V. HASIL DAN PEMBAHASAN
5.1. Potensi Daya Dukung Kawasan Industri Pariwisata Daya dukung industri pariwisata di lingkungan pesisir sangat perlu diperhatikan karena lingkungan pesisir sangat rentan terhadap kegiatan manusia maupun pengaruh alarn. Daya dukung untuk pembangunan pariwisata ada yang secara intensif, ada yang terbatas d m ada yang tertutup. Secara intensif artinya penggunaan secara keseluruhan untuk kegiatan pariwisata, terbatas apabila sebagian saja digunakan pariwisata dan sisanya untuk kepentingan yang lain, dan tertutup dapat diartikan pelaku pengembangan pariwisata tidak boleh melakukan pembangunan fisik ditempat tersebut narnun diperbolehkan sebagai objek untuk melihat-lihat keindahan alarnnya. Daya dukung kawasan untuk industri pariwisata sangat menentukan keberlanjutan suatu kegiatan pariwisata. Apabila daya dukung kawasan tidak memungkinkan untuk kegiatan pariwisata maka kegiatan tidak dilakukan, atau dapat dilakukan dengan batas waktu tertentu atau dapat dilakukan hanya dengan skala kecil. Daya dukung untuk kegiatan pariwisata di Pantai Carita terdiri dari beberapa aspek baik daya dukung biofisik, lingkungan, sosial, kearnanan rnaupun daya dukung fasilitas sarana atau prasarana pariwisata. Daya dukung setiap kawasan tentunya berbeda antara wilayah yang satu dengan yang lainnya, dan terkait dengan kegiatan apa yang dikembangkan. Dalarn penelitian ini daya dukung yang diteliti adalah daya dukung fisik.
Kegiatan pariwisata di wilayah pesisir merupakan kegiatan yang sangat kompleks satu dengan yang lain akan saling keterkaitan. Kegiatan tersebut ada yang tergantung pada alarn seperti berjemur, snorkling, scuba diving, dan lain-lain. Dan
ada juga yang merupakan ciptaan manusia seperti hiburan dan perbelanjaan. Kegiatan pariwisata membutuhkan berbagai kornponen fksilitas, seperti : (1) fasilitas pelayanan, antara lain akomodasi, rumah makan, clan hotel, (2) fasilitas pendukung, antara lain perbelanjaan dan hiburan, (3) fasilitas umum dan infi-astruktur, antara lain
air bersih, jalan, dan tempat parkir, (4) fasilitas rekreasi
yakni rekreasi objek wisata dalam dan luar kawasan. Analisis daya dukung kawasan pantai Carita yang diperuntukkan bagi kegiatan pariwisata, berdasarkan pengamatan lapangan sangat dibutuhkan oleh kondisi fisik pantai itu sendiri. Adapun faktor pembatas itu sendiri antara lain : (a) panjang pantai pesisir untuk kegiatan rekreasi pantai, (b) luas pantai yaitu tentunya untuk penyediaan akomodasi, dan (c) ketersediaan air bersih (air tawar) Air tawar merupakan &&or
yang sangat penting untuk kehidupan, baik
sebagai konsumsi air minum maupun peruntukkan lainnya. Faktor ketersediaaan air tawar untuk daerah lokasi Pantai Carita tidak menjadi kendala, sebab lokasi ini selain di aliri oleh sungai juga tersedia air sumber artesis dan perusahaan air minum. Daya dukung fisik (Physical carryng capaciiy) kawasan pantai Carita berdasarkan kondisi lapangan-lapangan panjang pasir, lahan untuk akomodasi (penginapan) dan air bersih hams sangat diperhatikan.
5.1.1. Pantai berpasir
Pantai berpasir yang dimiliki oleh Pantai Carita adalah sepanjang lokasi wisata Pantai Carita. Pantai berpasir merupakan syarat utarna bagi penentuan pariwisata pantai untuk mendatangkan wisatawan yang menggemari rekreasi pantai, untuk itu panjang pantai merupakan Mar utarna untuk dapat mengestimasi daya tampung wisatawan per satuan luas. Tabel 22. Estimasi Daya Tampung Wisatawan Berdasarkan Kapasitas Pantai Berpasir
No
Obyek Wisata
Panjang Pantai
Daya Tampung
Berpasir (m)
(orang)
1
Pantai Karang Sari
150
15-7
2
Pantai Perhutani
75
7-3
3
Pantai Matahari Caritark
150
15 - 7
4
Pantai Caringin
50
5-2
5
Pantai Legundi
100
10-5
6
Pantai Pasir Putih
150
15-7
Berdasarkan Tabel 22, wilayah Pantai Carita di 6 kawasan obyek wisata (belum termasuk kawasan obyek wisata laiiya) mempunyai daya tarnpung wisatawan berdasarkan kapasitas pantai berpasir, adalah sebagai berikut : 1. Pantai Karang Sari. dengan panjang pantai berpasir 150 meter maka daya
tampung 15 orang untuk kelas rendah dan 7 orang untuk kelas mewah. Apabila daya dukung di gunakan 300 hariltahun maka kapasitas pantai bagi pariwisata
kelas rendah dalam setahun adalah 4.500 HOW (Hari Orang Wisata), dan kelas mewah adalah 2.100 HOW Pantai Perhutani, dengan panjang pantai 75 meter maka daya tampung 7 orang untuk kelas rendah dan 3 orang untuk kelas mewah. Apabila daya dukung di gunakan 300 hari/tahun, maka kapasitas pantai bagi pariwisata kelas rendah dalam setahun adalah 2.1 00 HOW, dan 900 HOW untuk kelas mewah Pantai Matahari Caritaria, dengan panjang pantai 150 m, maka daya tampung 15 orang untuk kelas rendah dan 7 orang untuk kelas mewah. Apabila daya dukung di gunakan 300 hariltahun, maka kapasitas pantai bagi pariwisata kelas rendah
dalam setahun adalah 4.500 HOW, dm 2.100 HOW untuk kelas mewah. Pantai Caringin, dengan panjang pantai 50 meter, maka daya tampung 5 orang untuk kelas rendah dan 2 orang untuk kelas mewah. Apabila daya dukung digunakan 300 hari/tahun, maka kapasitas pantai bagi pariwisata kelas rendah dalam setahun adalah 1.500 HOW, dan 600 HOW untuk kelas mewah. Pantai Legundi, dengan panjang pantai 100 meter, maka daya tarnpung 10 orang untuk kelas rendah, dan 5 orang untuk kelas mewah. Apabila daya dukung digunakan 300 hari/tahun, maka kapasitas pantai bagi pariwisata kelas rendah dalam setahun adalah 3.000 HOW, dan untuk kelas mewah 1.SO0 HOW. Pantai Pasir Putih, dengan panjang pantai 150 meter, rnaka daya tarnpung 15 orang untuk kelas rendah, dan 7 orang untuk kelas mewah. Apabila daya dukung digunakan 300 hariltahun, maka kapasitas pantai bagi pariwisata kelas rendah dalam setahun adalah 4.500 HOW, untuk kelas mewah 2.100 HOW.
5.1.2. Lahan Untuk Penginapan Ketersediaan penginapan yang layak atau memadai untuk para wisatawan serta letak yang strategis aka. berpengamh pada peningkatan kunjungan dan lama tinggal. Selain itu akomodasi ataupun penginapan harus memberikan rasa aman, dekat dengan objek wisata, mempunyai udara bebas, indah, nyarnan dan sejuk serta mudah terjangkau oleh hsilitas umum. Fasilitas berupa penginapan dan akomodasi untuk lokasi pariwisata Pantai Carita, seperti: Pantai Karangsari, Pantai Perhutani, Pantai Matahari Caritaria, Pantai Caringin, Pantai Legundi, dan Pantai Pasir Putih (tidak terrnasuk hotel dan penginapan lainnya) dapat di lihat pada tabel 23.
Tabel 23. Estimasi Daya Tampung Wisatawan Berdasarkan Luas Lahan No
Obyek Wisata
Luas Lahan Akomodasi (ha)
Daya Tarnpung (or@
1
Pantai Karang Sari
1
11-100
2
Pantai Perhutani
0,8
9 - 80
3
Pantai Matahari Caritaria
1,25
14 - 125
4
Pantai Caringin
0,25
3 -25
5
Pantai Legundi
1
11 -100
6
Pantai Pasir Putih
2
22 - 200
Dari tabel 23 di atas, maka.dari 6 kawasan obyek wisata tersebut, mempunyai kapasitas daya tarnpung sebagai berikut :
1. Pantai Karangsari, dapat menampung 100 orang untuk kelas ekonorni, dan 11
orang u t u k kelas istimewa, bila diasumsikan tingkat penggunaan 100 % dengan intensitas 300 hari/tahun maka kapasitas tampung penginapan untuk kelas rendah adalah 30.000 HOW, dan untuk kelas istimewa 3.300 HOW. 2. Pantai Perhutani, dapat menampung 80 orang untuk kelas ekonomi, dan 9 orang
untuk kelas istimewa, bila diasumsikan tingkat penggunaan 100 % dengan intensitas 300 hari/tahun maka kapasitas tampung penginapan untuk kelas rendah adalah 24.000 HOW, dan untuk kelas istimewa 2.700 HOW. 3. Pantai Matahari Caritaria, dapat menampung 125 orang untuk kelas ekonorni, dan 14 orang untuk kelas istimewa, bila diasumsikan tingkat penggunaan 100 %
dengan intensitas 300 hari/tahun maka kapasitas tampung penginapan untuk kelas rendah adalah 37.500 HOW, dan untuk kelas istimewa 4.200 HOW. 4. Pantai Caringin, dapat menampung 25 orang untuk kelas ekonomi, dan 3 orang
untuk kelas istimewa, bila diasumsikan tingkat penggunaan 100 % dengan intensitas 300 hariltahun maka kapasitas tampung penginapan untuk kelas rendah adalah 7.500 HOW, dan untuk kelas istimewa 900 HOW. 5. Pantai Legundi, dapat menampung 100 orang untuk kelas ekonomi, dan 1 1 orang
untuk kelas istimewa, bila diasumsikan tingkat penggunaan 100 % dengan intensitas 300 hari/tahun maka kapasitas tampung penginapan untuk kelas rendah adalah 30.000 HOW, dan untuk kelas istimewa 330 HOW. 6. Pantai Pasir Putih, dapat menampung 200 orang untuk kelas ekonorni, dan 22
orang untuk kelas istimewa, bila diasumsikan tingkat penggunaan 100 % dengan
intensitas 300 hariltahun maka kapasitas tampung penginapan untuk kelas ekonomi adalah 60.000 HOW, dan untuk kelas istimewa 6.600 HOW Hotel dan penginapan di wilayah Pantai Carita bukan merupakan masalah karena mempunyai hotel atau penginapan sebanyak 44 buah hotel terbagi atas dua kriteria (lihat tabel 21), yaitu hotel kelas berbintang dan hotel sekelas melati .
5.1.3. Air bersih
Ketersediaan air bersih atau tawar merupakan masalah yang sangat vital dikawasan pariwisata. Sumberdaya air di kawasan Pantai Carita cukup memadai antara lain dari sumber PAM, dari sumber air tanah. Untuk itu ketersediaan air tawar untuk memenuhi kebutuhan, baik untuk konsumsi penduduk setempat, industri clan kebutuhan lainnya, misalnya
untuk kegiatan industri pariwisata masih dapat
mendukung.
Tabel 24. Estimasi Daya Tampung Wiatawan Berdasarkan Air Tawar No
Obyek Wisata
Ketersediaan Air
Daya Tarnpung
Tawar literldtk
(orang/hari)
1
Pantai Karang Sari
2
864 - 1296
2
Pantai Perhutani
2
864 - 1296
3
Pantai Matahari Caritaria
2
864 -1296
4
Pantai Caringin
2
864 - 1296
5
Pantai Legundi
2
864 -1296
6
Pantai Pasir Putih
2
864 -1 296
Dari Tabel 24 terlihat bahwa dari 6 kawasan wisata tersebut diatas daya tampung wisatawan berdasarkan keberadaan air tawar adalah : 1. Pantai Karangsari, daya tampung untuk akomodasi apabila intensitas 300 hari dan
kapasitas 2 Vdet setahun, rnaka dibutuhkan air t a w sebesar 6.000 m3/tahun untuk kelas rendah, dan untuk kelas mewah 990 m3. Dengan kapasitas 2 Vdet untuk masa mengalir 3 jam pagi dan 3 jam sore diperoleh : 2 Vdet x 300 h i x 3.600 detik x 6 jam = 12.960 m3/tal~un.Dengan demikian daya tampung
wisatawan untuk kelas rendah sebesar 64.800 HOW, dm untuk kelas mewah sebesar 43.200 HOW. 2. Pantai Perhutani, berdasarkan daya tampung untuk akomodasi apabila intensitas
300 hari/tahun 4.800 m3/tahun untuk kelas rendah, untuk kelas mewah 810
m3/tahun. 3. Pantai Matahari Caritaria, berdasarkan daya tampung untuk akomodasi apabila
intensitas 300 hari/tahun, rnaka untuk kelas rendah diperlukan 7.500 m3/tahun, dan untuk kelas mewah 1.260 m3/tahun. 4. Pantai Caringin, berdasarkan daya t a q u n g untuk akomodasi apabila intensitas
300 hari/tahun, rnaka untuk kelas rendah diperlukan 1.500 m3/tahun, dan untuk
kelas mewah diperlukan 270 m3/tahun. 5. Pantai Legundi, berdasarkan daya tampung untuk akomodasi apabila intensitas
300 hariJtahun, maka untuk kelas rendah diperlukan 6000 m3/tahun, dan untuk
kelas mewah diperlukan 990 m3/tahun.
6. Pantai Pasir Putih, berdasarkan daya tarnpung untuk akomodasi apabila intensitas
300 hariJtahun, rnaka diperlukan untuk kelas rendah 12.000 m3/tahun, dan untuk kelas rnewah diperlukan 1.980 m3/tahun. Dari ketersediaan debit air 2 literldetik untuk masing-masing kawasan wisata dari enarn kawasan tersebut, wilayah industri pariwisata di wilayah Pantai Carita tidak merupakan kendala. Hal ini di tunjang oleh adanya sumber air dari sungai carita dengan debit yang mencukupi, juga ditunjang oleh pengadaan air PAM dan sumur Artesis yang masing mempunyai debit air 500 literldetik dan 200 literldetik.
5.2. Kegiatan Industri Pariwisata Di Pantai Carita Hasil pengamatan selama dilokasi studi, menunjukkan bahwa sebagian besar masyarakat pesisir atau nelayan sangat mendukung pengembangan industri pariwisata didaerahnya. Mereka sangat antusias menerima kunjungan para wisatawan karena mereka beranggapan bahwa ha1 itu merupakan suatu peluang yang harus dimanfaatka untuk menambah income bagi keluarganya. Mereka menawarkan jasa perahu, restoran, cottage, jasa tiket dan jasa pijat. Berdasarkan hasil wawancara dengan para responden,
wisatawan
mancanegara sangat berpetualang, pada umumnya mereka senang petualangan antara lain; wisatawan dari Jerman, Belanda, Jepang dan Australia serta ada pula yang sampai menjalin pernikahan dengan masyarakat penduduk setempat. Berdasarkan hasil penelitian dari 60 orang responden yang kami wawancarai sekitar bulan Desember 2001, kami mengambil kesimpulan bahwa adanya industri
pariwisata Pantai Carita dapat membantu mereka dalam menarnbah pendapatan keluarga, dan meningkatkan taraf hidup masyarakat setempat.
5.3. Perbedaan Karakteristik Rumah Tangga
5.3.1. Hasil Analisis Diskriptif Hasil analisis diskriminan menunjukkan bahwa dari 30 responden yang tergolong kelompok nelayan murni sebenarnya terdapat 1 orang yang kriterianya masuk kedalam kelompok nelayan plus. Responden tersebut adalah responden nomor 8 yang bernama Iip Syarnsul Arief dari Desa Teluk.. Sekalipun demikian, peluang
responden ini tergolong nelayan murni adalah 0,473 dan peluang dia tergolong nelayan plus adalah 0,527, jadi perbedaan peluangnya tidak begitu besar, yaitu 0,054. Artinya, ada seorang nelayan murni yang kriterianya mirip dengan nelayan plus. Oleh sebab itu , pengelompokan responden hasil penelitian masih tetap relevan sesuai dengan kenyataan. Selain itu, dari 30 responden kelompok nelayan plus terdapat 3 nelayan yang memiliki criteria lebih cenderung masuk kelompok nelayan murni.
Responden
dimaksud adalah responden nomor 1 dari Desa Carita, nomor 27 dan 28 dari Desa Sukajadi dengan peluang masing-masing 0,852, 0,679 dan 0,521. Hal ini menunjukkan ada 3 nelayan plus yang sebenarnya memiliki kriteria rnirip dengan nelayan murni.
Sekalipun dernikian, proporsi kebenaran (proportion correct)
pengelompokan nelayan cukup besar, yaitu 0,933 ini berarti 93.3% penempatan tersebut benar. Karenanya, pembandingan antara kelornpok nelayan murni dengan
nelayan plus adalah rasional sesuai dengan realitas. Dengan demikian data hasil penelitian yang diperoleh dapat dipertanggungjawabkan. Nilai rata-rata setiap peubah yang diamati dapat dikaji pada Tabel 25. berikut.
Tabel 25. Rata-rata Peubah Indikator Nelayan murni dan Nelayan Plus No 1 2 3 4
Peubah Rataan Per Kelompok Nelayan Murni 40,933 Umur 6,700 Pendidikan 4,766 Anggota Keluarga 518.333 Pendapatan Keluarga Variabel
Nelayan Plus 42,300 7,700 4,233 958.333
Dari Tabel 25 terlihat bahwa rata-rata urnur nelayan murni adalah mendekati 4 1 tahunan (40.9 tahun) dengan simpangan baku 8,729, sedangkan para nelayan plus berusia rata-rata 42 tahunan (42,3 tahun) dengan simpangan baku lebih besar 9,632. Nampak bahwa perbedaan umur antara nelayan murni dan nelayan plus adalah sekitar 1 tahun. Adapun rata-rata pendidikan yang ditempuh oleh nelayan murni adalah 6,7 tahun dengan simpangan baku 1,512
. Artinya
kelompok nelayan murni adalah
lulusan Sekolah Dasar atau pernah mengikuti SLTP tapi tidak selesai. Sebaliknya rata-rata pendidikan yang ditempuh oleh nelayan plus adalah 7,7 tahun dengan sirnpangan baku 2,037 tahun, dari sini terlihat bahwa kebanyakan nelayan plus adalah umurnnya berpendidikan SLTP sampai kelas 2 sekalipun tidak sampai ke kelas 3. Sedangkan rata-rata jumlah anak nelayan murni adalah 4,76 atau mendekati 5 orang dengan simpangan baku 1,073 tahun. Hal ini berbeda dengan banyak anak pada nelayan plus yaitu 4,23 atau rata-rata 4 orang anak dengan simpangan baku 0,935 .
Selanjutnya pendapatan keluarga nelayan murni lebih kecil daripada nelayan plus. Pendapatan rata-rata keluarga nelayan murni sebesar Rp 5 18.333,- dengan simpangan baku Rp 98.684,-
. Adapun pendapatan rata-rata keluarga nelayan plus
sebesar Rp 958.333,- dengan simpangan baku Rp 305028,Namjmk terdapat perbedaan rata-rata pendapatan keluarga antara nelayan murni dan nelayan plus sebesar Rp 440.000,- (Rp 958.333,-
-
Rp 518.333,-).
Dari pembahasan diatas menyatakan, bahwa dilihat dari segi umur nelayan murni adalah setahun lebih muda dari pada nelayan plus, pendidikan sedikit lebih rendah, anak yang dimiliki lebih banyak dan pendapatan keluarga lebih sedikit. Adapun secara keseluruhan berdasarkan keempat peubah yang diamati terdapat perbedaan antara nelayarn murni dengan nelayan plus. Hal ini ditunjukan oleh hasil Hotteling sebesar 1.714 dengan F hitung
=
23.5783 dimana P=[Pr > ]=
0.0001, artinya terdapat perbedaan yang nyata pada a= 0.01 (99%)antara nelayan murni dengan nelayan plus (dimana nilai Hottling dapat lebih lanjut diamati pada hasil analisis diskriminan yang terdapat pada lampiran 2 1). Berdasarkan pembahasan sebelumnya diketahui bahwa umur, pendidikan, dan jumlah anggota keluarga tidak berbeda antara nelayan murni dengan nelayan plus. Sedangkan yang berbeda hanyalah penfdapatan keluarga nelayan murni dan nelayan plus. Sementara itu hasil analisis diskriminan dengan nilai Hottlings tersebut merupakan pembeda antara nelayan murni clan nelayan plus.
5.3.1.1. Umur
Berdasarkan data yang kami peroleh dilapangan komposisi umur masyarakat pesisir pantai (rnasyarakat nelayan) di kawasan Pantai Carita berkisar umur 25 sampai dengan umur 50 tahun, bahkan ada beberapa nelayan yang berumur lebih dari 50 tahun. Umur responden 25 - 35 tahun sebanyak 18 orang (30 %), umur 36 - 45 tahun sebanyak 22 orang (36.7 YO),urnur 46 lebih sebanyak 20 orang (33.3 %) seperti pada Tabel 26 Tabel 26. Tabel Umur Responden Nelayan Murni Dan Nelayan Plus di Wilayah Pantai Carita
Sumber : Hasil Wawancara Dengan Para Nelayan, Desember 2001
Dari hasil Uji Khi-Kuadrat ( X 2 = 1.149) pada a =5%, ternyata tidak terdapat perbedaan yang nyata antara kelompok tersebut, hanya pada kelompok umur 25-35 tahun (33.3%) dan umur > 46 tahun (36.7%) adalah aktif dalam kegiatan pariwisata. Sedangkan persentase tertinggi pada kelompok nelayan murni yang tidak aktif dalam kegiatan pariwisata adalah umur 36-45 tahun (43.3%)
Nelayan plus adalah selain sebagai nelayan juga melakukan usaha tambahan (berdagang, sewa motor, jasa urut, dll), sedangkan nelayan murni adalah yang pekerjaannya sebagai nelayan yang tidak melakukan kegiatan lainnya.
5.3.1.2. Pendidikan
Pendidikan masyarakat sekitar pesisir Pantai Carita dapat dikelompokkan berdasarkan jenjang pendidikan yang pernah ditempuh responden yang terdiri dari pendidikan (1-6 tahun) sebanyak 40 orang (66.6 %), Pendidikan (7-9 tahun) serbanyak 16 orang (26.7 YO),dan Pendidikan (10-12 tahun) sebanyak 4 orang (6.7 %). Tabel pendidikan dan komposisi responden masyarakat nelayan murni dan plus
wilayah Pantai Carita disajikan pada Tabel 27.
Tabel 27. Pendidikan Responden Masyarakat Nelayan Murni dan Nelayan Plus Wilayah Pantai Carita
No 1 2 3
Pendidikan Responden (tahun) SD (1 - 6) SLTP (7- 9) SLTA(10-12) Jumlah
Nelayan Plus (n = 30)
Nelayan Mumi (n = 30) Orang 24 5 1 30
%
,
80.0 16.7 0.3 100.0
53.3 36.7 10.0
3 ,
30
x2
%
Orang 16 11
4.850
,
Surnber : Hasil Questioner Para Nelayan, Desember 200 1 Berdasarkan pada tabel 27. terlihat bahwa mayoritas responden kedua kelompok (nelayan murni dan nelayan plus tingkat pendidikannya masih rendah.
Faktor pendidikan merupakan W o r kunci dari p e m b a n g m dan sebagai salah satu jalan yang cukup relatif untuk melakukan mobilitas dalam melanjutkan pendidikan atau mencari pekerjaan. Dari hasil analisis tidak terdapat perbedaan yang nyata antar kelompok tersebut
(X2 =
merupakan
4.850) pada a= 5%, m u n ada kecendrungan bahwa pendidikan
mar
kunci dalam bidang pembangunan.
Dari hasil penelitian di
lapangan, ternyata nelayan plus yang mempunyai pendidikan (7 - 12 tahun) sebanyak 14 orang (46.7 %), sedangkan pada nelayan murni sebanyak 6 orang (20 %).
Umumnya dari 30 responden nelayan murni mendominasi pendidiukan (1 - 6 tahun) sebanyak 24 orang (80 %), sedangkan pada nelayan plus hanya 16 orang (53.3 %). Pendidikan merupakan salah satu saran untuk meningkatkan kecerdasan dan keterampilan manusia. Peningkatan dalam bidang pendidikan dapat mengentaskan penduduk dari kerniskinan baik secara langsung maupun tidak langsung yaitu melalui perbaikan pendapatan, nutrisi dan pengeluaran keluarga. Sesuai dengan hasil penelitian Ananta (1988) yang menyatakan bahwa ada korelasi positif antara pendapatan dan tingkat pendidikan, semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang mempunyai kecenderungan semakin tinggi pula pendapatan. Walaupun dari hasil perhitungan statistik tidak terdapat perbedaan yang nyata, -*
namun kenyataannya bahwa pada nelayan yang mempunyai hasil pendapatan yang inggi adalah terdapat pada nelayan plus yang pada umumnya mempunyai pendidikan yang lebih tinggi dari nelayan murni.
5.3.1.3. Jurnlah Anggota Keluarga
Berdasarkan data pada tabel di bawah ini dapat ditarik kesimpulan bahwa jumlah tanggungan keluarga pada rnasing-masing kelompok (nelayan murni dan nelayan plus). Rata-rata jurnlah anggota keluarga relatif tidak mempunyai perbedaan adalah pada interval tanggungan antara 4 hingga 5 orang. Sebagaimana biasanya dalam kegiatan usaha, anggota keluarga akan menyumbangkan tenaganya namun dalam kenyataannya tidak semua keluarga dapat membantu. Hal ini dikarenakan anggota keluarga masih dalam usia sekolah. Untuk lebii jelasnya dapat dilihat pada tabel 28.
Tabel 28. Anggota Keluarga Nelayan Murni dan Nelayan Plus di Wilayah Pantai Carita
No
Jumlah Anggota Keluarga (jiwa)
1
<4
2
4-5 >5 Jumlah
3
Nelayan Murni (n=30) YO Orang 13.3 4 66.7 20 6 20.0 30 100.0
Nelayan Plus (n = 30) % Orang 23.3 7 73.3 22 1 3.4 30 100.0
x2 4.485
Sumber : Hasil Questioner Bulan Desember Tahun 2001 Berdasarkan data pada Tabel 28, jumlah anggota keluarga pada kelompok nelayan murni dan nelayan plus adalah pada interval 4 - 5 orang, yakni pada kelompok nelayan murni terdapat 20 responden (66.7 % ) dan kelompok nelayan plus sebanyak 22 responden (73.3 %). Tanggungan keluarga lebih kecil dari 4 menduduki urutan kedua dan tanggungan keluarga lebih dari 5 orang menempati urutan ketiga.
Dari hasil analisis tidak terdapat perbedaan yang nyata
(x2 = 4.485) antara
jumlah anggota keEuarga kelompok nelayan murni dan nelayan plus, ha1 ini disebabkan adanya presepsi diantara
kedua kelompok ini mempunyai mata
pencaharian yang sama sebagai nelayan.
5.3.1.4. Pendapatau Keluarga
Berkeinbangnya kegiatan pariwisata di Pantai Carita, diharap dapat meningkatkan pendapatan rnasyarakat. Berbsarkan hasil servei dapat diietahui bahwa pendapatan yang dihasilkan oleh kedua kelompok dapat dilihat adanya tingkat perbedaan. Nelayan plus mendapatkan penghasilan yang lebih dibandingkan dengan nelayan murni, dan untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel 29. Tabel 29. Pendapitan Keluarga Nelayan Murni dan Nelayan Plus Wilayah Pantai Chrita Pendapatm Keluarga (Rpyb11.1 1 2 3
< 450.000 4500.000 - 550.000 > 550.000
Jumlah
Nelayan Murni (n = 30) % Orang 5 16.7 14 46.7 11 36.6 30 100.0
Nelayan Plus (n = 30) Orang % 0 1 3.3 29 96.7 30 100.0
X* 24.367'
Sumber : Hasil Questioner Desember 2001
Hasil p e n e l k menunjukan bahwa pendapatan rumah tangga nelayan murni antara Rp 300.000,- sampai dengan Rp 700.000,-, sedangkan nelayan plus antara Rp 550.000,- sarnpai dengan Rp 2.000.000,-. Hal ini didukung oleh hasil
perhitungan secara setatistik menilnjukan adanya perbedaan yang sangat nyata
(X2
=24.367), perbedaan sangat nyata disebabkan oleh aktifitas kegiatan yang beragam yang dilakukan oleh nelayan plus.
5.4. Indikator Yang Membedakan Tingkat Kesejahteraan Keluarga 5.4.1. Tingkat Pendapatan Rumah Tangga
Dari hasil survei dapat diketahui pendapatan per kapita keluarga Nelayan Plus lebih tinggi dibanding denga~iNelayan Muni. Pendapatan yang diperoleh dari aktivitas pariwisata antara lain berupa penyewaan perahu, penyewaan cottage,
restoran, jasa pijat, perdagangan. Hasil yang diperoleh dari usaha sambilan dengan adanya pengembangan pariwisata, memberikan manfaat yang cukup baik bagi nelayan seternpat, disamping memberikan tambahan penghasilan masyarakat juga meningkatkan pendapatan asli daerah. Kelompok nelayan murni dari 30 responden ternyata yang berpendapatan < Rp 450.000,-hulan sebanya 5 orang (16,6 %), erpendapatan Rp 450.000,- sampai dengan Rp 550.000,-hulan sebanyak 14 orang (46,6 %), dm berpendapatan lebih dari Rp 550.000,-hulan adalah sebanyak 11 orang (36,8 %). Sedangkan nelayan plus semua responden (30 orang) mempunyai pendapatan diatas Rp 550.000,-, jadi perbedaannya cukup mencolok, dan untuk lebi jelas dapat dilihat pada tabel 30.
Tabel 30. Tingkat Pendapatan Kelwuga Nehym Mnmi dan Nelaym Plus Wilayab Pantai CnritP
-
-
-
Timgkat Pendapatan Ksluarga Per Kapita Nslpyan Murni
Rupiah
Tingkat Pendapatan Keluargs Per Kapita Nelayan Flus
I 1 : Ijm j -
1
0 Tinggi(>ZOO.OOOr)
S d a n g (l+O.OOO 199.999.-)
-
Rcndah(r139.999r)
Rupiah
Gambar 4 Komposisi Tinglrat Pmdaptan Keluvga Per K n p h Nehyan Momi dm Ndayan Plus
Perbedaan pendapatan antara nelayan mumi dan nelayan plus antara lain disebabkan bahwa nelayan plus aktif dalam kegiatan industri parhvkata dhmping
aktif dalam kegiatan lain untuk mendapatkan tambab pendapatan, sedangkan
nelayan murni selain tidak ahif dalam kegiatan industri pariwisata juga kurang aktif dalam kegiatan lainnya. Dengan menggunakan uji Khi-Kuadrat (;c~), dapat diketahui hubungan antara tingkat pendapatan dengan aktivitas keluarga nelayan dalam kegiatan industri pariwisata. Hasil analisis statistik diperoleh nilai
X2
hitung sebesar 60 lebih besar
dibandingkan nilai Eabel (;c~= 60) pada oc = 5 %, yang berarti terdapat hubungan yang sangat nyata antara tingkat pendapatan dengan aktivitas keluarga nelayan dalam kegiatan industri pariwisata di Pantai Carita. Hal ini rnenunjukan bahwa aktivitas keluarga nelayan
dalam kegiatan
industri pariwisata di Pantai Carita dapat mempengaruhi tingkat pendapatan terutama tingkat pendapatan nelayan plus. Keeratan hubungan antara tingkat pendapatan dengan aktivitas keluarga nelayan dalam kegiatan industri pariwisata di Pantai Carita dapat dilihat dari nilai kontingensi ( C ) sebesar 0,70, nilai ini rnenunjukan adanya hubungan antara tingkat pendapatan dengan akitivitas keluarga nelayan plus dalam kegiatan industri pariwisata terhadap tingkat kesejahteraan erat. Eratnya hubungan ini menunjukan bahwa aktivitas keluarga nelayan plus dalarn kegiatan industri pariwisata merupakan
salah satu faktor utama yang dapat mempengaruhi tingkat pendapatan disamping ada faktor lain yang juga berpengaruh diluar usaha industri pariwisata.
5.4.2. Tingkat Pengeluaran Rumah Tangga
Untuk memenuhi kebutuhan hidup, setiap orang/rumah tangga harus mengeluarkan biaya dari pendapatannya. Secara umum pengeluaran rumah tangga dapat dibagi menjadi dua kelompok, yaitu pengeluaran untuk rnakanan dan bukan makanan. Perbandingan jumlah
pengeluaran antara kedua kelompok ini
menggambarkan suatu pola pengeluaran penduduk. Pada kelompok rnasyarakat ber penghasilan rendah, sebagian besar pendapatan digunakan untuk memenuhi kebutuhan kelompok makanan. Perubahan tingkat pendapatan rnasyarakat akan mengakibatkan pergeseran pola pengeluaran dari kelompok makanan ke bukan rnakanan. Hal ini karena kebutuhan terhadap makanan telah terpenuhi sehingga pengeluaran diiokuskan pada pemenuhan kebutuhan bukan rnakanan (Kantor Statistik Kabupaten Ciamis, 1997). Berdasarkan hasil penelitian dari kedua kelompok nelayan baik yang murni rnaupun yang plus maka &pat diketahui bahwa pengeluaran perkapita per bulan nelayan murni berkisar Rp 72.500,- sarnpai dengan Rp 132.500,-. Sedangkan pengeluaran perkapita nelayan plus berkisar Rp 114.000,- sampai dengan Rp 316.875,-hulan.
Dengan diketahui pengeluaran perkapitalbulan, maka anggota
keluarga tersebut dapat menggarnbarkan tingkat kesejateraannya. Tingkat pengeluaranikonsumsi nunah Tangga Nelayan Murni dan Nelayan Plus dapat dilihat pada tabel 3 1.
Tabel 31. Tingkat Pengeluaran/Konsumsi Rumah Tangga Nelayan Murni dan Nelayan Plus Wilayah Pantai Carita Tingkat Pengeluaran 1 Konsurnsi Per Kapita (Rp) Tinggi ( 2 126.132,- ) Sedang ( 96.000 - 126.131,- ) Rendah ( < 95.999,- )
No 1 2 3
Aktivitas Keluarga Nelayan Murni Nelayan Plus 2 28 21 2 7 0
Nilai 2
45,229 *
Tingkat Pengeluaran/Konsumsi Per Kapita Nelayan Murni 25 r
20
0,
15
0,
[
fy
10 5 0 >I26132 ( T i n g g i )
960000-12613 1
<95999 ( R e n d a h )
(Sedang)
Rupiah
Tingkat Pegeluaran/Konsumsi Per Kapita Nelay an Plus
0 >I26132 ( T i n g g i )
960000-126131
<95999 ( R e n d a h )
(Sedang)
Rupiah
Gambar 5. Komposisi Tingkat Pengeluaran Per Kapita Nelayan Murni dan Nelayan Plus Tabel 3 1 menunjukkan bahwa tingkat pengeluaran/konsumsi per kapita rurnah tangga nelayan murni yang paling rendah adalah 7 orang (23,3 %), tingkat pengeluaran tinggi sebanyak 2 orang (6,7 %) dm tingkat pengeluaran sedang sebanyak 21 orang (70 %). Tingkat pengeluaran pada Nelayan Plus adalah tinggi
sebanyak 28 orang (93,3 %), sedang sebanyak 2 orang (6,7 %), sedangkan tingkat pengeluaran rendah tidak ada. Menurut Sayogo (1977), salah satu indikator untuk mernperoleh gambaran mengenai tingkat kesejahtraan rumah tangga penentuan garis kerniskinan. Kriteria rurnah tangga rniskin untuk daerah pedesaan apabila pengeluaran perkapita per tahun setara dengan 360 kg beras. Harga beras dilokasi pada waktu Penelitian bulan Desember 2001 adalah Rp 3.200,- setiap kg. Dari hasil Uji Khi-Kuadrat (X2) antara tingkat pengeluaran keluarga nelayan dengan aktivitas dalam industri pariwisata di Pantai Carita diperoleh hubungan yang sinifikan dengan nilai h2 sebesar 45,229** lebih tinggi dibandingkan nilai h2 tabel (5,99) pada a = 5 %., dan tingkat keeratannya adalah kurang erat karena nilai C
adalah 0,65 dengan tingkat keeratannya adalah erat . Total pendapatan yang diterima oleh nunah tangga petdnelayan merupakan faktor pembatas dalam pernilihan jumlah tertentu pada konsumsi barang dan jasa,
agar mereka dapat menikrnati tingkat kepuasan maksirnum (Esmara, 1975). Komposisi pengeluaran penduduk Indonesia di pedesaan adalah 72,8 % pengeluaran untuk bahan rnakanan dan 27,2 % untuk pengeluaran bukan makanan
(BPS. 2000).
Dari hasil perhitungan Khi-Kuadrat diperoleh nilai
X2
sebesar 1,456
lebi
kecil dibandingkan nilai X2 tabel=5,99 pada taraf a = 5 %, ha1 ini menunjukan tidak ada perbedaan yang nyata antara tingkat pendidikan dengan aktivitas keluarga, dengan rnempunyai nilai C = 0,02, serta tingkat keeratannya sangat tidak erat.
5.4.4. Tingkrmt Kesehatan
Kualitas sumber daya manusia secara keseluruhan dapat dipandang dari aspek fisik dan non fisik yang keduanya saling berkaitan. Kualitas fisik penduduk clapat dilihat dari derajat kesehatan penduduk. Indikator utama yang biasa digunakan untuk melihat derajat kesehatan adalah angka kematian bayi dan angka harapan hidup. Selaii derajat kesehatan, aspek penting lam dari kualitas fisik penduduk adalah status kesehatan yang antara lain dapat diukur dari beberapa indikator seperti angka kesakitan dan status gizi ( BPS. 2000). Tingkat kesehatan masyarakat salah satu keberhasilan pembangunan dan merupakan salah satu indikator dari tingkat kesejahteraan rumah tangga. Kondisi rumah tangga yang sehat &an meningkatkan kinerja dalam memenuhi kebutuhan dan peningkatan pendapatan. Status kesehatan memberikan gambaran mengenai kondisi kesehatan penduduk pada waktu tertentu, d m merupakan salah satu fkktor penting yang dapat mempengaruhi tingkat produktivitas penduduk, oleh lcarenapekerja yang tidak mengalami gangguan kesehatan akan dapat bekerja lebih optimal. Tingkat kesehatan dalam penelitian ini dikelompokkan dalarn tiga kelompok, yaitu: sering sakit (buruk), jarang sakit (sedang), d m tidak pernah sakit (baik).
Tabel 33. Tingkat Kesehatan Masyarakat Nelayan Murni dan Nelayan Plus di Desa Teluk, Desa Carita, dan Desa Sukajadi Kecamatan Labuae
No 1 2 3
Tingkat Kesehatan Keluarga (%) Baik (< 25% Jurnlah anggota Keluarga sering sakit) Sedang (25%-50% Jurnlah Anggota keluarga sering sakit) Buruk (>SO % Jumlah anggota Keluarga sering sakit)
Aktifitas Keluarga Nelayan Nelayan Plus Murni 0 10 29
20
1
0
Nilai
x2 12.653*
Dari Tabel diatas ternyata keluarga nelayadresponden yang mempunyai Tingkat Kesehatan Keluarga Baik sebanyak 10 keluarga (16,7 %), Tingkat Kesehatan Sedang sebanyak 49 keluarga (8 1,6 %), sedangkan nelayan yang mempunyai Tingkat Kesehatan Rendah adalah 1 orang (1,7 %). Hasil analisis statistik Khi-Kuadrat diperoleh lebih besar dari nilai
x2 tabel
;C2
hitung sebesar 12,653 dan
sebesar 5,99 menunjukan hubungan yang nyata
(signflkan) antara tingkat kesehatan dengan aktivitas keluarga, tetapi mempunyai tingkat keeratan y m g kurang erat C = 0,41. Berdasarkan hasil penelitian dilapangan, bahwa pada umumnya masyarakat mempunyai kesadaran untuk memelihara liigkungan pemukimannya yakni saluran drainase, Mandi Cmi Kakus (MCK), dan pembuangan sampah yang ditata dengan baik serta adanya peran pemerintah dalam pelayanan posyandu dan tersedia fasilitas Puskesrnas Kesehatan yang aktif dalam melayani masyarakat.
5.4.5. Kondisi Rumah Tempat Tinggal
Rumah dikategorikan sebagai bagian dari kebutuhan dasar dalam kehidupan manusia selain sandang dan pangan. Pada saat ini rumah tidak hanya berfungsi sebagai ternpat berlindung tetapi hngsinya sebagai tempat tinggal lebih menonjol dan menjadi bagian dari gaya hidup dan status sirnbol dan juga menunjukan identitas pemiliknya (BPS. 2000). Secara umum, kualitas rurnah tinggal ditentukan oleh bahan bangunan yang digunakan, yang secara nyata mencerminkan tingkat kesejahteraan penghuninya. Karena itu aspek kesehatan dan kenyamanan dan bahkan estetika bagi sekelompok masyarakat tertentu sangat menentukan dalam pemilihan rumah tinggal dan ini berkait dengan tingkat kesejahteraan bagi penghuninya.
Selain kualitas rumah
tinggal, tingkat kesejahteraan dapat digambarkan dari fasilitas yang digunakan dalam kehidupan sehari-hari. Kualitas perumahan yang baik dan penggunaan fasilitas perurnahan yang memadai akan memberikan kenyamanan bagi penghuninya. Kondisi penunahan nelayan murni dan nelayan plus, menunjukkan adanya perbedaan, nampaknya nelayan plus kondisi perumahannya lebih baik dari nelayan
murni. Rincian kondisi perumahan nelayan tersebut antara lain : permanen 17 keluarga (28,3 %), semi perrnanen 33 keluarga (55 %), dm tidak permanen sebanyak 10 keluarga (16,7 %). Kondisi perumahan nelayan murni dan nelayan plus dapat dilihat pada tabel 34 pada halaman berikut.
Tabel 34. Kondisi Perumahan Nelayan Murni dan Nelayan Plus Wilayah Pantai Carita Kondisi Perumahan No Rumah Tangga 1 Permanen (Skor 15 - 19) 2 Semi Permanen (Skor 10 - 14) 3 Tidak Permanen (Skor 5 - 9)
Aktifitas Keluarga Nelayan Murni Nelayan Plus 0 17 27 6 3 7
Hasil analisis perhitungan statistik Khi-Kuadrat
Nilai 2
31.96*
sebesar 3 1.96 dan nilai X2
tabel sebesar 5,99 menunjukan ada hubungan yang nyata antara kondisi perumahan dengan aktivitas kelwga nelayan baik nelayan murni maupun nelayan plus di wilayah industri pariwisata Pantai Carita, dengan tingkat keeratannya adalah kurang erat dimana nilai C = 0,59 .
5.4.6. Fasilitas Perumahan
Kelengkapan fksilitas pokok suatu rumah akan menentukan nyarnan atau tidaknya suatu rumah tinggal, yang juga menentukan kualitas rumah tinggal. Fasilitas pokok yang penting agar suatu rumah menjadi nyaman dan sehat untuk ditinggali adalah tersedianya listrik, air bersih serta jamban dengan tangki septik (BPS. 2000). Fasilitas perumahan yang lengkap merupakan cerminan dari status sosial masyarakat nelayan disekitar pantai, yang dimaksud dengan fasilitas disini termasuk penyediaan air bersih, jaringan saluran pembuangan, karnar mandi, MCK, yang kesemuanya penting bagi pemeliharaan lingkungan perumahan.
Kritaria fasilitas perumahan dibagi menjadi beberapa kelompok antara lain fasilitas perumahan rumah tangga lengkap, semi lengkap, dan tidak lengkap. Pengertian perumahan dalam arti yang lebih luas meliputi rumah beserta fasilitasnya yang bersarna-sama merupakan suatu kesatuan lingkungan perumahan yang dapat meneeminkan tingkat kesehatan.
Tabel 35. FasiEtas Perurnahan Nelayan Murni dan Nelayan Plus
Dari Tabel 35 terdapat fasilitas perurnahan rurnah tangga lengkap sebanyak 11
rurnah (18,3 %), semi lengkap 25 nunah (41,7 %) dan tidak lengkap sebanyak 24 rumah (40 %). Hasil uji statistik khi kuadrat
X2
(P
=
0,05), menunjukkan bahwa
ada
hubungan yang nyata antara fasilitas perumahan dengan aktivitas industri pariwisata di wilayah Pantai Carita, dengan nilai keeratan C = 0,61 (erat)
5.4.7. Tingkat Kesejahteraan di Pantai Carita
Tingkat kesejahteraan rumah tangga secara nyata dapat diukur dari tingkat pendapatan yang dibandingkan dengan kebutuhan minimum untuk hidup layak. Taraf kesejahteraan rurnah tangga secara umum dilakukan dengan menggunakan data pengeluaran, oleh karena data tentang pendapatan rurnah tangga tidak dapat 84
diperoleh. Selain indikator pengeluaran per kapita sebulan, besarnya konsumsi energi dan protein per kapita per hari yang dikaitkan dengan kebutuhan tubuh manusia sehari untuk dapat melaksanakan berbagai kegiatan sehari-hari dapat menunjukan seberapa jauh taraf kesejahteraan dapat tercapai. Perubahan tingkat kesejahteraan juga dilakukan dengan melihat pola pengeluaran rumah tangga yang dilihat berdasarkan pengeluaran rumah tangga merupakan indikator untuk rnengukw tingkat kesejahteraan penduduk, dan perubahan komposisinya sebagai petunjuk perubahan tingkat kesejahteraan (BPS, 2000). Pembangunan yang dilaksanakan di pesisir Pantai Carita adalah bertujuan meningkatkan taraf hidup serta mewujudkan kesejahteraan masyarakat kearah yang lebih baik dan lebih merata. Faktor yang mempengaruhi kesejahteraan dapat berasal dari internal yakni sistem sosial yang mengandung gejala ketirnpangan struktural dalam masyarakat yang kurang memiliki akses terhadap peluang-peluang sosial ekonomi. Sedangkan faktor eksternal antara lain terrnasuk intervensi program penierintah yang oleh sebagian masyarakat sangat ketergantungan dalarn memenuhi sosial ekonorninya. Tingkat kesejahteraan keluarga nelayan murni dan plus berdasarkan penjumlahan skor dan indikatornya. Distribusi tingkat tingkat kesejahteraan keluarga nelayan murni dan nelayan plus dapat dilihat pada tabel 36.
Tabel 36. Distribusi Tingkat Kesejahteraan Keluarga Nelayan Murni dan Nelayan PlusWilayah Pantai Carita
Distribusi T i n g k a t K e s e j a h t e r a a n Nelayan M u r n i 100%
8
dC
80% 60% 40%
Q)
a
20% 0% Rendah
Sedang
Tinggi
Tingkat K e s e j a h t e r a a n
Distribus i T i n g k a t K e s e j a h t e r a a n Nelayan Plus 100%
8
dC
80% 60% 40%
a
20% 0% Rendah
Sedang
Tinggi
Tingkat K e s e j a h t e r a a n
Gambar 6. Komposisi Distribusi Tingkat Kesejahteraan Nelayan murni dan Nelayan Plus
Tabel 36 menunjukan distribusi tingkat kesejahteraan nelayan/responden yang paling banyak adalah distribusi tingkat kesejahteraan sedang sebanyak 32 keluarga (53,3 %), tingkat kesejahteraan tinggi sebanyak 27 keluarga (45 %), clan tingkat kesejahteraan rendah sebanyak 1 keluarga (1,7 %)
Tabel 37. Tingkat Kesejahteraan Rumah Tangga Nelayan Murni dan Nelayan Plus
Tingkat Kesejahteraan Rumah Tangga Nelayan Murni
Rendah
Sedang
Tinggi
Tingkat Kesejahteraan
Tingkat Kesejahtsraan Rumah Tangga Nelayan Plus
30 e 25 6r 20
;: 5 0
Rendah
Sedang
Tinggi
Tingkat Kesejahtsraan
Gambar 7. Komposisi Tingkat Kesejahteraan Rumah Tangga Nelayan Murni dan Nelayan Plus Uji khi-kwadrat (P < 0,05) menunjukkan bahwa ada hubungan nyata antara I
aktivitas keluarga dengan tingkat kesejahteraan rurnah tangga, dengan tingkat keeratan sebesar C
=
0,61 (erat). Tingkat kesejahteraan rumah tangga secara nyata
dapat diukur dari tingkat pendapatan yang dibandingkan dengan kebutuhan minimum
untuk hidup layak. Deterrninan utama dari tingkat kesejahteraan ekonorni penduduk adalah daya beli, sehingga apabila daya beli menurun maka dampaknya pada menurunnya kernarnpuan untuk memenuhi pelbagai kebutuhan hidup sehingga tingkat kesejahteraan menurun (BPS. 2000). Pada umurnnya nelayan/responden di wilayah Pantai Carita sebanyak 27 keluarga (45 %) mernpuilyai tingkat kesejateraan yang tinggi terutama pada nelayai~ plus. Kegiatan nelayan plus di wilayah Pantai carita, selain sebagai nelayan juga melakukan kegiatan lain untuk mendapatkan tambahan pendapatan seperti menyewakan perahu, menjual souvenir, mengojeg, dan berdagang . Berdasarkan seluruh hasil dan pembahasan diketahui ada 7 unsur pembeda nelayan murni dan nelayan plus, lebih jauh ha1 ini dapat dilihat pada tabel 38 . Tabel 38. Unsur-unsur Pembeda antara Nelayan Murni dan Nelayan Plus
Berdasarkan Tabel 38 terlihat bahwa dari ketujuh unsur tadi nelayan plus lebih unggul dari pada nelayan murni. Berdasarkan ha1 ini dapat dikatakan bahwa industri pariwisata di Pantai Carita memberikan peningkatan kesejahteraan bagi para nelayan yang mernanfaatkan kegiatan tersebut, yaitu kelompok nelayan plus.
5.5. Hubungan Pendapatan dan Tingkat Kesejahteraan dengan Faktor-faktor yang mengubahnya 5.5.1. Faktor yang mempengaruhi Pendapatan Keluarga
Persarnaan Regresi : Y1 = ao+ alxl + a2x2 + a3x3+ a4x4 + asDl Dari hail perhitungan analisis regresi diperoleh persamaan sebagai berikut : PDPT. KK = 3537 12 + 293 1 UMUR - 22877 PENDDK + 13798 AK - 42 1 %SD + 257626 Dl
Dilihat dari tabel sidik ragarnnya diketahui bahwa peubah yang berbeda nyata hanyalah Dl, yaitu jenis nelayan. Koefisien regresi untuk Dl seperti terlihat dalam persamaan di atas bernilai positif (257626), artinya pendapatan KK nelayan plus lebih tinggi dari pada nelayan murni (lihat untuk nelayan plus D1=l dm untuk nelayan murni D 1=0). Sedangkan peubah umur, pendidikan, banyaknya anggota keluarga dan persentase keluarga yang lulus SD tidak menunjukkan pengaruh terhadap pendapatan KK.
Ini menunjukkan bahwa pekerjaan yang mendatangkan pendapatan tidak
memerlukan keahlian khusus.
5.5.2. Faktor yang mempengaruhi Pendapatan Keluarga per kapita
Hasil perhibngan analisis regresi, di peroleh persarnaan sebagai berikut :
PDPT.KPT = 158036 + 1063 UMUR - 501 PENDDK - 17878 AK - 32 Oh SD + 109703 Dl Tabel analisis r q a m menunjukkan bahwa yang berbeda nyata pada taraf nyata 0,05 adalah banyaknya anggota keluarga dan jenis nelayan. Koefisien Dl positif menunjukkan bahwa keluarga nelayan plus memiliki pendapatan perkapita yang lebih besar. Sedangkan koefisien AK negatif, artinya semakin banyak anggota keluarga maka peadapatan per kapita semakin menurun. Hal ini dapat di mengerti karena pendapatan per kapita per bulan merupakan total pendapatan keluarga dibagi banyaknya anggota keluarga. 5.5.3. Faktor yang mempengaruhi Tingkat Kesehatan
Persamaan regresi :
Dari hasil perhitungan anlisis regresi, dengan melibatkan Pendapatan Kepala Keluarga diperokeh persarnaan sebagai berikut : TKT. KES. = 61.5 -0.000003 PDPT. KK - 1.79 PENDDK - 1.08 AK - 0.0340 % SD -12.7D1+
1.55D2-3.49D3+4.27D4+1.18D5
Dalarn tabel sidik ragam terlihat bahwa yang mempengaruhi tingkat kesehatan adalah pendidikan dm jenis nelayan.
Koefisien pendidikan bertanda negatif
menunjukkan bahwa semakin tinggi pendidikan maka semakin berkurang keluarga
yang &it.
Nampaknya ha1 ini disebabkan karena lebih tingginya pemaharnan
mereka tentang kesehatm.
Begitu pula jenis nelayan (Dl) koefisiennya negatif
berarti nelayan plus merniliki jurnlah keluarga yang sakit per bulan iebih sedikit daripada nelayan murni. Hal yang sama juga terjadi sekalipun yang dilibatkan adalah pendapatan per kapita. Persamaan regresi tingkat kesehatan yang melibatkan pendapatan per kapita adalah. TKT. KES. = 64.8 -0.000026 PDPT.KPT - 1.73 PENDDK - 1.57 AK - 0.0339 % SD - 10.5 Dl
+ 1.51 D2 - 3.04 D3 + 4.25 D4 + 1.44 D5
Analisis ragamnya menunjukkan bahwa pendapatan baik per kapita ataupun pendapatan keluaraga tidak memberikan pengaruh berarti.
5.6. Pengaruh Industri Pariwisata Pesisir Terhadap Masyarakat lokal dan Wilayah. Pariwisata sebagai industri telah memberikan pendapatan nasional dan juga dapat di rasakan oleh orang perorangan dalam mendapatkan lapangan kerja baru, meningkatkan pendapatan keluarga, meningkatkan pendapatan rumah tangga per kapita per bulan, clan meningkatkan kesejahteraan keluarga. Dengan adanya industri pariwisata, maka pengangguran dapat dikurangi dan tidak sedikit masyarakat setempat lulusan SLTP dan SLA yang bekerja menjadi pemandu wisata (guide)dari sebuah travel biro diwilayah Pantai Carita dengan penghasilan berkisar Rp 300,000,- sampai dengan Rp 600.000,-hulan.
Disamping masyarakat setempat lulusan SLTP dan SLTA yang telah menetap menjadi pemandu wisata tersebut, juga dimanfaatkan oleh para mahasiswa masyarakat kecamatan Labuan yang memanfaatkan liburannya dengan cara menjadi pemandu wisatawan yang sifatnya hanya sementara. Sebenarnya akibat langsung industri pariwisata dalam kesempatan kerja lebih banyak dirasakan di negara-negara berkembang daripada dinegara-negara yang sudah maju industrinya, alasannya karena dinegara-negara berkembang lebih banyak terjadi pengangguran sebagai akibat belum banyak industri didirikan untuk menciptakan kesempatan kerja dikawasan tersebut (Oka, 1997). Dengan adanya faktor pendukunglpenunjang Pariwisata seperti Hotel, Biro Perjalanan, Restoran, Toko Souvenir, Bank, Kearnanan dan transportasi, adaiah merupakan penambahan lapangan kerja bagi masyarakat seternpat yang dapat menghidupi keluarganya. Dari hasil temuan di lapangan, maka terdapat tidak sedikit masyarakat lokal baik wanita maupun pria yang menjadi jasa pijat bagi wisatawan serta mendapatkan tambahan pendapatan untuk menghidupi keluarganya. Dengan adanya industri pariwisata Pantai Carita, maka beberapa masyarakat memanfaatkan usahanya dibidang penyewaan losmen yang semula berasal dari
rurnah-rumah penduduk. Dengan bantuan kredit ivestasi kecil dari Bank Pembangunan Daerah maka dapat menambah kamarnya untuk dipergunakan losmen lengkap dengan barnya. Homestay atau losmen tersebut,
sangat laku sehingga
seringkali dia terpaksa menolak tamunya karena tidak bisa menampung wisatawan tersebut.
Untuk menganalisa pengaruh yang timbul akibat kegiatan industri pariwisata digunakan analisa SWOT yaitu analisa kualitatif yang dapat digunakan untuk mengidentifikasi berbagai faktor secara sistimatis untuk memforrnulasikan strategi suatu kegiatan yaitu dengan melihat faktor kombinasi eksternal dan internal. Lingkungan eksternal adalah peluang dan ancaman (Opportunities dan Threats), sedangkan lingkungan internal kekuatan dan kelemahan (Strengths dan Weaknesses). Kedua faktor tersebut memberikan pengaruh positif yang berasal dari
peluang dan kekuatan, sedangkan pengaruh negatif berasal dari ancaman dan kelemahan. Pengaruh kegiatan industri pariwisata terhadap masyarakat lokal dan wilayah dibahas pada tabel rnatrik SWOT .
.
Tabel 39 Pengaruh Kegiatan Industri Pariwisata Terhadap Masyarakat Lokal Faktor Strategi Eksternal
Bobot
Rating
Skor
Peluang : Kesempatan Kerja Ekspor Produksi Deversifikasi Usaha Kesempatan Berusaha Memeperkenalkan Budaya
0,20 0,lO 0,15 0,15 0,lO
4 2 3 3 4
0,80 0,20 0,45 0,45 0,40
Karyawan Nelayan Aneka Usaha Masyarakat Kesenian
Ancaman : Turnpang Tindih Lahan Pergeseran Nilai Budaya Kerusakan Sumberdaya Lirnbah
0,lO 0,05 0,05 0,05
1 2 3 4
0,lO 0,10 0,15 0,20
Konflik Pengaruh Wisatawan Domestik
TOTAL
1,OO
2,85
Komentar
F'aktor Strategi Internal
Bobot
Rating
Skor
Komentar
Kekuatan : Potensi Biofisik Potensi Tenaga Kerja Dukungan Masyarakat Potensi Sosbud
0,20 0,20 0,20 0,lO
3
2 2
0,60 0,60 0,40 0,20
Sumberdaya Angkatan Kerja Kesenian
Kelemahan : Keterampilan Rendah Pendidikan Rendah
0,15 0,15
2 3
0,30 0,60
Keahklian Pola Pikir
TOTAL
1,00
3
2,70
Tabel 40. Bengaruh Kegiatan Industri Pariwisata Terhadap Wilayah Faktor Strategi Eksternal Peluang : Terbukanya Lapangan Kerja Meningkatnya PAD dan Devisa Membuka Keterisolasian Keseimbangan Pembangunan Penyebaran Penduduk Meningkatkan Kerjassama Pengelola Pesisir
Bobot Rating
Skor
Komentar
0,15 0,20 0,15 0, 0,lO
3 4 2 3 3
0,45 0,80 0,30 0,45 0,30
Karyawan Distribusi Karyawan Pemerataan Pernilayahan
0,lO
3
0,30
Terpadu
Ancaman : Tumpang Tindih Pemanfaatan Rwg Pencemaran Kawasan
0,10 0,05
1 2
0,lO 0,10
Konflik Lingkungan
TOTAL
1,00
2,80
FaMor Strategi Internal
Bobot Rating
Skor
Komentar
Kekuatan : Potensil3eraga.m Fasilitas Sarana dan Prasarana Dukungan Pemerintah Kearnanan
0,15 0,15 0,20 0,15
3 3 4 3
0,45 0,45 0,80 0,45
Sumberdaya Transportasi Kemudahan Gangguan
0,05
2
0,10
Alokasi ruang
0,05 0,lO 0,15
2 2 2
0,10 0,20 0,30
Kegiatan Fisik Daya Dukung Waktu
Kelemahan : Luas Terbatas Terganggunya Kehidupan Fauna Informasi Masih Terbatas JarakLokasi TOTAL
1,00
2,85
Pengaruh kegiatan industri pariwisata terhadap masyarakat lokal Pengaruh kegiatan industri pariwisata terhadap rnasyarakat lokal berdasarkan matrik Tabel 39 dapat disimpulkan pengaruh positif atau manfaat terhadap masyarakat lokal lebih besar bila dibandingkan dengan faktor negatif. Perbandingan nilai eksternal dan internal adalah 2,85 dan 2,70. Hal ini menunjukan faktor strategi eksternal peluang dan ancarnan
kegiatan industri
pariwisata menunjukan pengaruh yang besar terhadap masyarakat iokal dibandingkan dengan faktor sttategi internal kekuatan dan kelemahan.
Pengaruh kegiatan industri pariwisata terhadap wilayah Pengaruh kegiatan industri pariwisata terhadap wilayah berdasarkan matrik Tabel 40 dapat disimpulkan bahwa pengaruh manhat secara kualitatif dari kegiatan
industri pariwisata terhadap wilayah menunjukan lebih besar dibandingkan deilgan pengaruh negatif Perbandingan fhktor eksternal dan pengaruh faktor internal mempunyai perbandingan 2,80 dan 2,85. Hal ini menunjukan bahwa War strategi eksternal dan internal hampir mendekati nilai yang sama, ini artinya kegiatann-kegiatan War eksternal dan internal hampir sama. Dari hail rnatrik SWOT kemudian dilanjutkan dengan menyususn strategi. dan teknik untuk menentukan strategi. Menurut Rangkuti (2000), bahwa teknik untuk menentukan strategi adalah melalui strategi silang dari keempat &or tersebut, yaitu sebagai berikut :(a) Startegi SO, yaitu dengan memanfaatkan seluruh kekuatan untuk merebut dan memanfaatkan peluang sebesar-besarnya, (b) Strategi ST, adalah strategi dalam menggunakan kekuatan yang dimiliki untuk mengatasi ancaman, (c) Strategi WO, strategi ini di terapkan berdasarkan pemanfaatan peluang yang ada dengan cara meminimalkan kelemahan yang ada, dan (d) Strategi WT, strategi ini didasarkan pada kegiatan yang bersifat defensif dan berusaha meminimalkan kelemahan yang ada serta menghindari ancaman. Berdasarkan uraian diatas, maka teknik menentukan strategi penanggulangan kajian pengaruh kegiatan pariwisata di Pantai Carita baik terhadap rnasyarakat lokal maupun masyarah wilayah dijabarkan pada tabel 41.
Tabel 41. Matrik SWOT Formulasi Strategi Kajian Xndustri Pariwisata Terhadap Masyarakat Lokal.
rn
KEKUATAN (STRENGTHS)(S) Potensi Biofisik Potensi Tenaga Kerja
rn
DUkmganMasyarakat Potensi &bud
INTERNAL rn
EKSTERNAL
STRQTEGI SO Pemanfaatan Tenaga Kerja Iakal A4embe1-iPeluang Kaja (Pemandu, Souvenir)
PELUANG JOPPORTUMES) ( 0 ) Kesempatan Ktaja Ekspor Produksi Devasivikasi Usaha Memperkenalkan Budaya ANCAMAN JTREATHS) 4°F) Tumpang Tindih Lahan Pergeseran Nilai Budaya Kerusakan Sumbadaya Limbah
rn
STRQTEGI ST Kegiatan Keagamaan
rn
Lmgkungan Usaha Nelayan
KELEMAHAN (WEAKNESSES)W) Keterarnpilan Rendah Pendidikan Rendah
STRATEGI WO Peningkatan kualitas SDM: Peningkatan Prasarana rn Beasiswafpelatihan Studi Banding
STRQTECI WT Pembinaan masyarakat desa: rn Diversifikasi Usaha Nilai Budaya rn Nilai Sumberdaya
Tabel 42. Matrik SWOT Fomulasi Strategi Kajian Industri Pariwisata Terhadap Wilayah.
NTERNAL
EKSTERNAL PELUANG OppORTUNIES) (0)
'
~erbentuknya~ a p a n g m Kerja MeningkatkanPAD dan Devisa Membuka Keterisolasian Keseimbangan Pembangunan Penyebaran Penduduk Meningkatkan Kerjasama Pengelola Pesisir
ANCAMAN flREATHS1 T]r) Tumpang Tindih Pernanfaatan Ruang Pencemaran Kawasan
KEKUATAN JSTRENGTH§)(S)
KELEMAHAN (WEAKNESSESMW)
Potensi Beragam Fasilitas Sarana dan Prasarana Dukungan Pemerintah Kearnanan
Luas Terbatas Terganggmya Kehidupan Fauna Inforrnasi Masii Terbatas Jarak Lokasi
0
STRA IEGI SO
STR41;EGI WO
Koordinasi terpadu antm ekfor Pemerintah myarakat Pengusaha
Efisiensi Pemanfaatan b i z Memberi Batas Kamasan Pariwisata Penyediaan Sarana dan Prasarana
STRATEGIST Pemanfaatan RUTR
STR4IEGI WT Penegakan Hukum Sarana Publikasi Ditingkatkan
Kegiatan industri pariwisata pesisir di Pantai Carita mempuyai hubungan interaksi terhadap beberapa kegiatan masyarakat setempat dan lingkungan, antara lain yaitu : 1. Interaksi kegiatan industri pariwisata pesisir dan perikanan budidaya serta
perikanan tangkap saling mendukung, karena hasil budidaya dan perikanan tangkap dapat di jual ke wisatawan.
2. Industri pariwisata pesisir dan kawasan konservasi saling mendukung, d i i a
Perhutani dengan kawasan wisata alarnnya dapat dijadikan obyek wisata. 3. Industri pariwisata pesisir dan sarana transportasi saling mendukung, dirnana
kegiatan pariwisata memerlukan sarana transportasi (perahu tempel, perahu fiber glas, sepeda motor laut, dan angkutan jalan raya). 4. Industri pariwisata dan pemukirnan adalah hubungan konflik, ditnana kegiatan
pariwisata pesisir tidak bisa disatukan dengan pemukiman penduduk karena wisatawan umumnya tidak ingin diganggu oleh hilir mud& masyarakat. 5. Pariwisata dan HoteVCottagelPenginapan adalah hubungan saling mendukung,
dirnana penginapan dibutuhkan oleh wisatawan, serta memberikan kontribusi penambahan pendapatan rnasyarakat (termasuk restoran makanan dan minuman, serta souvenir). 6 . Pariwisata dengan seni dan budaya adalah saling mendukung, dimana wisatawan
ingin mengetahui kesenian dan budaya daerah setempat sebagai hiburan, dan masyarakat seni dan budaya mendapatkan kontribusi penambahan pendapatan. Tentu saja pengaruh industri pariwisata akan banyak sekali dan tidak mungkin diperinci satu persatu. Menurut Salmun (1989), walaupun pengaruh industri pariwisata dapat menaikkan pendapatan per kapita penduduk suatu negara, dapat menaikan pendapatan nasional sesuatu negara, efek negatif dari industri pariwisata itu sendiri, kiranya tidak sedikit. Kriminalitas kejahatan dan narkotika tidak bisa dilepaskan dari pengaruh pesatnya industri pariwisata itu sendiri.
Kemajuan industri pariwisata
telah mengakibatkan meningkatnya kecurigaan atau kecemburuan para suarni ketika 99
istrinya krangkat bekerja ke hotel-hotel dengan dandanan lebih menyolok. Para istri yang bekerja di Hotel dan Restoran itu mempunyai gajVpenghasilan lebih besar dari penghasilan suarninya. Perubahan tingkah laku para istri yang bekerja sebagai receptionist, room-girl, waitress, bar-girl dan cleaning service dapat menirnbulkan perbedaan menyolok dalarn ha1 pendapatannya. Akibat adanya perbedaan penghasilan antara suami dan istri tersebut, telah ~nengakibatkanpercekcokan, pertengkaran, rasa cemburu sehingga tidak sedikit mereka terjadi perceraian. Dari data kantor BKKBN Kecamatan Labuan, bahwa ada perubahan status perkawinan di desa Teluk, Carita, clan Sukajadi dari tahun 1995 - 2000. Tabel jumlah kepala keluarga menunit status perkawinan dilokasi penelitian dapat dilihat pada Tabel 43. Tabel 43. Jumlah Kepala Keluarga Menurut Status Perkawinan DesaTeluh, Carita dan Sukajadi Tahun 1995 - 2000
NO
TAHUN 1995
TAHUN 2000
Kawin Duda Janda Jumlah
Kawin Duda Janda Jumlah
DESA
1.
Teluh
1.700
10
107
1.817
1750
22
137
1.909
2.
Carita
750
3
30
783
814
10
49
873
3.
Sukajadi
600
2
40
642
662
10
57
729
Sumber : Kantor BKKBN Kecamatan Labuan, Tahun 2000
Dari Tabel 43, terlihat peningkatan status perkawinan dari tahun 1995 ke tahun 2000 : (1) Desa Teluk jumlah kawin, duda dan janda sebesar 4.8 %, (2) Desa 100
Carita persentase kenaikannya adalahan 10,4 %, (3) Desa Sukajadi persentase kenaikan status perkawinan adalah 11,9 %.
Diduga kenaikan persentase status
perkawinan tersebut antara lain ; faktor usia kawin, faktor ekonomi, faktor kecemburuan, dan faktor kernatian. Menurut Dr Frances Cottington, seorang psychiartrist, kemajuan industri pariwisata di Hawai telah mengakibatkan meningkatnya angka perceraian diantara penduduk setempat (Salmun, 1989).