Modul ke:
04
DIGITAL MARKETING COMMUNICATION DASAR-DASAR COMPUTER MEDIATED COMMUNICATION (BAGIAN 2)
Fakultas
ILMU KOMUNIKASI Program Studi
Advertising & Marketing Communication
Cherry Kartika, SIP, M.IKom.
Jadi apa sebenarnya CMC itu?
Bahkan apa yang menjadi lingkup pembahasan CMC itu sendiri masih diselimuti banyak perdebatan
Jadi apa sebenarnya CMC itu? Social software? Technology-Mediated Social Participation?
Information and Communications Technology?
Virtual Community? Online interaction?
Computer-mediated communication
Topik-topik pembahasan yang kerap muncul • Social presentation & perception • Online/Virtual Community • Reputation • Trust & Trustworthiness • Privacy • Collective Action, Information “Pools” and Collaborative Editing • Deception: Lies and the lying liars who lie! • Intimate Relationship • CMC and Games
Terminologiterminologi baru, pemikiranpemikiran baru dan teori-teori baru dalam CMC
Terminologi-terminolgi dalam CMC antara lain …
The Early Beginnings of Computer-Mediated Communication:
The Virtual Community Secara sederhana, VIRTUAL REALITY adalah pemunculan gambar-gambar tiga dimensi yang dibangkitkan komputer, yang terlihat nyata dengan bantuan sejumlah peralatan tertentu. Ciri terpentingnya adalah dengan menggunakan perangkat yang dirancang untuk tujuan tertentu, teknologi ini mampu menjadikan orang yang merasakan dunia maya tersebut terkecoh dan yakin bahwa yang dialaminya adalah nyata.
(Howard Rheingold)
What is an online/virtual community? Virtual communities are social aggregations that emerge from the Net when enough people carry on those public discussions long enough, with sufficient human feeling, to form webs of personal relationships in cyberspace. (agregasi makhluk sosial yang muncul dari Net ketika ada cukup orang yang membawa diskusi publik cukup lama, dengan cukup perasaan manusia, untuk membentuk jaring hubungan pribadi di dunia maya) (Howard Rheingold, The Virtual Community)
SOCIAL NETWORKS NOT the same as “social networking” sites! Its accumulate capital (asset) of… – Social network capital (the benefits of having connections to others) – Knowledge capital (the benefits of learning from others with whom you are connected) – Communion (mutual benefits of communicating and sharing with others)
… through ties within the network (Smith)
Potential “to change our lives” (Rheingold,1995)
Political change (aggregate social level)
Macro
Person-to-person interaction (interpersonal interaction level) Perception, thoughts, personalities (individual level)
Micro
Internet dimaknai sebagai “agora”?
where citizens met to talk, gossip, argue, size each other up, find the weak spots in political ideas by debating about them.
Internet dimaknai sebagai Panopticon?
AN ULTIMATELY EFFECTIVE PRISON A combination of architecture and optics makes it possible in Bentham's scheme for a single guard to see every prisoner, and for no prisoner to see anything else
Rheingold thinks it is a bit of both, it depends on what we create and how we use it.
Agora vs. Panopticon
Teori-teori dalam CMC…
A. Deficit Approaches and Models – Impersonal Perspective
A1. Social Presence Theory A2. Social Context Cues Theory A3. Cuelessness Model A4. Media Richness Model A5. Reduced Social Cues (RSC) Model A6. Cues-Filtered-Out Approach
B. Response to Deficit/Impersonal
B1. SIDE Model B2. SIP Model C. Hyper-personal Model
Social Presence Theory (Short, Williams, & Christie, 1976)
Social Presence Theory (Short, Williams, & Christie, 1976) •
Setiap media memiliki tingkat penerimaan substansi yang berbeda dalam sebuah interaksi.
•
Setiap media juga memiliki tingkat pengalaman “social presence of individual” yang berbeda. Tingkat/level ini berhubungan dengan kualitas medium (termasuk jumlah social cues/active non verbal channels)
• •
Manusia akan lebih memilih komunikasi face to face untuk berkomunikasi Pada dasarnya internet tidak dapat menggantikan fungsi komunikasi face to face
Face to Face memiliki tingkat pengalaman “social presence of individual” tertinggi
Social Presence Theory (Short, Williams, & Christie, 1976)
• Kualitas CMC banyak berkurang, karena: • Unsur-unsur non verbal banyak yang hilang (auditory and visual channels are not activated in most CMC) • Adanya kemungkinan asynchronity (less immediacy in CMC) • Kemungkinan feedback tereduksi, sehingga menjurus ke ketidakpastian dan kesalahpahaman • Info background seringkali tersembunyi (social status, gender, usia, etc) bisa anonim (have no info on body image)
• •
Kemungkinan degradasi dalam komunikasi Dalam CMC bisa muncul problem-problem perilaku seperti flaming (glowing), aggression (violence), dll
Social Presence Theory (Short, Williams, & Christie, 1976)
CMC dianggap sebagai less effective dan less appropriate (suitable)
CMC dapat menjurus ke: •Depersonalized communication •More business-like interaction •A lower degree of friendliness and emotional display
Social Context Cues Theory (based on work by Kiesler, 1984 and Dubrovsky, Kiesler, and Sethna, 1991).
Social Context Cues Theory •
•
Social cues (isyarat sosial) dianggap sebagai indikator dari perilaku. Social cues disini termasuk perihal geografis, organisasi dan variabel situasi Ketimpangan social cues (isyarat sosial) ini berpengaruh pada perlilaku manusia dalam komunikasi bermedia.
Kiesler menyebutkan dalam CMC: • Ada ketimpangan informasi konteks sosial • Norma-norma penting hanya sedikit digunakan Lingkungan CMC hanya memiliki sedikit social context cues, sementara Face to Face memiliki social context cues yang lebih tinggi. Manusia dapat mengenali social order melalui social context cues static (seperti penampilan) maupun social context cues dinamis (seperti perilaku manusia)
Media Richness Model (Daft & Lengel 1986)
Media Richness Model • Menurut teori ini, transmisi dari informasi yang kaya membutuhkan feedback yang instant dan interaktifitas yang tinggi inilah karakter dari rich medium. • Media elektronik yang lebih kaya memungkinkan adanya transmisi dan penerimaan maupun adaptasi terhadap pesan yang lebih baik • Makin kompleks tugas atau tingkat komunikasi maka makin kaya
• (rich medium = telephone or Face to Face communication)
Media Richness Model Media Richness ditentukan oleh beberapa hal:
1. Sebesar apa feedback yang bisa diterima oleh komunikator 2. Jumlah dan kealamian cues yang dapat disampaikan oleh media tersebut 3. Jumlah dan kealamian cues tersebut dapat di terjemahkan oleh penerima pesan 4. Keragaman bahasa yang dapat digunakan 5. Sejauh mana bisa menyampaikan emosi dan perasaan..
Cuelessness Model • Absence of all nonverbal cues and identity markers (e.g., status, occupational role) • Psychological distance increases resulting in more impersonal communication • (Criticism) High in cuelessness can still be psychologically close (Thurlow, Lengel, and Tomic 49)
Reduced Social Cues (RSC) Model (Sproull & Kiesler, 1986 & 1992)
• Reduced social cues makes interactions between people much more difficult to manage • Conversation becomes less fluid, less easily regulated and more effortful (Thurlow 61) • CMC undermines social norms and influences (Thurlow 61)
Cues-Filtered-Out Approach (Culnan & Markus, 1987)
Dominant in 1980s and into the 1990s
CMC is impersonal; less social/personal than in-person interactions As numerous reviews have reflected, Culnan and Markus (1987) coined the term cues-filtered-out to describe a group of theories sharing the premise that CMC has no nonverbal cues and therefore less accomplishment of social functions that typically involve those cues. "CMC, because of its lack of audio or video cues, will be perceived as impersonal and lacking in normative reinforcement, so there will be less socio emotional content exchanged" (Rice & Love, 1987).
<
Social Identity Model of Deindividuation Effects (SIDE) - Reicher, Spears, & Postmes, 1995
• Dalam masalah depersonalisasi, identitas individu masih dapat terlihat dalam identitas grup seseorang dapat diidentitaskan sebagai “bagian grup” (in group) maupun “diluar grup” (out group) • Grup-based discriminators semakin terasa dalam hubungan manusia di dunia online • Disini users mengadaptasi norma-norma (social behavior) tertentu • Unsur anonim dalam CMC dilihat justru meningkatkankan selfcategorization.
✔
Social Information Processing (SIP) Theory Walther, 1992) • •
• •
Direct response terhadap cues filtered out approach. Relationships masih dapat dilakukan dan berlaku dalam bentuk online, walaupun rate-nya lebih lamban dibanding dalam face-to-face environments. Kebutuhan social bonding tetap sama dalam CMC seperti dalam komunikasi face to face Orang masih dapat mengkompensasikan loss of non-verbal cues dalam CMC.
=
Hyper-personal Model (Walther, 1996) Kadang, keunikan dalam CMC justru membuat individu dapat mendevelop hubungan yang lebih diinginkan (socially desirable) dibanding di komunikasi face to face Komunikasi hiper-personal dalam CMC dibentuk oleh involment yang kuat, relationship yang intens, persamaan dan kedekatan yang tinggi diantara orang yang berkomunikasi.
Penyebab dari komunikasi hiper-personal ini: • Persepsi ideal yang dibentuk oleh pembuat pesan • Self presentation yang optimal dari masing-masing pihak • Non verbal cues yang minimal dari masing-masing pihak yang justru membuat feedback dan intensitas komunikasi lebih positif
>
Muncul diskusi dan pendapat baru…
Mengaitkan Impression Management dengan CMC
• Impression management berhubungan dengan taktik seseorang dalam mempresentasikan diri mereka dan membentuk impresi yang ia sukai didepan orang lain dalam social context tertentu (Wallace, 1999) • Asynchronous dan komunikasi text-only yang terjadi pada kebanyakan interaksi dalam CMC tidak terlalu dianggap penting dalam konteks ini.
• Implikasi dari Impression Management dalam CMC: – Secara potensial meningkatkan efektifitas (terutama bila menyangkut gender, usia, dan etnik) – Bisa meningkatkan interpersonal satisfaction dan daya tarik dari masingmasing pihak dalam berinteraksi
Mengaitkan Uses & Gratification Theory dengan CMC
• Uses & Gratification Theory (Blumer & Kantz, 1974; Rosengren, 1985) menjelaskan bahwa konsumen/user dapat menentukan pilihan dalam menentukan medium yang di inginkan dibanding dengan medium lain yang tersedia. • U&G Theory ini berasumsi bahwa manusia menggunakan media untuk memenuhi kebutuhan tertentu (manusia satu berbeda dengan manusia lain tergantung kebutuhan dan apa yang mereka bisa terima dari media itu). • Dalam konteks ini, bagi orang-orang yang seringkali berkomunikasi dan engage dengan pertukaran informasi yang cukup sering maka akan cenderung menggunakan/mengkombinasikan beragam media (combine media) termasuk salah satunya adalah CMC.
TUGAS 2: Kelompok 1-5
Buat contoh kasus yang dapat menggambarkan isu-isu yang berkaitan dengan salah satu topik-topik dibawah ini dalam konteks CMC: • social presentation & perception • online/virtual community • reputation • collective action, information “pool”, & collaborative editing • privacy PPT & MS Word (min. 5 halaman, 2 spasi)
DISKUSI KELOMPOK 6-DST Media Consumption Changes: Eropa, Amerika, Afrika, Asia (exclude Indonesia), Indonesia
Social presentation, interpersonal perception, and deception – Goffman, E. (1956) Chapter 1 from The Presentation of Self in Everyday Life. New York: Doubleday. (In reader.) – Donath, J. (1998) Identity and Deception in the Virtual Community. In Smith, M., and P. Kollock (Eds.)Communities in Cyberspace. London: Routledge. – Donath, J. (2011) Signals, cues, and meaning (draft chapter). In Signals, Truth and Design. Cambridge, Mass.: MIT Press (forthcoming). – Hancock, J.T. (2007) Chapter 19: Digital deception: Why, when and how people lie online. In Joinson, A., McKenna, K., Postmes, T., and U-D. Reips (Eds.) The Oxford Handbook of Internet Psychology. Oxford, England: Oxford University Press. (In reader.)
Terima Kasih Cherry Kartika, SIP, M.IKom.