Jurnal Online Pendidikan Fisika ISSN 2301-7651
EFEK MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE GROUP INVESTIGATION TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI POKOK KALOR KELAS VII SEMESTER I SMP IT AL-FITYAN MEDAN Dedi Suhendri dan Sahyar Jurusan Pendidikan Fisika Universitas Negeri Medan Abstrak. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui (1) Hasil belajar siswa sebelum dan sesudah menerima Pembelajaran konvensional dan kooperatif tipe Kelompok Investigasi pada materi pokok kalor. (2) Peningkatan aktivitas belajar siswa dengan mengaplikasikan model pembelajaran kooperatif tipe Kelompok Investigasi pada materi pokok Kalor. (3) Perbedaan akibat efek penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe Kelompok Investigasi terhadap hasil belajar siswa kelas VII pada materi pokok Kalor. Jenis penelitian ini adalah quasi eksperimen dengan populasi seluruh siswa kelas VII SMP IT Al Fityan Medan yang terdiri dari 4 kelas. Sampel penelitian diambil 2 kelas dengan teknik cluster random sampling, yaitu kelas VII-D menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Group Investigation dan kelas VII-A menggunakan model pembelajaran konvensional. Hasil penelitian diperoleh nilai rata-rata pretes kelas eksperimen adalah 41,88 dan kelas kontrol 42,81. Setelah dilakukan perlakuan pada masing-masing kelas diperoleh rata-rata nilai postes pada kelas eksperimen sebesar 80,31 dan pada kelas kontrol 75,63. Aktivitas belajar siswa selama menggunakan model pembelajaran Kooperatif Tipe Group Investigation mengalami peningkatan. Pada pertemuan I nilai rata-rata 63,03 dengan kategori D, dan pada pertemuan II nilai rata-rata 75,88 dengan kategori B. Hasil pengujian hipotesis diperoleh thitung > ttabel yaitu 6,90>1,67 pada taraf signifikansi α = 0,05 dan dk = 62. Ini berarti Ha diterima, dengan kata lain ada perbedaan akibat efek penggunan model pembelajaran Kooperatif tipe Group Investigation terhadap hasil belajar siswa pada materi pokok kalor di kelas VII semester I SMP IT Al-Fityan Medan T.P 2012/2013. Kata kunci: model pembelajaran, pembelajaran kooperatif, Group Investigation, hasil belajar, aktivitas belajar EFFECTS OF COOPERATIVE LEARNING MODEL TYPE GROUP INVESTIGATION OF STUDENT LEARNING OUTCOMES IN HEAT CONTENT OF CLASS VII SEMESTER I SMP IT AL-FITYAN MEDAN Dedi Suhendri and Sahyar Physics Education Program-State University of Medan Abstract. The objective of this study to determine (1) Student learning outcomes before and after receiving conventional learning and cooperative group investigation in the subject matter of heat. (2) Improving student Volume: 1 (1) Juni 2012
70
Prodi Dikfis Pascasarjana Unimed
Suhendri, D., dan Sahyar: Efek Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Group Investigation Terhadap Hasil Belajar Siswa Pada Materi Pokok Kalor kelas VII Semester I SMP IT Al-Fityan Medan.
Jurnal Online Pendidikan Fisika ISSN 2301-7651
learning activities by applying cooperative learning model group Investigation on Heat subject matter. (3) The difference due to the effect of the use of cooperative learning model investigates group class VII student learning outcomes in the subject matter Heat. The study was quasiexperimental with the entire population of students of class VII SMP Al Fityan IT Medan consisting of 4 classes. Samples were taken 2 classes with random cluster sampling technique, the class VII-D using cooperative learning model type group investigation and class VII-A using conventional learning models. The results obtained by the average value of the experimental class pretest were 41.88 and 42.81 control class. After treatment in each class earned an average post-test score of 80.31 in the experimental class and the control class 75.63. Learning activities for students using cooperative learning model type Group Investigation has increased. At the first meeting of the average value of 63.03 with a category D, and at the second meeting of the average value of 75.88 with category B. Hypothesis testing results obtained tcount > ttable is 6.90 > 1.67 at significance level α = 0.05 and df = 62. This means that Ha is accepted, in other words there is a difference due to the effect of the use of cooperative learning model type Group Investigation on learning outcomes of students in the subject matter of heat in the first half of class VII Junior IT Field Fityan Al-TP 2012/2013. Keywords: learning model, cooperative learning, group investigation, study result, student’s activity
yaitu memuat bagaimana kita hidup dalam masyarakat yang saling bergantung antara yang satu dengan yang lain, sehingga mampu bersaing secara sehat dan bekerja sama serta mampu untuk menghargai orang lain (Trianto, 2008). Apabila kita ingin meningkatkan prestasi, tentunya tidak akan terlepas dari upaya meningkatkan kualitas pembelajaran di sekolah. Berdasarkan Kurikulum 2004 Berbasis kompetensi yang telah direvisi melalui Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) menurut perubahan paradigma dalam pendidikan dan pembelajaran, khususnya pada jenis dan jenjang pendidikan formal. Perubahan tersebut harus pula diikuti oleh guru yang bertanggungjawab atas penyelenggaraan pembelajaran di dalam kelas atau di luar kelas. KTSP sebagai hasil pembaharuan KBK tersebut, juga menghendaki, bahwa suatu pembejaran pada dasarnya tidak hanya mempelajari tentang konsep, teori, dan fakta tetapi juga aplikasi dalam kehidupan sehari-hari. Dengan demikian
PENDAHULUAN Memasuki abad-21, Sistem pendidikan nasional menghadapi tantangan yang sangat kompleks dalam menyiapkan kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) yang mampu bersaing di era global. Upaya yang tepat untuk menyiapkan SDM yang berkualitas dan satu-satunya wadah yang dapat dipandang sebagai alat untuk membangun SDM yang bermutu tinggi adalah pendidikan. Komisi tentang pendidikan Abad 21 (Commission on Education 21 Century), merekomendasikan empat strategi dalam menyukseskan pendidikan: Pertama, learning to learn, yaitu memuat bagaimana pelajar mampu menggali informasi yang ada disekitarnya dari ledakan informasi itu sendiri; kedua, learning to be, yaitu pelajar diharapkan mampu untuk mengenali dirinya sendiri, serta mampu beradaptasi dengan lingkungan; ketiga, learning to do, yaitu berupa tindakan atau aksi, untuk memunculkan ide yang berkaitan dengan sainstek; keempat, learning to be together, Volume: 1 (1) Juni 2012
71
Prodi Dikfis Pascasarjana Unimed
Suhendri, D., dan Sahyar: Efek Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Group Investigation Terhadap Hasil Belajar Siswa Pada Materi Pokok Kalor kelas VII Semester I SMP IT Al-Fityan Medan.
materi pembelajaran tidak hanya tersusun atas hal-hal sederhana, tetapi juga tersusun atas materi yang kompleks yang memerlukan analisis, aplikasi dan sintesis. Salah satu masalah pokok dalam pembelajaran pada pendidikan formal dewasa ini adalah masih rendahnya daya serap peserta didik. Prestasi ini merupakan hasil kondisi pembelajaran yang masih bersifat konvensional dan tidak menyentuh ranah dimensi peserta didik itu sendiri, yaitu bagaimana sebenarnya belajar itu. Dalam arti yang substansial, bahwa proses pembelajaran hingga dewasa ini masih memberikan dominasi guru dan tidak memberikan akses bagi anak didik untuk berkembang secara mandiri melalui penemuan dan proses berpikirnya. Di pihak lain secara empiris, berdasarkan hasil analisis penelitian terhadap rendahnya hasil belajar peserta didik, hal tersebut disebabkan proses pembelajaran yang di dominasi oleh pembelajaran konvensional. Pada pembelajaran ini suasana kelas cenderung teacher-centered, sehingga siswa menjadi pasif. Meskipun demikian guru lebih suka menerapkan model tersebut, sebab tidak memerlukan alat dan bahan praktik, cukup menjelaskan konsepkonsep yang ada pada buku ajar atau referensi lain. Dalam hal ini siswa tidak diajarkan strategi belajar yang dapat memahami bagaimana belajar, berpikir, dan memotivasi diri sendiri. Banyak kritik yang ditujukan pada cara guru mengajar yang terlalu menekankan pada penguasaan sejumlah informasi/konsep belaka. Penumpukan informasi/konsep pada subjek didik dapat saja kurang bermanfaat bahkan tidak bermanfaat sama sekali kalau hal tersebut hanya dikomunikasikan oleh guru kepada subjek didik melalui satu arah seperti menuang air ke dalam sebuah gelas. Tidak dapat disangkal, bahwa konsep merupakan suatu hal yang sangat penting, namun bukan terletak pada konsep itu sendiri, tetapi terletak pada bagaimana konsep itu dipahami oleh subjek didik. Pentingnya pemahaman konsep dalam proses belajar mengajar sangat mempengaruhi sikap, keputusan dan cara-cara memecahVolume: 1 (1) Juni 2012
Jurnal Online Pendidikan Fisika ISSN 2301-7651
kan masalah. Untuk itu yang terpenting adalah terjadinya belajar yang bermakna dan tidak hanya seperti menuangkan air dalam gelas pada subjek didik. Selain daya serap peserta didik permasalahan yang lain yaitu pelajaran Fisika yang di sajikan dalam bentuk teori, rumus-rumus Fisika belaka dan mengutamakan perhitungan dari pada penjelasan manfaat konsep-konsep Fisikanya dalam kehidupan sehari-hari. Akibatnya konsep-konsep Fisika tersebut terasa asing dalam kehidupan siswa sehingga pelajaran Fisika dianggap pelajaran yang membosankan, tidak menarik dan sulit dipahami. Siswa dalam proses pembelajaran Fisika kurang berpartisipasi, sedangkan partisipasi siswa sangat penting. Hal ini menyebabkan kurangnya minat siswa dalam pelajaran Fisika dan mengakibatkan hasil belajar mata pelajaran Fisika yang diperoleh siswa rendah. Hal yang senada penulis temukan di SMP IT Al-Fityan Medan melalui wawancara terhadap beberapa guru mata pelajaran IPA/ Fisika. Melalui wawancara yang penulis lakukan diperoleh gambaran proses belajar mengajar (PBM) di SMP IT Al-Fiyan Medan sebagai tempat peneliti akan melakukan penelitian. Dalam PBM, penggunaan model pembelajaran belum bervariasi. Siswa dalam merespon mata pelajaran IPA/Fisika sering merasa jenuh karena hanya duduk di kursi mendengarkan guru menyampaikan materi ajar. Dalam penguasaan konsep mata pelajaran Fisika dikategori sedang. Siswa memperoleh hasil ujian dengan nilai rata-rata adalah 53 sedangkan KKM mata pelajaran IPA/Fisika di sekolah tersebut adalah 67. Selain itu guru mata pelajaran IPA/Fisika tersebut mengatakan bahwa rata-rata nilai hasil ujian mata pelajaran IPA/Fisika yang diperoleh siswa lebih rendah dari mata pelajaran yang lainnya. Selain melakukan wawancara terhadap beberapa guru IPA/Fisika, peneliti juga memberikan angket kepada siswa yang berkaitan dengan pembelajaran IPA/Fisika di kelas. Mata pelajaran Fisika merupakan mata pelajaran yang tidak digemari oleh siswa selain dalam pembelajaran IPA/Fisika siswa hanya 72
Prodi Dikfis Pascasarjana Unimed
Suhendri, D., dan Sahyar: Efek Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Group Investigation Terhadap Hasil Belajar Siswa Pada Materi Pokok Kalor kelas VII Semester I SMP IT Al-Fityan Medan.
mencatat dan mengerjakan soal-soal latihan yang di berikan oleh guru sehingga aktivitas siswa dalam pembelajaran masih kurang. Penggunaan alat peraga jarang digunakan dalam pembelajaran, hanya digunakan ketika melakukan praktikum di laboratorium. Dari pengala man melaksanakan program pengalaman lapangan (PPL) juga terlihat bahwa guru dalam mengajar IPA menggunakan model pembelajaran konvensional hanya berkaitan dengan tingkat ingatan dan hapalan saja. Sehingga mengakibatkan kebiasan siswa secara tidak langsung dalam menyelesaikan soal mengandalkan hapalan saja. Model pembelajaran kooperatif tipe group investigation merupakan salah satu model pembelajaran yang dapat diterapkan sebagai salah satu alternatif untuk memecahkan masalah-masalah di atas dalam upaya meningkatkan hasil belajar siswa. Dalam pembelajaran kooperatif tipe group investigation guru membagi siswa menjadi kelompok-kelompok dengan anggota 5-6 orang siswa yang heterogen. Selanjutnya siswa memilih topik untuk di selidiki, melakukan penyelidikan yang mendalam atas topik yang di pilih itu. Selanjutnya menyiapkan dan mempresentasikan laporannya di depan kelas. Pembelajaran kooperatif merupakan sebuah kelompok strategi pengajaran yang melibatkan siswa bekerja secara berkolaborasi untuk mencapai tujuan bersama. Tujuan-tujuan pembelajaran kooperatif mencakup tiga jenis tujuan penting, yaitu hasil belajar akademik, penerimaan terhadap keragaman, dan pengembangan keterampilan sosial (Ibrahim, dkk 2000). Pada model pembelajaran kooperatif tipe group investigation para siswa diarahkan untuk meneliti sumber belajar, mengusulkan sejumlah topik, sehingga proses belajar mengajar melibatkan siswa berpartisipasi secara aktif dan tidak cenderung teacher centered melainkan student centered. Siswa juga merencanakan bersama mengenai topik yang akan dipelajari dan bagaimana siswa mempelajari topik tersebut dan untuk tujuan apa siswa menginvestigasi suatu topik. Dengan cara ini rasa bosan yang dialami siswa dalam Volume: 1 (1) Juni 2012
Jurnal Online Pendidikan Fisika ISSN 2301-7651
proses belajar akan hilang dan menimbulkan gairah serta minat untuk mengikuti pelajaran di kelas karena siswa berinteraksi dan belajar bersama. Pembelajaran kooperatif juga dapat meningkatkan kinerja siswa dalam tugas-tugas akademik, unggul dalam membantu siswa memahami konsep-konsep yang sulit, dan membantu siswa menumbuhkan kemampuan berfikir kritis karena siswa akan saling memberikan umpan balik mengenai topik yang telah dibahas/didiskusikan. Prose belajar akan menghasilkan hasil belajar, maka hakekat dari hasil belajar adalah perubahan tingkah laku. Peserta didik adalah sasaran dalam belajar. Setelah peserta didik mendapatkan pembelajaran di sekolah maka peserta didik memperoleh suatu hasil belajar. Sagala (2008) mengungkapkan bahwa inti dari pembelajaran adalah interaksi dan proses untuk mengungkapkan ilmu pengetahuan oleh pendidik dan peserta didik yang menghasilkan suatu hasil belajar. Hasil belajar adalah kemampuan yang diperoleh anak setelah melalui kegiatan belajar. Untuk mengetahui hasil belajar dan potensi yang dimiliki peserta didik setelah pembelajaran dilakukan melalui pengukuran atau penilaian. Untuk mengukur sampai dimana tingkat pengetahuan seseorang harus ada pengukur tertentu yang berfungsi untuk mengukur hasil belajar peserta didik. Pada umumnya hasil belajar peserta didik merupakan perubahan yang terjadi pada perubahan yang bersifat pengetahuan (kognitif), keterampilan (psikomotorik), dan sikap (afektif). Ini berarti bahwa dengan berakhirnya suatu proses belajar, maka seseorang atau siswa memperoleh suatu hasil belajar. Seperti yang dikemukakan oleh Sudjana (2005) bahwa hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman belajarnya. Setiap orang selalu ingin mengetahui sesuatu yang belum diketahuinya. Dorongan ingin mengetahui membuat seseorang berusaha dengan cara apapun agar keinginannya itu menjadi kenyataan atau terwujud. Untuk mencapai suatu hasil yang baik, maka guru sebagai penerima kegiatan pengelola kelas 73
Prodi Dikfis Pascasarjana Unimed
Suhendri, D., dan Sahyar: Efek Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Group Investigation Terhadap Hasil Belajar Siswa Pada Materi Pokok Kalor kelas VII Semester I SMP IT Al-Fityan Medan.
harus mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi belajar siswa, baik dalam diri siswa (internal) maupun faktor dari luar (eksternal). Dalam proses belajar mengajar, tipe hasil belajar yang diharapkan dapat dicapai siswa penting diketahui oleh guru, agar guru dapat merancang pengajaran secara tepat.
berfikir. Kedua, dalam pembelajaran membangun
suasana dialogis dan proses tanyajawab terus menerus yang diarahkan untuk memperbaiki dan meningkatkan kemampuan berfikir siswa, yang pada gilirannya kemampuan berfikir itu dapat membantu siswa untuk memperoleh pengetahuan yang mereka konstruksi sendiri. Knirk dan Gustafson dalam Sagala (2009) mengemukakan teknologi pembelajaran melibatkan tiga komponen utama yang saling berinteraksi yaitu guru, peserta didik, dan kurikulum. Ketiga komponen tersebut menggambarkan interaksi pendidik dan peserta didik merupakan inti proses pembelajaran. Guru sebagai sumber belajar, menentukan metode belajar, dan juga penilaian kemajuan belajar meminta para pendidik untuk menjadikan pembelajaran lebih efektif dan efisien untuk mencapai tujuan pembelajaran itu sendiri. Model pembelajaran adalah suatu perencanaan atau suatu pola yang di gunakan sebagai pendoman dalam merencanakan pembelajaran di kelas atau pembelajaran dalam tutorial dan untuk menentukan perangkat-perangkat pembelajaran termasuk di dalamnya buku-buku, film, komputer, kurikulum, dan lain-lainnya (Joyce, 1992). Selanjutnya, Joyce dalam Trianto (2009) menyatakan setiap model pembelajaran mengarahkan kita kedalam mendesain pembelajaran untuk membantu peserta didik. Adapun Sukatno dkk dalam Nurulwati (2000) mengemukakan maksud dari model pembelajaran adalah kerangka konseptual yang melukiskan prosedur yang sistematis yang mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai tujuan, dan berfungsi sebagai pendoman bagi perancang pembelajaran dan para pengajar dalam merencanakan aktivitas belajar mengajar. Model pembelajaran akan diterapkan dalam penelitian ini adalah model pembelajaran kooperatif. Pembelajaran kooperatif mempunyai efek samping yang berarti terhadap penerimaan yang luas terhadap keragaman ras, budaya, agama, stata sosial, kemampuan dan ketidakmampuan (Ibrahim, dkk., 2000). Pembelajaran kooperatif memberikan peluang kepada siswa yang berbeda
Konsep Pembelajaran Pembelajaran adalah setiap kegiatan yang dirancang untuk membantu seseorang mempelajari suatu kemampuan atau nilai yang baru. Proses pembelajaran merupakan hal proses yang mendasar dalam aktivitas mendidik di sekolah. Dari proses pembelajaran tersebut siswa memperoleh hasil belajar yang merupakan hasil dari suatu interaksi. Tindak belajar yaitu mengalami proses untuk meningkatkan kemampuan mentalnya dan tindak mengajar yaitu membelajarkan siswa. Guru sebagai pendidik melakukan rekayasa pembelajaran berdasarkan kurikulum yang berlaku, dalam tindakan tersebut guru menggunakan asas pendidikan maupun teori pendidikan. Pembelajaran menurut Dimyati dan Mudjiono (1999) dalam Sagala (2009) adalah kegiatan guru secara terprogram dalam desain instruksional, untuk membuat siswa belajar secara aktif, yang menekankan pada penyediaan sumber belajar. UUSPN no 20 tahun 2003 menyatakan pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar. Dalam pembelajaran guru harus memahami hakekat materi pelajaran yang diajarkan sebagai suatu pelajaran yang dapat mengembangkan kemampuan berfikir siswa dan memahami berbagai model pembelajaran yang dapat merangsang kemampuan siswa untuk belajar dengan perencanaan pengajaran yang matang oleh guru. Pembelajaran mempunyai 2 (dua) karekteristik yaitu pertama, dalam proses pembelajaran melibatkan proses mental siswa secara maksimal, bukan hanya menuntut siswa sekedar mendengar, mencatat, akan tetapi menghendaki aktivitas siswa dalam proses Volume: 1 (1) Juni 2012
Jurnal Online Pendidikan Fisika ISSN 2301-7651
74
Prodi Dikfis Pascasarjana Unimed
Suhendri, D., dan Sahyar: Efek Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Group Investigation Terhadap Hasil Belajar Siswa Pada Materi Pokok Kalor kelas VII Semester I SMP IT Al-Fityan Medan.
latar belakang dan kondisi untuk bekerja saling bergantung satu sama lain atas tugas-tugas bersama, dan melalui penggunaan struktur penghargaan kooperatif, belajar untuk menghargai orang lain. Menurut Jonson & Jonson (1994) dan Sutton (1992) dalam Trianto (2009) terdapat lima unsur penting belajar kooperatif, yaitu (1) Saling ketergantungan yang bersifat positif antar siswa, (2) Interaksi antar siswa semangkin meningkat, (3) Tanggungjawab individual, (4) Keterampilan interpersonal dan kelompok kecil, (5) Proses kelompok.
Jurnal Online Pendidikan Fisika ISSN 2301-7651
dan bagaimana jalannya penyidikan mereka. Kelas adalah sebuah tempat kreativitas kooperatif dimana guru dan murid membangun proses pembelajaran yang didasarkan pada perencanaan mutual dari berbagai pengalaman, kapasitas, dan kebutuhan mereka masingmasing. Pihak yang belajar adalah partisipan aktif dalam segala aspek kehidupan sekolah, membuat keputusan menentukan tujuan terhadap apa yang mereka kerjakan. Kelompok dijadikan sebagai sarana sosial dalam proses ini. Rencana kelompok adalah satu metode untuk mendorong keterlibatan maksimal para siswa. Dalam implementasi model pembelajaran kooperatif group investigation, guru membagi siswa di dalam kelas menjadi beberapa kelompok dengan anggota 5-6 siswa yang heterogen. Kelompok disini dapat dibentuk dengan mempertimbangkan keakraban persahabatan atau minat yang sama dalam topik tertentu.
Group Investigation Group Investigation merupakan model pembelajaran kooperatif yang dikembangkan pertama kali oleh Thelan. Dalam perkembanganya, model ini di perluas dan dipertajam oleh Sharan dari Universitas Tel Aviv. Dalam model pembelajaran kooperatif ini siswa terlibat dalam perencanaan baik topik yang di pelajari
Tabel 1. Sintaks Model Pembelajaran kooperatif tipe group investigation Fase-Fase Aktivitas Guru/Siswa Fase pertama Memilih Topik
Fase Kedua Perencanaan Kooperatif Fase Ketiga Implementasi
Fase Keempat Analisis dan Sintesis Fase Kelima Presentasi Hasil Final
Fase Keenam Evaluasi
Volume: 1 (1) Juni 2012
Siswa memilih subtopik tertentu di dalam bidang permasalahan umum yang biasanya ditetapkan oleh guru. Selanjutnya siswa diorganisasikan menjadi dua sampai enam anggota tiap kelompok menjadi kelompok-kelompok yang berorientasi tugas. Siswa dan guru merencanakan prosedur pembelajaran, tugas, dan tujuan khusus yang konsisten dengan subtopik yang telah dipilih pada tahap pertama. Siswa melaksanakan rencana yang telah diformulasikan dalam tahap kedua. Kegiatan pembelajaran hendaknya melibatkan ragam aktivitas dan keterampilan yang mengarahkan siswa kepada jenis-jenis sumber belajar yang berbeda baik di dalam atau di luar sekolah. Guru mengikuti dari dekat perkembangan masingmasing kelompok dan menawarkan bantuan bila dibutuhkan. Siswa menganalisis dan mengevaluasi informasi yang diperoleh pada tahap ketiga dan merencanakan bagaimana informasi itu dapat dirangkum dengan menarik untuk dipersentasikan pada teman-teman sekelas. Beberapa atau semua kelompok dikelas memmberikan prsentase menarik tentang topik-topik yang dipelajari untuk membuat satu sama lain saling terlibat dalam pekerjaan temannya dan mencapai perspektif yang lebih luas tentang sebuah topik. Presentase kelompok dikoordinasikan oleh guru. Dalam kasus-kasus yang kelompoknya menindaklanjuti aspek-aspek yang berbeda dari topik yang sama, siswa dan guru mengevaluasi konstribusi masingmasing kelompok ke hasil pekerjaan kelas secara keseluruhan. Evaluasi dapat memasukkan asesment individual atau kelompok.
75
Prodi Dikfis Pascasarjana Unimed
Suhendri, D., dan Sahyar: Efek Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Group Investigation Terhadap Hasil Belajar Siswa Pada Materi Pokok Kalor kelas VII Semester I SMP IT Al-Fityan Medan.
Berdasarkan uraian latar belakang masalah dan teori di atas, maka masalah dalam penelitian ini dapat dirumuskan (1) Bagaimana hasil belajar siswa sebelum dan sesudah menerima proses Pembelajaran konvensional dan kooperatif tipe group investigation pada materi pokok kalor? (2) Bagaimana tingkat aktivitas belajar siswa dengan mengaplikasikan model pembelajaran kooperatif tipe group investigation pada materi pokok kalor? (3) Apakah ada perbedaan akibat efek penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe group investigation terhadap hasil belajar siswa kelas VII pada materi pokok Kalor? Sedangkan tujuannya adalah untuk mengetahui (1) Hasil belajar siswa sebelum dan sesudah menerima pembelajaran konvensional dan kooperatif tipe group investigation pada materi pokok kalor. (2) Tingkat aktivitas belajar siswa dengan mengaplikasikan model pembelajaran dan kooperatif tipe group investigation pada materi pokok kalor. (3) Perbedaan akibat efek penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe group investigation terhadap hasil belajar siswa kelas VII pada materi pokok kalor.
konvensional. Rancangan penelitian ini adalah: (Arikunto, 2007) Tabel 2. Desain penelitian Kelas Pretest Perlakuan Posttest Eksperimen T1 X T2 Control T1 Y T2 Keterangan: T1 : Tes Awal; T2 : Tes Akhir; X: pembelajaran dengan model kooperatif tipe group investigation; Y: pembelajaran dengan model konvensional. Teknik Analisis Data Pada tahap awal dilakukan uji prasyarat analisis, yaitu uji normalitas dan homogenitas. Uji normalitas bertujuan untuk melihat apakah sampel berasal dari populasi yang berdistribusi normal atau tidak. Uji normalitas data digunakan Uji Liliefors. Kriteria pengujian: data berdistribusi normal jika harga Lhitung < Ltabel pada taraf nyata = 0,05. Untuk mengetahui apakah data dari kelas eksperimen dan kelas kontrol homogen atau tidak maka digunakan uji homogenitas dengan rumus: S2 F = 12 (Sudjana, 2005) S2
METODE PENELITIAN Penelitian ini dilakukan di kelas VII semester I SMP IT Al-Fityan Medan Tahun Pelajaran 2012/2013. Populasi penelitian ini adalah seluruh siswa-siswi kelas VII semester I SMP IT Al-Fityan Medan tahun Pelajaran 2012/2013 yang terdiri dari 5 kelas paralel. Pengambilan sampel dilakukan secara acak (cluster random class) dimana setiap kelas memiliki kesempatan yang sama untuk menjadi sampel penelitian. Sampel yang diambil sebanyak 2 (dua) kelas terdiri dari kelas eksperimen dan kelas kontrol. Jenis penelitian ini adalah Quasi eksperimen dengan menggunakan pre-test dan post-test. Penelitian ini melibatkan dua kelas yang di berikan perlakuan yang berbeda, untuk kelas eksperimen menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe group investigation dan untuk kelas kontrol menggunakan model pembelajaran
Volume: 1 (1) Juni 2012
Jurnal Online Pendidikan Fisika ISSN 2301-7651
Keterangan: S12 = Varians dari kelas eksperimen; S 22 = Varians dari kelas kontrol. Kriteria pengujian: hipotesis terima Ho jika F(1− )( n −1) < F < F(1/2α)(n1-1)(n2-1) dimana F(1/2α)(n11)(n2-1) dperoleh dari daftar distribusi F dengan dk pembilang = n dan dk penyebut = n pada taraf nyata α = 0,1. Dimana: n1 = ukuran sampel kelas eksperimen, n2 = ukuran sampel kelas kontrol. Apabila data berdistribusi normal dan varians kedua sampel homogen, maka dilakuka uji hipotesis dengan menggunakan rumus: X1 − X 2 thitung = (Sudjana, 2005) 1 1 S + n2 n2 1
76
Prodi Dikfis Pascasarjana Unimed
Suhendri, D., dan Sahyar: Efek Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Group Investigation Terhadap Hasil Belajar Siswa Pada Materi Pokok Kalor kelas VII Semester I SMP IT Al-Fityan Medan.
Jurnal Online Pendidikan Fisika ISSN 2301-7651
dari daftar distribusi t dengan dk = ( n 1 + n 2 2) dan peluang ( 1 − 1 / 2 ) dan = 0,05 . Untuk harga t lainnya Ho ditolak.
Di mana S adalah varians gabungan yang dihitung dengan rumus: (n − 1)S12 + (n2 − 1)S 22 S2= 1 n1 + n2 − 2 Keterangan: t = distribusi t; x 1 = nilai rata-rata kelas
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Pengolahan dan Analisa Data Penelitian ini merupakan penelitian eksperimen yang melibatkan dua kelas yang diberi perlakuan berbeda. Masing-masing kelas terdiri dari 32 siswa. Hasil pretes dan postes kelas eksperimen dan kontrol dapat dilihat pada Tabel 1 dan 2.
eksperimen; x 2 = nilai rata-rata kelas kontrol; n 1 = ukuran kelas eksperimen; n 2 = ukuran kelas kontrol; S 12 = varians kelas eksperimen; S 22 = varians kelas kontrol. Kriteria pengujian: bahwa terima Ho jika - t1 − 1 / 2 < t < t1 − 1 / 2 dimana t1 − 1 / 2 didapat
Tabel 1. Data Nilai Pretes Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol Pretes Kelas Eksperimen Pretes Kelas Kontrol No Nilai Nilai Frekuensi Rata-rata Frekuensi Rata-rata 25 1 25 3 2 2 30 4 30 3 3 35 5 35 5 4 40 4 40 6 41,88 42,81 5 45 6 45 6 6 50 4 50 4 7 55 4 55 3 8 60 2 60 3 Jumlah 32 32 Tabel 2. Data Nilai Postes Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol Postes Kelas Eksperimen No
Nilai Frekuensi
1 65 2 70 3 75 4 80 5 85 6 90 7 95 Jumlah
1 3 7 9 8 2 2 32
Rata-rata
80,31
Postes Kelas Kontrol Frekuensi
60 65 70 75 80 85 90
1 4 7 6 8 4 2 32
Rata-rata
75,63
nakan uji liliefors. Hasil uji normalitas data pretes dan postes kedua kelas dinyatakan dalam Tabel 3 beriku.
Uji Normalitas Data Uji normalitas data pretes dan postes kelas eksperimen dan kelas kontrol mengguVolume: 1 (1) Juni 2012
Nilai
77
Prodi Dikfis Pascasarjana Unimed
Suhendri, D., dan Sahyar: Efek Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Group Investigation Terhadap Hasil Belajar Siswa Pada Materi Pokok Kalor kelas VII Semester I SMP IT Al-Fityan Medan.
Jurnal Online Pendidikan Fisika ISSN 2301-7651
Tabel 3. Uji Normalitas Data Kedua Kelompok Sampel Data pretes Data postes Kelompok Kesimpulan Lhitung Ltabel Lhitung Ltabel Eksperimen 0,09 0,16 0,13 0,16 Normal Kontrol 0,04 0,16 0,14 0,16 Normal Uji Homogenitas Data Uji Hipotesis Penelitian Uji homogenitas dilakukan dengan Pengujian hipotesis data hasil penelitian menggunakan uji F untuk mengetahui apakah dilakukan dengan menggunakan uji t dua pihak kelompok sampel berasal dari populasi yang dan uji t satu pihak. Uji t dua pihak digunakan homogen atau tidak. Berdasarkan perhitungan, untuk mengetahui kesamaan kemampuan awal hasil uji homogenitas pretes diperoleh nilai siswa pada kedua kelompok sampel sedangkan uji t satu pihak digunakan untuk mengetahui Fhitung = 1,09. Pada taraf signifikasi = 0,05 apakah ada perbedaan akibat efek menerapkan diperoleh harga Ftabel = 1,83. Karena Fhitung < model kooperatif tipe group investigation Ftabel, maka data pretes kedua sampel homogen terhadap hasil belajar siswa pada materi Kalor. yang berarti data yang diperoleh dapat mewakili seluruh populasi yang ada. Tabel 4. Ringkasan Uji Hipotesis Nilai No Data thitung ttabel Kesimpulan rata-rata Pretes Eksperimen 41,88 1 1,18 1,99 Tidak ada pengaruh Pretes Kontrol 42,81 Postes Eksperimen 80,31 2 6,90 1,67 Ada pengaruh Postes Kontrol 75,63 Hasil pengujian hipotesis dua pihak diperoleh harga thitung < ttabel yaitu 1,18 < 1,99 dan hasil pengujian hipotesis satu pihak diperoleh harga thitung > ttabel yaitu 6,90 > 1,67 pada taraf signifikansi α = 0,05 dan dk = 62. Hal ini berarti hipotesis yang menyatakan ada perbedaan akibat efek model kooperatif Tipe group investigation terhadap hasil belajar Fisika pada materi pokok Kalor di kelas VII Semester I SMP IT Al-Fityan Medan dapat diterima.
writing, (5) motor, (6) mental, dan (7) emotional. Aspek-aspek tersebut diberi skor 1 sampai 4 dengan berpedoman pada penskoran observasi aktivitas siswa. Dapat dibuat rekapitulasi hasil observasi aktivitas belajar siswa pada pertemuan I dan II pada Tabel 5 berikut ini. Berdasarkan data pada Tabel 5 maka hasil observasi aktivitas belajar siswa selama menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe group investigation menunjukkan peningkatan. Rata-rata skor aktivitas siswa pada pada pertemuan I nilai rata-rata 63,03 dengan kategori D, dan pada pertemuan II nilai rata-rata 75,88 Dengan kategori B.
Observasi Aktivitas Belajar Siswa Adapun jenis aktivitas yang diamati adalah (1) visual, (2) oral, (3) listening, (4)
Tabel 5. Rekapitulasi Hasil Observasi Aktivitas Belajar Siswa Hasil Observasi Aktivitas Belajar Siswa PERTEMUAN A B C D E Jlh % Jlh % Jlh % Jlh % Jlh % I 2 6,25 3 9,3 5 15,63 20 62,5 2 6,3 II 6 18,8 14 43,75 5 15,63 6 18,8 1 3,1 Volume: 1 (1) Juni 2012
70
Prodi Dikfis Pascasarjana Unimed
Suhendri, D., dan Sahyar: Efek Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Group Investigation Terhadap Hasil Belajar Siswa Pada Materi Pokok Kalor kelas VII Semester I SMP IT Al-Fityan Medan.
Jurnal Online Pendidikan Fisika ISSN 2301-7651
pembelajaran konvensional. Hal ini dapat dilihat melalui data hasil penelitian yang diperoleh, nilai rata-rata kelas eksperimen adalah 80,31 sedangkan kelas kontrol adalah 75,63, sehingga dapat disimpulkan bahwa nilai rata-rata pada kelas eksperimen lebih tinggi dibandingkan dengan kelas kontrol.
Pembahasan Hasil Penelitian Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada perbedaan akibat efek model pembelajaran Kooperatif Tipe group investigation terhadap hasil belajar siswa pada materi kalor kelas VII semester I SMP IT Al-Fityan Medan bila dibandingkan dengan menggunakan model
Tabel 6. Nilai Postes Kelas Kontrol dan Kelas Eksperimen Nilai Postes Kelas Kontrol dan Kelas Eksperimen KELAS C1 C2 C3 C4 C5 C6 Jlh % Jlh % Jlh % Jlh % Jlh % Jlh % KONTROL 57 89 54 84,4 170 88,5 130 81,3 70 72,9 45 70 EKSPERIMEN 60 97 59 95 180 93,8 145 90,6 80 83,3 55 88,7 Aktivitas belajar siswa selama menggunakan model pembelajaran Kooperatif tipe group investigation menunjukkan peningkatan. Ratarata skor aktivitas belajar siswa pada pada pertemuan I nilai rata-rata 63,03 dengan kategori D, dan pada pertemuan II nilai ratarata 75,88 dengan kategori B. Pada kelas eksperimen di terapkan model pembelajaran kooperatif tipe Group Investigation yang mempunyai 6 (enam) tahap yang setiap tahap bertujuan untuk meningkatkan kemampuan dan siswa berusaha untuk menambah pengetahuannya dari mulai menentukan topik sampai mengevaluasi yang telah mereka pelajari. Pada kegiatan pendahuluan pembelajaran peneliti memberikan motivasi dan apersepsi mengenai materi kalor yang akan di ajarkan kepada siswa agar siswa tertarik untuk mengikuti proses kegiatan belajar dan penjabaran materi kalor kepada siswa dikaitkan dengan kehidupan sehari-hari atau yang sering terjadi di lingkungan siswa. Pada tahap berikutnya siswa diarahkan untuk mengidentifikasi beberapa topik yang menarik menurut siswa dan setelah itu siswa membentuk kelompok sesuai dengan minat untuk menginvestigasi satu topik dalam tiap kelompok. Pada tahap pembentukan kelompok peneliti tidak mengalami kesulitan karna distribusi siswa terhadap minat suatu materi yang akan siwa investigasi merata. Volume: 1 (1) Juni 2012
Kemudian siswa merencanakan tugas yang akan di pelajari dan difasilitasi oleh peneliti yang berperan sebagai guru.pada bagian ini siswa diberikan lembar kerja siswa (LKS) untuk meningkatkan keaktifan siswa dalam kegiatan belajar. Dalam pengerjaan LKS ini peneliti merancang agar setiap siswa aktif dan jika ada siswa yang hanya melihat teman dalam satu kelompok bekerja peneliti mengantisipasi keadaan dengan cara mengarahkan siswa untuk memperhatikan gejala-gejala yang terlihat pada kegiatan eksperimen mengenai kalor tersebut. Setelah itu siswa diarahkan untuk membuat laporan dari sub materi yang telah mereka investigasi secara bersama-sama dan guru memfasilitasi agar pengetahuan tiap siswa dalam satu kelompok harus sama. Tahap berikutnya siswa mempresentasikan hasil dari investigasi tiap kelompok dan dilanjutkan dengan tanya jawab antara siswa sebagai penyaji dengan siswa sebagai audiens. Dalam tahap presentasi dan diiringi dengan tanya jawab peneliti/guru berperan untuk mengarahkan agar siswa tetap pada jalur yang sesuai dengan rancangan pembelajaran yaitu tidak membahas hal yang tidak berkaitan dengan materi pelajaran dan sekaligus mengevaluasi hal-hal yang telah dipelajari oleh siswa pada kegiatan belajar. Alokasi waktu pada tahap presentasi yang dirancang pada RPP mengalami penambahan waktu pada pelaksanaanya. Penambahan alokasi 71
Prodi Dikfis Pascasarjana Unimed
Suhendri, D., dan Sahyar: Efek Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Group Investigation Terhadap Hasil Belajar Siswa Pada Materi Pokok Kalor kelas VII Semester I SMP IT Al-Fityan Medan.
waktu disebabkan karna pada tahap presentasi dilakukan tanya jawab antara siswa penyaji dengan siswa sebagai audiens. Penambahan alokasi waktu pada tahap presentasi hanya 10 menit. Penambahan alokasi waktu tersebut juga mengalami kekurangan waktu karna pertanyaanpertanyaan yang mengemuka sangat banyak dan sesuai dengan materi yang di presentasikan oleh kelompok penyaji sehingga pertanyaan tersebut peneliti memberi kesempatan pada kelompok penyaji untuk menanggapinya. Sehingga untuk mengantisipasi keadaan seperti pertanyaan dari siswa dibatasi jumlah pertanyaannya.
investigation mengalami peningkatan. Pada pertemuan I niali rata-rata 63,03 dengan kategori D, dan pada pertemuan II nilai ratarata 75,88 dengan kategori B. Sehingga dapat disimpulkan aktivitas belajar siswa dengan menggunakan model kooperatif tipe group investigation mengalami peningkatan. 3. Ada perbedaan antara hasil belajar siswa akibat efek menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe group investigation dengan hasil belajar siswa dengan menggunakan model pembelajaran konvensional pada materi Kalor di kelas VII SMP IT AlFityan Medan T.P 2012/2013, dengan thitung > ttabel = 6,901 > 1,670.
Simpulan Setelah dilakukan tabulasi, perhitungan dan pengujian hipotesis diperoleh beberapa kesimpulan antara lain: 1. Hasil belajar siswa kelas VII semester I SMP IT Al-Fityan Medan T.P 2012/2013 pada materi Kalor di kelas eksperimen sebelum di berikan perlakuan mendapatkan nilai rata-rata pretes 41,88 dan di kelas kontrol sebelum di berikan perlakuan mendapatkan nilai rata-rata pretes 42,81. Setelah menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe group investigation di kelas eksperimen nilai rata-rata postes 80,31 dan setelah menggunakan model pembelajaran konvensional di kelas kontrol nilai rata-rata postes 75,63. 2. Aktivitas belajar siswa selama menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe group
Volume: 1 (1) Juni 2012
Jurnal Online Pendidikan Fisika ISSN 2301-7651
DAFTAR PUSTAKA Arikunto, S. 2007. Prosedur Penelitian. Jakarta: Penerbit PT Rineka Cipta. Ibrahim, M. 2000. Pembelajaran Kooperatif. Surabaya: Grasindo. Sagala, S. 2009. Konsep dan Makna Pembelajaran. Bandung: Alpabeta. Sudjana. 2005. Metoda Statistik. Bandung: Tarsito. Trianto. 2009. Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif: Konsep, Landasan dan Implementasinya pada Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Jakarta: Kencana Prenada Media. Trianto. 2008. Mendesain Pembelajaran Kontekstual. Jakarta: Penerbit Cerdas Pustaka.
80
Prodi Dikfis Pascasarjana Unimed