1
PARADOKSDALAM PENGELOLAAN DAERAH ALIRAN SUNGAI/DAS Oleh : Samsudi*
Abstrak The general rule is that, whose are doing somethingthen they are getting the benefit. In the watershed management there is a paradox, which is the upper area should conserve land and water for making save the lower area. It because the all activities related to water and land will impact to the lower area. The quality of water and land conservation the upper land wills determent the water resource and sedimentation lower area. Therefore to realize that purpose need to create an harmony to land and water upper area of upper and lower area which is involving governments, institutions and communities. It needsa mutual understanding either and lower stakeholder.
Kata kunci: Pengelolaan DAS ============================================
Apa dan Mengapa Paradoks? Paradoks
atauparadox dalam bahasa Inggris berarti kontradiksi
atau kondisi
bertentangan dengan yang umum.Dalam pengelolaan Daerah Aliran Sungai/DAS sudah lama dikenaladanya paradoks, yaitu adanya tugas atau
kewajiban daerah
hulu/atas untuk melaksanakan/memelihara konservasi tanah dan air dengan baik agar daerah bawah aman dari bahaya banjir. Sebaliknya bila daerah atas tidak melakukan tugasnya:mengkonservasi tanah dan air dengan baik maka daerah bawah akan menderita bencana banjir, kekurangan air dan menerima endapan sedimentasi lumpur hasil erosi. Banjir di Jakarta saat ini pada dasarnya merupakan wujud hukum paradoks di atas, yaitu karena daerah Bogor, Puncak dan Cianjur konservasi tanah dan air-nya tidak bagus maka setiap kali banjir terjadi.Jadi paradoksnya adalah bahwa orang/penduduk didaerah atas harus bekerja keras melakukan konservasi tanahdan
*Widyaiswara Utama pada Pusat Diklat Kehutanan-Bogor
2
air dan orang/penduduk daerah bawahlah yang menikmati hasilnya. Umumnya yang bekerja keras merekalah yang menikmati hasilnya, tetapi ternyata berbeda di dalam pengelolaan DAS. Mengapa paradox tersebut terjadi? Air akan selalu mengalir kearah bawah karena gaya beratnya. Dengan demikian air hujan yang jatuh di kawasan atas atau hulu akan mengalir ke kawasan hilir atau bawah. Bila air yang jatuh dari hujan di daerah atas dikoservasi melalui teknik-teknik yang benar, baik secara sipil teknis maupun vegetatif maka air akan diinfiltrasikan dan diperkolasikan sehingga tidak mengalir melewati permukaan tanah. Tetapi bila tidak dilakukan maka air akan mengalir kebawah yang dapat membawa atau mengangkut butiran tanah dan bila skalanya besar akan menjadi banjir.
Mengatasi Paradoks dalam Pengelolaan DAS Jawaban yang sederhana adalah perlu dibangun hubungan hulu-hilir yang harmoni antara pemerintah dan masyarakat bagian atas dan bagian bawah. Harus terjadi saling memahami dan kontribusi dalam melakukan upaya-upayan konservasi tanah dan air baik pemerintah mupun
masyarakat di bagian atas dan dibagian
harus membangun hubungan hulu-hilir DAS
yang baik.
bawah.Mereka
Seperti kasus banjir di
Jakarta,pemerintah dan masyarakat DKI, Tangerang dan Bekasi daerah BOPUNCUR (Bogor, Puncak dan Cianjur) harus melakukan dan memelihara konservasi tanah yang baik agar banjir Jakarta berkurang.Disamping setiap daerah perlu menerapkan tata ruang yang baik, perilaku masyarakatnya harus mengkoservasi tanah dan air termasuk tidak membuang sampah ke sungai. Daerah Jakarta sudah sejak lama membangun perumahan dan perkantoran pada daerah-daerah yang rendah seperti rawa-rawa atau bantaran sungai. Daerah-daerah rendah tersebut sebenarnya dahulunya tempat air berada/ditampung secara alami. Jadi kalau
musim hujan airnya tiap kali datang ke
daerah tersebut dan memang sejak dulu atau dari sononya begitu. Lalu saat kini air datang ke daerah rendah yang biasanya sebagai tempat penampungan kita sebut sebagai banjir,karena rumah kita disitu. Jadi selain daerah atas perlu membangun dan memelihara kegiatan konservasi tanah dan air daerah bawah juga harus menata ruang dengan baik.
3
Lalu bagaimana agar banjir di Jakarta dan sekitarnyaa serta kota-kota lain yang dibangun didaerah bawah seperti Semarang, Pekanbaru, Palembang, Samarindadan lain-lain dapat dikurangi atau dicegah?
Jawabannya adalah daerahatas/hulu harus
melakukan kaidah-kaidah konservasi tanah dan air secara baik sehingga air yang jatuh pada saat hujan didaerah atas terinfiltrasi, ter-perkolasi sehingga akan tersimpan didalam tanah dan kemudian mengalir kebawah sehingga akan muncul sebagai mata air mata air didaerah bawah.Kalau koservasi tanah tidak dilakukan maka air hujan yang jatuh akan langsung mengaalir diatas permukaan tanah (run off) sehingga membawa butiran-butiran tanah (erosi) yang makin besar dapat mengangkut apa saja yang ada bahkan bisa mengikis dan mendorong tumpukan tanah didepannya sehingga tanah tersebut longsor atau gugur. Disamping tanah longsor terjadi oleh penyebab diatas, ternyata tanah longsor juga bisa terjadi pada kawasan lahan/bukit yang vegetasi pohon-pohonannya atau hutannya bagus. Pada suatu kawasan hutan yang pohon-pohonan diatasnya
terus tumbuh maka
batang-batangnya menjadi besar dan tajuk yang rimbun berarti berat massanya meningkat. Disamping itu kemampuanlahan untuk menahan air juga meningkat. Jadi lahan tersebut makin berat karena massa vegetasi dan massa air yang ditahan tanah. Dalam waktu yang bersamaan ikatan butiran tanah yang posisinya pada permukaan kedap air dibawahnya melemah, kendor dan akhirnya lepas, maka meluncurlah gundukan tanah diatasnya sebagai longsoran.
Teknik Konservasi Tanah dan Air Cara Kombinasi Sipil Teknis dan Vegetatif. Teknik konservasi tanah pada umumnya dilakukan dengan dua cara yaitu teknis sipil dan vegetatif. Cara teknik sipil dengan membuat bendungan, dam pengendaaali, dam penahan, embung , teras memiliki dampak pengurangan aliran permukaan yang cepat. Begitu bangunan teknik sipil dibangun segera aliran permukaan berkurang sehingga banjir akan segera surut. Sementara itu konservasi tanah dan air dengan cara vegetatif proses pengurangan aliran permukaan lambat dan akan terjadi setelah pertumbuhan vegetasi menutup permukaan tanah. Tetapi dalam jangka panjang lebih efektif karena
4
selama pertumbuhan dan penutupan permukaan tanah terjaga maka permukaan aliran air akan terkendali. Beda dengan bangunan teknik sipil yang umumnya makin lama akan makin berkurang fungsinya karena kapasitas menampung air dan kekuatannya berkurang. Oleh karena itu idealnya teknik konservasi tanah dilakukan secara kombinasi, yaitu secara teknik sipil dan vegetatif. Dengan cara tersebut bangunan teknik sipil akan berfungsi padaa awal dimana begitu bangunan selesai segera akan mengurangi aliran permukaan air, menampung air, mengendapkan erosi mengurangi
kemudian
banjir. Sedang vegetasi akan berfungsi efektif kemudianyaitu setelah
penutup tanah seperti rumput dan atau cover crops lainnya terbentuk dan ini bisa terjadi kurang lebih 1 tahun. Sedang pohon-pohonan umumnya baru berfungsi setelah umurnya 3 tahun dan akan berpengaruh efektif pada penurunan aliran air permukaan. Tajuk akan mematahkan kecepatan butiran air hujan kemudian mengalirkan air melalui batang ke dalam tanah dan permukaan tanah yang berlubang/berpori
karena
munculnya kehidupan zat renik.
Membangun hubungan hulu dan hilir DAS Tulisan Haidarat (2012) tentang “ Solusi mencegah Banjir di Jakarta” menarik untuk diperhatikan, antara lain
dia menyarankan penghijauan lingkungan, pengembalian
penyimpangan dan penggunaan lahan, koordinasi daerah hilir dan hulu BOPUNCUR Depok, Tangerang dan Bekasi. Kalau kita mencermati tata ruang di setiap propinsi sebenarnya telah diatur dalam PP no 26 tahun 2008. Sedang khusus untuk wilayah DKI Jakarta dan kawasan Depok, Tangerang, Bekasi, Bogor, Puncak dan Cianjur pada tanggal 12 Agustus 2008 telah diterbitkan Peraturan Presiden No. 54 tahun 2008 tentang Penataan Ruang Kawasan Jabodetabekpunjur. Coba kita perhatikan Harapan
Laporan final oleh Konsultan PT. Multi
(2009) tentang Review Master Plan Pengendalian Banjir
dan Drainage
kepada Dinas Pekerjaan Umum DKI Jakarta yang menyatakan hal-hal sebagai berikut :
5
“Salah satu tujuan dari penatan ruang di wilayah Jabodetabekpunjur adalah untuk mewujudkan daya dukung lingkungan yang berkelanjutan dalam pengelolaan kawasan, untuk menjamin tetap berlangsungnya konservasi air dan tanah, menjamin tersedianya air tanah dan air permukaan, serta menanggulangi banjir. Sedang sasaran dari penataan ruang di Jabodetabekpunjur antara lain adalah tercapainya kesepakatan antar daerah untuk mengembangkan sektor dan kawasan prioritas menurut tingkat kepentingan bersama” .
Selanjutnya ditegaskan juga bahwa “ “Strategi penataan ruang kawasan Jabodetabekpunjur untuk mendorong terselenggaranya pembangunan kawasan yang dapat menjamin tetap berlangsungnya tahun juga terus terjadi.konservasi air dan tanah, menjamin tersedianya air tanah dan air permukaan, serta menanggulangi banjir dengan mempertimbangkan daya dukung lingkungan yang berkelanjutan dalam pengelolaan kawasan”.
Kalau kita cermati pernyataan dalam laporan tersebut diatas tentunya sudah menjadi pembicaraan oleh para pejabat di DKI, karena sudah 4 tahun yang lalu. Sedang Peraturan Presiden nomor 54 tahun 2008 sendiri yang mengatur tentang Penataan Ruang Kawasan Jabodetabekpunjursudah 5 tahun lebih memang belum dilaksanakan secara penuh sementara di DKI dan sekitarnya banjirnya hampir selalu terjadi setiap tahun . Sejak tahun tahun 2009 itu banjir telah terjadi berkali-kali dan pada saat banjir terjadi yaitu pada bulan Januari 2014 atau 4 tahun sejak laporan review master plan Pengendalian Banjir dan Drainage DKI Jakarta baru terjadi pertemuan antara Gubernur DKI Jakarta Joko Widodo dengan Gubernur Jawa Barat Heryawan dan Bupati Bogor. Walaupun terlambat, pertemuan tersebut sangat penting dan telah muncul ide konkrit antara lain akan dibangunnya dam/bendungan di daerah atas yaitu didaerah Ciawi kabupaten Bogor, penataan/pemeliharaan situ di daerah DKI, Jawa Barat dan Banten dan rencana sodetan sungai Ciliwung ke daerah Kabupaten Tangerang yang kontroversial. Tetapi tetap perlu diingat bahwa bangunan konservasi tanah dan air dengan teknis sipil seperti dam dan bendungan tersebut berfungsi dalam jangka pendek dan bukan jangka panjang seperti teknik konservasi tanah dan air secara vegetatif. Jadi kegiatan konservasi tanah dan air di daerah hulu dengan penanaman pohon-pohan dan vegetasi yang lain untuk menyerap/menyimpan air hujan, mengurangi erosi dan sedimentasi pada dam dan bendungan yang dibangun harus dilakukan. Sangat penting pertemuan tingkat tinggi pimpinan puncak Propinsi DKI dan Jawa Barat
6
yangmemunculkan beberapa ide tersebut. Langkah lanjutannya adalah dilakukannya berbagai kajian teknis secara mendalam dan intensif. Untuk mewujudkan hal tersebut sebaiknya dibentuk Regu Kerja yang tugasnya menuntaskan ide-ide tersebut diatas dan harus bekerja sepanjang tahun, misalnya setiap bulan Regu Kerja harus bertemu dan melaporkan hasilnya kepada Gubernur DKI, Gubernur Jawa Barat dan Gubernur Banten serta menyampaikannya kepada masyarakat juga. Jadi pertemuan pejabat daerah bawah (DKI dan Banten) dengan Gubernur Jawa Barat dan Bupati Bogor adalah awal yang penting dalam membangun hubungan hulu–hilir dalam pengelolaan DAS Ciliwung-Citarum.Balai Pengelolaan DAS Ciliwung-Citarum sebenarnya telah menyusun Perencanaan DAS terpadu yang semestinya dua tahun telah ditanda tangani oleh Gubernur Jawa Barat, Gubernur DKI dan Gubernur Banten.Sebaiknya Dokumen Perencanaan DAS Terpadudicermati dengan baik untuk diimplementasikan.
Pengelolaan DAS terpadu Partisipasi
stake holders atau para pihak didalam pengelolaan DAS adalah sangat
penting karena pengelolaan DAS pada dasarnya merupakan upaya manusia dalam mengendalikan hubungan timbal balik antara sumber daya alam dengan manusia di dalam DAS dan segala aktivitasnya, dengan tujuan membina kelestarian dan keserasian ekosistem serta meningkatkan kemanfaatan sumber daya alam bagi manusia secara berkelanjutan( Samsudi dan Tetty Suhaeti 2008). Didalam DAS terdiri dari berbagai kepentingan dengan masing-masing aktivitas dan tujuannya, oleh karenanya pengelolaan DAS harus diselenggarakan secara terpadu agar tujuan dan
sasaran pengelolaan DAS
tercapai.
PengelolaanDAS terpadu
merupakan proses formulasi dan implementasi suatu kegiatan yang menyangkut pengelolaan
sumber
daya
alam
dan
manusia
dalam
mempertimbangkan aspek sosial, ekonomi dan kelembagaan
suatu
DAS
didalam
dengan mencapai
tujuan dan sasaran.Dalam pengelolaan DAS terpadu, sejak dari perencanaan semua pihak; lembaga dan masyarakat terlibat dan kemudian pada implementasi juga ikut bertanggung jawab termasuk pembiayaan. Perencanaan Pengelolaan DAS terpadu telah disusun, walaupun diberbagai daerah melalui proses
yang panjang dan
7
mengalami berbagai kendala. Hal yang
yang penting kita
cermati adalah dalam
implementasi, umumnya bila sudah menyangkut biaya akan saling menghindar.
DAFTAR PUSTAKA Haidarat (2012) Solusi Mencegah Banjir di Jakarta.http://haidarastgreen. wordpress. com/tag/solusi-mencegah-banjir-di-jakarta/
PT. Multi Harapan (2009)
Laporan final tentang Review Master Plan Pengendalian Banjir dan Drainage kepada Dinas Pekerjaan Umum DKI Jakarta.
Tetty Suhaeti dan Samsudi dan (2008).Rehabilitasi Lahan dan Perhutanan sosialModul Mata Diklatpada Diklat
Kepala
Hutan Produksi. Pusat Diklat
Kesatuan Pengelolaan
Kehutanan. Bogor.