PROSIDING
ISBN:978-602-8047-99-9
SEMNAS BIODIVERSITAS
Juni 2014
Hal:91-102
DANAU RAWAPENING SEBAGAI SUMBER BELAJAR EKOLOGI Ary Susatyo Nugroho1), Shalihuddin Djalal Tanjung2), Boedhi Hendrarto1,3) 1)
Program Doktor Ilmu Lingkungan Universitas Diponegoro Semarang,
[email protected] 2) Fakultas Biologi Universitas Gadjah Mada Yogyakarta 3) Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Diponegoro Semarang
Abstrak-Ekologi merupakan bidang ilmu yang mengkaji hubungan timbal balik antara mahkluk hidup dengan lingkungannya. Dalam pembelajaran ekologi diperlukan pengamatan lapangan untuk melihat secara langsung dan menganalisis objek-objek ekologi yang ada di berbagai tipe ekosistem di bumi ini. Danau Rawapening merupakan sebuah ekosistem akuatik yang terbentuk secara alami. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui komponen-komponen penyusun ekosistem Danau Rawapening dan interaksi-interaksi yang berlangsung di dalamnya. Penelitian ini dilakukan melalui observasi secara langsung pada delapan stasiun pengamatan yang telah ditentukan. Hasil observasi menunjukkan bahwa dalam Danau Rawapening terdapat beragam komponen ekosistem yang mudah diamati sebagai sumber belajar ekologi. Komponenkomponen tersebut antara lain adalah beragam jenis tumbuhan air, burung air, moluska, capung, kupu-kupu, ikan, fitoplankton, zooplankton, serta beragam kondisi fisikokimia perairan yang ada. Semua komponen tersebut saling berinteraksi dan mengalami perubahan dari waktu ke waktu sesuai dengan kondisi fisikokimia perairan yang ada. Dengan pengamatan secara langsung beragam jenis komponen dan menganalisis perubahan dan keterkaitannya, diharapkan pembelajaran ekologi semakin menarik dan optimal. Dari hasil penelitian disimpulkan bahwa ekosistem Danau Rawapening layak dan dapat dijadikan sebagai sumber belajar untuk meningkatkan proses dan hasil belajar ekologi. Kata Kunci : ekosistem, danau, Rawapening, sumber belajar, ekologi. PENDAHULUAN Danau Rawapening merupakan
berdasarkan Rawapening
struktur terbentuk
geologi,
Danau
pada
satuan
danau yang terbentuk melalui proses semi
geologi Jawa Tengah bagian tenggara
alamiah yaitu kombinasi proses natural
yang disebut zona Solo. Diperkirakan
dan rekayasa teknik Dam. BLH Provinsi Jawa Tengah (2009) menyatakan bahwa
92 | Pros Sem Nas Entrepreneurship. Hal:91-102
danau ini terbentuk pada akhir Pleistosen
Kebumen, dan Rowoboni. Kecamatan
oleh adanya gerakan endogen bumi yang
Tuntang meliputi Desa Tuntang, Lopait,
mengangkat bagian luar (up lift) dan
Kesongo, Rowosari, Candirejo, Sraten,
menenggelamkan
dan
(subsidence).
bagian
tengah
yang
terangkat
Bagian
kemudian dikenal dengan igir Payung
Jombor.
Kecamatan
Ambarawa,
meliputi Desa Tambakboyo, Bejalen, dan Pojoksari.
Rong dan membendung Kali Tuntang.
Menurut Bappeda Provinsi Jawa
Sedangkan bagian tengah yang tenggelam
Tengah
kemudian terisi air dan dikenal sebagai
mempunyai kedalaman minimum antara
Danau
65 – 110 cm dan maksimum 550 cm.
Rawapening.
bendungan
ini
Selanjutnya
Danau
Rawapening
atau
Elevasi maksimum lebih kurang adalah
ditinggikan oleh pemerintah Belanda
462,30 m dan elevasi minimumnya lebih
dengan membangun dam pada tahun
kurang adalah 462,05 m. Adapun volume
1912 hingga 1916. Kemudian danau ini
tampung maksimum lebih kurang 65 juta
diperluas
m3 dan minimum lebih kurang 25 juta m3
pada
disempurnakan
(2005),
tahun
1936
hingga
mencapai luas 2.667 hektar.
dengan luas genangan maksimum 2.770
Kementrian Lingkungan Hidup (2011a)
melaporkan
secara
Balitbang Provinsi Jawa Tengah
astronomi Danau Rawapening terletak
(2004) menyatakan bahwa air dalam
pada 704’ LS – 7030’ LS dan 110024’46”
Danau Rawapening berasal dari mata air
BT – 110049’06” BT dan berada pada
yang berada di dalam danau sendiri dan
ketinggian antara 455 – 465 meter dpl.
dari sungai-sungai yang mengalir ke
Danau Rawapening dikelilingi oleh tiga
dalam danau. Mata air yang berada di
gunung
dalam danau antara lain adalah mata air
yaitu
bahwa
ha dan minimum 1.760 ha.
Gunung
Merbabu,
Telomoyo dan Ungaran.
Pening, mata air Muncul, mata air
Balitbang Provinsi Jawa Tengah (2004)
menjelaskan
bahwa
Tonjong, mata air Petit, dan mata air
secara
Parat. Adapun sungai yang mengalir ke
administratif Danau Rawapening berada
dalam danau berasal dari sembilan sub-
di wilayah Kabupaten Semarang yang
DAS Rawapening yaitu Sungai Galeh,
meliputi empat kecamatan dan 16 desa
Klegung, Torong, Panjang, Kupang, Legi,
yaitu Kecamatan Bawen meliputi Desa
Parat,
Asinan. Kecamatan Banyubiru meliputi
Kedung Ringin, dan Ringis, sedangkan
Desa Banyubiru, Kebondowo, Tegaron,
Sraten,
Rengas,
Tukmodin,
Ary Susatyo dkk – Pendidikan dan Pembelajaran | 93
sebagai aliran keluarnya adalah Sungai
Kecamatan
Tuntang.
Banyubiru,
Kondisi tampungan air pada
Bawen, dan
Ambarawa,
Tuntang.
Penelitian
dilakukan pada tanggal 10 April 2012.
Danau Rawapening sangat dipengaruhi
Penelitian
dirancang
dalam
oleh masukan dari sungai yang mengalir
bentuk observasi untuk mengkaji kondisi
ke danau. Debit aliran air yang masuk ke
fisiografi, komponen-komponen abiotik
Danau Rawapening secara keseluruhan
dan biotik di zona littoral perairan danau
berkisar antara 0,747 m3/detik hingga
Rawapening. Penelitian dilakukan pada
38,544 m3/detik dengan rata-rata 11,761
delapan
m3/detik. Kementrian Lingkungan Hidup
berdasarkan
(2011 a) melaporkan bahwa aliran air
lingkungan perairan yang ada. Kedelapan
sungai
Danau
stasiun penelitian tersebut adalah Desa
Rawapening berasal dari aliran influen
Bejalen, Tambakboyo, Asinan, Tuntang,
dengan tipe konsekuen.
Kesongo, Candirejo, Banyubiru, dan
yang
masuk
ke
Penelitian ini bertujuan untuk
stasiun
yang
ditetapkan
keragaman
kondisi
kebumen.
menginventarisasi komponen-komponen
Pengambilan
data
dilakukan
penyusun ekosistem Danau Rawapening
pada tiap-tiap stasiun penelitian. Data
meliputi
serta
yang diambil meliputi kondisi fisiografi,
komponen-komponen abiotik dan biotik
komponen-komponen abiotik dan biotik
perairan Danau Rawapening pada zona
di zona littoral. Data fisiografi meliputi
littoral serta menilai kelayakan ekosistem
posisi
Danau
Rawapening
perairan. Komponen abiotik meliputi
belajar
ekologi.
kondisi
fisiografi
sebagai Hasil
sumber penelitian
stasiun,
intensitas
topografi
cahaya,
dan
temperatur
batas air,
diharapkan dapat bermanfaat sebagai data
kecerahan, warna air, substrat dasar, arus,
dasar
Danau
kedalaman, angin, ph air, dan DO.
belajar
Komponen biotik meliputi keragaman
dalam
Rawapening
pemilihan
sebagai
sumber
ekologi.
tumbuhan air, plankton, ikan, moluska, dan burung air, serta capung dan kupu-
METODE PENELITIAN Penelitian littoral
perairan
Kabupaten Tengah
zona
Data yang diperoleh selanjutnya
Rawapening
dikelompokkan dan dianalisis secara
dilakukan Danau
Semarang yang
kupu di pinggiran danau. di
Provinsi
meliputi
Jawa
wilayah
kualitatif dan disajikan secara deskriptif untuk menggambarkan kondisi fisiografi
94 | Pros Sem Nas Entrepreneurship. Hal:91-102
serta komponen-komponen abiotik dan
Hasil pengambilan data kondisi
biotik di zona littoral perairan danau
fisiografi zona littoral perairan Danau
Rawapening.
Rawapening secara lengkap disajikan pada Tabel 1.
HASIL DAN PEMBAHASAN Tabel 1 Kondisi Fisiografi Lokasi Penelitian pada Tiap Stasiun Penelitian No.
Stasiun
Kecamatan
Letak
Topografi
Naungan
1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8.
Bejalen Tambakboyo Asinan Tuntang Kesongo Candirejo Banyubiru Kebumen
Ambarawa Ambarawa Bawen Tuntang Tuntang Tuntang Banyubiru Banyubiru
Barat Barat-utara Utara Timur-utara Timur Timur Barat-selatan Selatan
Datar/ landai Datar/landai Datar/ landai Datar/ landai Datar/ landai Datar/ landai Datar/ landai Datar/ landai
Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada
Batas Tepi Perairan Lahan tegalan Lahan sawah Lahan sawah Lahan sawah Lahan sawah Lahan sawah Permukiman Permukiman
Adapun kondisi komponen abiotik perairan pada tiap stasiun penelitian secara lengkap disajikan pada Tabel 2. Tabel 2 Kondisi Komponen Abiotik Perairan pada Tiap Stasiun Penelitian Parameter Intensitas cahaya (lux) Kecerahan (cm) Temperatur air (0C) Substrat dasar Warna air Kedalaman (cm) Angin (cm/detik) Arus (cm/detik) pH DO (mg/L)
Stasiun Penelitian Bejalen Tamb.boyo Asinan
Tuntng
Kesngo Candirejo Banyubiru Kebumen
50.000
50.000
54.000
55.000
55.000
53.000
53.000
52.000
50 –52
33 – 34
61 – 63
60 – 64
53 – 63
57 – 61
25 – 27
45 – 47
29 – 30
29 – 30
29 – 30
29 – 30
29 – 30
29 – 30
29 – 30
29 – 30
Lumpur Cokelat/ keruh 61 – 165 Lambat Tenang 6,9 – 7,1 6,8 – 7,4
Lumpur Cokelat/ keruh 51 – 155 Lambat Tenang 7,1 – 7,3 6,9 – 7,5
Lumpur Agak jernih 62 – 167 Lambat Tenang 7,6 – 7,7 6,5 – 6,9
Lumpur Lumpur
Lumpur Agak Jernih Jernih jernih 61 – 166 53 – 157 59 – 165 Lambat Lambat Lambat Tenang Tenang Tenang 6,8 – 7,0 7,3 – 7,4 6,9 – 7,0 8,2 – 8,9 7,0 – 7,8 7,2 – 7,7
Lumpur
Lumpur
Cokelat
Cokelat
46 – 151 Lambat Tenang 7,1 – 7,3 6,9 – 7,5
67 – 171 Lambat Tenang 6,9 – 7,0 7,1 – 7,8
Jenis-jenis tumbuhan air pada tiap stasiun penelitian secara lengkap disajikan pada Tabel 3.
Ary Susatyo dkk – Pendidikan dan Pembelajaran | 95
Tabel 3 Jenis dan Tipe Tumbuhan Air di perairan Danau Rawapening No.
Spesies
Nama Lokal
Tipe Makrofita
1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. 16. 17. 18.
Nymphoides indica Eichornia crassipes Salvinia cucullata Pistia stratiotes Nymphaea ampla Ludwigia peruviana Ludwigia adscendens Limnocharis flava Ipomea aquatica Colocasia esculenta Scirpus grossus Sagitaria sp Ottelia alismoides Myriophyllum aquaticum Potamogeton sp Najas indica Hydrilla verticillata C. demersum
Telepok Encenggondok Kiambang Kayu apu Teratai Cabean Krangkong Genjer Kangkung Talas Lingi Panahan Cowehan Bintangan Ganggeng Ganggeng Ganggeng Katipan
Floating Leaf Plant Free Floating Plant Free Floating Plant Free Floating Plant Emergent Plant Emergent Plant Emergent Plant Emergent Plant Emergent Plant Emergent Plant Emergent Plant Emergent Plant Submerged Plant Submerged Plant Submerged Plant Submerged Plant Submerged Plant Submerged Plant
Jenis-jenis tumbuhan air dan daerah persebarannya pada delapan stasiun penelitian secara lengkap disajikan pada Tabel 4. Tabel 4 Jenis-jenis Tumbuhan Air dan Persebarannya pada Delapan Stasiun Penelitian No.
Spesies
1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. 16. 17. 18.
Nymphoides indica Eichornia crassipes Salvinia cucullata Pistia stratiotes Nymphaea ampla Ludwigia peruviana Ludwigia adscendens Limnocharis flava Ipomea aquatica Colocasia esculenta Scirpus grossus Sagitaria sp Ottelia alismoides M. aquaticum Potamogeton sp Najas indica Hydrilla verticillata C. demersum
I v v v v v v v v v v v v v
II v v v v v v v -
III v v v v v v v v -
Stasiun Penelitian IV V v v v v v v v v v v v v v v v v v v v v v v v v v
VI v v v v v v v v
VII v v v v v v v v v -
VIII v v v v v v v v v v v v
96 | Pros Sem Nas Entrepreneurship. Hal:91-102
Jenis-jenis komponen biotik di perairan Danau Rawapening secara lengkap disajikan pada Tabel 5-8. Tabel 5 Jenis-jenis Fitoplankton di Perairan Danau Rawapening No. 1.
Classis
Familia
Species
Chlorophyceae
1. Tetraporaceae 2. Ulothrixchaceae 3. Hidrodictyaceae 4. Oocystaceae
1. Tetraspora cylindrica 2. Ulothrix zonata 3. Pediastrum boryanum 4. Treubaria crassispina 5. Kirchaneriella sp. 6. Pachycladon sp. 7. Spirogyra protecta 8. Scenedesmus armantus 9. Crucigenia regtangularis 10. Actinastrum gracillimum 11. Mikrospora sp. 12. Closterium sp. 13. Cosmaerium punctulatum 14. Synedra splendens 15. Centritractus belonophorus 16. Oscillatoria formosa
5. Zygnemataceae 6. Scenedesmaceae
7. Mikrosporaceae 8. Desmidiaceae 2. 3. 4.
Bacillariophyceae Chrysophyceae Cyanophyceae
9. Fragilariciae 10. Centritractaceae 11. Oscillatoriaceae
Tabel 6 Jenis-jenis Zooplankton di Perairan Danau Rawapening No.
Classis
Familia
Spesies
1.
Zoomastigopora
2.
Phytomastigopora
3.
Euglenaphyceae
4.
Rotiferaceae Ciliata
5.
Crustacea
6.
Branchiopoda
1. Peridinidae 2. Trachelomidae 3. Volvotidae 4. Pandorinidae 5. Eudorinidae 6. Plathydoridae 7. Pleodoridae 8. Euglenaceae Euglenaceae 9. Astasiaceae 10. Keratelladidae 11. Prorodontidae 12.Vorticellidae 13. Colipidae 14. Didinidae 15. Diaptomidae 16. Polyphemidae 17. Nauplidae 18. Daphnididae 19. Syncaridae
1. Peridinium sp. 2. Trachelomonas sp. 3.Volvox globator 4. Pandorina sp. 5. Eudorina sp. 6. Platydorina sp. 7. Pleodorina sp. 8. Phacus sp. 9. Euglena sp. 10. Astasia sp. 11. Keratella sp. 12. Prorodon sp. 13. Vorticella sp. 14. Coleps sp. 15. Didinium sp. 16. Diaptomus sp. 17. Polyphemus sp. 18. Nauplius sp. 19. Daphnia sp. 20. Syncaris sp.
Ary Susatyo dkk – Pendidikan dan Pembelajaran | 97
Tabel 7 Jenis-jenis Ikan di Perairan Danau Rawapening No. Ordo 1.
Familia
Cypriniformes
Species
1.Ciprinidae
2.Eleotridae
2. 3. 4. 5. 6. 7.
Cypriniformes Ostariophysii Characiformes Beloniformes Ciprinodonoidei Cipriniformes Synbranchoidea
3.Cichilidae 4.Anabantidae 5.Ciprinidae 6.Claridae 7.Zenarchopteridae 8.Poeciliidae 9.Cyprinidae 10.Synbranchoidae
1.Ciprinus carpio 2.Rasbora argyrotaenia 3.Tilapia mossambicha 4.Oreochromis sp 5.Opheocephalus striatus 6.Oxyeleotris marmorat 7.Amphilophus labiatus 8.Trichogaster sp 9.Ctenopharyngodon idella 10.Clarias batracus 11.Colossoma macropomum 12.Dermogenys pusilla 13.Poecilia reticulata 14.Puntius binotatus 15.Monopterus albus
Tabel 8 Jenis-jenis Capung pada Tepian Rawa Pening No. Sub-Ordo
Familia
Species
1.
Anishoptera
1. Libellulidae
2.
Zygoptera
2. Coenagrionidae
1.Crocothemis servilia 2.Orthetrum Sabina 3.Crocothemis servilia 4.Brachythemis contaminata 5.Sympetrum vicinum 6.Brachymesia gravida 7.Acisoma panorpoides 8.Pantala flavescens 9.Rhyothemis Phyllis 10.Neurothemis sp 11.Aciagrion borneense 12.Neurobasis chinensis 13.Agriocnemis femina
Pada bulan April 2012, Danau
menampung aliran air dari sembilan DAS
Rawapening mempunyai genangan air
yang bermuara ke dalamnya hingga
tinggi. Kondisi ini disebabkan selama
ketinggian maksimum. Hal ini sesuai
musim penghujan antara bulan September
dengan fungsi utama Danau Rawapening
hingga
yaitu untuk menahan laju aliran air dan
Maret,
Danau
Rawapening
98 | Pros Sem Nas Entrepreneurship. Hal:91-102
menampung air permukaan (Balitbang Provinsi Jawa Tengah, 2003).
Intensitas cahaya tinggi yang langsung mengenai permukaan perairan
Hasil pengambilan data pada
akan
diteruskan
ke
kolom
air
di
delapan stasiun penelitian berkenaan
bawahnya. Dengan intensitas yang tinggi,
dengan kondisi topografi tepian danau
cahaya mampu menembus kolom air
menunjukkan
bahwa
Danau
relatif dalam meskipun air dalam keadaan
Rawapening
pada
stasiun
keruh dan berwarna cokelat. Dari hasil
tepian semua
penelitian mempunyai derajad kelerengan
pengambilan
yang datar. Tidak ada satupun stasiun
penelitian
penelitian yang derajad kelerengannya
mendekati
curam atau terjal. Badan Penelitian dan
terendah dijumpai pada Desa Banyubiru
Pengembangan Provinsi Jawa Tengah
dan tertinggi pada Desa Tuntang. Hal ini
(2004) juga telah melaporkan bahwa
disebabkan karena pada stasiun-stasiun
derajad kelerengan areal di sekitar danau
bagian barat, cahaya matahari terhalang
Rawapening berkisar 0-8 % dengan
oleh
kategori datar.
tersuspensi yang melayang di badan air,
Pengelolaan
semua
mempunyai dasar
kecerahan
danau.
banyaknya
stasiun
Kecerahan
partikel-partikel
Danau
terutama material sedimen yang masuk
Rawapening menjadi lahan persawahan
bersama aliran sungai. Suratman et al.
secara
tidak
(2010) melaporkan bahwa pengelolaan
adanya pepohonan besar yang dapat
lahan pertanian di DAS kawasan DTA
menjadi naungan di tepian danau. Tidak
Rawapening
umumnya
adanya naungan menyebabkan tepian
memperhatikan
teknologi
danau
yang
periodik
menjadi
tepian
data,
menyebabkan
sangat
terbuka bagi
datangnya cahaya matahari sehingga cahaya
matahari
dan
konservasi
benar
sehingga
menyebabkan terjadinya erosi.
diterima
Cahaya matahari yang langsung
intensitasnya sangat tinggi. Dari hasil
mengenai permukaan dan masuk ke
pengambilan
perairan danau dengan intensitas tinggi
data,
yang
baik
belum
semua
stasiun
penelitian mempunyai intensitas cahaya
akan
mengalami
tinggi yaitu antara 50.000 lux hingga
perubahan menjadi energi panas. Hal ini
60.000 lux. Intensitas cahaya yang tinggi
menyebabkan perairan menjadi hangat.
akan memacu pertumbuhan makrofita
Dari
yang ada.
perairan Danau Rawapening pada semua
hasil
penyerapan
pengambilan
data,
stasiun penelitian relatif sama yaitu
dan
suhu
Ary Susatyo dkk – Pendidikan dan Pembelajaran | 99
berkisar antara 29OC hingga 31OC.
Perairan
Danau
Rawapening
Kisaran suhu tersebut merupakan kondisi
mempunyai arus yang bervariasi dari
umum yang dijumpai di perairan tropis
waktu ke waktu bergantung dari musim.
(Haslam, 1995).
Pada saat pengambilan data, arus air
Warna air secara keseluruhan
sangat lambat bahkan cenderung tenang
pada semua stasiun dapat dibedakan
terutama pada bagian tepian danau.
menjadi dua yaitu cokelat keruh dan agak
Tenangnya perairan danau ini disebabkan
jernih. Stasiun-stasiun pada bagian barat
oleh beberapa hal yaitu wilayah perairan
mempunyai air berwarna cokelat keruh,
danau yang luas dengan satu outlet, dan
sedangkan stasiun-stasiun pada bagian
saat pengambilan data, angin bertiup
timur mempunyai air berwarna agak
sangat lambat bahkan terkadang tidak ada
jernih. Air yang berwarna cokelat keruh
angin sama sekali. Tumbuhan air seperti
pada
Hydrilla
bagian
barat
disebabkan
oleh
verticillata,
Najas
sp,
banyaknya material sedimen terlarut yang
Myriophyllum demersum dan lainnnya
terbawa oleh aliran air sungai.
yang banyak tumbuh di perairan danau
Angin merupakan udara yang
juga akan menghambat gerakan arus air.
mengalir dari tempat bertekanan tinggi ke
Hal ini menyebabkan arus air menjadi
tempat bertekanan rendah. Angin ini
tenang pada semua stasiun penelitian dan
adalah gejala alam yang terus terjadi dari
retensi air menjadi lebih lama. Dari hasil
waktu ke waktu. Ada tidaknya angin dan
pengambilan
kecepatan angin sangat tergantung dari
penelitian mempunyai arus yang sama
kondisi atmosfer yang ada. Angin juga
yaitu sangat lambat atau cenderung
bergantung pada musim yang didasarkan
tenang.
data,
semua
stasiun
pada posisi garis edar matahari. Pada
Derajad keasaman (pH) perairan
umumnya angin bertiup kencang antara
Danau Rawapening di semua stasiun
bulan
Maret.
penelitian relatif sama yaitu berkisar
Sedangkan antara bulan April hingga
antara 6,6 sampai dengan 7,8. Kondisi ini
Agustus angin bertiup relatif lambat.
masih
Dalam penelitian ini, pengambilan data
perairan alami. Afrianto dan Liviawaty
dilakukan pada bulam April hingga
(2010) dalam Lesmana et al. (2010)
Agustus sehingga pada saat pengambilan
menyatakan
data angin bertiup sangat lambat bahkan
organisme perairan dapat beradaptasi
terkadang tidak ada angin sama sekali.
dengan baik pada lingkungan perairan
september
hingga
dalam
kisaran
bahwa
normal
sebagian
pada
besar
100| Pros Sem Nas Entrepreneurship. Hal:91-102
dengan kisaran pH 5 – 9. Dengan kisaran tersebut
maka
Danau
ada di perairan Danau Rawapening saling
Rawapening termasuk kategori perairan
berinteraksi satu sama lain, baik antar
ber-pH netral dan menunjukkan bahwa
individu dalam satu populasi maupun
organisme dapat beradaptasi di perairan
antar
tesebut.
kompleks hingga akhirnya Pada
perairan
Semua komponen biotik yang
perairan
tawar,
populasi.
Interaksi
ini
sangat
terbentuk
kadar
sistem kehidupan yang sangat rumit.
oksigen terlarut berkisar antara 15 mg/L
Interaksi-interakasi antar populasi yang
pada suhu 00C, dan 8 mg/L pada suhu
dapat
250C (Effendi, 2003). Secara umum
Rawapening antara lain adalah kompetisi,
organisme
komensalisme, mutualisme, parasitisme,
perairan
membutuhkan
oksigen terlarut pada konsentrasi antara 5
dilihat
di
perairan
Danau
predasi, herbivori, dan lain sebagainya.
sampai dengan 8 mg/L. Dari hasil
Kompetisi
antar
pengambilan sampel, nilai DO perairan
tumbuhan
air
Danau Rawapening berkisar antara 6,5
berkaitan
dengan
sampai dengan 8,8 mg/L. Kisaran DO
matahari, ruang dan nutrisi. Sedangkan
tersebut menurut UNEP (1992) termasuk
komensalisme
dalam
pemanfaatan rerimbunan tumbuhan air
kisaran
normal
mendukung
dan
organisme
dapat
perairan.
Berdasarkan nilai DO di semua stasiun penelitian
maka
perairan
yang
sangat
populasi
jelas
terlihat
perebutan
cahaya
berkaitan
dimanfaatkan
oleh
dengan ikan-ikan
sebagai tempat mencari makan.
Danau
Predasi
berhubungan
dengan
Rawapening dikatakan cukup baik untuk
beragam jenis hewan karnivora yang
kehidupan organisme perairan. Tingginya
memangsa hewan-hewan kecil lainnya
nilai DO perairan Danau Rawapening
sebagai makanan. Predasi dapat dilihat
disebabkan oleh banyaknya tumbuhan air
dari ikan-ikan karnivora atau capung
yang
yang
berada
dalam
perairan
danau
memangsa
hewan
tersebut. Effendi (2003) menyatakan
Sedangkan
bahwa pada zona litoral perairan danau
dengan hewan herbivora yang memakan
yang banyak ditumbuhi tumbuhan air,
jenis-jenis tumbuhan air yang menjadi
keberadaan
makanannya.
dihasilkan
oksigen oleh
lebih
aktivitas
algae dan tumbuhan air.
banyak
fotosintesis
herbivori
lainnya.
berhubungan
Sarana dan prasarana di perairan Danau Rawapening juga sangat memadai. Prasarana jalan menuju lokasi sudah
Ary Susatyo dkk – Pendidikan dan Pembelajaran | 101
berupa jalan aspal yang dapat dilalui mobil.
Sarana
perahu
untuk
3.
Ekosistem
Danau
layak
dan
Rawapening memungkinkan
pengunjungpun banyak tersedia bagi
digunakan sebagai sumber belajar
siapa
ekologi.
saja
yang
ingin
mengarungi
perairan Danau Rawapening. Pemilik perahu siap kapan saja untuk mengantar pengunjung sesuai dengan kebutuhan. Dengsan
melihat
kondisi
fisiografi, komponen abiotik dan biotik serta
sarana
dan
prasarana
yang
mendukung, maka Danau Rawapening sangat memungkinkan untuk dijadikan sebagai sumber belajar ekologi. Beberapa pokok bahasan yang dapat dikaji adalah keanekaragaman hayati baik pengelolaan maupun pemanfatannya, hubungan antar populasi berkaitan dengan konsep dasar ekosistem
meliputi
rantai
makanan,
jaring-jaring makanan, aliran energi, daur biogeokimia, pencemaran lingkungan dan lain sebagainya. KESIMPULAN DAN SARAN Dari hasil pengambilan data dan pembahasan yang telah dilakukan dapat diambil kesimpulan bahwa : 1.
Ekosistem tersusun
Danau atas
Rawapening
beragam
kondisi
fisiografi lingkungan. 2.
Ekosistem tersusun
Danau atas
Rawapening
beragam
jenis
organisme mulai dari tumbuhan air, ikan, burung air dan sebagainya.
DAFTAR PUSTAKA Balitbang Provinsi 2003.Studi Karakteristik Semarang.
Jawa
Tengah. Penelitian Rawa Pening.
Balitbang Provinsi Jawa Tengah. 2004. Studi Optimalisasi Potensi di Kawasan Rawa Pening. Semarang. Balitbang Provinsi Jawa Tengah. 2009. Profil Rawa Pening Provinsi Jawa Tengah. Semarang. Cole, G.A. 1988. Textbook of Limnology. 3th Ed. Waveland Press Inc. Illionis USA. Connell, D.W., and G.J. Miller. 1995. Kimia dan Ekotoksikologi Pencemaran. Y. Koestoer [Penerjemah]; Terjemahan dari: Chemistry and Ecotoxicology of Pollution. UI-Press. Jakarta. Odum, E.P. 1993. Dasar-Dasar Ekologi. Tj. Samigan. [Penerjemah]; Srigandono [Editor]. Terjemahan dari: Fundamental of Ecology. Gajah Mada Press. Yogyakarta. Sittadewi, E.H. 2008 . Kondisi Lahan Pasang Surut Kawasan Rawa Pening dan Potensi Pemanfaatannya. M. Tek. Lingkungan. Vol 9 No 3 : 294301.
102 | Pros Sem Nas Entrepreneurship. Hal:91-102
Sumarwoto, O., D. Silalahi, dan S. Sukimin. 2004. Menanganinya Harus Ada Langkah Nyata: Waduk & Danau Kini Terancam Punah. http://www.kompas.com.