BAB II
LANDASAN TEORI
A. AUDITING 1.
Pengertian Audit sccara uraum
Pekerjaan audit untuk menilai atau mengevaluasi kegiatan-kegiatan tertentu
dan hasil-hasilnya, telah lama dilakukan manusia. Dari segi sejarah, kegiatankegiatan audit telah ada sejak zaman Yunani kuno walau bentuk audit sebagaimana
yang kita kenal sekarang baru mulai muncul sejak abad Rennaissance (sekitar abad 15). Perkembangan audit selanjutnya terjadi selama Revolusi di Inggris dan Amerika Serikat pada abad ke-18 dan 19.
Pada waktu itu, oleh pemerintah Inggris ditetapkan " Bitsiness Act " yang
antara lain mengharuskan adanya pemeriksaan laporan keuangan perusahaan oleh seorang yang independen. Sedangkan di Amerika Serikat sebagai reaksi atas peristiwa Depresi Besar tahun 1930-an, pihak Securities Exchange Act ( SEC ) dan New York Stock Exchange ( NYSE ) menetapkan " Investment Company Act " yang
salah satu intinya menyebutkan mengenai penggunaan auditor independen oleh pcrusahaan-perusahaan yang terdaftar di pasar bursa, harus dicalonkan terlebib dulu oleh direktur-direktur non fungsional dari perusahaan-perusahaan tersebut. Sampai dengan tahun 1978, baru ditetapkan oleh NYSE bahwa semua
perusahaan domestik yang terdaftar di pasar bursa itu harus membentuk panitia audit yang anggotanya kebanyakan bukan direktur fiingsional. Melihat perkembangan
sejarahnya dan peranannya, dapat dikatakan pekerjaan audit berevolusi dari sekedar pemeriksa dan pengevaluasi hasil-hasil keuangan suatu organisasi, menjadi lebih sebagai pengevaluasi dan penasehat untuk kegiatan-kegiatan organisasi maupun perorangan.
Untuk jelasnya kita tinjau beberapa defmisi audit yaitu :
Menurut Alvin A.Arens dan James K.Loebbecke (2000:9) adalah sebagai berikut: " Auditing is the accumulation and evaluation of evidence about
quantifiable information of an economic entity to determine and report on the degree of correspondence between the information and established criteria. Auditing should be done by a competent independent person."
Defmisi dari Arens dan Loebbecke menyebutkan audit sebagai pengumpulan dan pengevaluasian bukti mengenai informasi yang dapat dikuantifisir dari suatu
entitas ekonomi, untuk kemudian menentukan dan membuat laporan mengenai kesesuaian informasi itu dengan kriteria yang telah ditetapkan. Juga disebutkan bahwa pekerjaan
audit harus dilakukan oleh
orang yang berkompeten dan
indcpenden.
Beberapa hal penting dari defmisi diatas dapat disimpulkan berikut ini: a.
Informasi yang dapat dikuantifisir dan kriteria yag telah ditetapkan :
Informasi itu hams dapat diverifikasi kebenaran/keabsahannya dan kriteria itu adalah norma-norma/standar-standar yang menjadi dasar/pedoman bagi auditor dalam melaksanakan tugasnya.
b.
Entitas ekonomi:
Umumnya yang dapat dimaksud entitas ekonomi disini adalah badan hukum seperti
perusahaar^badan
pemerintah.
Tapi
dapat
pula
berupa
unit-
unit/departemen suatu perusahaan.
c.
Pengumpulan dan Pengevaluasian bukti:
Bukti disini adalah alat bagi auditor untuk menentukan apakah informasi yang
diaudit telah disajikan sesuai kiiteria yang telah ditetapkan. Bukti dapat diperoleh antara lain dari pengamatan, wawancara, pemeriksaan fisik, dan sebagainya. d.
Seorang yang berkompeten dan independen:
Artinya seorang yang melakukan audit harus berkualifikasi sebagai auditor
sehingga dapat mengetahui macam standar dan kriteria yang dipakai, jumlah bukti yang perlu dikumpulkan dalarn suatu tugas audit, dan macam opini yang sesuai dengan hasil audit yang ada. Independensi dapat dipandang sebagai hal terpenting dalam suatu penugasan audit. Independensi dalam hal ini diartikan sebagai sikap mental dari auditor yang tak terpengaruh hal-hal diluar tujuan auditnya. e.
Pelaporan:
Laporan hasil audit adalah sarana komunikasi antara auditor dengan pihak yang memanfaatkan jasanya. Bentuk laporan ada berbagai macam, tapi intinya harus menyebutkan mengenai kesesuaian informasi yang diaudit dengan kriteria yang ditetapkan dan opini mengenai informasi keuangan itu.
Definisi ini menyebutkan bahwa audit independen itu adalah suatu pemeriksaan yang objektif terhadap laporan keuangan dari suatu perusahaan, persekutuan,
kepemilikan tunggal, atau suatu badan lainnya (yang disebut sebagai auditee), dengan tujuan utama untuk menyelidiki dan menentukan apakah laporan keuangan itu telah disusun dengan cara yang benar sesuai praktek pelaporan keuangan yang cocok untuk auditee.
Menurut William C. Boynton, Raymond N. Johnson, Walter G. Kell (2002:5). Adapun Boynton, Johnson,
dan Kell
mendasarkan definisi berikut ini pada
pernyataan Auditing Concept Committee mengenai " Report of The Committee on Basic Auditing Concepts. "
" A systematic process of objectively obtaining and evaluating evidence regarding assertions about economic actions and events to ascertain a degree of correspondence between those assertions and established criteria and communicating the results to interested users."
Definisi diatas menyatakan bahwa audit adalah suatu proses sistematis, yang sccara objektif,
kegiatan-kegiatan keterkaitan
mengumpulkan dan
dan
pernyataan
mengevaluasi
peristiwa-peristiwa itu
dengan
bukti
ekonomis
(criteria
yang
mengenai
untuk telah
pernyataan
meneliti
tingkat
ditetapkan,
serta
mengkomunikasikan hasil-hasil proses sistematis itu pada pihak-pihak yang tertarik. Beberapa titik penting dari definisi diatas : a.
Proses sistematis : Menunjukkan adanya kegiatan-kegiatan terstruktur yang mengikuti
langkah logis.
langkah-
b.
Objektif:
Merujuk pada kualitas laporan yang dihasilkan dan kualitas dari orang yang melakukan audit. Maksudnya orang yang mengaudit itu hams bebas dari bias pemeriksaan yang dapat merugikan pemakai laporan audit. c.
Mengumpulkan dan mengevaluasi bukti: Adalah kegiatan-kegiatan untuk mendukung pemberian opini terhadap laporan yang diaudit.
d.
Pernyataan mengenai kegiatan dan peristiwa ekonomis : Adalah
pendefinisian
yang
umum
mengenai
hal-hal
yang
dapat
diaudit.
Pernyataan-pernyataan ini dapat dibuktikan kebenarannya melalui audit. e.
Tingkat keterkaitan dengan kriteria yang telah ditetapkan :
Artinya pekerjaan audit menetapkan suatu kesesuaian dengan kriteria yang telah ditetapkan itu. f.
Mengkonsumsikan hasil:
Maksudnya supaya hasil
pekerjaan audit dapat dipakai
oleh
pihak yang
berkepentingan secara lisan maupun tertulis.
Untuk lebih memperdalam pengertian mengenai audit maka perlu diketahui
pula jenis-jenis audit yang ada. Pada dasarnya pekerjaan audit dapat dibagi menjadi dua, yaitu berdasarkan sifatnya dan berdasarkan pihak yang melaksanakan.
10
2.
Jenis-Jenis Audit
1.
Audit Finansial
Merupakan audit yang dilaksanakan atas suatu laporan keuangan dari suatu badan ekonomi tertentu, baik perusahaan (misalnya PT.), persekutuan (Firma), termasuk pula perusahaan perorangan dan koperasi. Audit Finansial umumnya dilaksanakan demi kepentingan pemilik atau pihak lainnya, untuk memeriksa apakah kegiatan-kegiatan perusahaan telah dilaporkan secara seksama dan wajar
serta mencerminkan kenyataan yang ada. Hasil dari audit berupa laporan audit yang didalamnya terdapat opini
auditor mengenai
laporan keuangan yang
diauditnya. Macam opini ini telah dibakukan menjadi empat, yaitu :
2.
a.
Unqualified ( Wajar tak Bersyarat)
b.
Qualified ( Wajar dengan Syarat)
c.
Adverse ( Tidak Wajar )
d.
Disclaimer ( Menolak Berpendapat)
Audit Manajemen
Jenis audit ini diadakan dengan tujuan untuk menilai efisiensi dan efektifitas operasi perusahaan, serta untuk megidentifikasi kesempatan maupun ancaman terhadap
kegiatan
perusahaan.
Hasilnya
berupa
rekomendasi/saran-saran
mengenai
tindakan
yang dapat dilakukan untuk memperbaiki kekurangan-
kckurangan dalam pclaksanaan kegiatan perusahaan yang menjadi temuan audit
ini. Karena topik skripsi ini mengenai audit manajemen, untuk lebih jelasnya audit ini akan dibahas dalam bagian tersendiri.
n
3.
Audit Ketaatan
Jenis audit ini meliputi mengumpulkan dan mengevaluasi bukti untuk menentukan
apakah
kegiatan-kegiatan
financial
atau
operasional
tertentu
dijalankan sesuai dengan kondisi, aturan atau kebijakan yang ada. Kriteria pemenksaan yang dipakai dalam jenis audit ini dapat bersumber dari pihak mana saja ; Peraturan atau kebijakan manajemen, persyaratan dari kreditur, dan peraturan pemerintah. Pelaporan hasil audit ketaatan disampaikan pada pihak yang mengeluarkan kriteria pemeriksaan, dan umumnya terdiri dari dua bagian :
rangkuman temuan-temuan audit, dan pemyataan keyakinan mengenai tingkat ketaatan terhadap kriteria pemeriksaan tersebut.
Audit menurut pihak yang melaksanakan: 1.
Audit Internal
Audit jenis ini dilaksanakan oleh pegawai dari perusahaan yang diaudit itu sendiri. Petugas yang melaksanakannya adalah pegawai yang dianggap memiliki pengetahuan dan ketrampilan untuk mengaudit, walaupun pegawai itu tidak bersertifikasi sebagai auditor. Pada dasarnya, auditor internal adalah penilaian independen terhadap kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan perusahaan. Tujuannya
adalah membantu pihak manajemen perusahaan itu dalam menilai efektivitas pelaksanaan tugas bagian-bagiannya. Lingkup kegiatan audit internal umumnya meliputi audit manajemen dan audit ketaatan sebagaimana telah dijelaskan diatas, serta dilaksanakan dalam semua tahapan kegiatan perusahaan. Laporan hasil
12
auditnya hanya dipcruntukkan pada pihak manajemen perusahaan dan sering menjadi suplemen dari hasil audit eksternal. 2.
Audit Eksternal
Adalah jenis audit yang dilakukan oleh pihak yang bukan pegawai dari perusahaan yang
diaudit.
Petugasnya adalah para praktisi akuntansi yang
umumnya tergabung dalam suatu kantor akuntan publik tertentu, serta memiliki sertifikasi
sebagai
auditor.
Pihak-pihak luar,
seperti kreditur dan investor
perusahaan, lebih mempercayai hasil audit eksternal. Ini karena pelaksana auditnya dipandang tidak memiliki kepentingan apapun terhadap perusahaan yang diauditnya itu.
3.
Standar-Standar dalam Audit
Standar dalam auditing digunakan untuk membantu auditor dalam memenuhi
tanggung jawab profesionalnya dalam melaksanakan tugas audit Standar ini berupa pedoman-pedoman
yang
harus
profesionalitas yang memadai.
dipenuhi
auditor
untuk
mencapai
tingkat
Standar yang paling luas pemakainya adalah
Generally Accepted Auditing Standards ( GAAS ) yang digunakan oleh American Institute of Certified Public Accountant ( AICPA ) sejak tahun 1946-1948. GAAS telah direvisi oleh Auditing Standar Board pada tahun 1988, serta diterbitkan kembali dalam SAS No. 1 (AU 150).
GAAS terdiri dari tiga macam standar : Standar umum, standar kerja lapangan, dan standar pelaporan.
13
1.
Standar Umum :
Standar ini berkaitan dengan kualifikasi auditor sebagai pelaksana audit dan kualitas kerja dari kompetensi
auditor
si
auditor. berkaitan
Standar umum pertama menekankan pada dengan
latar
belakang
pendidikan
dan
ketrampilannya. Selanjutnya ditekankan pada independensi auditor sewaktu melakukan audit. Independensi auditor adalah hal terpenting yang membedakan auditor dengan profesi bidang jasa lainnya seperti dokter dan pengacara. Sewaktu
melaksanakan tugasnya auditor hams memikirkan kepentingan pihak ketiga yang berkepentingan dengan hasil audit yang tidak memihak. Standar umum terakhir
mengingatkan auditor untuk selalu bertindak sesuai tugas secara profesional,
dalam arti untuk selalu menjaga sikap terpercaya, menjaga integritas, dan rajin. 2.
Standar Kerja Lapangan :
Standar ini membicarakan sifat dari suatu tugas audit dan jenis-jenis bukti audit
yang hams dikumpulkan oleh auditor. Standar pertama mengingatkan bahwa penugasan audit harus direncanakan dengan seksama dan disertai pengawasan untuk asistensi yang ada. Penggunaan asisten dalam penugasan audit adalah hal
yang wajar dalam setiap struktur kerja Kantor Akuntan Publik. Standar kedua mengenai stmktur internal kontrol pemsahaan. Klien adalah standar yang penting
karena
pemahaman
mengenai
internal
control
ini
menentukan
macam
pemeriksaan yang diperlukan dalam suatu audit. Standar ketiga berkaitan dengan pengumpulan bukti-bukti mengikuti prosedur tertentu.
audit dan
bahwa pengumpulan bukti
itu
hams
14
3.
Standar Pelaporan :
Standar ini berbicara mengenai bentuk dan isi laporan hasil audit yang disusun auditor. Standar pertama menekankan kesesuaian penyajian laporan keuangan
yang diaudit dengan Generally Accepted Accounting Principles (GAAP). Standar kedua berkaitan dengan keadaan dimana terdapat penyimpangan dari GAAP yang hams disebutkan oleh auditor dalam laporannya dengan memberi paragraf khusus yang membicarakan penyimpangan itu. Sebelum tahun 1988 ada bagian dalam laporan hasil audit mengenai konsistensi, selanjutnya bagian ini hanya dipakai bila memang terdapat inkonsistensi yang material dalam penyajian laporan
keuangan yang diaudit. Standar ketiga berisi tentang kelayakan pengungkapan yang tampak dari laporan keuangan yang diaudit. Auditor hams melakukan
pcmeriksaan yang memadai untuk mencapai keyakinan yang cukup mengenai pengungkapan ini. Standar keempat adalah mengenai kehamsan auditor untuk memberikan opini atas laporan keuangan yang diauditnya dalam laporan hasil audit yang disusunnya.
Adapun susunan rincian GAAS itu sebagai bcrikut: 1.
Standar Umum
a.
Audit hams dilaksanakan oleh seorang atau kelompok orang yang memiliki pengetahuan teknis dan ketrampilan sebagai auditor.
b.
Dalam semua hal yang berkaitan dengan penugasan, sikap mental yang independen hams dipertahankan oleh auditor.
15
c.
Sikap professional harus tetap dijaga dalam melaksanakaii penugasan audit dan penyiapan laporan.
2.
Standar Kerja Lapangan
a.
Penugasan harus direncanakan dengan sebaik-baiknya, dan jika menggunakan asisten maka harus disuperviri dengan layak.
b. Harus diperoleh pengertian yang cukup mengenai struktur Internal Control untuk merencanakan audit, dan untuk menentukan sifat, waktu, dan cakupan dari pemeriksaan-pemeriksaan yang akan dilakukan. c.
Bukti-bukti kompeten hams cukup dikumpulkan untuk menyediakan dasar yang cukup pemberian opini atas laporan keuangan yang diaudit
3.
Standar Pelaporan
a.
Laporan harus menyebutkan apakah laporan keuangan disajikan sesuai dengan GAAP.
b. Laporan harus mengidentifikasi keadaan-keadaan yang menyebabkan GAAP tidak dilaksanakan secara konsisten pada periode yang diaudit dibanding dengan periode sebelumnya.
c.
Pengungkapan-pengungkapan
informasi
dalam
laporan
keuangan
hams
dianggap cukup, jika tidak hams disebutkan dalam laporan.
d. Laporan hams berisi opini berkaitan dengan laporan keuangan yang diaudit, secara keseluruhan, atau hams menegaskan bahwa tidak dupat memberi opini.
Jika opini secara keseluruhan tidak dapat diberikan, hams disebutkan alasanalasannya. Dalam semua hal dimana seorang auditor dikaitkan dengan suatu
16
laporan keuangan, laporan audit juga hams memuat keterangan yang jelas mengenai tugas yang telah dilakukan auditor atas laporan keuangan itu dan tanggung jawabnya.
B. AUDIT MANAJEMEN 1.
Pengertian Audit Manajemen secara umum
Audit manajemen sering disebut pula sebagai: audit operasional, pemeriksaan operasional, pemeriksaan manajemen, dan pemeriksaan pengelolaan. Jenis audit ini adalah perkembangan dari audit financial dan menjadi alat bagi manajemen puncak
untuk mengevaluasi sumber-sumber dari data-data keuangan. Audit manajemen menitik beratkan pada pengevaluasian efektivitas, efisiensi, dan keekonomisan suatu
kegiatan atau operasi perusahaan kemudian hasil-hasilnya disampaikan pada pihak manajemen perusahaan beserta rekomendasi mengenai hal-hal yang perlu dibenahi dan cara-cara yang dapat ditempuh untuk melakukan pembenahan itu. Untuk jelasnya berikut beberapa definisi mengenai audit manajeraen : Menurut Sondang P. Siagian (1999:13) :
Audit Manajemen merupakan suatu instrument ilmiah yang diperuntukkan
hagian manajemen puncak karena manajemen puncak yang menarik manfaat paling hesar dari hasil kegiatan itu ". Beberapa titik penting dalam definisi diatas :
1.
Maksud
diselenggarakannya
audit adalah
efektivitas, dan produktivitas perusahaan.
untuk
menilai
tingkat efisiensi,
17
2.
Siapapun yang telah melakukan audit atau menjadi objek kegiatan audit pasti mengetahui bahwa teknik-teknik yang digunakan melakukan audit mencakup
berbagai prosedur, metode evaluasi, dan pendekatan. 3.
Hasil audit harus memenuhi persyaratan factual dan objektif, diserahkan kepada manajemen puncak untuk digunakan dalam mengelola perusahaan dimasa depan.
Jika hasil audit merupakan produk suatu rekayasa dengan demikian audit tidak lagi factual dan tidak objektif, penggunaannya dapat mengakibatkan pengambilan keputusan tidak tepat karena manajemen puncak menarik kesimpulan yang tidak benar.
Adapun pengertian Manajemen Audit menurut Sukrisno Agoes (2000:175) adalah sebagai berikut:
"Manajemen audit, disebut juga operational audit, fiinctional audit, systems audit, adalah suatu pemeriksaan terhadap kegiatan operasi suatu perusahaan, termasuk kebijakan akuntansi dan kebijakan operasional yang telah ditentukan oleh manajemen, untuk mengetahui apakah kegiatan operasi tersebut sudah dilakukan
secara efektif, efisien, dan ekonomis."
2.
Tujuan urn urn dari manajemen audit adalah :
1.
Untuk menilai kinerja (performance) dari manajemen dan berbagai fungsi dalam perusahaan.
2.
Untuk menilai apakah berbagai sumber daya (manusia, mesin, dana, harta lainnya) yang dimiliki ekonomis.
perusahaan telah
digunakan
secara efisien dan
18
3. Untuk menilai efektivitas perusahaan dalam mencapai tujuan (objective) yang telah ditetapkan oleh top manajemen.
4. Untuk dapat memberikar. rekomendasi kepada (top manajemen) untuk memperbaiki
kelemahan-kelemahan
pengendalian
intern,
system
yang
pengendalian
terdapat
dalam
manajemen,
dan
penerapan prosedur
operasional perusahaan, dalam rangka meningkatkan efisiensi, keekonomisan dan efektivitas dari kegiatan operasi perusahaan.
3.
Standar-standar dalam Audit Manajemen
Audit manajemen adalah suatu pengernbangan yang baru dari audit fmansial sehingga belum ada suatu pendefinisian secara khusus untuk standar pelaksanaannya. Namun
prosedur-prosedur dan
metode-metode
yang
digunakan
dalam
audit
manajemen sebagian besar diambil dari praktek audit internal. Kesamaan antara audit manajemen dcngan audit internal adalah bahwa keduanya diadakan demi kepentingan manajemen suatu perusahaan. Sedangkan perbedaannya adalah audit manajemen dapat dilakukan oleh auditor eksternal maupun internal, sebaliknya audit internal hanya dapat dilakukan oleh auditor internal atau pegawai perusahaan bersangkutan yang berkemampuan untuk itu. Karena itulah standar yang umumnya dikenakan
dalam melaksanakan audit manajemen adalah standar untuk audit internal. Ada dua badan di Amerika Serikat yang mengeluarkan standar audit internal yang umum digunakan, yaitu Institute ofInternal Auditors (IIA) dan General Accounting Office ( GAO).
19
Standar audit internal menurut Institute of Internal Auditors :
Standar ini dikenal dengan nama " Statement of standards for the professional practice of Internal Auditing ", dimana secara umum dapat diikhtisarkan sebagai berikut:
100 Independensi-auditor internal haras independen dari aktivitas yang mereka audit. Ill Status organisasional-status dalam organisasi memungkinkan auditor internal mcnyclesaikan tugasnya.
120 Objektivitas-auditor internal haras objektif dalam mengaudit. 200 Kecakapan profesional-profesionalitas dalam pelaksanaan tugas audit haras dilaksanakan dengan cermat dan seksama (due professional care). Departemen Audit Internal
210 Pengaturan staf-departemen haras dapat memberi keyakinan bahwa kecakapan
teknis dan latar belakang pendidikan para auditomya cukup memadai untuk tugastugas audit yang akan dilaksanakan.
220
Pengetahuan,
memperoleh
ketrampilan,
pengetahuan,
dan
disiplin-departemen
ketrampilan,
dan
disiplin
audit
yang
internal
haras
diperlukan
untuk
pelaksanaan audit. 230 Supcrvisi-departemcn audit internal harus dapat memberi keyakinan bahwa
kegiatan audit disupervisi dengan tepat. 240 Standar perilaku (standards of conduct)-auditor internal haras taat pada standar perilaku profesional.
20
250 Pengetahuan, ketrampilan, dan disiplin-tiga hal ini penting untuk dimiliki auditor internal untuk pelaksanaan tugasnya.
260 Hubungan manusiawi dan komunikasi-auditor internal hams trampil dalam berkomunikasi secara efektif dengan berbagai pihak. 270 Pendidikan dan pelatihan yang berkesinambungan-penting dilakukan demi mempertahankan kompetensi kemampuan teknis para auditor internal. 280 Menggunakan kemahiran profesional-secara cermat dan seksama. 300 Ruang lingkup-audit internal hams mencakup pengujian dan penilaian atas kecukupan dan efektifitas sistem pengendalian internal organisasi dan kinerjanya dalam melaksanakan tanggung jawab yang diberikan. 310 Keandalan dan integritas informasi-dua hal itu harus ditelaah oleh auditor internal,
berikut
operasinya
dan
alat-alat
yang
digunakan
untuk
mengukur,
mengklasifikasi, dan melaporkan informasi itu. 320 Ketaatan terhadap kebijakan, rencana, prosedur, hukum, dan peraturan-ketaatan
ini ditinjau pada sistem organisasi itu dampaknya terhadap operasi dan pelaporannya. Harus ditetapkan oleh auditor internal apakah organisasi telah menaati atau tidak.
330 Mengamankan aktiva-alat-alat untuk pengamanan aktiva harus ditelaah, dan jika perlu juga memverifikasi aktiva yang diamankan itu.
340 Penggunaan sumber daya secara cfisien dan ekonomis, juga harus ditelaah auditor internal. 350 Pencapaian tujuan dan sasaran yang ditetapkan atas operasi atau program-
program internal-hal ini pcrlu ditelaah untuk memastikan konsistensi antara hasil
21
yang dicapai dengan tujuan atau sasaran yang telah ditetapkan, serta apakah usaha pencapaian hasil itu sesuai dengan rencana.
400 Pelaksanaan pekerjaan audit-harus mencakup perencanaan, pengujian dan penilaian informasi, mengkomunikasikan hasil audit, dan menindaklanjuti tindakan yang diambil.
410
Perencanaan
audit-setiap
audit
internal
yang
akan
dilaksanakan
harus
direncanakan terlebih dulu. 420
Pengujian
dan
penilaian
informasi-mengumpulkan,
menganalisis,
menginterpretasikan, dan mendokumentasikan semua bukti yang mendukung hasil audit.
430 Mengkomunikasikan hasil audit-hal ini dicapai dengan melaporkan hasil dari pekerjaan audit yang dilakukan departemen audit internal.
440 Tindak lanjut hasil temuan audit-departemen audit internal hams memastikan bahwa ada tindak lanjut yang dilakukan terhadap hasil-hasil temuan audit yang mereka temukan.
500 Pengelolaan departemen audit internal-tanggung jawab ini dipegang dan dijalankan oleh kepala departemen audit internal.
510 Tujuan, wewenang, dan tanggung jawab dari departemen audit internal ketiga hal tersebut harus jelas dan dibuatkan suatu pemyataan khusus (statement of purpose, authority, and responsibility).
530 Kebijakan dan prosedur-kepala atau direktur departemen audit internal harus
menyusun kebijakan dan prosedur secara tertulis untuk menuntun staf audit.
22
540 Manajemen dan pengembangan personil-kepala depaitemen audit internal harus menctapkan program pemilihan dan pengembangan sumber daya manusia yang ada dalam departemermya.
550 Audit eksternal-kepala departemen audit internal harus mengkoordinasikan pelaksanaan audit internal dan ekstemal.
560
Kepastian mutu-kepala departemen audit internal harus menetapkan dan
mempertahankan suatu program kepastian mutu (quality assurance) untuk menilai kinerja dari departemennya.
Standar audit internal menurut General Accounting Office ; A. Lingkup Pekerjaan Audit Meliputi organisasi, program, kegiatan-kegiatan, fungsi-fungsi yang mencakup ; 1.
Keuangan dan kepatuhan ;
Meninjau kewajaran penyajian laporan keuangan dan kesesuaian dengan
prinsip-prinsip
akuntansi
yang
berlaku
umum
dan
peraturdn-peraturan
pemerintah.
2.
Kehematan dan efisiensi; Kedua hal ini ditinjau dari segi pemanfaatan sumber-sumber daya perusahaan.
3.
Hasil-hasil program ; Yaitu dengan meninjau apakah hasil yang dituju telah dicapai.
23
B. StandarUmum 1.
Kualifikasi auditor;
Auditor-auditor secara kolektif harus cakap dan profesional dalam melakukan tugasnya.
2.
Independensi;
Kebebasan dalam sikap mental dan secara organisasi untuk semua hal yang berkaitan dengan tugas audit 3.
Kemahiran profesional;
Profesionalisme dalam bertugas harus dilaksanakan dengan seksama. 4.
Lingkup kerusakan;
Auditor harus mampu mengatasi batasan-batasan yang disebabkan faktorfaktor cksternal dart tugas auditnya. C. Standar Pelaksanaan Audit 1.
Pelaksanaan audit harus direncanakan.
2.
Asistensi di supervisi dan dibimbing dengan baik.
3.
Penelaahan untuk menilai kepatuhan.
4.
Mempelajari dan mengevaluasi pengendalian internal.
5.
Pengumpulan bukti-bukti kompeten, cukup, dan relevan.
6.
Penggunaan kertas kerja sebagai catatan dan dokumentasi kegiatan audit.
7.
Mewaspadai
situasi
penyelewengan.
atau
transaksi
yang
memungkinkan
terjadinya
24
D. Standar Peiaporan
1.
Pelaporan dilakukan secara tertulis dan disampaikan pada pejabat perusahaan yang berwenang, seperti panitia audit perusahaan yang bersangkutan.
2.
Disusun setelah audit selesai dilaksanakan dan disampaikan tepat waktu.
3.
Laporan harus memuat lingkup audit, informasi-informasi penting yang layak
disampaikan,
temuan-temuan
audit,
kesimpulan,
dan
rekomendasi-
rekomendasi.
4.
Perbedaan Audit Manajemcn dengan Audit Finansial
Menurut Sukrisno Agocs (2004:177) perbedaan antara audit manajerr.en dengan manajemen financial dapat disarikan dalam tabel berikut: Tabel 2.1 Karakteristik I.
1 ujuan
Audit Manajemen
Audit Finansial
Menilai dan memperbaiki
Menyatakan pendapat atas
metode
kondisi
serta
kinerja
opciasi manajemen
2.
3.
Ruang lingkup
Sasaran audit
Menyangkut
keuangan
dan
kepengurusan perusahaan hal-hal
Meliputi laporan keuangan
finansial dan non finansial
perusahaan
dari operas! perusahaan
tertentu
Kinerja
Laporan keuangan historis
dan
metode
dari
periode
25
operasi perusahaan dalam
dari sebuah perusahaan
periode kapanpun 4.
5.
Pengguna laporan hasil
Umumnya jrihak
audit
perusahaan,
internal
khususnya
Terutama pihak eksternal perusahaan,
seperti
pihak manajemen puncak
investor dan kreditor
Frekuensi kegiatan
Tidak
Dilaksanakan secara
audit
khusus/rutin
ada
jadwal dan
cenderung
bersifat
periodik, umumnya setahun sekali
in si dentil
Sumber: Sukrisno Agoes 5.
Pcranan Internal Kontrol dan Audit Manajemen
Proses internal kontrol (pengendalian internal) dapat dipandang sebagai suatu
sistem sosial
yang berada dalam perusahaan. "Sistem Sosial" itu terdiri dari
kebijakan-kebijakan
berbagai
prosedur
dan
teknik,
peralatan-peralatan
fisik,
dokumentasi, dan o^ang-orang yang mana semuanya itu ditujukan pihak manajemen untuk : 1.
Mengamankan asset perusahaan
2.
Meyakinkan akan timbulnya kewajiban-kewajiban
3.
Meyakinkan akan ketepatan dan keandalan data akuntansi
4.
Pencapaian efisiensi operasional
26
5.
Kepatuhan pada kebijakan-kebijakan yang ditetapkan pihak manajemen
Tiga tujuan pertama sering disebut tujuan akuntansi dan internal kontrol, sedangkan dua tujuan terakhir disebut tujuan administratif. Dikatakan bahwa internal kontrol terdrri dari rencana oiang dan semua metode dan pengukuran yang terkoordinasi yang digunakan dalam suatu perusahaan untuk menjaga harta kekayaannya, memeriksa ketepatan dan keandalan data-data akuntansinya, meningkatkan efisiensi operasional, dan mendorong kepatuhan pada kebijakan-kebijakan manajerial. Dari pengertian di atas dapat dilihat pentingnya
internal kontrol sebagai fungsi dasar suatu organisasi. Informasi-informasi akurat dan tepat waktu mengenai keuangan dan administrasi organisasi adalah prasyarat untuk menyusun rencana strategis dan menjalankan pengendalian manajemen. Berkaitan dengan itu, audit manajemen yang menekankan pada proses manajemen,
menggunakan
khususnya
internal
perencanaan,
kontrol
sebagai
organisasi
pedoman
dan
pengendalian
utama dalam
usaha
aktivitas
auditor
manajemen menentukan bagaimana baiknya pengelolaan manajemen kliennya. Pedoman ini biasanya diperoleh pada proses awal pelaksanaan audit melalui evaluasi internal kontrol dengan pengisian kuesioner (ICQ-Internal Control Questionnaire) dan wawancara dengan pihak manajemen klien. Pada tahap ini auditor manajemen harus: 1.
Yakin bahwa manajemen telah mengidentifikasi area-area kunci dari organisasi yang harus dikendalikan.
27
2. Mengevaluasi dan menilai dasar-dasar pertimbangan yang digunakan manajemen dalam mengembangkan standar-standar pengukuran.
3. Meninjau parameter-parameter yang ditetapkan untuk menilai kinerja dan hasil kerja manajemen.
Agak berbeda dengan audit finansial, pemyataan-pemyataan yang terkandung
dalam ICQ audit manajemen lebih diarahkan untuk menilai efisiensi, efektifitas dan keekonomisan kegiatan manajemen klien. Walau demikian auditor manajemen juga hams meninjau laporan keuangan kliennya dan waspada teriiadap hal-hal mencolok yang mungkin terjadi dalam hal keuangan yang dapat menjadi cermin dari rendahnya kinerja manajemen kilen.
6.
Auditor Pelaksana Audit Manajemen
Selain dari kualifikasi umum menjadi seorang auditor, seperti memiliki latar belakang pendidikan akuntansi,
dan berketerampilan sebagai auditor melalui
pelatihan dan pengalaman, untuk menjadi auditor manajemen yang baik memerlukan kualifikasi tambahan, yaitu:
1. Memiliki naluri pertimbangan bisnis yang baik. Ini dikarenakan pekerjaan audit manajemen tidak hanya mencakup hal-hal keuangan belaka tetapi lebih banyak
pada hal-hal operasional dari sebuah perusahaan sehingga seorang auditor manajemen yang baik hams mampu mempertimbangkan jenis prosedur, metode atau rekomendasi apa yang patut dibcrikan berdasarkan kondisi perusahaan dan kondisi perusahaan secara umum.
28
2. Memiliki pengetahuan yang luas. Tugas audit manajemen menyentuh banyak bidang pekerjaan sehingga auditor manajemen yang cakap sebaiknya memiliki paling tidak pengetahuan secara umum mengenai bidang-bidang yang terkait dengan suatu penugasan audit manajemen yang akan dilaksanakannya. 3.
Memiliki latar belakang pendidikan formal yang mantap. Auditor manajemen tugasnya mencakup beberapa bidang kegiatan yang berbeda dalam
suatu
perusahaan, untuk itu ia harus memiliki pengetahuan secara formal mengenai bentuk ideal dari kegiatan-kegiatan yang berbeda itu. Dalam melaksanakan tugas-tugasnya, auditor manajemen berperan dalam membentuk
nilai
dan
kredibilitas
dari
perusahaan
yang
diauditnya,
dengan
memanfaatkan keterampilan profesional dan pengalamannya untuk menentukan bagian-bagian mana dari perusahaan itu yang periu untuk diaudit manajemennya.
Untuk itu ia periu mengembangkan pemahamannya mengenai sistem pengendalian manajemen dari perusahaan itu.
Disamping
itu
auditor
manajemen
juga
bertanggung
jawab
untuk
menyampaikan laporan hasil audit yang dilaksanakannya secara akurat dan benar, dalam arti independensi dan kompetensmya tampak dalam laporan itu dan dalam manfaat yang dirasakan pengguna laporan terscbut.
Terakhir, dalam memberikan
laporan hasil
rekomendasi-rekomendasi
audit di
atas,
konstruktif
auditor manajemen harus bagi
pihak
manajemen
perusahaan yang diauditnya supaya dapat memperbaiki kinerja, serta mengadakan
29
pengendalian yang lebih baik dalam pelaksanaan kebijakan dan prosedur. Hal itu dilakukan dengan memperlihatkan:
1. Konsistensi dalam koordinasi pelaksanaan kebijakan unium dan kebijakan per departemen.
2.
Kecukupan prosedur-prosedur yang ada untuk mencapai tujuan yang ditetapkan.
3.
Efektivitas usaha pencapaian tujuan, dan
4.
Ketaatan terhadap peraturan yang ada.
C. PEMASARAN dan AUDIT PEMASARAN 1.
Pengertian Pemasaran secara umum
Pemasaran adalah salah satu kegiatan perusahaan yang utama. Perusahaan akan melaksanakan kegiatan ini sedemikian rupa dalam rangka mencapai tingkat keuntungan tertentu yang dapat menjamin kelangsungan hidup perusahaan itu.
Kegiatan pemasaran ini tanpa terasa telah masuk dalam kehidupan masyarakat
modern. Disetiap bagian jalan raya pasti kita temukan papan-papan iklan, dan di setiap supermarket kita menemui salesgirl-salesgirl mempromosikan produknya
masing-masing. Tapi pemasaran tidak hanya mengenai iklan atau promosi tetapi juga mengenai perencanaan produk dan kalangan konsumen yang akan menjadi sasaran pemasaran. Usaha-usaha pemasaran telah disiapkan oleh pihak manajemen puncak perusahaan, dengan melihat berbagai kecendemngan atau trend yang sedang atau akan beriangsung dalam masyarakat. Perusahaan akan memperhitungkan untung rugi
30
jika ia memasarkan produk tertentu dan memperkirakan produk yang bagaimana, yang dapat menarik perhatian konsumen.
Menurut Philip Kotler (2003:9) adalah sebagai berikut:
" Marketing is a societal process by which individuals and groups obtain what they need and want through creating, offering, and freely exchanging products and services of value with others. "
Definisi dari Kotler diatas menyebutkan bahwa pemasaran adalah suatu proses sosial
dan
manajerial,
dimana
individu-individu
atau
kelompok-kelompok
memperoleh apa yang mereka inginkan dan butuhkan melalui penciptaan, penawaran, dan pertukaran produk-produk yang bernilai dengan pihak-pihak lain. Ada beberapa titik penting dari definisi itu ; 1.
Kcbutuhan dan keinginan :
Kcbutuhan adalah suatu perasaan merasa kekurangan akan salah satu kepuasan
dasar manusia, yaitu kepuasan untuk makanan, pakaian dan tempat tinggal. Keinginan adalah
hasrat akan
kepuasan-kepuasan tertentu
yang
lebih luas
daripada kebutuhan, seperti keinginan akan mobil, kalung permata, dan baju
2.
Produk:
Secara umum produk didefinisikan sebagai semua hal yang dapat ditawarkan untuk memastikan kebutuhan atau keinginan. Umumnya pula, produK cenderung
mcrujuk pada benda-benda fisik. Ini tampak dari pembedaan antara produk dan
31
jasa, dimana jasa lebih mengarah pada hal-hal non fisik yang dapat memuaskan kebutuhan atau keinginan tadi. 3.
Nilai:
Nilai diartikan sebagai perkiraan konsumen mengenai kemampuan suatu produk untuk memuaskan keinginannya. Nilai itulah yang dapat membedakan berbagai produk satu sama lain, sehingga membuat konsumen dapat memutuskan produk mana yang akan digunakan dalam memuaskan keinginannya. 4.
Pertukaran :
Ini adalah suatu tindakan untuk memperoleh produk yang diinginkan dari suatu pihak dengan menawarkan imbalan yang setimpal. Pertukaran adalah konsep yang mendasari pemasaran. Supaya dapat terjadi pertukaran, syarat-syaratnya : a.
Paling sedikit terdapat dua pihak
b.
Masing-masing pihak memiliki sesuatu yang mungkin bermanfaat bagi pihak lain
c.
Masing-masing pihak mampu melakukan komunikasi dan menyampaikan sesuatu itu
d.
Masing-masing pihak boleh menolak penawaran itu terjadi
e.
Masing-masing dapat berhubungan dengan pihak lain.
Jika semua persyaratan itu terpenuhi, maka pertukaran dapat menjadi transaksi, yaitu pertukaran nilai antara dua pihak.
32
Menurul Lamb, Hair, Me Daniel (2001:6) adalah sebagai berikut:
" Marketing is the process ofplanning and executing the conception, pricing, promotion, and distribution of ideas, goods, and services to create exchanges that satisfy individual and organizational goals. "
Menurut definisi di atas, pemasaran adalah suatu proses perencanaan dan menjalankan konsep, harga, promosi, dan distribusi sejumlah ide, barang dan jasa untuk
menciptakan
pertukaran
yang
mampu
memuaskan
tujuan
individu
dan
organisasi.
2.
Saluran-saluran Pemasaran
Saluran-saluran pemasaran adalah cara-cara yang digunakan perusahaan untuk menyampaikan produk-produknya kepada konsumen.
Saluran-saluran pemasaran
tidak hanya mendistribusikan barang demi memuaskan kebutuhan konsumen, tapi
juga merangsang permintaan konsumen melalui kegiatan-kegiatan promosi. Saluran-saluran pemasaran itu tidak lain adalah perantara antara perusahaan sebagai
produsen,
dengan
konsumennya.
Perusahan-perusahaan
banyak
menggunakan berbagai saluran pemasaran dikarenakan : 1.
Tidak semua perusahaan memiliki
kemampuan untuk menjual langsung ke
konsumen, 2.
Pcnjualan langsung akan membuat perusahaan-perusahaan menjadi perantara untuk berbagai produk dari perusahaan-perusahaan lain, dalam rangka mencapai kcekonomisan dari distribusi massal,
33
3. Penggunaan saluran pemasaran akan mengefisienkaii penyediaan barang-barang kepada konsumen sasaran pemasaran. Tingkatan-tingkatan saluran pemasaran : 1) Zero level channel:
Produsen menjual langsung kepada konsumen melalui : penjualan dari pintu ke pintu ( door to door ), pertemuan arisan, pesanan lewat surat, dan penjualan melalui toko milik produsen itu sendiri. 2) One level channel:
Produsen menggunakan satu perantara yaitu pengecer, yang akan menjual ke konsumen. 3) Two level channel:
Produsen menggunakan dua perantara yaitu pedagang grosir yang akan menjual ke pengecer, yang selanjutnya menjual ke konsumen. 4) Three level channel:
Terdapat tiga perantara yaitu penyalur, grosir, dan pengecer, baru barang itu dijual ke konsumen.
Hal-hal yang hams dipertimbangkan perusahaan dalam memilih saluran pemasaran yang akan digunakannya adalah mencakup pemilihan cara penyaluran yang menentukan jumlah perantara yang diperlukan dan mengevaluasi alternatifalternatif saluran yang ada.
34
Macam-macam cara penyaluran : 1.
Penyaluran intensif:
Cara ini menitikberatkan pada kemudahan konsumen dalam raemperoleh produk perusahaan yang bersangkutan. 2.
Penyaluran eksklusif: Cara ini menggunakan penyalur atau dealer khusus untuk suatu produk tertentu
guna mengendalikan harga, promosi, dan jasa-jasa lainnya yang berkaitan dengan produk itu. 3.
Penyaluran selektif:
Penyaluran ini menggunakan lebih dari satu perantara tapi lebih sedikit dari jumlah perantara yang sebenamya mampu menjadi penyalur. Pemilihan terhadap perantara yang akan dijadikan penyalur, dilaksanakan dengan pertimbangan akan kemudahan kerjasama yang akan terjadi dan akan usaha-usaha pemasaran tambahan yang dapat dilakukan oleh perantara itu daripada perantara-perantara lainnya. Mengevaluasi altematif penyaluran:
1.
Kxiteria ekonomis :
Pertimbangan ini mcrujuk pada hasil-hasil penjualan yang dapat dicapai dan biaya-biaya penjualan yang akan dikeluarkan oleh seorang perantara. 2.
Kriteria kontrot:
Merujuk pada dalam hal apa saja perusahaan produsen dapat mengendalikan perantara-perantaranya, misalnya dalam penentuan harga jual.
35
3.
Kriteria penyesuaian :
(Criteria ini berhubungan dengan jangka waktu komitmen antara produsen dengan perantaranya dan hilangnya fleksibilitas pemasaran dari produsen karena terikat komitmen itu.
3.
Pengertian Audit Pemasaran secara umum
Audit pemasaran adalah salah satu jenis audit manajemen yang berfokus pada bidang pemasaran. Pemeriksaan dalam audit pemasaran ini memasukkan berbagai biaya
pemasaran
yang
terjadi
dalam
pengendalian semua kegiatan pemasaran,
proses
perencanaan,
pengarahan,
dan
seperti biaya riset pasar, biaya-biaya
administrasi produk, biaya gudang, dan biaya transportasi. Tapi harus diingat bahwa tidak dimasukkan unsur-unsur biaya umum dan administrasi yang tidak berkaitan dengan pemasaran. Peranan audit pemasaran ini makin berkembang setelah ada trend perubahan bentuk organisasi pemasaran, yaitu dari tradisional (pemasaran sebagai bagian penjualan dari perusahaan) ke arah apa yang disebut dengan konsep pemasaran total/konsep pemasaran baru (pemasaran yang lebih mengutamakan kepentingan konsumcn). Dengan peralihan ini, perusahaan dituntut untuk lebih proaktif dalam
mcmasarkan produk-produknya. lni dilaksanakan dengan perencanaan, pengarahan, dan pengendalian yang lebih baik yang menuntut adanya penilaian terus-menerus akan usaha-usaha itu. Proses penilaian inilah yang disebut audit pemasaran, yang
36
bertujuan untuk memberi informasi pada manajemen perusahaan bahwa tujuan dan sasarannya telah dicapai dengan cara-cara yang efisien dan efektif.
Audit Pemasaran menurut Sondang P. Siagian (1999:148) adalah sebagai berikut:
"Suatu audit pemasaran merupakan salah satu bidang fungsional yang peranannya sangat stratejik dalam kehidupan suatu perusahaan, bukan hanya dalam arti kemampuan mempertahankan eksistensi perusahaan dikaitkan dengan situasi persaingan yang dihadapi misalnya melainkan jauh lebih penting lagi ialah pertumbuhan dalam arti kemampuan menguasai pangsa pasar yang lebih besar, kemampuan memanfaatkan terobosan teknologikal sehingga proses produksi berlangsung dengan lebih efisien, kecekatan memanfaatkan berbagai peluang yang timbul dan ketangguhan menghadapi tantangan masa depan yang penuh dengan ketidakpastian."
Sedangkan menurut Philip Kotler (2003:57) adalah sebagai berikut: " A marketing audit is a comprehensive, systematic, independent, and periodic
examination of a company's-or business unit's-marketing environment, objectives, strategies, and activities with a view to determining problem areas and opportunities and
recommending
a
plan
of action
to
improve
the
company's
marketing
performance." Defmisi itu dapat diterjemahkan sebagai berikut: Suatu
audit
pemasaran
adalah
sebuah
pemeriksaan
menyeluruh,
sistematis,
independent, dan berkala atas sebuah perusahaan - atau unit-unit usahanya mengenai
lingkungan
pemasarannya,
tujuan-tujuannya,
strategi-strategi,
dan
kegiatan-kegiatannya, dengan maksud menentukan daerah-daerah yang menjadi masaiah dan peluang-peluang yang ada, serta merekomendasikan semua rencana aksi
untuk memperbaiki kinerja pemasaran perusahaan.
37
Beberapa karakteristik audit pemasaran berdasarkan definisi itu : 1.
Menyeluruh (comprehensive) :
Audit pemasaran mencakup seluruh kegiatan pemasaran utama, bukan titik-titik permasalahan yang terjadi saja.
2.
Sistematis:
Audit pemasaran meliputi langkah-langkah berurutan mencakup lingkungan pemasaran
perusahaan,
pemasaran
tertentu.
sistem
Selanjutnya
internal
perusahaan,
disusun
proposal
dan
kegiatan-kegiatan
perbaikan
yang
dapat
dilaksanakan baik untuk tujuan jangka pendek maupun jangka panjang. 3.
Independen :
Kegiatan audit pemasaran dapat diiakukan oleh pihak dalam rnaupun luar dari perusahaan
yang
bersangkutan
luar/auditor eksternal
tetapi
sebaiknya
dilaksanakan
oleh
pihak
karena dipandang lebih objektif dan terutama lebih
independen.
4.
Berkala: Sebaiknya audit pemasaran diiakukan berkala untuk memantau perkembangan pasar
yang terjadi,
sehingga perusahaan
dapat melaksanakan penyesuaian-
penyesuaian yang terjadi.
4.
Pcntingnya Audit Pemasaran bagi Perusahaan
Melihat
pemasaran
sebagai
salah
saru
penunjang
utama
keberadaan
perusahaan, scharusnya audit pemasaran lebih sering diperhatikan oleh perusahaan-
38
pemsahaan yang ada. Tetapi ternyata kebanyakan audit pemasaran bam dilaksanakan bila terjadi penumnan penjualan, penurunan semangat salesman, ataupun munculnya masalah-masalah lain yang terkait seperti penurunan harga saham sebagai akibat penumnan hasil penjualan pemsahaan dalam periode kuartal tertentu. Hal-hal seperti
diatas terutama disebabkan karena kegagalan pemsahaan dalam meninjau kebijakan dan strategi pemasarannya yang nyatanya sesuai dengan gejolak kedinamisan pasar. Untuk mencegahnya melalui audit pemasaran yang dapat memberi tanda-tanda masalah dan cara-cara menghadapi masalah tersebut.
Memahami dua definisi pemasaran di atas, terdapat tiga unsur pokok dan manfaat potensial audit pemasaran.
a.
Analisis mengenai lingkungan eksternal dan internal pemsahaan
b.
Penilaian kinerja masa lalu dan aktivitas sekarang
c.
Identifikasi peluang dan ancaman di masa yang akan datang
D. ANALISIS EFEKTIVITAS MANAJEMEN
Analisis ini adalah penelaahan atas manajemen yang lebih bersifat umum dan sering
dilakukan,
daripada melaksanakan
audit manajemen
yang penuh
(full
management audit). Hal itu dikarenakan penelaahan ini lebih cepat tanggap dan tidak
makan waktu dalam pelaksanaannya. Analisis ini adalah instrument-instrument pemsahaan dalam meninjau kinerja kemampuan strategisnya. Kemampuan strategis sebuah pemsahaan tergantung pada tiga faktor :
39
1.
Sumber daya yang ada dalam perusahaan itu.
2. Kecakapan pelaksanaan usaha dalam pemsahaan.
3. Keseimbangan antara berbagai sumber daya yang dipakai dengan usaha-usaha yang ada di perusahaan dan unit-unit yang menjalankannya,
Peninjauan kebijakan strategis perusahaan dilaksanakan dengan dua sudut pandang : kesesuaian dan pemberdayaan. Artinya, peninjauan itu diadakan demi mencapai pemahaman apakah berbagi sumber daya perasahaan dan kecakapan dalam mengolah sumber daya itu sesuai dengan lingkungan dimana perusahaan itu beroperasi. Pemberdayaan, artinya bagaimana perusahaan memanfaatkan setiap peluang bam dengan mengeksploitasi dam memberdayakan sedemikian rupa sumber daya pemsahaan dan kecakapan pengolahannya.
1.
Analisis Efektivitas Perusahaan
Analisis efektivitas pada dasarnya berkaitan dengan sejauh mana perasahaan mencocokan/menyesuaikan produk-produk yang dihasilkannya dengan keinginan konsumen dan kecakapan perusahaan dalam berproduksi dengan efisien. Analisis ini sering disebut pula analisis nilai tambah (value added analysis), karena meninjau nilai-nilai lebih apa saja yang diberikan pemsahaan pada produknya lebih dari yang diinginkan konsumen. Jika analisis efektivitas ini digunakan untuk meninjau kegiatan
pemasaran suatu perasahaan, maka analisis efektivitas atas pemasaran dilaksanakan untuk meninjau ulang sejauh mana perasahaan telah menjalankan lima karakteristik orientasi pemasaran :
40
1. Filosofi pemasaran yang berorientasi konsumen 2.
Organisasi pemasaran yang terintegrasi
.3.
Informasi pemasaran yang cukup
4.
Perspektifstrategic
5.
Efisiensi operasional
Dapat disimpulkan semua hal itu untuk melihat posisi perusahaan di pasar sckarang, sifat dari ancaman atau peluang lingkungan dan kemampuan perusahaan untuk mengatasi perkembangan lingkungan itu.
2.
Audit Pemasaran Dengan Menggunakan Analisis Efektivitas
Audit pemasaran dengan menggunakan analisis ini lebih cepat dan mudah dilaksanakan karena lebih fleksibel dalam menanggapi kedinamisan perubahan pasar. Namun demikian analisis ini lebih bersifat umum dan kurang spesifik bila hendak memeriksa segi-segi pemasaran tertentu. Dari analisis efektifitas pemasaran yang
ditinjau, seperti sejauh mana usaha perusahaan untuk memuaskan konsumen, kesesuaian filosofi pemasaran, dan sejauh mana kendali manajemen puncak atas fungsi pemasaran utama. Dari analisis ini perusahaan dapat melihat perkembangan lingkungan
yang
terjadi,
yang
akan
dapat
memberikan
masukan
bagi
pihak
manajemen perusahaan dalam menyususn strategi dan meninjau kebijakan-kebijakan pemasaran yang sesuai bagi perusahaan. Dengan hal tersebut maka perusahaan dapat
memiliki keunggulan untuk menghadapi situasi persaingan yang ketat saat ini.