keberadaan gempa bumi dan tsunami. MENISCAYAKAN SEKOLAH RAMAH BENCANA Dengan keberadaan ilmu pengetahuan Mukhlis Musthofa Abstract The implementation of school safety against natural disturbances is a necessity in Indonesia. School as one of the manifestations of public services deserve to have proportionately minimize the impact of natural design. Schools as an educational system to make natural disaster as a natural phenomenon is not just leaving resignation but raises a variety hope to deal with various aspects of implementation. Solving problems of disasterfriendly schools do not necessarily stop at the level of intelligent discourse alone but require proportionally adequate preparedness in pengatasannya. Learning by observing the natural potential around the school should be run linearly with the context of the learning experience. Keywords : school safety, natural disturbance.
Penyelenggaraan
sekolah
aman
geofisika tentang meteorologi (udara) kita
terhadap gangguan alam merupakan sebuah
akan mempelajari dan mengetahui tentang
keniscayaan di Indonesia. Kompleksitas
iklim, musim, badai dan sebagainya. Dengan
wilayah berdasarkan aspek geografisnya
keberadaan
menjadikan seluruh komponen publik harus
membuka
melakukan adaptasi proporsional. Kesalahan
diprediksi
penerjemahan gejala alamiah berimplikasi
diminimilisasi. ( Leli Honesti Nazwar Djali,
gangguan
2012)
layanan
publik
dan
memperngaruhi seluruh ranah kehidupan. Dengan
berkembangnya
ilmu
ilmu mata dan
pengetahuan bahwa
tersebut
bencana
bahayanya
bisa dapat
Sekolah sebagai salah satu perwujudan layanan publik sepantasnya memiliki desain
pengetahuan membuka mata kita bahwa
proporsional
bencana itu bukan hanya sekedar takdir, tapi
alamiah. Makalah Sri Renan pada seminar
adalah karena proses alam yang dapat
Implementasi Penerapan Sekolah Aman dari
dipelajari
pengetahuan
Bencana yang dilaksanakan Kemdikbud
misalnya dengan penerapan ilmu geofisika
17 Oktober 2015 dinyatakan Ada 258,000
yaitu geofisika bumi padat (geologi) dan
sekolah di Indonesia diperkirakan sejumlah
oseonografi
75%
melalui
Mukhlis Musthofa
(laut)
ilmu
dapat
diketahui
meminimalisir
dampak
sekolah berada di wilayah rawan
Widya Wacana Vol. 11 Nomor 2, Agustus 2016
161
bencana. Kebanyakan Sekolah SD dibangun
sporadis dan parsial sehingga optimalisasi
pada tahun 80an dimana aspek ketahanan
penanganan
terhadap
diperhatikan.
proporsional.
Pengembangan sekolahpun manakala tidak
Sekolah
bencana
belum
mempertimbangkan
kondisi
lingkungan
pendidikan
belum
sepenuhnya
sebagai
sebuah
menjadikan
Bencana
sistem alam
sekitar akan merugikan sekolah baik dalam
sebagai sebuah fenomena alamiah tidak
aspek
sekedar menyisakan kepasrahan namun
pembelajaran
maupun
aspek
pendukungnya.
memunculkan
Longsornya lahan hingga menimpa
beragam
menanganinya
dengan
asa beragam
untuk aspek
bangunan SMP MA’arif Ajibarang seperti
pelaksanaan. Rencana pendirian sekolah
terlansir di Koran Wawasan, 25 Februari
ramah asap oleh Mendiknas Anis Baswedan
2016 teramat menghenyak semua khalayak.
seperti terlansir di Harian Joglosemar 27
Sekolah
wahana
Oktober 2015 menjadi salah satu asa
berpotensi
tersendiri ditengah massifnya bencana kabut
bangsa.
asap dan akan berkaitan dengan potensi
sebagai
pencerdasan
siswa
merenggut
nyawa
salah
satu
ternyata generasi
Fenomena ini menjadi pemikiran tersendiri
bencana lain.
walaupun realitasnya kondisi geografis jawa
Statement sang menteri merupakan
tengah rentan dengan bencana. Pencanangan
statemen kesekian pegiat pendidikan negeri
jateng tanggap bencana oleh gubernur Jawa
menyikapi carut marut penyelenggaraan
tengah
pendidikan
di
jawa
tengah
(Joglosemar
akibat
berkepanjangannya
30 November 2015) memunculkan beragam
bencana kabut asap. Pernyataan ini menjadi
asa tersisa.
sedemikian menarik mengingat bencana
Persepsi
tanggap
tersebut
berbasis udara tidak keruan juntrungan
berkonsekuensi
seluruh
elemen
selesainya. Penyelesaian pendidikan pada
kemasyarakatan
menyiapkan
diri
menghadapi segenap potensi bencananya. Elemen pendidikan menyikapi fenomena ini masih
meraba-raba
rentan
bencana
memunculkan
beragam asa penyelesaian edukatif. Sekedar
membandingkan
pada
pola
bencana dengan melibatkan elemen non
diberlakukan.
udara penanganan permasalahan pendidikan
Kesiapan dunia pendidikan menghadapi
tidak serumit bencana diakibatkan elemen
bencana saat ini terasa masih berlangsung
udara ini, banjir maupun tanah longsor
ketanggapan
162
bencana
Mukhlis Musthofa
bagaimanakah
wilayah
ini
Widya Wacana Vol. 11 Nomor 2, Agustus 2016
manakala sudah selesai titik kulminasinya
ditengah derita panjang tak berkesudahan.
maka
Permasalahan elementer penyelenggaraan
segala aktivitas sesegera mungkin
aktivitas keseharian dimulai sementara kabut
pendidikan
asap
memadai
memiliki
beragam.
implikasi
Pengaruh
sedemikan
pada
pembelajaran
dengan
tingkat
keramahan
pada bencana alam
perhatian tak
menjadi
terlupakan pada kondisi
sendiri pada akhirnya sedemikian terasa
alamiah negeri ini. Sebuah media beberapa
manakala
hari lalu sempat merekam ungkapan Ganjar
mempersepsikan
beragam
bencana ini.
Pranowo yakni jawa tengah diibaratkan
Menyesakkannya
penonaktifan
sebagai
supermarket
bencana
sehingga
sekolah manakala ada sebuah bencana
kompleksitas penanganan kebencanaan tidak
terjadi tanpa ada kepastian. Permisalannya
bisa dikerjakan sebatas pencitraan.
pada bencana kabut asap beberapa waktu lalu di wilayah terpapar bencana asap
MINDSET BARU PEMBELAJARAN
laksanan tebak-tebak buah manggis tentang keberlangsungan
kawasan
sekolah itu candu berujar sekolah secara
bersangkutan. Bahkan di harian Joglosemar
harafiah berasal dari kata yunani schoola
edisi 26 Oktober 2015 sempat diwacanakan
yaitu waktu luang dengan persepsi sekolah
oleh
Guru
sebauah oase pendidikan setelah anak
Indonesia) berkaitan penundaan pelaksanaan
melaksanakan tugas – tugas domestiknya.
Ujian
pengaruh
Persepsi ini menyiratkan sekolah sebagai
bencana asap berkepanjangan. Bukannya
lembaga menyenangkan dalam mengemban
mengecilkan niatan mulia sang menteri
misi
dalam
Potret sekolah menyenangkan saat ini masih
FSGI
sekolah
(Forum
Nasional
Solidaritas
disebabkan
sumbang
permasalahan
di
Roem topatimasang dalam bukunya
asap
saran negeri
mengatasi ini
namun
persepsi penyelesaian bencana asap tidak sesederhana
dengan
pendirian
sekolah
ramah asap semata. Bagaimanakah
pencerdasan
menjadi
impian
generasi
ditengah
mendatang.
beragamnya
tuntutan pencerdasan publik. Publik masih memposisikan sekolah sedemikian serius sehingga perhatian lebih
mempersepsikan
berkaitan pengembangan lingkungan sosial
bencana sebagai sebuah realitas alamiah
dibandingkan optimalisasi lingkungan alam.
tanpa
Konsekuensi
mengesampingkan
aktivitas
pendidikan menjadi sebuah pertanyaan besar Mukhlis Musthofa
terlupakan
inilah
yang
selama
ini
oleh pegiat pendidikan dan
Widya Wacana Vol. 11 Nomor 2, Agustus 2016
163
mengesampingkan elemen lingkungan fisik
(kecerdasan spasial) menjadi teramat mahal
dimana sekolah tersebut berada. Sekolah
dan menumpulkan ranah ilmiah berbasis
saat ini sebatas menjadi lembaga formal
lingkungan sekitar.
untuk
transfer
penumbuhan mendatang
ilmu
sekaligus
mental
bagi
namun
tidak
ikhtiar generasi
mencerdaskan
Persepsi ini harus ditentang mengingat keberadaan
sekolah
pada
akhirnya
menjadikan formalitas pendidikan yang pada
secara sosial. Konsekuensi pendidikan untuk
akhirnya
lebih membumi hingga saat ini belum
pembelajaran. Sekolah sedemikian serius
sepenuhnya muncul
mempelajari materi secara formal sehingga
dalam
pengelolaan
sekolah.
mematikan
mematikan
Ilustrasinya, Pencerdasan sosial yang
menambah
selayaknya
Persespi
bagaimanakah
kreasi
siswa
bahkan
muncul idiom bahwa masuk sekolah berarti
harus dikembangkan pada sebuah sekolah didasarkan
daya
kreativitas
rumit
permasalahan
hidup.
negara pun setali tiga uang,
mempersepsikan lingkungan sosial dimana
pendidikan terjangkiti latahisme sehingga
sekolah tersebut berada. Pengembangan
mematikan
kecerdasan sosialpun secara mutlak harus
Menyibak realitas kebencanaan di negeri ini
memperhitungkan
menjadikan mindset baru pembelajaran,
dimana
siswa
lingkungan tinggal.
Saya
alamiah pernah
rumitnya
pola
pendidikan
permasalahan
alternatif.
evaluasi
yang
melakukan pengamatan kecil- kecilan bahwa
terganggu kabut asap hingga munculnta
ternyata pada siswa sekolah dasar mayoritas
potensi bencana lain menjadikan pola baru
masih mengalami kesulitan menentukan
mendesak diberlakukan.
arah suatu wilayah.
Pengelolaan bencana merupakan ilmu
Kesulitan pemahaman arah inipun
pengetahuan yang terkait dengan upaya
terabaikan dan pada akhirnya dibawa siswa
untuk mengurasi resiko, yang meliputi
bersangkutan
tindakan
pendidikan
dalam formal
menjalankan
sehingga
banyak
membangun
persiapan,
dukungan,
dan
kembali
masyarakat
saat
ditemukan pada orang dewasa kebingungan
bencana terjadi. Secara umum, pengelolaan
arah ini berlangsung terus menerus tanpa
bencana merupakan proses menerus yang
ada tindakan konkrit untuk mengatasinya
dilakukan oleh individu, kelompok, dan
secara praktis. Minimnya perhatian tentang
komunitas dalam mengelola bahaya sebagai
arah
ini
upaya untuk menghindari atau mengurangi
164
Mukhlis Musthofa
penjadikan
spatial
quetion
Widya Wacana Vol. 11 Nomor 2, Agustus 2016
dampak akibat bencana. Tindakan yang
penghias
kebutuhan
dilakukan
Keberadaan
Teknologi
bergantung
pada
persepsi
Informasi
menjadi
Astuti Dwiningrum Dr. Muhsinatun Siasah
memecahkan permasalahan pembelajaran.
Dyah Respati S, MSi Sujoko. MS )
Penggunaan
untuk
ini teramat membantu
sekolah
dalam penganganan sekolah ramah bencana.
ramah bencana tidak serta merta terhenti
Pemberian pembelajaran berbasis TI ini
pada
semata
secara teknis salah satunya dapat dilakukan
kesiapan
dengan digitalisasi pembelajaran, elemen ini
dalam
mutlak menjawab pertanyaan bagaimanakah
pembelajaranpun
pelaksanaan pemberian materi pembelajaran
dirubah,
pola
ini bisa diberlakukan manakala kehadiran
mengedepankan
fisik siswa terhambat dengan keberadaan
tataran
wacana
melainkan
cerdas
memerlukan
proporsional
memadai
pengatasannya. harus
permasalahan
IT
keniscayaan
(TI)
terhadap resiko yang dihadapi. (Dr.Siti Irene
Pemecahan
sebuah
administratif.
Teknis
selayaknya
pembelajaran
dengan
pendidikan konvensional tidak selayaknya dikedepankan
manakala
bencana.
pendidikan
Edukasi TI bagi siswa di kawasan
kebencanaan ini akan berlangsung dengan
rawan bencaba menjadikan hambatan teknis
efektif.
yang
EFISIENSI PEMBELAJARAN
diminimalisisr seiring kemajuan teknologi.
Pola-pola pembelajaran baru yang selama
ini
menghiasi
beragam
paper
selama
ini
dikeluhkan
dapat
Hanyutnya buku, hambatan jalan ke sekolah akibat
tidak
terlihat
banyak
penelitian efektifitas pembelajaran teramat
terselesaikan
layak untuk diberlakukan untuk efisiensi
Aplikasi berbasis TI menjadi sarana efektif
keseluruhan. Salah satu pola pembelajaran
mengingat habit TI saat ini bukanlah
yakni Contextual Teaching and Learning (
menjadi barang mewah semata.
CTL) digaungkan untuk kebermaknaan pembelajaran.
Pemberlakukan
kemanfaatan
TI.
Pembelajaran dengan memperhatikan
ini
potensi alamiah sekitar lingkungan sekolah
selayaknya harus betul – betul diungkapkan
haruslah berjalan linier dengan konteks
demi
pengalaman pembelajaran. Julukan Jawa
permberdayaan
CTL
dengan
sedikit
pembelajaran
keseluruhan. Aplikasi
tengah sebagai supermarket bencana alam dalam
secara edukatif selayaknya bukan menjadi
pembelajaranpun selayaknya bukan sekedar
hambatan tersendiri melainkan menjadi
Mukhlis Musthofa
teknologi
Widya Wacana Vol. 11 Nomor 2, Agustus 2016
165
sarana pengembangan diri
pembelajaran
agar pemberdayaan manusia seutuhnya bagi semua pihak yang terlibat didalamnya.
DAFTAR PUSTAKA Daldjoeni, 1992, Geografi Baru, Oganisasi Keruangan Dalam Teori dan Praktek, Bandung, Alumni Harian Joglosemar 27 Oktober 2015 Harian Joglosemar 30 November 2015 Irene Astuti, Siti dkk, Peran Sekolah dalam Pembelajaran Mitigasi Bencana, Journal Dialog Penanggulangan Bencana,Volume 1, no.1, 2010. Leli Honesti*, Nazwar Djali , Pendidikan Kebencanaan Di Sekolah – Sekolah Di Indonesia Berdasarkan BeberapaSudut Pandang Disiplin Ilmu Pengetahuan, Jurnal Momentum ISSN : 1693-752X Vol.12.No.1. Februari 2012 Roem
Topatimasang
Sekolah
itu
Candu,
2013,
:
Yogyakarta
INSISTPress
Siti Irene Astuti Dwiningrum, Muhsinatun Siasah Dyah Respati, Sujoko. Sosialisasi Pendidikan Mitigasi Pada Lingkungan Rawan Bencana staff.uny.ac.id/.../Siti%20Irene%20Astuti%20D..../ARTIKEL%20%... Sri Renan, Implementasi Penerapan Sekolah Aman dari Bencana Makalah pada seminar yang dilaksanakan Kemdikbud 17 Oktober 2015
166
Mukhlis Musthofa
Widya Wacana Vol. 11 Nomor 2, Agustus 2016