J. Sains Tek., Desember 2006, Vol. 12, No. 3 , Hal.: 192 - 198 ISSN 0853-733X
DAYA ADSORPSI POLIETILEN FILM TERGRAFTING DENGAN ASAM METAKRILAT TERHADAP ION LOGAM Irwan Ginting Suka dan Wasinton Simanjuntak Jurusan Kimia FMIPA Universitas Lampung Jl. S. Brojonegoro No.1 Bandar Lampung 35145 Email:
[email protected] Diterima 10 April 2006, perbaikan 7 Pebruari 2007, disetujui untuk diterbitkan 9 Pebruari 2007
ABSTRACT Linear low-density polyethylene (LLDPE) film grafted with methacrylic acid (MAA) was prepared by the photografting technique, with Xanthone as a photoinitiator. The percentage of grafting increased with the using of mixed solvents and the reaction time. Characterizations by microscopic attenuated total reflection IR spectroscopy and scanning electron microscopy showed that, the grafted polymers prepared in water and mixed solvent, were located on both the outer surface and inside of the PE films, respectively. The grafted films had an excellent ability to adsorb cupric ion. The pH of the metal solution had a significant influence on the adsorption ability of the grafted films. The ability to adsorb cupric ion increased with an increase in the degree of grafting in the membranes. The different extents of the ability to adsorb cupric ion of the resulting grafted PE films were discussed in terms of location of grafted chains in the film substrate. Keywords: Photografting, polyethylene film, methacrylic acid, absorption of cupric ion, graft copolymers
1. PENDAHULUAN Pemanfaatan membran polimer sintetis dalam aplikasinya sebagai penukar ion menunjukkan peningkatan yang pesat dalam berbagai proses pemisahan1,2). Kemampuan membran polimer sintetis tersebut, tidak hanya terletak pada kesesuaian pemilihan bahan membran, tetapi juga dipengaruhi oleh sifat-sifat dan struktur fisik membran. Sifat-sifat dan struktur fisik dari suatu membran polimer sintetis mempunyai kaitan langsung dengan prosedur pembuatan membran, dan beberapa teknik pembuatan membran telah berkembang dan dikenalkan dalam dunia industri3). Salah satu metode yang diketahui efisien untuk memodifikasi polimer agar memiliki sifat-sifat yang diinginkan adalah metode grafting (penempelan/pencangkukan)4-6). Kelebihan metode grafting ini adalah polimer dapat difungsionalisasi berdasarkan sifat yang dimiliki oleh monomer yang terikat secara kovalen ke polimer substrat tanpa mempengaruhi struktur tulang polimer induk tersebut. Grafting dengan bantuan sinar UV (λ > 300 nm) yang lebih umum dikenal dengan istilah fotografting, telah diketahui merupakan suatu metode yang effektif untuk fungsionalisasi berbagai polimer material. Berbagai gugus fungsi (fungsionalisasi) dapat dimasukkan ke dalam suatu polimer dengan metode fotografting dengan memilih jenis atau sifat yang dimiliki oleh Salah satu monomer yang akan digrafting7,8).
192
diantaranya adalah grafting gugus kationik reaktif untuk menghasilkan adsorben logam. Adsorpsi ion logam berat secara umum dapat dibagi menjadi dua yakni adsorpsi bersaing (competitive adsorption) dan adsorpsi tunggal (noncompetitive or single adsorption). Dalam adsorpsi bersaing, bergantung pada affinitas ion-ion logam terhadap gugus fungsi adsorben, ion-ion logam diadsorpsi oleh adsorben secara bersamaan dari dalam larutan yang mengandung berbagai jenis ion logam. Sedangkan adsorpsi tunggal menggambarkan sifat adsorpsi suatu ion logam dari dalam larutan yang mengandung satu ion logam saja. Jumlah ion logam yang dapat diadsorpsi oleh adsorben dengan adsorpsi tunggal sekitar dua kali lipat dibandingkan dengan adsorpsi bersaing9). Tujuan penelitian ini adalah pembuatan adsorben ion logam dengan bahan polietilen film yang difotografting dengan asam metakrilat (MAA). Struktur molekul dari asam metakrilat diperlihatkan pada Gambar 1.
Gambar 1. Struktur molekul (a) poli asam metakrilat (b) Xanthone.
2006 FMIPA Universitas Lampung
J. Sains Tek., Desember 2006, Vol. 12, No. 3
Gugus karboksil dari MAA ini diharapkan akan memberikan sifat adsorben ion logam10). Poli MAA dilaporkan dapat membentuk kompleks dengan ion tembaga11,12). Dengan memasukkan sifat adsorben ion logam dari poli MAA tersebut ke dalam suatu polimer komersial seperti film polietilen (PE), diharapkan akan dihasilkan suatu film PE yang dapat digunakan sebagai adsorben ion logam. Penelitian ini menguraikan prosedur untuk menghasilkan film PE dan aplikasinya sebagai adsorben ion logam. Daya absorpsi dari film PE tergrafting MAA terhadap ion logam diuji dengan menggunakan larutan ion Cu2+. Dijelaskan pula hubungan antara daya adsorpsi ion logam dari film PE tergrafting MAA dengan distribusi rantai graft MAA pada film PE tersebut. Distribusi rantai grafting MAA pada film PE dikontrol dengan penggunaan campuran pelarut organik dengan air. Morfologi dan distribusi rantai graft MAA diperiksa dengan menggunakan ATR-IR (Attenuated Total Reflection Infrared) dan SEM (Scanning Electron Microscopy).
fotoinisiator xanthone terhadap sinar ultraviolet adalah maksimum pada 250 – 350 nm, sehingga fotoinisiator dapat mengabsorbsi cahaya dengan efisien dalam sistem polimerisasi yang digunakan Setelah reaksi graft polimerisasi di atas, film PE lalu diambil dari tabung polimerisasi kemudian direfluks dengan air selama 24 jam pada suhu 80°C kemudian dilanjutkan dengan aseton pada 60°C selama 2 jam, lalu dikeringkan. Persen grafting dan homopolimer ditentukan berdasarkan perbandingan berat rantai grafting MAA pada film PE dan berat homopolimer dengan berat awal PE film sebelum digrafting:
2. METODE PENELITIAN 2.1. Fotografting Polietilen (PE) film yang digunakan adalah PE komersial dengan kerapatan rendah (LLDPE) dengan ketebalan 30 µm dan ukuran 3 x 10 cm. PE film tersebut direfluks dengan aseton selama 24 jam pada suhu 60°C lalu dikeringkan. PE film dicelupkan dalam larutan fotoinisiator, yang terdiri dari xanthone (XT) (0,1 % berat) yang dilarutkan bersama-sama dengan polivinil asetat (BM = 100) dalam aseton. Setelah dicelup lebih kurang sepuluh detik, film lalu diangkat dari larutan dan dikeringkan untuk menghasilkan PE film yang telah dilapisi dengan fotoinisiator. Jumlah xanthone pada permukaan fim PE terlalu kecil/sedikit untuk diidentifikasi dengan metode gravimetri, namun dapat teridentifikasi dengan menggunakan spektrofotometri inframerah (ATR-IR) dengan munculnya pita serapan cincin aromatis pada daerah 1600 – 1700 cm-1. Film PE yang telah dilapisi dengan fotoinisiator tersebut lalu dimasukkan dalam tabung polimerisasi bersamasama dengan pelarut air atau campuran air dengan pelarut organik, dan MAA monomer (0,39 M). Tabung polimerisasi divakumkan dan dialiri gas nitrogen lalu ditutup dengan rapat. Tabung polimerisasi lalu disinari dengan lampu ultra violet (UV) dengan panjang gelombang > 300 nm (high-pressure mercury lamp (400 W) pada suhu 60°C dengan menggunakan Riko Rotary Photochemical Reactor (RH400-10W, Riko Kagaku Sangyo Co., Ltd, Chiba, Japan). Pyrex glass yang digunakan sebagai tabung polimerisasi dalam penelitian ini, meneruskan cahaya pada λ> 290 nm. Absorbsi
2006 FMIPA Universitas Lampung
2.2. Pengukuran ATR-IR Permukaan PE film yang telah digrafting dengan MAA diperiksa dengan suatu automatic infrared microscope (AIM-800, FTIR-8700) from Shimadzu Co., Ltd. (Kyoto, Japan). Rantai graft MAA pada permukaan PE film dinyatakan dari pita serapan gugus karbonil (stretching) dari asam metakrilat pada 1728 cm-1. 2.3. Pengukuran SEM Gugus karboksil pada rantai graft MAA diubah menjadi garam kalium dengan mencelupkan polietilen film yang telah digrafting dengan MAA ke dalam larutan 1 persen berat KOH pada 25°C selama 24 jam, lalu dicuci dengan air sampai tidak ada KOH terkandung dalam larutan hasil cucian. Profil distribusi atom kalium dalam sayatan melintang (cross-section) PE film yang telah digrafting dengan MAA diukur dengan SEM (JSM5600LV, JED-2200), JEOL Co., Ltd. Tokyo, Japan. 2.4. Pengukuran Kemampuan Absorpsi ion Cu2+ Film PE yang telah tergrafting dengan MAA dengan berat tertentu dicelupkan ke dalam 40 ml larutan buffer yang mengandung ion logam Cu2+ sebanyak 0,0179 mol/l. Reaksi adsorpsi ion Cu2+ oleh film PE tergrafting MAA dilakukan pada 25°C selama 24 jam. Setelah reaksi, film PE tergrafting MAA diangkat dari larutan dan konsentrasi ion Cu2+ dalam larutan dihitung kembali dengan metode titrasi kelat18), dengan menggunakan larutan standar EDTA dan indikator (2-piridilazo)-2naphthol.
193
Irwan Ginting Suka dan Wasinton Simanjuntak…Daya Adsorpsi Polietilen Film
3. HASIL DAN PEMBAHASAN 3.1. Sifat Fotografting Untuk menghasilkan film PE yang dapat digunakan sebagai adsorben ion logam, asam metakrilat (MAA) digrafting ke film PE dengan bantuan sinar UV. Pemicu (inisiator) yang digunakan adalah Xanthone, yang dilekatkan terlebih dahulu pada permukaan film PE dengan bantuan poli vinil asetat (PVAc). Untuk mengetahui pengaruh PVAc terhadap inisiasi reaksi grafting, dilakukan grafting MAA dengan dan tanpa menggunakan PVAc, hasilnya diperlihatkan pada Tabel 1. Dari Tabel 1 terlihat bahwa ekstraksi dengan metanol tidak menghasilkan pengaruh signifikan terhadap persen grafting. Hal ini membuktikan bahwa rantai grafting MAA tergrafting (tercangkuk) langsung ke substrat PE film dan bukan ke PVAc. Karena itu disimpulkan bahwa radikal PE berperan langsung pada reaksi inisiasi grafting.
Fotografting MAA ke film PE dengan XT sebagai fotoinitiator (penginisiasi) pada 60°C berlangsung dengan mudah, dan hasilnya diperlihatkan pada Gambar 2, sebagai fungsi dari waktu penyinaran dengan sinar UV. Seperti terlihat pada Gambar 2 (a), persen grafting semakin besar dengan bertambahnya waktu penyinaran hingga 60 menit, baik untuk polimerisasi grafting dengan pelarut air, methanol-air maupun aseton-air (10 % v/v). Persen grafting yang lebih besar ditunjukkan oleh polimerisasi grafting dengan pelarut aseton-air. Pada penelitian sebelumnya13) telah dibahas bahwa penggunaan pelarut campuran antara pelarut organik dengan air dengan perbandingan tertentu, akan meningkatkan persentase MAA yang tergrafting ke film PE. Hal ini disebabkan komponen pelarut organik dalam pelarut campuran tersebut akan meningkatkan kelarutan monomer MAA sehingga meningkatkan jumlah monomer MAA pada rantai grafting MAA yang sedang bertumbuh, menghasilkan semakin banyak MAA yang tergrafting ke film PE.
Tabel 1. Fotografting asam metakrilat ke polietilen film dengan Xanthone sebagai penginisiasi dengan dan tanpa poli vinil asetat. Persen grafting setelah ekstraksi dengan air panas Tanpa PVAc Dengan PVAc 381 389
Persen grafting setelah ekstraksi dengan metanol Tanpa PVAc Dengan PVAc 374 384
Gambar 2. Fotografting asam metakrilat ke film polietilen pada 60˚C, [Xanthone] = 0,1 % berat. Pelarut :( ) Aseton-air, ( ) Metanol-air, ( ) air.
194
2006 FMIPA Universitas Lampung
J. Sains Tek., Desember 2006, Vol. 12, No. 3
Gambar 2 (b) memperlihatkan homopolimer yang terbentuk selama proses polimerisasi grafting. Persen homopolimer semakin besar dengan bertambahnya waktu reaksi. Pembentukan homopolimer yang terbesar ditunjukkan oleh reaksi polimerisasi grafting dalam pelarut air. Dari hasil reaksi polimerisasi grafting homopolimer di atas, disimpulkan bahwa komponen pelarut organik seperti metanol dan aseton menahan/menghalangi pembentukan homopolimer akan tetapi meningkatkan/memicu pembentukan rantai grafting pada film PE, bergantung pada kemampuan pelarut organik tersebut untuk meningkatkan kelarutan MAA dalam sistem polimerisasi13). Reaksi yang terjadi dalam penelitian ini dapat dijelaskan sebagai berikut: Xanthone (XT) inisiator akan tereksitasi menjadi (XT*) menurut Persamaan (1) akibat menyerap sinar UV. XT* akan menginisiasi reaksi grafting dengan mengabstraksi atom hidrogen (H) dari film PE (R–H) menghasilkan (R˙). Reaksi polimerisasi grafting asam metakrilat (M) ke radikal film PE (R˙) digambarkan dalam Persamaan (3). Reaksi polimerisasi grafting ini akan terus berlanjut membentuk polimer radikal tumbuh,
Persamaan (4). Pada saat yang bersamaan, XT* yang tereksitasi juga akan mengabstraksi atom H dari monomer M, sehingga terbentuk homopolimer MAA (Persamaan (5) dan (6). Komponen pelarut organik dalam pelarut campuran aseton-air dan methanol-air yang meningkatkan kelarutan monomer MAA, kelihatannya berperan dalamPersamaan (3) dan (4), menghasilkan persen grafting yang semakin besar. Radikal pelarut yang kemungkinan terbentuk akibat abstraksi hidrogen oleh XT, lebih berperan dalam reaksi terminasi rantai grafting dan homopolimer, Persamaan (7) dan (8)13). 3.2. Karakterisasi Dengan ATR-IR (Attenuated Total Reflection Infrared) Distribusi rantai grafting MAA pada permukaan film PE dapat diketahui dengan spektroskopi inframerah (ATRIR) dan pola distribusi rantai graft MAA searah dengan tebal film PE dapat diketahui dengan SEM14). Analisis dengan inframerah dilakukan terhadap film PE awal dan MAA tergrafting film PE untuk mengkonfirmasi telah terbentuknya rantai grafting MAA pada film PE.
Gambar 3. Gambar Spektra ATR-IR dari (a) Film polietilen dan (b) Film polietilen tergrafting asam metakrilat (0,79 M) dengan persen grafting = 125%
2006 FMIPA Universitas Lampung
195
Irwan Ginting Suka dan Wasinton Simanjuntak…Daya Adsorpsi Polietilen Film
Gambar 4. Profil distribusi atom kalium dalam sayatan melintang (cross-section) dari polietilen film tergrafting dengan asam metakrilat (±70%) dengan konsentrasi : (a) 0,39 M (b) 0,59 M dan (c) 0,79 M. Spektrum ATR-IR dari film PE murni (a) dan MAA tergrafting film PE (b) diperlihatkan pada Gambar 3. Pada Gambar 3(b), dibandingkan dengan Gambar 3 (a),muncul pita absorpsi baru pada 1728 cm-1 yang merupakan gugus karbonil, C=O(strech) dari asam metakrilat, membuktikan bahwa MAA telah tergrafting pada film PE. Kerapatan atau jumlah rantai grafting MAA pada permukaan film PE, dinyatakan dalam perbandingan pita serapan gugus karbonil dari MAA pada 1728 cm-1 terhadap pita serapan metilen (CH2(bend)) dari film PE pada 1470 cm-1 dan hasilnya ditunjukkan pada Gambar 5 sebagai fungsi dari persen Perbandingan pita serapan karbonil grafting15). terhadap metilen semakin besar dengan semakin besarnya persen grafting, yang mengindikasikan bahwa permukaan film PE semakin ditutupi oleh lapisan rantai MAA. Urutan perbandingan serapan (kerapatan MAA pada permukaan film PE) yang diperoleh dari sampel di atas adalah sebagai berikut: sampel yang dibuat dalam pelarut air > methanol-air > aseton-air. Hal ini diduga disebabkan karena rantai grafting MAA semakin masuk menembus substrat film PE dengan urutan sampel yang dibuat dengan pelarut aseton-air > methanol-air > air.
meningkatkan kelarutan MAA, sehingga MAA semakin banyak/mudah terpasok ke film PE melalui rantai grafting yang terlebih dahulu terbentuk, menghasilkan penetrasi rantai MAA yang lebih jauh masuk ke dalam film. 3.4. Daya Adsorpsi terhadap ion Cu2+ 3.4.1. Pengaruh waktu kontak Untuk mengetahui kemampuan asam metakrilat tergrafting film PE membentuk kompleks dengan ion logam, gugus karboksil yang ada pada asam metakrilat tergrafting film PE, direaksikan dengan ion Cu2+. Jumlah ion Cu2+ yang teradsorpsi dinyatakan dalam milimol per 100 gram MAA tergrafting film PE, yakni milimol ion Cu2+ per 0,466 milimol jumlah gugus karboksilat yang terdapat dalam MAA tergrafting film PE. Pengaruh waktu kontak antara asam metakrilat tergrafting film PE (persen grafting sekitar 110%) dengan larutan ion Cu2+ pada pH = 5, diperlihatkan oleh Gambar 5. Jumlah ion Cu2+ yang teradsorpsi semakin besar dengan
3.3. Karakterisasi Dengan SEM (Scanning Electron Microscope) Untuk mengkonfirmasi hasil analisis ATR-IR pada permukaan film PE, karakterisasi pada garis sayatan melintang (searah dengan tebal film PE) dari film PE tergrafting MAA dilakukan dengan SEM. Pola distribusi rantai grafting MAA searah dengan tebal film PE dapat diketahui dengan mengubah gugus karboksil pada rantai graft MAA menjadi garam kalium, dan hasilnya diperlihatkan oleh Gambar 4. Arah vertikal mewakili konsentrasi relatif dari atom K dan arah horizontal adalah arah sayatan melintang dari film PE. Berdasarkan Gambar 4 di atas, profil distribusi rantai grafting MAA menunjukkan bahwa diffusi ke bagian dalam film PE mengikuti urutan aseton-air > methanolair > air. Hasil ini bersesuaian dengan hasil yang diperoleh dengan spektroskopi inframerah di atas. Seperti yang telah diindikasikan pada pembahasan sebelumnya bahwa, aseton dan metanol mampu
196
Gambar 5 Hubungan antara jumlah ion Cu2+ teradsorpsi dengan waktu kontak larutan Cu2+. (25˚C, 24 jam, [Cu2+] = 1,79 x 10-2 mol/l). Sampel dibuat dengan pelarut, persen grafting: ( ) Aseton-air, 112%, ( ) Metanol-air, 115% ( ) air, 107%.
2006 FMIPA Universitas Lampung
J. Sains Tek., Desember 2006, Vol. 12, No. 3
bertambahnya waktu kontak, dan mencapai maksimum setelah 4 jam kontak. Secara umum, MAA tergrafting film PE menunjukkan kemampuan yang baik untuk mengadsorpsi ion Cu2+.
karboksil dari MAA tergrafting film PE. Dengan jumlah MAA tergrafting ke film PE yang hampir sama (94%), jumlah ion Cu2+yang teradsorpsi, lebih besar pada sampel yang diperoleh dengan menggunakan pelarut air dibandingkan dengan pelarut aseton-air.
3.4.2. Pengaruh pH larutan ion Cu2+ Gambar 6 menunjukkan pengaruh pH terhadap jumlah ion Cu2+ yang dapat diadsorpsi oleh MAA tergrafting film PE. Jumlah ion Cu2+yang teradsorpsi semakin besar dengan meningkatnya pH larutan dan mencapai maksimum pada pH = 5. Dalam penelitian ini diamati bahwa pH larutan ion Cu2+tidak boleh melebihi 5 disebabkan terjadinya pembentukan hidroksida16). Gejala yang sama juga diperoleh pada uji kemampuan adsorpsi
Gambar 7 Hubungan antara jumlah ion Cu2+ teradsorpsi dengan persen grafting MAA tergrafting film PE. (25˚C, 24 jam, [Cu2+] = 1,79 x 10-2 mol/l). Sampel dibuat dengan pelarut : ( ) Aseton-air, ( ) Metanol-air, ( ) air.
Gambar 6 Hubungan antara jumlah ion Cu2+ teradsorpsi dengan pH larutan Cu2+. (Suhu 25˚C, 24 jam, [Cu2+] = 1,79 x 10-2 mol/l). Sampel dibuat dengan pelarut, persen grafting: ( ) Aseton-air, 112%, ( ) Metanol-air, 115% ( ) air, 107%. ion logam berat oleh gugus piridin tergrafting PE17) dan gugus asam karboksilat tergrafting selulosa9). Pada pH yang rendah, gugus karboksil pengkelat memiliki affinitas yang besar terhadap ion hidrogen, sehingga terjadi penurunan daya adsorpsi terhadap ion Cu2+akibat bersaing dengan ion H+.
Disebabkan reaksi adsorpsi ion Cu2+ ini dilakukan menggunakan larutan asam, sehingga diduga sebagian dari gugus karboksil yang ada pada bagian permukaan film PE, mengalami pengkerutan (shrinking) dalam larutan asam tersebut, sehingga tidak dapat berpartisipasi dalam reaksi adsorpsi ion Cu2+. Kecendrungan penurunan akibat pengkerutan ini lebih berpengaruh pada sampel dengan rantai grafting yang lebih terdistribusi ke arah lapisan dalam substrat film, yakni sampel yang diperoleh dengan pelarut aseton-air, sehingga mengurangi daya adsorpsi sampel tersebut. Poli MAA diketahui merupakan suatu polimer yang memiliki kepekaan terhadap perubahan pH lingkungannya, yakni polimer ini akan mengkerut dalam larutan yang bersuasana asam dan menggembung dalam larutan basa18).
3.4.3. Pengaruh Persen Grafting Persen grafting, yakni jumlah gugus karboksil yang terdapat dalam MAA tergrafting film PE sangat berperan dalam penentuan kemampuan sampel MAA tergrafting film PE untuk mengadsorpsi ion Cu2+. Gambar 7 memperlihatkan hubungan antara persen grafting dengan jumlah ion Cu2+yang teradsorpsi pada permukaan MAA tergrafting film PE. Jumlah ion Cu2+yang teradsorpsi pada permukaan film semakin meningkat dengan semakin banyaknya gugus karboksilat yang terdapat pada MAA tergrafting film PE. Hal ini memperjelas bahwa terjadinya kelat dengan ion Cu2+, sangatlah bergantung jumlah gugus fungsi
2006 FMIPA Universitas Lampung
4. KESIMPULAN Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa, MAA tergrafting film PE yang diperoleh dengan metode fotografting dalam pelarut air, methanol-air dan aseton air, memperlihatkan kemampuan yang baik untuk mengadsorpsi ion Cu2+. Kemampuan untuk mengadsorpsi ion Cu2+ sangat dipengaruhi oleh distribusi rantai grafting MAA pada film PE. Rantai grafting MAA yang terdistribusi pada permukaan film PE, memiliki daya adsorpsi yang lebih baik dibandingkan rantai grafting yang terpenetrasi ke dalam film PE. pH larutan ion Cu2+ dan jumlah gugus karboksil
197
Irwan Ginting Suka dan Wasinton Simanjuntak…Daya Adsorpsi Polietilen Film
MAA yang terdapat pada MAA tergrafting film PE yang dihasilkan juga mempengaruhi kemampuan adsorpsi film PE tergrafting MAA.
DAFTAR PUSTAKA 1.
El-Rehim, H. A. A.; E. A. Hegazy and A. E. Ali. 1999. Use of Radiation-Grafted Polyethylene in Dialysis of Low Molecular Weight Metabolites. Polym. Int. 48: 593–601.
2.
Chauhan, G. S.; H. Lal.; S. Mahajan and M. Bansal. 2000. Synthesis and Characterization of 4Vinyl Pyridine-Grafted Teflon-PFA Film for Water Technologies. J. Polym. Sci. Part A: Polym. Chem. 38: 4506–4518.
3.
Lloyd, D. R. 1985. Material Science of Synthetic Membranes. Am. Chem. Soc, Washington, DC.
4.
Allmer, K.; A. Hult and B. Ranby. 1988. Surface Modification of Polymers. I. Vapour Phase Photografting with Acrylic Acid. J. Polym. Sci. Part A: Polym. Chem. 26: 2099–2111.
5.
6.
7.
8.
9.
198
Kubota, H.; I. G. Suka,; S. Kuroda and T. Kondo. 2001. Introduction of Stimuli-Responsive Polymers Into Regenerated Cellulose Film By Means Photografting. Eur. Polym. J. 37: 1367–1372. Sherrill, J.; S. Michielsen and I. Stojiljkovic. 2003. Grafting of Light-Activated Antimicrobial Materials to Nylon Films. J. Polym. Sci. Part A: Polym. Chem. 41: 41–47. Kang E. T.; K. G. Neoh, J. L. Shi.; K. L. Tan and D. J. Liaw. 1999. Surface Modification of Polymers for Adhesion Enhancement. Polym. Adv. Technol. 10: 20–29. Nakajima, T.; H. Kubota and R. Katakai. 2000. Effect of Crosslinking Treatment on TemperatureResponsive Character of Grafted Celluloses. J. M. S.- Pure. Appl. Chem., A37: 205–214. Güclü, G.; G. Gürdağ and S. İzgümüs. 2003. Competitive Removal of Heavy Metal Ions by
Cellulose Graft Copolymers J. Appl. Polym. Sci. 90: 2034–2039. 10. Hebeish A and Z. H. El-Hilw. 1998. Preparation of DEAE Cotton-g-Poly(methacrylic acid) for Use as Ion Exchange. J. Appl. Polym. Sci. 67: 739–745. 11. Mandel, M and J. C. Leyte. 1964. Interaction of Poly(methacrylic acid) and Bivalent Counter Ions. I. J. Polym. Sci. A. 2: 2883–2899. 12. Gregor, H. P.; L. B. Luttinger and E. M. Loebl. 1955. Metal-Polyelectolyte Complexes. II. Complex of Copper With Cross-linked Polyacrylic and Polymethacrylic Acids. J. Phys. Chem. 59: 366– 368. 13. Irwan, G. S., Kuroda, S., Kondo, T., Kubota, H. 2002 (b). Photografting of Methacrylic Acid on Polyethylene Film: Effect of Mixed Solvents Consisting of Water and Organic Solvent. J. Appl. Polym. Sci. 83: 2454–2461. 14. Kaji, K. 1986. Distribution of Grafted Poly(acrylic Acid) in Polyethylene Film. J. Appl. Polym. Sci. 32: 4405–4422. 15. Kubota, H and Y. Hata. 1991. Effect of Hydroquinone on Location of Methacrylic AcidGrafted Chains Introduced into Polyethylene Film by Photografting. J. Appl. Polym. Sci. 42: 2029– 2033. 16. Onari, Y. 1986. Chelating Polymer Bearing Triazolylazophenol Moiety as the Functional Group. J. Appl. Polym. Sci. 31: 1663–1670. 17. El-Sayed A. Hegazy, E. A.; El-Rehim, H. A. A.; Khalifa, N. A.; Atwa, S. M.; Shawky, H. A. 1997. Anionic/Cationic Membranes Obtained by a Radiation Grafting Method for Use in Waste Water Treatment. Polym. Int. 43: 321–332. 18. Islam, M. A.; A. Dimov and A. L. Malinova. 1992. Environment-Sensitive Properties of Polymethacrylic Acid-Grafted Polyethylene Membranes. J. Membr. Sci. 66: 69–78.
2006 FMIPA Universitas Lampung