DASAR-DASAR ILMU
Filsafat dan ilmu adalah dua kata yang saling terkait, baik secara substansial maupun historis karena kelahiran ilmu tidak terlepas dari peran filsafat. Sebaliknya perkembangan ilmu memperkuat keberadaan filsafat. Kedudukan filsafat sebagai induk dari ilmu pengetahuan, memiliki proses perumusan yang sangat sulit dan membutuhkan pemahaman yang mendalam, sebab nilai filsafat itu hanyalah dapat dimanifestasikan oleh seseorang filsuf yang otentik. Perumusan tersebut merupakan suatu stimulus atau rangsangan untuk memberikan suatu bimbingan tentang bagaimana cara kita harus mempertahankan hidup. Manusia sebagai makhluk pencari kebenaran, dalam eksistensinya terdapat tiga bentuk kebenaran, yaitu ilmu pengetahuan, filsafat dan agama. Filsafat disebut pula sebagai ilmu pengetahuan yang bersifat eksistensial, artinya sangat erat hubungannya dengan kehidupan kita sehari-hari. Bahkan filsafat menjadi dasar bagi motor penggerak kehidupan, baik sebagai makhluk individu atau pribadi maupun makhluk kolektif dalam masyarakat. Oleh karena itu kita perlu mempelajari filsafat hingga keakarakarnya. Khususnya pada dasar ilmu pengetahuan, sebab manusia hidup pastilah memiliki pengalaman yang berbeda-beda, yang kemudian dari pengalaman itu akan muncul ilmu sebagai kumpulan dari pengalaman atau pengetahuan yang ada agar terbuka wawasan pemikiran yang filosofis. DEFINISI PENGETAHUAN Pengetahuan pada hakikatnya merupakan segenap apa yang kita ketahui tentang suatu objek tertentu, termasuk kedalamnya adalah ilmu. Ilmu merupakan bagian dari pengetahuan yang diketahui oleh manusia di samping berbagai pengetahuan lainnya seperti seni dan agama. Pengetahuan merupakan khasanah kekayaan mental yang secara langsung ataupun tidak langsung turut memperkaya kehidupan kita. Sukar untuk dibayangkan bagaimana kehidupan manusia seandainya pengetahuan itu tidak ada, sebab pengetahuan merupakan sumber jawaban bagi berbagai pertanyaan yang muncul dalam kehidupan. Prof. Dr. M. J. Langeveld, Guru Besar pada Rijk Universiteit Utrecht (dalam Afid Burhanuddin.wodpress.com) menyatakan sebagai berikut: “Pengetahuan ialah kesatuan subjek yang mengetahui dan obyek yang diketahui. Suatu kesatuan dalam mana objek itu dipandang oleh subyek sebagai diketahuinya”. Hal ini menunjukkan bahwa pengetahuan menjadi kesatuan berfikir untuk menentukan tentang siapakah si objek itu menurut pemikiran atau si subjek dari hal yang pernah dia ketahui. Sehingga mengetahui siapa dan apa objek tersebut. Menurut Drs. Sidi Gazalba, pengetahuan ialah apa yang diketahui atau hasil pekerjaan tahu. Pengetahuan tahu tersebut merupakan hasil daripada: kenal, sadar, insaf, mengerti dan pandai. Setiap jenis ilmu pengetahuan mempunyai ciri-ciri yang spesifik mengenai apa(ontologi), bagaimana(epistemologi), dan untuk apa(aksiologi) pengetahuan tersebut disusun. Ketiga landasan ini saling berkaitan. Berdasarkan landasan ontologi dan aksiologi seperti itu maka bagaimana sebaiknya, kita mengembangkan landasan epistemologi yang cocok? Persoalan utama yang dihadapi oleh tiap epistemologi pengetahuan pada dasarnya adalah bagaimana mendapatkan pengetahuan yang benar dengan memperhitungkan aspek ontologi dan aksiologi masing-masing.
1
Demikian halnya dengan masalah yang dihadapi epistemologi keilmuan yakni bagaimana menyusun pengetahuan yang benar untuk menjawab permasalahan mengenai dunia empiris yang digunakan sebagai alat untuk meramalkan dan mengontrol gejala alam. Enam sumber-sumber pengetahuan yakni: (i) pengalaman indera, (ii )nalar, (iii) otoritas, (iv) intuisi, (v) wahyu, dan (vi) keyakinan. Pengalaman indera. Penginderaan adalah alat yang paling vital dalam memperoleh pengetahuan. Karena memang dalam hidup manusia, penginderan adalah satu-satunya alat untuk menyerap segala objek yang ada diluar diri manusia. Nalar adalah salah satu corak berpikr untuk menggabungkan dua pemikiran atau lebih dengan maksud untuk mendapatkan pengetahuan baru dengan memperhatikan asas-asas pemikiran, yaitu: (i)principium identitas,(ii)principiun contradictionis,(iii)principiuntertii exclusi, (iv)principiun kompromi. Otoritas adalah kekuasaan sah yang dimiliki oleh seseorang dan diakui oleh kelompoknya. Otoritas menjadi salah satu sumber pengetahuan karena kelompoknya memiliki pengetahuan. Karena seorang yang memiliki kewibawaan dalam pengetahuan. Jadi kesimpulannya adalah bahwa pengetahuan karena adanya otoritas terjadi melalui wibawa seseorang sehingga orang lain mempunyai pengetahuan. Intuisi berperan sebagai sumber pengetahuan karena adanya kemampuan dalam diri manusia yang dapat melahirkan pertanyaan-pertanyaan berupa pengetahuan. Wahyu, merupakan salah satu sumber pengetahuan karena kita mengenal atau tahu sesuatu misalnya akhirat, surga dan neraka, melalui ajaran wahyu Tuhan. Keyakinan adalah kemampuan yang ada pada diri manusia yang diperoleh melalui kepercayaan. Sesungguhnya antara sumber pengetahuan berupa wahyu dan keyakinan ini sangat sukar untuk dibedakan. Adanya keyakinan melalui kemampuan kejiwaan manusia merupakan pematangan dari kepercayaan PENGERTIAN DAN JENIS-JENIS DASAR-DASAR KEILMUAN a. Definisi Ilmu Kata “ilmu” merupakan terjemahan dari kata “science”, yang secara etimologis berasal dari kata latin “scinre”, artinya “to know”. Dalam pengertian yang sempit science diartikan untuk menunjukkan ilmu pengetahuan alam yang sifatnya kuantitatif dan obyektif. Menurut kamus besar Bahasa Indonesia (Depdikbud 1988), ilmu memiliki dua pengertian, yaitu : • Ilmu diartikan sebagai suatu pengetahuan tentang suatu bidang yang disusun secara bersistem menurut metode-metode tertentu, yang dapat digunakan untuk menerapkan gejala-gejala tertentu dibidang (pengetahuan) tersebut, seperti ilmu hukum, ilmu pendidikan, ilmu ekonomi dan sebagainya. • Ilmu diartikan sebagai pengetahuan atau kepandaian, tentang soal duniawi, akhirat, lahir, bathin, dan sebagainya, seperti ilmu akhirat, ilmu akhlak, ilmu bathin, ilmu sihir, dan sebagainya. Menurut Harold H. Titus, ilmu (science) diartikan sebagai common sense yang diatur dan diorganisasikan, mengadakan pendekatan terhadap benda – benda atau peristiwa – peristiwa dengan menggunakan metode – metode observasi, yang teliti dan kritis. Prof. Drs. Harsojo, Guru Besar Universitas Padjajaran menyatakan bahwa ilmu adalah: a) Merupakan akumulasi pengetahuan yang disistematiskan b) Suatu pendekatan atau suatu metode pendekatan terhadap seluruh dunia empiris, yaitu dunia yang terikat oleh faktor ruang dan waktu, dunia yang prinsipnya dapat diamati oleh panca indera manusia.
2
c) Suatu cara menganalisis yang mengizinkan kepada ahli – ahlinya untuk menyatakan sesuatu proposisi dalam bentuk: “jika …. maka ….!”. Seperti dalam ungkapan Burhanuddin (2003: 10) yang menyatakan bahwa Ilmu pada prinsipnya merupakan usaha untuk mengorganisasikan dan mensistematisasikan common sense, suatu pengetahuan yang berasal dari pengalaman dan pengamatan dalam kehidupan sehari – hari namun dilanjutkan dengan suatu pemikiran secara cermat dan teliti dengan menggunakan berbagai metode. Sebagai contohnya, ketika manusia melihat suatu objek yang menjadi kebenaran umum dan berusaha untuk mengenalnya dengan berbagai pemikiran dan cara pandang ataupun cara berfikir. Ilmu dapat merupakan suatu metode berpikir secara obyektif, tujuannya untuk menggambarkan dan memberi makna terhadap dunia faktual. Pengetahuan yang diperoleh dengan ilmu, diperoleh melalui observasi, eksperimen, klasifikasi dan analisis. Ilmu itu objektif dan mengesampingkan unsur pribadi, pemikiran logika diutamakan, netral dalam arti tidak dipengaruhi oleh sesuatu yang bersifat kedirian, karena dimulai dengan fakta, ilmu merupakan milik manusia secara komprehensif (Burhanuddin, 2003: 11). Ilmu merupakan lukisan dan keterangan yang lengkap dan konsisten mengenai hal-hal yang dipelajarinya dalam ruang dan waktu sejauh jangkauan logika dan dapat diamati pancaindera manusia (Burhanuddin, 2003: 11). Dari pengertian tersebut di atas dapat disimpulkan bahwa ilmu adalah pengetahuan tentang segala persoalan baik dunia maupun akhirat yang bersifat sistematis dan mempunyai dasar yang dapat dipertanggungjawabkan. Menurut Aristoteles ilmu berdasarkan tujuannya, dapat dibedakan menjadi 2 kelompok besar yaitu : 1. Ilmu – ilmu teoritis yang penyelidikannya bertujuan memperoleh pengetahuan tentang kenyataan. 2. Ilmu – ilmu praktis atau produktif yang penyelidikannya bertujuan menjelaskan perbuatan yang berdasarkan pada pengetahuan. Aristoteles mencoba memperjelas pengklarifikasian ilmu berdasarkan tujuan yang lebih rinci, yaitu bahwa ilmu teoritis lebih mengedepankan fakta di masyarakat, sedangkan ilmu praktis mengedepankan pengetahuan. b. Jenis – Jenis Dasar Keilmuan Menurut Prof. Drs. Harsopo, ilmu – ilmu empiris baik ilmu pengetahuan alam maupun ilmu pengetahuan sosial, berdasarkan tujuannya dapat dibagi dua kategori, yaitu: 1. Ilmu – ilmu murni Ilmu muni merupakan ilmu yang dipelajari dan dikembangkan dengan tujuan untuk memajukan ilmu itu sendiri, memperkaya diri dengan mendapatkan pengertina-pengertian yang lebih mendalam dan lebih sistematis mengenal ruang lingkup atau daerah penelitiannya (Burhanuddin, 2003: 11). Kategori ilmu sebagai ilmu murni misalnya pada bidang bahasa Inggis yaitu sastra Ingris, dikatakan sebagai ilmu bahasa murni, apabila tujuan Bahasa Inggris secara langsung ingin memperoleh pengetahuan yang sistematis tentang kebahasan, unsur-unsur bahasa Inggris, pengetahuan bahasa Inggris secara mendalam, linguistik, literatur dan budaya. 2. Ilmu terapan ( terpakai) Ilmu – ilmu terapan (terpakai)Ilmu terapan merupakan ilmu yang dipelajari secara sadar untuk memecahkan masalah-masalah kehidupan yang dihadapi manusia. Misalnya, dalam perguruan tinggi terdapat jurusan pendidikan bahasa Inggris, maka disini merupakan salah satu ilmu terapan, dimana bahasa Inggris dikhususkan dipelajari untuk proses pengajaran. Jadi, dari prinsip-prinsip Sastra Inggris sebagai hasil studi ilmu murni kemudian diterapkan untuk memecahkan masalah-masalah pengajaran bahasa Inggris. Maka yang dibahas adalah Bahasa Inggris dalam konteks pendidikan. 3
Pada zaman Purba Abad pertengahan pembagian ilmu pengetahuan berdasarkan “artis liberalis “ yang terdiri dari: 1. Trivium atau tiga bagian adalah: 1. Gramatika, bertujuan agar manusia dapat berbicara yag baik. 2. Dialektika, bertujuan agar manusia dapat berpikir dengan baik, formal dan logis. 3. Retorika, bertujuan agar manusia dapat berbicara dengan baik. 4. Quadrivium, atau empat bagian adalah: 1. Aritmatika, adalah ilmu hitung. 2. Geometrika,adalah ilmu ukur. 3. Musika, adalah ilmu musik. 4. Astronomia, adalah ilmu perbintangan. Sedangkan menurut klasik ilmu pengetahuan dibedakan dalam : 1. Natural sciences ( kelompok ilmu-ilmu alam) 2. Social sciences ( kelompok ilmu-ilmu sosial ) Dr. C.A Van Peurson membedakan ilmu pengetahuan atas: 1. Ilmu pengetahuan kemanusiaan. 2. Ilmu pengetahuan alam. 3. Ilmu pengetahuan hayat. 4. Ilmu pengetahuan logik- deduktif Di dalam Undang- Undang pokok pendidikan tentang perguruan tinggi Nomor: 22 Tahun 1961 di Indonesia mengklarifikasikan ilmu pengetahuan atas empat kelompok yaitu: 1. Ilmu agama/ kerohanian, yang meliputi: 1. Ilmu agama 2. Ilmu jiwa 3. Ilmu kebudayaan, yang meliputi: 1. Ilmu sastra 2. Ilmu sejarah 3. Ilmu pendidikan 4. Ilmu filsafat 4. Ilmu sosial yang meliputi: 1. Ilmu hukum 2. Ilmu ekonomi 3. Ilmu sosial politik 4. Ilmu ketatanegaraan dan ketataniagaan 5. Ilmu Eksakta dan teknik, yang meliputi: 1. Ilmu hayat 2. Ilmu kedokteran 3. Ilmu pasti alam 4. Ilmu geologi 5. Ilmu oceanografi 6. Ilmu teknik 7. Ilmu geologi 8. Ilmu oceanografi RUANG LINGKUP FILSAFAT ILMU 1. Ontologi Keilmuan Ontologi merupakan salah satu di antara lapangan penyelidikan kefilsafatan yang paling kuno. Awal pikiran Yunani telah menunjukan munculnya perenungan di bidang ontologi. 4
Dalam persoalan ontologi orang menghadapi persoalan bagaimanakah kita menerangkan hakikat dari segala yang ada ini? Pertama kali orang dihadapi pada adanya berupa materi (kebenaran) dan kedua, kenyataan yang perupa rohani (kejiwaan). Ontologi berasal dari bahasa Yunani yaitu Ontos berarti yang berada (being) dan Logos berarti pikiran (logic). Jadi, Ontologi berarti ilmu yang membahas tentang hakikat sesuatu yang ada/berada atau dengan kata lain artinya ilmu yang mempelajari tentang “yang ada” atau dapat dikatakan berwujud dan berdasarkan pada logika. Sedangkan, menurut istilah adalah ilmu yang membahas sesuatu yang telah ada, baik secara jasmani maupun secara rohani. Disisi lain, ontologi filsafat adalah cabang filsafat yang membahas tentang prinsip yang paling dasar atau paling dalam dari sesuatu yang ada. Objek kajian Ontologi disebut “ Ada” maksudnya berupa benda yang terdiri dari alam, manusia individu, umum, terbatas dan tidak terbatas (jiwa). Di dalam ontologi juga terdapat aliran yaitu aliran monoisme yaitu segala sesuatu yang ada berasal dari satu sumber (1 hakekat). Dalam aspek Ontologi diperlukan landasan-landasan dari sebuah pernyataan – pernyataan dalam sebuah ilmu. Landasan-landasan itu biasanya kita sebut dengan Metafisika. Metafisika merupakan cabang dari filsafat yang menyelidiki gerakan atau perubahan yang berkaitan dengan yang ada (being). Dalam hal ini, aspek Ontologi menguak beberapa hal, diantaranya: 1. Obyek apa yang telah ditelaah ilmu? 2. Bagaimana wujud yang hakiki dari obyek tersebut? 3. Bagaimana hubungan antara obyek tadi dengan daya tangkap manusia (seperti berpikir, merasa, dan mengindera) yang membuahkan pengetahuan? 4. Bagaimana proses yang memungkinkan ditimbanya pengetahuan yang berupa ilmu? Aspek ontologi ilmu pengetahuan tertentu hendaknya diuraikan/ditelaah secara : a. Metodis : menggunakan cara ilmiah. b. Sistematis : saling berkaitan satu sama lain secara teratur dalam satu keseluruhan. c. Koheren : unsur – unsur harus bertautan tidak boleh mengandung uraian yang bertentangan d. Rasional : Harus berdasarkan pada kaidah berfikir yang benar (logis) e. Komprehensif : Melihat obyek tidak hanya dari satu sisi/sudut pandang, melainkan secara multidimensional atau secara keseluruhan. f. Radikal : Diuraikan sampai akar persoalan, atau esensinya. g. Universal : Muatan kebenaranya sampai tingkat umum yang berlaku dimana saja. Hakikat dari Ontologi Ilmu Pengetahuan : 1. Ilmu berasal dari riset (penelitian) 2. Tidak ada konsep wahyu 3. Adanya konsep pengetahuan empiris 4. Pengetahuan rasional, bukan keyakinan 5. Pengetahuan metodologis 6. Pengetahuan observatif 7. Menghargai asas verifikasi (pembuktian) 8. Menghargai asas skeptisisme yang redikal. Jadi, Ontologi pengetahuan filsafat adalah ilmu yang mempelajari suatu yang ada atau berwujud berdasarkan logika sehigga dapat diterima oleh banyak orang yang bersifat rasional dapat difikirkan dan sudah terbukti keabsahaanya 2. Epistimologi Keilmuan Secara etimologi, epistemologi merupakan kata gabungan yang diangkat dari dua kata dalam bahasa Yunani, yaitu episteme dan logos. Episteme berarti pengetahuan atau kebenaran 5
dan logos berarti pikiran, kata atau teori. Dengan demikian epistimologi dapat diartikan sebagai pengetahuan sistematik mengenahi pengetahuan. Epistimologi dapat juga diartikan sebagai teori pengetahuan yang benar (teori of knowledges). Epistimologi adalah cabang filsafat yang membicarakan tentang asal muasal, sumber, metode, struktur dan validitas atau kebenaran pengetahuan. Istilah epistimologi dipakai pertama kali oleh J. F. Feriere untuk membedakannya dengan cabang filsafat lain yaitu ontologi (metafisika umum). Filsafat pengetahuan (Epistimologi) merupakan salah satu cabang filsafat yang mempersoalkan masalah hakikat pengetahuan. Epistomogi merupakan bagian dari filsafat yang membicarakan tentang terjadinya pengetahuan, sumber pengetahuan asal mula pengetahuan, batas – batas, sifat sifat dan kesahihan pengetahuan. Objek material epistimologi adalah pengetahuan. Objek formal epistemologi adalah hakekat pengetahuan. Pengetahuan yang diperoleh manusia melalui akal, indera, dan lain-lain mempunyai metode tersendiri dalam teori pengetahuan, di antaranya adalah: 1. Metode Induktif Induksi adalah suatu metode yang menyimpulkan pernyataan-pernyataan hasil observasi disimpulkan dalam suatu pernyataan yang lebih umum. 2. Metode Deduktif Deduktif adalah suatu metode yang menyimpulkan bahwa data-data empirik diolah lebih lanjut dalam suatu sistem pernyataan yang runtut. Hal-hal yang harus ada dalam metode deduktif adalah adanya perbandingan logis antara kesimpulan-kesimpulan itu sendiri. Ada penyelidikan bentuk logis teori itu dengan tujuan apakah teori itu bersifat empiris atau ilmiah, ada perbandingan dengan teori-teori lain dan ada pengujian teori dengan jalan menerapkan secara empiris kesimpulan-kesimpulan yang bisa ditarik dari teori tersebut. 3. Metode Positivisme Metode yang dikeluarkan oleh August Comte ini berpangkal dari apa yang telah diketahui, yang faktual, yang positif. Ia mengenyampingkan segala uraian atau persoalan di luar yang ada sebagai fakta. Oleh karena itu, metode ini menolak metafisika. Apa yang diketahui secara positif, adalah segala yang tampak dan segala gejala. 4. Metode Kontemplatif Metode ini mengatakan adanya keterbatasan indera dan akal manusia untuk memperoleh pengetahuan, sehingga objek yang dihasilkan pun akan berbeda-beda harusnya dikembangkan suatu kemampuan akal yang disebut dengan intuisi. 5. Metode Dialektis Dalam filsafat, dialektika mula-mula berarti metode tanya jawab untuk mencapai kejernihan filsafat. Kini, dialektika berarti tahap logika, yang mengajarkan kaidah-kaidah dan metode-metode penuturan, juga analisis sistematik tentang ide-ide untuk mencapai apa yang terkandung dalam pandangan. Dalam kehidupan sehari-hari, dialektika berarti kecakapan untuk melakukan perdebatan. Dalam teori pengetahuan, ini merupakan bentuk pemikiran yang tidak tersusun dari satu pikiran, tetapi pemikiran itu seperti dalam percakapan, bertolak paling kurang dua kutub. Aspek estimologi merupakan aspek yang membahas tentang pengetahuan filsafat. Aspek ini membahas bagaimana cara kita mencari pengetahuan dan seperti apa pengetahuan tersebut. Dalam aspek epistemologi ini terdapat beberapa logika, yaitu: analogi, silogisme, premis mayor, dan premis minor. 1. Analogi dalam ilmu bahasa adalah persaaman antar bentuk yang menjadi dasar terjadinya bentuk – bentuk yang lain. 2. Silogisme adalah penarikan kesimpilan konklusi secara deduktif tidak langsung, yang konklusinya ditarik dari premis yang di sediakan sekaligus.
6
3. Premis mayor bersifat umum yang berisi tentang pengetahuan, kebenaran, dan kepastian. 4. Premis Minor bersifat spesifik yang berisi sebuah struktur berpikir dan dalil – dalilnya. Dalam epistimologi dikenal dengan 2 aliran, yaitu: a. Rasionalisme : Pentingnya akal yang menentukan hasil/keputusan. b. Empirisme : Realita kebenaran terletak pada benda kongrit yang dapat diindra karena ilmu atau pengalam impiris. 3. Aksiologi Keilmuan Aksiologi adalah istilah yang berasal dari kata Yunani yaitu: axios yang berarti nilai. Sedangkan logos berarti teori/ ilmu. Aksiologi merupakan cabang filsafat ilmu yang mempertanyakan bagaimana manusia menggunakan ilmunya. Aksiologi dipahami sebagai teori nilai. Jujun S. Suriasumantri mengartikan aksiologi sebagai teori nilai yang berkaitan dengan kegunaan dari pengetahuan yang diperoleh. Menurut John Sinclair, dalam lingkup kajian filsafat nilai merujuk pada pemikiran atau suatu sistem seperti politik, sosial dan agama. Sedangkan nilai itu sendiri adalah sesuatu yang berharga yang diidamkan oleh setiap insan. Aksioloagi adalah ilmu yang membicarakan tentang tujuan ilmu pengetahuan itu sendiri. Jadi, aksiologi merupakan ilmu yang mempelajari hakikat dan manfaat yang sebenarnya dari pengetahuan, dan sebenarnya ilmu pengetahuan itu tidak ada yang sia-sia kalau kita bisa memanfaatkannya dan tentunya dimanfaatkan dengan sebaik-baiknya dan dijalan yang baik pula karena akhir-akhir ini banyak sekali yang mempunyai ilmu pengetahuan yang lebih itu dimanfaatkan dijalan yang tidak benar. Pembahasan aksiologi menyangkut masalah nilai kegunaan ilmu. Ilmu tidak bebas nilai. Artinya pada tahap-tahap tertentu kadang ilmu harus disesuaikan dengan nilai-nilai budaya dan moral suatu masyarakat, sehingga nilai kegunaan ilmu tersebut dapat dirasakan oleh masyarakat dalam usahanya meningkatkan kesejahteraan bersama, bukan sebaliknya malah menimbulkan bencana. Dalam aksiologi ada dua penilaian yang umum digunakan yaitu: 1. Etika Etika adalah cabang filsafat yang membahas secara kritis dan sistematis masalah-masalah moral. Kajian etika lebih fokus pada perilaku, norma dan adat istiadat manusia. Etika merupakan salah satu cabang filsafat tertua. Setidaknya ia telah menjadi pembahasan menarik sejak masa sokrates dan para kaum shopis, disitu dipersoalkan mengenai masalah kebaikan, keutamaan, keadilan dan sebagainya. Etika sendiri dalam buku etika dasar yang ditulis oleh Franz Magnis Suzeno diartikan sebagai pemikiran kritis, sistematis dan mendasar tentang ajaran-ajaran dan pandangan-pandangan moral ini sebagaimana telah dijelaskan diatas adalah norma adat, wejangan dan adat istiadat manusia. Berbeda dengan norma itu sendiri etika tidak menghasilkan suatu kebaikan atau perintah dan larangan, melainkan sebuah pemikiran yang kritis dan mendasar. Tujuan dari etika adalah agar manusia mengetahui dan mampu mempertanggungjawabkan apa yang ia lakukan. Di dalam etika, nilai kebaikan dari tingkah laku manusia menjadi sentral persoalan. Maksudnya adalah tingkah laku yang penuh dengan tanggungjawab, baik tanggung jawab terhadap diri sendiri, masyarakat, alam maupun terhadap Tuhan sebagai sang pencipta. Dalam perkembangan sejarah etika ada 4 teori etika sebagai sistem filsafat moral yaitu hedonism, eudemonisme, utiliterisme dan deontologi. Hedoisme adalah pandangan moral yang menyamakan baik menurut pandangan moral dengan kesenangan. Eudemonisme menegaskan setiap kegiatan manusia mengejar tujuan. Dan adapun tujuan dari amnesia itu sendiri adalah kebahagiaan. Selanjutnya utilitarisme yang berpendapat bahwa tujuan hukum adalah memajukan kepentingan para warga negara dan bukan memaksakan perintah-perintah illahi atau 7
melindungi apa yang disebut hak-hak kodrati. Selanjutnya deontologi adalah pemikiran tentang moral yang diciptakan oleh Immanuel Kant. Menurut Kant, yang bisa disebut baik secara terbatas atau dengan syarat. Misalnya kekayaan manusia apabila digunakan dengan baik oleh kehendak manusia. 2. Estetika Estetika merupakan bidang studi manusia yang mempersoalkan tentang nilai keindahan. Keindahan mengandung arti bahwa didalam diri segala sesuatu terdapat unsur-unsur yang tertata secara tertib dan harmonis dalam satu kesatuan hubungan yang utuh menyeluruh. Maksudnya adalah suatu objek yang indah bukan semata-mata bersifat selaras serta berpola baik melainkan harus juga mempunyai kepribadian. Sebenarnya keindahan bukanlah merupakan suatu kulaitas objek, melainkan sesuatu yang senantiasa bersangkutan dengan perasaan. Misalnya kita bangun pagi, matahari memancarkan sinarnya kita merasa sehat dan secara umum kita merasakn kenikmatan. Meskipun sesungguhnya pagi itu sendiri tidak indah tetapi kita mengalaminya dengan perasaan nikmat. Dalam hal ini orang cenderung mengalihkan perasaan tadi menjadi sifat objek itu, artinya memandang keindahan sebagai sifat objek yang kita serap. Padahal sebenarnya tetap merupakan perasaan. Aksiologi berkenaan dengan nilai guna ilmu, baik itu ilmu umum maupun ilmu agama, tak dapat dibantak lagi bahwa kedua ilmu itu sangat bermanfaat bagi seluruh umat manusia, dengan ilmu seseorang dapat mengubah wajah dunia. Berkaitan dengan hal ini, menurut Francis Bacon seperti yang dikutip oleh Jujun S. Suriasumantri yaitu bahwa “pengetahuan adalah kekuasaan” apakah kekuasaan itu merupakan berkat atau justru malapetaka bagi umat manusia. Memang kalaupun terjadi malapetaka yang disebabkan oleh ilmu, bahwa kita tidak bissa mengatakan bahwa itu merupakan kesalahan ilmu, karena itu sendiri ilmu merupakan alat bagi manusia untuk mencapai kebahagiaan hidupnya, lagipula ilmu memiliki sifat netral, ilmu tidak mengenal baik ataupun buruk melainkan tergantung pada pemilik dalam menggunakannya. Nilai kegunaan ilmu untuk mengetahui kegunaan filsafat ilmu atau untuk apa filsafat ilmu itu digunakan, kita dapat memulainya dengan melihat filsafat sebagai tiga hal yaitu: 1. Filsafat sebagai kumpulan teori digunakan memahami mereaksi dunia pemikiran. Jika seseorang hendak ikut membentuk dunia atau ikut mendukung suatu ide yang membentuk suatu dunia, atau hendak menentang suatu sistem kebudayaan atau sistem ekonomi atau sistem politik, maka sebaiknya mempelajari teori-teori filsafatnya. Inilah kegunaan mempelajari teori-teori filsafat ilmu. 2. Filsafat sebagai pandangan hidup. Filsafat dalam posisi yang kedua ini semua teori ajarannya diterima kebenarannya dan dilaksanakan dalam kehidupan. Filsafat ilmu sebagai pandangan hidup gunanya ialah untuk petunjuk dalam menjalani kehidupan. 3. Filsafat sebagi metodologi dalam memecahkan masalah Dalam hidup ini kita menghadapi banyak masalah. Bila ada batu di depan pintu, setiap keluar dari pintu itu kaki kita tersandung, maka batu itu masalah. Kehidupan akan dijalani lebih enak bila masalah-masalah itu dapat diselesaikan. Ada banyak cara menyelesaikan masalah, mulai dari cara yang sederhana sampai yang paling rumit. Bila cara yang diguna amat sederhana maka biasanya masalah tidak terselessaikan secara tuntas. Penyelesaian secara detail itu biasanya dapat mengungkap semua masalah yang berkembang dalam kehidupan manusia. Nilai itu bersifat objektif tapi kadang-kadang bersifat subjektif. Dikatakan objektif jika nilai-nilai tidak tergantung pada subjek atau kesadaran yang menilai. Tolak ukur suatu gagasan berada pada objeknya, bukan pada subjek yang melakuakn penilaian. Kebenaran tidak tergantung pada kebenaran pada pendapat individu melainkan pada objektivitas fakta. 8
Sebaliknya, nilai menjadi subjektif, apabila subjek berperan dalam member penilaian, kesadaran manusia menjadi tolak ukur penialian. Dengan demikian nilai subjektif selalu memperhatikan berbagai pandangan yang dimiliki akal budi manusia seperti perasaan yang akan mengasah kepada suka atau tidak suka, senang atau tidak senang. Bagaimana dengan objektifitas ilmu? Sudah menjadi ketentuan umum dan diterima oleh berbagai kalangan bahwa ilmu harus bersifat objektif. Salah satu faktor yang membedakan anatara pernyataan ilmiah dengan anggapan umum ialah terletak pada objektivitasnya. Seorang ilmuwan harus melihat realitas empiris dengan mengesampingkan kesadaran yang bersifat ideologis, agama dan budaya. Seorang ilmuan haruslah bebas dalam mennetukan topic penelitiannya, bebas melakukan eksperimen-eksperimen. Ketika seorang ilmuan bekerja dia hanya tertuju kepada proses kerja ilmiah dan tujuannya agar penelitiannya berhasil dengan baik. Nilai objektif hanya menjadi tujuan utamanya, dia tidak mau terkait pada nilai subjektif. KESIMPULAN 1. Ilmu adalah pengetahuan tentang segala persoalan baik dunia maupun akhirat yang bersifat sistematis dan mempunyai dasar yang dapat dipertanggungjawabkan. 2. Jenis-jenis dasar-dasar keilmuan : • Menurut Prof. Drs. Harsopo, ilmu – ilmu empiris baik ilmu pengetahuan alam maupun ilmu pengetahuan sosial, berdasarkan tujuannya dapat dibagi dua kategori, yaitu: Ilmu – ilmu murni, Ilmu – ilmu terapan (terpakai) • Pada zaman Purba Abad pertengahan pembagian ilmu pengetahuan berdasarkan “artis liberalis “ yang terdiri dari: 1. Trivium atau tiga bagian adalah: 2. Gramatika, bertujuan agar manusia dapat berbicara yag baik. 3. Dialektika, bertujuan agar manusia dapat berpikir dengan baik, formal dan logis. 4. Retorika, bertujuan agar manusia dapat berbicara dengan baik. 5. Quadrivium, atau empat bagian adalah: a) Aritmatika, adalah ilmu hitung. b) Geometrika,adalah ilmu ukur. c) Musika, adalah ilmu musik. d) Astronomia, adalah ilmu perbintangan. • Menurut klasik ilmu pengetahuan dibedakan dalam : i. Natural sciences ( kelompok ilmu-ilmu alam) ii. Social sciences ( kelompok ilmu-ilmu sosial ) • Dr. C.A Van Peurson membedakan ilmu pengetahuan atas: a) Ilmu pengetahuan kemanusiaan. b) Ilmu pengetahuan alam. c) Ilmu pengetahuan hayat. d) Ilmu pengetahuan logik- deduktif • Di dalam Undang- Undang pokok pendidikan tentang perguruan tinggi Nomor: 22 Tahun 1961 di Indonesia mengklarifikasikan ilmu pengetahuan atas empat kelompok yaitu: a) Ilmu agama/ kerohanian, yang meliputi: b) Ilmu agama c) Ilmu jiwa d) Ilmu kebudayaan, yang meliputi: e) Ilmu sastra f) Ilmu sejarah 9
g) Ilmu pendidikan h) Ilmu filsafat i) Ilmu sosial yang meliputi: j) Ilmu hukum k) Ilmu ekonomi l) Ilmu sosial politik m) Ilmu ketatanegaraan dan ketataniagaan • Ilmu Eksakta dan teknik, yang meliputi: a) Ilmu hayat b) Ilmu kedokteran c) Ilmu pasti alam d) Ilmu geologi e) Ilmu oceanografi f) Ilmu teknik g) Ilmu geologi h) Ilmu oceanografi 3. Ontologi keilmuan adalah ilmu yang membahas sesuatu yang telah ada, baik secara jasmani maupun secara rohani. Disisi lain, ontologi filsafat adalah cabang filsafat yang membahas tentang prinsip yang paling dasar atau paling dalam dari sesuatu yang ada. 4. Epistimologi keilmuan adalah cabang filsafat yang membicarakan tentang asal muasal, sumber, metode, struktur dan validitas atau kebenaran pengetahuan. 5. Aksiologi keilmuan merupakan ilmu yang mempelajari hakikat dan manfaat yang sebenarnya dari pengetahuan, dan sebenarnya ilmu pengetahuan itu tidak ada yang sia-sia kalau kita bisa memanfaatkannya dan tentunya dimanfaatkan dengan sebaik-baiknya dan dijalan yang baik pula.
DAFTAR PUSTAKA Burhanuddin, Salam.2003.Pengantar Filsafat.Jakarta:PT Bumi Aksara Kattsoff, Louis O. 2004. Pengantar Filsafat. Yogyakarta: Tiara Wacana Yogya.
__________ Irma Nurfitri Steviana (Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Filsafat Ilmu dengan dosen Afid Burhanuddin, M.Pd.)
10