DARI REDAKSI
EDISI 03/TAHUN 2009
02
Editorial Guru dan Pendidikan Nasional AWAL pemerintahan Kabinet Indonesia Bersatu Jilid ke-2 dalam masa 100 hari pertamanya sepertinya banyak menghadapi guncangan. Khususnya dalam hal pendidikan, yang langsung digedor dengan permasalahan gugatan terhadap pelaksanaan Ujian Nasional (UN) yang dianggap tidak relevan sebagai bahan evaluasi akhir kelulusan sekolah dasar dan menengah. Selama ini, permasalahan UN memang selalu menjadi perbincangan menarik semenjak awal digulirkan. Harapan Dinas Pendidikan yang bermaksud menyetarakan kemampuan setiap lulusan sekolah dasar dan menengah seIndonesia, ternyata tidak sejalan dengan praktik pendidikan di lapangan. Faktanya, "kepandaian" peserta didik tidaklah dapat diukur menggunakan UN. Belum lagi isu kecurangan dalam UN yang dilakukan oleh oknum tertentu, juga merupakan keresahan "tersendiri" dalam dunia pendidikan yang dituntut lulus demi martabat lembaganya. Tapi, untunglah masih banyak guru yang memiliki keluhuran budi dan kejujuran, serta concern sebagai pendidik profesional demi masa depan anak didik mereka. Dan itu semua tentu tetap merupakan pekerjaan rumah kita bersama yang ada di sini (baca: KGI) untuk terus memberikan masukan positif sebagai daya dorong kemajuan dan perbaikan pendidikan nasional. Sampai saat ini, masih banyak guru yang terbelenggu oleh keterbatasanketerbatasan, namun dengan gigihnya mereka menggali segenap potensinya demi prestasi para anak didiknya. Bahkan, tidak sedikit guru yang rela menguras tabungan pribadi untuk mengikuti diklat, seminar, maupun membeli sarana pembelajaran seperti laptop yang kini telah menjadi
○
○
○
○
Pimpinan Redaksi: Mohammad Ihsan
Redaktur Eksekutif: Satria Dharma Ahmad Rizali
Biro Jawa Tengah: Mampuono Sekretaris Redaksi: Istikhomah Reporter: Hari Subagio, M Basyir, Faisal, Catur W Fotografer: Agus Yazid Setyabudi Pimpinan Perusahaan: Satria Dharma Marketing dan Pemasaran: Andy Yasin, Husain Yatmono Diterbitkan oleh: Klub Guru Indonesia Alamat Redaksi: Jl. Dharmawangsa 7/4 Surabaya 60286 Telp/Fax. (031) 5025050 Website: www.klubguru.com Email:
[email protected]
Redaksi menerima kiriman artikel yang berkaitan dengan pendidikan dan visi tabloid Klub Guru Indonesia. Naskah maksimal 7300 karakter dan disimpan dalam bentuk file word/rtf. File dikirim ke redaksi via email:
[email protected] Sertakan foto dan biodata serta alamat yang lengkap.
○
○
○
○
○
○
○
○
○
○
○
○
○
○
○
○
○
○
○
○
○
○
○
○
○
○
○
○
○
○
○
○
○
○
○
○
○
○
○
○
○
○
○
○
E-mail
Seamolec Training On Line Mobile JENI
Redaktur Pelaksana: Arman Saputra
Biro Jakarta: Habe Arifin
○
kebutuhan wajib guru masa kini. Sampai saat ini, kucuran dana pemerintah dalam program sertifikasi yang masih menyentuh sebagian kecil guru, belum serta merta mengangangkat kemakmuran guru. Namun demikian, dari sektor lain pemerintah juga tidak tinggal diam untuk terus meningkatkan daya saing guru, dengan merangsangnya menggunakan berbagai tunjuangan serta fasilitas yang memadai. Terutama pada beberapa pemerintah daerah yang telah mengalokasikan amanat 20% APBD-nya untuk sektor pendidikan. Kini, tanggung jawab masih terus bergelayut di pundak guru. Masa depan bangsa Indonesia sepenuhnya ada pada kreativitas dan kecapakan guru dalam menghadapi berbagai problematika pendidikan. Program-program yang digagas oleh kawan-kawan Klub Guru Indonesia yang berupaya menjadikan para guru melek IT, diharapkan mampu menciptakan daya saing lebih terhadap para guru. Apalagi, era sekarang ini internet sudah menjadi bagian dari kehidupan manusia, sehingga harus seefektif-efektifnya pula dimanfaatkan dalam sarana pendidikan kita. Belum lagi dengan program kewirausahaan yang baru saja dimulai bersama Pertamina Pelumas. Dukungan dari berbagai pihak, seperti: Intel, Telkom, Pertamina, Indosat, Dinas Pendidikan, dan banyak lagi yang lainnya, harus benar-benar kita manfaatkan demi kemajuan pendidikan nasional. Tanpa peran aktif guru, mustahil semua program yang telah disinergikan dengan berbagai elemen penunjangnya ini bisa berjalan mulus. Sekaranglah saatnya kita, para guru, bersama-sama memberikan yang terbaik untuk pendidikan nasional. Semoga.*
EAR ALL, Seamolec akan melakukan training on line mobile JENI mulai 15 Desember 2009, selama 2 bulan, untuk sekolah-sekolah rSBI mitra 150, 500, 7000, maupun individu yg berminat. Pola yang dilakukan pembelajaran dengan vicon, streaming, multicast, 3 kali seminggu, dan setiap pertemuan lebih kurang 4 jam. Bagi sekolah yang berminat silakan kontak pendamping Seamolec di masing-masing Provinsi, atau kontak Ratih
, di Seamolec. Training untuk tahap ini, kita ingin membangun sistem dan memperluas dari yg sudah kita kembangkan sebelumnya dimana hanya SMKN 1 Surabaya dan SMKN 9 untuk percobaan pertama. Setalah 2 bulan, kurang lebih 24 kali pertemuan, kita adalakn lomba di setiap lokal sekolah, yang kita dorong menjadi mitra Seamolec, dan 10 produk terbaik dikirim ke Seamolec untuk di seleksi 20 besar. Siswa atau masyarakat yang terpilih dari 20 besar ini, diberi kesempatan untuk magang di Seamolec selama 3-4 bulan, 3-5 dan yang terbaik akan kita
D
kirim ke Asean mendampingi tim Seamolec menjadi asisten instruktur untuk mengajar di sekolah-sekolah patner Seamolec yang membutuhkan. Magang di Semaolec diperkirakan mulai Maret/April 2010 dan yang terbaik kita kirim ke Asean bulan Juni/ Juli 2010 selama 2-4 bulan.. Hal ini sudah kita lakukan 4 siswi dari SMKN 1 Surabaya sudah ke Kambodja dan Vietnam selama 2-4 bulan mengerjakan program kamus 4 bahasa dan mengajari mereka game edukasi. Hasil kamus 4 bahasa di handphone ini sedang kita kompilasi yang akan kita sumbangkan kepada masyarakat Asean untuk memudahkan berkomunikasi sesama tetangga. Dua siswi dari SMKN 1 Surabaya ini telah mempresentasikan karyanya di depan Kadinas se-Jatim dan Mendiknas, dapat apresiasi dari audiese karena karya mereka yang bermanfaat untuk Asean dan dapat reward masuk Politek Elektronika Surabaya tanpa test untuk tahun 2010 dengan beasiswa. Kalau siswi SMKN 1 Surabaya bisa, kenapa siswi sekolah Anda tidak bisa...? Mereka adalah generasi muda yang kita siapkan bersama... Ayo kerja bareng untuk menyiapkan mereka, memperjalankan mereka keluar dari
sekolah/kotanya untuk mencari wawasan baru. Sehingga kita bisa menghasilkan generasi yang lentur, mengerti multikultur dan sebagai duta bangsa di level menengah. Bagi yang berminat, pembelajarannya bisa memakai jalur internet, intranet inherent maupun multicast nya Seamolec - www.seamolec.org. Selamat menyiapkan daerah masingmasing. Saran bisa dimasukkan juga ke Salam dari Bangkok. Gatot Priowirjanto [email protected]
SIAP Online Gratis Kawan-kawan guru yang saya hormati, Program Telkom SIAP Online saat ini menyediakan layanan GRATIS untuk Sekolah, Dinas, Guru, Siswa dan Ortu Siswa. Silakan mendaftar online di www.siap-online. com Semoga dapat membantu dinas, sekolah, para guru, siswa dan ortu untuk mengelola pendidikan secara terpadu dan berkesinambungan demi Kemajuan Pendidikan di Indonesia saat ini dan dimasa depan. Salam SIAP M. Suhadi <[email protected]>
EDISI 03/TAHUN 2009
Pencanangan Teknologi untuk Belajar
Budi Wahyu Jati (kanan) dan Arya Sanjaya berbincang dengan Akmal Budianto (Asisten 3 Pemprov Jatim) di selah acara peresmian Pencanangan Teknologi Untuk Belajar.
Budi Wahyu Jati:
Intel Targetkan Latih 30 Ribu Guru
P
ERAN serta Intel dalam pendidikan nasional memang bukan sekadar kabar angin. Buktinya, komitmen tersebut telah terwujud dengan nyata, dan terus ditindaklanjuti dengan berbagai program peningkatan mutu pendidikan, yang salah satunya adalah dengan mendukung sepenuhnya pencanangan teknologi untuk belajar yang dipelopori oleh Klub Guru Indonesia (KGI) belum lama ini. Dalam sambutannya pada acara peresmian program Pencangan Teknologi untuk Belajar bertema “Mewujudkan Transformasi Pendidikan Melalui Program Sagusala (Satu Guru Satu Laptop)” di Hotel Sheraton Surabaya (29/8), lalu, Budi Wahyu Jati (Country Manager Intel Indonesia) mengungkapkan kebanggaannya dan dukungannya kepada program yang dipelopri KGI tersebut. “Guru merupakan profesi yang luar biasa. Pertama saya mengucapkan selamat kepada KGI (Klub Guru Indonesia) atas pencanangan Teknologi untuk Belajar. Ini sangat luar biasa, karena Provinsi Jawa Timur mendapat penghormatan sebagai tempat pertama, sebelum kemudian dilanjutkan di provinsi-provinsi lain seluruh Indonesia,” tandas Budi di hadapan para Kepala Dinas Pendidikan se-Jawa Timur. “Dalam kesempatan ini saya ingin menyampaikan beberapa hal yang mungkin ada hubungannya dengan dunia pendidikan. Pertama, pemerintah melalui Departeman Pendidikan Nasional memberikan banyak hal dalam hal pendidikan. Sebagaimana kita ketahui bersama bahwa anggaran pendidikan merupakan anggaran terbesar di seluruh departeman. Bahkan anggaran pendidikan justru lebih besar dari anggaran pertahanan. Jadi, kemarin sewaktu terjadi banyak kecelekaan sempat juga ada yang bertanya mengapa anggaran pertahanan tidak dinaik-naikkan, sementara anggaran pendidikan naik terus. Hal ini juga karena Ini juga bagian dari keberpihakan pemerintah untuk memajukan sumber daya manusia. Karena pemerintah sadar bahwa negera tidak hanya bisa bersandar pada sumber daya alam, yang suatu saat pasti berkurang dan mungkin habis. Hal ini sejalan dengan misi Departemen Pendidikan 2005-2009, yaitu yang mampu membangun insan Indonesia yang cerdas, komprehensif, dan problemik,” ujarnya. “Yang kedua adalah hubungannya dengan era ekonomi baru. Ada banyak teori yang bilang sekarang adalah zaman
digital ekonomi, zaman informasi ekonomi, yang intinya semua sama yaitu eknomi baru yang diubah dari revolusi industri. Ekonomi baru yang berbasis dari dua hal sebetulnya, yaitu penguasaan akan knowladge atau penguasaan akan ilmu pengetahuan, dan penggunaan teknologi,” urai Budi Wahyu Jati. Pada kesempatan tersebut Budi juga sempat menyentil kurangnya kemampuan berkomunikasi guru secara interaktif di rana pergaulan pendidikan internasional. “Kalau saya menghadiri sebuah forum yang dihadiri oleh perwakilan dari Indonesia juga perwakilan dari negara asing, mohon maaf soal bahasa Inggris mereka tidak memadai dan masih kalah dari yang dari luar,” kritik Budi. Namun, Country Manager Intel Indonesia itu juga tak lupa member masukan positif. “Dengan rekan-rekan dari PMPTK, kami pernah melakukan studi banding ke sekolah di beberapa Negara yang hampir sama dengan Indonesia. Kita kunjungi Negaranegara maju yang pola pendidikannya sama dengan kita, seprti India, Vietnam, yang memberikan fasilitas kepada muridnya untuk berkomunikasi, berkolaborasi. Jadi, nanti pada saat terjun ke masyarakat mereka mampu berkomunikasi yang terarah. Nah, kemampuan komunikasi dan kolaborasi ini, kemudian menjadi landasan dalam membangun proses belajar mengajar yang saat ini dicanangkan oleh KGI. Apa peran serta guru? Programnya sudah, yang bekerja sudah ada, tinggal para guru dapat bersama-sama melakukan program ini untuk memajukan pendidikan. Dengan dukungan KGI, Intel, Dinas Pendidikan, Telkom, kita yakin program ini bisa berjalan dengan baik,” tandas Budi lagi.
PERAN INTEL Ada relevansi dengan program ini maupun dengan program-program yang berhubungan dengan TIK. Dengan proses belajar mengajar yang kita inginkan, guru-guru harus peka terhadap lingkungan. Bukan berarti selesai mengajar tugas guru itu selesai, tetapi harus terus berkembang dan terus ada perubahan, karena perubahan itu konstan. Apa sih peran Intel di sini? Intel sangat konsen dengan pendidikan, karena pendiri Intel adalah professor yang awal mulanya adalah seorang pendidik. Makanya, sampai sekarang jiwa peng-embangan pendidikan sangat kental di Intel. Intel menciptakan program pelatihan guru-guru, dimana sejak
Desember 2007 Intel bekerjsama dengan Depdiknas dan PMUTK untuk melatih guru-guru. Pertama kali kita melatih, guruguru bertanya, kok kita tidak diajari komputer? Program Intel berjenjang. Yang diajarkan adalah paidagogiknya, bagaimana menggunakan dan memanfaatkan komputer untuk belajar mengajar. Bukan belajar komputer. Dan Alhamdulillah, sampai saat ini Intel sudah melatih lebih dari 21 ribu guru di seluruh Indonesia, dan kita harapkan akan menjadi 30 ribu untuk tahun ini. Dan ini akan kita bawa ke program ini. Karena program ini telah cukup berhasil bagaimana meningkatkan apresiasi guru dalam penggunaan computer untuk proses belajar mengajar. Itulah peran serta Intel di program ini. Akhir kata, sekali lagi kami mengucapkan selamat. Bukan hanya kepada KGI, tetapi juga kepada para guru, seluruh masyarakat Jawa Timur, karena program ini adalah program yang sangat mulia. Program ini akan berjalan sangat bagi bila para guru berperan serta, untuk itu kami mengajak guruguru untuk aktif bersama. Karena tanpa guru, program ini tidak akan berjalan dengan baik. *
03
DR. BAEDHOWI
Tunjangan untuk Tingkatkan Kompetensi PADA kesepatan yang sama, Dirjen PMPTK, Dr. Baedhowi juga menyam-paikan pesan khusus kepada para guru, utamanya mengingatkan bahwa tunjangan profesi guru yang diberikan pemerintah bukan sematan untuk meningkatkan kesejahteraan, tetapi lebih pada agar guru meningkatkan kompetensinya dalam mengajar. “Hal mendasar yang dilakukan bapak Presiden, yang dimulai pada tahun pertama kali beliau menjabat sebagai presiden pada tahun 2004, persisnya pada tanggal 2 Desember, adalah mencanangkan bahwa guru itu adalah jabatan profesi. Jabatan profesi guru itu setara dengan profesi-profesi yang lain, seperti akuntan, apoteker, dokter, dan sebagainya. Untuk mencapai jabatan profesi itu perlu adanya suatu pendidikan profesi. Dalam undang-undang dikatakan: pendidikan profesi guru itu dilakukan selama satu semester untuk guru SD dan dua semester untuk SMP, SMA, dan SMK. Tapi dalam bulan-bulan itu sendiri juga dikatakan bahwa pelaksanaan peningkatan profesionalisme tadi melalui portifolio juga,” urai Baidhowi. Ditambahkannya, gambaran terhadap pelaksanaan peningkatan mutu guru melalui sertifikasi ini adalah yang sedang kita lakukan, sedang kita bangun, bagaimana kita itu meningkatkan mutu guru. Jadi, tujuan sertifikasi adalah peningkatan mutu guru, sehingga guru menjadi professional. Dan konsekuensinya adalah meningkatkan kesejahteraan. Jadi, bukan tujuan utamanya adalah kesejahteraannya, tetapi peningkatan itu diimbangin dengan kesejahteraan. Saya mengimbau kepada yang sudah mendapatkan tunjangan profesi agar menggunakan sebagian dari yang didapat itu untuk meningkatkan kompetensinya, apakah melalui pelatihanpelatihan maupun melengkapi kebutuhannya penunjang pembelajaran misalnya dengan laptop dan lain sebagainya. *
Dr. Baedhowi (Dirjen PMPTK, Diknas)
foto: arman saputra
LAPORAN KHUSUS
LAPORAN KHUSUS
EDISI 03/TAHUN 2009
Komputer Canggih untuk Guru, Mengapa Tidak? Tidak aneh rasanya jika saat ini seorang Guru telah mulai terbiasa menggunakan komputer sebagai alat pembelajaran. Ya! Komputer sejatinya merupakan alat bantu belajar yang mumpuni di tangan seorang Guru yang mampu menguasainya. Dengan bergegasnya dunia pendidikan di Indonesia saat ini untuk merangkul teknologi informasi dan komunikasi, tidak pelakmembuat komputer menjadi alat keseharian bagi seorang Guru.
Oleh: Arya Sanjaya (Intel Indonesia Corporation, World Ahead Program Manager)
K
OMPUTER iKOMPUTER itu harus membantu proses pembelajaran. Jikalau komputer itu di sekolah hanya dipindahkan masuk ke lab, hal itu merupakan keputusan yang salah. Dengan demikian komputer itu akan jadi sekedar alat untuk belajar komputer. Demikian diungkapkan salah seorang Guru di Yogyakarta (Kompas, 24 Juli 2008). Sekolah sebagai institusi pendidikan harusnya semakin menyadari bahwa anak-anak sekarang sudah mengenal teknologi dari usia yang begitu muda. Dalam urusan teknologi, guru sebenarnya lebih ketinggalan dari anak-anak didiknya; tandas Guru tersebut Suatu tantangan yang berat untuk seorang Guru untuk sekaligus menguasai komputer sebagai alat pembelajaran, teknik mengajar dengan menggunakan teknologi, sekaligus memikirkan metoda belajar yang tepat sehingga anak anak muridnya juga menguasai dan menggunakan teknologi dalam menggali informasi dan menyampaikan pendapatnya. Tapi, kemampuan inilah yang dituntut dari seorang Guru untuk menyiapkan kecakapan seorang insan menghadapi era informasi (lihat tulisan sebelumnya: "Guru sebagai Motor Revolusi Informasi", Tabloid Klub Guru Indonesia, Edisi 1: oleh Arya Sanjaya). Memiliki sebuah komputer adalah langkah awal untuk menguasai teknologi. Komputer bagi seorang yang menguasainya, ibarat satu set kunci pas bagi seorang montir, atau seperangkat alat masak bagi seorang koki. Jika kita melihat lagi contoh seorang koki, seperangkat alat masak yang baik akan menjadikan karya makanan yang bermutu tinggi (dan relatif mahal). Bagaimana sebenarnya perangkat komputer terbaik yang diperlukan seorang Guru untuk menjadikannya sebagai alat pembelajaran? marilah kita melihat beberapa kriterianya. KINERJA BERKEMAMPUAN TINGGI Salah satu pekerjaan yang lazim dilakukan dalam membuat bahan pembelajaran adalah mengolah bahan informasi berbentuk digital, misalnya foto atau video digital, suara, dan lainnya. Aplikasi yang digunakan untuk mengolah bahan-bahan digital ini bermacammacam, dari yang sederhana misalnya dengan menggunakan aplikasi pengolah kata atau presentasi (misalnya Microsoft Word atau Powerpoint), sampai yang
rumit seperti Flash atau Adobe. Kemampuan sebuah komputer berkemampuan tinggi untuk mengolah bahan-bahan digital menjadi bahan pembelajaran multimedia yang menarik, akan memberikan waktu pengerjaan yang singkat. Sehingga penyiapan bahan ajar dapat dilakukan dalam waktu yang cepat. Komputer yang dilengkapi dengan prosesor Intel Core 2 Duo, akan memberikan waktu pengolahan hingga 4x lipat dibandingkan dengan komputer berbasis Intel Prosesor Atom, sebagai suatu perbandingan. PENGGUNAAN ENERGI YANG LEBIH HEMAT Komputer dengan prosesor generasi terbaru memberikan penghematan pemakaian energi yang lebih baik dibandingkan dengan generasi sebelumnya. Dengan perkembangan teknologi mikroprosesor, sebuah komputer laptop generasi terakhir menjanjikan pemakaian batere hingga lebih dari 5 jam. Apa keuntungannya sebagai sebuah komputer untuk pembelajaran? artinya seorang Guru dapat menggunakan komputernya untuk melakukan kegiatan pembelajaran selama 1 hari (efektif di kelas selama 2 kali waktu mengajar masing-masing 1-2 jam), dengan hanya mengandalkan batere komputernya saja. Memang dalam kondisi sebenarnya, hal tersebut dapat bervariasi namun menggunakan komputer generasi terbaru akan sangat membantu dalam upaya menghemat energi. KEMAMPUAN MENGADAPTASI TEKNOLOGI MENDATANG Perkembangan teknologi komputer tidak hanya berjalan di mikroprosesor, namun juga di teknologi pendukung terutama di aplikasi dan perangkat lunak, perangkat peripheral (misalnya kamera digital, printer, scanner, dan lain-lain). Adalah suatu kecenderungan, terutama di perangkat lunak, menuntut kinerja komputer yang semakin tinggi. Sebagai contoh, sistem operasi komputer terbaru mensyaratkan teknologi 64-bit sebagai suatu keharusan, demi misalnya presentasi multimedia (gambar dan suara) yang lebih realistis dan kaya. Komputer dengan prosesor terbaru, misalnya Intel Prosesor Core 2 Duo, jelas akan memiliki kemampuan mengadaptasi teknologi yang lebih baik dibandingkan generasi sebelumnya atau kelas di bawahnya. Seorang Guru yang ingin memanfaatkan komputer untuk mengolah multimedia lebih kaya akan diuntungkan dengan kemampuan ini. Kemampuan adaptasi teknologi yang akan semakin populer di masa mendatang, misalnya lagi adalah kemampuan melakukan virtualisasi; yaitu memanfaatkan inti prosesor sebagai masing-masing komputer yang bekerja independen; gunanya untuk membagi pekerjaan; contoh: inti pertama melakukan pekerjaan rutin, inti kedua untuk melakukan pekerjaan riset. PERANGKAT LUNAK TERPASANG Perangkat lunak adalah roh dari komputer yang merupakan perangkat
keras. Komputer untuk pembelajaran yang baik, haruslah memiliki seperangkat aplikasi pembelajaran atau pendukung sehingga Guru dimudahkan dalam memanfaatkan komputer untuk Guru ini. Aplikasi yang dikenal sebagai Guru Mahir Berkomputer, yang diadaptasi dari aplikasi Intel PC Basic for Teacher, misalnya, merupakan suatu tutorial yang dapat digunakan oleh Guru untuk mengetahui cara kerja komputer dan perangkatnya, serta memanfaatkan aplikasi Office untuk membuat bahan belajar, rencana pembelajaran dan lain-lain. Tutorial ini akan sangat membantu seorang Guru yang secara sekaligus ingin mendalami cara kerja dan memanfaatkan sebuah komputer. Sesuai dengan tuntutan teknologi yang berkembang, aplikasi untuk memahami menulis harian elektronik di Internet (terkenal dengan istilah blog) juga merupakan sebuah aplikasi yang ringkas namun bermanfaat. Yang pasti juga, aplikasi yang berisikan materi-materi belajar, misalnya aplikasi multimedia untuk Fisika, Matematika, atau juga Buku Sekolah Elektronik sebagai referensi mengajar. DUKUNGAN PURNA JUAL DAN KEMUDAHAN MEMPEROLEHNYA Komputer secanggih apapun harus didukung oleh layanan purna jual untuk menjamin alat bantu pembelajaran ini berfungsi dengan baik. Perusahaan pembuat komputer yang memiliki reputasi baik akan memberikan jaminan produk dan dukungan purna jual yang tinggi untuk menjamin kepuasan pengguna produknya. Sebagai suatu saran untuk memilih produk Komputer untuk Guru, adalah memilih perusahaan pembuat komputer yang memiliki dukungan purna jual di lokasi terdekat, dengan demikian Guru sebagai pengguna tidak perlu repot untuk melakukan servis jika terjadi masalah dengan Komputer mereka. Perusahaan komputer yang baik biasanya juga memiliki pilihan pembayaran untuk menggunakan produk mereka, termasuk pilihan pembayaran dengan metoda cicilan, bekerjasama dengan perusahaan pendukung pembiayaan. Pilihan pembayaran dengan cicilan biasanya merupakan cara yang banyak dipilih oleh pengguna di Indonesia. Dengan segala kemudahan yang diberikan, kinerja komputer berkemampuan tinggi, perangkat pendukung, serta pelatihan dan kemampuan yang dikembangkan untuk Guru sehingga komputer menjadi alat pembelajaran yang efektif; langkah menuju pembelajaran berbasis teknologi akan semakin mudah. Dan dengan ringan kita bisa menyatakan: Komputer canggih untuk Guru sebagai alat pembelajaran. Mengapa tidak?* Penulis adalah Intel Indonesia Corporation, Business Development Manager/World Ahead Program Manager) Website Intel untuk Pendidikan di Indonesia: www.intel.com/education/id
04
KILAS INFO
13 Kabupaten di Jatim Sanggup Gratiskan Biaya Pendidikan DI PENGHUJUNG tahun 2009 baru 13 kabupaten/kota dari total 38 kabupaten/ kota di Jawa Timur yang menandatangani perjanjian kerjasama dengan Pemerintah Provinsi Jawa Timur terkai t sharing dana pendidikan gratis. Akibatnya, pengaliran dana pendidikan gratis bagi 911.935 siswa, 28.612 guru madrasah diniyah, dan 186.908 guru swasta tak akan maksimal. "Meski beberapa daerah menyatakan ketidaksiapan, terutama masalah keuangan, tapi Pemprov Jatim tetap akan mengalirkan dana pendidikan gratis. Risikonya, dana yang akan diterima murid dan para guru hanya tinggal sekitar setengah saja dari anggaran semula," kata Wakil Gubernur Jatim Saifullah Yusuf, (2/12) di Ruang Kerja, Jalan Pahlawan, Surabaya. Saifullah memahami ada beberapa daerah yang belum siap untuk sharing anggaran dengan Pemprov Jatim.Tapi Pemprov Jatim tetap meminta mereka untuk bekerja keras mencari celah-celah agar siswa dan guru yang tak mendapatkan tunjangan bisa memperoleh keringanan. Hingga saat ini masih terdapat 25 kabupaten/kota yang belum menyatakan kesanggupan resmi untuk menerapkan program pendidikan gratis. Beberapa daerah yang belum siap dengan sistem sharing dana ini, antara lain Kabupaten Probolinggo dan Kabupaten Sampang. Untuk pelaksanaan sharing dana pendidikan gratis, Kabupaten Probolinggo diperkirakan harus menyiapkan anggaran Rp 19 miliar. Sedangkan Kabupaten Sampang diperkirakan membutuhkan dana Rp 31 miliar. KELANJUTAN BOS Sebelumnya, Gubernur Jatim Soekarwo mengatakan, program pendidikan gratis di Jatim merupakan kelanjutan dari program Bantuan Operasional Sekolah (BOS) nasional yang berasal dari dana APBN. Dari praktik di lapangan, dana BOS belum menjangkau seluruh pendidikan, khususnya pendidikan diniyah salafiyah. "Selama ini BOS memang banyak membantu para murid pada umumnya.Tapi, di Jatim masih ada sekolah-sekolah tertentu yang tak terjangkau BOS, khususnya para murid diniya salafiyah, guru madrasah diniyah, dan para guru swasta. Karena itu, Pemprov dan Kabupaten/kota harus menanggung mereka," papar Soekarwo. Karena alasan itu, Pemprov Jatim membentuk BOS Daerah untuk membantu pendidikan diniyah, guru madrasah diniyah dan guru swasta.Total anggaran yang dibutuhkan sebesar Rp 958 miliar yang akan dipenuhi dengan sistem sharing, yaitu Pemprov Jatim 50 persen dan kabupaten/ kota 50 persen. Bantuan pendidikan yang akan dikucurkan bagi siswa madrasah diniyah tingkat SD dan SMP sebanyak Rp 182 miliar untuk 911.935 siswa. Sedangkan bantuan honor diberikan pada 28.612 guru madrasah diniyah sebanyak Rp 103 miliar dan untuk 186.908 guru swasta sebanyak Rp 673 miliar. (edukasi)
IKLAN ANDA Bagi Anda yang memiliki produk yang berkaitan dengan dunia pendidikan, bisa memanfaatkan rubrikasi kami untuk memasang advertorial dengan harga terjangkau. Untuk informasi pemasangan iklan dan advertorial di tabloid maupun produk lain KLUB GURU INDONESIA, silakan menghubungi Andy M Yasin di 031.70009292 atau 081.232.46003.
LAPORAN KHUSUS
EDISI 03/TAHUN 2009
Pemanfaatan TIK dalam Dunia Pendidikan kian Mendesak
foto: agus yazid
Dalam kesempatan launching nasional Pencanangan Teknologi untuk Belajar di Hotel Sheraton Surabaya beberapa waktu lalu, Gubernur Jawa Timur, DR. H. Soekarwo, SH, M.Hum menyampaikan pentingnya pemanfaatan Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) untuk pendidikan. Hal itu disampaikan melalui pidato yang dibacakan oleh Akmal Budianto (Asisten 3 Pemprov Jatim). Berikut pidato lengkapnya.
PIDATO: Akmal Budianto (Asisten 3 Pemprov Jatim), saat menyampaikan sambutan Gubernur Jawa Timur di Sheraton Hotel Surabaya, dalam rangka launching Sagusala Nasional.
P
ERKEMBANGAN pesat teknologi informasi dan komunikasi (TIK) telah mengubah tata cara manusia bersikap dan berperilaku dewasa ini, terutama dalam kaitannya dengan proses komunikasi dan interaksi. Hampir seluruh bidang industri dan aspek kehidupan masyarakat modern tidak luput dari jangkauan teknologi ini, karena telah terbukti mampu mendatangkan sejumlah nilai dan manfaat signifikan bagi peradaban umat manusia. Kemajuan teknologi yang tumbuh secara eksponensial ini telah menghasilkan sejumlah situasi yang tidak pernah terpikirkan sebelumnya oleh umat manusia. Fenomena seperti bumi terasa menjadi semakin kecil, masyarakat terkesan bertambah kritis, bisnis tumbuh jauh lebih dinamis, ekonomi bergerak secara fluktuatif, dan politik antar negara bergejolak tak menentu, hanya merupakan suatu tandatanda jaman dan bukti bahwa pada dasarnya dunia telah banyak mengalami perubahan yang sangat mendasar (Friedman, 2005). Pendidikan juga tidak terlepas dari jangkauan perkembangan teknologi ini. Bahkan UNESCO menilai dampak terbesar dari perkembangan TIK di dunia ini justru akan menimpa sektor pendidikan. Diperkirakan puncak dari implementasi TIK dalam dunia pendidikan akan secara revolusioner berdampak pada terjadinya proses transformasi besar-besaran dalam proses mengajar-belajar di sekolah maupun pada lembaga atau institusi pendidikan formal lainnya, dari tingkat pendidikan dasar hingga pendidikan tinggi (UNESCO, 2002). Terlepas dari telah begitu banyaknya pihak yang menerapkan dan mengimplementasikan TIK dalam institusi pendidikannya, tidak sedikit pula mereka yang masih mempertanyakan isu-isu seputar kenyataan ini, seperti:
Bagaimana hal tersebut dapat terjadi? Adakah peluang dan kesempatan yang dapat dimanfaatkan? Persiapan seperti apa yang harus dilakukan oleh guru dan para praktisi pendidikan? Mudah-mudahan apa yang telah dilakukan Klub Guru Indonesia dan Intel serta Dinas Pendidikan Jatim saat ini mampu menjawab pertanyaan-pertanyaan tersebut. Menurut UU RI Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, definisi dari pendidikan adalah: "suatu usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara" Dari definisi ini nampak bahwa fokus pendidikan adalah peserta didik yang dituntut selalu aktif mengembangkan potensi dirinya. Hal ini berarti pula bahwa model pendidikan satu arah dimana guru, dosen, atau tenaga pengajar menjadi fokus utama dalam proses pembelajaran sudah tidak diminati atau tidak relevan lagi Bukan rahasia lagi, saat ini para siwa kita sudah sedemikian maju dalam bidang TIK. Mereka sudah terbiasa ke warnet, browsing, chatting, punya email, mendaftar situs pertemanan facebook. Sementara para guru banyak yang belum melek internet. Maka potensi terjadinya kesenjangan teknologi antara guru dan siswa sangat jauh. Kalau dulu, guru adalah sumber utama belajar di dalam kelas. Sekarang, dengan adanya internet, guru hanya salah satu sumber saja. Informasi dari luar guru justru lebih banyak. Siswa bisa mencari informasi apa saja, misalnya cukup melalui Google.
05
KILAS INFO
Satu Guru Satu Laptop
Melalui internet siswa juga bisa mengakses perpustakaan digital yang bertebaran di banyak situs. Oleh karenanya, kami memberi apresiasi kepada siapapun yang mau membuat para guru melek internet dan melek teknologi. Di sisi lain, kegiatan dan kompetensi yang perlu dimiliki guru pada saat ini adalah ketrampilan menciptakan dan mengoperasikan berbagai media pembelajaran, salah satunya Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) sebagai medium pembelajaran yang akan sangat menentukan di masa depan. Para guru mesti memiliki pengetahuan dan ketrampilan menggunakan dan mengelola TIK sehubungan dengan tugas dan fungsinya dalam proses belajar mengajar. Terkait dengan sagusala (satu guru satu laptop), menurut saya adalah program yang sangat bagus. Banyak hal yang bisa dilakukan apabila guru sudah memiliki laptop, apalagi menurut informasinya, di dalam program sagusala ini laptop yang disiapkan juga sudah dilengkapi dengan akses internet dan konten media pembelajaran interaktif. Laptop yang demikian bisa menjadi alat, materi, sekaligus sumber pembelajaran bagi guru: Sebagai alat, laptop akan sangat membantu dan mempermudah pekerjaan seorang guru. Materi pembelajaran yang ada di dalam laptop juga pembelajaran lebih menarik. Kalau proses belajar mengajar menarik, siswa lebih memperhatikan gurunya dibanding jika guru hanya ceramah saja selama berjam-jam. Dikatakan sebagai sumber belajar karena laptop yang terkoneksi internet memungkinkan para guru download materi dari siapa saja, tentang apa saja dan kapan saja guru membutuhkannya.
PERKEMBANGAN teknologi informasi dan komunikasi (TIK) mau tidak mau menuntut para guru ikut melek teknologi. Sebagai salah satu upaya mengakrabkan para guru dengan TIK, Dispendik Pemprov Jatim telah menyiapkan program menarik. Yakni, program satu guru satu laptop. Rencananya, program itu mulai bergulir 6 Desember. Kepala Dispendik Pemprov Jatim Suwanto mengatakan, program tersebut merupakan usul Klub Guru. Mereka beranggapan, dengan satu guru satu laptop, guru dimudahkan dalam mengerjakan tugas sebagai pendidik. Nah, dispendik hanya memfasilitasi guru yang ingin memiliki komputer jinjing tersebut. Untuk itu, dia berkerja sama dengan bank. "Kami harap bank bisa membantu," ungkap dia kemarin (21/11). Suwanto menjelaskan, untuk mewujudkan program tersebut, sekolah bisa mengoordinasi guru masing-masing. Tapi, dia mewanti-wanti tidak tidak boleh ada unsur bisnis dalam program tersebut. Para guru bisa mendapatkan laptop dengan cara kredit. Tentu kredit itu tidak sama dengan kredit pada umumnya. "Kami harap bunganya lebih murah. Program tersebut akan kami laksanakan secara bertahap," lanjut pejabat asal Kediri itu. Program tersebut direspons positif oleh Menteri Pendidikan Nasional (Mendiknas) Mohammad Nuh. "Program itu bisa membantu guru dalam menjalankan tugas," tutur dia sesudah sosialisasi kebijakan pendidikan nasional di Hotel Elmi kemarin. (lum/hud)
Tiga manfaat laptop sagusala inilah yang membuat program ini sangat menarik. Bahkan tidak hanya berhenti sampai disini, Klub Guru Indonesia dengan dukungan Intel dan Telkom juga akan banyak melakukan pelatihan-pelatihan dengan program SAGUMUTU (Sekolah Guru Bermutu), sehingga guru-guru kita mampu mengusai teknologi untuk belajar. Hal ini sangat tepat, karena saat ini sudah bukan saatnya bagi kita untuk hanya mempelajari teknologi, saat ini adalah waktunya kita untuk memanfaatkan teknolig sebagai alat bantu mengajar. Saya harap hal ini akan mengantarkan Jawa Timur menjadi provinsi yang mampu secara penuh menerapkan teknologi dalam setiap kegiatan belajar mengajar. Jawa Timur sendiri memang sejak beberapa waktu yang lalu menerapkan program e-Province, sebagai contoh saat ini hampir semua alun-alun di 38 kabupaten/ kota di Jatim sudah memiliki fasilitas hotspot gratis, sehingga dapat dikatakan wilayah Jatim adalah yang pertama di Indonesia yang wilayah dan penduduknya sudah memanfaatkan internet sebagai kebutuhan dalam aktivitas keseharian. Para guru harus mampu dan mau untuk memanfaatkan berbagai fasilitas yang telah di sediakan ini. Akhirnya, saya mengucapkan selamat kepada para guru yang telah menjalankan program ini. Guru yang profesional adalah guru yang mau terus belajar dan berlatih. Saya berharap semua guru yang berada di dalam ruangan benar-benar mau belajar dan mengajarkan ilmunya secara tepat dan benar, sehingga kita berharap akan segera terjadi transformasi pendidikan di Indonesia.
KALANGAN guru PNS Kulon Progo meminta pemberian tunjangan profesi sebesar Rp 250.000 per bulan tidak dipersulit. Sementara itu, guru sekolah swasta menilai, kebijakan pemberian tunjangan diskriminatif dan bisa memunculkan konflik kesenjangan di kalangan tenaga pengajar. "Kami tidak ingin pemberian tunjangan disertai syarat-syarat yang menyulitkan seperti yang terjadi pada 2007. Banyak guru tak mendapat tunjangan mengajar tiga bulan karena banyak syarat administrasi yang harus dipenuhi," kata Ketua Persatuan Guru Republik Indonesia (PGRI) Kulon Progo Sugiharto, (2/12). Sugiharto berharap, pemerintah pusat mengoordinasikan masalah pemberian tun-jangan dengan pemerintah daerah. Selain mempermudah mekanisme pemberian, pemerintah harus menjamin tunjangan bebas potongan dalam bentuk apa pun. Dari sisi keamanan, pemberian tunjangan sebaiknya dilakukan dengan mekanisme transfer ke rekening guru. Dengan begitu, guru tidak perlu waswas menjadi korban aksi kriminal karena membawa uang banyak. Menurut pemerintah, besar tun-jangan profesi guru PNS yang belum bersertifikat ini berlaku surut mulai Januari 2009 sehingga apabila diakumulasi sampai November 2009 mencapai Rp 2.750.000. Menurut Kepala Dinas Pendidikan Kulon Progo Muhammad Mastur, guru seharusnya sadar akan beban moral dari pemberian tunjangan profesi ini. Guru harus bisa bersikap profesional dan menjaga etos kerja tinggi. "Guru harus disiplin dan benar-benar menjadi contoh yang baik bagi anak-anak didik mereka. Saya tidak menginginkan guru hanya dimanja oleh fasilitas, tapi kualitasnya diragukan," kata dia. Jumlah guru penerima tunjangan profesi di Kulon Progo lebih kurang 6.000 orang. Sebab, dari sekitar 9.000 guru di kabupaten ini, sekitar 3.000 di antaranya sudah bersertifikat. *
*) Disampaikan oleh Gubernur Jawa Timur dalam acara "Launching Nasional Sagusala" Klub Guru Indonesia di Sheraton Hotel, Jl. Embong Malang, Surabaya, 29 Agustus 2009.
Guru Kulon Progo: Jangan Persulit Tunjangan
WAWASAN
EDISI 03/TAHUN 2009
Drs. Suwanto, M.Si,
INFO BEASISWA
Kenaikan Pangkat Guru Gunakan Angka Kredit
Beasiswa S2 SF Tinggal Pilih Universitasnya
Klub Guru Indonesia (KGI) Jawa Timur, (29/11) menyelenggarakan Seminar dan Lokakarya (Semiloka) “Gerakan Guru Menulis” sekaligus launching Jurnal Ilmiah Klub Guru. Acara yang digelar di gedung Auditorium Indosat, Jl. Kayun 72 Surabaya itu, dinarasumberi oleh Pangesti Wiedarti, M.Appl.Ling., Ph.D, (Dosen Universitas Negeri Yogyakarta), dan Prof. Dr. Suyono, M.Pd, (Dosen Jurusan Kimia dan Sekretaris Lembaga Penelitian Unesa). Dalam kesempatan tersebut juga hadir Kepala Dinas Pendidikan Jawa Timur, Drs. Suwanto, M.Si, yang sekaligus membuka semiloka secara resmi. Dalam sambutannya, orang nomor satu di jajaran dinas pendidikan Jatim itu menyampaikan beberapa pesan penting tentang pentingnya karya tulis ilmuah bagi guru untuk menambah point kredit kenaikan pangkat. Berikut sambutan lengkapnya.
TERGANJAL KARYA TULIS Selama ini karya tulis merupakan sesuatu yang masih merupakan ganjalan berat bagi guru, sebab memang para guru masih minim sekali menghasilkan karya tulis ilmiah. Oleh sebab itu saya menyambut baik adanya kegiatan ini, -yang sebenarnya kami sendiri juga sudah mencoba untuk membantu teman-teman guru menyusun karya tulis ilmiah. Saya percaya bahwa para guru sudah pernah menulis. Pada awal menulis bukan main sulitnya. Kita seakan membuka tabir di otak ini sulit sekali. Namun begitu menulis itu jalan, ternyata menulis itu mudah sekali. Termasuk kegiatan kali ini, yang dipelopori oleh Klub Guru, saya harapkan nanti dapat membantu temanteman guru untuk mampu menulis, dan kami akan mencoba membantu dimana nanti para guru bisa mempublikasikan karya tulisnya tersebut sehingga memiliki nilai kredit yang diperlukan. Untuk penilaian angka kredit itu sendiri sesuai dengan keputusan menteri pendidikan nasional untuk penilaian mulai golongan IVA ke IVB ini merupakan wewenang pemerintah atau tim penilaian angka kredit jabatan guru yang ada di pusat. Kalau kita langsung berhubungan dengan Jakarta tentu rangkaiannya sangat panjang. Oleh karena itu, untuk memfasilitasi ini nanti dalam penilaian angka kredit jabatan guru akan dilakukan di LPMP dengan difasilitasi oleh teman-teman dari Dinas Pendidikan provinsi. TUNJANGAN PROFESI Sebagai penghargaan sekaligus peningkatan kompetensi guru pemerintah juga melalui UndangUndang Nomor 14 tahun 2005 menetapkan guru sebagai jabatan profesi. Karena sebagai jabatan profesi
foto: arman saputra
s
AYA memberikan apreasiasi yang sangat luar biasa terhadap kegiatan yang diselenggarakan oleh teman-teman KGI ini, yaitu kegiatan Gerakan Guru Menulis. Kalau suatu kegiatan dinamakan gerakan, berarti tumbuh dari bawah, bukan atas perintah dari atas. Inilah sesuatu yang sangat mengagumkan, yang pada hari ini kita bersama-sama dapat mengikuti semiloka dengan tema "Gerakan Guru Menulis" ini. Sejak awal ditetapkannya angka kreadit jabatan guru yang dimulai sejak tahun 1993. Sejak itulah kita semua merasa bahwa ternyata guru harus mendapat tempat yang layak. Karena guru merupakan jabatan profesi. Apalagi sekarang dengan adanya UndangUndang Nomor 14 Tahun 2005. Tidak ada di PNS lain, kecuali jabatan fungsional yang dengan sendirinya mendapatkan kenaikan pangkat agak tinggi. Dan kenaikan pangkat itu dimulai dari guru. Untuk guru sebagai jabatan fungsional, maka guru mendapat kenaikan pangkat angka kredit. Guru tidak harus menunggu setiap empat tahun, akan tetapi cukup dua tahun apabila dapat memenuhi angka kredit yang ditentukan. Hanya saja, kesulitan yang dihadapi para guru saat ini adalah untuk kenaikan pangkat dari golongan IVA ke IVB atau Guru Pembina ke Guru Pembina Tingkat I, karena ada persyaratan khusus.
Drs. Suwanto, M.Si saat menjadi keynote speaker dalam Semiloka Gerakan Guru Menulis, di Auditorium IndosatSurabaya.
maka nanti harus diberikan bukti berupa sertifikat profesi guru. Oleh karena itu, semua guru wajib mengikuti semacam ujian sertifikasi supaya mendapat tunjangan profesi. Jadi kaitannya, kalau guru naik pangkat menggunakan angka kredit, tidak perlu 4 tahun tetapi cukup 2 tahun. Ketika naik pangkat, maka secara otomatis akan mendapat gaji pokok yang baru yang berkaitan juga dengan tunjangan profesi pendidik yang besarnya adalah satu kali gaji, sehingga dimungkinkan gaji guru nantinya berkisar Rp 4 juta ke atas. Dan apabila guru tersebut berada di wilayah terpencil, maka akan ditambah lagi dengan tunjangan khusus yang besarnya Rp 1,3 juta. Yang perlu mendapat perhatian kita adalah: pertama, pada saat kita mengajukan sertifikasi guru, kelulusannya bisa melalui dua jalan, yaitu: secara portofolio atau melalui pendidikan PLTG (pelatihan profesi guru). Setelah lulus dan mendapat serfikat maka akan diusulkan untuk memperoleh SK Tunjangan Profesi. SK ini diajukan ke Dinas Pendidikan kabupaten/kota melalui LPMP. Oleh LPMP apabila persyaratan sudah memenuhi, makan langsung akan dibuatkan draf SK yang selanjutnya dikirim ke Dirjen PMPTK untuk disahkan, baru kemudian dikirim ke Dinas Provinsi. Untuk memastikan tunjangan profesi pendidik bisa diterima guru secara langsung, maka diperlukan verifikasi. Verifikasi yang pertama adalah nomor rekening. Yang kedua, tunjuangan profesi guru itu tidak bisa diberikan kepada selain guru. Misalnya ketika mengajukan sertifikasi orang tersebut masih sebagai guru, tetapi dalam perjalanannya guru tersebut diangkat sebagai pejabat struktural maka secara otomatis dia tidak berhak mendapat tunjungan pendidik. Yang berikutnya, tunjangan profesi guru juga tidak boleh diberikan kepada guru yang sudah pensiun, apalagi yang meninggal dunia. Itulah pentingnya verifikasi selama ini, agar tunjangan benar-benar sampai kepada guru bersangkutan. Di dalam pelaksanaannya, ada tunjangan guru yang tidak bisa ditransfer ke nomor rekening yang bersangkutan. Setelah diteliti ternyata
nomor rekeningnya sudah tutup. Mengapa tutup? Karena pada saat para guru mengambil tunjangan profesi hanya disisakan Rp. 50 ribu. Padahal setiap bulan kita kan pasti kena charge sehingga bulan berikutnya nomor rekening kita ditutup karena saldo kurang dari 50 ribu rupiah. Ini yang perlu kita pahami semua. Inilah jawaban atas beberapa pertanyaan yang diajukan oleh para guru yang mengaku tunjangannya tidak masuk. Sementara jangka waktu untuk transfer adalah cuma 11 hari kerja sesuai dengan kesepahaman bersama dengan BRI. Untuk menghindari salah tafsir, pada kesempatan ini saya juga perlu menyampaikan bahwa tunjangan profesi guru itu langsung diambilkan dari kas negara (KPPN). Dari pengajuan yang kita sampaikan ke KPPN, maka uang akan ditransfer ke BRI. Kemudian dari BRI akan ditransfer ke rekening para guru yang berhak menerimanya. Dengan begitu tidak ada alasan lagi mensignalkan bahwa uang tunjangan tersebut mampir ke rekening dinas dulu untuk diendapkan, baru dibagi ke guru. Tidak benar itu. Karena mekanismenya tidak demikian. Hal ini berlaku juga untuk block grand yang lain. Jadi, uang langsung dari kas negara ke bank dan langsung ke rekening para guru. Perlu diketahui juga bahwa jumlah tunjangan profesi guru untuk Jawa Timur, pada tahap awal kemarin sejumlah Rp. 1,2 triliun. Dan beberapa hari lalu kami sudah mendapat transfer lagi sebesar Rp. 260 miliar untuk tambahan tunjangan profesi guru yang lulus pada tahun 2009. Sehingga tahun ini semua guru yang lulus sudah akan menerima tunjangannya. Sedangkan nanti mulai tahun 2010 untuk guru yang lulus tahun 2006, 2007, 2008, tunjangan profesinya langsung masuk daftar. Sehingga tidak perlu masuk 3 bulanan akan tetapi sudah masuk setiap bulan. Itulah yang bisa saya sampaikan yang terkait dengan tun-jangan fungsional guru, kenaikan pangkat guru menggunakan angka kredit, dan guru sebagai tenaga profesional. Berkaitan dengan UNAS, saya tetap dilaksanakan. Saya mengimbau kepada bapak dan ibu guru, mari kita bersamasama menyiapkan anak didik kita agar bisa mengikuti ujian nasional dengan baik. *
06
SAMPOERNA Foundation (SF) berikan satu beasiswa program Master’s of Business Administration (MBA) di universitas terkemuka di luar negeri. Batas pengiriman aplikasinya 1 Februari 2010. Program beasiswa MBA tersebut terdiri dari beberapa pilihan negara yaitu di Amerika Serikat, Australian Education International di Australia, di Prancis, di Inggris, serta di Singapura. Syarat utamanya, pelamar beasiswa harus memenuhi seluruh persyaratan di bawah ini, yang antara lain adalah warga negara Indonesia, berusia maksimal 35 tahun saat mendaftar program beasiswa ini, lulus S1 dari universitas lokal dan dari jurusan apapun dengan IPK minimal 3.00 (dalam skala 4.00), memiliki pengalaman kerja penuh-waktu selama minimal 2 tahun setelah menyelesaikan pendidikan S1, serta tidak sedang mengikuti pendidikan S2, ataupun sudah memiliki gelar S2 atau sederajat. Selain itu, pendaftar beasiswa ini bukan lulusan dari universitas di luar negeri, kecuali jika karena menerima beasiswa penuh dan tidak sedang menerima beasiswa yang sejenis. Pada batas akhir pendaftaran, 1 Februari 2010, pelamar telah mendaftarkan diri ke universitas-universitas yang direkomendasikan oleh SF untuk tahun ajaran 2010/2011. Satu syarat lain yang penting perlu dicermati adalah penerima beasiswa memiliki motivasi untuk kembali ke Indonesia dan bekerja di Indonesia setelah menyelesaikan program MBA-nya. Aplikan yang terbukti memalsukan informasi di formulir aplikasi atau pada dokumen apapun yang dilampirkan dalam formulir aplikasi akan langsung didiskualifikasi. Beasiswa meliputi penggantian satu kali biaya tes GMAT serta TOEFL/ IELTS yang sesuai tagihan/bukti pembayaran asli, penggantian biaya pendaftaran ke universitas untuk maksimal dua universitas, biaya proses pembuatan visa pelajar, tiket pesawat pergi-pulang dari Jakarta ke negara tujuan studi, biaya studi, tunjangan hidup selama masa studi, serta tunjangan buku. Informasi lengkap mengenai beasiswa ini bisa dilihat di www.sampoernafoundation.org/content/view/1481/257/lang,id/. Khusus form aplikasi bisa diunduh di www.sampoernafoundation.org/images/ programs/scholarship/application%20form.pdf dan form referensi di www.sampoernafoundation.org/images/ programs/scholarship/reference%20form.pdf. Kedua formulir yang telah dilengkapi dengan dokumen-dokumen pendukung yang disyaratkan tersebut bisa dikirimkan ke kantor SF: Sampoerna School of Education Building Jl. Kapten Tendean No.88 C, 5th Floor Jakarta Selatan, 12710, Indonesia. Pengiriman paket aplikasi harus mencantumkan nama program beasiswa ini di sebelah kanan atas amplop. *
Beasiswa Chevening ke Inggris! MASIH ada waktu untuk mendapatkan Beasiswa Chevening dari Pemerintah Inggris ini karena semua kandidat bisa mendaftar secara online dan aplikasinya harus dimasukkan sebelum 31 Desember 2009. Beasiswa Chevening resmi dibuka sejak awal Oktober 2009 lalu oleh Foreign and Commonwealth Office (FCO) Inggris melalui British Council di Indonesia. Beasiswa tahun akademik Inggris 2010/ 2011 ini meliputi semua biaya untuk satu tahun masa studi program Master (S2) di Inggris, yang terhitung sejak September 2010. Beasiswa Chevening terbuka bagi kandidat dari seluruh Nusantara. Tahun ini, skema beasiswa tersebut mencari sekitar 20 warga negara Indonesia yang berpres-tasi. Tahun ini, para kandidat harus mendaf-tar secara online ke www.che-vening.com/. Aplikasi pendaftaran harus dimasukkan sebelum tanggal 31 Desember 2009. Info dapat diakses juga melalui www.ukinindonesia.fco.gov.uk, www.britishcouncil.or.id. *
WAWASAN
EDISI 03/TAHUN 2009
07
DARI WORKSHOP MENJADI GURU CERDAS FINANSIAL SPIRITUAL KLUB GURU-PERTAMINA
Guru Jangan Hanya Bisa Jualan LKS dan Seragam
K
LUB GURU INDONESIA (KGI) mulai 22 November lalu menyelenggarakan program road show workshop "Guru Cerdas Finansial Spiritual" bersama Pertamina Pelumas. Menurut Sekjend KGI, Mohammad Ihsan, program ini merupakan putaran pertama dengan jangkauan 10 kota di Jawa Timur, dan di awali di kota Gresik. "Harapannya, setelah mengikuti workshop ini, para guru memiliki tambahan wawasan tentang enterpreneurship sehingga bisa mengenalkan kewirausahaan kepada siswanya, sebagaimana yang disampaikan oleh Presiden dalam pembukaan Rembug Nasional 2009," tandas Ihsan kepada tabloid KGI usai memberi sambutan di Hall Pemkab Gresik, lantai 4. PENDIDIKAN ENTREPRENEURSHIP Pada kesempatan yang sama, Sekretaris Daerah Kabupaten Gresik, Dr. Husnul Khuluk, Drs. MM, yang hadir sebagai keynote speaker mewakili mengungkapkan kegembiraannya bisa bersama kawankawan guru yang tergabung dalam Klub Guru Indonesia Cabang Gresik. "Saya tetap seorang guru, meskipun saat ini sebagai Sekda. Saya juga masih mengajar sampai sekarang meskipun tak seaktif dulu, namun juga tak bisa lepas dari menyampaikan ilmu. Saya bahagia dan bangga bisa bersemuka dengan kawan-kawan Klub Guru Gresik dalam acara Workshop Guru Cerdas Finansial Spiritual. Saya bangga bahwa guru di acara ini nantinya juga diajari menjadi seorang wirausaha," ujar calon kuat pengganti Bupati Gresik pereode akan datang itu. Dalam kesempatan itu, Husnul juga menyampaikan harapannya terhadap para guru di daerahnya. "Saat saya mengikuti acara Nasional Summit 2009 yang dibuka
oleh presiden RI yang kebetulan saya juga ikut dan masuk dalam komisi bidang pendidikan. Ada hal yang perlu dibenahi dalam pendidikan kita yang sangat mendasar, yaitu bagaimana kita bisa memberikan pendidikan entrepreneurship di kalangan anak-anak. Kewirausahaan harus diberikan kepada anak-anak. Kita sekarang dengan pendidikan yang ada hanya menciptakan job seekers atau orang-orang yang yang mencari kerja. Tapi tidak pernah menciptakan atau yang disebut job creators, bagaimana kita menciptakan lapangan kerja. Oleh karena itu jangan heran kalau sudah PNS dari 255 orang dibutuhkan di kabupaten Gresik pendaftarnya 7.954. Karena memang di dalam sistem pendidikan kita diberikan materi-materi yang tidak punya hubungan bagaimana menumbuhkan jiwa wirausaha. Kerja sama Klub Guru dengan Pertamina ini sangat bermanfaat, karena tujuannya adalah agar guru bisa berwirausaha. Jadi guru bukan hanya bisa jualan LKS dan seragam. Saya kira ini terobosan yang sangat bagus. Disinggung soal pengadaan laptop untuk guru, Khusnul berharap nantinya pemkab Gresik akan berusaha menjalin kerjasama dengan kementrian dan pemrof Jatim, dengan target minimal satu sekolah satu. GURU TAK BOLEH BOLEH BOHONG Sementara itu, Sales Manager V - Pelumas, PT. Pertamina, Waljiyanto, dalam workshop tersebut mengungkapkan opti- mismenya bekerjsama dengan para guru untuk memasarkan produk pelumasnya. "Kenapa Pertamina memilih guru dan kota Gresik untuk berkolaborasi? Di samping karena kami memang memiliki pabrik pengelolaan pelumas yang paling canggih di Asia Tengga di Gresik ini, juga kami sangat bangga dengan jargon Gresik sebagai kota kreatif," urainya.
Dari kiri: Drs. Khusaini Mustas, M.Pd (Kadiknas Gresik), Dr. Husnul Khuluk MM (Sekda Gresik), dan Waljianto (Sales Manager V Pelumas, PT. Pertamina) saat menjadi pembicara dalam workshop Guru Cerdas Finansial Spiritual di Gresik, (22/11).
"Saya memilih guru karena ada beberapa alasan. Saya memilih kolaborasi dengan guru, karena selama ini ada ideom bahwa guru itu tidak boleh salah dan tidak boleh bohong. Karena guru adalah digugu lan dituru. Jadi, nanti apa yang saya sampaikan pasti akan sampai pula ke para siswa tanpa dimanipulasi. Jadi saya memilih guru sebagai teman saya berkolaborasi menyebarkan virus pelumas Pertamina ini sebenarnya apa," papar mantan dosen Universitas Muhammadiyah Yogyakarta itu. Waljianto yang juga pernah menjadi guru TPA, dalam kesempatan itu, juga mengungkapkan bawa Pertamina dan KGI akan mengawali untuk menciptakan job creators. "Saya memilih guru juga karena guru dan Pertamina sama-sama aset bangsa. Kita bekerja demi negara. Betapa globalisasi sudah menggerus dimana Pertamina harus
dihadapkan para kompetitor yang mereka membawa, mengangkut margin provit kekayaan alam kita ke luar negeri tanpa mempedulikan bangsa ini. Kalau saya tidak berkolaborasi dengan elemen-elemen bangsa yang masih seide dengan kami, maka sayang kalau kita kemudian menjadi jajahan perekonomian dalam bentuk yang lain," paparnya. Kemudian simbiosis ini juga akan menjadi simbiosis mutualisme, karena saya tahu Pertamina bukan hanya bergerak di bidang bisnis saja, tetapi kami juga peduli dengan kesejahteraan dan kebahagiaan setiap elemen bangsa seperti para guru dan siswanya. Sekalian kami juga mempunyai faundation yang bisa mengcreat anak-anak didik melalui jalur biasiswa. Bahkan, beberapa bulan lalu kami juga menyebarkan sepeda untuk sekolah. *
"Game In" KGI Cabang Ngawi DUNIA pendidikan selalu mengedepankan pemanfaatan teknologi sebagai media informasi, komunikasi atau bahkan sumber belajar yang paling efektif. Realita telah membuktikan bahwa kita semakin sadar akhir-akhir ini daya otak manusia telah banyak ditingkatkan oleh program pengolah data dan penemuan lain yang dimungkinkan adanya penemuan computer chip. Dengan menggabungkan special aids ini ke dalam kehidupan sehari-hari, suatu contoh pada proses kegiatan belajar mengajar, para guru dan siswa selain mendapatkan kemudahan juga dapat memperpanjang fungsi otak, bahkan penemuan seperti itu beberapa tahun yang lalu seakan-akan tidak pernah dibayangkan oleh para guru maupun siswa. Sophisticated technology inilah yang dapat menghantarkan para Umar Bakri untuk berkarya lebih proporsional dan profesional. Profesionalisme bukan hanya jargon semata agar tampak keren atau mentereng, namun profesionalisme harus menjadi budaya semua insan di bumi ini. Upaya pemerintah dalam peningkatan profesionalisme guru melalui program sertifikasi selayaknya dapat membangun kemampuan profesionalisme guru secara maksimal. Minimal dapat membantu memompa semangat berinovasi para pahlawan yang konon tanpa tanda jasa, karena di balik itu ada kesejahteraan tambahan yang katanya cukup menggiurkan. Klub Guru Cabang Ngawi, sebelum seumur jagung, berupaya mulai bersinergi dengan lembaga-lembaga pendidikan dan non-pendidikan untuk menyingsingkan baju bergerak lebih pasti
membantu para ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ masi dan komunikasi, guru mulai dari seperti harapannya Oleh: level PAUD, SD, Bapak Harsono, Bupati TUTIK HARIYATI SMP, hingga Ngawi pada saat (Pengurus KGI Cabang Ngawi) SMA/SMK untuk launching KGI Cabang menun-taskan Ngawi, tepatnya pada program guru tanggal 18 Oktober melek internet. KGI Cabang Ngawi 2009 yang lalu. menggugah kembali para penghuni satuan Meluapnya peserta seminar pada saat pendidikan untuk mela-kukan revolusi launching KGI Cabang Ngawi juga diikuti pembelajaran. dengan membanjirnya para guru yang "GAME IN" merupakan suatu istilah mendaftar menjadi anggota KGI pasca yang penulis ramu sendiri, untuk mengpelaksanaan launching, memberikan indiilustrasikan salah satu program KGI cabang kasi bahwa kebutuhan tentang informasi Ngawi. Program "GAME IN" Guru Apa saja pendidikan maupun upaya peningkatan Melek Internet, akan digarap oleh KGI Cahuman resources di Ngawi sangat mendesak bang Ngawi dalam rangka membangun untuk segera dipenuhi. Sambutan para kualitas mentalitas positif setiap guru penentu kebijakan di daerah Ngawi, seperti melalui pelatihan internet. "GAME IN" Kadinas Kabupaten Ngawi, Bapak Drs. dirancang untuk semua guru di level mana Abimanyu, M.Si, dan yang lainnya sangat pun agar melek internet, tanpa kecuali. luar biasa, hal ini dapat dijadikan barometer Program ini akan mulai diimplementasikan bahwa KGI di Ngawi diterima dengan pada awal bulan Desember 2009, sehingga tangan dua. Peristiwa bersejarah yang telah diharapkan sebelum akhir tahun 2010 dicatat oleh para aktivis pendidikan di semua guru di Ngawi sudah melek internet. Ngawi, yaitu Launching KGI Cabang Ngawi Training perdana, diprioritaskan untuk akan dijadikan target guru-guru di daerah guru-guru tingkat SMP/MTs, dan disusul Ngawi yakni membidik informasi pendipelatihan untuk guru-guru PAUD, SD, SMA dikan, dan berkomitmen mengaplikasikandan SMK. Kegiatan ini harmoni dengan nya sebagai sarana melakukan inovasi program Menkominfo tentang schoolnet pembelajaran. Tentunya salah satu kuamaupun internet masuk desa. Apabila lifikasi yang harus dipenuhi untuk melaprogram tersebut dapat terwujud, maka kukan transformasi pembelajaran menuju semua area di bawah pohon jati di pelosok guru profesional adalah semua guru harus Ngawi akan terkoneksi dengan jaringan melek internet (Internet Literate). internet. Bahkan semua guru dan SAGUMUTU (Sekolah Guru Bermutu) masyarakat yang lain dapat memanfaatkan merupakan program KGI dalam rangka jaringan internet ini sebagai media informeningkatkan mutu guru melalui berbagai
training yang dirancang secara sistematis dan berkelanjutan."GAME IN" di Ngawi merupakan salah satu bentuk implementasi dari SAGUMUTU, karena program "GAME IN" tujuannya adalah untuk meningkatkan mutu guru dengan cara melek internet. Setelah melek internet guru dituntut memiliki kompetensi membuat bahan ajar berbasis web yang dapat memotivasi pebelajar dan mampu menciptakan pengalaman belajar siswa, sehingga terbentuk lingkungan belajar yang konsruktif. Selain itu pemanfaatan free sources bagi guru dan siswa akan menjadi wahana strategis untuk dapat bersaing di era digital seperti sekarang ini. Pengembangan kompetensi guru dalam mengkreasikan dan memanfaatkan multimedia secara sustainable juga perlu mendapatkan wadah yang tepat, seperti hadirnya KGI di Ngawi. Kerjasama dari berbagai pihak untuk mensupport kegiatan peningkatan mutu pendidikan di daerah sangatlah diharapkan. Terwujudnya kerjasama KGI Cabang Ngawi dengan PT TELKOM Cabang Ngawi dan Bank Jatim Cabang Ngawi akan memberikan angin segar kepada seluruh lapisan masyarakat Ngawi yang peduli terhadap kebutuhan bangsa, yakni pendidikan. Main goalnya adalah mampu melahirkan generasi yang bersedia mengkontribusikan baik pengetahuan dan keterampilannya sekaligus menjadi agen perubahan di Ngawi. Penulis yakin bahwa Klub Guru Indonesia telah memberikan inspirasi kepada kaum guru untuk bisa sharing dan growing together dalam rangka mengilhami guru sebagai change agent. Amiin... *
LENSA
KLUB GURU INDONESIA
EDISI 03/TAHUN 2009
08
Pencanangan Teknologi Untuk Belajar
Mohammad Ihsan (Sekjen KGI)
Dari kiri:Triatna Mulyatsa (Kepala Divre V Telkom Jatim), Budi Wahyu Jati (Country Manager Intel Indonesia), Mohammad Ihsan (Sekjen KGI), Suwanto (Kepala Dinas Pendidikan Jatim), Akmal Budianto (Asisten 3 Pemprov Jatim), Baedhowi (Dirjen PMPTK), Satria Dharma (Ketua Umum KGI).
Akmal Budianto (Asisten 3 Pemprov Jatim)
Budi Wahyu Jati (Country Manager Intel Indonesia),
B
ERTEMPAT di Hotel Sheraton Surabaya, (29/8) berlangsung pencanangan program "Teknologi Untuk Belajar", mengusung tema "Mewujudkan Transformasi Pendidikan Melalui Program Sagusala (Satu Guru Satu Laptop)" Peserta yang hadir terdiri atas para Kepala Dinas Pendidikan Kota dan Kabupaten se- Jawa Timur, kepala sekolah, guru, dan insan pendidikan dari berbagai kota di Jawa Timur. Sasaran program ini memang memberikan inisiatif penggunaan teknologi informasi dan komunikasi (TIK) pada peningkatan kualitas pendidikan, khususnya di propinsi Jawa Timur. Dalam kesempatan tersebut hadir sebagai pembicara antara lain, Triatna Mulyatsa (EGM Telkom Divre V Jatim), Dr. Akmal Budianto (Asisten 3 Pemprov Jatim, hadir mewakili gubernur Jatim), dan Dr. Baedhowi (Dirjen PMPTK Depdiknas), Budi Wahyu Jati (Country Manager Intel Indonesia) dan Arya Sanjaya. Hadir juga Mohammad Ihsan, Sekjen Klub Guru Indonesia, an Satria Dharma (Ketua Umum KGI).
Baedhowi (Dirjen PMPTK)
Plakat pencanangan "Teknologi Untuk Belajar". Dukungan riil pada KGI siap diberikan oleh Telkom dan Intel.
Kehadiran Dirjen PMPTK Dr Baedhowi (kanan) menambah semarak acara ini. Beliau dalam sambutannya menyampaikan dukungan dari Depdiknas atas program ini.
Launching KGI Kaltim Berlangsung Meriah TEPAT di Hari Guru 21 November 2009, Klub Guru Indonesia Wilayah Kalimantan Timur melakukan acara launching sekaligus menyelenggarakan Seminar Nasional "Peranan Teknologi Informasi dan Komunikasi Dalam Proses Peningkatan Mutu Pendidikan". Acara berlangsung sangat meriah dan dihadiri sekitar 400 peserta yang membuat ruang Aji Bidara Hotel Grand Victoria Samarinda menjadi penuh sesak. Gubernur Kalimantan Timur hadir memberikan Keynote Speech selama 1 jam yang sangat memberi motivasi bagi para guru di Kaltim. Keynote Speech kedua dari Kepala Dinas Pendidikan Provinsi Kaltim Bp. Syafrudin Pernyata juga sangat menarik perhatian para guru. Pembicara utama adalah Bp. Prof. Wardiman Djojonegoro yang sangat komunikatif dan entertaining. Pembicara lain adalah Bp. Arya Sanjaya dari Intel Indonesia, Bp. H. Samto Sukamto yang mewakili Dirjen PMPTK serta pembicara lokal berskala nasional Bp. Nanang Rijono.
PELANTIKAN pengurus KGI Kaltim yang dipimpin Bp. Sigit Sigalayan dilakukan oleh Ketua Umum KGI Bp. Satria Dharma yang didampingi Sekjen KGI Bp. Muhammad ihsan. Dalam kesempatan tersebut, hadir Drs. Awang Faroek Ishak MM., M.Si, Gubernur Kaltim dan Prof. Dr. Wardiman Djojonegoro, Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Indonesia 1993-1998. Gubernur berjanji kepada guru untuk membagi 1000 laptor gratis dan pemberian insentif sebesar Rp 1 juta per bulan. Acara ini juga didukung Indosat serta Toko Buku Gramedia Samarinda.
EDISI 03/TAHUN 2009
09
BAHASA & SASTRA
EDISI 03/TAHUN 2009
Mnemonik dalam Pembelajaran (Kosa Kata) Bahasa Asing
P
BELAJAR bahasa tentulah terkait dengan empat keterampilan berbahasa yang mutlak dikuasai. Keempat keterampilan itu meliputi keterampilan membaca, mendengar, berbicara, dan menulis. Keempat keterampilan tersebut baik yang represif (mendengar dan membaca) maupun keterampilan yang produktif (berbicara dan menulis) membutuhkan penguasaan kosakata yang baik untuk mencapai tingkat pemahaman terhadap bahasa yang dipelajari, terutama bahasa asing. Sebut saja bahasa bahasa Jerman. Bahasa Jerman memiliki kosakata tidak kurang dari 300.000 - 500.000. Begitu banyak dan ragam kosakata ini nantinya berperan penting untuk memahami dan mengerti terhadap bahasa yang ini, sehingga dalam proses belajar mengajar (PBM) perlu dilakukan atau diterapkan inovasi maupun teknik untuk mempermudah pembelajaran mengingat dan memperkaya kosakata yang dimiliki pembelajar. Salah satu cara yang bisa dipakai dalam pembelajaran kosakata adalah dengan metode mnemonik. Apakah pembelajaran kosakata metode mnemonic dan bagaimana penerapan metode ini dalam PBM? Berikut akan diulas secara singkat. PEMBELAJARAN KOSAKATA Ada beberapa hal yang harus diperhatikan dalam pembelajaran kosakata. Nababan dan Subiyakto, dalam bukunya Metodologi Pengajaran Bahasa menyebutkan beberapa teknik yang harus mendapatkan perhatian lebih untuk memudahkan belajar kosakata, yaitu: Sinonim: membedakan antara corak dan arti kata yang sama atau hampir sama, Antonim: kata-kata yang berlawanan, Parafrase: menguraikan dengan kata lain, Terjamahan: penerjemahan secara makna fungsi bahasa yang digunakan, Aplikasi: penerapan kosakata pada situasi berbahasa yang sebenarnya,
Oleh: DWI IMROATU JULAIKAH, S.PD, M.PD (Dosen Prodi Pendidikan Bahasa Jerman, FBS, Universitas Negeri Surabaya)
Latihan: latihan ini juga memegang peranan penting guru harus melatihkan kosakata dalam segala situasi dengan cara menekankan bahwa satu kata mempunyai arti lebih dari satu kata dan sebaliknya satu arti bisa diwakili oleh beberapa kata atau lebih di satu kosakata. Guru dalam pemberian latihan dapat melakukan langkah-langkah sebagai berikut: 1. Pemberian konteks. Guru memberi arti atau makna dari kata tersebut, 2. Pengulangan kata. Pembelajar harus mengulang kata-kata tanpa konteks sampai mereka mampu menghafalnya dengan baik, 3. Pengecekan arti kata. Pengeckan arti kata ini dapat dilakukan dengan pemberian pertanyaan, 4. Penggunaan kata dalam situasi yang beragam, misalnya dengan kalimat contoh. Melalui kalimat contoh ini guru menunjukkan bagaimana menggunakan kosakata tersebut dalam konteks kalimat yang benar. MNEMONIK Mnemonik berasal dari kata mneme: ingatan techne: seni. Mnemonik ini merupakan teknik untuk mengingat. Pada pembelajaran kosakata mnemonic ini bisa diberikan dalam beberapa bentuk: a). Teknik asosiasi. Kosakata diajarkan oleh guru dalam asosiasi konsep. Artinya kata-kata yang dipelajari diasosiasikan dengan sesuatu yang cocok. Atau bisa dikatakan asoasiasi ini merupakan semua arti yang mungkin terpikirkan oleh seseorang jika ia mendengar sesuatu. Misalnya, jika mendengar kata "Tisch (meja)" orang akan mengasosiasikan dengan "Essen (makanan)".
Asosiasi ini bisa berupa asosiasi yang berdekatan. Asosiasi ini bisa berupa asosiasi kesamaan, misalnya kata "Essen" (makanan/kata benda) orang akan mengasosiasikan dengan 'essen".(makan/kata kerja) Asosiasi ini bisa berupa asosiasi kontras, missal kata glücklich (bahagia) dan traurig (sedih). b). Teknik cerita. Teknik ini digunakan untuk mengingat kata yang jumlahnya banyak kata tersebut lalu dirangkai kalimat, kemudian kalimatkalimat tersebut dirangkai menjadi cerita. Misal: Schüler (murid), Montag (hari Senin), Schule (sekolah), Lehrer (guru), Unterricht (pelajaran) dengan kosa kata tersebut pembelajar bisa membuat cerita seperti berikut ini: Ich bin Schüler. Am Montag gehe ich in die Schule. Mein Lehrer beginnt der Unterricht um 9 Uhr. (Pada hari senin saya pergi ke sekolah. Guru saya memulai pelajaran pada pukul 9 pagi. c). Aksesoris: (jembatan keledai) Aksesoris ini seperti akronim (singkatan), agar mudah diingat. Aksesoris bisa berupa singkatan huruf pertama bisa juga tidak berasal dari huruf pertama. Misalnya, untuk menghafal nama planet, huruf yang dipakai untuk aksesoris ini orang membuat singkatan di bawah ini: Mein Vater erklärt Mir jeden Sonntag unseren Nachthimmel (Mercury, Venus, Earth, Mars, Jupiter, Saturnus, Neptunus, dan Pluto). Demikianlah sekilas tentang mnemonic, salah satu strategi yang bisa dipakai untuk pembelajaran kosakata. Masih banyak strategi maupun teknik yang dapat digunakan untuk memudahkan pembelajar bahasa, sehingga proses pembelajaran bisa dilakukan dengan menyenangkan. Terserah kita memilih yang mana, tentu harus disesuaikan dengan kondisi di lapangan, agar suasana belajar jadi menyenangkan.*
Menulis Serius dan Pura-Pura
S
ETIAP kali membuat artikel atau tulisan, saya tak pernah merencanakannya. Saya membiarkan tulisan tersebut mengalir apa adanya selain didukung oleh sarana bacaan. Terkadang, saya bisa dengan mudah membuat judul, lalu menuliskan pembahasan dan gagasan. Tak jarang pula saya kesulitan menemukan judul, tapi langsung menulis pembahasan dan isinya sampai dapat menemukan judul yang pas. Hal tersebut mengingatkan saya pada sastrawan Budi Dharma. Dia menceritakan dalam Solilokui (1983) tentang seorang temannya. Temannya tersebut mengaku sebagai seorang penulis, meski Budi yakin temannya bukan penulis. Dia memiliki banyak naskah tulisan. Mulai puisi, drama, cerpen, novel, hingga esai. Namun, dia tak pernah sekali pun menerbitkan tulisannya. Setiap kali dia berusaha menerbitkannya, dia merasa ragu akan kebolehan tulisannya itu. Karena itu, dia kembali menyibukkan diri dengan menulis lagi naskah-naskahnya sampai beberapa kali, bahkan puluhan kali. Akhirnya si teman tersebut tak pernah menyelesaikan apa-apa. Dia selalu bernafsu untuk bertindak, tapi selalu ragu-ragu apakah tindakannya akan benar. Akhirnya, dia tidak bertindak apa-apa, kecuali mengadakan masturbasi dengan tulisan-tulisannya sendiri.
Oleh:
EKO PRASETYO (Jurnalis dan Editor, Pegiat Pendidikan)
Hal sebaliknya terjadi pada teman Budi Dharma yang lain. Yaitu, seorang penyair yang betul-betul penyair. Budi bertanya kepadanya tentang bagaimana cara menulis puisi yang baik. Sang sahabat menjawab tidak tahu. ”Lalu, bagaimana cara sampeyan menulis puisi yang dimuat majalahmajalah sastra itu?” tanya Budi Dharma. Jawaban si teman sederhana: ”Asal saya tulis begitu saja. Ya, asal saya tulis begitu saja.” (Budi Dharma, 1983) Pada era 1970-an, Indonesia memiliki cerpenis produktif. Namanya Riyono Pratikto. Pada masa itu, Riyono sedang jaya-jayanya menjadi pengarang cerpen. Majalah Siasat dalam rubrik Gelanggang –pada masa itu pula– bahkan mengisahkan tentang kehebatan Riyono. Dia diceritakan dapat menulis langsung dengan mesik tik tanpa ancang-ancang terlebih dahulu. Bahkan, Riyono dapat menulis sambil mengobrol dengan teman-teman dan tamu-tamunya. Sungguh hebat. Dia tak perlu mengonsepkan terlebih dulu tema, alur, penokohan, dan lain-lainnya. Semua lahir dengan sendirinya, dalam bentuk siap untuk diterbitkan. Kisah tentang Riyono hanya contoh kecil di antara sekian
banyak peristiwa lain yang pernah dialami oleh sekian banyak penulis. Penyair John Keats memiliki pengalaman tak kalah unik. Suatu hari, dia menarik kursi m alas di bawah pohon rindang di rumah sahabatnya. Dia mendengar cicit-cuit burung balam. Kemudian dia tertidur. Begitu bangun, dia menulis sajak dengan semangat tinggi. Sekali gebrak, lahirlah sajak berjudul ”Ode to a Nightingale” yang terkenal itu. Kalau dilihat sepintas lalu, penulis yang betul-betul penulis tidak pernah memiliki persiapan apa-apa. Tentu saja, penulis yang benar-benar penulis tak bisa menulis tanpa persiapan apa-apa. Mereka kaya pengalaman batin, kepekaan, imajinasi, kemampuan berbahasa, kemampuan bercerita, dan kemampuan lain. Mereka-reka apa yang akan ditulis hanya soal kecil bagi mereka. Beberapa penulis terkenal bisa mendapatkan inspirasi dari mana saja. Bisa di jalan, pasar, mal, bahkan ketika berada di dapur. Memang, ada perbedaan antara menulis sungguh-sungguh dan menulis pura-pura. Perbedaan tersebut dapat diandaikan dari mana sebaiknya orang menarik kereta: menaruh kuda di belakang kereta agar kuda itu mendorong kereta atau menaruhnya di depan kereta agar kuda itu sanggup menarik kereta.*
10
KILAS INFO
Perdebatan UN Tak Kan Rampung
MENDIKNAS Mohammad Nuh menyatakan, perdebatan mengenai Ujian Nasional tidak akan pernah rampung. Menurut Mendiknas, UN bukan soal boleh atau tidak dilaksanakan, tetapi bagaimana kualitas pelaksanaannya perlu ditingkatkan, itulah yang terpenting. "Bukan soal hapus menghapus UN, tapi sekali lagi, bagaimana meningkatkan kualitas pendidikan melalui kualitas pelaksanaannya. Bukan berarti UN ditiadakan masalah akan selesai," ujar Nuh, menjawab berbagai masukan para anggota Komite III DPD RI di ruang rapat DPD RI, belum lama ini. (2/12). Nuh menambahkan, ada dua blok dalam perdebatan UN ini, yaitu Blok Pro yang tetap harus mengadakan UN, dan Blok Kontra yang tidak perlu menggelar UN. "Depdiknas akan mengakomodasi kepen-tingan kedua pihak," ujar Nuh. Nuh juga mengatakan, selain pelaksanaan UN 2010 akan berubah, UN juga dinyatakan bukan sebagai satu-satunya penentu kelulusan. “Tetap yang menentukan kelulusan adalah sekolah atau guru. Artinya, jika ada peserta didik yang memperoleh nilai 10, tapi menurut gurunya peserta didik itu tidak lulus, maka dia tidak lulus,” katanya. Nuh menjelaskan, anggapan UN dijadikan satu-satunya untuk menentukan kelulusan adalah keliru. Hasil UN digunakan antara lain untuk pemetaan mutu satuan dan atau program pendidikan, seleksi masuk jenjang pendidikan berikutnya, penentuan kelulusan peserta didik dari program dan atau satuan pendidikan, serta pembinaan dan pemberian bantuan kepada satuan pendidikan dalam upaya peningkatan mutu pendidikan. (kom)
Beasiswa Pemerintah Jepang untuk Guru! KEDUTAAN Besar Jepang kembali menawarkan beasiswa Pemerintah Jepang (Monbukagakusho) yang diperuntukkan bagi para guru pada tahun akademik 2010/ 2011. Beasiswa ditutup pada Januari 2010. Program penataran guru nongelar tersebut akan berlangsung selama 1,5 tahun mulai Oktober 2010, termasuk enam bulan belajar bahasa Jepang. Syarat utamanya, pelamar harus berusia di bawah 35 tahun dan merupakan pengajar lulusan S-1 atau D-4 di jenjang SD, SMP, SMA/sederajat, baik dari sekolah negeri maupun swasta. Pelamar telah mengajar lebih dari lima tahun di lembaga pendidikan formal pada 1 April 2010. Untuk beasiswa ini, semua bidang pengajaran ditawarkan kecuali untuk Bahasa Indonesia, Bahasa Daerah, Bahasa Arab, Pendidikan Agama, dan Perhotelan. Selain itu, pelamar harus bersedia belajar Bahasa Jepang karena bahasa pengantar di universitas adalah Bahasa Jepang. Beasiswa Program Teacher Training ini tidak disertai ikatan dinas. Beasiswa meliputi tiket pergi-pulang kelas ekonomi Jakarta-Jepang, biaya ujian masuk, biaya kuliah, uang pendaftaran, dan disediakan asrama yang pembayarannya diatur sendiri oleh penerima beasiswa. Selain itu, penerima beasiswa juga memperoleh tunjangan bulanan sebesar 170.000 yen per bulan dan akan ada kemungkinan mengalami perubahan setiap saat. Pendaftaran dibuka sejak 16 November 2009 dan ditutup pada 29 Januari 2010. Informasi dan formulir pendaftaran bisa dilihat dan diunduh di www.id.embjapan.go.jp/sch_tt.html. *
SOSIAL
EDISI 03/TAHUN 2009
11
Peran Orang Tua sebagai Pendidik Moral Oleh. Marjohan M.Pd (Guru SMAN 3 Batusangkar)
tanpa harus larut dalam emosinya. Hubungan pada tingkat rasio atau logika juga diperlukan untuk memecahkan masalah dalam keluarga. Kedua bentuk hubungan ini perlu untuk diaplikasikan oleh orang tua dalam membina moral anak. Walau orang tua harus bersikap ramah dan demokrasi pada keluarga bukan berarti menunjukan karakter yang lemah dan suka mengalah. Dalam membuat keputusan orang tua tetap bersifat demokratis tetapi tegas dan jelas. Sebab orang tua yang tidak tegas dan mudah mengalah pada anak akan membuat anak bermental "plin plan" atau bermental "terombang ambing".
Bentuk perlakuan yang diterima anak dari orang tua dan lingkungan menentukan kualitas kepribadiannya. Seseorang yang memiliki kepribadian yang rapuh/ lemah terbentuk karena ia kurang memperoleh kasih sayang, kurang rasa aman dan akibat pemanjaan- menuruti kehendak anak tanpa mengajarkan rasa bertanggung jawab (memberi anak kegiatan tanggung jawab).
M
ISKONSEPSI TENTANG PERAN MENDIDIK Ibu adalah orang yang paling dekat pada anak. Ia merupakan orang yang pertama yang mengajarkan cara berbicara, cara menghitung jari di tangan, dan cara mengekspresikan rasa kasih sayang dan simpati pada orang lain. Dengan demikian ia merupakan guru pertama dan utama dalam mengendalikan anaknya untuk menjadi orang yang baik dan berguna bagi orang. Kemudian ayah juga harus menjadi orang yang pertama atau orang nomor dua dalam kehidupan anak sebagai pendidik anak dan membimbingnya tumbuh menjadi anak yang sehat dan cerdas. Menjadi orang yang berguna seperti kata Rasullullah SAW: khairunnas anfahum linnasorang yang baik adalah orang yang bermanfaat bagim orang lain. Namun dalam kenyataan dalam hidup ini bahwa jutaan kaum bapak tidak tahu dan tidak mau tahu soal mendidik anak. Mereka terlalu menyerahkan urusan mendidik anak pada kaum ibu. Sebahagian menganggap bahwa kalau ikut mendidik dan merawat anak maka karakter maskulin mereka akan merosot. Dalam pola rumah tangga tradisionil kaum bapak berpendapat bahwa mengendong, memberi susu dan mendidik anak adalah urusan kaum wanita. Tidak masalah atau dapat dimaafkan kalau kaum bapak tidak ikut mengurus pendidikan dan perawatan anak lantaran mereka super sibuk mencari nafkah demi keluarga juga. Namun apa kira kira ungkapan yang patut diberikan pada kaum bapak yang cuma pandai beranak kemudian kurang terampil dalam mencari nafkah apalagi dalam urusan mendidik keluarga(?). Itulah dalam kenyataan bahwa dalam masyarakat tradisionil yang telah sepakat saja berpendapat bahwa tugas ibu adalah memelihara anak dan tugas ayah adalah bekerja, mencari uang, sehingga kaum ayah atau bapak tidak pantas menyediakan susu botol bayi, dan mengganti popok. Untuk keharmonisan keluarga dan perkembangan anak maka anggapan ini sangat merugikan. Kaum bapak walaupun sibuk bekerja, namun juga harus bisa melibatkan diri dalam kehidupan rumah tangga. Malah ini dapat menambah rasa hormat istri pada suaminya. Kaum bapak yang berpandangan moderen di negara kita dan di negara maju lainnya bahwa walau mereka memiliki banyak posisi karier dan sibuk dengan beberapa aktivitas tetap melowongkan waktu untuk ikut mendidik anak, membantu meringankan pekerjaan rumah, ikut mencuci, memasak sehingga, sekali lagi, mereka mendapat simpati dan rasa hormat yang ekstra dari kaum wanita, istri mereka. Pada umumnya orang mendambakan untuk punya rumah tangga yang hangat, harmonis dan bahagia. Suasana rumah tangga
Moral dan Agama
Suasana belajar yang menyenangkan mendukung perkembangan potensi anak didik.
yang begini tidak datang dengan sendirian namun harus dibina. Ayah dan ibu perlu melakukan proses bagaimana mengelola rumah tangga agar tumbuh bahagia. Pola kepemimpinan dalam rumah tangga oleh ayah dan pola pengasuhan oleh ibu sangat menentukan kebahagiaan anak-anak mereka. Ada tiga tipe kepemimpinan dan pengasuhan yang secara tak sengaja diterapkan oleh ayah dan ibu, yaitu tipe otoriter, laizzes faire dan demokrasi. Orang tua yang otoriter cenderung berwatak keras, suka memaksakan pendapat. Tipe laizzes faire adalah orang tua yang suka masa bodoh, serba tidak peduli atas apa yang terjadi dan tipe demokrasi adalah pola kepemimpinan ayah dan pengasuhan kaum ibu yang menghargai hak hak dan pendapat anak dan anggota keluarga yang lain.Tentu saja rumah tangga yang didamba adalah rumah tangga yang hangat dan yang demokrasi. Orang tua atau ayah-ibu yang penuh penghargaan dimana kegiatan dalam rumah tangga dilaksanakan secara kebersamaan menurut peran yang telah disepakati.
Peran Dalam Mendidik Moral Anak Dalam zaman dengan kemajuan teknologi dan informasi yang pengaruh positif dan negatifnya hampir tidak bisa dihindari. Dampak dari kemajuan ini menimbulkan plus dan minus, termasuk dalam hal dekadensi moral kemerosotan moral. Maka peran orang tua sebagai pendidik moral anak sangat dituntut. Mereka perlu terlibat dalam mendidik anak agar mereka memiliki moral yang terpuji. Orang tua dapat belajar dari berbagai literature dan bertukar pendapat tentang pendidikan dengan teman yang dianggap tahu. Ada banyak buku yang dapat dibeli atau dipinjam di perpustakaan atau literature yang dapat diakses lewat internet yang berbicara tentang moral, pendidikan moral, moral dan social. Dalam zaman yang serba mudah dalam mengakses ilmu pengetahuan bila orang tua tidak peduli akan otodidak, menambah ilmu dan wawasan sendirian, tentu akan sangat merugi bagi diri dan bagi keluarga mereka.
Kepribadian Kartini Kartono (1985) mengatakan bahwa setiap pribadi itu unik. Tidak ada dua pribadi yang sama. Pribadi seseorang ditentukan oleh bakat, pendidikan, pengalaman- apakah pengalaman pahit atau menyenangkan- dan faktor lingkungan. Faktor eksternal yang berpengaruh pada anak bisa berasal dari rumah, sekolah, dan masyarakat seperti teman sebaya dan teman yang berbeda umur. Pengaruh yang diterima-
yang dialami- oleh seseorang waktu kecil maka bekasnya begitu mendalam dalam memori seseorang. Semua ha-hal yang disebutkan tadi sangat berpotensi dalam pembentukan kualitas kepripadian atau karakter seseorang. Namun dasar-dasar dalam pembentukan kualitas kepribadian adalah sejak dari rumah melalui sentuhan dan bimbingan orang tua. Bentuk perlakuan yang diterima anak dari orang tua dan lingkungan menentukan kualitas kepribadiannya. Seseorang yang memiliki kepribadian yang rapuh/ lemah terbentuk karena ia kurang memperoleh kasih sayang, kurang rasa aman dan akibat pemanjaanmenuruti kehendak anak tanpa mengajarkan rasa bertanggung jawab (memberi anak kegiatan tanggung jawab). Sebaliknya orang yang memiliki kepribadian yang kuat, ini terbentuk karena pemberian rasa kasih sayang, kehangatan jiwa dan pemberian aktivitas atau pengalaman hidup, life skill, pada anak.
Membina Hubungan dan Komunikasi Kita tahu bahwa kualitas hubungan dan komunikasi yang diberikan orang tua pada anak akan menentukan kualitas kepribadian dan moral mereka. Hubungan yang penuh akrab dan bentuk komunikasi dua arah antara anak dan orang tua merupakan kunci dalam pendidikan moral keluarga. Komunikasi yang perlu dilakukan adalah komunikasi yang bersifat integrative, dimana ayah, ibu dan anak terlibat dalam pembicaraan yang menyenangkan dan menghindari model komunikasi yang bersifat dominatif atau suka menguasai pembicaraan. Pastilah orang tua yang dominatif, yang kerjanya "ngobrol" melulu tak henti-hentinya akan menjadi orang tua yang menyebalkan. Selanjutnya diharapkan agar komunikasi orangtua dengan anaknya banyak bersifat mendorong, penuh penghargaan dan perhatian. Karena ini berguna untuk meningkatkan kualitas karakter dan moral anak. Hal lain yang perlu diperhatikan orang tua dalam membentuk moral anak melalui pendidikan dalam keluarga adalah menjaga kualitas hubungan dan komunikasi mereka, yaitu hubungan dan komunikasi yang ramah tamah dengan suasana demokrasi. Sebab keramahan dapat membuat anak merasa diterima. Ada dua tingkat hubungan orang tua dan anak dalam berkomunikasi yaitu pada tingkat feeling atau perasaan dan tingkat rasio atau logika. Hubungan pada tingkat feeling atau emosi yaitu untuk pemahaman atau empatiempati berarti memahami perasaan seseorang
Zakiah Daradjat (1976) mengatakan bahwa hubungan antara moral dan agama sangat erat. Orang yang taat beragama, moralnya akan baik. Sebaliknya orang yang akhlaknya merosot, maka agamanya tidak ada sama sekali. Kualitas agama seseorang juga ditentukan oleh kualitas pendidikan dan pengalaman beragama mereka sejak kecil. Mengajak anakanak berusia kecil untuk mengunjungi berbagai mesjid, memberi fakir miskin sekeping roti dari tangan sendiri, mengunjungi panti asuhan dan panti jompo, menajak anak untuk ikut shalat dhuha dan tahajjud, akan dapat memperkaya pengalaman rohani anak dan akan berkesan sepanjang hayat anak. Membentuk pengalaman beragama pada anak saat kecil berarti menanamkan akar beragama pada mereka. Kelak pengalaman beragama, yang telah mengakar ini, akan mampu memperbaiki karakter, kepribadian dan moral anak. Perlu untuk diperhatikan bahwa apabila latihan dan pengalaman beragama yang diterapkan secara kaku, maka di waktu dewasa mereka akan cenderung menjadi kurang peduli pada agama. Pembentukan moral dan agama selain ditentukan oleh faktor didikan dan sentuhan orang tua juga ditentukan oleh faktor sekolah dan pengalaman bergaul mereka dalam sosial. Memang bahwa pada mulanya sikap beragama anak pada mulanya dibentuk di rumah, namun kemudian disempurnakan di sekolah, terutama oleh guru-guru yang mereka sayangi atau yang mereka idolakan- maka guru yang diidolakan siswa hendaklah menjadi guru yang sholeh. Kemudian anak perlu juga untuk memiliki pengalaman bergaul dan melaksanakan aktifitas keagamaan, misal seperti di TPA (Taman Pendidikan Al-Quran), kegiatan menyantuni anak yatim dan fakir miskin, kegiatan didikan subuh. Dari pengalaman bersosial- begaul- sejak kecil, maka berkembanglah rasa kesadaran moral dan sosial anak. Kesadaran tersebut bisa lebih optimal pada masa remaja. Dari uraian-uraian diatas dapat disimpulkan bahwa tidak perlu ada miskonsepsi dalam mendidik anak, ayah dan dan ibu memiliki peran yang sama dalam pendidikan anak. Malah kaum bapak yang terlibat dalam mengurus anank dan rumah akan sangat dihormati oleh istri merka. Orang tua perlu menerapkan pola demokrasi di rumah dan memperlihatkan rasa akrab dalam keluarga agar anak merasa diterima. Untuk mendidik moral maka factor model atau suriteladan dari orang tua sangat menentukan, orang tua harus terlebih dahulu memiliki moral dan akhlak yang terpuji dan akhir kata bahwa anak perlu diberi tanggung jawab, perhatian, kasih sayang dan pengalaman beragama sejakm usia dini. (catatan: 1. Kartini Kartono (1985). Bimbingan Dan Dasar-Dasar Pelaksanaan Bimbingan Praktis. Jakarta: CV. Rajawali. 2. Zakiah Daradjat (1976). Ilmu Jiwa Agama. Jakarta: Bulan Bintang)
Marjohan M.Pd. Guru SMAN 3 Batusangkar. marjohan marjohan" <[email protected]>
ENGLISH CORNER
EDISI 03/TAHUN 2009
Teaching English For Teenagers By IIN HERMIYANTO S.PD (a teacher of English at SMP An-Nisaa' located in Bintaro,Tangerang. Banten , Indonesia )
M
OF course, teachers should not generalize about adolescence from individual to individual, and from culture to culture; levels of maturity can differ significantly from culture to culture and in individuals within the same culture. However, when you are ready for the challenge of teaching teenagers, then you should be impressionable, flexible and patient with each individual.You have to also remember that in the classroom, the group dynamic is often as important as pedagogical content and activities will carry benefits other than linguistic content. Here are thirteen things that we need to remember when teaching teenagers:
1. It seems that all teenagers are interested in pop songs, so exploit that interest by bringing music - and the feelings that can be expressed through songs - into the classroom. 2.Teenagers like to be seen as cool and up-todate, so bring in topics of current interest from IT, sport, entertainment, lifestyle and media, as well as English-speaking cultures that is personally relevant to your learners. 3. Teenagers often find it difficult to make a different relationship with others and group work. So, allow individuals to interact with different classmates in a less stressful and collaborative atmosphere. Event though it's not easy, we have to try establishing the conducive situation. 4. Teenagers are starting to define their proper personalities (sometimes it seems they have multiple personalities!) and role-play activities can allow them to try to express different feelings behind non-threatening. 5. Part of growing up is taking responsibility for one's acts and, in school, for one's learning, so a measure of learner autonomy and individual choice can be helpful for teenagers. 6. It's amazing how some teenagers will have an almost encyclopedic knowledge of a
particular field, so let individual students bring their outside interests and knowledge into the classroom through cross-curricular work. 7. Variety - including surprises and humors - is the spice of classroom life. So try out different warmers, starters and fillers to change the pace and enliven the organization of your lessons. 8. Teenagers tend not to be silent, so give students an opportunity to move around during class. 9.Teaching in secondary school often means teaching multi-level classes, but effective classroom management can help even with very large classes. So, learn a lot about how to handle big classes in teaching English. (Hopefully we can discuss it further!) 10. The use of the mother tongue is not a prohibition. By using mother tongue, It can not only steer a whole class activity away from misunderstanding, confrontation and potential discipline problems (always a risk with teenagers), but also help avoid pressure on an individual by removing the impression that one person is being tested and put on the spot. 11. Games can provide not only purposeful contexts in which to use language but they
Most teachers say that teaching teenagers is a challenge. They are neither adults nor children. In my experience, teaching adults is much easier than teaching teenagers, because they can give more concentration than teenagers. Children are also easily manageable.
also stimulate interaction, provide competition and are fun - as long as rules are clear and clearly followed by all participants. 12. Project work offers each individual an opportunity to use their individual talent to do something personally meaningful and motivating with the language they are learning - and the resulting posters and other visuals can be displayed around the classroom (just as teenagers decorate their rooms at home). 13.Teaching and learning language means how to use the language in social interactions in order that they can communicate appropriately and competently, not merely the usage of the language and the linguistic competence. The most important and very basic thing above all is that there must be a high trust and appreciation between teachers and learners to make the teaching and learning process works well.
SHARING YUK!
KBM di Luar Kelas (di Kantin)
C
Pernahkah Bapak/Ibu mengajar anak-anak (peserta didik) di kantin? Atau pernahkah anak-anak belajar sesuatu di kantin? Saya pernah. Dan anakanak begitu menikmatinya, karena selain mereka bisa keluar dari kelas (ini memang favorit mereka, kalau perlu tidak usah belajar) mereka juga mencicipi berbagai makanan yang ada di kantin, yang kali ini, gratis. Huummmm...
ERITANYA begini... Bulan lalu kebetulan adalah bulan dengan judul kesehatan yang saya korelasikan dengan judul tema "You are What You Eat". Sebetulnya ini topik usang yang entah mengapa saya senang mengambil topik ini lagi, karena anak-anak bisa belajar banyak dari topik itu. Mereka juga senang karena dari topik ini kegiatan yang dilakukan kebanyakan adalah makan, membuat menu, memasak, dan makan lagi. Kebetulan, sekolah kami baru saja menang juara I untuk Lomba Sekolah Sehat tingkat Provinsi dan juara IV tingkat Nasional. Jadinya topik ini menjadi pas dan kantin sehat yang kami miliki dapat menjadi bahan pembelajaran juga. Suatu pagi di bulan Oktober, saya mengajak mereka ke kantin. Kebetulan hari itu saya mengajar jam pertama, pukul 06.30. Saya katakan pada mereka bahwa mereka akan belajar di kantin. Sambil terheran-heran campur senang mereka bersorak kegirangan. Saya tahu, sebagian murid saya banyak yang belum sarapan karena harus berangkat subuh dari rumah mereka supaya tidak terlambat sampai di sekolah. Sebelum ke kantin, saya meminta anak-anak menyiapkan buku dan alat tulis, mereka harus mencatat berbagai makanan, lengkap dengan bahan makanannya dan cara memasaknya. Keributan terjadi di kantin dengan 15 anak kelas X Inter yang sibuk mewawancarai ibu-ibu penjaja makanan di sana. Masing-masing anak memilih stand makanannya sendiri. Kebetulan kantin kami lumayan lengkap, ada penjual mie ayam, mie yamin, minuman, gado-gado, aneka soto, aneka nasi goreng sampai makanan instan adopsi luar negeri macam cordon bleu (yah...lumayan lah untuk kangen-kangenan lidah Perancis saya) sampai pasta ala Italiano
ada di sana. Jadinya anak-anak semangat memilih makanan-makanan tersebut. Bisa dibayangkan ibu-ibu penjual makanan di kantin pun ikut heboh karena mereka menjelaskan cara memasaknya. Belum lagi banyak anak yang tidak tahu beberapa jenis bumbu macam jahe, jintan, kunyit. Ck...ck...ck... anak Jakarta... Akhirnya bumbu-bumbu itu pun berpindah dari kantin ke kantong plastik anak-anak. Setelah puas bertanya, kami, termasuk saya duduk dan makan berbagai makanan sambil mengobrol. Lucunya, ketika kami sedang makan dengan penuh tawa, ada seorang guru senior yang datang dan marah-marah kepada anakanak. Beliau pikir mereka membolos dan malahan ngobrol di kantin. Beliau tidak tahu ada saya, sang wali kelas, ikut makan di antara anak-anak. Baru setelah anak-anak menunjuk ke saya, menjelaskan tentang kegiatan kami, guru tersebut berlalu. Saya tersenyum simpul saja. Postur saya yang imut amit-amit ini memang memungkinkan untuk tidak terlihat di antara murid-murid saya yang semuanya bertubuh bongsor... jadinya saya dikira murid juga, hehehe... Sekembali dari kantin, kami ke perpustakaan untuk melihat referensi kandungan makanan yang ada di bahan-bahan makanan, baik melalui buku atau browsing internet. Project akhir mereka kemudian adalah membuat menu makanan sehat untuk sebuah restoran yang akan dibuka. Restorannya ditujukan untuk kalangan anak muda seusia mereka. Hasilnya ada "Bakso sosis keju", "Nasi Goreng Rock n Roll", "Mie Yamin ala BB King" (yang ini karena si pembuat mie mengidolakan BB King, bluesser dunia itu) berbagai makanan dengan nama aneh-aneh. Semoga bermanfaat...
12
INFO PENDIDIKAN
Situs Belajar Bahasa Inggris untuk Guru BRITISH COUNCIL dan Pusat Teknologi Informasi dan Komunikasi untuk Pendidikan (Pustekom), Departemen Pendidikan Nasional bekerja sama untuk mengatur program bersama membangun situs How to Teach English (http:// h2te.depdiknas.go.id/) dalam Jejaring Pendidikan Nasional (Jardiknas) yang akan memberikan akses materi ajar kepada guru Bahasa Inggris di Indonesia. Situs baru ini dapat diakses oleh semua guru di Indonesia, karena melalui Jardiknas sudah tersambung 17.500 sekolah melalui jaringan intranet. Situs ini diperuntukkan bagi guru-guru agar bisa mendapatkan lesson plan yang telah dipetakan sesuai dengan kurikulum SD, SMP, SMA dan SMK di Indonesia. Relevansi dengan konteks lokal ini sangat penting mengingat tak semua pengalaman keberhasilan negara lain sesuai untuk Indonesia. Saat ini sudah tersedia 45 lesson plan, dan akan terus bertambah. Materi dari situs ini dalam waktu dekat akan dipakai oleh 10 universitas untuk menyiapkan Praktek Pengajaran Lapangan (PPL) calon guru bahasa Inggris. Di situs yang sama, pengunjung juga bisa mendapatkan klipklip video guru dari negara Asia Tenggara yang melakukan kegiatan kelas seperti Classroom Management, Teacher-Student Interaction, Speaking Activities dan Interactive Games; berita, update terbaru pengajaran, pelatihan, dan konferensi bahasa Inggris yang dapat diikuti para guru; kumpulan artikel yang berisi metodologi pengajaran bahasa Inggris; serta pranala terkait seputar tips mengajar. Media Relations Officer British Council Eka Wahyuni di Jakarta, (30/11) mengatakan penandatangan kerja sama akan diadakan Selasa (1/12) besok. Selain dihadiri petinggi Pustekom dan British Council, hadir pula perwakilan dari Virtual Teacher Support Network, P4TK, dan PPPG Bahasa Inggris. *
Kantin Kejujuran Terus Diperluas KEBERADAAN kantin kejujuran akan terus diperluas ke berbagai sekolah di Bantul. Saat ini baru dua sekolah yang menerapkannya. Tujuan utamanya adalah membentuk karakter dan mental siswa agar selalu bersikap jujur, yang kelak bisa dipa kai sebagai benteng utama untuk menangkal perbuatan korupsi. Hal itu disampaikan Kepala Kejaksaan Negeri Kabupaten Bantul, Herry Pribadi, di sela-sela peresmian kantin kejujuran SMP Negeri 1 Bantul, (1/12). Menurutnya, jumlah kantin kejujuran seindonesia sudah mencapai 7.000 buah. "Kami akan terus memperluas, karena dari hasil evaluasi terbukti efektif untuk melatih kejujuran siswa," katanya. Dia mengatakan, kantin tersebut menjadi langkah preventif yang sifatnya edukatif untuk memberantas perilaku korupsi sejak dini. Selama ini tindakan korupsi terus merajalela kantor banyak pejabat yang tidak bisa berperilaku jujur. Kepala Dinas Pendidikan Dasar Kabupaten Bantul, Sahari yang juga hadir dalam acara itu mengatakan, kantin kejujuran merupakan bentuk pembelajaran diluar kegiatan akademik. "Pembentukan jati diri siswa tidak hanya sebatas pada kemampuan akademik, tetapi juga mental secara menyeluruh," ujarnya. Kantin tersebut diberi modal oleh pihak sekolah sebesar Rp 1 juta. Bantuan modal juga datang dari kejaksaan negeri Bantul sebesar Rp 1 juta. Kantin menjual aneka makanan dan minuman ringan, serta pera-latan tulis-menul is. Di kantin disediakan dua kotak tempat uang. Kotak pertama ber-fungsi menampung uang dari pembeli, se-mentara kotak kedua berfungsi untuk uang kembalian. Bagi pembeli wajib mencatat transaksinya di buku kas. Selain di SMP Negeri 1 Bantul, kantin kejujuran juga dibuka di SMA Negeri 2 Bantul. Kantin tersebut beroperasi dengan modal bantuan kejaksaan negeri Bantul sebesar Rp 1 juta dan iuran siswa sendiri sebesar Rp 500.000. *
WAWASAN
EDISI 03/TAHUN 2009
13
Mengapa Memilih Open Source Software? ini seakan dipertegas oleh Menkominfo Tifatul Sembiring, saat memberikan sambutan pada pembukaan Indocomtech 2009 yang lalu, yang menyatakan bahwa belanja TI negara ini mencapai angka 100 triliun (www.kabarindo.com).
MENUJU KEMANDIRIAN BANGSA
Oleh: SETYO PURNOMO (Koordinator SAGUMUTU-OpenSource, KGI Pusat)
P
ENGUASAAN teknologi informasi dan komunikasi sudah menjadi kebutuhan bagi siapa pun, tak terkecuali dunia pendidikan. Sudah sejak beberapa tahun terakhir ini, kurikulum TIK dijadikan salah satu menu pokok pembelajaran yang wajib diberikan kepada peserta didik. Pengenalan alat-alat berbasis teknologi komputer dimulai sejak pendidikan dasar hingga pendidikan menengah atas. Bahkan di beberapa sekolah yang sarana dan prasarana teknologinya cukup baik, internet sudah menjadi menu pembelajaran sehari-hari. Secara kasat mata hal ini dipandang sebagai kemajuan, karena sekolah dianggap cukup mampu melakukan pembelajaran yang kurang lebih sejajar dengan perkembangan teknologi. Terlebih lagi dalam hal ini pemerintah juga memberikan dukungan yang sangat baik. Mulai dari bantuan pengadaan komputer dan perangkat pendukungnya, koneksi internet, hingga pelatihan untuk para guru yang bertanggung jawab pada pengajaran mapel yang bersangkutan. Di tengah kemajuan dan kemilaunya penggunaan perangkat TIK, ada satu hal yang cukup mengganggu, yakni sebagian besar software yang dipakai dalam proses belajar mengajar di sekolah, umumnya tidak legal, atau dengan kata lain “bajakan”. Kenyataan ini kadang “dihindari” dengan alasan bahwa sekolah tidak mampu membeli software legal yang harganya memang sangat mahal. Seberapa mahal? Sebagai gambaran, satu software sistem operasi dijual pada kisaran Rp. 1,5 juta hingga Rp. 3,5 juta-an. Adapun harga satu software untuk keperluan administrasi kantor/sekolah, yang berisi paket aplikasi untuk mengetik, kalkulasi angka (spreadsheet), analisa data, dan presentasi, dijual pada kisaran Rp. 1 juta hingga Rp. 5 juta. Adapun harga satu unit komputer sendiri berada pada kisaran Rp. 3 juta-an. Melihat angka-angka tersebut, tanpa harus meng-hitung dengan rinci pun, sudah bisa diba-yangkan betapa besar biaya yang harus dibelanjakan sekolah untuk pengadaan alat “padat teknologi” ini. Besarnya belanja perangkat teknologi ini seolah menjadi “penghalal” tindakan memakai software bajakan. Sayangnya, hal ini tidak bisa terus menerus dilakukan karena tekanan dunia kepada Indonesia, makin hari makin berat. Tekanan ini tidak hanya tekanan sosial yang berupa tuduhan atas reputasi buruk Indonesia sebagai salah satu pembajak terbesar di dunia, namun juga karena tekanan besarnya biaya yang harus dibelanjakan kepada penyedia software, yang kebetulan bukan buatan Indonesia. Salah satu pakar TIK Indonesia, Onno W. Purbo, dalam satu kesempatan saat berdiskusi dengan penulis pernah menyampaikan bahwa belanja negara ini untuk “menebus” software berbayar ini berada pada angka 300 juta dolar per tahun. Ungkapan beliau
Di tengah kenyataan bahwa tidak mungkin meninggalkan pemakaian komputer berikut perangkat lunaknya, juga kenyataan bahwa ada kegelisahan akan adanya ketergantungan kepada pihak ketiga pada penyediaan software, yang berbiaya tinggi, maka Free/Open Source Software muncul sebagai salah satu alternatif yang paling logis dan realistis bagi semua pihak. Mungkin tidak banyak yang menyangka kalau software yang berkembang di ranah komunitas ini, tidak hanya kaya ragam dan pilihan, namun ternyata mampu menangani kebutuhan komputasi skala besar, bahkan untuk tugas-tugas kritis, seperti untuk keperluan server, bahkan data center. Kebetulan, penulis berkesempatan mengikuti acara GCOS (Global Conferences on Open Source) beberapa waktu lalu. Di sinilah penulis melihat sendiri bagaimana kekuatan Free/Open Source Software (F/OSS) berlaga. Tak hanya kalangan hobyyst dan geek saja, namun perusahaan-perusahaan besar, pemerintahan, dan lembaga penelitian pun memakai F/OSS. Contohnya adalah NTT, salah satu perusahaan telekomunikasi terkemuka dari Jepang, yang memakai MySQL sebagai tulang punggung database perusahaannya. Atau CERN, sebuah lembaga penelitian prestisius di Eropa, selain memakai MySQL, juga memakai beragam software F/OSS lainnya. Adapun negara yang sudah menyatakan menggunakan F/ OSS adalah Brazil. Di negara ini pemakaian F/OSS telah meningkatkan GDP secara nyata (www.detikinet.com). Kekaguman penulis makin bertambah saat mengikuti workshop Blender. Blender adalah software untuk membuat animasi atau pemodelan tiga dimensi (3D). Sebagai produk Open Source, Blender telah membuktikan bahwa software Open Source mampu bersaing dengan sangat layak dengan software proprietary (berbayar) lainnya. Pembaca yang penasaran dengan hasil “kerjaan” Blender dapat mengunjungi situsnya di http://www.blender.org/featuresgallery/ . Saat ini penulis sedang “bercengkerama” dengan Ubuntu Studio versi 9.10. Ubuntu Studio adalah paket Ubuntu yang di dalamya sudah di-bundle dengan software-software multimedia, mulai dari grafis, audio, hingga editing video. Hebatnya, dengan jumlah software yang “bejibun”, tidak menjadikan ukuran Ubuntu Studio menjadi tambun. Kemeriahan software-software hebat ini hanya memakan ruang harddisk sebesar 5GB saja. Dengan model hitung-hitungan sederhana saja, dengan mudah kita dapat menemukan penghematan yang luar biasa. Karena semua software F/OSS bisa diperoleh nyaris tanpa biaya. Biaya-biaya yang timbul umumnya adalah biaya akibat (tidak langsung), seperti biaya ongkos kirim CD atau DVD, biaya pembelian CD atau DVD kosong, apabila ingin membakar sendiri image Linuxnya. Biaya-biaya ini sangat jauh lebih ringan daripada harga software proprietary manapun. Lantas di manakah kemandirian bangsa diletakkan di ranah Open Source ini? Nomor satu, adalah penghematan devisa ke luar negeri, tidak membeli software asing berarti tidak ada dana keluar. Berikutnya adalah terbukanya kesempatan untuk melakukan perubahan (kustomisasi) pada produk Open Source agar sesuai dengan kebutuhan calon pemakainya. Kesempatan ini dimungkinkan karena sebagian besar software Open Source didistribusikan bersa-
ma dengan source code-nya. Dengan “dipegangnya” source code di tangan programmer dalam negeri, penyesuaian dapat dilakukan dengan mudah, menyesuaikan dengan keinginan dan kebutuhan. Pada akhirnya software-software ini akan bisa digunakan secara sempurna di Indonesia. Di sisi lain, hal ini tentu saja akan memperkaya khazanah software yang bersangkutan. Pada saat kebutuhan software untuk pembelajaran di dalam negeri tercukupi, maka diharapkan ketergantungan terhadap software “luar” dapat dikurangi secara nyata, atau bahkan ditiadakan jika dimungkinkan.
SEMANGAT BERBAGI Seakan “menyesuaikan” dengan motto Klub Guru yaitu sharing & growing together, Open Source pun juga memiliki akar semangat yang sama, yakni berbagi dan maju bersama. Filosofi berbagi dalam Open Source tercermin dari mudahnya memakai dan menggunakan software-software Open Source, tanpa dikenakan biaya lisensi. Ada ribuan software yang bisa dipilih dan digunakan secara cuma-cuma. Mulai dari software bermain hingga software untuk penelitian kelas dunia, semua bisa didapatkan dengan gratis, tanpa harus membayar lisensi. Satu hal yang harus dipahami dari jargon “gratis” di sini adalah bahwa software Open Source bisa diperoleh secara cumacuma, misal : download atau permintaan CD (contoh : Ubuntu), namun tidak menutup kemungkinan munculnya biaya sampingan yang timbul sebagai akibat dari kegiatan download atau permintaan CD/DVD. Dua hal yang “dibayar” di dunia Open Source adalah nilai kreasi pada proses kreasi atau kustomisasi dan dukungan teknis. Sebagai contoh, adalah layak dan sudah semestinya jika seorang programmer Open Source mendapatkan “sumbangan sekedarnya” karena berhasil membuat software yang benar-benar berguna. Atau adalah wajar juga jika seorang admin mendapatkan haknya karena telah membantu memperbaiki server Linux yang rusak, misalnya.
Adapun semangat tumbuh bersama, tecermin dari begitu terbukanya komunitas di Open Source untuk saling berkomunikasi, saling memberikan informasi pada software yang dipakai, atau kalau pun ada masalah, seluruh komunitas merasa bertanggung jawab mencari jawabannya. Komunikasi ini umumnya tumbuh dan berkembang lewat milis atau forum. Hampir setiap masalah akan menemukan jawabannya, dan gratis, tidak perlu membayar pulsa untuk menelepon technical support, atau membayar teknisi. Semua bisa ditanyakan, dan jawabannya bisa langsung dipraktekkan. Hal ini secara langsung akan berpengaruh positif pada “skill” yang bersangkutan karena umumnya tiap orang akan mencari kesempurnaan, sehingga otomatis kemampuannya pun akan meningkat dengan sendirinya, dan kesempatan untuk hal tersebut dibuka dengan luas di ranah Open Source. Hal ini juga sesuai dengan semangat belajar sepanjang hayat. Di dalam dunia Open Source yang menjadi batasan untuk “ngoprek” hanyalah imajinasinya sendiri. Sayangnya, keunggulan “personal” tersebut belum berkembang di Indonesia karena semangat belajar sepanjang hayat belum sepenuhnya dihayati dan diamalkan. Orang cenderung lebih suka “terima beres” daripada berpikir untuk berusaha. Padahal salah satu pakem di dunia pendidikan adalah “proses”, yang senantiasa terkait dengan waktu, yang mana hampir tidak mungkin untuk “diringkas”. Sebagai penutup, penulis garis bawahi, bahwa pemilihan Open Source sebagai salah satu bahan proses belajar mengajar menjadi demikian penting (dan serius) mengingat hal ini tidak sekedar “pekerjaan” memilih produk, namun di dalamnya juga tersirat makna berdikari, mandiri, cinta tanah air, dan penghormatan pada proses pendidikan itu sendiri, yang senantiasa mengedepankan nilai-nilai kejujuran, kesederhanaan, kerja keras, dan berpikir cerdas. (Penulis adalah Kepala Lab. Komputer SMK TI, menggunakan Ubuntu)
INFO KGI DAERAH
KGI REMBANG AWALI MIGRASI OSS GEMA Open Source membahana dari kota Rembang, (8/11) saat KGI Rembang yang bekerja sama dengan Departemen Riset dan Teknologi, Depkominfo, Telkom Indonesia, dan Majalah Info-Linux, menyelenggarakan Seminar Nasional dan Sagusala-Sagumutu Fair, dalam rangka "Launching Migrasi Penggunaan Open Source Software (OSS) Tingkat Kabupaten Rembang", dengan tema "Transformasi TIK dalam proses pembelajaran". Acara seminar yang diikuti 400 guru dari wilayah Kabupaten Rembang dan sekitarnya ini berlangsung pukul 09.00 hingga selesai. Hadir sebagai pembicara adalah dua pakar IT nasional Onno W. Purbo dan James F. Tomasouw. Hadir juga Bupati Rembang, H. Moch. Salim bersama Kepala Dinas Pendidikan Kabupaten. Rembang, Drs. Noor Effendi. Dalam sambutannya, Bupati menyampaikan bahwa pada umumnya acara "kumpulan" guru didominasi tema peningkatan kesejahteraan, yang menurutnya kurang relevan, mengingat baik pemerintah dan daerah sudah memberikan ‘penghargaan’ yang sepantasnya kepada para guru. Dilanjutkan oleh Salim, dia sangat terkesan dengan acara KGI karena tema yang diangkat adalah peningkatan mutu pendidikan. Dan lebih dari itu, dalam acara itu pula tema tersebut dinyatakan dengan penandatanganan "Migrasi Penggunaan Open Source Software" untuk beberapa sekolah, yaitu SMA Negeri 1 Lasem, SMP Negeri 2 Rembang, SMP N 1 Lasem,, SMA Negeri 1 Rembang, SMK Negeri 1 Rembang, dan SMK TI Umar Fatah Rembang. Hal ini, menjadi langkah nyata dari wacana pemanfaatan Open Source Software di ranah pendidikan, khususnya di Kabupaten Rembang. Dengan langkah ini pula diharapkan sekolah-sekolah lain akan tertarik dan mengikuti. Masih dalam sambutannya, orang nomor satu di Rembang itu menyampaikan saat ini belanja TI, baik pada tingkat nasional dan tingkat daerah sudah sedemikian tingginya, dengan adanya inisiasi Open Source Software ini diharapkan akan terjadi pengurangan nilai belanja TI yang nyata. Apa yang disampaikan Bupati tersebut ini menjadi contoh nyata tingginya harapan dan kepercayaan masyarakat, bahkan dalam hal ini seorang kepala daerah pada Open Source. Jika kemudian dalam hal ini KGI Rembang menangkap bahwa Open Source-lah yang pilihan temanya, maka pilihan tersebut sudah sangat tepat. *
FIGUR
EDISI 03/TAHUN 2009
IMRON
Delapan Asa Guru terhadap Mendiknas KIPRAH guru yang satu ini terhadap kemajuan pendidikan nasional tak perlu disangsikan lagi. Tepat rasanya bila dia pun tahun ini menjadi nominasi Finalis Lomba Keberhasilan Guru (LGK) tingkat Nasional tahun 2009. Adalah seorang Imron (30 tahun), sekretaris Klub Guru Indonesia cabang Rembang yang ternyata semangatnya patut kita contoh dalam meningkatkan kualitas guru. Bahkan, lewat perbincangannya dengan tabloid Klub Guru edisi ini, pria yang tiga tahun berturut-turut (2006-2008) selalu masuk Finalis Lomba Pembuatan Multimedia Pembelajaran Interaktif tingkat Jawa Tengah ini, secara terus terang mengajukan harapan-harapan positif untuk Mendiknas yang baru, Prof Moh Nuh. Berikut hasil wawancara tabloid Klub Guru dengan Imron. Apa kabar Pak Imron? Bagaimana perkembangan Klub Guru Rembang? Alhamdulillah baik. Sampai saat ini, Klub Guru Rembang mengalami perkembangan yang luar biasa. Apalagi dengan kegiatan pencanangan migrasi open source 8 Nopember 2009 lalu. Sampai saat ini sudah berapa nih anggota KGI Rembang? Khusus Rembang sudah lebih dari 200-an anggota. Setiap bulan, kami selalu menerima pendaftaran anggota baru. Apa saja kegiatan rutin KGI Rembang pasca dilaunching beberapa waktu lalu? Selama sebulan ini, kami istirahat dulu. Sebagian besar pengurus adalah guru. Bulan Desember ini akan dilaksanakan tes semester gasal. Sehingga, semua fokus ke sekolah masingmasing. Liburan ini, kami akan fokus pelatihan intern untuk pengurus. Sedangkan rencana pelatihan untuk guru secara umum, misalnya: pelatihan open source, pelatihan TIK tingkat dasar sampai lanjut, kami laksanakan setelahnya. Sedangkan dalam proses penggodokan adalah pelatihan LKTI untuk guru-guru, bersama mas Eko Prasetyo (JP) dan Ibu Pangesti (UNY). Kemudian, bagaimana tanggapan para guru dengan kehadiran KGI di kota Rembang? Secara umum baik. Walaupun, ada beberapa guru yang agak apatis terhadap KGI. Ada yang berkesan, seolah-olah KGI saingan PGRI. Padahal, saya sendiri anggota PGRI dan Sekretaris AGMP Fisika PGRI Provinsi Jawa Tengah. Apalagi, Bupati dan Pimpinan Dinas Pendidikan Kabupaten Rembang sangat mendukung. Bagaimana pula respons dari Dinas Pendidikan setempat? Selama ini, Dinas Pendidikan sangat mensupport. Apalagi dalam pencanangan open source di Kabupaten Rembang 8 Nopember lalu, keterlibatan KGI sangat maksimal. Bahkan Bupati Rembang, H. Moch. Salim, SE. dalam sambutannya, menyampaikan bahwa selama ini kalau ada beberapa guru
berkumpul, yang dibahas adalah kesejahteraan. Tapi, pada hari ini guru-guru berkumpul, yang dibahas adalah peningkatan mutu guru. Dari apa yang disampaikan Bupati, tersirat bahwa Bupati sangat mendukung keberadaan KGI Rembang. Karena, yang diurusi fokus masalah peningkatan mutu pendidikan. Di lingkup Dinas Pendidikan, mulai Desember 2009 akan merekomendasikan ke semua sekolah, agar guru-gurunya bergabung dengan Klub Guru Indonesia. Bahkan, pimpinan Dinas Pendidikan sudah kami minta menjadi anggota kehormatan KGI. Mulai Kepala Dinas Pendidikan, Sekretaris dan Kepala Bidang. Dalam waktu dekat ini, KTA yang bersangkutan akan segera kami berikan. Dengar-dengar kawan guru dari Rembang ada yang mendapat prestasi nasional, nih? Bisa di-share kepada kita, dalam bidang apa dan nilai positif apa yang kiranya dapat ditularkan kepada rekan guru lainnya? Alhamdulillah ada beberapa. Salah satunya Bapak Joko Wakhono (SMAN 1 Sulang/ pengurus KG Rembang) berkali-kali mendapat juara Lomba Multimedia dan Lomba Keberhasilan Guru (LKG). Selain itu, juga Bapak Suhardi, M.Pd (SMAN 1 Sumber) Bapak Nurhasan, M.Pd (SMPN 1 Kaliori) dan Ibu Siti Masrungah, M.Pd (MAN Lasem). Nilai positifnya, teman-teman yang terpacu untuk mengikuti jejaknya. Alhamdulillah, pada tahun ini saya lolos menjadi finalis Lomba Keberhasilan Guru (LKG) Dalam Pembelajaran sejenis dengan LKTI tingkat Nasional tahun 2009. Tanggal 28 November sampai 3 Desember 2009 harus mempertahankan makalah di P4TK Sawangan Bogor. Sehingga, acara di Surabaya tanggal 29 November 2009 tidak bisa datang. Padahal, sudah saya program jauh hari. Oh ya, kabarnya Pak Imron sekarang juga sibuk mengurus program MPBTIK dari pemerintah. Apa sih sebenarnya program itu? Oh...itu.. Pelatihan Manajemen Pembelajaran Berbasis TIK. Kegiatan tersebut diselenggarakan subdit Kelembagaan pada Direktorat Pembinaan SMA. Fokusnya adalah penerapan e-learning di SMA se-Indonesia. Tahun ini, fokus untuk RSBI. Tahun depan khusus TOT calon fasilitator. Saat ini di tim hanya ada 15 fasilitator. Target 2014, sudah 80 persen SMA yang terlatih dan menggunakan e-learning dalam proses pembelajaran. Kalau dirata-rata setiap tahun harus melatih 2000 SMA. Tahun 2011, insya Allah akan dilatih 2000 SMA untuk RSKM/SSN. Bagaimana ceritanya kok Anda bisa masuk dalam tim yang begitu prestisius ini? Kebetulan saat pelatihan Bahan Ajar dan Bahan Ujian di Bogor, saya mendapatkan predikat Sangat Baik dan menjadi salah satu peserta yang diminta mempresentasikan hasil karya. Saya sangat berharap, dengan masuk di tim, dapat memberikan masukan secara langsung bahkan bisa ikut konsep penerapan Pembelajaran Berbasis TIK di sekolah-sekolah se-Indonesia. Apakah keaktifan Anda dalam berbagai kegiatan bersakala regional dan nasional itu tidak mengganggu konsentrasi sebagai pendidik di sekolah? Sampai saat ini tidak mengganggu. Saya mengajar di sekolah hari Senin-Kamis. Hari Jumat dan Sabtu untuk kuliah S-2 di Unnes. Sebagian besar kegiatan yang
saya lakukan, di luar hari Senin-Kamis. Hanya saja, waktu keluarga agak berkurang. Tetapi, saat tidak ada kegiatan waktu sepenuhnya untuk keluarga. Ada beberapa alternatif, saat kegiatan tersebut dilaksanakan pada hari Senin-Kamis. Solusi yang saya lakukan adalah tukar jam dengan guru lain dan atau diisi guru mata pelajaran yang sama ketika jam KBM tidak berbarengan. Di hari lain, saya harus mengganti. Khusus untuk TIK, saya punya asisten di laboran TIK. Sehingga, untuk mata pelajaran TIK tidak ada masalah. Sedangkan untuk mata pelajaran Fisika, karena tukar jam dengan guru lain, maka saya harus mengganti di hari lain. Sudah ada kontrak dengan anak didik, penggantian jam dapat dilakukan pada sore hari dan hari Minggu. Alhamdulillah, mereka setuju dan tidak keberatan. Bahkan, saat liburan nanti, mereka sudah sepakat dengan saya untuk masuk menyelesaikan materi Fisika semester 2. Sehingga, saat masuk semester 2, sudah fokus persiapan Ujian Nasional, khususnya mata pelajaran Fisika. Ketika harus kegiatan di hari efektif, biasanya saya sudah mengantisipasi target materi beserta planing waktunya. Sehingga, ketika saya harus keluar SMA sudah tahu apa yang harus dilakukan. Selama ini dapat berjalan sesuai dengan rencana dan agenda yang saya susun. Sudah berapa tahun nih Anda mengajar? Kalau menjadi guru di institusi sekolah sudah 9 tahun. Sejak umur berapa Anda menekuni profesi guru dan dimana saja? Sejak umur 19 tahun, saat masih mahasiswa. Mulai guru privat dan guru di SMA swasta di Semarang. Setelah ujian skripsi, awal tahun 2002, saya resmi menjadi GTT di MAN Lasem, selanjutnya tahun 2002 di SMPN 1 Lasem dan awal tahun 2003 SMAN 1 Lasem. Bulan Juli 2003 menjadi Guru Bantu di SMAN 1 Lasem. Bulan Desember 2003 lolos tes CPNS dan menjadi PNS di SMAN 1 Lasem sampai sekarang. Target yang harus dicapai, sebelum pensiun harus sudah S-3 dan mencapai golongan IV.E. Mengapa Anda memilih profesi guru? Bukankah masih banyak profesi lain yang lebih mudah untuk mendapatkan penghasilan. Sejak masih SD, cita-citanya jadi guru MI (setara SD) di kampung. Fokusnya adalah pengabdian. Siangnya bisa bekerja sebagai petani. Dari awal, saya dididik di lingkungan madrasah. Karena ingin menjadi guru MI, saya harus kuliah di IAIN. Tetapi, Tuhan berkehendak lain. Saat di MA (sederajat dengan SMA), alhamdulillah saya lolos masuk IKIP Negeri Semarang melalui PMDK (tanpa tes). Karena sudah masuk IKIP, setelah lulus, secara umum ya... jadi guru. Dan itu sesuai cita-cita sejak kecil. Cita-citanya berubah dari guru yang sekadar sambilan, menjadi guru yang berpenghasilan. Sehingga, harus menjadi guru SMP maupun SMA, walaupun saat itu gaji guru masih relatif kecil. Tetapi, saya melihat profesi guru merupakan tugas yang mulia. Pada semester 4, saya lolos Ikatan Dinas dan siap ditempatkan dimana saja untuk menjadi guru. Tapi, ada otonomi daerah, TID tidak berlaku lagi. Ngomong-ngomong apa Anda juga sudah termasuk guru yang sudah lolos program sertifikasi dan menikmati tunjangan profesi guru? Tahun 2009 ini belum, walaupun sudah masuk data base. Saya berada di urutan nomor 113 tingkat SMA. Tahun 2009 yang diambil hanya 75. Tapi, insya Allah tahun 2010 (kalau masih ada) mudah-mudahan bisa ikut sertifikasi. Sudah tersertifikasi atau tidak, menurut saya sama saja. Bergantung guru yang bersangkutan. Selama ini, harapan dari Pemerintah agak meleset. Setelah disertifikasi, mutu pendidikan akan meningkat. Nyatanya, hal ini belum terwujud. Yang paling penting, mendapatkan tunjangan profesi harusnya itu imbas dari peningkatan mutu guru yang bersangkutan. Kalau tujuan mendapatkan tunjangan profesi hanya semata-mata untuk peningkatan kesejahteraan, jangan berharap pendidikan kita akan maju. Seharusnya, tunjangann profesi diberikan sesuai golongan dan pangkat guru tersebut. Golongan III.a harus berbeda dengan golongan III.b dan seterusnya. Peningkatan mutu dapat dilihat dari seberapa banyak guru yang sudah IV.b ke atas. Sebagian besar mentok di IV.a. Apa harapan Anda kepada Mendiknas yang baru, Bapak Prof Moh Nuh, untuk kemajuan pendidikan nasional mendatang? Saya menaruh harapan yang sangat besar pada Bapak Prof. Moh. Nuh. Pertama, saya mendukung upaya penggabungan UN dengan SNMPTN. Konsekuensinya, pengawasan UN harus ditingkatkan. Kalau perlu, pengawas ruang satu dari guru dan satu dari dosen. Kedua, Permendiknas No 75 tahun 2009 harus direvisi, khususnya pasal 14. Dimana,1 ruang terdiri dari peserta UN yang berasal dari sekolah di 1 kecamatan dan atau satu kabupaten. Kalau itu dipaksakan, bagaimana dengan sekolah-sekolah di tempat terpencil, terutama di luar Jawa. Solusinya, pengawasan di ruang di tambah, satu dari guru dan satu dari dosen. Keduanya, harus
14
punya kredibitas dan moral yang baik. Banyak masukan dari guru dan pimpinan Dinas Pendidikan, agar pasal 14 tersebut di revisi. Ketiga, perbandingan SMK dan SMA, 70:30, harus diubah menjadi 50:50. Kalau dipaksakan banyak SMK-nya, sama saja Pemerintah mencetak tenaga kerja, bukan mencetak tenaga pemikir. Apalagi Bapak Menteri berasal dari ITS. Keempat, Pemerintah harus segera menerapkan sistem SKS bagi rSBI dan rSSN/ rSKM. Konsekuensinya: (1) Kelasnya harus kelas mata pelajaran dan bersifat moving class; (2) tidak ada kenaikan kelas; (3) siswa bisa lulus kurang dari 3 tahun dan bisa lebih dari 3 tahun. Sehingga, UN harus 2 kali dalam 1 tahun pelajaran (sesuai PP Nomor 19 tahun 2005) dan diikuti penerimaan mahasiswa baru juga harus 2 kali dalam 1 tahun pelajaran. Kelima, perlunya dukungan dari Pak Menteri untuk penerapan TIK dalam proses pembelajaran, konsekuensinya Depdiknas harus memperbanyak program pelatihan berbasis TIK. Seperti yang sudah dilaksanakan oleh Direktorat Pembinaan SMA melalui Pelatihan Manajemen Pembelajaran Berbasis (MPB) TIK. Tahun ini, untuk sekolah rSBI. Untuk tahun-tahun mendatang pelatihan dapat dilakukan pada sekolah rSKM/SSN. Kebetulan saya menjadi salah satu fasilitator di sana. Bentuk dukungannya adalah dalam bentuk alokasi anggaran untuk pelatihan tersebut. Keenam, perlunya diterbitkan Permendiknas yang mengatur minimal 10 persen tunjangan profesi harus digunakan untuk peningkatan mutu guru. Ketujuh, sementara ini proses penerimaan CPNS pendidik harus dihentikan, sampai tersedianya pendidik yang sudah tersertifikasi. Hal ini, akan mengurangi beban anggaran negara dalam proses sertifikasi. Kalau guru yang baru sudah tersertifikasi lewat pendidikan profesi, beban anggaran dapat dialihkan untuk yang lain. Kedelapan, karena nantinya semua guru harus tersertifikasi, maka Pemerintah harus membuat aturan, kenaikan pangkat dari Gol. III.b ke III.c seterusnya ke atas, harus ada penilaian pengembangan profesi. Kalau itu dilakukan, otomatis mutu guru meningkat. Secara perlahan, guru nanti akan terseleksi secara alamiah. Bagi guru yang tidak bisa mengumpulkan pengembangan profesi, akan mentok di Gol. III.b. Ingat, guru sekarang sudah menjadi profesi bukan pahlawan tanpa tanda jasa lagi. Apakah Anda merasa puas menjadi guru dengan fasilitas seperti yang Anda terima saat ini? Dari awal menjadi GTT, saya sudah merasa puas. Apalagi sekarang guru menjadi profesi. Hal ini akan memacu pada diri saya untuk lebih meningkatkan mutu. Ketika ikut pelatihan, penataran, workshop dan pertemuan ilmiah yang lain, tidak ada dibenak saya bertujuan untuk sertifikasi. Kan, dulu memang belum ada wacana sertifikasi. Ketika 10 tahun lalu, saat awal menjadi GTT gajinya Rp. 100.000,-/bulan. Kalau sekarang dengan golongan III.c masa kerja 7 tahun, alhamdulillah merasa sudah cukup. Seandainya, tahun depan lolos sertifikasi dan mendapatkan tunjangan profesi, sudah ada rencana, untuk melanjutkan ke S-3. Baiklah, terima kasih atas waktu dan kesempatannya untuk berbagi sedikit pengalaman melalui tabloid KGI. Salam sukses selalu. Terima kasih kembali. Semoga bisa bermanfaat bagi peningkatan mutu guru.*
BIODATA Nama: IMRON Tempat, Tgl Lahir: Rembang, 09 Juli 1979 Alamat Tinggal: Jl. Sunan Bonang KM 01 Gg. Anggrek Desa Ngemplak RT 02 RW II Kec. Lasem Kab. Rembang Jawa Tengah Pengajar Sekolah/Bidang Studi: SMA Negeri 1 Lasem/Fisika dan TIK Nama Istri: Siti Masrifah Nama Anak: Vicky A'inul Hayya Maulana Riwayat Pendidikan: SD : MI Jamiyyatus Sholihin Dadapan Sedan Rembang tahun 1986-1991 SLPT : Mts Miftahul Huda Bogorejo Sedan Rembang tahun1991-1994 SLTA : MA Negeri Lasem Rembang tahun 1994-1997 PT S-1 : Fisika FMIPA Universitas Negeri Semarang tahun 1997-2002 S-2 : P.. IPA/Konsentrasi Fisika Universitas Negeri Semarang tahun 2009-.. Prestasi Yang Pernah Diraih: Finalis Lomba Pembuatan Multimedia Pembelajaran Interaktif tingkat Jawa Tengah tahun 2006,2007 dan 2008. Finalis Lomba Keberhasilan Guru (LGK) tingkat Nasional tahun 2009 Tokoh Idola: Abul Qodil Al Jaelani Makanan Favorit: Soto ayam Buku Favorit : 1) Menjadi Guru Profesional : Menciptakan Pembelajaran Kreatif dan Menyenangkan; 2) Dari Guru Konvensional menjadi Guru Profesional.
FIGUR
EDISI 03/TAHUN 2009
15
Pangesti Wiedarti, PhD
Guru Belum Terbiasa Membaca dan Menulis Jurnal Ilmiah PARA anggota aktif milis Klub Guru Indonesia mungkin sudah tidak asing dengan figur wanita tahan banting yang satu ini. Kegigihannya sebagai seorang pendidik telah membawanya meraih berbagai prestasi yang membanggakan. Liku-liku perjalanan kariernya merupakan bagian dari perjuangan hidup yang patut diteladani. Dialah Pangesti Wiedarti yang selalu setia memberikan masukan dan bekal berharga bagi para guru di Indonesia. Lebih dekat lagi dengan peraih Satya Lencana Karya Satya 20 tahun (2008) ini, berikut perbincangan tabloid Klub Guru Indonesia.
S
UDAH berapa lama Ibu concern dengan dunia pendidikan? Sejak sekian tahun yang lalu, saat SMA kelas 3 masuk ke semester 2, tiba-tiba ingin kuliah di IKIP, padahal tidak ada yang menginspirasi saya untuk menjadi guru karena tidak satu pun keluarga saya yang berprofesi guru. Inspirasi juga bukan dari pihak guru-guru saya di TK, SD, SMP, atau SMA. Saya ingin kuliah di IKIP karena saya pikir belajar bidang pendidikan amat saya perlukan mengingat ibu saya meninggal ketika saya masuk SMA. Saya pikir jika saya kuliah di IKIP saya bakal mampu membimbing diri saya sendiri menjadi dewasa dan tidak salah arah. Sepanjang masa SMA saya banyak membaca ihwal pendidikan. Namun saya tidak memilih kuliah di FIP melainkan ke pendidikan bahasa karena saya suka belajar bahasa sejak SMP. Ternyata pilihan saya tidak salah, sebab kemampuan berbahasa sejalan dengan kemampuan berlogika. Bahasa amat penting perannya dalam komunikasi (menginformasikan sesuatu atau bertransaksi untuk memenangkan negosiasi) dan merupakan media pengembangan berbagai ilmu (bahasa dan cara berpikir setiap bidang ilmu bagai dua sisi mata uang). Belajar bahasa sama halnya dengan belajar kehidupan sebab fenomena kebahasaan merupakan rekaman kehidupan. Kompleks! Menakjubkan! Menurut pengamatan Ibu, apa yang perlu segera dibenahi demi peningkatan mutu guru? Kinerja guru, terkait etos kerja dan etos belajar. Etos kerja menyangkut disiplin dan mencintai profesinya sebagai pendidik, sedangkan etos belajar menyangkut belajar sepanjang hayat, harus terusmenerus belajar. Mekanisme membangun dua etos ini harus diciptakan. Apakah dengan adanya program sertifikasi yang secara langsung mampu meningkatkan kesejahteraan guru belakangan ini, juga telah benar-benar mampu memberikan dampak signifikan terhadap kinerja guru serta kualitas pembelajaran? Wah... pertanyaan ini tidak mudah dijawab, sebab tidak bijak jika sekadar berpendapat tanpa didukung hasil penelitian. Hanya kesan media saja, bahwa sertifikasi guru yang berdampak meningkatkan kesejahteraan guru, tidak berbanding sejajar dengan kinerja mereka. Idealnya, dengan kesejahteraan yang meningkat para guru bisa berkonsentrasi untuk meningkatkan kinerjanya. Sebagian guru saya lihat telah berupaya melakukan peningkatan kinerjanya, namun data lapangan perlu dicari. Kabarnya Ibu bersama kawan-kawan di KGI akan meluncurkan Jurnal Ilmiah
Elektronik. Bisa diceritakan secara singkat apa itu Jurnal Ilmiah Elektronik dan apa pula tujuan dan manfaatnya? Ya, itu obsesi sejak tahun 2005, namun baru akan kesampaian akhir tahun 2009, atau mungkin 2010 karena tahun 2009 hampir habis, dan akan lebih baik jika Jurnal Ilmiah Elektronik (JIE) KGI ini terbit di awal tahun 2010 agar ada semangat baru. Tahun 2010 juga tahun yang unik, tepat untuk memulai hal baru dengan semangat baru. JIE ini tidak berbeda dari jurnal ilmiah pada umumnya, hanya medianya saja memakai e-text agar dapat diakses lebih luas tanpa batas. Jadi, guru dari mana saja di seantero Nusantara dapat berpartisipasi, mengirimkan tulisannya dan jika sesuai kriteria dalam hal kualitas dan penulisan dapat dimuat dan diberikan angka kredit sesuai aturan yang termuat dalam Buku Pedoman Sertifikasi Guru. Mengapa pedoman ini yang dirujuk, semata agar seragam dan dapat dimanfaatkan untuk keperluan sertifikasi guru dan tentu saja untuk kenaikan pangkat. Tulisan dapat berupa hasil penelitian atau konseptual. Tujuannya? Untuk mendokumentasikan karya guru karena sejauh ini keterbatasan jurnal ilmiah cetak menghambat upaya penerbitan tulisan guru. Keterbatasan itu membuat guru kesulitan dalam memublikasikan hasil penelitiannya atau gagasan terkait keilmuannya. Manfaatnya bukan semata untuk pencarian angka kredit bagi sertifikasi atau kenaikan pangkat melainkan untuk berbagi agar guru seantero Nusantara bisa saling belajar dari pemikiran teman sejawat untuk bidang studi yang sama melalui tulisan ilmiah mereka yang dapat diakses dari mana saja dan kapan saja. JIE KGI ini dilengkapi dengan milis agar para guru dapat saling berkomunikasi dan berbagi, mulai dari bidang studi sampai ke ihwal penulisan artikel jurnal. Apakah Ibu yakin para guru mampu mengisi kontennya secara rutin? Sebab, kita tahu sendiri bahwa karya ilmiah bukanlah tulisan biasa. Sementara selama
ini guru-guru banyak terkendala kenaikan pangkatnya karena tak mampu menulis. Segala niat baik harus dilandasi keyakinan. Saya yakin ada banyak guru pintar namun belum terbiasa menulis. Mengapa? Karena media cetak jurnal ilmiah saja amat terbatas adanya, lalu bagaimana mereka menerbitkan tulisannya? Karena media yang terbatas, membuat guru tidak menulis, dan akhirnya tidak terbiasa. Padahal, ”ala bisa karena biasa”. Selain itu, konon, ketika guru sudah menulis, ketika tulisan mereka belum bagus, arahan yang diberikan tidak cukup jelas bagi mereka sehingga mereka bingung, bahkan ada yang stres. Semoga saja ihwal ”konon” ini tidak benar. Jika yang memberikan arahan tahu benar tentang pembinaan keterampilan menulis dan tahu bagaimana mengarahkan sang guru yang sedang mengasah keterampilannya, menulis jurnal ilmiah bukan hal mustahil bagi guru. Mereka sudah punya materi tulisan dari pengalamannya mengajar di kelas, dan ini modal yang luar biasa, tinggal bagaimana mengalihkan ke bentuk tulisan jurnal ilmiah. Jika edisi perdana sudah terbit, saya yakin akan ada semangat yang timbul dari guru lainnya untuk menerbitkan tulisannya. Menurut Ibu, dimana letak kegagalan guru yang selama ini tidak bisa menulis dan gagal naik pangkat? Sejauh ini guru bisa jadi belum terbiasa membaca jurnal ilmiah. Jika kebiasaan membaca jurnal saja belum terbentuk, bagaimana mereka tahu ihwal jurnal? Jika tidak tahu tentang jurnal ilmiah, bagaimana bisa menulis? Guru tidak perlu khawatir jika belum mampu menulis sebab KGI memfasilitasi lokakarya penulisan jurnal ilmiah. Lokakarya didesain praktis, idealnya empat hari penuh, langsung menganalisis beberapa artikel jurnal yang ditulis baik oleh guru maupun dosen. Dengan cara ini mereka dapat langsung mengenali gaya selingkung beberapa jurnal ilmiah dalam topik bidang serumpun. Dengan mengenal gaya selingkung beberapa jurnal ilmiah diharapkan mereka dapat menyesuaikan tulisannya sesuai tuntutan jurnal. Mereka akan berlatih membuat kerangka tulisan draf artikelnya dan didiskusikan serta mendapatkan input dari fasilitator. Bahasa dalam karya ilmiah juga dibahas. Lokakarya ini akan dibina oleh dosendosen pembina keterampilan menulis. Para guru diharapkan mampu menulis jauh lebih baik daripada tulisan mereka dalam portofolio sertifikasi guru. Kebetulan dosen pembina lokakarya ini juga asesor sertifikasi guru, jadi kami tahu seberapa kualitas tulisan para guru dan hendak kami bawa ke mana dalam lokakarya itu nanti. Semoga sponsor bisa diperoleh untuk
keperluan lokakarya ini. Sekali lagi, berarti dengan diterbitkannya Jurnal Ilmiah Elektronik ini berarti Ibu optimis nantinya bisa mengubah kebiasaan guru yang enggan membuat karya tulis ilmiah? Saya amat optimis karena para guru sudah punya materi tulisan, tinggal arahkan cara penulisannya seperti apa. Pemberian motivasi untuk berprestasi melalui menulis dan pembinaan keterampilan menulis (termasuk di dalamnya adalah logika pengembangan tulisan), itu yang penting. Berapa target naskah yang masuk dan diterbitkan pada setiap edisi? Target setidaknya 8 naskah dan itu harus rutin pada setiap penerbitan agar bisa mendapatkan akreditasi. Kemudian berapa periode terbitnya? Bulanan? Atau bagaimana? Pada umumnya jurnal terbit di awal tiap semester, jadi setahun dua kali terbit. Untuk sementara jenis jurnal dijadikan satu terbitan, hasil penelitian dan konseptual. Jika kelak banyak naskah masuk, dapat diperbanyak frekuensi penerbitannya, bisa tiga bahkan empat kali. Tentu ini bukan semata kuantitas, namun kualitas juga ditekankan. Jika kualitas tidak terpenuhi, wah ... JIE KGI menjadi tidak prestisius dong ... JIE KGI diterbitkan untuk meningkatkan dan mendokumentasikan kualitas keilmiahan guru, maka kualitas harus diupayakan bagus. Jika di kemudian hari para guru bisa canggih meneliti, jurnal dapat dipisahkan, ada jurnal khusus hasil penelitian dan jurnal khusus konseptual berupa gagasan guru yang didukung reviu studi pustaka. Untuk penelitian sesungguhnya tidak terlalu sulit sebab PBM di kelas dapat dijadikan ajang penelitian. Guru bisa berkolaborasi dengan rekan sejawat dalam bidang ilmu yang sama pada satu sekolah atau bidang ilmu sama dari sekolah berbeda. Selain itu, guru dapat berkolaborasi dengan mahasiswa yang melakukan penelitian bagi penulisan skripsinya, terutama jika penelitian itu jenis penelitian tindakan kelas. Kolaborasi juga dapat dilakukan dengan dosen-dosen di universitas setempat di mana guru itu berada. Di Diknas Sleman DIY, misalnya, terjadi kolaborasi antara dosen UNY dan guru TK terkait PTK, dan berhasil bagus. Hasil penelitian guru TK ini ada yang mendapat juara tingkat nasional. Dengan berkolaborasi diharapkan spirit meneliti bisa terjaga. Jadi, selalu ada kawan untuk bekerja sama. JIE KGI nantinya dapat diakses dengan cara berlangganan, baik secara individual maupun sekolah. Biaya langganan untuk biaya operasional. Jika dalam perkembangannya nanti ada sponsor, biaya semoga bisa lebih murah. *