DAMPAK PEMBANGUNAN PINGGIR PANTAI
Disusun Oleh : Arini Qurrata A’yun (H2114307)
Jurusan Fisika Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Hasanuddin Makassar 2014
Dampak Pembangunan Pinggir Pantai
1
KATA PENGANTAR
Puji syukur dipanjatkan ke hadirat Allah SWT, atas limpahan rahmat dan hidayahnya diselesaikan makalah ini tentang “DAMPAK PEMBANGUNAN PINGGIR PANTAI” makalah ini disusun sebagai salah satu tugas dari mata kuliah Ilmu Lingkungan. Dalam kesempatan ini, diucapkan terimakasih kepada pihak-pihak yang telah membantu dalam penyusunan makalah ini. Dalam penyusunan makalah ini disadari masih jauh dari kata sempurna, baik dari segi penyusunan, bahasan, ataupun penulisannya. Oleh karena itu diharapkan kritik dan saran yang sifatnya membangun, khususnya dari dosen mata kuliah untuk dijadikan acuan dalam bekal pengalaman untuk lebih baik di masa yang akan datang.
Makassar, 5 Mei 2015
Penulis Dampak Pembangunan Pinggir Pantai
2
DAFTAR ISI : KATA PENGANTAR
1
DAFTAR ISI
2
BAB I
PENDAHULUAN
3
I.1
Latar Belakang
3
I.2
Batasan Masalah
5
I.3
Rumusan Masalah
5
I.4
Tujuan
5
BAB II
PEMBAHASAN
6
II.1
Kondisi Kualitas Air Perairan Pantai Losari
6
II.2
Pengaruh Pembangunan Terhadap Kondisi Perairan
9
BAB III
PENUTUP
11
III.1
Kesimpulan
11
III.2
Saran
11
DAFTAR PUSTAKA
12
Dampak Pembangunan Pinggir Pantai
3
BAB I PENDAHULUAN
I.1
LATAR BELAKANG
Indonesia adalah negara kepulauan dimana Indonesia terdiri dari lima pulau besar dan ratusan pulau-pulau kecil lainnya di tambah lagi Indonesia terletak di daerah tropis. Maka tak heran jika Indonesia memiliki pantai yang banyak dengan variasi organisme laut yang beragam. Dan juga sebagai Negara kepulauan, menurut Supriharyono (2002), diperkirakan 60% dari penduduk Indonesia hidup dan tinggal di daerah pesisir. Sekitar 9.261 desa dari 64.439 desa yang ada di Indonesia dapat dikategorikan sebagai desa atau permukiman pesisir. Mereka ini kebanyakan merupakan masyarakat tradisional.
Tentang pengolahan daerah pesisir ini di Indonesia berlaku Undangundang Rl nomor 32 tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah, yang memberi kewenangan penuh dalam pengelolaan sumberdaya alam di kawasan pesisir dan lautan sampai dengan 12 mil laut untuk provinsi dan 4 mil laut untuk kabupaten/kota. Salah satu dampak dari undang-undang tersebut yaitu munculnya program pemerintah daerah dengan mereklamasi kawasan pesisir Pantai atau juga disebut reklamasi Pantai.
Untuk memenuhi tuntutan kebutuhan akan lahan, akhir-akhir ini kota-kota di pesisir Pantai cenderung menambah luasan lahannya dengan mereklamasi Pantai, yaitu kegiatan menimbun atau memasukkan material tertentu di kawasan Pantai dengan maksud untuk memperoleh lahan kering (Nurmandi, 1999). Kegiatan yang sama sementara dilaksanakan di Kota Makassar yang mereklamasi kawasan Pantai Losari 950 m. Luas areal yang akan diratakan dan dipadatkan mencapai 106.821 m² yang seluruhnya diperuntukkan bagi kepentingan publik
Dampak Pembangunan Pinggir Pantai
4
khususnya untuk rekreasi (Akhiruddin Marrung Jaya, UNHAS Fakultas Ilmu Kelautan dan Perikanan).
Reklamasi Pantai menurut Suhud (1998), dilakukan dengan tujuan memperoleh lahan baru yang dapat mengurangi tekanan atas kebutuhan lahan di bagian kota yang sudah padat; menghidupkan kembali transportasi air sehingga beban transportasi darat berkurang; membuka peluang pembangunan nilai tinggi; meningkatkan pariwisata bahari; meningkatkan pendapatan daerah; meningkatkan pertumbuhan ekonomi masyarakat di sekitar kawasan Pantai maupun ekonomi perkotaan; dan meningkatkan sosial ekonomi masyarakat (Akhiruddin Marrung Jaya, UNHAS Fakultas Ilmu Kelautan dan Perikanan).
Pembangunan kawasan komersial jelas akan mendatangkan banyak keuntungan ekonomi bagi wilayah tersebut. Asumsi yang digunakan disini adalah semakin banyak kawasan komersial yang dibangun maka dengan sendirinya juga akan menambah pendapatan asli daerah (PAD). Reklamasi memberikan keuntungan dan dapat membantu kota dalam rangka penyediaan lahan untuk berbagai keperluan (pemekaran kota), penataan daerah Pantai, pengembangan wisata bahari, dan lain-lain. Namun, harus diingat pula bahwa bagaimanapun juga reklamasi adalah bentuk campur tangan (intervensi) manusia terhadap keseimbangan lingkungan alamiah Pantai yang selalu dalam keadaan seimbang dinamis sehingga akan melahirkan perubahan ekosistem seperti perubahan pola arus, erosi dan sedimentasi Pantai, dan berpotensi gangguan lingkungan. Terutama pengaruh ini akan sangat di rasakan oleh berkurangnya keragaman organisme bawah laut. Seperti ikan-ikan kecil dan terumbu karang. Dengan diadakannya reklamasi pantai akan menghilangkan organisme bawah laut pada khusunya pada wilayah yang akan di reklamasi.
Undang-undang No. 27 tahun 2007 pada pasal 34 menjelaskan bahwa reklamasi hanya dapat dilaksanakan jika manfaat sosial dan ekonomi yang diperoleh lebih besar dari biaya sosial dan biaya ekonominya. Namun demikian,
Dampak Pembangunan Pinggir Pantai
5
pelaksanaan reklamasi juga wajib menjaga dan memperhatikan beberapa hal seperti a) keberlanjutan kehidupan dan penghidupan masyarakat; b) keseimbangan antara kepentingan pemanfaatan dan pelestarian lingkungan pesisir; serta c) persyaratan
teknis
pengambilan,
pengerukan
dan
penimbunan
material
(Akhiruddin Marrung Jaya, UNHAS Fakultas Ilmu Kelautan dan Perikanan).
I.2
BATASAN MASALAH
Pada makalah ini mengkaji tentang kondisi lingkungan setelah dilakukannya reklamasi Pantai Losari. Melihat dan menelaah pencemaran yang di sebabkan oleh reklamasi pantai khusuunya terhadap kehidupan bawah air.
I.3
RUMUSAN MASALAH
Adapun rumusan masalah dari makalah ini ialah 1. Bagaimana kondisi air perairan Pantai Losari setelah dilakukan reklamasi? 2. Apa saja penyebab pencemaran air yang terjadi di Pantai Losari ?
I.4
TUJUAN
Adapun tujuan dari makalah ini adalah 1. Mengetahui kondisi air perairan Pantai Losari setelah dilakukannnya reklamasi pantai. 2. Mengetahui penyebab terjadinya pencemaran air di sekitar pantai losari.
Dampak Pembangunan Pinggir Pantai
6
BAB II PEMBAHASAN
II.1 KONDISI KUALITAS AIR PERAIRAN PANTAI LOSARI
a. Suhu Suhu air merupakan parameter fisik air yang dapat mempengaruhi kehidupan biota perairan karena berkaitan dengan tingkat kelarutan oksigen, proses respirasi biota perairan dan kecepatan degradasi bahan pencemar. Pada umumnya suhu permukaan perairan Indonesia adalah berkisar antara 28 - 31 derajat celcius. Suhu air yang terukur di perairan pantai Losari masih dalam kisaran yang normal yaitu berkisar antara 30 32 derajat celcius (Winarni Monoarfa, 2002).
b. Total Suspended Solid (TSS) Total padatan tersuspensi adalah padatan yang tersuspensi di dalam air berupa bahan-bahan organik dan anorganik yang dapat disaring dengan kertas millipore berporipori 0,45 μm. Materi yang tersuspensi mempunyai dampak buruk terhadap kualitas air karena mengurangi penetrasi matahari ke dalam badan air, kekeruhan air meningkat yang menyebabkan gangguan pertumbuhan bagi organisme produsen. Kandungan total padatan tersuspensi (TSS) yang terukur di perairan pantai Losari sudah sangat tinggi yaitu sekitar 104 - 456 ppm (Mispar, 2001). Perairan yang mempunyai nilai kandungan padatan tersuspensi sebesar 300 - 400 ppm mutu perairan tersebut tergolong buruk (Allert, 1984). Berdasarkan kandungan TSS, perairan pantai Losari termasuk kategori tinggi karena kandungan padatan tersuspensinya jauh di atas ambang batas yang diinginkan yaitu 23 ppm (Winarni Monoarfa, 2002).
Dampak Pembangunan Pinggir Pantai
7
c. Oksigen Terlarut (DO) Oksigen terlarut merupakan salah satu parameter kimia air yang berperan pada kehidupan biota perairan. Penurunan okasigen terlarut dapat mengurangi efisiensi pengambilan oksigen bagi biota perairan sehingga menurunkan kemampuannya untuk hidup normal. Menurut Lung (1993), kelarutan oksigen minimum untuk mendukung kehidupan ikan adalah sekitar 4 ppm. Nilai oksigen terlarut di perairan pantai Losari adalah berkisar antara 4,48 - 8,3 ppm. Nilai tersebut masih mendukung kehidupan biota perairan yaitu minimum 4,0 ppm. Namun, berdasarkan kriteria Miller dan Lygre (1994) yang didasarkan pada kandungan oksigen terlarut, maka kondisi perairan pantai Losari sudah termasuk kategori agak tercemar (DO = 6,7 - 7,9 ppm) sampai tercemar sedang (DO = 4,5 - 6,6 ppm) (Winarni Monoarfa, 2002).
d. Biochemical Oxygen Demand (BOD) BOD adalah jumlah oksigen yang digunakan untuk mendegrdasi bahan organik secara biokimia, sehingga juga dapat diartikan sebagai ukuran bahan yang dapat dioksidasi melalui proses biokimia. Oleh karena itu, tujuan pemeriksaan BOD adalah untuk menentukan pencemaran air akibat limbah domestik atau limbah industri. Hasil penelitian Mispar (2001), menunjukkan nilai BOD di perairan pantai Losari berkisar antara 1,8 8,64 ppm. Menurut Miller dan Lygre (1994), jika nilai BOD di atas dari 5,0 ppm maka perairan tersebut tergolong tercemar, sedang Mahida (1984) menganjurkan kadar BOD yang aman adalah tidak lebih dari 4 ppm. Dengan demikian, berdasarkan nilai BOD , perairan pantai Losari termasuk ke dalam kategori tercemar ringan – sedang (Winarni Monoarfa, 2002).
e.
COD Kebutuhan oksigen kimiawi (COD) adalah banyaknya oksigen yang dibutuhkan untuk mengoksidasi bahan organik secara kimiawi. Sama
Dampak Pembangunan Pinggir Pantai
8
halnya dengan BOD, COD juga digunakan menduga jumlah bahan organik yang dapat dioksidasi secara kimia. Pada Tabel 1 dapat dilihat bahwa nilai COD perairan Pantai Losari sudah cukup tinggi yaitu berkisar antara 32 – 82 ppm. Mutu air yang baik untuk standar kualitas air limbah adalah 40 ppm (Allaert, 1984). Sedang nilai COD yang paling tinggi untuk kehidupan biota perairan adalah sekitar 10 ppm, dan untuk kebutuhan mandi dan renang lebih kecil dari 30 ppm (Winarni Monoarfa, 2002).
f. Kandungan Logam Berat Hasil penelitian Lifu (2001), ternyata perairan pantai Losari telah terkontaminasi oleh logam berat antara lain besi (Fe), timbal (Pb) dan tembaga (Cu). Kandungan logam besi yang terukur adalah berkisar antara 0,00297 – 0,0324 ppm , timbal (Pb) sekitar 0,64 - 1,39 ppm dan tembaga (Cu) berkisar antara 0,37 - 0,57 ppm. Kehadiran jenis logam ini akan mengancam kehidupan biota perairan karena logam tersebut selain mempunyai sifat peracunan kronis juga bersifat akut (Winarni Monoarfa, 2002).
Tabel 1. Nilai Beberapa parameter Kualitas Air di Perairan Pantai Losari. NO.
Parameter Kualitas Air
I 1 2 II 1 2 3 4 5 6 7
FISIK Tss* Suhu* KIMIA DO* BOD* COD* PH* Besi (Fe)** Timbal (Pb)** Tembaga (Cu)**
Unit
Nilai
Baku Mutu Laut
Ppm C
104 – 456 30 – 32
Alami
Ppm Ppm Ppm Ppm Ppm Ppm Ppm
4.48 – 8.3 1.80 – 8.64 32.0 – 82.0 82 – 85 0.00513 – 0.0324 0.64 – 1.39 0.37 – 0.57
15 30 6-9 0.05 1
Air
Sumber : * = Mispar, M., 2001 ** = Lipu, I., 2001
Dampak Pembangunan Pinggir Pantai
9
II.2
PENGARUH PEMBANGUNAN TERHADAP KONDISI PERAIRAN
Kegiatan pembangunan pada dasarnya akan menimbulkan dampak terhadap perubahan beberapa komponen lingkungan, namun besarnya perubahan tersebut tergantung pada tingkat dan intensitas pembangunan yang dilaksanakan. Kegiatan pembangunan yang dilakukan di Kota Makassar dan sekitarnya diduga telah menimbulkan dampak terhadap penurunan kualitas perairan Pantai Losari. Dugaan ini telah dibuktikan oleh beberapa hasil penelitian yang menunjukkan bahwa beberapa parameter kualitas air telah mengalami perubahan kandungan padatan tersuspensi, adanya gejala eutrofikasi dan peningkatan kandungan logam berat (Winarni Monoarfa, 2002).
Penyebab penurunan kualitas perairan pantai Losari diduga berasal dari tiga sumber yang dominan yaitu adanya pemusatan penduduk di kota, kegiatan industri di sekitar Kota Makassar dan kegiatan pertanian di hulu sungai Jeneberang serta Sungai Tallo. Terpusatnya penduduk di kota menghasilkan limbah dalam jumlah yang besar, baik limbah padat maupun cair. Selanjutnya limbah tersebut masuk ke dalam perairan pantai Losari melalui run-off dan mengakibatkan pendangkalan pantai serta perubahan beberapa parameter kaulitas air seperti kandungan DO, BOD, COD, peningkatan kandungan deterjen dan munculnya senyawa-senyawa beracun dan eutrofikasi. Menurut Pike dan Gameson (1970), limbah domestik mengandung beberapa jenis bakteri patogen yang dapat menimbulkan beberapa penyakit seperti penyakit diare, keracunan makanan, tuberkulosa, polio dan hepatitis (Winarni Monoarfa, 2002).
Kegiatan industri yang ada di Kota Makassar diduga ikut mempengaruhi penurunan kualitas perairan pantai Losari. Dalam banyak hal limbah industri walaupun telah diproses di IPAL, namun kualitasnya masih jelek (nilainya masih di atas ambang batas yang telah ditetapkan) saat dibuang ke laut, sehingga masih berpengaruh terhadap kualitas ekosistim perairan. Jenis bahan pencemar yang
Dampak Pembangunan Pinggir Pantai
10
berasal dari industri adalah bahan organik yang degrdable dan non degradable (persisten) menyebabkan perubahan DO, BOD, COD, TSS, dan eutrofikasi, bahan organik yang tidak larut seperti logam berat. Kegiatan pertanian di hulu sungai juga menimbulkan dampak terhadap pencemaran perairan pantai. Pemakian pupuk yang berlebihan pada kegiatan pertanian menyebabkan terjadinya eutrofikasi, residu pestisida akibat penggunaan pestisida yang tidak terkontrol akan berpengaruh pada kematian biota laut serta timbulnya berbagai jenis bagi manusia yang mengkonsumsi ikan yang telah terkontaminasi oleh bahan aktif pestisida. Oleh karena itu, sudah saatnya semua pihak terkair memikirkan bagaimana mengelola air buangan tersebut (mis. Fardiaz, 1992 ; Supriharyono, 2002), agar fungsi perairan sebagai habitat dan sumber kehidupan dapat kembali pulih (Winarni Monoarfa, 2002).
Dampak Pembangunan Pinggir Pantai
11
BAB III PENUTUP III.1
KESIMPULAN
Dapat diketahui bahwa kondisi air di perairan Pantai Losari sudah sangat tercemar setelah dilaksanakannya pembangunan di pinggiran pantai dan penimbunan pantai hal ini dapat di buktikan dengan melihat parameter lingkungan yang ada seperti yang telah di bahas yaitu, suhu perairan, TTS, kandungan oksigen terlarut, nilai BOD, dan COD-nya.
Pencemaran ini selain di sebabkan oleh reklamasi pantai, juga di sebabkan oleh pemusatan panduduk kota sehingga jumlah limbaha yang di hasikan dan di buang ke peraiaran meningkat, terutama akibat dari pembangunan gedung-gedung seperti hotel, real estate, rumah makan, rumah sakit di sekitaran pantai Losari.
III.2 SARAN
Adapun kiranya agar makalah ini dapat dijadikan suatu referensi bagi pembaca terutama mahasiswa MIPA sendiri. agar lebih memahami tentang kondisi lingkungan pesisir pantai terutama pesisir Pantai Losari.
Dampak Pembangunan Pinggir Pantai
12
DAFTAR PUSTAKA
Allert, G. dan S.S. Santika, (1987). Metode Penelitian Air. Penerbit Usaha Nasional. Surabaya.
Dinas Cipta Karya Kota Makassar Dengan Lembaga Pengabdian Kepada Masyarakat Universitas Hasanuddin (LPPM-UNHAS), AMDAL Revitalisasi Pantai Losari, (2003). Kota Makassar.
Dokumen Analisis Dampak Lingkungan Hidup (ANDAL) Kegiatan Rencana Pembangunan Instalasi Pengelolaan Air Limbah (IPAL) Losari, (2011). Makassar.
Lung, W.S. (1993). Water Quality Modelling; application to estuaria Vol. II .CRC Press.Florida.
Marrung Jaya, Akhiruddin, dkk. Kajian Kondisi Lingkungan dan Penurunan Sosial Ekonomi Reklamasi Pantai Losari dan Tanjung Bunga. Diakses : Kamis, 24 Maret 2015, 6.55 : 47 PM.
Miller, G. dan G. Lygre, (1994). Chemistry a Contemporary Approach 3rd Edition. Wadworth Publishing Company. California.
Mispar, M. (2001). Sebaran Bahan Organik dan Total Padatan Tersuspensi di Sekitar Perairan Pantai Losari Kota Makassar Sulawesi Selatan. Skripsi.
Fakultas
Ilmu
Kelautan
dan
Perikanan
Universitas
Hasanuddin. Makassar.
Moarfa, Winarni. (2002). Dampak Pembangunan bagi Kualitas Air di Kawasan Pesisir Pantai Losari Makassar. Diakses: Kamis, 24 Maret 2015, 6.57 : 41 PM.
Dampak Pembangunan Pinggir Pantai
13