DARI PENDIDIKAN LINGKUNGAN HIDUP MENUJU PENDIDIKAN UNTUK PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN
Pidato Pengukuhan Profesor Bidang Ilmu Pendidikan Lingkungan Pada Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Negeri Semarang
Disampaikan pada Upacara Penerimaan Jabatan Profesor Universitas Negeri Semarang Hari Selasa, tanggal 22 November 2016
Oleh Sri Ngabekti
KEMENTERIAN RISET TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG 2016
Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarokatuh Yang terhormat: Rektor dan Wakil Rektor Universitas Negeri Semarang; Ketua, Sekretaris, dan anggota Senat Universitas Negeri Semarang; Para Profesor Tamu Segenap unsur pimpinan tingkat universitas, fakultas, Program Pasca Sarjana, Lembaga, Badan, Biro, Jurusan, dan Program Studi di Universitas Negeri Semarang; Para kolega Tenaga Pendidik, Tenaga Kependidikan, Mahasiswa; serta Para tamu undangan, rekan sejawat, keluarga, dan hadirin sekalian yang dirahmati Allah SWT. Puji dan syukur ke Hadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan karuniaNya, sehingga pada hari ini saya dapat menyampaikan pidato pengukuhan sebagai profesor dalam bidang Pendidikan Lingkungan Pendahuluan Hadirin yang saya muliakan. Manusia merupakan salah satu komponen biotik lingkungan, diciptakan Allah SWT sebagai khalifah di muka bumi untuk dapat menjaga dan memanfaatkan sumber daya alam yang ada di dalamnya. Namun tidak dapat dipungkiri bahwa manusia ternyata juga dapat menjadi penyebab kerusakan alam dan lingkungan. Soemarwoto (1997) menyatakan bahwa pembangunan dapat dan telah merusak lingkungan. Sementara itu semua pihak menginginkan agar pembangunan tetap dilakukan, tetapi lingkungan tetap lestari, yaitu kondisi lingkungan yang dapat menjamin kesejahteraan hidup manusia dan makhluk hidup lainnya. Untuk memelihara kelestarian lingkungan, setiap pengelolaan harus dilakukan secara bijaksana, sehingga menuntut adanya pengetahuan yang cukup tentang lingkungan dan akibat yang timbul karena gangguan manusia. Pengelolaan yang bijaksana juga menuntut kesadaran akan tanggung jawab manusia terhadap kelangsungan hidup generasi mendatang. Pengetahuan dan kesadaran akan pengelolaan lingkungan dapat diperoleh melalui pendidikan, yang di Indonesia dikenal dengan Pendidikan Lingkungan Hidup (PLH). PLH telah mulai dilaksanakan sejak tahun 2004 ketika Depertemen Pendidikan Nasional (Depdiknas) melalui Proyek Pendudukan dan Lingkungan Hidup mengadakan sosialisasi dan pelatihan tentang konsep pendidikan lingkungan pada pendidikan dasar dan menengah. Tahun 2005, Kerjasama Menteri Lingkungan Hidup dengan Menteri Pendidikan Nasional dan Menteri Agama menetapkan Surat Edaran tentang pelaksanaan PLH pada jenjang pendidikan dasar dan menengah.
Pelaksanaan PLH menimbulkan berbagai permasalahan, mulai dari padatnya kurikulum, pelatihan belum merata, sumber daya manusia belum siap untuk menyediakan materi atau bahan ajar. Untuk mengatasi padatnya kurikulum, Depdiknas menyarankan untuk memasukkan pendidikan lingkungan terintegrasi dengan mata pelajaran lain maupun dalam muatan lokal. Namun ternyata implementasi PLH juga masih terkendala. Di Jawa Tengah, sampai dengan tahun 2007, pelaksanaan PLH baru dalam taraf sosialisasi, sehingga masih sedikit sekolah yang melaksanakannya. UNNES sejak menyatakan diri sebagai Universitas Konservasi bertujuan untuk meningkatkan sikap mental, perilaku, dan peran serta seluruh warga UNNES dalam pembangunan untuk mendukung nation and character building sesuai kaidah konservasi. Oleh karena sejak tahun 2008 UNNES menerapkan PLH sebagai mata kuliah wajib non sks bagi seluruh mahasiswa baru. Kemudian pada tahun 2015, PLH berubah menjadi Pendidikan Konservasi sebagai mata kuliah wajib dan masuk sks bagi mahasiswa baru angkatan 2015/2016. PLH lebih menekankan kepada pengelolaan lingkungan hidup. Sementara dalam implementasinya, jika lingkungan hidup diperbaiki akan berbenturan dengan kepentingan bidang ekonomi dan sosial-budaya masyarakat. Oleh karena itu dalam rangka mencapai keberhasilan pembangunan berkelanjutan, maka ketiga aspek tersebut diintegrasikan. Pembangunan berkelanjutan (sustainable development) merupakan upaya sadar dan terencana yang memadukan aspek lingkungan hidup, sosial, dan ekonomi ke dalam strategi pembangunan untuk menjamin keutuhan lingkungan hidup serta keselamatan, kemampuan, kesejahteraan dan mutu hidup generasi masa kini dan masa depan (Anonim, 2009). Menurut Sudarsono (dalam LPM ITB, 2000), pembangunan berkelanjutan hanya akan tercapai jika sumber daya dikelola dengan baik, proporsional, dan transparan di dalam wadah kelembagaan yang kuat. Sumber daya yang dimaksud adalah sumber daya manusia, alam buatan, dan sosial. Zenelaj (2013) menyatakan untuk mencapai pembanguan berkelanjutan diperlukan perubahan mendasar dan komprehensif dalam hal perilaku dan kebiasaan hidup manusia terkait dengan masalah ekonomi dan lingkungannya. Salah satu upaya mencapai tujuan pembangunan berkelanjutan adalah dengan mengelola sumber daya melalui pendidikan. Hal ini sesuai dengan hasil pertemuan United Nations Conference on Environment and Development (UNCED) di Rio de Jeneiro tentang rencana aksi global yang dikenal dengan Agenda 21. Substansi utama Agenda 21 adalah memperkenalkan pendidikan sebagai alat yang penting untuk mencapai pembangunan yang berkelanjutan (Education for Sustainable Development/ ESD) atau Pendidikan untuk Pembangunan Berkelanjutan (PPB).
Menurut Hanns Siedel Foundation (HSF) & UNY (2010), pendidikan dipilih dalam implementasi pembangunan berkelanjutan karena merupakan instrumen kuat yang efektif untuk melakukan komunikasi, memberikan informasi, penyadaran, pembelajaran dan dapat untuk memobilisasi massa/komunitas, serta menggerakkan bangsa ke arah kehidupan masa depan yang berkembang secara lebih berkelanjutan (more sustainably developed). UNESCO (2012) menyatakan ilmu pengetahuan dan pendidikan merupakan faktor kunci untuk perkembangan dan pertumbuhan ekonomi secara inklusif dan wajar. Wals & Kieft. (2010) menjelaskan PPB adalah visi pendidikan yang mencoba menyeimbangkan antara manusia dan kesejahteraan ekonomis dengan tradisi budaya dan ketersediaan sumber daya alam di bumi. Sementara Gunamantha (2010) menggunakan singkatan PUPB memaknainya sebagai paradigma tentang bagaimana kita mencapai pembangunan berkelanjutan. Pendidikan untuk Pembangunan Berkelanjutan di Indonesia Di tingkat global, PPB sudah dimasukkan ke dalam sistem belajar mengajar pada tahun 2002, yang bertujuan untuk mencari keseimbangan manusia dan ekonomi sesuai dengan tradisi budaya dan penghormatan terhadap ekosistem bumi. Untuk meneguhkan tekat dan penerapan konsep PPB, pada akhir tahun 2005 disetujui resolusi tentang pencanangan Dasawarsa PPB. Dasawarsa PPB memiliki visi dasar terwujudnya sebuah dunia dimana semua orang memiliki kesempatan memperoleh keuntungan dari pendidikan bagi transformasi masyarakat. Salah satu sasarannya adalah mengembangkan strategi di setiap tingkat untuk memperkuat kapasitas dalam PPB. Kebijakan PPB di Indonesia ditetapkan pada tanggal 19 Februari 2004 oleh Kementerian Lingkungan Hidup bersama dengan Departemen Pendidikan Nasional, Departemen Agama, dan Departemen Dalam Negeri. Keterampilan yang diharapkan dari PPB ini dapat dipelajari dan diterapkan menurut konteks perbedaan budaya kelompok dan stake holder. Dengan masuknya PPB, pendidikan lingkungan hidup akan lebih mempunyai keuntungan dan keunggulan, dan identitas baru sebagai satu kesatuan pendidikan yang dibutuhkan untuk menggabungkan antara konsep dan praktek dalam kurikulum sekolah. Dimensi PPB pun lebih luas karena mencakup ekonomi, lingkungan, sosial-budaya, energi, dan kesehatan. PPB adalah pendidikan yang memberikan kesadaran dan kemampuan kepada semua orang (utamanya generasi mendatang) untuk berkontribusi lebih baik bagi terlaksananya pengembangan berkelanjutan pada masa sekarang dan yang akan datang (Sudibyo, 2008). Tujuan PPB untuk meningkatkan mutu program dan metode pembelajaran. Semua konsep, teori,
pengetahuan, dan lain-lain harus dapat diajarkan kepada anak-anak/siswa pada semua tingkat, meskipun dalam bentuk-bentuk yang telah disesuaikan. Tujuan akhir dari PPB adalah pendidikan berakhlak mulia. PPB dianggap sebagai paradigma baru di bidang pendidikan, sehingga masih terlalu awam bagi sebagaian besar masyarakat termasuk yang berkecimpung di dunia pendidikan baik formal, nonformal dan informal itu sendiri. Sosialisasi PPB yang sudah dilakukan baru sebatas kepada para birokrat. Sedangkan untuk praktisi seperti tenaga kependidikan belum mendapatkan sosialisasi. Padahal praktisi inilah yang memiliki peran penting dalam merancang dan melaksanakan pembelajaran. Pengetahuan tentang PPB masih sangat “maya” sehingga perlu terus disosialisasikan agar mereka peduli dan berperilaku yang mendukung untuk pengembangan berkelanjutan (Hastuti 2009). Namun menurut Indriyanto (2009), PPB telah berjalan lama di Indonesia, hanya saja mengenai definisi istilah tersebut belum terdapat kesepakatan bersama. “EfSD ternyata konsep baru tapi kita sudah melaksanakannya,” Manfaat PPB menurut Sudibyo (2008) adalah terbangunnya kapasitas komunitas/bangsa yang mampu membangun, mengembangkan dan mengimplementasikan rencana kegiatan yang mengarah kepada sustainable development, yaitu kegiatan yang mendukung pertumbuhan ekonomi
secara
berkelanjutan,
berbasis
keadilan
sosial
dengan
mempertimbangkan
keseimbangan beberapa ekosistem, antara lain: pengembangan kualitas SDM dan teknologi ramah lingkungan, pemeliharaan lingkungan dan diversitas, keselarasan dan kelestarian budaya, serta keseimbangan produksi dan konsumsi, dan sebagainya. PPB juga bermanfaat untuk mendidik manusia sadar tentang individual responsibility yang harus dikontribusikan, menghormati hak-hak orang lain, alam dan diversitas, dan dapat menentukan pilihan/keputusan yang bertanggung-jawab, serta mampu mengartikulasikan semua itu dalam tindakan nyata yang dikenal dengan slogan think globally, but act locally. PPB diharapkan secara bersama mempunyai komitmen untuk berkontribusi dalam mewujudkan kehidupan yang lebih baik, dunia yang lebih aman-nyaman, baik sekarang maupun dimasa mendatang bagi generasi yang akan datang. Hal ini merupakan sebuah pemahaman tentang kompleksitas dan diversitas secara komprehensif; serta pemahaman tentang bagaimana cara mengubah segala pengembangan kearah sustainibilitas, dan dilaksanakan melalui perencanaan dan pelaksanaan yang bijaksana, serta disosialisasikan secara efektif dan meluas. Dimensi PPB Dimensi PPB (dalam Sudibyo, 2008) mencakup tiga bidang sebagai berikut.
a. Bidang ekonomi, mencakup pertumbuhan berkesinambungan, kesetaraan hak dan kesempatan serta keseimbangan produksi dan konsumsi b. Bidang lingkungan/ekologi: keseimbangan beberapa sistem, dan WEHAB (water, energy, health, agriculture, biodiversity) c. Bidang sosial, politik, budaya, termasuk di dalamnya harmoni, selaras dan empati, demokrasi, partisipasi, keadilan sosial, ras, gender, klas sosial tertentu, diversitas kultur dan budaya, serta pengembangan sains dan teknologi ramah lingkungan. Isue strategis PPB di Indonesia adalah sebagai berikut. a. Pendidikan akhlak mulia dari usia dini sampai dengan Perguruan Tinggi. b. Ketahanan pangan, mencakup tersedianya bibit unggul dan pupuk organik, konservasi lahan pangan, diversifikasi pangan pokok, dan perbaikan/pemulihan lahan pertanian. c. Perubahan iklim yang dapat diatasi melalui konservasi hutan atau penghijauan (Carbon ‘sink’), dan pengurangan emisi (Reduction of Emission from Deforestration and Degradation = REDD). d. Penggunaan energi yang ramah lingkungan (geothermal, solar, coastal, wind), dan substitusi BBM (yang praktis dan aman). e. Perbaikan lingkungan, terutama meningkatkan biodiversitas dan pengurangan polutan. f.
Bidang kesehatan mencakup konservasi air bersih, penanggulangan tropical diseases dan mengendalikan kelahiran.
g. Bidang budaya, mencakup pelestarian budaya dan seni, serta menghidupkan budaya harmoni, menggantikan budaya kekerasan.
Implementasi PPB Dalam mengimplementasikan PPB, pemerintah di setiap negara dalam melaksanakan pembangunan harus memperhatikan dimensi kemandirian lokal, yang menurut Ali (2009) terdiri atas tiga aspek. a. Community oriented, pembangunan didasarkan pada kebutuhan nyata yang dirasakan oleh masyarakat setempat. b. Community based, pembangunan didasarkan pada sumber daya yang ada: sumber daya manusia, sumber daya alam, sumber daya kelembagaan ekonomi-sosial-politik, serta nilai-nilai yang mendukungnya. c. Community managed, pembangunan yang mengikutsertakan masyarakat setempat.
Implementasi PPB di Indonesia merupakan keharusan yang tidak bisa ditunda lagi demi kehidupan yang lebih baik dimasa sekarang maupun yang akan datang. PPB sebagai muatan pendidikan baik formal maupun nonformal dan informal telah diatur dalam Permendiknas No 63 tahun 2003 tentang Sistem Penjaminan Mutu Pendidikan (SPMP) bagian ketiga mengenai paradigma dan prinsip penjaminan mutu pendidikan pasal 3. Melalui pendidikan nonformal dan informal, diperlukan kontribusi semua pihak untuk mewujudkan kondisi kehidupan yang lebih baik untuk pengembangan berkelanjutan (Hastuti, 2009). Implementasi PPB di Indonesia masih terkendala oleh belum adanya konsep yang jelas tentang PPB. Konsep merupakan pengertian yang sangat penting dalam ilmu, karena para ilmuwan akan mengkomunikasikan konsep-konsep tersebut kepada pihak lain. Konsep PPB yang telah ada juga masih abstrak. Wuryadi (2007) menyatakan konsep yang searah dengan PPB adalah sebagai berikut.(1) Eko-efisiensi: “gemi nastiti ngati-ati” yang berarti hemat, cermat, dan hati-hati untuk secara ekonomi dan ekologi; (2) Hamemayu Hayuning Bawono; (3) Cleaner Production: produksi bersih; (3) Sustainable consumtion and production: konsumsi dan produksi berkelanjutan; (4) Eco-industry; (5) Zero emission technology: teknologi nir-limbah; (6) Membangun sekarang untuk masa depan; (7) Konservasi siklus kehidupan dan habitatnya; dan (8) 4 R’s: Reduction, Reuse, Recycling, Recovery. Permasalahan implementasi PPB lainnya menurut Suprastowo (2010), hingga saat ini belum ada kebijakan dan cara mengimplementasikan PPB secara eksplisit dan terukur, sehingga pencapaiannya kurang optimal. Hal inilah yang menyebabkan implementasi PPB masih bervariasi di antara lembaga. Universitas Gadjah Mada mengimplementasikan dalam kegiatan Pengabdian Kepada Masyarakat dan Kuliah Kerja Nyata. Di lingkungan Pendidikan Nonformal Formal dan Informal (PNFI), implementasi diwujudkan dalam pembentukan desa vokasi. Implementasi dimensi ekonomi pada pendidikan di sekolah diarahkan untuk membiasakan hidup hemat dengan menabung, hidup sederhana, jauh dari sikap konsumerisme dan hedonisme. Dimensi lingkungan diimplementasikan dengan menitikberatkan pada upaya menanamkan kesadaran dan tanggung jawab individu atau bersama-sama menciptakan lingkungan yang bersih, sehat, dan nyaman. Bentuk perilaku sebagai aktivitas keseharian yang dilakukan adalah sebagai berikut. a. Penghijauan di lingkungan sekolah, pekarangan rumah, lahan tidak produktif. b. Menjaga kebersihan tempat belajar, rumah, dan sekitarnya. c. Melaksanakan 3 M (Menutup, Menguras, Menimbun) d. Membuang sampah pada tempatnya. e. Tidak menggunakan bahan kimia tambahan pada makanan.
f.
Budidaya tanaman obat.
g. Tidak menebang pohon, membunuh hewan, memelihara hewan yang dilindungi. h. Mengelola sampah dengan 3R (Reduce, Reuse, Recycle). i.
Mengurangi polutan dan emisi karbon.
Implementasi dimensi sosial-budaya dapat dilakukan pada aktivitas sebagai berikut. a. Memelihara sistem nilai yang berlaku di masyarakat (gotong-royong, kerjasama, rukun, guyub, keterbukaan, empati yang tinggi, solidaritas sosial. b. Memelihara adat istiadat yang tidak melanggar norma susila, norma agama, dan norma hukum. c. Memperbaiki pola perilaku masyarakat. d. Menghargai keberagaman e. Mengembangkan budaya antri PBB termasuk konsep yang dinamis, dapat dikembangkan dan disesuaikan dengan kondisi lokal. Oleh karena itu konsep PPB masih dapat berubah, karena adanya perkembangan ilmu pengetahuan. Dengan sifat dinamika konsep, maka perlu dilakukan eksplorasi untuk menemukan konsep PPB. Ngabekti (2012) telah melakukan eksplorasi persepsi, sikap, dan praktek PPB di Pondok Pesantren Modern Selamat (PPMS) Kendal untuk menemukan konsep PPB yang sesuai dengan relegiusitas masyarakat Indonesia. Konsep PPB yang diperoleh juga lebih operasional, sehingga dapat diimplementasikan di sekolah. Dalam dunia pendidikan, selain tiga dimensi PPB yang telah ada yakni dimensi lingkungan, ekonomi, dan sosial-budaya, juga melibatkan dimensi pedagogikal atau edukasional. Pada lembaga pendidikan berbasis agama, tujuan PPB lebih cepat terwujud dengan sangat bermakna apabila melibatkan dimensi spiritual. Hubungan kelima dimensi PPB dapat dilihat pada gambar berikut. Ditemukannya dimensi spiritual dalam PPB, sesuai juga dengan pendapat Slabi dan Soetendrop (2009 dalam Wals & Kieft. 2010) yang menyatakan bahwa pelibatan dimensi spiritual sangat menarik perhatian. Berdoa, bernyanyi, dan kondisi hening akan menghasilkan dampak yang mendalam dan positif terhadap trend kondisi lingkungan. Zamroni (2011) juga menyatakan, selain dapat diimplementasikan dalam
kurikulum mata pelajaran umum, PPB juga dapat
diimplementasikan dalam mata pelajaran agama. Spirit pendidikan agama yang selalu mengajarkan keselarasan dan kearifan dalam kehidupan umat manusia, dapat dijadikan sebagai basis fundamental untuk mendesain penyelenggarakan pendidikan berparadigma PPB. Keduanya dapat saling melengkapi dan saling menguatkan, sehingga terbentuklah suatu desain kurkulum terpadu dan holistik. Model pendidikan agama berparadigma PPB juga sebagai salah
satu upaya untuk mensinkronkan, mengintegrasikan dan memberi bobot yang sama bagi tiga aspek utama dalam pembangunan berkelanjutan yakni, aspek ekonomi, aspek sosial budaya dan aspek kelestarian lingkungan. Implementasi ini sangat sesuai dengan pendidikan di pondok pesantren. Dimensi Edukasional
Dimensi Lingkungan
Dimensi Spiritual
Dimensi Sosialbudaya
Dimensi Ekonomi Gambar: Hubungan Lima Dimensi PPB (Ngabekti, 2012) . Dimensi Edukasional Dimensi edukasional merupakan sarana untuk mencapai tujuan agar memiliki nilai-nilai PPB. Dimensi ini berpengaruh langsung terhadap persepsi santri terhadap tiga dimensi PPB yang lain. Sedangkan dimensi spiritual menjadi dasar dari konsep PPB yang khas di PPMS Kendal. Berdasarkan sambutan tertulis Ketua Yayasan Pondok Modern Selamat pada tanggal 5 Mei 1992, program pendidikan PPMS Kendal berdasarkan pada tujuan Pemerintah Indonesia dalam membentuk manusia seutuhnya berdasarkan Pancasila dan UUD 45 serta mentaati segala peraturannya. Lulusan PPMS Kendal diharapkan menjadi manusia yang berkualitas prima yang akan dapat mengabdikan dirinya kepada bangsa dan negara secara tulus ikhlas dan penuh rasa tanggung jawab. Landasan atau prinsip yang digunakan adalah: berdirinya pondok dan pelajaran yang diberikan tidak diwarnai dengan kepentingan golongan termasuk pembiayaan serta kehidupan yang ada dalam lingkungan pondok.
PPMS Kendal memiliki program pendidikan umum yang diimbangi dengan pendidikan agama. Hasil pendidikan yang diharapkan adalah dengan beragama, manusia akan cenderung lebih berakhlak, baik secara individu maupun sosial. Dengan berdasarkan agama pula, manusia diharapkan lebih mudah menerima dan menyesuaikan diri dengan laju perkembangan dunia. Wawasan yang dijadikan dasar pengembangan pendidikan di pondok, bahwa dari masa ke masa pertumbuhan dan perkembangan manusia semakin pesat. Oleh karena itu perlu adanya peningkatan mutu pendidikan agama, agar dihasilkan lulusan yang dewasa dalam bersikap sehingga tidak terbawa arus pergaulan global. Pondok ini didirikan dengan tujuan untuk mendidik dan menggembleng siswa agar dapat menjadi manusia yang mampu berperan serta menciptakan kelestarian kehidupan dalam kemajuan jaman dan laju perkembangan teknologi yang semakin canggih. Untuk tujuan tersebut, maka semua siswa harus mondok agar memiliki waktu yang cukup untuk menempa pembentukan pribadi yang tangguh, rela berkorban, loyal, hidup sederhana dengan saling rasa cinta satu sama lain, dan menghormati hak azasi antar umat di dunia, khususnya bagi Bangsa dan Negara Indonesia. Program pendidikan PPMS yang sedang berlangsung sampai tahun 2016 ini adalah program pendidikan umum (SMP dan SMA RSBI/ Unggulan) dengan menggunakan kurikulum tahun 2013 dipadukan dengan Kurikulum Berbasis Pesantren. Program Pendidikan Agama dengan kajian Al-Quran dan Hadist, Kitab Kuning, hafalan Al-Quran, Pembelajaran Bahasa Arab, Keterampilan, serta ekstrakulikuler. Pendekatan pembelajaran yang digunakan adalah humanistis (insaniyah) dengan santri sebagai pusat perhatian. Hasil observasi RPP guru, menunjukkan metode pembelajaran yang sering digunakan adalah metode ceramah, praktikum, dan penugasan, sedangkan untuk pembelajaran Agama Islam pada madrasah masih menggunakan metode tradisional yakni diskusi (halaqah), sorogan, imla’ (dikte). Adapun prinsip pendidikannya berdasar pada niat dan orientasi, kebenaran, keseimbangan, keteladanan, dan nilai/moral. Bidang pendidikan yang tersedia di PPMS berjalan sesuai dengan kebutuhan masyarakat. Setelah berjalan selama 10 tahun, ternyata yang eksis adalah SMP dan SMA, sehingga PPMS serupa dengan Sekolah Berasrama (Boarding Scholl). Oleh karena itu pada tahun ajaran 2013/2014, telah dibuka PPMS 2 yang berada di Kabupaten Batang. Sekolah seperti ini pada masa sekarang sangat diminati oleh orang tua/ masyarakat untuk mengatasi berbagai permasalahan pendidikan dan rumah tangga. Meskipun secara kualitas belum dapat bersanding dengan sekolah lain, tetapi dengan predikat SMA RSBI, biaya murah jika dibanding RSBI lain tetapi fasilitas memadai, dapat meningkatkan minat masyarakat untuk memasukkan putraputrinya ke PPMS.
Pada tahun akademik 2016/2017, Yayasan PPMS juga telah membuka dua Perguruan Tinggi yaitu Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Slamet Sri (STIESS) dan Universitas Slamet Sri dengan bangunan yang megah. Biaya kuliah di STIESS dan UNISS sangat murah yakni Rp. 250.000,per bulan. Tidak ada uang sumbangan apapun kecuali untuk pendaftaran Rp. 250,000,-. Oleh karena itu masyarakat juga berminat kuliah di perguruan tinggi tersebut dengan masuknya 280 mahasiswa baru yang tersebar di 5 fakultas dan 10 program studi. Perguruan Tinggi ini memiliki 31 Dosen lulusan S2, tiga diantaranya lulusan S3 dengan jabatan profesor. (Lieflet STIESS dan UNISS, 2016). Hasil penelitian tentang persepsi santri dan guru PPMS Kendal terhadap butir-butir isu strategis PPB pada umumnya sudah cukup baik. Teori, pengertian, dan makna istilah PPB memang masih asing dan tidak sepopuler istilah Pendidikan Lingkungan Hidup (PLH). Namun dengan penjelasan singkat, makna PPB dapat segera dipahami. Persepsi PPB santri diperoleh dari proses pendidikan. Melalui proses pembelajaran, santri memperoleh materi/teori yang terkait dengan isu lingkungan, ekonomi, dan sosial-budaya dari berbagai mata pelajaran secara terintegrasi, baik ditinjau dari segi ilmu maupun agama Islam. Persepsi siswa tentang PPB ini sudah membentuk sikap dan perilakunya dalam kehidupan sehari hari. Dalam pendidikan, keberhasilan proses pendidikan dapat dievaluasi dari ke tiga ranah kognitif (penguasaan materi pelajaran), ranah afektif (pembentukan sikap) dan ranah psikomotorik (keterampilan dan praktek/perilaku). Di pendidikan umum, ranah afektif dan psikomotorik sulit dilaksanakan dan dievaluasi.
Dimensi Lingkungan Isu dimensi lingkungan PPB yang dipraktekkan di PPMS mencakup tiga hal, dan dapat dilihat dari lingkungan fisik /abiotik, lingkungan biotik, dan lingkungan sosial-budaya. Secara fisik, PPMS Kendal pada akhir tahun 2016 memiliki lahan seluas 20 hektar, dengan bangunan fisik sekitar 15 hektar, dan sisanya merupakan ruang terbuka hijau yang telah ditanami dengan berbagai jenis tanaman. Hal ini merupakan praktek dari sikap meningkatkan biodiversitas, dan melaksanakan penghijauan untuk melestarikan sumber daya alam. Selain itu, penghijauan ini juga dapat mengurangi emisi karbon, yang dipraktekkan dengan dilarangnya penggunaan kendaraan bermotor masuk ke dalam area pondok. Penataan kondisi fisik, tataruang (lay out) sarana dan prasarana pondok sebanyak 12 bangunan seperti perpustakaam, museum, balai kesehatan, dan yang lain berupa bangunan bentuk “joglo” terbuka (tanpa dinding). Hal ini berarti pendiri/pemilik telah menyadari pentingnya penggunaan energi alami yang ramah lingkungan. Posisi ruang kelas yang memanjang ke arah
utara dan selatan, bertujuan untuk memanfaatkan sumber cahaya matahari dari arah timur dan barat. Dengan posisi ini maka pencahayaan ruangan cukup, sehingga penggunaan energi listrik dapat diminimalkan (Ngabekti dkk, 2012). Pemasangan jendela nako yang fleksibel untuk buka-tutup memungkinkan sirkulasi udara di ruang kelas dapat diatur sesuai dengan kebutuhan dengan menggunakan tenaga angin. Pengaturan letak ruang kelas yang jauh dari jalan raya menunjukkan adanya upaya pengelola untuk menyediakan tempat belajar dan asrama yang tenang dan jauh dari kebisingan arus lalu lintas. Pondok ini berada di jalan utama Semarang–Jakarta yang sangat padat arus lalu lintas selama 24 jam. Upaya pengurangan emisi karbon, selain melalui penghijauan, dalam praktek di PPMS dilaksanakan dengan sistem mondok, sehingga siswa sebanyak 2.327 orang (tahun ajaran 2015/2016) tidak menggunakan kendaraan bermotor jika beraktivitas apapun, yang berarti melindungi kelestarian sumber daya BBM. Demikian pula dengan seluruh komunitas pondok yang lain. Guru dan pegawai Yayasan, memulai aktivitasnya dengan menggunakan kendaraan bermotor dari rumah masing-masing, sesampai di pondok motor di parkir di lokasi parkir depan di luar pintu gerbang. Setelah itu, kemanapun aktivitasnya di dalam pondok selalu berjalan kaki. Para tamu juga harus menyesuaikan diri dengan aturan tersebut. Sistem ini akan berdampak selain lingkungan pondok bebas dari polutan asap kendaraan bermotor, berarti pula sangat mengurangi kepadatan lalu lintas di jalan, dan menghemat BBM. Hal ini sesuai dengan implementasi EfSD di UGM dalam acara “UGM Ngepit” pada tanggal 17 Agustus 2011 yang menetapkan kebijakan pelarangan membawa kendaraan bermotor ke kampus bagi mahasiswa baru angkatan 2011. Menurut Sunarminingsih Soedibyo (2011), UGM ingin menerapkan EfSD, salah satunya yakni dengan menetapkan kebijakan larangan membawa kendaraan bermotor ke kampus bagi mahasiswa baru. Langkah ini merupakan cara pembelajaran untuk mahasiswa tentang cara menghemat energi dan mengurangi polusi. Implementasi sikap dipraktekkan melalui kegiatan lingkungan yang diikuti oleh semua warga sekolah adalah kegiatan Jumat bersih dan sehat untuk seluruh lingkungan pondok. Sedangkan untuk kebersihan kamar asrama dan kelas menjadi tanggung jawab siswa. Hasil rekaman CCTV (24 Feb.-9 Maret 2011) menunjukkan biasanya siswa membersihkan kamar pada pagi hari setelah sholat subuh. Selain itu, Minggu bersih khusus membersihkan kamar asrama siswa secara bersama-sama. Kebersihan lingkungan pondok sangat ditekankan oleh pengelola. Untuk itu dipersiapkan petugas kebersihan dalam jumlah yang cukup. Pada awal penelitian, petugas ini selalu mondarmandir di lokasi yang rawan kotor seperti yang terlihat di mall. Namun dengan masukan guru
untuk lebih banyak melibatkan santri, maka petugas kebersihan hanya bertugas membersihkan lingkungan di luar bangunan asrama dan sekolah. Kebersihan asrama kamar dan teras asrama menjadi tanggung jawab santri setiap kamar, sedangkan kebersihan sekolah menjadi tugas kelas dengan jadwal harian yang telah disepakati. Pendidikan multisektoral seperti yang dicanangkan di PPB juga dilaksanakan di pondok dalam
bentuk
keterampilan
untuk
meraih
peluang
ekonomi
dalam
meningkatkan
matapencaharian dan meningkatkan kualitas hidup. Santri pondok berasal dari berbagai daerah baik dari desa maupun kota, dari berbagai kalangan segi ekonomi, lingkungan, sosial-budaya merupakan perwujutan praktek pendidikan multisektoral. Kurikulum PPMS juga mendukung untuk keperluan tersebut. Santri atau siswa PPMS Kendal berasal dari berbagai daerah di Indonesia, baik dari desa maupun dari kota. Dengan demikian telah terjadi urbanisasi berkelanjutan: santri mampu menempatkan diri sebagai penduduk kota (urban) yang secara ekonomi dan sosial meningkatkan daya dukung dalam perspektif lokal, nasional, dan global secara berkelanjutan.
Dimensi sosial-budaya PPB Sikap dan praktek isu sosial-budaya yang muncul di PPMS Kendal mencakup lima macam yakni (1) sistem nilai, (2) adat istiadat/norma, (3) keberagaman, (4) budaya antri dan (5) pola perilaku masyarakat. Praktek PPB yang terkait dengan pelaksanaan sistem nilai (1) berupa kegiatan gotong royong dan kerjasama, teramati pada kegiatan Jum’at sehat dan bersih. Praktek ini dilakukan oleh santri bekerjasama dengan guru, ustad, dan petugas kebersihan. Selain itu, rekaman CCTV menunjukkan antar santri juga bekerja sama dalam membersihkan kamar asrama setiap hari, pagi setelah sholat subuh atau sore hari setelah sholat asyar. Solidaritas sosial antar santri cukup baik. Jika ada teman sakit, kekurangan uang, mereka saling merawat, menjenguk, atau meminjamkan uang miliknya. Sikap memelihara adat istiadat (2) diwujudkan dalam perilaku taat pada norma susila, agama, dan norma hukum yang berlaku di PPMS. Pemisahan letak asrama putra-putri dengan pantauan petugas asrama dan guru yang belum berkeluarga selama 24 jam, merupakan upaya agar santri tidak melakukan pelanggaran norma. Hasilnya adalah belum pernah ada kejadian pelanggaran norma yang berat, kecuali memanfaatkan ijin kepulangan lebih panjang, atau pulang tanpa ijin dan bukan pada waktu kepulangan. Sanksi yang diperoleh adalah cukur gundul bagi laki-laki, dan membersihkan sarana MCK bagi perempuan.
Sikap menghargai keberagaman (4) dipraktekkan secara nyata oleh santri. Perbedaan daerah asal, kebiasaan, latar belakang keluarga, kondisi ekonomi dipraktekkan dalam bentuk toleransi yang tinggi terhadap sesama teman. Santri dapat rukun dan kerjasama dalam satu kamar, satu kelas, satu blok asrama selama 24 jam merupakan praktek toleransi. Mengembangkan budaya antri merupakan sikap khas yang muncul di pesantren. Jumlah santri yang lebih banyak daripada jumlah fasilitas yang tersedia, atau tenaga yang melayani, mengharuskan santri berperilaku antri dalam penggunaan sarana MCK dan antri makanan. Jika santri merasa berat untuk antri dalam penggunaan sarana MCK, maka disiasati dengan menggunakan pada waktu-waktu sepi ketika sebagian besar sedang tidur. Antri makanan selalu dilakukan minimal sehari tiga kali. Antri berwudhlu juga selalu terjadi karena dalam waktu yang hampir sama, santri sholat berjamaah di masjid. Sikap memperbaiki pola perilaku masyarakat (5), dipraktekkan oleh santri bersama masyarakat sekitar PPMS dengan kegiatan yang diatur oleh pengelola. Pengajian umum Jum’at Pon diikuti oleh seluruh santri yang bergabung dengan masyarakat berjumlah sekitar 3000 orang. Untuk masyarakat sekitar dijemput pakai 4 bus pondok, mobil pribadi, mobil carteran, atau kendaraan umum. Jumlahnya sampai ribuan orang. Namun demikian, masyarakat di sekitar asal santri tentu mempunyai pengaruh terhadap keberadaan pesantren secara umum. Kebanyakan mereka beranggapan bahwa yang masih bersedian untuk mengajar ngaji, amar ma’ruf dan nahi mungkar hanyalah lulusan pesantren. Sementara alumni lembaga pendidikan lainnya sibuk dengan kegiatan dan pekerjaan masing-masing. Sikap peduli PPMS terhadap pola perilaku masyarakat juga ditunjukkan dalam hubungannya dengan orang tua siswa, alumni, dan instansi lain. Keberlanjutan suatu pesantren sangat erat hubungannya dengan minat orang tua dalam memilih pendidikan untuk anakanaknya. Pada era globalisasi sekarang ini, ada kecenderungan bahwa orang tua mulai memilih pendidikan yang tidak hanya memberikan pendidikan ilmu pengetahuan umum, tatapi juga ilmu agama. Hal ini terjadi karena globalisasi selain berpengaruh positif terhadap perubahan masyarakat sejalan dengan perbaikan transformasi dan komunikasi, juga berimplikasi negatif terhadap tatanan kehidupan sosial terutama di kalangan anak-anak dan remaja. Maraknya tawuran antar pelajar, konsumsi dan peredaran narkoba, munculnya pergaulan bebas, lunturnya rasa hormat anak pada orang tua adalah fakta yang tidak dapat diabaikan. Selain itu, menurut Abdullah (2010), pengaruh globalisasi juga ditandai dengan beralihnya tata nilai moral yang menjadi material dan meningkatnya kebutuhan ekonomi keluarga menuntut para orang tua bekerja di luar rumah sehingga menjadi tren gaya hidup modern. Peran ibu digantikan oleh pembantu, dan kasih sayang terhadap anak dimanifestasikan dalam bentuk pemenuhan
kebutuhan material. Kebutuhan yang bersifat psikologis diabaikan karena globalisasi lebih menghargai yang manifest dari pada yang latent. Orang tua yang menyadari pengaruh negatif globalisasi di atas, ada tuntutan untuk mencari pilihan model pendidikan alternatif yang tidak hanya pengetahuan umum, tetapi juga pengetahuan agama, serta mampu memberikan bimbingan dan pengawasan serta mewujudkan komunikasi interaksi selama 24 jam sehingga pergaulan anak tetap terjaga. Sistem mondok di pondok pesantren atau model pendidikan berasrama, merupakan pilihan orang tua di lingkungan yang sarat dengan pengaruh globalisasi. Dimensi Ekonomi Sikap dan praktek dimensi ekonomi PPB di PPMS Kendal yang utama dilaksanakan oleh santri. Namun oleh karena komponen ekonomi pondok pesantren merupakan salah satu penentu keberlanjutan dan eksistensi pondok pesantren, maka dalam penelitian ini dikaji keduanya. Berdasarkan kajian pustaka tentang implementasi dimensi ekonomi PPB ala PFNI, ada tiga sikap yang perlu ditanamkan untuk santri yaitu hidup sederhana, hidup hemat, dan jauh dari sifat konsumerisme dan hedonisme. Sikap ini muncul setelah santri memperoleh teori/ilmu dari mata pelajaran Ekonomi atau PAI yang membahas tentang Ahklak Nabi Muhammad sebagai pedomannya. Dengan meneladani sikap Nabi Muhammad SAW, praktek hidup sedehana, hemat (tetapi tidak pelit), dan tidak konsumtif “dipaksa” terwujud melalui kebijakan pengelola. Meskipun semula terbentuk dari keterpaksaan, diharapkan perilaku ini menjadi kebiasaan karena juga sebagai salah satu bentuk ibadah. Kebijakan pengelola yang menghasilkan perilaku tersebut adalah sebagai berikut. (1) Makan makanan yang telah disediakan pondok dengan menu yang ada; (2) Jika ingin menambah lauk, dapat membeli di kantin dengan harga yang telah ditetapkan oleh pengelola; (3) Agar hemat, uang saku dititipkan kepada Wali Kelas, dan minta secukupnya jika ada keperluan; (4) Selalu menggunakan pakaian seragam dalam semua kegiatan akademis meminimalisir sikap konsumtif. Sikap dan perilaku ini hanya dapat dikontrol selama santri berada di dalam pondok. Ketika santri pulang atau sudah selesai menempuh pendidikan di pondok pesantren, keberlajutannya sulit diketahui, karena pengaruh lingkungan dan media luar biasa kuat. Untuk mengetahui keberlanjutan implementasi dimensi ekonomi PPB, maka sikap dan praktek menejemen anggaran pondok pesantren oleh pengelolanya merupakan faktor yang sangat menetukan keberlanjutan dan eksistensi pondok. Setidaknya, promosi santri alumni
PPMS dan orang tuanya untuk merekomendasi saudara dan orang lain ke PPMS karena biaya murah dan kualitas kehidupan baik, mendukung PPMS tetap berkelanjutan. PPMS merupakan pesantren yang masih dalam pengembangan baik secara fisik, secara biotik, dan sosial-budaya.masih dalam proses pembangunan. Dalam kondisi demikian, pesantren memerlukan dana yang sangat besar. Oleh karena itu berbagai usaha dilakukan oleh pihak pesantren dalam rangka mempertahankan diri agar keberadaan pondok tetap berkelanjutan. Penggalian potensi ekonomi oleh pesantren merupakan pilihan utama yang ditempuh dalam rangka memaksimalkan dana yang berasal dari dalam. Upaya yang dilakukan untuk memperolah dana pengembangan pondok, yang utama dilakukan oleh pendiri. Aktivitas beliau sebagai pengusaha dan pendiri pondok merupakan figur sentral dalam pengelolaan PPMS yang sangat berpengaruh dalam menentukan perjalanan, manajerial, dan pengembangan pesantren. Beliau mengamalkan prinsip keikhlasan dengan tujuan mengharapkan ridlo Allah dengan menyediakan berbagai fasilitas pondok dari modal keuangan pribadinya. Tanpa usaha ini, kemungkinan eksistensi pesantren tidak seperti sekarang. Dimensi ekonomi PPMS, ditunjukkan oleh ketersediaan dana yang “sangat melimpah”, tak lekang oleh krisis ekonomi. Dengan dana ini, perkembangan pondok pesantren semakin cepat. Keberlanjutan eksistensi, serta perkembangan PPMS juga “dijaga” dengan berbagai kegiatan spiritual. Penerapan falsafah “tangan di atas” diduga penyebab utama perkembangan PPMS yang sangat signifikan, setidaknya dilihat dari semakin meningkatnya minat orang tua memasukkan anaknya ke PPMS Kendal. Biaya mondok yang murah tetapi fasilitas cukup, merupakan salah satu alasan minat orang tua ke PPMS. Kekurangan dana operasional pondok (sekitar 50 juta per bulan) didukung sepenuhnya oleh zakat, infak, dan sodaqoh pendirinya. Untuk operasional PPMS, sebagian besar dana diperoleh dari Zakat maal. Zakat maal ini dimanfaatkan untuk menambah biaya operasional pondok setiap bulan jika kurang, termasuk untuk kesejahteraan guru dan ustad, serta pegawai lainnya. Besarnya zakat maal keluarga Pak Slamet sekitar 3 milyar. Jika 3 milyar ini diambil dari 2,5% penghasilan, maka diperkirakan penghasilan keluarga ini 120 milyar per tahun. Pondok tidak mau menerima atau meminta sumbangan/ infak fihak lain kecuali dari orang tua santri, BOS atau BOM karena terkait kerjasamanya dengan Dinas Pendidikan. Di masjid pondok juga tidak tersedia kotak infak seperti halnya di masjid-masjid pada umumnya. Menurut pemahamannya, infak adalah amanah. Jika amanah tersebut tidak dapat dilaksanakan, jadilah munafik.
Dimensi Spiritual Pendiri dan seluruh komunitas PPMS melaksanakan dimensi spiritual secara fanatik. Pendirian pondok pesantren diawali dengan nazar dan dilanjutkan wakaf, zakat, infak, sodaqoh, serta ibadah wajib dan sunah lainnya. Pembangunan berkelanjutan telah terwujud di PPMS Kendal, menunjukkan contoh dampak penerapan dimensi spiritual terhadap dimensi ekonomi, lingkungan, dan sosial-budaya. Keberlanjutan di atas merupakan skenerio yang telah diatur oleh Allah sebagai petunjuk bagi orang yang bertaqwa. Al-Qur’an dan Terjemahannya (Departemen Agama, 2006), surat Al-Baqarah (212) menjelaskan pada bagian akhir bahwa: “Allah memberi rezeki kepada orang yang Dia kehendaki tanpa perhitungan”. Surat yang sama ayat 245 menjelaskan: “ Barang siapa meminjami (meminjami Allah dengan menginfakkan hartanya) Allah akan melipatgandakan ganti kepadanya dengan banyak. Allah menahan dan melapangkan rezeki”. Ayat 261 berbunyi: “ perumpamaan orang yang menginfakkan hartanya di jalan Allah seperti sebutir biji yang menumbuhkan tujuh tangkai, pada setiap tangkai ada seratus biji. Allah melipatgandakan bagi siapa yang Dia kehendaki, dan Allah Mahaluas, Maha Mengetahui. Ayat 265: Dan perumpamaan orang yang menginfakkan hartanya untuk mencari ridha Allah dan untuk memperteguh jiwa mereka, seperti sebuah kebun yang terletak di dataran tinggi yang disiram dengan hujan lebat, maka kebun itu menghasilkan buah-buahan dua kali lipat. Jika hujan lebat tidak menyiraminya maka embunpun memadai. Allah Maha Melihat apa yang kamu kerjakan. Masih banyak ayat-ayat al-Qur’an yang menjanjikan petunjuk, rezeki, dan pahala bagi orang yang menjalankan ibadah secara istiqomah. Mansur (2010) yang telah melakukan analisis matematis dasar sedekah, menyatakan bahwa setiap perbuatan pasti ada balasannya. Satu hal yang dikagumi dari matematika Allah bahwa spiritual values ternyata selalu punya keterkaitan dengan economic values. Hasil analisnya menunjukkan bahwa sedekah uang (zakat maal) 2,5% dari penghasilan tidaklah cukup. Mestinya besaran zakat maal minimal 10% sehingga insyaAllah kebutuhan tercukupi. Berdasarkan hasil penelitian implementasi PPB di PPMS Kendal seperti diuraikan di atas, dapat dinyatakan bahwa UNNES secara faktual juga sudah melaksanakan PPB melalui Pendidikan Konservasi. Dalam Peraturan Rektor Universitas Negeri Semarang Nomor 27 Tahun 2012 tentang Tata Kelola Kampus Berbasis Konservasi, pasal 2 disebutkan bahwa tata kelola berbasis konservasi bertujuan mewujudkan suasana kampus yang mendukung perlindungan, pengawetan, dan pemanfaatan lingkungan hidup secara bijaksana melalui pembangunan berkelanjutan. Pada pasal 3 tata kelola berbasis konservasi diwujudkan melalui tujuh pilar konservasi yang hampir sama dengan tujuh isu PPB di Indonesia.
Penutup Keberhasilan pelaksanaan Pendidikan untuk Pembangunan Berkelanjutan dapat dicapai apabila kelima dimensi PPB yakni dimensi edukasional, ekonomi, lingkungan, sosial-budaya, dan spiritual dilaksanakan secara terintegrasi. Oleh karena dimensi spiritual sangat besar peranannya dalam mewujudkan keberhasilan pembangunan berkelanjutan, maka dapat disampaikan saransaran sebagai berikut. 1. Pentingnya ditingkatkan implementasi dimensi spiritual yang dapat membangkitkan kesadaran beragama secara kaffah pada setiap individu, keluarga atau lembaga pendidikan (formal, nonformal, informal) di semua tingkat pendidikan agar dapat mempercepat tercapainya pembangunan berkeberlanjutan. 2. UNNES dengan visi “Universitas Berwawasan Konservasi dan Berreputasi Internasional” secara konsisten melaksanakan tujuh pilar konservasi, tidak hanya dalam Pendidikan Konservasi, tetapi juga diterapkan oleh seluruh civitas akademika dalam semua aspek kehidupan kampus. Hadirin yang berbahagia Sebelum mengakhiri orasi ilmiah, saya mengucapkan puji san syukur kepada Allah SWT atas ridhoNya telah mendapatkan jabatan fungsional profesor, teriring doa semoga saya mendapat petunjuk untuk mengemban amanah ini dengan baik. Saya juga menyadari bahwa amanah ini bukan hanya jerih payah saya semata, tetapi juga atas bantuan, dukungan, motivasi, dan peran serta dari berbagai pihak. Oleh karena itu, saya juga mengucapkan terima kasih kepada: 1. Pemerintah Republik Indonesia melalui Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi yang telah memberikan kepercayaan kepada saya untuk mengemban jabatan professor. 2. Rektor Universitas Negeri Semarang, Ketua dan Anggota Senat, pada Komisi Profesor yang telah memeriksa dan menyetujui usulan professor saya untuk diajukan ke tingkat pusat. 3. Dekan dan seluruh anggota senat Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam yang telah memberikan rekomendasi usulan professor saya untuk diteruskan ke tingkat universitas. 4. Prof. Dr. Sri Mulyani E.S, Prof. Priyantini Widianingrum, dan Prof. Amin Retnoningsih yang telah membantu mereview karya ilmiah serta memberikan motivasi dan memonitor usulan profesor. 5. Prof. Edy Cahyono, M.Si. yang telah membantu mereview naskah ilmiah, sehingga dapat memperbaiki dan menyesuaikan dengan bidang ilmu saya
6. Staf Kepegawai UNNES terutama Mas Darno dan Pak Purwanto yang telah membantu dalam hal teknis administratif. 7. Dosen, Promotor, Co-Promotor, dan Penguji Desertasi Program Studi Ilmu Lingkungan Sekolah Pacsasarjana Universitas Gadjah Mada Yogyakarta: Prof. Dr. Shalihudin Djalal Tandjung M.Sc., Prof. Dr. Wuryadi, M.S., Prof. Dr. R. Rijanta, M.Sc. Ph.D., Prof. Dr. Sri Mulyani E.S., M.Pd, Prof. DR. Bakti Setiawan, M.A., Ph.D, Prof . Dr. Baiquni, M.A., dan Dr. Eko Haryono yang telah memberikan motivasi dan bimbingan untuk penyelesaian studi S3. 8. Bapak dan Ibu Guru SD Simo, SMP 1, SMA 1 Ponorogo, Dosen Jurusan Biologi FKIE IKIP Semarang, dan Dosen Fakultas Biologi Universitas Gadjah Mada Yogyakarta yang telah memberikan bekal ilmu kepada saya. 9. Rekan-rekan Dosen, Tenaga Kependidikan, dan Mahasiswa Jurusan Biologi FMIPA UNNES yang telah memberikan motivasi dan inspirasi untuk menuju profesor. 10. Keluarga besar Yayasan Slamet Rahayu Kendal yang telah memberikan kesempatan saya untuk melaksanakan penelitian melalui pengamatan dan wawancara kondisi terkini guna penyusunan bahan pidato pengukuhan. 11. Orang tua saya: Bapak Sarengat (alm) dan Ibu Roebijah (alm) yang telah mendidik saya untuk hidup sederhana, mandiri, dan belajar tekun hingga tercapai cita-cita. Demikian pula Bapak Sargo (alm) dan Ibu Ratiyah (alm) yang telah memperkenankan putranya menjadi pasangan hidup saya. 12. Suami tercinta Drs. Purwono, M.Si yang telah mendampingi saya dalam suka dan duka serta memberikan kesempatan untuk terus belajar. Tiga putri saya tersayang: Ernestina Rahmanasari, Risa Dwita Hardianti, dan Hidayasya Ikhfa Arsy yang menjadi penyemangat saya untuk berjuang. 13. Adik-adik saya bersama istri/ suami dari keluarga Ponorogo: Cahyo Budiyono, Tri Asmoro, Chohar Cahyono, Agus Susilo, Sri Wahyu Utami, dan Agus Darmawan; serta adik saya bersama suami/ istri dari keluarga Comal Pemalang: Edi Prayitno, Budiati, Sudiarti, dan Mindariah yang telah membantu tenaga dan doa. 14. Keluarga besar Trah Atmodiharjo di Tanjungpuro Lorok Kabupaten Pacitan yang telah memberikan nasehat dan perhatiannya selama saya menempuh pendidikan. 15. Keluarga besar Trah Imam Redjo di Kabupaten Ponorogo yang telah memberikan nasehat dan perhatiannya selama saya menempuh pendidikan. 16. Keluarga besar Ibu H. Hartati Soenardji dan keluarga besar Ibu H. Sumarah Slamet Waluyo, pengganti orang tua saya di Semarang
17. Teman-teman sekolah saya dari SD Simo, SMP 1 dan SMA 1 Ponorogo, S1 Angkatan 1978 Jurusan Pendidikan Biologi FKIE IKIP Semarang, S2 Angkatan 1988 Fakultas Biologi, S3 Angkatan 2008 Sekolah Pasca Sarjana dan Fakultas Geografi Universitas Gadjah Mada sebagai teman untuk berbagi dan berdiskusi. 18. Semua tamu undangan yang telah berkenan hadir dalam acara pengukuhan profesor.
Semoga Allah SWT memberikan balasan yang terbaik. Billahi taufik wal hidayah. Wassalamu’alaikum warrahmatullahi wabarakatuh.
DAFTAR PUSTAKA Abdullah, M., 2010. Al-Qur’an dan Konservasi Lingkungan. Jakarta: Dian Rakyat. Ali, M., 2009. Pendidikan untuk Pembangunan Nasional. Bandung: Penerbit PT Imperial Bhakti Utama. Anonim, 2009. Undang-undang Republik Indonesia Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup. Yogyakarta: Penerbit Pustaka Yustisia Anonim, 2016. Lieflet UNISS dan STIESS Kendal Depag, 2006. Al-Qur,an dan Terjemanya. Surabaya: Karya Agung. Gunamantha. I.M., 2010. Pendidikan Untuk Pembangunan Berkelanjutan: Mengapa, Apa, dan Bagaimana. Jurnal Pendidikan dan Pengajaran Jilid 43 Nomor 3, Oktober 2010, hlm 215221. Hanns Siedel Foundation (HSF) dan UNY, 2006. Pendidikan untuk Pembangunan Berkelanjutan. Jakarta. Hastuti, B.S.,2009. Pendidikan untuk Pengembangan Berkelanjutan (Education for Sustainable Development). Dalam Perspektif PNFI. Implementasi EfSD pada Program PNFI. Andragogia.Jurnal PNFI.Vol 1. No 1 November 2009. LPM ITB, 2000. Indikator Pembangunan Berkelanjutan. Jakarta: Proyek Agenda 21 Sektoral, Buku 3. Kerjasama Kantor Menteri Negara Lingkungan Hidup dengan UNDP. Mansur, Y. 2008. An Introduction to the Miracle of Giving. Jakarta: Zikrul Hakim.
Ngabekti, S., 2012. Konsep Pendidikan untuk Pembangunan Berkelanjutan (Kasus Pondok Pesantren Modern Selamat Kendal). Disertasi. Yogyakarta: Universitas Gadjah Mada. Ngabekti, S., Tandjung, S.D., Wuryadi, Rijanta, R., 2012. Implementasi Dimensi Lingkungan dalam Pendidikan untuk Pembangunan Berkelanjutan di Pondok Pesantren Modern Selamat Kendal (Jurnal Manusia dan Lingkungan /Journal of People And Envirorment) Volome : 19/ No.2/ Juli 2012 ISSN: 0854-5510 Halm. : 193-206. Soemarwoto, O. 1997. Ekologi, Lingkungan Hidup dan Pembangunan. Jakarta: Penerbit Jambatan. Sudibyo, R.S. 2008. Konsep EfSD di Indonesia. Bahan Presentasi. Yogyakarta: Universitas Gadjah Mada. Suprastowo, P., 2010. Kebijakan dan Implementasi Pendidikan untuk Pembangunan Berkelanjutan (Education for Sustainable Development/ESD). Jurnal Penelitian Kebijakan Pendidikan Vol.9 Tahun Ke 3 Desember 2010. UNESCO, 2012. Education for Sustainable Development. Sourcebook. Paris France. @UNESCO
Wals, AEJ & G. Kieft. 2010. Education for Sustainable Development: Research Overview. Stockholm, Sweden. Swedish International Development Cooperation Agency. Wuryadi (2007). Pendidikan untuk Pembangunan Berkelanjutan. Buku Petunjuk Guru. Jakarta: HFS-UNY. Zamroni, I.M., 2011. Pendidikan Berparadigma Pembangunan Berkelanjutan. Di unduh 25 Januari 2011 10:12. Zenelaj, E., 2013. Education for Sustainable Development. European Journal of Education for Sustainable Development (2013),2,4,227-232 ISSN:2239-5938.
DAFTAR RIWAYAT HIDUP Identitas Diri Nama lengkap : Prof. Dr. Sri Ngabekti, M.S. Tempat dan Tanggal Lahir : Ponorogo, 1 September 1959 Agama : Islam Pendidikan : 1. SD Negeri Simo Slahung Ponorogo (1971) 2. SMP Negeri 1 Ponorogo (1974) 3. SMA Negeri 1 Ponorogo (1977) 4.Sarjana Pendidikan Biologi FKIE IKIP Semarang (1981) 5. Pasca Sarjana Biologi UGM (1992) 6. Doktor Ilmu Lingkungan UGM (2012) Pekerjaan: Dosen Jurusan Biologi FMIPA Universitas Negeri Semarang Pangkat : 1. Penata Muda III/a (1987) 2. Penata Muda Tingkat I III/b (1994) 3. Penata III/c (1996) 4. Penata Tingkat I III/d (1999) 5. Pembina IV/a (2002) 6. Pembina Tingkat I IV/b (2005) 7. Pembina Utama Muda IV/c (2010) Jabatan Fungsional: 1. Asisten Ahli Madya III/a (1986) 2. Asisten Ahli III/b (1994) 3. Lektor Muda III/c (1996) 4. Lektor Madya III/d (1999) 5. Lektor IV/a (2002) 6. Lektor Kepala IV/b (2005) 7. Lektor Kepala IV/c (2010) 8. Profesor (Juni 2016) Jabatan Struktural Nama Orang tua
:: Sarengat (alm) Roebijah (alm)
Nama Suami Nama Anak
: Drs. Purwono, M.Si : 1. Ernestina Rahmanasari, S.Kom 2. Risa Dwita Hardianti, S.Pd, M.Pd 3. Hidayasya Ikhfa Arsy, S.Pd.
Alamat Rumah
: Jl. Sidoluhur II/ 6 Perum. Tlogosari Semarang Telp. 024-6702763 Hp. 081325532277 Email:
[email protected].
Alamat kantor
: Jurusan Biologi FMIPA UNNES Gedung D6 Lantai 1 Jalan Raya Sekaran Gunungpati Semarang
Karya Penelitian (10 tahun terakhir) 1. Tingkat Kerusakan Lingkungan Dataran Tinggi Dieng Kulon Kabupaten Banjarnegara (2006) 2. Keanekaragaman Biota Hutan Mangrove di Kawasan Bangli Kabupaten Rembang (2007) 3. Kajian Kualitas Lingkungan Kelurahan Kandri Kecamatan Gunungpati Semarang (2008) 4. Pengaruh Penggalian Pasir terhadap Keanekaragaman Biota di Kecamatan Cepogo Kabupaten Boyolali (2009) 5. Konsep Pendidikan untuk Pembangunan Berkelanjutan (2012) 6. Studi Kelayakan Relokasi Kawasan Wisata Pendidikan Lingkungan Hidup Beruang Madu Kota Balikpapan (2013) 7. Bioassay Leachate TPA Jatibarang Semarang dan Pengaruhnya terhadap Fauna (2014). 8. Pendekatan Jelajah Alam Sekitar pada Pembelajaran Ekologi Hewan (2015) 9. Tracer Studi dan Metaanalisis Implementasi Pendekatan Jelajah Alam Sekitar pada Proses Pembelajaran (2016) Publikasi Ilmiah (10 tahun terakhir) 1. Tingkat Kerusakan Lingkungan Dataran Tinggi Dieng sebagai Database Guna Upaya Konservasi (Jurnal Manusia dan Lingkungan /Journal of People And Envirorment) Volume : 14/ No.2/ Juli 2007 ISSN: 0854-5510 Halm.: 92-102 2. Implementasi Dimensi Lingkungan dalam Pendidikan untuk Pembangunan Berkelanjutan di Pondok Pesantren Modern Selamat Kendal (Jurnal Manusia dan Lingkungan /Journal of People And Envirorment) Volome : 19/ No.2/ Juli 2012 ISSN: 0854-5510 Halm. : 193-206. 3. Saprobitas Perairan Sungai Juwana Berdasarkan Bioindikator Plankton (Unnes Journal of Life Science 2 (1) Tahun 2013 4. Konservasi Beruang Madu di KWPLH Balikpapan (Biosaintifika, Volome : 5/ No.2/ September 2013) 5. Kawasan Wisata Pendidikan Lingkungan Hidup (KWPLH) Kota Balikpapan sebagai Sumber Belajar Konservasi (Jurnal Pendidikan IPA Indonesia 3 (2) Tahun 2014. 6. Kajian Lingkungan Relokasi Kawasan Wisata Pendidikan Lingkungan Hidup Kota Balikpapan Provinsi Kalimantan Timur (Jurnal Manusia dan Lingkungan /Journal of People And Envirorment) Volome: 3/No.22/ November 2015 p-ISSN: 0854-5510; e-ISSN 24605727 Halaman: 333-340. 7. The Effectivenes of the Application of Scientific Literacy-Base Natural Science Teaching Set Toward the Student’s Learning Activities and Outcame on the Topic of the Interaction of Living Organism and Environment (Indonesian Journal of Science Education 4 Tahun 2015). 8. Keanekaragaman Spesies Makrobenthos sebagai Indikator Kualitas Air Sungai Kreo Sehubungan dengan Keberadaan TPA Jatibarang (Jurnal Life Science 4 (2) Tahun 2016. 9. Peran Program Adiwiyata dalam Pegembangan Karakter Peduli Lingkungan (Unnes Science Education Journal 5 (1) Tahun 2016. 10. Pembelajaran Keanekaragaman Hayati dengan Memanfaatkan Ekosistem Mangrove sebagai Sumber Belajar (Unnes Science Education Journal 5 (1) Tahun 2016. Penyusun Dokumen Lingkungan 1. UKL dan UPL Pabrik Kayu Artanis Pratama Jaya Semarang (2008) 2. UKL dan UPL Kawasan Cipta Semarang (2009) 3. UKL dan UPL Reklamasi Pantai Marina Semarang (2009)
4. ANDAL Jaringan Transmisi dan Distribusi Air Baku Kawasan Bregas (Brebes-Tegal-Slawi) (2011) 5. DPLH Wana Wisata Kesatuan Bisnis Mandiri Jasa Lingkungan dan Produksi Lainnya Perum Perhutani Unit I Jawa Tengah (2012) 6. Dokumen Studi Kelayakan Relokasi Kawasan Wisata Pendidikan Lingkungan Hidup Beruang Madu Kota Balikpapan (2013) 7. Profil Keanekaragaman Hayati Provinsi Jawa Tengah (2015) Penyusun Buku Ajar 1. Buku Model Biologi SMA Kelas X ( Pusat Perbukuan, 2006) 2. Buku Ajar Ekologi (2007) 3. Buku Ajar Limnologi (2008) 4. Buku Ajar Ekologi dengan Pendekatan Jelajah Alam Sekitar (2016) Pelatihan Profesional 1. Magang Penelitian Distribusi Helminthes pada Usus Mammalia Kecil (ITB, 2000) 2. Teknik Pengumpulan Spesimen Biologi (IPB, 2005) 3. Penulisan Buku Model Biologi (Pusat Perbukuan, 2006) 4. Penulisan Jurnal Ilmiah (UNNES, 2007) 5. Competency Base Training (BKSP Jawa Tengah, 2008) 6. Pelatihan Evaluator Sekolah Adiwiyata Nasional (KemenKLH, 2012) 7. Penulisan Jurnal Ilmiah Internasional (UNNES, 2015) Pengabdian Kepada Masyarakat 1. Penggunaan Pestisida Kimia oleh Petani Sayur Bandungan Kabupaten Semarang (2006) 2. Peningkatan Keterampilan Pembuatan dan Aplikasi Pestisida bagi Petani di Gonoharjo Kabupaten Kendal (2007) 3. Pengabdian Program Peningkatan Mutu Pendidikan di Kabupaten Kendal (2012) 4. Pelatihan PTK bagi Guru SMK 8 Semarang (2014) 5. Pelatihan Vermincomposting di Wilayah Tambakrejo Kelurahan Tanjung Mas Kota Semarang (2015) 6. Pemanfaatan Sampah Rumah Tangga di Kelurahan Jatirejo Kecamatan Gunungpati Kota Semarang (2016) Keanggotaan Organisasi Profesi 1. Himpunan Biologi Indonesia (Tahun 1996 sampai sekarang) 2. Himpunan Peneliti dan Pengajar Biologi Indonesia (Tahun 2014 sampai Sekarang) Pengalaman Mengajar 1. Jenjang S1: Pendidikan Lingkungan Hidup, Pendidikan Konservasi, Ekologi, Ekologi Hewan, Ekologi Kuantitatif. 2. Jenjang S2: Biodiversitas, Statistika dan Olah Data 3. Jenjang S3: Pendidikan Konservasi Sumber daya Alam dan Lingkungan
Lain-lain 1. Pendamping Karya Ilmiah Mahasiswa Jurusan Biologi (2006-2008) 2. Tim Evaluasi Sekolah Adiwiyata tangkat Nasional tahun 2012 3. Tim Evaluasi Sekolah Adiwiyata tangkat Provinsi Jawa Tengah tahun 2013-2015 4. Pembimbing PKM tahun 2015, 2016
Prof. Dr. Sri Ngabekti, M.S., lahir di Ponorogo Jawa Timur pada tanggal 1 September 1959 dari orang tua guru SD: Sarengat dan Roebijah (Alm). Pendidikan tingkat SD sampai SMA diselesaikan di Ponorogo lulus tahun 1977. Pendidikan Sarjana Muda dan S1 di Jurusan Pendidikan Biologi FKIE IKIP Semarang pada tahun 1984. Pendidikan S2 bidang Ekologi Hewan Fakultas Biologi Universitas Gadjah Mada lulus pada tahun 1992. Pendidikan S3 pada program studi Ilmu Lingkungan Universitas Gadjah Mada diselesaikan pada tahun 2012.
Sejak tahun 1986 sampai sekarang, bertugas sebagai Dosen Jurusan Biologi FMIPA Universitas Negeri Semarang, anggota PKLH, KBK Lingkungan, Himpunan Biologi Indonesia, serta Himpunan Peneliti dan Pengajar Biologi Indonesia. Untuk menerapkan kepakarannya dalam Ilmu Lingkungan, telah terlibat sebagai Tim Leader dan Tenaga Ahli dalam menyusun dokumen lingkungan seperti ANDAL, UKL-UPL, DPLH, Dokumen Kelayakan, dan Profil Keanekaragaman Hayati. Dalam bidang bidang pendidikan lingkungan, ikut berpartisipasi sebagai evaluator Sekolah Adiwiyata Tingkat Nasional dan Tingkat Provinsi Jawa Tengah.