DEKONSTRUKSI PENAFSIRAN AYAT-AYAT AL-QUR’AN TENTANG WARISAN PEREMPUAN MENUJU KEADILAN GENDER Wasiul Fikri (Mahasiswa STAIN Pekalongan Jl. Kusuma Bangsa No. 09 Pekalongan)
[email protected]
Abstract: This article will be reviewing how the interpretation holly Quran verse’s that seem biased. It is related to the gender in division of heritage to women with a sulk on the opinions from Indonesian’s Mufassir and Egypt’s Mufassir to reveal religious teaching which have been considered impartiality or less fair to women, especially in heritage area. Keywords : Heritage, women, gender, interpretation Abstrak: Makalah ini mengkaji tentang penafsiran ayat Al-Qur’an yang terkesan bias gender terkait dengan pembagian warisan bagi perempuan dengan merujuk pada pendapat Mufassir Indonesia dan Mufassir Mesir. Selain itu untuk mengungkap ajaran agama yang selama ini dianggap tidak berpihak atau kurang adil terhadap perempuan khususnya dalam bidang waris menuju keadilan gender. Kata Kunci: warisan, perempuan, Keadilan gender, tafsir
Beberapa belas abad yang lalu,
PENDAHULUAN Persoalan warisan erat kaitannya
ketika itu perempuan tidak mendapat hak
dalam
waris sedikitpun, untuk masa kini perlu
memberikan nafkah kepada istri. Laki-laki
adanya tinjauan kembali karena pada
mendapatkan warisan dua kali bagian
hakikatnya
perempuan, hal ini dikarenakan laki-laki
keadilan (Quraish Shihab, 2005 : 291).
berkewajiban untuk memberikan nafkah
Problem pembagian
pada saudara perempuan yang belum
perbandingan yang tidak sama antara laki-
menikah dan anggota keluarga lain yang
laki dan perempuan. Kondisi ini dapat
masih dalam tanggungannya(Muhammad
dipahami
al-Tahir bin ‘Asyur, 1384 H/ 1963 : 345).
diturunkan,
Ajaran Islam menegaskan bahwa warisan
memberikan warisan pada perempuan.
dan nafkah adalah dua hal yang saling
Setelah Alquran diturunkan, mulai ada
terkait dan saling melengkapi (Abu al-
pembagian warisan terhadap perempuan.
dengan
kewajiban
suami
karena
menghendaki
warisan adalah
pada
tradisi
saat
jahiliyah
Alquran tidak
Berbeda dengan konsep Alquran,
Fida’i Isma’il bin ‘Umar bin Katsir alQursyi al-Damasyqi, 1302 H:225 ).
Alqur’an
dalam
realitas
masyarakat
perempuan
sering kali diperlakukan tidak setara
Dekonstruksi Penafsiran Ayat-Ayat Al-Quran tentang Warisan… (Wasiul Fikri)
| 65
dengan laki-laki. Kondisi semacam ini
Tanggapan
yang
muncul
atas
dikarenakan masyarakat sudah terlalu lama
persoalan ini sangat beragam, tulisan ini
terkukung oleh nilai-nilai patriarki selalu
akan mengkaji bagaimana pemahaman
menuntut
ayat yang terkesan bias jender terkait
pengakuan
masyarakat
atas
kekuasaan laki-laki. Dalam pandangan
dengan
patriarki, laki-laki dan perempuan adalah
perempuan dengan merujuk pada pendapat
dua jenis makhluk yang berbeda sehingga
mufassir Indonesia dan mufassir Mesir
keduanya perlu dibuatkan segragasi ruang
agar dapat mengungkap ajaran agama yang
yang
laki-laki
selama ini dianggap kurang adil terhadap
menempati ruang publik dan perempuan
perempuan khususnya dalam bidang waris.
cukup menempati ruang domestik. Posisi
Metode yang digunakan adalah
ketat
perempuan
yaitu
berupa
hanyalah
merupakan
pembagian
warisan
bagi
dengan mengidentifikasi ayat-ayat dan
subordinasi dari laki-laki (Musdah Muliah,
penafsiran
2004 : 8).
pembagian warisan bagi laki-laki dan
Alquran
terkait
dengan
Salah satu alasan terjadinya bias
perempuan dengan mencantumkan ayat-
jender dalam masyarakat seperti diatas
ayat dan mengungkapkan penafsiran dari
adalah adanya anggapan bahwa agama
muffasir tokoh Indonesia dan tokoh Mesir
telah
terkait dengan pembagian waris bagi
menempatkan
perempuan
sebagaimana manusia kedua berdasarkan
perempuan dan laki-laki.
pengalaman panjang tradisi masyarakat Arab, oleh karena itu, upaya untuk
PEMBAHASAN
memberikan penjelasan bahwa Agama
A. Dasar-dasar pemberian warisan di
khususnya Islam dalam sumber hukum
zaman jahiliyyah
utama yaitu Alquran perlu terus menerus
Sebelum Islam datang sudah berlaku
dilakukan penafsiran. Adanya perbedaan
sistem kewarisan pada zaman jahiliyah dan
antara Ayat-ayat Alquran yang berbicara
awal Islam (Mardani, 2014 : 15). Di zaman
tentang kesetaraan jender dan penafsiran
jahiliyyah, aturan pusaka (waris) orang
yang terkesan bias jender perlu adanya
Arab didasarkan atas nasab dan qarabah
perbandingan antara penafsiran Alquran
(hubungan
yang ada di Indonesia dan penafsiran
Namun terbatas kepada anak laki-laki yang
Alquran yang ada di Mesir (posisi yang
sudah dapat memanggul senjata untuk
amat penting dalam wacana intelektual
membela kehormatan keluarga dan dapat
dunia Islam)
memperoleh
66 |
darah
harta
dan
kekeluargaan).
rampasan
perang,
MUWAZAH, Volume 7, Nomor 1, Juni 2015
mereka tidak mendapat waris kepada para
yang ditinggalkan, jika yang meninggal itu
wanita dan anak-anak yang masih kecil.
mempunyai
Hal
ini
terus
berlaku
anak;
jika
orang
yang
sampai
meninggal tidak mempunyai anak dan ia
permulaan Islam, sehingga turun ayat yang
diwarisi oleh ibu-bapanya (saja), Maka
menerangkan
ibunya mendapat sepertiga; jika yang
bahwa
para
lelaki
memperoleh bagian (pusaka) dari harta
meninggal
itu
peninggalan orang tua dan kerabat-kerabat
saudara,
Maka
terdekat, baik harta itu sedikit ataupun
seperenam.
banyak sebagaimana dalam surah An-Nisa
tersebut di atas) sesudah dipenuhi wasiat
ayat 7: “Bagi orang laki-laki ada hak
yang ia buat atau (dan) sesudah dibayar
bagian dari harta peninggalan ibu-bapa
hutangnya. (Tentang) orang tuamu dan
dan kerabatnya, dan bagi orang wanita
anak-anakmu, kamu tidak mengetahui
ada
harta
siapa di antara mereka yang lebih dekat
peninggalan ibu-bapa dan kerabatnya,
(banyak) manfaatnya bagimu. ini adalah
baik sedikit atau banyak menurut bagian
ketetapan dari Allah. Sesungguhnya Allah
yang
Maha mengetahui lagi Maha Bijaksana
hak
bagian
telah
(pula)
dari
ditetapkan.”(Departemen
Agama RI, 2009 : 78). Dengan
ibunya
beberapa mendapat
(Pembagian-pembagian
(Departemen Agama RI, 2009 : 78). “Dan atas,
mereka minta fatwa kepadamu tentang
terhapuslah adat jahiliyah yang tidak
Para wanita. Katakanlah: "Allah memberi
memberikan warisan kepada para wanita
fatwa kepadamu tentang mereka, dan apa
dan anak-anak kecil. Kemudian ayat-ayat
yang dibacakan kepadamu dalam Al
tersebut dijelaskan dalam surat An-Nisa
Quran (juga memfatwakan) tentang Para
{4}
“Allah
wanita yatim yang kamu tidak memberikan
tentang
kepada mereka apa yang ditetapkan untuk
(pembagian pusaka untuk) anak-anakmu.
mereka, sedang kamu ingin mengawini
Yaitu : bagian seorang anak lelaki sama
mereka dan tentang anak-anak yang masih
dengan
anak
dipandang lemah. dan (Allah menyuruh
perempuan; dan jika anak itu semuanya
kamu) supaya kamu mengurus anak-anak
perempuan lebih dari dua, Maka bagi
yatim secara adil. dan kebajikan apa saja
mereka dua pertiga dari harta yang
yang kamu kerjakan, Maka Sesungguhnya
ditinggalkan; jika anak perempuan itu
Allah
seorang saja, Maka ia memperoleh separo
(Departemen Agama RI, 2009 : 98).
ayat
turunnya
mempunyai
11
mensyari'atkan
bagian
dan
ayat
di
127:
bagimu
dua
orang
harta. dan untuk dua orang ibu-bapa, bagi masing-masingnya seperenam dari harta
adalah
Maha
mengetahuinya”
Sistem warisan dimasa jahiliyah juga didasarkan
atas
sumpah
Dekonstruksi Penafsiran Ayat-Ayat Al-Quran tentang Warisan… (Wasiul Fikri)
setia
atau | 67
perjanjian, bila seseorang laki-laki berkata
meninggal tersebut kepada orang yang
kepada kawannya “darahku, darahmu,
bersumpah setia.
berarti
Cara pembagian warisan yang lain di
tertumpahnya darahku. Engkau menerima
masa jahiliyah yang terus berlaku sampai
pusaka dariku dan aku menerima pusaka
masa permulaan Islam adalah adopsi
darimu, engkau menuntut belaku dan aku
(mengangkat
menuntut belamu.” Dengan ucapan ini
mengangkat anak orang lain sebagai
mereka kelak menerima seperenam harta
anaknya dan di nasahabkan kepadanya
dari
serta
tertumpahnya
darahmu,
masing-masing.
Yang
selebihnya
tidak
anak),
lagi
yakni
di
seseorang
nashabkan
ayah
diterima oleh ahli waris, sebagaimana yang
kandungnya sendiri dan anak tersebut
diisyaratkan dalam Alquran surat An-Nisa
menerima harta waris dari orang tua dari
ayat
harta
yang mengadopsi.hal ini sesuai dengan
peninggalan dari harta yang ditinggalkan
riwayat pada masa Rasulullah sebelum
ibu bapak dan karib kerabat, Kami jadikan
beliau diangkat menjadi Rasul, beliau
pewaris-pewarisnya. dan (jika ada) orang-
mengangkat Ibn Haritsah menjadi anak
orang yang kamu telah bersumpah setia
angkatnya
dengan mereka, Maka berilah kepada
Rasulullah menjadi Zaid Ibn Muhammad,
mereka bahagiannya. Sesungguhnya Allah
keadaan ini berlaku sehingga turun surat
menyaksikan segala sesuatu” (Departemen
Al-Ahzab ayat 4, 5 dan 6.
33:
“Bagi
tiap-tiap
dan
di
nashabkan
kepada
Agama RI, 2009 : 83).Kemudian menurut
Ayat-ayat diatas menegaskan bahwa
pendapat segolongan ahli agama ayat ini di
Nabi Muhammad bukanlah ayah dari Zaid
mansukhkan oleh ayat-ayat mewaris, yaitu
(anak angkat), dn anak angkat tidak dapat
surat An-Nisa ayat 11, Al-Anfal ayat 75,
dianggap sebagai anak sendiri, serta anak
Al-Ahzab
angkat seharusnya di nashabkan kepada
terhapus
ayat pula
6.
demikian adat
ayah kandungnya sendiri. Dengan turunya
menerima waris dengan jalan bersumpah
ayat diatas, lenyap pula adat jahiliyah yang
setia dan mengadakan perjanjian.
memberikan waris kepada anak angkat
Golongan
adat
Dengan
menerima
Hanafiah
berpendapat
bahwasannya pemberian waris dengan
(Teungku
Muhamad
Hasbi
Ash-
Shiddieqy,2010 : 2-4).
jalan bersumpah masih tetap berlaku, akan tetapi baru ditetapkan apabila tidak ada seseorang
yang
senashab
dari
B. Ayat Alquran yang mengatur hukum
yang
waris
meninggal, maka diberikanlah harta orang
Hal
lain
yang
sering
digugat
kaitannya dengan aspek kesetaraan laki68 |
MUWAZAH, Volume 7, Nomor 1, Juni 2015
laki dan perempuan adalah soal warisan.
tidak mengetahui siapa di antara mereka yang lebih dekat (banyak) manfaatnya bagimu. ini adalah ketetapan dari Allah. Sesungguhnya Allah Maha mengetahui lagi Maha Bijaksana.”
Persoalan ini sering kali tidak dipahami secara
menyeluruh.
Banyak
kalangan
mempersoalkan perbandingan yang tidak adil, 1 bagian laki-laki dengan ½ bagian perempuan.
Sejumlah
menjelaskan
secara
penulis
tidak
keseluruhan
konsep warisan yang tertuang dalam Alquran. Akibatnya, warisan dalam Islam dianggap
tidak
berkeadilan
C. Penafsiran Tokoh Mesir
akan
jender,
persoalan ini selalu merujuk pada QS. AnNisa: 11 yang artinya: “Allah mensyari'atkan bagimu tentang (pembagian pusaka untuk) anak-anakmu. Yaitu : bahagian seorang anak lelaki sama dengan bagahian dua orang anak perempuan dan jika anak itu semuanya perempuan lebih dari dua, Maka bagi mereka dua pertiga dari harta yang ditinggalkan; jika anak perempuan itu seorang saja, Maka ia memperoleh separo harta. dan untuk dua orang ibu-bapa, bagi masing-masingnya seperenam dari harta yang ditinggalkan, jika yang meninggal itu mempunyai anak; jika orang yang meninggal tidak mempunyai anak dan ia diwarisi oleh ibubapanya (saja), Maka ibunya mendapat sepertiga; jika yang meninggal itu mempunyai beberapa saudara, Maka ibunya mendapat seperenam. (Pembagian-pembagian tersebut di atas) sesudah dipenuhi wasiat yang ia buat atau (dan) sesudah dibayar hutangnya. (Tentang) orang tuamu dan anak-anakmu, kamu
Menurut
Ibnu
Katsir,
mengutip
riwayat Ibnu Abbas, Asbabun Nuzul ayat 11 dalam surah An-Nisa di atas adalah suatu
kenyataan
yang
ada
dalam
masyarakat Arab yang sudah tertanam menjadi sebuah tradisi, yaitu apabila ada seorang
laki-laki
meninggal
meninggalkan
janda,
melemparkan
pakaian
tersebut
agar
ahli
dan
warisnya
kepada
janda
lain
tidak
orang
mengawininya. Seandainya janda tersebut cantik, ia segera dikawini oleh ahli warisnya. Namun, apabila janda tersebut tidak cantik, ia ditahan sampai meninggal dan
kemudian
harta
peninggalannya
diwarisinya (Ibnu Katsir, t.t :. 465). Menurut At-Thabari, ayat ini tidak bermaksud
menyebutkan
perempuan.
At-Thabari
kekurangan juga
tidak
memberikan alasan mengapa anak laki-laki mendapat bagian warisan dua kali lipat dibandingkan dengan anak perempuan. Menurut keterangan At-Thabari bahwa pembangian semacam itu bukan berarti menunjukkan perempuan,
pada namun
kekurangan hal
demikian
menunjukkan bahwa adanya kesamaan
Dekonstruksi Penafsiran Ayat-Ayat Al-Quran tentang Warisan… (Wasiul Fikri)
| 69
diantara mereka. Hal ini dikarenakan
terjadi kerusakan. Manusia akan berlebih-
apabila dilihat dari aspek historis yakni
lebihan apabila banyak harta; keempat,
sebelum Islam datang (masa jahiliyah)
laki-laki karena intelektualnya mampu
perempuan
tidak
membelanjakan harta yang dimiliki untuk
mendapatkan warisan, mereka beralasan
hal-hal bermanfaat yang mendapat pujian
karena perempuan dan anak-anak tidak
atau kebaikan di dunia dan akhirat. Seperti
menunggang kuda dan tidak memegang
membangun
senjata serta tidak pula melawan musuh.
pendidikan), menolong orang menderita,
Dengan demikian, cukup bagi laki-laki
dan menafkahi anak-anak yatim dan janda.
mendapat bagian dua kali lipat dari
Laki-laki mampu berbuat seperti itu,
perempuan tanpa harus mengharamkan
karena ia banyak bergaul dengan orang
perempuan dalam mendapatkan warisan
lain, sementara perempuan lebih sedikit
(Mahmud asy-Syarif, 1984 : 216.).
bergaul dengan manusia, sehingga ia tidak
dan
Menurut tafsirnya
anak-anak
Ar-Razi
menjelaskan
dalam bahwa
kitab hikmah
pesantren
(lembaga
mampu bertindak demikian (Fakhruddin ar-Razi, 1990 : 207.).
hukum warisan 1:2 adalah: Pertama, karena perempuan lebih lemah dibanding
D. Penafsiran Tokoh Indonesia
laki-laki, sehingga mereka lebih sedikit keluar
untuk
berperang
dan
nafkah
Dalam
Tafsir
al-Mishbah.
Pembagian warisan seperti itu dalam karya
perempuan telah diberikan oleh suaminya.
tafsir
Kebutuhan dan tanggung jawab laki-laki
kebutuhan. Pertimbangan kebutuhan ini
yang lebih besar untuk istri dan anak-
yang
anaknya tersebut yang membuat laki-laki
separuh lebih kecil dari bagian laki-laki.
membutuhkan harta yang lebih banyak.
Sebab kebutuhan laki-laki terhadap harta
Kedua, laki-laki lebih sempurna daripada
lebih besar, seperti tuntutan memberi
perempuan, hal ini dapat dilihat dari segi
nafkah kepada anak-anak dan istri (Quraish
moral dan intelektual. Demikian pula
Shihab, 2002 : 353).
kesaksian
separuh
diletakkan
menjadikan
dalam
bagian
konteks
perempuan
dari
Dalam bukunya yang lain, Quraish
kesaksian laki-laki, sehingga wajar bagi
Shihab memulai pembahasan ini dengan
mereka mendapatkan harta warisan yang
penegasan bahwa QS. Al-Nisa ayat 11
lebih banyak. Ketiga,karena perempuan
berbicara tentang hak anak perempuan dan
sedikit akal tetapi banyak keingininan, jika
laki-laki dalam hal waris, bukan hak semua
harta ditambah lagi untuk perempuan,
perempuan atau semua laki-laki, dan bukan
maka akan semakin banyak peluang untuk
dalam segala persoalan (Quraish Shihab,
70 |
perempuan
ini
MUWAZAH, Volume 7, Nomor 1, Juni 2015
2005 : 261). Menurutnya, kalimat ini
pada
penting untuk digarisbawahi karena tidak
keadilan dan kesetaraan bahwa warisan
semua ketentuan agama dalam bidang
antara anak laki-laki dan perempuan harus
kewarisan membedakan antara perempuan
sama (Quraish Shihab, 2005 : 264).
prinsip
dasar
Alquran
tentang
dan laki-laki (Quraish Shihab, 2005 : 261).
Alasan penolakan Quraish Shihab
Quraish Shihab memberikan contoh, Ibu
adalah bahwa pada dasarnya ketentuan
dan ayah apabila ditinggal mati oleh
tersebut telah final berdasarkan rincian
anaknya, dan meninggalkan anak laki-laki
perolehan masing-masing ahli waris seperti
atau anak laki-laki dan perempuan, sang
penegasan Allah dalam QS. al-Nisa [4]
ayah dan ibu memperoleh masing-masing
ayat 13-14 yang berbunyi:
bagian
yang
sama,
yakni
seperenam
(Quraish Shihab, 2005 : 261). Dua alasan yang dikemukakan Quraish Shihab dalam buku tersebut tentang ketentuan ayat ini yaitu: Pertama, laki-laki berkewajiban memberi mahar dan nafkah kepada istri dan keluarganya. Kedua, laki-laki memiliki keistimewaan dalam
bidang
dibandingkan
pengendalian
dengan
emosi
perempuan.
Ini
“(Hukum-hukum tersebut) itu adalah ketentuan-ketentuan dari Allah. Barangsiapa taat kepada Allah dan Rasul-Nya, niscaya Allah memasukkannya kedalam syurga yang mengalir didalamnya sungaisungai, sedang mereka kekal di dalamnya; dan Itulah kemenangan yang besar. Dan Barangsiapa yang mendurhakai Allah dan Rasul-Nya dan melanggar ketentuan-ketentuanNya, niscaya Allah memasukkannya ke dalam api neraka sedang ia kekal di dalamnya; dan baginya siksa yang menghinakan.”
menunjukkan bahwa pengendalian harta atas
dasar
pertimbangan
akal
harus
didahulukan daripada atas dasar emosi
Quraish Shihab menolak anggapan bahwa ketentuan pada ayat tersebut tidak final.
Menurutnya,
dikemukakan
selanjutnya Quraish
Shihab
yang adalah
bahwa ketentuan warisan tidak termasuk
(Quraish Shihab, 2005 : 262).
bersifat
Alasan
anggapan
demikian didasarkan pada asumsi bahwa ketentuan tersebut untuk ukuran masa Nabi lima belas abad yang lalu sudah sangat maju bila ketika itu perempuan tidak memiliki hak warisan sedikitpun. Oleh karena itu, untuk saat ini ketentuan tersebut harus ditinjau kembali dengan berpegang
persoalan ijtihad yang dipahami dari QS.al-Nisa [4] ayat 11 yang berbunyi: “Allah mensyari'atkan bagimu tentang (pembagian pusaka untuk) anak-anakmu. Yaitu : bahagian seorang anak lelaki sama dengan bagahian dua orang anak perempuan dan jika anak itu semuanya perempuan lebih dari dua, Maka bagi mereka dua pertiga dari harta yang ditinggalkan; jika anak perempuan itu seorang saja, Maka ia memperoleh separo harta. dan untuk dua orang ibu-bapa, bagi
Dekonstruksi Penafsiran Ayat-Ayat Al-Quran tentang Warisan… (Wasiul Fikri)
| 71
masing-masingnya seperenam dari harta yang ditinggalkan, jika yang meninggal itu mempunyai anak; jika orang yang meninggal tidak mempunyai anak dan ia diwarisi oleh ibu-bapanya (saja), Maka ibunya mendapat sepertiga; jika yang meninggal itu mempunyai beberapa saudara, Maka ibunya mendapat seperenam. (Pembagianpembagian tersebut di atas) sesudah dipenuhi wasiat yang ia buat atau (dan) sesudah dibayar hutangnya. (Tentang) orang tuamu dan anakanakmu, kamu tidak mengetahui siapa di antara mereka yang lebih dekat (banyak) manfaatnya bagimu. ini adalah ketetapan dari Allah. Sesungguhnya Allah Maha mengetahui lagi Maha Bijaksana.” Quraish Shihab memberikan jalan
PENUTUP Salah satu topik yang menarik diperbincangkan dalam isu kesetaraan gender
adalah mengenai hukum waris.
Ketika berbicara hukum waris dalam konteks
gender,
terutama
terhadap
perempuan, sering kali persoalan ini tidak dipahami
secara
menyeluruh.
kalangan
mempersoalkan
Banyak
perbandingan
yang tidak adil, 1 bagian laki-laki dengan ½ bagian perempuan. Sejumlah penulis tidak menjelaskan secara keseluruhan akan konsep warisan yang tertuang dalam Alquran. Akibatnya, warisan dalam Islam dianggap
tidak
berkeadilan
jender,
keluar bagi orang tua yang merasa tidak
persoalan ini selalu merujuk pada QS. An-
berlaku
memenuhi
Nisa: 11. Dalam memahami ayat tersebut
kebutuhan hidup anak laki-lakinya, ia
para tokoh mufassir Mesir dan Indonesia
dapat memberikan harta yang cukup
memberikan argumennya terkait dengan
terhadap
pembagian warisan bagi laki-laki dan
adil
pada
anak
saat
perempuannya
semasa
hidupnya. Pandangan ini didasari dengan
perempuan,
yang
keyakinan Quraish Shihab bahwa pada
sebagai berikut:
akan
disimpulkan
adalah
Pertama, menurut mufassir Mesir,
kepemilikan pada saat hidup, sementara
dalam hal ini merujuk pada pendapat Ibnu
harta
Katsir, Ath-Thabari dan Ar-Razi.
dasarnya
harta
berpindah
seseorang
kepemilikan
kepada sehingga
Ibnu Katsir merujuk padaAsbabun Nuzul,
aturannya berdasarkan dengan ketentuan
surat An-Nisa ayat 11 merupakan tradisi
Allah. Oleh karena itu, pembagian warisan
masyarakat Arab, dan menurut At- Thabari
harus
ayat
seseorang
meninggal
tunduk
pada
dunia
ketentuan
(Quraish Shihab, 2005 : 266).
Allah
tersebut
keadilan
menunjukkan
diantara
dikarenakan
keduanya,
apabila
di
lihat
adanya hal
ini
aspek
historisnya dahulu perempuan jahiliyah tidak mendapat sedikitpun warisan, mereka
72 |
MUWAZAH, Volume 7, Nomor 1, Juni 2015
beralasan karena perempuan dan anak-
belasan abad silam, oleh karena itu untuk
anak tidak menunggang kuda dan tidak
saat ini ketentuan tersebut harus ditinjau
pula
tidak
kembali dengan berpegang pada prinsip
melawan musuh. Dengan demikian cukup
Alquran tentang keadilan dan kesetaraan
bagi laki-laki untuk mendapatkan warisan
antara laki-laki dan perempuan. Alasan
2 kali lipat tanpa harus mengharamkan
penolakan Quraish Shihab adalah pada
wanita mendapatkan warisan.
surat An-Nisa ayat 13-14 dan ayat 11
memegang
Ar-Razi, warisan
1
senjata
serta
hikmah
banding
2
pembagian dikarenakan
bahwa ketentuan warisan tidak termasuk persoalan ijtihad.
perempuan lebih lemah dibanding laki-laki
Quraish Shihab memberikan jalan
dan nafkah perempuan telah diberikan oleh
keluar bagi orang tua yang merasa tidak
suaminya, tanggung jawab besar yang
berlaku
menyebabkan laki-laki lebih membutuhkan
kebutuhan hidup anak laki-lakinya, ia
harta lebih banyak dibanding perempuan.
dapat memberikan harta yang cukup
Hal lain menurut Ar- Razi adalah, laki-laki
terhadap
lebih sempurna dilihat dari segi moral dan
hidupnya.
adil
anak
pada
saat
memenuhi
perempuannya
semasa
intelektual, dan perempuan sedikit akal tetapi banyak keinginan, jika harta warisan
DAFTAR PUSTAKA
ditambah
untuk
ditakutkan
perempuan
maka
Al-Fida’i Isma’il bin ‘Umar bin Katsir al-
berlebih
dalam
Qursyi al-Damasyqi, Abu. 1302 H.
akan
penggunaannya.
Tafsir Alquran al-Azim, Cet I, Jilid
Kedua, menurut muffasir Indonesia
II. Kairo: Bulaq.
dalam hal ini merujuk pendapat Quraish
Al-Tahir bin ‘Asyur, Muhammad. 1384 H/
Shihab dalam kitab tafsirnya, bahwa Qs.
1963 M. Al-Tahir wa al-Tanwir, Jilid
An-Nisa ayat 11 mengandung hak anak
III. Kairo: Marba’ah ‘Isa al-Babi al-
perempuan dan laki-laki, bukan dalam
Halabi.
segala
persoalan.
dikemukakan
adalah
berkewajiban
memberi
dalam
bidang
Alasan
yang
Ar-Razi, Fakhruddin. 1990. Tafsir al-Kabir
laki-laki
al-Musamma bi Mafatih al-Ghaib,
keistimewaan
Jilid IX. Beirut: Dar al-Kutub al-
anak
pengendalian
emosi
Ilmiyyah.
dibandingkan perempuan. Quraish Shihab
Asy-Syarif, Mahmud. 1984. At-Tabari wa
menolak anggapan bahwa ketentuan ayat
Manhajuh fi At-Tafsir. Jeddah: Dar
tersebut tidak bersifat final, karena ukuran
Ukaz.
tersebut untuk ukuran masa Nabi yaitu Dekonstruksi Penafsiran Ayat-Ayat Al-Quran tentang Warisan… (Wasiul Fikri)
| 73
Departemen Agama RI. 2009. Alquran
Mulia, Musdah. 2004. Islam Menggugat
Bayan. Jakarta: Penerbit Alquran
Poligami. Jakarta: Gramedia.
terkemuka.
Shihab, Quraish . 2005. Perempuan: Dari
Katsir, Ibnu. T.th.
Tafsir Alquran al-
Cinta Sampai Seks, Dari Nikah
Karim, juz 1. Beirut: Dar Ihya’ al-
Mut’ah Sampai Nikah Sunnah Dari
Kutub al-Arabiyah.
Bias Lama Sampai Bias Baru.
Mardani. 2014. Hukum Kewarisan Islam di Indonesia. Jakarta: Rajawali Press. Muhamad Hasbi Ash-Shiddieqy, Teungku. 2010.
Fiqh
Mawaris:
Hukum
Pembagian Warisan menurut Syari’at
Jakarta: Lentera Hati. , Quraish. 2002. Tafsir al-Mishbah: Pesan,
Kesan
dan
Keserasian
Alquran, Jilid II. Jakarta: Lentera Hati.
Islam. Semarang: PT. Pustaka Rizki Putra.
74 |
MUWAZAH, Volume 7, Nomor 1, Juni 2015