. Undang-Undang No.23 Tahun 2006 Administrasi Kependudukan.
Tentang
Undang-Undang No.39 Tahun 1999 Tentang Hak Asasi Manusia.
306
Musyarakah