DAMPAK KUNJUNGAN WlSATA TERHADAP PERUBAHAN KONDlSl TERUMBU KARANG Dl PULAU BUNAKEN PROVlNSl SULAWESI UTARA
SEKOLAH PASCA SARJANA
P BOGOR 2007
PERNYATAAN MENGENAI TESlS DAN SUMBER INFORMASI Saya menyatakan dengan sebenar-benarnya bahwa segala pernyataan dalam tesis saya yang berjudul Dampak Kunjungan Wisata Terhadap Perubahan Kondisi Terurnbu Karang di Fulau Bunaken Provinsi Sulawesi Utara merupakan gagasan atau hasil penelitian saya sendiri, dengan pernbirnbingan komisi pembimbing, kecuali yang dengan jelas ditunjukan rujukkannya. Tesis ini belurn pernah diajukan untuk meraih gelar pada program sejenisnya dan Perguruan Tinggi lain. Sernua data dan inforrnasi yang digunakan telah dinyatakan secara jelas dan dapat diperiksa kebenarannya. Bogor,
Februail 2007
Audy A. G. Supit NRP. P 052030051
ABSTRAK
AUDY ALFlE GODLIEF SUPIT. Darnpak Kunjungan Wisata Terhadap Perubahan Kondisi Terurnbu Karang di Pulau Bunaken Provinsi Sulawesi Utara. Gibirnbing oleh DEDl SOEDHARMA, dan SOEHARTlNl SEKARTJAKRARINI. Provinsi Sulawesi Utara merniliki Taman Nasional Bunaken (TNB) dengan wisata bawah lautnya yang sangat rnenarik rninat wisatawan. Narnun, kegiatan wisata bawah laut dapat rnenirnbulkan darnpak bagi terurnbu karang rnaupun rnasyarakat sekitarnya. Tujuan utarna penelitian ini adalah rnengevaluasi darnpak yang disebabkan oleh kunjungan wisata, dengan rnenganalisis jurnlah kunjungan wisata dan prosentasi tutupan karang selarna periode 2001-2005. Analisis darnpak dilanjutkan dengan menghitung batas daya dukung penyelarnan pada 15 lokasi penyelarnan yang tenebar di Pulau Bunaken. Hasil evaluasi selarna periode 20012005 rnenunjukkan terjadi penurunan prosentasi tutupan karang di Pulau Bunaken, perubahannya rnasih dalarn kisaran kategori yang sarna yaitu kategori baik (50-74%) dan sedang (25-49%) di Desa Bunaken, kategori sedang (2549%) dan buruk ( ~ 2 5 % )di Desa Alungbanua. Peningkatan kunjungan wisata di TNB terjadi cukup signifikan, pada tahun 2001 jurnlah kunjungan hanya 15.066 wisatawan, sedangkan pada tahun 2004 rnencapai 36.227 wisatawan. Hasil perhitungan batas daya dukung penyelarnan di Pulau Bunaken adalah 8.000-10.000 penyelarnanllokasi/tahun dengan asurnsi setiap penyelarn rnelakukan 10 sarnpai 15 kali penyelarnan pada saat berkunjung di Pulau Bunaken. Analisis SWOT pengernbangan wisata rnenunjukkan bahwa strategi dengzn prioritas tertinggi adalah rnernanfaatkan kekuatan yang ada seperti banyaknya penduduk, potensi terurnbu karang, potensi budaya rnasyarakat serta sarana dan prasarana wisata yang telah tersedia untuk rneraih peluang kerja dari dikernbangkannya kegiatan wisata bahari.
DAMPAK KUNJUNGAN WISATA TERHADAP PERUBAHAN KONDlSl TERUMBU KARANG Dl PULAU BUNAKEN PROVlNSl SULAWESI UTARA
AUDY A. G. SUPlT
Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Magister Sains Pada Sekolah Pascasarjana
SEKOLAH PASCA SARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2007
Judul Tesis : Dampak Kunjungan Wisata Terhadap Perubahan Kondisi Terumbu Karang Di Pulau Bunaken Provinsi Sulawesi Utara Nama
: Audy Alfie Godlief Supit
NRP
: PO52030051
Disetujui Komisi Pembimbing
Dr. Ir. Soeharh'ni Sekartiakrarini. M.SC Anggota
Prof. Dr. Ir. Dedi Soedharma. DEA Ketua
Diketahui Ketua Program Studi bengelolaan Sumberdaya Alam dan Lingkungan
Dekan Sekolah Pascasarjana
r
dQ / 1' '
Dr. Ir. Surjono H. Sutjahjo, M.
Tanggal Ujian : 26 Januari 2007
Tanggal Lulus :
0 7 F E B 2007
Penulis dilahirkan di Manado pada tanggal 31 Juli 1972 dari Ayah Drs. Sukarno Supit dan lbu Maria Waney. Penulis merupakan putera kedua dari tiga bersaudara. Tahun 1991 penulis lulus dari SMA Katolik Don Bosco Manado dan pada tahun 1992 lulus seleksi inasuk Universitas Sam Ratulangi rnelalui jalur UMPTN. Penulis rnemilih Program Studi llmu Kelautan pada Fakultas Perikanan dan llmu Kelautan. Setelah lulus dari program sa rjana, pada tahun 2002 penulis diangkat menjadi staff pengajar pada Program Studi Underwatter Ecotourism Jurusan Pariwisata Politeknik Negeri Manado hingga sekarang. Pada tahun 2003 penulis dipercaya sebagai salah satu penerima beasiswa pengembangan staf pengajar yang di sponsori oleh Asian Development Bank melalui Technological and Professional Skills Development Sector Froject dan penulis rnemilih Program Pasca sarjana lnstitut Pertanian Bogor khususnya Program Studi Pengelolaan
Sumberdaya
Alam
dan
Lingkungan
dengan
Bidang
Minat
Keanekaragaman Hayati dan Ekowisata Sebagai tempat untuk mengembangkan diri.
PRAKATA Puji dan syukur karni panjatkan kehadirat Tuhan Yesus Kristus atas berkat, kasih dan perlindungan-Nya, sehingga penulis dapat rnenyelescikan tesis dengan Judul : Darnpak Kunjungan Wisata Terhadap Perubahan Kondisi Terumbu Karang D i Pulau Bunaken Provinsi Sulawesi Utara yang rnerupakan suatu syarat bagi penulis untuk rnencapai gelar rnagister sains di lnstitut Pertanian Bogor. Pertarna-tarna penulis rnenyarnpaikan terirna kasih kepada : 1. Bapak Prof. Dr. Ir. Cedi Soedharrna, DEA selaku pernbirnbing utarna, dan 2. Ibu Dr. Ir. Soehartini Sekartjakrarini, M.Sc selaku pernbirnbing kedua, yang telah rnernbirnbing dan rnengarahkan penulis sehingga penulisan tesis ini bisa terselesaikan dengan baik. Ucapan terirna kasih serta penghargaan yang setinggi-tingginya juga disarnpaikan kepada : 1. Bapak Direktur Politeknik Negeri Manado yang telah rnernberikan kesernpatan kepada penulis untuk rnelanjutkan studi S2 di lnstitut Pertanian Bogor. 2. AD9 LOAN yang telah rnernbantu dalarn dukungan dana rnelalui program beasiswa Technological and Professional Skills Development Sector Project (TPSDP).
3. Bapak Direktur Sekolah Pasca Sarjana IPB atas kesernpatan yang diberikan kepada karni untuk rnengikuti pendidikan di Bogor. 4. Bapak Ketua Program Studi Pengelolaan Surnberdaya Alarn dan Lingkungan (PSL)
beserta seluruh stafnya yang telah rnernberikan pelayanan dan rnasukan-rnasukan selarna rnengikuti pendidikan di Bogor. Selanjutnya segala bantuan dari berbagai pihak yang telah rnembantu dalarn penulisan tesis ini, juga saya ucapankan terirna kasih. Adapun penulisan tesis ini rnasih banyak kekurangan, untuk itu segala kritik, rnasukan dan saran ke arah perbaikan sangat diharapkan guna penyernpurnaan isi penulisan. Atas partisipasi, bantuan dan dukungan dari sernua pihak dalam penyelesaian karya ini, tak lupa diucapkan terirna kasih.
Bogor,
Februari 2007 Penulis
DAFTAR SINGKATAN DAN ISTILAH
ADB
:
Asian Development Bank
Aktiva
:
Tahun Awal
BKSDA
:
Balai K o n s e ~ a sSurnberdaya i Alarn
BTG
:
Bitung
BTNB
:
Balai Tarnan Nasional Bunaken
DPTNB
:
Dewan Pengelola Tarnan Nasional Bunaken
FunaeISorna
:
Alat tangkap ikan Tradisional
GPS
:
Global Positioning Systems
Jubi
:
Alat tangkap ikan seperti panah
Jety
:
Derrnaga kecil
Katarnaran
:
Perahu dengan kaca di bagian bawah untuk rnelihat keindahan bawah laut
KLH
:
Kernentrian Lingkungan Hidup
LSM
:
Lernbaga Swadaya Masyarakat
LAC
:
Limits of Acceptable Change
MIN
:
Minahasa
Paka-paka
:
Daerah pinggir pantai dengan kedalarnan air yang rendah
Pernkot
:
Pemerintah Kota
PHKA
:
Perlindungan Hutan dan Konservasi Alarn
Pasiva
:
Tahun Akhir
RPJMD
:
Rencana Pernbangunan Jangka Menegah Daerah
SCUBA
:
Self-contained Underwater Breathing Apparatus
SDA
:
Sumberdaya Alarn.
SDM
:
Surnberdaya Manusia
Sulut
:
Sulawesi Utara
Tubir Nyare
:
Daerah landai berbatu di daerah pantai yang berbatasan dengan terurnbu karang
:
Taman Nasional
TN B
:
Taman Nasional Bunaken
TPSDP
:
Technological and Professional Skills Development Sector
TN
'
Project UMPTN
:
Ujian Masuk Perguruan Tinggi Negeri
Unsrat
:
Universitas Sam Ratulangi
DAFTAR IS1 DAFTAR IS1.................................................................................................................. x DAFTAR TABEL ......................................................................................................... xii DAFTAR GAMBAR .................................................................................................... xiii DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................................. xiv I.
PENDAHULUAN....................................................................................................I 1.1. Latar Belakang ........................
............................ 1 1.2. Perurnusan Masalah............ . . ................................................................... 2 .. 1.3. Tujuan Penellt~an ........................................................................................... 3
..
. . .
1.4. Kerangka Pem~k~ran ................... .......................................................... 3 .. 1.5. Manfaat Penel~t~an ......................................................................................... 6 II. TINJAUAN PUSTAKA............................................................................................. 7 2.1 Konservasi Laut .............................................................................................7 2.1.1. Tarnan Nasional ................................................................................
9
2.1.2. Tarnan Nasional Bunaken ................................................................10 2.2. Perkernbangan Ekowisata ........................................................................... 2.3. Ekosistem Terurnbu Karang ..........
11
............. 14
Ill. METODE PENELITIAN........................................................................................ 18 3.1. Lokasi Penelitian ................
.................... 18
3.2. Metode pengambilan data ...........................................................................
18
20 3.3. Analisis Data ............................................................................................... 3.3.1. Tutupan Karang dan Kunjungan Wisata ......................................... 20 3.3.2. Kekuatan Lapang .......................................................................... 22
................................................. 23 3.3.3. Analisis SWOT ......................... . . IV. KEADAAN UMUM LOKASl PENELlTlAN ...........................................................26 4.1. Garnbaran Urnurn Pulau Bunaken ............................................................... 26 4.1 .1. Keadaan Umum Desa Alungbanua ............................................ 26 4.1.2. Keadaan Umum Desa Bunaken ....................................................... 28 V. HASlL DAN PEMBAHASAN........ 5.1. Kondisi Tutupan Karang
30
.................30
5.2. Kunjungan Wisata .....................................................................................
33
5.3. Perbandingan Neraca Sumberdaya Tutupan Karang ..................................
36
5.4. Analisis Regresi Pengaruh Kunjungan Wisata Terhadap Tutupan Karang .. 37 5.5. Dampak Kunjungan Wisata Terhadap Terumbu Karang..............................
39
5.6. Analisa Kekuatan Lapang............................................................................
45
5.7. Analisis SWOT PengembanganWisata Di Pulau Bunaken ......................... 59
.........................................66 Kasimpulan ......................................................................................................... 66 Saran .......................... 67
KESlMPULAN DAN SARAN
DAFTAR PUSTAKA .........
68
LAMPIRAN ................................................................................................................72
DAFTAR TABEL Nomor
Halaman
1
Perubahan tutupan karang tahun 2002-2004 di lokasi Pulau Bunaken............. 2
2
lsian manta tow ...........................................................................................
3
Neraca sumberdaya untuk tutupan karang Pulau Bunaken.............................21
4
Klasifikasi kondisi terumbu karang berdasarkan prosentasi jumlah
19
karang hidup......................................................................................................
21
5
Profil Desa Alungbanua ........................................................................................
27
6
Profil Desa Bunaken.....................................................................................
29
7
Fluktuasi prosentasi tutupan karang di Pulau Bunaken ................................... 31
8
Komposisi pengunjung di TN Bunaken tahun 2001 ......................................... 34
9
Kunjungan wisata Ke TN Bunaken tahun 2001-2005.......................................
36
10
Neraca sumberdaya terumbu karang Pulau Bunaken....................................
37
11
Kapasitas toleransi penyelaman di Pulau Bunaken ......................................... 41 . . ldentifikasi isu degradas~l~ngkungan................................................................ 47 ldentifikasi isu berkurangnya sumberdaya .......................................................
48
ldentifikasi isu tingginya pertumbuhan penduduk............................................. 49 ldentifikasi isu status wanita dan perlindungan anak ....................................... 50 ldentifikasi isu pelayanan dan perawatan kesehatan ....................................... 51 ldentifikasi isu manajemen wisata ................................................................
52
ldentifikasi dan penilaian SWOT .......................................................................
62
Matrik hasil analisis SWOT ..........................................................................
63
Jenjang prioritas strategi pengelolaan ..............................................................
63
DAFTAR GAMBAR
Nomor
Halaman
1 Diagram alir kerangka pemikiran.....................................................................
4
Bagan alir tahap dan proses penelitian........................................................... .. Peta lokasi penelitran.........................................................................................
5
18
Teknik pengambilan data.....................................................................................
19
Diagram analisis SWOT.................................................................................
24
Peta kondisi terumbu karang di Pulau Bunaken..................................................
30
Kriteria tutupan karang di Desa Alungbanua.......................................................
32
Kriteria tutupan karang di Desa Bunaken............................................................
33
2 3
Kunjungan wisata di TN Bunaken tahun 2001-2002 ........................................... 33 Kunjungan wisata di TN Bunaken tahun 2001-2003 ........................................... 35 Estimasi jurnlah kunjungan wisata di TN Bunaken tahun 2005 .......................... 35 Peta sebaran dive poin di Pulau Bunaken.......................................................... 42 Kerusakan karang yang disebabkan oleh perahu...............................................
43
Pemondokan di Pulau Bunaken...........................................................................
44
Prosentasi pernunculan isu dalarn identifikasi kekuatan lapang.........................45 16
Penebangan pohon di Pulau Bunaken..............................................................
46
DAFTAR LAMPIRAN
Nornor
2
Halarnan . Hasil anallsls regresi.............................................................................................. 72 . . Hasil anal~s~s kekuatan lapang.............................................................................. 73
3
Hasil manta tow Desa Bunaken thn 2001 .............................................................
77
4
Hasil manta tow Desa Alungbanua tahun 2001..................................................
78
5
Hasil manta tow Desa Bunaken thn 2002 .............................................................
79
6
Hasil manta tow Desa Alungbanua tahun 2002...................................................
80
7
Hasil manta tow Desa Bunaken thn 2002 .............................................................
81
8
Hasil manta tow Desa Alungbanua tahun 2003.................................................... 82
9
Tabel hasil manta tow di Desa Alungbanua tahun 2005 ......................................
83
10 Tabel hasil manta tow di Desa Bunaken tahun 2005 ........................................... . . 11 Peta zonasr dl Pulau Bunaken ..............................................................................
84 85
12 Peta penutupan lahan Pulau Bunaken .................................................................
81
13 Peta ekosistem pesisir Pulau Bunaken.................................................................
82
14 Peraturan zonasi Pulau Bunaken..........................................................................
88
15 Data adrninistrasi Pulau Bunaken.........................................................................
90
1
.
16 Data diving center dan resort di sekitar Taman Nasional Bunaken ..................... 91 17 Daftar kapal yang rnelakukan diving cruise dan kapasitas maksimum................ 94 18 Daftar operator selam dan kapasitas tampung penyelarn .................................... 95 19 Keanekaragarnan pengunjung di TN Bunaken rnenurut negara asal tahun
20 Keanekaragarnan pengunjung di TN Bunaken rnenurut negara asal tahun 2003 ................................................................................................................
98
I.
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Kesadaran pernerintah akan besarnya potensi kelautan Indonesia, rnenyebabkan paradigrna pernbangunan yang selarna ini kurang rnernperhatikan sektor kelautan rnulai ditinggalkan. Berbagai potensi dibidang kelautan rnulai dieksplorasi dan dieksploitasi yang tentunya pengelolaannya diharapkan untuk peningkatan ekonorni tanpa rnengabaikan ekologi, dengan kata lain sustainable development, Salah satu potensi bidang kelautan yang sedang digalakkan sekarang ini adalah bidang kewisataan. Selain rnernpunyai keuntungan dalarn penggunaan surnberdaya secara berkelanjutan, sektor tersebut juga berpotensi untuk rneningkatkan kegiatan ekonorni lokal, dalarn ha1 ini adalah rnasyarakat sekitarnya.
Disisi lain, wisata juga dapat rnerusak suatu daerah jika tidak
dikelolah dengan baik. Provinsi Sulawesi Utara rnerniliki kesernpatan untuk rnernaksirnalkan pendapatan dari sektor wisata, terutarna dari wisata bahari.
Berdasarkan data
dari Dinas Pariwisata SULUT (1998) dilaporkan bahwa 77.57 % w~satawanyang datang ke daerah ini rnengunjungi dan rnenikrnati obyek wisata bawah air khususnya di Tarnan Nasional Bunaken. Obyek wisata bawah air khususnya ekosistern terurnbu karang rnerupakan pasar wisata utarna yang bernilai jual rnernadai (selling point) dan dijadikan sebagai atraksi utarna di TNB. Sangat disadari pernanfaatan obyek-obyek wisata bawah air perlu dilestarikan dan ditingkatkan guna kelangsungan usaha wisata itu sendiri. Pendekatan yang perlu diterapkan dalarn rnenjaga kelestarian wisata alarn ini yaitu pemanfaatan surnberdaya perairan khlrsusnya terumbu karang dengan konsep ekoturisrne. Wisata ekologi khususnya wisata bawah air atau dikenal dengan istilah 'underwaiter ecoturisrn' adalah rnerupakan suata bentuk pernanfaatan yang tidak hanya rnenjual keindahan alarn bawah air narnun juga sangat berpegang pada upays konservasi dan pelestarian lingkungan bawah air khususnya daerah terurnbu karang itu sendiri. Sebagai suatu atraksi utarna yang ditawarkan industri wisata tarnan nasional Bunaken. surnberdaya terurnbu karang beserta budaya rnasyarakat seternpat telah banyak rnenarik perhatian wisatawan baik lokal rnaupun rnancanegara. Oleh karena itu, pernantauan kondisi surnberdaya alarn serta evaluasi pernanfaatan surnberdaya sangat penting dilakukan seperti yang sudah
diarnanatkan oleh undang-undang yang tercakup dalarn keputusan Menteri Lingkungan Hidup No. 04 Tahun 2001 tentang Kriteria Baku Kerusakan Terurnbu Karang (KLH, 2003). Adapun,
pernanfaatan surnberdaya
alarn
dengan
rnernpertinggi nilai lingkungan hidup dan nilai ekonorninya.
bijaksana
akan
Adanya konflik
kepentingan antara pernanfaatan dan pelestarian perlu disiasati dengan hati-hati karena kelestarian surnberdaya dan perturnbuhan ekonorni sangat bergantung pada pengelolaan surnberdaya dan perencanaan pernbangunan yang baik.
1.2. Perumusan Masalah Peningkatan kunjungan wisata rnerupakan ha1 yang menggernbirakan narnun, perkembangan tersebut perlu untuk disiasati dengan hati-hati karena peningkatan kunjungan wisata selalu diikuti oleh darnpak negatif baik bagi ekosistem rnaupun rnasyarakat di sekitarnya. Pulau
Bunaken rnerupakan suatu daerah
konservasi yang telah
dirnanfaatkan untuk wisata dan termasuk dalam kawasan Tarnan Nasional Bunaken. Panorama bawah laut yang indah rnerupakan atraksi utarna yang ditawarkan oleh kawasan ini.
Narnun dari perkernbangannya, surnberdaya
ekosistern terumbu karang yang rnenjadi aset utarna kawasan ini sernakin rnenurun kualitasnya. Walaupun berbagai usaha pelestarian sudah dilakukan oleh pengelola TN Bunaken, tetapi kualitas lingkungan ekosistern terurnbu karang kususnya di Pulau Bunaken terus saja rnengalarni penurunan kualitas. Hal tersebut terlihat dari data tutupan karang yang dikeluarkan oleh Balai Tarnan Nasional Bunaken, seperti pada :abel berikut : Tabel 1 Pertibahan tutupan karang tahun 2002-2004 di lokasi Pulau Bunaken Kondisi Terumbu Karann No Lokasi Karang Hidup % Th 2002 Th 2003 2004 1 Desa Bunaken 55,65 55,43 55 Pangalisang 2 Desa Alunabanua ~ukuil~anldolin Surnber : BTNB ~-
Berdasarkan penjelasan dan data yang dikernukakan diatas, rnaka penelitian-penelitian tentang daya dukung lingkungan khususnya ekosistern terumbu di kawasan tersebut sangatlah rnendesak untuk dilakukan. dalarn penelitian ini, perrnasalahan yang ingin dijawab adalah :
Adapun
1.
Bagairnana fluktuasi kunjungan wisata di TN Bunaken khususnya di Pulau Bunaken,
2.
Bagairnana kondisi dan potensi terkini dari surnberdaya terurnbu karang di Pulau Bunaken,
3.
Apakah tingkat kunjungan wisata rnernpengaruhi kondisi ekosistern terurnbu karang,
4.
Perrnasalahan sosial kernasyarakatan apa saja yang rnembebani plilau tersebut,
5.
Bagairnana strategi pengelolaan wisata di Pulau Bunaken.
1.3. Tujuan Penelitian
Tujuan utarna penelitian ini adalah untuk rnengevaluasi darnpak kunjungan wisata
terhadap
perubahan kondisi ekosistern terurnbu
karang,
lewat
pengarnatan dan perhitungan untuk rnengetahui dan rnernperoleh : 1.
lnforrnasi rnengenai kondisi dan potensi ekosistern terurnbu karang di Pulau Bunaken,
2.
lnforrnasi rnengenai trend kunjungan wisata di Tarnan Nasional Bunaken, khususnya Pulau Bunaken,
3.
lnforrnasi tentang pengaruh kunjungan wisata terhadap kondisi terurnbu karang di Pulau Bunaken,
4.
inforrnasi tentang kondisi sosial kernasyarakatan di Pulau Bunaken.
5.
Merurnuskan strategi pengelolaan wisata Pulau Bunaken.
1.4. Kerangka Pemikiran
Potensi utarna Pulau Bunaken adalah ekosistern terurnbu karang. Keindahan panorama laut yang ditawarkan telah rnenarik rninat wisatawan, baik itu wisatawan dalarn negeri rnaupun luar negeri. Tentu saja ha1 tersebut akan rnemberikan tekanan yang sangat besar pada ekosistern terurnbu karang itu sendiri. Sepanjang penelusuran pustaka yang telah dilakukan, ditemukan bahwa degradasi terurnbu karang terus terjadi di Pulau Bunaken dari tahun ke tahun. Ini rnengindikasikan suatu kesalahan strategi rnaupun arah kebijakan pengelolaan yang ada sekarang ini. Untuk itu identifikasi permasalahan yang sebenarnya haruslah dilakukan untuk rnenentukan strategi serta arah kebijakan yang baik dan benar.
Kegiatan wisata bahari sekarang ini, rnerupakan salah satu penyebab tejadinya degradasi ierurnbu karang di Indonesia. Seperti yang dikemukakan Fandeli dan Mukhilson (2000), bahwa kerentanan ekosistern rnenjadikan daya dukung sebagai suatu faktorltolak ukur penting keberhasilan dalarn pengelolaan suatu kawasan wisata. Dengan dernikian, darnpak kunjungan wisata di TN Bunaken kususnya Pulau Bunaken, perlu dikaji seberapa besar pengaruhnya terhadap degradasi terurnbu. Setelah pengaruh tersebut diketahui, maka diharapkan akan rnenjadi bahan rnasukan untuk rnernbuat suatu arahan strategi pengelolaan wisata yang berkelanjutan. Secara rnenyeluruh, alur berfikir dari penelitian ini dituangkan dalam gambar 1 yang berupa cfiagrarn alir kerangka pernikiran. Sedangkan bagan alir tahapan dari penelitian ini dirurnuskan seperti pada garnbar 2.
Garnbar 1 Diagram alir kerangka pernikiran
PERUMUSAN TUJUAN
SURVEI
DAN
ANALISA
HASIL
REKOMENDASI
EKOSISTEM
Rumusan akhir Analisis Prosentase Tutupan
Evaluasi dgn Neraca Sutnberdaya
Perubahan Kondisi Sumberdaya
Pcningkalan Kutljungni~ DAMPAK
Pengelolaa~l
SOSBUD & EKONOMI
Cru II Budaya
Kekuatan Lapane.
Aiiplisis SWOT
[ H j
1
Stakeholder
4
UMPAN BALlK
Gambar 2 Bagan alir tahap dan proses penelitian
I
1.5 Manfaat Penelitian
1.
Merupakan bahan acuan dan pertirnbangan bagi berbagai pihak terkait sebagai rnasukan dalarn rnenentukan strategi yang optimal dalarn penentuan kebijakan pengembangan kawasan wisata bawah laut.
2.
Diharapkan rnenjadi aset pernanfaatan yang lestzri dan berkelanjutan dengan berpegang pada prinsip-prinsip konservasi.
3.
Diharapkan rnenjadi surnber data "time series" bagi sernua pihak yang rnernerlukannya.
II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsewasi Laut K o n s e ~ a s ilaut berkaitan dengan pewujudan keseimbangan sensitif antara perlindungan habitat-habitat laut dan spesies penting serta eksploitasi spesies penting yang lestari. K o n s e ~ a sini i merupakan suatu proses yang mencakup banyak disiplin, berbagai sektor rnasyarakat, ekonomi, legal dan faktor-faktor politik dan lingkungan laut itu sendiri. K o n s e ~ a slaut i sering dianggap merupakan proses yang sulit, karena harnpir selalu mencakup perlindungan pada kawasan-kawasan yang sudah diganggu oleh aktivitas-aktivitas rnanusia baik lokal maupun secara global. Sebagai negara kepulauan terbesar di dunia dan terletak di kawasan lndoAustralia yang strategis, Indonesia memiliki keragarnan spesies laut yang tinggi dengan potensi ekologis dan ekonomis yang sangat tinggi pula. Untuk itu, supaya ekosistem dan surnberdaya ini dapat berfungsi dengan optimal dan berkelanjutan maka diperlukan upaya-upaya perlindungan dari berbagai rnacarn dengradasi yang dapat ditirnbulkan oleh berbagai aktivitas pernanfaatan baik secara langsung maupun tidak langsung (Bengen, 2002). Salah satu usaha perlindungan yang dapat diltikukan adalah dengan rnenetapkan suatu kawasan di pesisir dan laut sebagai suatu kawasan konservasi yang antara lain bertujuan untuk rnelindungi habitat-habitat kritis, rnernpertahankan dan meningkatkan
kualitas
sumberdaya, melindungi keanekaragarnan hayati dan
rnelindungi proses-proses ekologi. K o n s e ~ a s imenurut Soemawoto (2004) adalah pencagaralarnan sebagai padanan nature conservation, dimana istilah ini diarnbil dari istilah cagar alarn yang telah lama digunakan dan telah menjadi baku. Bekrapa istilah yang terkait dengan konservasi antara lain prese~asi, reservasi. Preservasi berarti melestarikan, mengawetkan, dimana ada daerah yang tidak boleh dijamah dan sebagian boleh dikunjungi untuk rekreasi pada daerah-daerah yang belurn atau sedikit diketahui. Reservasi berarti mencadangkan, tidak mengkutik-kutik untuk rnelestarikan biota tertentu pada daerah-daerah yang sudah banyak diketahui isinya. Konservasi rnerupakan jalan tengah antara preservasi dan reservasi, dimana konservasi berarti rnengawetkan dan menggunakan Secara hernat, dengan begitu rnaka ada yang dilindungi dan ada yang dirnanfaatkan. Pada 1980, Serikat Pelestarian Alam internasional (The International Union for Conservation of Nature and and Natural Resources = IUCN) dalarn rangka konservasi surnberdaya alam, Strategi Pelestarian Dunia
(The
World Conservation
Strategy)
rnenetapkan
konservasi sebagai
pengelolaan biosfer sehingga diperoleh rnanfaat yang terbesar bagi generasi sekarang tanpa rnenghilangkan potensinya untuk kebutuhan generasi yang akan datang, karena pernbangunan berkelanjulan tidak dapat berjalan tanpa rnelestarikan surnberdaya alarn berupa spesies dan ekosisternnya. Manusia Secara terus rnenerus rnernbutuhkan rnakanan dari laut serta rnelepaskan bahan buangan baik langsung rnaupun tidak langsung ke laut. Dengan pesatnya pernbangunan dan peningkatan jurnlah penduduk yang disertai pengurasan surnberdaya alarn laut yang pada uinurnnya rentan, rnaka penetapan kawasankawasan konservasi laut sudah sangat rnendesak. Perkernbangan ekoturisrne di laut yang sangat pesat rnerupakan salah satu pendorong perlunya kawasan konservasi, karena dalarn kawasan konservasi kegiatan ekoturisrne dapat ditata dan diawasi sehingga tujuan konservasi dapat dicapai. Konservasi rnerupakan rnanajernen biosfer oleh rnanusia sehingga ia bisa rnernberikan rnanfaat yang sangat besar bagi generasi sekarang, juga rnenjaga potensinya agar bisa digunakan dan bermanfaat bagi generasi-generasi selanjutnya. Konservasi bersifat positif yang rnencakup pengawetan, perneliharaan, pernanfaatan yang lestari, pernulihan dan peningkatan lingkungan alarni.
Secara fungsional
konservasi rnerupakan suatu proses dirnana spesies dan atau habitat dikelola guna mendukung eksploitasi lestari dari spesies tertentu tanpa rnelenyapkan kualitas atau biodiversitas habitat. Konservasi menggangap bahwa rnanusia rnerupakan bagian dari ekosistern. Lingkungan Laut rnerupakan sernua total habitat yang dipengaruhi estuaria, laut dan sarnudra dan rnencakup habitat-habitat pantai.
Sedangkan pencernaran adalah
suatu pembuangan substansi atau energi oleh rnanusia, secara langsung atau tidak langsung ke lingkungan laut yang rnenyebabkan pengaruh yang rnengancarn surnberdaya alarn, berbahaya bagi kesehatan rnanusia, rnenggangu aktifitas-aktifitas laut seperti penangkapan ikan, kualitas pemanfaatan air laut terrnasuk di dalamnya kegiatan wisata (Rondo, 2001). Perneliharaan dan pengernbangan pernanfaatan surnberdaya di perairan rnernbutuhkan sejurnlah kawasan yang dibiarkan berada dalam kondisi atau status alarninya. Perlindungan habitat kritis bagi produksi ikan, surnberdaya genetik, kawasan berpandangan indah, dan daerah yang rnernberi kesernpatan untuk dinikrnati dan dihargai sebagai lingkungan alarni warisan nasional, sernuanya rnernbutuhkan perlindungan kawasan alarni yang ketat, sedangkan dipihak lain pernbatasan pernanfaatan seperti perikanan, rotasi pohon untuk kayu bakar dan pernanfaatan
turisrne dapat dilakukan dengan cara
pernanfaatan yang didasarkan pada
pernanfaatan berkelanjutan. Berbagai kategori kawasan konservasi akan rnernudahkan pengintegrasian pengelolaan pelestarian ke dalarn tata guna atau tata ruang pernbangunan. Tarnan Nasional rnerupakan salah satu kategori kawasan konservasi yang pernanfaatanya dapat diperuntukan bagi kegiatan wisata dengan pernanfaatan yang terbatas.
2.1.2. Tarnan Nasional Sebagaimana yang termuat dalarn Undang-Undang no. 5 tahun 1990 tentang konservasai surnberdaya alarn hayati dan ekosisternnya, bahwa Tarnan Nasional rnerupakan suatu kawasan pelestarian alarn yang rnernpunyai ekosistern asli serta dikelola dengan sistern zonasi yang dimanfaatkan untuk tujuan penelitian, ilrnu pengetahuan, pendidikan, penunjang budaya, wisata dan rekreasi. Tujuan pernerintah dengan menetapkan kawasan alarni yang rnewakili keanekaragarnan ekosistern
dan
kawasan juridiksi
adalah
untuk
rnenjarnin
pernanfaatan sekarang dan rnasa depan. Cepatnya eksploitasi surnber daya alarn yang terjadi sehingga pernerintah harus rnenetapkan tindakan rnelindungi warisan alarni yang rnungkin dapat hilang. Hal ini diperkuat dengan adanya kecenderungan maningkatnya wisata alarni atau ekoturisrne. Menurut Bratarnihardja (1979) pada prinsipnya sistern Taman Nasional rnerniliki keunggulan dibandingkan sistern lainnya, yang diantaranya adalah : 1. Tarnan Nasional dibentuk untuk kepentingan rnasyarakat karenanya harus didukung rnasyarakat dan berrnanfaat bagi rnasyarakat 2. Konsep pelestarian didasarkan atas perlindungan ekosistern sehingga rnarnpu rnenjamin eksistensi unsur-unsur pendukungnya 3. Tarnan Nasional dapat dirnasuki oleh pengunjung sehingga pendidikan cinta
alarn, kegiatan rekreasi dan fungsi-fungsi lainnya dapat dikernbangkan secara efektif. Adapun kawasan ini dapat terdiri dari satc atau beberapa ekosistern di dalarnnya yang secara material tidak dapat diubah oleh eksploitasi atau diternpati oleh rnanusia. Untuk itulah wewenang tertinggi terhadap seluruh juriksi kawasan harus diambil pemerintah untuk menghindari atau rnengelerninasi sesegera rnungkin eksploitasi atau pendudukan kawasan dan mernberi penguatan secara ekologis, geornorfologis, dan bentangan estetik yang rnengarah pada pemantauan tujuan konservasi kawasan itu.
Surnberdaya yang dikelolah dan dikernbangkan ke arah rekreasional yang berkesinarnbungan dan aktivitas pendidikan dilaksanakan berdasarkan pengontrolan. Kawasan ini dikelolah Secara alarni atau rnendekati status alami. Pengunjung dapat rnasuk pada kondisi tertentu untuk rnendapatkan inspirasi, pendidikan budaya dan rekreasional.
Narnun secara sirnultan Tarnan Nasional dituntut selalu rnemberikan
rnanfaat ekonorni yang konkrit dan lestari, minimal rnanfaat itu dapat dirasakan secara langsung oleh rnasyarakat sekitar secara legal (Wiratno,1996).
2.1.2. Taman Nasional Bunaken Status Tarnan Nasional Bunaken ditetapkan tahun 1991 melalui SK Menhut No. 7301Kpts-11/91 dan diresniikan oleh Presidzn Republik Indonesia pada Desernber 1992 . Tarnan Nasional ini terbagi atas dua bagian yaitu TN Bunaken bagian utara dengan luas 62.150 ha dan TN Bunaken bagian selatan dengan luas 16.906 ha. Tarnan Nasional bagian selatan termasuk dalarn wilayah adrninistrasi kabupaten Minahasa Selatan sedang TN Bunaken bagian utara terrnasuk dalarn wilayah adrninistrasi kota Manado (COREMAP, 1999; BAPPEKO MDO, 2005). Adapun potensi biologis daratan Tarnan Nasional ini yaitu kaya dengan jenis flora kelapa, palma, sagu, silar, dan woka. Sedangkan fauna spesifik berupa yaki, (kera hitarn Sulawesi) dan kuskus .
Sebagian besar flora yang terdapat di wilayah ini
tersebar pada Taman Nasional bagian selatan. Habitat mangrove dan padang larnun yang berfungsi sebagai pencegah erosi daerah pantai kaya akan berbagai jenis kepiting, udang, rnolusca dan ikan-ikan rnuda. Sebagai ternpat ikan bertelur dan berkernbang, habitat ini juga rnenjadi tempat bernaung bagi duyung, penyu laut dan burung laut. Daerah pantai urnurnnya bertopografi landai dengan didorninasi oleh pantai pasir putih dengan material asal berupa pecahan cangkang rnollusca dan pecahan karang. Seperti pada habitat larnun dan rnanggrove, daerah ini juga kaya dengan kehidupan berbagai jenis urnang, kepiting dan udang. Harnparar! karang pada daerah ini terutarna yang terletak di perairan pantai Pulau Bunaken, lebarnya rnencapai 2,5 krn dengan forrnasi yang sangat spesifik, dirnulai dengan karang datar pada kedalarnan kurang lebih 5 meter kernudian rnernbentuk bukit-bukit di bawah air, sarnpai ke tebing vertikal ke bawah (drop off) yang panjangnya sarnpai ratusan rneier (underwater greatwalls).
Pada tebing vertikal
terdapat banyak goa, ceruk dan rekahan yang tertutup sponge beraneka warna dan dihuni oleh berbagai jenis vertebrata dan invertebarata laut.
Pada habitat ini, selain
karang terdapat juga biota laut lainnya seperti akar bahar, karang kipas, karang lunak, hydroid penyengat, cacing laut, bintang laut, teripang.
Berbagai rnacarn ikan
rnenghuni habitat ini, jurnlahnya rnencapai 2.000 jenis seperti jenis ikan purba atau ikan raja laut (coellacanth) dan ikan napoleon (Atlas Surnberdaya pesisir MDO-MINBTG, 2002). Salah satu keunikan lain Tarnan Nasional Bunaken adalah kedalaman laut yang rnemisahkannya dengan dataran Sulawesi yang kedalarnannya dapat rnencapai 1.000 meter.
Kedalarnan ini rnenjadi semacarn barier yang rnengurangi tingkat
kerusakan TN Bunaken dari akibat pengotoran yang berasal dari daratan kota Manado. 2.2. Perkenbangan Ekowisata Sebagai suatu trend baru, ekowisata perlu untuk diantisipasi oleh para 'stake holders' dibidang kepariwisataan untuk dikernbangkan. Pengan telah dikeluarkannya 'Global Code of Ethics for tourism' pada oktober 1999 yang sekarang sedang disosialisasikan oleh WTO kepada Negara-negara anggota, diharapkan rnenggugah tanggung jawab moral dari para aktor kewisataan untuk rnerniliki tanggung jawab yang lebih besar terhadap pengembangan wisata yang berkelanjutan. Indonesia dengan kekayaan alam yang rnelirnpah yang selarna ini dikenal sebagai Negara megabiodiversity nornor dua di dunia, tentunya rnerniliki kekayaan alarn flora dan fauna yang sangat tinggi. Demikian pula dengan potensi surnberdaya perairan laut kita sangat rnelirnpah dan rnemiliki keanekaragarnan hayati yang tinggi (Nontji, 2002 ; Soernarwoto, 2004 ; Fandeli dan Mukhlison, 2000). Hal tersebut, rnernberikan peluang yang besar untuk dikernbangkan suatu kegiatan wisata. Pengernbangan sektor wisata dapat rnemberikan banyak keuntungan ekonorni dan sosial, narnun disisi lain pernbangunan sektor ini rnenyimpan sejurnlah potensi konflik. Pengernbangan dan penyelenggaraan wisata yang tidak terkendalikan secara benar akan menyebabkan terjadinya benturan-benturan kepentingan, yang pad? gilirannya akan rnernberikan darnpak negatif terhadap berbagai aspek kehidupan. Untuk rneredam potensi-potensi .konflik terssbut,
maka isu dan fokus
pernbangunan wisata dewasa ini rnenurut Sekartjakrarini dan Legoh (2003), hendaknya diletakkan pada :
1. Penyelenggaraan wisata yang bertanggung jawab sosial rnerupakan tuntutan keberhasilan pembangunan wisata kini
.
Wisata sebagai piranti efektif pernanfaatan untuk perlindungan surnberdaya alam hayati dan ekosistem Wisata sebagai wahana pelestarian surnber sosial budaya
Wisata sebagai wahana pernbangunan ekonorni 2. Pengernbangan dan penyelenggaraan wisata perlu rnernperhatikan : Keterbatasan akan daya dukung lingkungan Peningkatan kesejahteraan dan ~ualitashidup rnasyarakat Kelayakan pasar - keunggulan kornparatif dan keunggulan kornpetitif produk. Adapun suatu kegiatan pengernbangan dan penyelenggaraan wisata rnenuju pengembangan wisata berkelanjutan dapat dikatakan suatu kegiatan ekowisata, apabila telah rnernenuhi aspek kriterialsyarat kecukupan sebagai berikut (Eplerwood 1999; Fennel, 2001) :
1. Mencegah dan rnenanggulangi darnpak dari aktivitas wisatawan terhadap alarn dan budaya, pencegahan dan penanggulangan disesuaikan dengan sifat dan karakter alarn dan budaya seternpat. 2.
Pendidikan konservasi lingkungan. Mendidik wisatawan dan rnasyarakat seternpat akan pentingnya arti konservasi. Proses pendidikan ini dapat dilakukan langsung di alarn.
3. Pendapatan langsung untuk kawasan. Mengatur agar kawasan yang digunakan untuk ekowisata dan rnanajernen pengelolaan kawasan pelestarian dapat rnenerima langsung penghasilan atau pendapatan. Retribusi dan consen/ation tax dapat
dipergunakan secara langsung untuk rnembinz, rnelestarikan dan
rneningkatkan kualitas kawasan pelestarian alarn. 4. Partisipasi
rnasyarakat
dalarn
perencanaan.
Masyarakat
diajak
dalarn
rnerencanakan pengernbangan ekowisata, Dernikian pula di dalarn pengawasan,
peran masyarakat diha~*an 5.
ikut secara akt'jf.
Penghasilan rnasyarakat. Keuntungan secara nyata terhadap ekonorni rnasyarakat dari kegiatan ekowisata rnendorong rnasyarakat rnenjaga kelestarian kawasan alarn.
6. Menjaga keharrnonisan dengan alarn. Sernua upaya pengernbangan termasuk pengernbangan fasilitas dan utilitas harus tetap rnenjaga keharrnonisan dengan alarn. Apabila ada upaya disharmonize densan alarn akan rnerusak produk wisata ekologis ini. Hindarkan sejauh rnungkin penggunaan rninyak, rnengkonservasi flora dan fauna serta rnenjaga keaslian budaya rnasyarakat.
7.
Daya dukung lingkungan. Pada urnurnnya lingkungan alarn rnernpunyai daya dukung yang lebih rendah dengan daya dukung kawasan buatan. Meskipun rnungkin perrnintaan sangat banyak, tetapi daya dukunglah yang rnernbatasi.
8.
Peluang penghasilan pada porsi yang besar terhadap negara. Apabila suatu kawasan pelestarian dikembangkan untuk ekowisata, maka devisa dan belanja wisatawan didorong sebesar-besarnya dinikmati oleh negara atau negara bagian atau pernerintah daerah setempat. Pada prinsipnya Ekowisata harus dan rnutlak memperhatikan pemeliharaan
lingkungan alam (conservation), bukan sebaliknya mengubah keaslian alam sehingga Pemahaman wisata ekologi adalah untuk
menggangu keseirnbangan alam.
menyokong atau rnenopang keseirnbangan hubungan antara manusia dengan lingkungan alamnya (Boo, 1990). ekowisata
senantiasa
Menurut Weaver (2000), kualifikasi aktivitas dalam
berorientasi terhadap
cara-cara
pemeliharaan keutuhan alarn atau a sustanaible way.
pengembangan
dan
Demikian pula menurut standar
I S 0 14001 yang rnenegaskan bahwa ekowisata adalah pernenuhan standar lingkungan bagi setiap produk jasa, yang berdarnpak luas terhadap lingkungan, baik karena lokasi, jenis produk, bahan-bahan yang digunakan, proses produksi, kemasan produk, maupun darnpak dari kemasan produk, paska konsumsi dan pelabelan atau sertifikasi produk. Terna mass tourism berubah dari 'sun', 'see', 'sand menjadi tema trilogi yang berorientasi pada alam (ecotourism) yakni 'nature', 'nostalgia' dan 'nirvana'. Aspek alarn dalam wisata ini merupakan penyajian daya tarik alam yang asli. Dan ha1 ini rnenjadi daya tarik yang sedernikian rupa ditawarkan hingga dapat menciptakan pengalaman wisata yang bermakna.
Beberapa aktivitas wisata 'ecotourism' yang
dikembangkan dan ditawarkan di Indonesia khususnya provinsi Sulawesi Utara diantaranya pengembangan taman wisata kehidupan binatang liar, scenic look out, pendakian gunung, terutarna wisata bawah air lewat snorkling dan diving (Weaver, 2000 ; Ceballos-Lascurain, 1996a). Daya tarik wisata ekologi sesuai dengan karakter dasarnya yang berasal dari alam merniliki banyak alternatif pilihan dan berrnacarn atraksi untuk dikembangkan bagi usaha wisata berbasis pemeliharaan lingkungan (Konservasi). Di Sulawesi Utara potensi yang tepat diorientasikan pada ecotourism bahari. Konservasi wisata bawah air khususnya terumbu karang di gugusan kepulauan atau Tarnan Nasional Laut Bunaken umpamanya.
Atraksi wisata bawah air (underwater ecotourism) pada
dasarnya adalah keindahan panorama bawah air, keanekaragarnan (diversitas) flora dan fauna bawah air. Dengan kata lain kita rnenjual keanekaragaman biota. Makin tinggi keanekaragaman, makin tinggi nilai jualnya (Lalamentik dan Rembet, 1996).
Dalarn strategi dunia rnengenai konse~asi,terurnbu karang diidentifikasikan sebagai salah satu kornponen utarna yang sangat penting sebagai penunjang berbagai rnacarn kehidupan yang dibutuhkan dalarn produksi rnakanan, kesehatan dan berbagai aspek dari kehidupan rnanusia dan juga dalarn pernbangunan yang berkelanjutan. Untuk itu, rnengacu pada yang dikemukakan Sekartjakrarini (2003), rnaka penerapan ekowisata sebagai konsep penyelenggaraan wisata, rnerupakan jawaban atas pernanfaatan sumber-surnber lingkungan tersebut rnenuju : Pernanfaatan surnberdaya hayati dan ekosistemnya secara berkelanjutan ; Penekanan sekecil dirnungkinkan pada degradasi rnutu lingkungan ; Peningkatan apresiasi rnasyarakat luas (rnasyarakat seternpat, pengunjung dan pengembang) terhadap lingkungan alarn dan berlanjut pada pernaharnan akan pentingnya upaya k o n s e ~ a salarn i ; Pelastarian warisan budaya ser;a
peningkatan apresiasi dan kebanggaan
rnasyarakat atas surnber sosial budaya rnereka sendiri.
2.3. Ekosistem Terumbu Karang Terurnbu karang rnerupakan ekosistem perairan laut dangkal yang sangat produktif disarnping harnparan ruinput laut dan vegetasi hutan mangrove.
Ekosistern
ini sangat beragarn taksonorninya yang berternpat pada pelataran kalsiurn karbonat (CaC03) yang keras (tapi berpori), terbentuk selama berjuta tahun melalui pertumbuhan yang bergantian pengendapan dan konsolidasi sisa-sisa cangkang karang (ordo Scleractinia) herrnatipik (pembentuk terurnbu), kalsifikasi sisa-sisa cangkang rnoluska dan alga berkapur (Lalarnentik dan Rernbet, 1996). Ekosistern ini rnerniliki fungsi alarniah sebagai lingkungan hidup, pelindung fisik bagi pulau dan daratan, surnberdaya hayati dan surnber keindahan.
Sebagzi
lingkungan hidup dan ternpat hidup terurnbu karang menjadi ternpat organisrne berkernbang dan berproduksi.
Terumbu karang berfungsi pula bagi organisrne
pendatang untuk mencari rnakan (feeding ground) dan ternpat pembesaran (nursery ground) serta rnenjadi ternpat pemijahan (spawning ground) ataupuf? rnenjadi tempat bersembunyi bagi biota yang ada di terumbu itu sendiri rnaupun biota peruaya dari perairan sekitar (Sukarno, 1996). Sebagai suatu habitat, terumbu karang rnerupakan suatu kawasan yang kompleks dirnana banyak dihuni oleh berbagai jenis biota, seperti jenis-jenis ikan, Coelenterata (jenis-jenis karang batu dan karang lunak, anernon, dll), Krustasea (jenisjenis udang-udangan dan kepiting), Ekhinodermata (jenis-jenis bintang laut, lili laut,
Sulu babi, ketirnun laut, dll), Moluska (jenis-jenis bia, kima atau kerang-kerangan, dll), Algae (jenis-jenis alga lautlsea weed), Sponges, Ascidians, Gorgonians, dan rnasih banyak lagi organisrne lain yang terwakili.
Karena tingginya nilai ekologis yang
terkondisi di daerah ini (dibandingkan dengan ekosistern rnanapun di dunia), rnenyebabkan berbagai biota tersebut banyak rnenghabiskan daur hidupnya di kawasan ini.
Keadaan kornposisi biota ini rnerupakan salah satu indikator dari
rnelirnpahnya biota ekonornis penting (Nybakken, 1992 ; Rondo, 1996). Profil dan konfigurasi terurnbu karang yang rnernbuat topografi dasar perairan rnenjadi spesifik serta bentuk-bentuk perturnbuhan karang batu yang sangat bervariasi rnerupakan ternpat yang ideal bagi asosiasi berbagai biota laut dan rnenjadikannya lebih bernilai dan unik. Beberapa jenis asosiasi hubungan yang terjadi antara ikan dan karang rnerupakan indikator bagi kesehatan terurnbu karang itu sendiri. contoh jenis-jenis
Sebagai
ikan dari farnili Chaetodontidae (kepe-kepe), kehadirannya
rnerupakan indikator bagi kesehatan terurnbu karang. Sebagairnana tutupan hidup karang batu pada terurnbu, dirnana jika tinggi tutupannya terurnbu karang dapat dikatakan rnerniliki kondisi yang baik (Ernor, 1988 ; Lalarnentik dan Rernbet, 1996). Hubungan dan asosiasi lain yang tak kalah rnenariknya yang rnenjadikan daerah ini kaya akan atraksi wisata seperti ; daya tarik asosiasi antara lain ikan arnphiprion (clown fish) dengan anernon laut, ikan goropa dengan ikan pernbersihnya, sea fan (gorgonians) dengan kuda laut (sea horses), udang dengan karang batu, dan rnasih banyak lagi atraksi rnenarik (highlights/sightseeing) yang dapat dijadikan konioditi untuk bidang wisata bawah air (Coleman, 1991). Kelangsungan kehidupan ekosistern terurnbu karang juga
dibatasi oleh
parameter-patarneter fisik-kirnia perairan, seperti kedalarnan, cahaya, suhu, salinitas, sedirnentasi atau pengendapan (Rondo, 1996j. Secara alarniah juga sangat dipengaruni darnpak alarni lingkungan seperti penyuburan (eutrofikas!), badai tropis, predasi dan pengaruh fenornena el-nino yang sifatnya global. Belurn lagi darnpak dan ancaman dari rnanusia yang berupa kegiatan pernbangunan di wilayah pesisir seperti aktivitas reklarnasi, transportasi, zktivitas perikanan yang tidak terkontrol, terrnasuk juga kegiatan wisata laut seperti penurunan jangkar, penyelarn yang arnatir, kebisingan, polusi dan pencernaran dari bahan bakar rninyak perahu berrnotor (Salrn dan Clark, 1989 ; Tomascik, 1991). Ancarnan keanekaragarnan hayati ekosistem terumbu karang yang banyak seperti uraian diatas, tentunya mernerlukan perhatian guna kelestarian sumberdaya yang kita rniliki. Pernanfaatan surnberdaya ini secara salah dan tidak terencana akan
rnengakibatkan ketidakstabilan nilai-nilai ekologis dan :entunya rnerugikan kita secara ekonornis. Pernanfaatan surnberdaya ini dengan rnernperhatikan keseirnbangan lingkungan (ekologi) tentunya akan rnenjaga surnberdaya tersebut tetap lestari dan berkelanjutan.
!!I. METODE PENELlTlAN
3.1. Lokasi Penelitian Objek penelitian dan pengambilan data dilaksanakan di Pulau Bunaken Provinsi Sulawesi Utara yang lokasi penelitiannya dapat dilihat pada Gambar 3 yang disajikan dalarn bentuk Peta Tarnan Nasional Bunaken. Data rnengenai ekosistem terurnbu karang diarnbil pada dua desa yang terletak di Pulau Bunaken yang terdiri atas Desa Alungbanua dan Desa Bunaken yang dilakukan pada Bulan Agustus tahun 2005. Seluruh stasiun penelitian ditentukan posisi geografisnya dengan rnenggunakan GPS (global positioning system) yang berbasiskan satelit.
3.2. Metode pengambilan data Data yang digunakan pada penelitian ini rneliputi data primer dan data sekunder. Data sekunder yang digunakan dalarn penelitian ini berupa data kunjungan wisata 5 tahun terakhir di Tarnan Nasional Bunaken, serta data prosentasi tutupan karang hidup 5 tahun terakhir di 2 desa yang berada di Pulau Bunaken yakni Desa Alungbanua dan Desa Bunaken. Datadata tersebut dapat diperoleh pada instansi-instansi terkait serta beberapa diving club yang ada di dekat lokasi penelitian. Sedang untuk pengarnbilan data primer, sebelurnnya dilakukan survey pendahuluan dengan rnenggunakan peralatan rnenyelarn (snorkling dan SCUBA), yang rnana ha1 tersebut dirnaksudkan untuk rnelatih pengenalan dan pengidentifikasian biota-biota terurnbu karang dan sekaligus pengarnatan lokasi penelitian. Pengarnbilan data tutupan karang dilakukan dengan rnetode Survei Manta Tow. Pengarnatan
dilakukan
dengan
cara
rnenarik
seorang
pengarnat
dengan
rnenggunakan perahu berrnotor, untuk rnelihat berbagai jenis dan jurnlah habitat serta hal-ha1 lain yang bisa diarnati di terurnbu karang terutarna prosentasi tutupan karang. Adapun sebelurn dilakukan pengarnatan, alur survai tarikan ditandai pada peta. Setiap tarikan diarnbil posisi geografisnya dengan rnenggunakan GPS sedangkan larnanya tarikan dilakukan kira-kira 2 menit dengan jarak pengarnatan berkisar 100-150 m. Dengan pencatatan yang dilakukan pada white sheet di atas papan manta, hasilnya disajiksn dalarn bentuk tabel isian yang berupa luas tutupan suatu wilayah terurnbu karang dirnana tabel isian tersebu! seperti ditunjukan pada tabel 2.
Taman Nasional Bunaken
Kabupaten Minahasa
Gambar 3 Peta lokasi penelitian Sumber : Peta sumberdaya Manado-Minahasa-Bitung tahun 2004
Tabel 2 lsian manta tow Manta Tow Nama Lokasi :
Kota
Tanggal Pukul
Pengamat :
No. Tow
Waktu
:
Lokasi GPSlKompas Awal Akhir
Provinsi:
Persentasi Penutupan
Kedalaman
(m)
Karang Keras
Karang Lunak
Karang Mati
Alga
Catatan Pasirl Lumpur
Keadaan stasiun penelitian, seperti jangkauan (acces) diarnati dan dicatat berdasarkan waktu dan sarana tranportasi yang tesedia. Profil terurnbu karang diarnati berdasarkan kemiringan dan tipe topografi terurnbu. Dampak dan ancarnan aktivitas wisata bawah air serta potensi kerusakan terurnbu karang diarnati secara visual (Tomascik, 1991 ; UNEP, 1993).
Garnbar 4 Teknik pengarnbilan data. Sumber : Proyek pesisir-CRMP
Untuk rnengakomodasi aspek sosial rnasyarakat, rnaka dilakukan pengkajiaii dengan rnenggunakan rnetode analisa kekuatan lapang (UNESCO, 1993).
Untuk
pengarnbilan data kuisioner dilakukan pada rnasyarakat Pulau Bunaken dan pelaku wisata yang berdornisili di pulau tersebut. Sedangkan analisis SWOT dilakukan untuk rnenentukan prioritas strategi pengernbangan wisata di TN Bunaken.
Dirnana data yang didapat dikumpulan
langsung dari responden yang terdiri dari rnasyarakat yang berdornisili di Pulau Bunaken. 3.3. Analisis Data
Secara deskriptif, data hasil observasi lapangan diolah dan disajikan dalarn bentuk tabel, grafik dan garnbar. Pekerjaan ini dilakukan dengan bantuan computer untuk rnendeskripsikan kondisi tutupan terurnbu karang dan ktinjungan wisata guna rnendukung analisis dan interpretasinya. Dernikian juga dengan analisis kekuatan lapang dan analisis SWOT. Sesuai dengan rnetode yang digunakan, rnaka analisis data akan dilakukan dalarn 2 bagian terpisah, yaitu pertarna analisis yang rnerujuk pada ternpat atau surnberdaya alarn (analisis tutupan karang) berupa ekosistern terurnbu karang, dan kedua adalah lebih ke aspek sosial rnasyarakat (analisa kekuatan lapang) dan analisis SWOT.
3.3.1. Tutupan Karang dan Kunjungan Wisata Untuk rnengetahui pengaruh kunjungan wisata terhadap kondisi ekosistern terurnbu karang dapat dilakukan dengan rnelihat korelasi antara jurnlah kunjungan wisata selarna 5 tahun terakhir dengan neraca surnberdaya terurnbu karang. Fluktuasi kunjungan wisata akan diprosentasikan secara kurnulatif selarna lirna tahun terakhir, sedangkan evaluasi surnberdaya terurnbu karang dilakukan dengan neraca surnberdaya dirnana aktiva adalah tutupan karang tahun 2000 dan pasiva adalah tutupan karacg tahun 2005. Adapun isian untuk neraca surnberdaya dapat dilihat pada tabel 3. Sedangkan darnpak penyelarnan sebagai akibat dari tingginya kedatangan wisata hkan dianalisis batas toleransi penyelarnan di Pulau Bunaken berdasarkan lokasi /)enyelaman yang berada di pulau tersebut.
Tabel 3 Neraca surnberdaya untuk tutupan karang Pulau Bunaken Neraca Surnberdaya Terurnbu Karang Wilayah Pengelolaan : ProvinsilKota Luas Total Periode Waktu Prosentase (%)
Kondisi
Aktiva (Tahun Awal)
Pasiva (Tahun Akhir)
100
100
Sangat Baik Baik Sedang Buruk Jurnlah
Kondisi terurnbu karang yang akan dikorelasikan rneliputi prosentasi tutupail karang hidup, karang rnati, karang lunak, biotik lain, abiotik, patahan karang dan indeks rnortalitas. Data penutupan karang yang diperoleh dari pengukuran lifeform karang dihitung dengan rurnus (English eta/, 1994)
L = (LYN) x 100% Dinarna,
L = Presentase tutupan karang (%) Li = Panjang lifeforrn jenis kategori ke -i N = Panjang Transek (50 rn) Dari hasil perhitungan prosentasi tutupan karang hidup, akan diklasifikasikan kondisi
terurnbu
karang
tersebut
berdasarkan kategori
yang
dikernukakan
Bakosurtanal(2001) dan direkornendasikan di dalarn KEPMEN LH No. 04 Tahun 2001, seperti pada tabel berikut : Tabel 4 No
Klasifikasi kondisi terurnbu karang berdasarkan prosentasi jurnlah karang hidup KONDlSl
PROSENTASI KARANG HlDUP
1
75%-100%
Sangat Baik
2
50%-74%
Baik
3
25%-49%
Sedang
4
~ 2 5 %
Buruk
Adapun
prosentasi tutupan karang hidup dan data
kunjungan wisata
dibandingkan antara aktiva (tahun awal) dan pasiva (tahun akhir) yang keeratan hubungannya dianalisis dengan rnengunakan regresi linier sederhana (Pratisto, 2005) dengan persarnaan yang dibangun sebagai berikut ;
Dirnana,
X = kunjungan wisata (dependent variable) Y = tutupan karang (independent variable) a = konstanta regresi b = interseplkerniringan garis regresi Signifikan koefisien regresinya diuji dengan rne~ggunakan uji t, sedangkan keputusan pengujian aaalah jika -tbkl
Kekuatan Lapang Data analisa kekuatan lapang yang berupa kuisioner akan dianalisis berdasarkan
isu-isu utarna untuk rnengetahui perrnasalahan yang terjadi pada lokasi penelitian, serta efek yang dirasakan oleh masyarakat seternpat. Isu-isu utarna yang dilihat dalarn penelitian ini berupa : 1. Degradasi lingkcngan Masalah degradasi hutan Masalah rendahnya kualitas udara Masalah rendahnya kualitas tanah 2. Berkurangnya surnberdaya
.
Masalah berkurangnya sumberdaya flora dan fauna
3. Tingginya perturnbuhan penduduk
Masalah tingginya perturnbuhan penduduk dan rendahnya ekonorni
4. Status wanita dan perlindungan anak
Masalah rendahnya status wanita Masalah tidak adanya perlindungan terhadap kesejahteraan anak 5. Pelayanan dan perawatan kesehatan Masalah perawatan kesehatan rendah
-
6. Management wisata
Masalah inefisiensi pengelolaan fasilitas dan pelayanan wisata.
Analisis
ini,
akan
dilanjutkan
dengan
penentuan
'strategies
for
actionhmplementation' dan 'target groups' dari tiap isu dan perrnasalahan yang terekam, serta 'partners' yang direkornendasikan untuk tiap-tiap strategi. 3.3.3. Analisis SWOT
Strategi pengelolaan kawasan wisata berkelanjutan dapat dilakukan dengan pertarna-tarna rnengetahui darnpak kegiatan wisata bagi lingkungan dan masyarakat. Darnpak disini dapat dikatakan pengaruh kegiatan wisata terhadap terumbu karang dan rnasyarakat. Tentunya darnpak terbagi dua yaitu darnpak positif dimana dampak tersebut rnernberikan rnanfaat, dan darnpak negatif adalah darnpak yang merugikan. Untuk dapat menelaah dampak digunakan analisis SWOT yaitu analisis kualitatif yang digunakan untuk mengidentifikasikan berbagai faktor secara sistematis untuk rnemforrnulasikan strategi suatu kegiatan. Analisis ini didasarkan pada logika yang dapat rnernaksirnalkan kekuatan dan peluang suatu kegiatan umum secara bersamaan dapat meminirnalkan kelemahan dan ancarnan, analisis ini dikatakan analisis situasi (Rangkuti, 2005). Dengan analisis SWOT, darnpak kegiatan wisata terhadap rnasyarakat digolongkan kedalam faktor eksternal (peluang dan ancarnan) atau dikatakan darnpak secara langsung, dan faktor internal (kekuatan dan kelernahan) atau dikatakan dampak secara tidak langsung. Kedua faktor tersebut rnemberikan darnpak positif yang berasal dari peluang dan kekuatan, dan darnpak negatif yang berasal dari ancarnan dan kelernahan. Diagram analisis SWOT disajikan pada Gambar 5.
BERBAGAI PELUANG 3.Mendukung strategi turn aroun
KEKUATAN INTERNAL
1.Mendukung strategi agresif
KEKUATAN INTERNAL
4.Mendukung strategi defensif
2.Mendukung strategi diversifikasi
BERBAGAI PELUANG Garnbar 5
Diagram analisis SWOT.
Kuadran 1 : Merupaka situasi yang sangat rnenguntungkan karena rnerniliki peluang dan kekgatan sehingga dapat rnernanfaatkan peluang yang ada. Strategi yang harus diterapkan dalarn kondisi ini adalah rnendukung kebijakan perturnbuhan yang agresif ( Growth Oriented Strategy). Kuadran 2 : Meskipun rnenghadapi berbagai ancarnan, narnun rnasih rnerniliki kekuatan dari segi internal. Strategi yang harus digunakan adalah rnenggunakan kekuatan untuk rnernanfaatkan peluang jangka panjang dengan cara diversifikasikan. Kuadran 3: Menghadapi peluang pasar yang sangat besar tetapi dilain pihak rnenghadapi berbagai kendalahlkelernahan internal. Fokus strateginya adalah rnerninirnalkan rnasalah-rnasalah internal sehingga dapat rnerebut peluang yang lebih baik. Kuadran 4: Merupakan situasi yang sangat tidak menountungkan karena menghadapi berbagai ancarnan dan kelemahan internal. Dalarn rnenentukan strategi yang baik, diberikan pernbobotan yang berkisar antara 0,O - 1,O dirnana masing-masing faktor harus rnerniliki bobot total sejurnlah 1,O. Nilai 0,O adalah unsur yang pa!ing tidak penting dan nilai 1,O adalah unsur yang paling penting. Selanjutnya masing-masing diberi ranking yang berkisar antara 1 - 4
. Nilai 1
berarti kurang rnernpengaruhi, nilai 2 cukup rnernpengaruhi, nilai 3 rnernpengaruhi dan
nilai 4 sangat rnernpengaruhi. Kernudian bobot dikalikan dengan ranking sehingga diperoleh total nilai. Strategi yang diperlukan adalah bagairnana rnernaksirnalkan kekuatan dan peluang suatu kegiaian wisata terhadap rnasyarakat lokal, narnun secara bersarnaan dapat rnerninirnalakan kelernahan dan ancarnan kususnya terhadap rnasyarakat lokal, dengan dernikian diperlukan srategi. Dalarn SWOT teknik rnenetukan strategi adalah rnelalui strategi silang dari keernpat faktor tersebut yaitu: Strategi KP, yaitu strategi yang rnernanfaatkan seluruh kekuatan untuk rnerebut dan mernanfaatkan peluang yang sebesar-besarnya. Strategi LP, yaitu strategi yang rnerninirnalkan kelemahan untuk rnemenfaatkan
-
peluang. Strategi KA, yaiiu strategi yang rnenggunakan kekuatan untuk rnengatasi ancarnan.
e
Strategi LA, yaitu strategi yang rnerninirnalkan kelernahan dan rnenghindari ancarnan.
IV. KEADAAN UMUM LOKASI PENELlTlAN 4.1. Gambaran Umum Pulau Bunaken
Secara geografis Pulau Bunaken terletak dalarn posisi geografis antara 1°36'00.47'-1037'17.39'~~dan 124'44'08.23'-124°46'57.81'~~dengan luas daratan pulau jika diukur dari pasang tertinggi adalah 704,33 ha. Menurut Bakosurtanal (1998), Pulau Bunaken mernpunya tipe tanah berupa sistern lahan pantai, daratan dan perbukitan. Perairan pantainya yang termasuk taut sulawesi, relatif terlindungi oleh gugusan pulau yang mengelilinginya. Adapun gugusan terumbu karang rnengelilingi pulau yang bentuknya serupa dengan senjata orang aborigin yang dikenal dengan boomerang. Dengan luas terumbu total 531,4 ha. dimana 26,6 ha berbentuk lereng terurnbu, 510 ha dataran serta 3,8 ha berbentukgoba. Hamparan terurnbu karang di perairan Pulau Bunaken, lebarnya dapat rnencapai 2,5 km. Yang sangat spesifik adalah formasinya yang dirnulai dengan karang datar di kedalaman
* 5 meter, kemudian mernbentuk bukit-bukit di bawah air,
sampai ke tebing vertikal ke bawah (drop off) yang ratusan meter (undenvafer greatwalls). Di habitat ini, terutama pada tebing bawah air, rnemiliki banyak sekali gua, ceruk dan rekahan yang tertutup sponge beraneka warna, dan dihuni berbagai jenis vertebrata dan invertebrata laut. Selain karang, terdapat pula biota laut lainnya seperti akar bahar, karang kipas, karang lunak, hydroid penyengat, cacing laut, bintang laut, teripang. Habitat ini dihuni oleh beraneka macam ikan yang jurnlahnya rnencapai lebih dari 2.000 jenis seperti jenis ikan Napoleon, dan jenis ikan purba yaitu lkan Raja Laut (Coellacanth) yang sernula diperkirakan sudah punah, dan sejauh ini diketahui habitatnya hanya ada di perairan Kepulauan Grande Cornorro dan Anjou di lepas pantai Afrika.
Berdasarkan PP No. 22 Tahun 1988 Pulau Bunaken secara administratif terrnasuk dalarn wilayah Kota Manado dan merupakan bagian dari Kecarnatan Molas. Adapun Pulau Bunaken terbagi atas 2 desa yaitu Desa Gunaken dan Desa Alungbanue. 4.1.1. Keadaan Umum Desa Alungbanua
Desa Alungbanua dapat akses dari pelabuhan Manado menggunakan perahu motor yang tersedia setiap hari pada jam 16.00 dengan dengan biaya transportasi berkisar antara 3000-5000 dan waktu tempuh kira-kira 40 rnenit sampai 1 jam perjalanan (15,5 km). Namun pada prinsipnya Desa Alungbanua dapat di akses kapan
saja dengan rnenggunakan perahu bervotor karena keadaan laut pada urnurnnya tenang. Narnun ha1 tersebut memungkinkan kita untuk rnengeluarkan biaya lebih. Desa Alungbanua berpenduduk 861 jiwa dengan rnayoritas masyarakatnya beragarna Kristen dan didominasi oleh etnik Sangir Siau. Jalan-jalan desa terbuat dari sernenlbeton yang menghubungkan rumah-rumah serta berbagai fasilitas desa lainnya seperti tempat ibadah. Fasilitas listrik tersedia pada rnalam hari rnulai dari jam 18.00 sarnpai jam 06.00 pagi. Surnber air yang ada berupa mata air dan surnur. Adapun aktifitas ibu-ibu di desa tersebut hanya sebagai ibu rurnah tangga biasa dan ada sebagain yang membantu pekerjaan suarni dengan rnenjual ikan hasil tangkapan. Sarana sekolah yang tersedia adalah gedung SD dengan tenaga pengajar berjurnlah 5 orang, sedangkan untuk sekolah lanjutannya biasanya warga rnelanjutkan ke Pulau Manado tua II atau~unKota Manado. Ciri alami Desa Alungbanua adalah cukup sejuk jika dibandingkan dengan desa-desa lain yang berada di pesisir. Adapun keadaan desa terlihat tertata dengan rapi dan di kanan-kiri jalan banyak ditanarni pohon. Kehidupan sehari-hari rnasyarakat adalah sebagai nelayan (65 jiwa) dan petani (391 jiwa). Untuk lebih rincinya keadaan urnurn Desa Alungbanua, terlihat pada tabel Profil desa berikut: Tabel 5 Profil Desa Alungbanua Keadaan Luas Desa Penduduk Perempuan Laki-laki Kepadatan Kepala keluarga Etnik Mata pencaharian Kristen Protestan Kristen Katolik Islam Gereja Mesjid IMusholah SD SMP SMU Lulusan SD Lulusan SMP Lulusan SMU Perguruan Tinggi Guru
Keterangan 391,9 Ha 861 jiwa 485 j'wa 376 jiwa 208 KK Siau, Minahasa Petani, nelayan 861 orang
4 buat:
1 buah
432 orang 275 orang 54 orang 5 orang 9 orang
Lanjutan Tabel 5 Keadaan Dokter Mantri kesehatan Bidan Desa Perawat Puskesmas Pernbantu Klinik Perahu Tradisional Perahu Motor Rurnah Perrnanen Rumah Non Perrnanen Listrik Telepon Air bersih Luas Perkebunan Luas Mangrove Luas Padang Lamun Hasil Pertanian Hasil Perikanan Potensi Alarn Pusat lnforrnasi Desa
Keterangan
-
-
92 21 162 buah 41 buah 84
300 Ea 61 Ha 80 Ha Kopra lkan karang, pelagis Ada pusat inforrnasi
4.1.2. Keadaan Umum Desa Bunaken
Seperti halnya Desa Alungbanua, Desa Bunaken juga bisa diakses dari pelabuhan Manado dengan menggunakan perahu taksi yang waktu tempuhnya berkisar 40 menit sampai 1 jam perjalanan (jarak 15,5 km). Adapun perahu-perahu tersebut tersedia setiap hari mulai jam 16.00. Desa Bunaken terbagi atas 6 lingkungan yang salah sattinya mencakup Pulau Siladen dengan iuas desa 535 ha. Sedangkan jurnlah penduduk 2852 jiwa dengan 1429 jiwa diantaranya perempuan dan sisanya 1390 jiwa laki-laki. Mayoritas beragama Kristen (1939 jiwa) dan etnik sangir dan rninahasa rnendominasinya. Sebagaimana Desa Alungbanua, jalan-jalan di Desa Bunaken juga terbuat dari semenlbeton. Fasilitas listrik tersedia hanya 12 jam sehari, mulai jam 18.00 sampai jam 06.00.
Sebagai desa wisata yang terkenal, penduduknya banyak yang bekerja
sebagai pemandu wisata namun nelayan (765 jiwa) dan petani (438 jiwa) masih merupakan pekerjaan pokok sebagian besar penduduknya. Sarana pendidikan yang tersedia hanya gedung sekolah SD dan SMP, sedangkan untuk melanjutkan sekolah ke jenjang yang lebih tinggi penduduknya harus pergi ke Manado. Untuk informasi yang lebih lengkapnya tentang desa ini, diperlihatkan pada tabel profil desa berikut.
Tabel 6 Profil Desa Bunaken Keadaan
Keterangan
Luas Desa Penduduk Kepadatan Kepala keluarga Etnik Mata pencaharian Kristen Protestan Kristen Katolik Islam Gereja Mesjid 1 Musholah TK
726 KK Sangir, Minahasa, Gorontalo Nelayan, petani 2132orang 6 orang 714 orang 6 buah 1 buah 2 buah
SD
4 buah
SMP SMU Lulusan SD Lulusan SMP
1 buah
Lulusan SMU Perguruan Tinggi Guru Dokter Mantri kesehatan Bidan Desa Perawat Puskesrnas Pernbantu Klinik Perahu Tradisional Perahu Motor Rumah Perrnanen Rurnah Non Perrnanen Listrik Telepon Air bersih Luas Perkeounan Luas Mangrove Luas Padang Larnun Hasil Pertanian Hasil Perikanan Potensi Alarn Pusat lnforrnasi Desa
800 Ha 2852 jiwa
253 orang 168 orang
25 orang
2 orang - orang 1 buah 100 26 74 buah 650 buah
Kopra Cakalang Ada usa at inforrnasi
V. HASlL DAN PEMBAHASAN
5.1. Kondisi Tutupan Karang
Keindahan terumbu karang dan keanekaragaman hayati biota yang berasosiasi didalamnya merupakan daya tarik utama wisata bahari di kawasan TN Bunaken. Formasi pertumbuhan karang yang berada di kawasan ini terkategorikan dalam tipe terumbu penghalang dan terumbu tepi. Pemaparan tentang data terumbu karang di Pulau Bunaken yang diperoleh baik itu berupa data primer maupun sekunder dilakukan dalam bentuk evaluasi dengan neraca sumberdaya terumbu karang yang interval waktu adalah 5 tahun dan aktiva (tahun awal) ditentukan tahun 2001 serta pasiva terkondisi pada iima tahun berikutnya yaitu tahun 2005 (tahun akhir). Berdasarkan peta sumberdaya yang bersumber dari peta informasi geografis Provinsi Sulawesi Utara 2004 terlihat bahwa kategori tutupan karang di Pulau Bunaken terkategorikan rusak (<25%) hingga baik (50-75%).
Adapun kategori cukup baik
mendominasi tutupan di hampir semua lokasi pulau ini. Penyebaran kategori buruk terlihat pada daerah utara dan selatan Pulau Bunaken yang merupakan bagian dari Desa Bunaken.
Kondisi Terumbu Karang di Pulau Bunaken
Legenda
Sangat Baik
Baik Cukup Baik
Rusak
Gambar 6 Peta kondisi terumbu karang di Pulau Bunaken Sumber : Modifikasi data GIs peta sumberdaya Manado, Minahasa, Bitung 2004.
Aktiva (Tahun Awal) Melihat dan rnenganalisa data yang diperoleh dari Balai Tarnan Nasional Bunaken serta beberapa kurnpulan hasil penelitian yang dilakukuan sepanjang tahun 2001 hingga 2004 tentang tutupan karang di Pulau Bunaken, terlihat bahwa terjadi penurunan prosentasi tutupan karang hidup di antara tahun 2002 sarnpai 2004. Bagairnanapun penurunan tersebut belurn terlalu rnengkuatirkan karena terlihat rnasih dalarn satu kisaran kategori yaitu baik (50-74%) di Desa Bunaken dan sedang (2549%) di Desa Alungbanua. Adapun peningkatan prosentasi tutupan karang terlihat terjadi pada tahun 2001 ke 2002 yang niana ha1 tersebut rnungkin saja terjadi karena adanya revisi zonasi di sekitar tahun tersebut ataupun bisa juga karena tidak sarnanya lokasi serta jurnlah titik pengarnatan. Narnun untuk tahun-tahun selanjutnya terlihat terjadi penurunan yang walaupun rnasih dalarn cakupan kategori yang sarna tapi terllihat konstan. untuk lebih jelasnya, fluktuasi prosentasi tutupan karang di Pulau Bunaken selarna tahun 2001 sarnpai tahun 2004 akan disajikan dalarn bentuk tabel di bawah ini. Tabel 7 Fluktuasi prcsentasi tutupan karang di Pulau Bunaken No
1 2
Lokasi
Desa Bunaken Pangalisang Desa Alungbanua FukuilMandolin
Kondisi Terurnbu Karana Karang Hidup % Th 2001 Th 2002 Th2003
2004
45,33
55,65
5543
55
34,47
40,OO
40,OO
36
Surnber : BTNB. Pasiva (Tahun Akhir) Sebagairnana hasil pengarnatan dengan rnenggunakan rnetode Manta tow
-
pada dua desa yang terdapat di Pulau Bunaken, terlihat bahwa kategori tutupan karang di titik pengarnatan Desa Alungbanua termasuk dalarn kategori sedang (2549%) dan buruk (<25%) dengan perbandingan 60% kategori sedang d m 40% kategori buruk. Dari 10 titik pengarnbilan contoh yang dilakukan, di desa ini, diternukan kategori buruk sebanyak 4 tarikan dengan prosentasi tutupan di bawah 25 %. Tentunya ha1 ini sangat rnengkuatirkan karena keberlangsungan wisata di Pulau Bunaken sangat di pengaruhi oleh ketersediaan atraksi utarna yang ditawarkan kawasan ini yaitu ekosistern terurnbu karang dengan keanekaragarnan hayatinya.
Secara keseluruhan, kategori prosentasi tutupan karang Desa Alungbanua tenasuk dalarn kriteria sedang dengan angka prosentasi 34%. Kriteria ini didapat dari rata-rata prosentasi tutupan karang pada tiap titik pengarnatan yang dilakukan. Sebagairnana hasil analisis data manta tow, kriteria tutupan karang di Desa Alungbanua didorninasi oleh prosentasi tutupan karang dengan klasifikasi sedang. Hal tersebut diperlihatkan pada garnbar 10.
Sedang
Buruk
i
75100% =Sangat Baik 50-74% =Baik 25-49% =Sedang ~ 2 5 % =Buruk
Garnbar 7
Kriteria tutupan karang di Desa Alungbanua.
Hasil pengarnatan yang dilakukan pada Desa Bunaken rnenunjukan kategori tutupan karang yang relatif lebih baik dari Desa Alungbanua, dirnana kelas tutupan karang tercatat 80% rnerniliki kategori sedang (25-49%) dengan sisanya 20% terkategori baik (50-74%). Seperti juga Desa Alungbanua, pada Desa Bunaken di lakukan pengarnatan sebanyak 10 titik tarikan yang rnana rata-rata kategori tutupan karang di desa ini berkriteria sedang dengan nilai prosentasi sebesar 45%. Keadaan yang rnasih relatii baik ini rnenunjukan bahwa kegiatan wisata pada daerah ini rnasih dalarn arnbang batas yang bisa ditoleransi rneskipun penurunan prosentasi tutupan karang terjadi pada tiap tahunnya.
Untuk lebih jelasnya kriteria tutupan karang di
Desa Bunaken, disajikan pada garnbar 11.
75100% =Sangat Baik
/m
50-74% =Baik
Baik
lrrr Sedang
2549% =Sedang ~ 2 5 % =Buruk
Gambar 8
Kriteria tutupan karang di Desa Bunaken
5.2. Kunjungan Wisata
Data kunjungan wisata ke TN Bunaken selama lima tahun terakhir menunjukkan peningkatan yang cukup signifikan. Berdasarkan data kunjungan wisata tahun 2001, jumlah wisatawan yang berkunjung ke TN Bunaken hanya tercatat 15.066 yang terdiri dari 5194 wisatawan mancanegara dan sisanya wisatawan nusantara dan pelajar (tabel 7) dengan kontribusi biaya masuk ke pengelola TN sebesar Rp 419,013,750. Adapun trend peningkatan kunjungan mulai terlihat pada tahun 2002 (25.486 wisatawanltahun) dengan prosentasi peningkatan 59% jika dibanding kunjungan tahun sebelumnya (Gambar 6) dimana total pendapatan dari biaya masuk mencapai Rp 983,750,500 atau peningkatan di atas 100% dari tahun 2001 (Tabel 7). Tourism Arrivals Bunaken NP 2001-2002
-mx-2001 L o c a l Guests -2002 Foreign Guests -4h5-2002 L o c a l Guests
Month
Gambar 9
Kunjungan wisata di TN Bunaken tahun 2001-2002 Sumber : DPTNB.
Tabel 8 Kornposisi pengunjung di TN Bunaken tahun 2001 2OOi Number Sold (15 Mar-31 Dec)
Foreign Guests Annual Entrance Tags Foreign Guests Daily Entrance Tickets Local Guests Adult Entrance Tickets Local Guests Student Entrance Tickets TOTALS
2001 Revenues Received
2002 Number Sold (1 Jan41 Dec)
2002 Revenues Received
5194
Rp 396,650,000
5294
Rp 795,335,500
NIA
NIA
2368
Rp 146,400,000
8387
Rp 20,678,750
14,525
Rp 36.315.000
1485
Rp
2,910
Rp 2,910,000
15.066
Rp 419.013.750
25,697
Rp 983.750.500
1,485,000
Surnber : DPTNB. Kornposisi jurnlah pengunjung di TN Bunaken adalah 30% wisatawan rnanca negara dan 70% wisatawan lokal dan pelajar. Wisatawan rnancanegara bervariasi bila dilihat dari negara asalnya, dengan prosentasi tertinggi adalah Taiwan dan diikuti oleh Italia, lnggris dan Jerrnan. Rata-rata usia dari wisatawan-wisatawan tersebut berkisar antara 17-50 tahun dirnana rnereka tergolong pada kelornpok mainstream dan casual tourist atau wisatawan yang rnernbutuhkan tingkat pelayanan dan akornodasi yang lengkap. Wisatawan lokal terdiri atas wisatawan yang datang dengan tujuan rekreasi dan penelitian. Adapun peningkatan wisatawan lokal terlihat pada saat-saat libur akhir rninggu dan keadaan-keadaan tertentu seperti saat penelitian, studi tour, wisata religius serta kegiatan pelatihan oleh instansi pernerintah dan LSM. Pada tahun 2003 wisatawan yang berkunjung ke kawasan TN. Bunaken ini rneningkat 52% jika dibandingkan dengan kunjungan tahun 2002.
Adapun
perbandingan kunjungan wisatawn dari tahun 2001 hingga 2003, terlihat peningkatan yang nyata dari tahun ke tahun (Garnbar 7). Peningkatan tersebut disebabkan oleh kondusifnya kearnanan di Provinsi Sulawesi Utara jika dibandingkan dengan daerahdaerah lainnya di Nusantara dan tentunya daya tarik ekosistern terurnbu karangnya serta keanekaragarnan hayati yang di tawarkan TN Bunaken
-
-
~
~
~
2001 Foreign ~ u e s t d rn 2002 Foreign Guest4 2003 Foreign Guestq 2001 Local Guests
/
Local Guests j kti 2003 Local Guests km 2002 -~
Jan
March May
July
Sept
/
~
Nov
Garnbar 10 Kunjungan wisata di TN Bunaken tahun 2001-2003 Sumber : DPTNB Berdasarkan data terbaru yang diperoleh dari DPTN Bunaken menunjukan bahwa pada tahun 2005 sampai bulan Maret saja, wisatawan yang berkunjung ke TN Bunaken sudah mencapai 8.093 orang. Adapun sesuai pengalaman selama ini bahwa kunjungan wisatawan tertinggi akan terjadi pada bulan Juli hingga September, dengan dernikian sudah dipastikan bahwa pada tahun 2005 akan terjadi peningkatan kunjungan wisatawan yang cukup signifikan. Estimasi data kunjungan wisata tahun 2005 di TN Bunaken disajikan pada gambar 8. Estimasi Kunjungan Wisata Tahun 2005 di TN Bunaken
.
...~~ ~~
! --r--Foreign arrivals I f
I
Gambar 11
-Local ~
-~
arrivals .
'i
~
/
Estimasi jumlah kunjungan wisata di TN Bunaken tahun 2005 Sumber : Hasil rnodivikasi data DPTNB
Jika rnelihat trend kunjungan wisata lirna tahun terakhir yang terus rneningkat (tabel 8) rnaka sudah selayaknya perkernbangan ini rnenjadi suatu ha1 yang rnengernbirakan bagi perkernbangan wisata di TN Bunaken kususnya dan Provinsi Sulawesi Utara pada umurnnya. Narnun ha1 ini juga perlu di siasati dengan hati-hati oleh pengelola TN Bunaken, karena dalarn strategi dan pengelolaan wisata haruslah rnernperhatikan daya dokung lingkungan terlebih lagi wisata bahari yang ditawarkan TN Bunaken rnerupakan salah satu ekosistern yang rapuh (Soernarwoto. 2004). Tabel 9 Kunjungan wisata Ke TN Bunaken tahun 2001-2005 No Tahun 1 2001 2 2002 3 2003 4 2004 5 2005 Surnber : DPTNB.
Domestik
&%6 27.894 26.403 4.788
Manca Neqara
:;;8.215 2:
9.824 3.305
Total
E:%
36.106 36.227 8.093
5.3. Perbandingan Neraca Sumberdaya Tutupan Karang
Hasil isian Neraca Surnberdaya Tutupan karang di Pulau Bunaken dengan tahun awal (aktiva) ditentukan tahun 2001 dan tahun akhir (pasiva) tahun 2005 terlihat bahwa pada Desa Bunaken terjadi penurunan kategori prosentasi tutupan karang hidup dengan kondisi baik. Adapun penurunan tersebut terlihat dirnana pada tahun awal, prosentasi tutupan tercatat 36% narnun pada tahun akhir (Pasiva) rnenurun rnenjadi 20%. Terlihat juga bahwa kategori buruk tidak terdapat lagi pada tahun 2005 yang sebelurnnya (pada tahun awal) terekarn sebesar 7%. Untuk lebih jelasnya fluktusasi perubahan kondisi tutupan karang di Desa Bunaken diperlihatkan pada tabel
8. Sebagaimana terjadi pada Desa Bunaken, hasil pengarnatan Manta tow di Desa Alungbanua juga rnengalarni penurunan dari kategori prosentase tutupan yang terekam (sedang) dirnana pada tahun awal sebesar 84% rnenjadi 60% pada tahun akhir. Bagairnanapun kondisi tersebut rnenyebabkan periingkatan kategori buruk dari
16% di tahun awal rnenjadi 40% di tahun akhir. Penurunan kondisi teiilmbu karang ini, lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel 10. Dari hasil evaluasi dengan rnenggunakan neraca surnberdaya terurnbu karang tersebut telah terlihat bahwa penurunan prosentasi pada kedua desa di Pulau Bunaken telah terjadi. Dimana penurunan kondisi terurnbu karang terbesar terdapat pada Desa Alungbanua, walaupun pada kenyataannya penurunan yang tejadi rnasih dalarn satu kategori tutupan namun apabila tidak ditangani dengan serius rnaka ancarnan degradasi dapat terjadi, rnengingat tingkat perturnbuhan alarni karang sangat larnbat.
Tabel 10 Neraca sumberdaya terumbu karang Pulau Bunaken Prosentase (%) Aktiva (Tahun Awal)
Pasiva (Tahun Akhir)
Thn. 2001
Thn. 2005
-
-
Baik
36
20
Sedang
57
80
Buruk
7
-
Jumlah
100
100
Buruk
16
40
Jurnlah
100
100
Bunaken Sangat Baik
Alungbanua Sangat Baik Baik Sedang
5.4. Analisis Regresi Pengaruh Kunjungan Wisata Terhadap Tutupan Karang Untuk mengetahui seberapa jauh pengaruh kunjungan wisata terhadap perubahan kondisi terumbu karang, maka dilakukan analisis dengan regresi linier sederhana. Adapun interpretasi dari basil analisis regresi pengaruh kunjungan wisata terhadap prosentasi tutupan karang, dipaparkan sebagai berikut : lnterpretasi Hasil Analisis Regresi Tabel Descriptive Statistics menunjukan bahwa : Rata-rata persen Tutupan Karang adalah 54,0750 Rata-rata Tingkat Kunjungan Wisata adalah 6968,6000 Standar deviasi tutupan karang adalah 2,2379 Standar deviasi kunjungan wisata adalah 1428,1459 Tabel Corelation Corelation pearson = -,I41
Nilai -,I41 rnerupakan nilai r hitung. Angka ini rnenunjukan korelasi atau hubungan negatif antara kunjungan wisata dengan prosentase tutupan karang, artinya jika kunjungan wisata rneningkat maka akan terjadi penurunan prosentase tutupan karang. Probabilitas = 0,410 Oleh karena diketahui bahwa korelasi adalah negatif rnaka dlakukan uji kiri satu sisi dan terfihat probalitas 0,410 atau lebih besar dari taraf signifikan (0,005) yang berarti hubunganlkorelasi tidak signifikan. Tabel variable enteredkemoved Sesuai dengan kriteria use probability of F entry 0,05 dan dan removed 0,10 rnaka dapat dilihat bahwa variabel kunjungan wisata rnasuk dalam persarnaan karena rnemenuhi kriteria. Dari variable removed, dapat dilihat bahwa tidak ada variable prediktor yang dikeluarkan. Dalarn pemilihan rnetode, yang digunakan adalah rnetode enter. Tabel model summary Nilai koefisien korelasi (R) antara variabel kunjungan wisata dengan persen tutupan karang adalah 0,141, yang berarti bahwa hubungan antara kunjungan wisata dengan 2ersen tutupan karang adalah 14,lO %. Dari tabel model summary didapai koefisien deterrninasi yang tejadi adalah 0,020, yang artinya 2 % vanasi yang terjadi terhadap tutupan karang disebabkan variasi kunjungan wisata dan sisanya 98 % tidak dapat diterangkan. Kesalahan standar dari penaksiran adalah 2,5582. Tabel anova Untuk rnengetahui tepat tidaknya penaksiran yang dilakukan rnaka dibandingkan probabilitas 0,410 dengan taraf nyata 0,05. karena probabilitas lebih besar dari taraf nyata rnaka model ditolak. Uji t Untuk rnenguji signifikan koefisier: regresi rnaka dilakukan uji t.
Hipotesis yang
dibangun adalah : Ho=kunjungan wisata tidak berpengaruh nyata terhadap persen tutupan karang Hl=kunjungan wisata berpengaruh pada persen tutupan karang Pengambilan Keputusan Jika
rn2ka Ho diterirna
Jika thitung<-ttabel atau thitung> flabel rnaka Ho ditolak thitung= -0,247
tingkat signifikan = 0,05 Derajat bebas (5-2)= 3 flabel= 3,183 rnaka Ho ditolak, artinya kunjungan wisata berpengaruh secara Oleh karena thitung
Dengan rneningkatnya jurnlah kunjungan wisatawan dornestik ke Tarnan Nasional Bunaken (harnpir 78% dari tahun 2002, dan total kedatangan yang rnencapai 75%) harus ditanggapi dengan hati-hati oleh pihak Pengelcla Tarnan Nasional Bunaken. Sebagairnana perkernbangan yang terjadi bahwa pengunjung Tarnan Nasional Bunaken rnulai beralih kepada kegiatan rnenyelarn, rnaka potensi degradasi terurnbu karang akan sernakin besar. Untuk rnengantisipasi perkernbangan tersebut, diharapkan pengelola Tarnan Nasional rnulai rnernikirkan strategi yang tepat untuk rnempertahankan kesinarnbungan
sumberdaya
yang
tentunya
dengan
tidak
rnengurangi pendapatan dari aktivitas wisata tersebut. Sebagairnana data dari Dewan Taman Nasional Bunaken rnernperlihatkan bahwa setidaknya 9000 penyelarn berkunjung ke kawasan terurnbu karang di Sulawesi Utara setiap tahunnya. Adapan jurnlah penyelarn ini dilayani oleh sekitar 40 operator selarn yang rnenyediakan layanan panduan selarn dengan rasio satu pernandu untuk ernpat penyelarn untuk total penyelarn yang rnencapai 11.250 orang setiap tahunnya. Rata-rata setiap penyelarn rnelakukan 15 kali penyelarnan selarna berada di kawasan selarn atau total antara 110.000 sarnpai 225.000 penyelarnan setiap tahunnya. Adapun dari wawancara dengan beberapa pekerja wisata, didapatkan inforrnasi bahwa kerusakan terbesar akibat penyelarn terjadi di lokasi selarn dengan tingkat penyelarnan tinggi seperti kerusakan karang akibat pernbuangan jangkar, tertabrak perahu dan penyelarn yang berdiri di a:as terurnbu karang. Kerusakan juga terjadi pada dinding karang sebagai akibat darnpak gelernbung oksigen penyelarn secara bzrkala. Menurut sejurnlah pernandu wisata selarn, telah terjadi penurunan kualitas lingkungan berupa berkurangnya atau bahkan hilangnya spesies ikan karang dan penurunan persentase tutupan karang di tempat-tempat dengan tingkat kunjungan penyelarnan yang tinggi, ha1 tersebut ditenggarai sebagai akibat dari pernanfaatan yang berlebihan dari kegiatan penyelaman itu. Kejadian tersebut telah mernbenarkan pernyataan Dutton et. a1 (2004) bahwa peningkatan kegiatan rnanusia dalarn
pemanfaatan ekosistem terumbu karang dapat menyebabkan kerusakan pada ekosistern ini. Dari data neraca sumberdaya terurnbu karang di Pulau Bunaken, terjadi penurunan kategori baik yang mencapai 20 % sedangkan kategori buruk rneningkat hingga 40 %. Hal tersebut tentunya telah rnernbenarkan bahwa di Pulau Bunaken yang rnerupakan lokasi dengan tingkat penyelaman tinggi telah terjadi penurunan kualitas sumberdaya terumbu karang. Hasil evaluasi yang dilakukan selarna 5 tahun tersebut tentunya telah menunjukan bahwa dampak dengan tingkat tertinggi yang terjadi di Pulau Bunaken adalah yang berhubungan dengan kegiatan penyelarnan. Untuk rnengantisipasi dampak tersebut, Setidaknya monitoring bisa rnenjadi alat yang sangat bermanfaat dalam mernahami kondisi suatu lokasi. Bagairnanapun tanggapan rnanajemen proaktif dan konsep
LAC (batas perubahan yang dapat diterima) bisa
dipergunakan untuk rnernbedakan darnpak yang dapat dikendalikan dan yang tidak terkendali (Oliver 1995, Rouphael dan lnglis 2002). Kapasitas Daya Dukung Penyelaman di Pulau Bunaken Hawkins
dan
Roberts
(1997)
rnerekomendasikan
5,000-6,000
penyelarnan/lokasi/tahun bisa digunakan untuk perkiraan kapasitas keseluruhan dari suatu wilayah yang dilindungi untuk rnendukung penyelaman rekreasi, tergantung pada banyaknya lokasi penyelaman yang tersedia. Dixon dkk (1993) mengusulkan arnbang batas 4,000- 6,000 penyelarnan/lokasi/tahunpada lokasi Bonaire (laut Caribbean). Jika rnerujuk dari rekomendasi batas kapasitas penyeleman setiap tahunya pada kawasan-kawasan penyelarnan di atas, maka Pulau Bunaken bisa dikatakan telah rnelarnpaui batas daya dukung yang direkornendasikan. Dari data biaya rnasuk ke TN Bunaken 2001-2003 didapat sekitar 8000 penyelarnltahun yang rnelakukan aktifitas di TN Bunaken. Adapun angka tersebut belurn terrnasuk jumlah penyelaman yang tidak terdaftar pada DPTNB yang bisa mencapai 1000 penyelarnltahun, jadi diasumsikan bahwa aktifitas penyelaman di Taman Nasional Bunaken bisa rnencapai 90001tahun. Menurut DeVantier and Turak (2003) Lebih dari 6000 penyelamltahun dilayani oleh operator selarn yang tersebar di sekitar lokasi Taman Nasional Bunaken, dengan setiap harinya berkisar 3 sampai 6 perahu beroperasi rnelayani penyelam yang ingin menikmati keindahan tarnan laut Bunaken. Jika 10.000 penyelam yang datang ke TN Bunaken melakukan 10 kali penyelaman di 15 titik penyelaman yang tersebar di P U ~ U Bunaken, maka terdapat 6.667 aktivitas penyelaman pada tiap lokasi per tahun.
Adapun ha1 tersebut sudah rnelarnpaui batas rekornendasi yang'diberikan Howkins and Robers yaitu 5.000-6.000 penyelaman/lokasi/tahun. Hasil perhitungan kapasitas daya dukung dalarn ha1 ini batas perubahan yang bisa ditoleransi (LAC) khusus di Pulau Bunaken, terlihat bahwa jika terdapat 8.000 penyelam yang rnengunjungi Pulau Bunaken dan rnelakukan aktifitas penyelarnan sebanyak 15 kali di tiap dive point yang tersebar di Pulau tersebut, maka kapasitas toleransi penyelarnan akan terlarnpaui (8.000 penyelarnanldiverlsite). Sedangkan jika terdapat 20.000 penyelarn, maka kapasitas toleransi penyelarnan akan terlarnpau apabila tiap penyelam rata-rata rnelakukan penyelarnan sebanyak 10 kaii penyelaman selama berkunjung di Pulau Bunaken.
Adapun keseluruhan kapasitas toleransi
penyelarnan di Pulau Bunaken dapat dilahat pada Tabel 11. Tabel 11 Kapasitas toleransi penyelarnan di Pulau Bunaken 5 penyelamanldiver
10 penyelamanldiver
Jumlah Penyelaml Tahun
Total
Per Lokasi
Total
5.000 8.000
25.000 40.000
1.667 2.667
50.000 80.000
Per site 3.333 5.333
15 penyelamanldiver
Total
Per site
75.000 120.000
5.000 8.000
Sebagaimana informasi dari beberapa pengelola dive center dan para guide bahwa 15 lokasi dive poin yang tersebar di Pulau Bunaken (Gambar 12) merupakan lokasi yang paling sering di kunjungi oleh wisatawan yang rnelakukan penyelaman. Kondisi tersebut menunjukan bahwa penyelarnan yang dilakukan di Pulau Bunaken telah melebihi kapasitas daya dukung yang direkornendasikan untuk daerah-daerah penyelarnan dari tingkat kerusakan terurnbu karang minimal.
Narnun, jika merujuk
pada batas perubahan yang bisa diterirna (LAC) yang direkomendasikan kerusakan haruslah tidak melebihi 10% dari tingkat kerusakan alarni terurnbu karang (Stankey et.
a/, 1985; Oliver, 1995) rnaka dari hasil evaluasi dengan neraca surnberdaya yang dilakukan menunjukan bahwa kerusakan yang terjadi di Pulau Bunaken adalah 5.37% yang berarti rnasih di bawah 10%.
Xmnnmn
Mike's Poin
,'\/
Sachiko's Poin
C.*ni.,M
m nuilneaxw 0UMIZ m.fdan(iClM
Gambar 12 Peta sebaran dive poin di Pulau Bunaken Bagaimanapun kecenderungan kunjungan penyelaman yang berpusat di Puiau Bunaken perlu di siasati oleh pengelola Taman Nasional Bunaken dengan menciptakan strategi yang tepat yang bisa menjadi solusi bagi keberlanjutan sumberdaya alam tersebut. Karena harus diingat bahwa wisata alam selain bisa menjadi alat berharga untuk kelestarian keanekaragaman hayati,
juga bisa
mempunyai dampak yang lama bagi lingkungan dan masyarakat lokal jika pengelolaannya kurang tepat (Kinnaird and O'Brien, 1996). Solusi yang mungkin bisa dilakukan adalah pengembangan potensi daerahdaerah penyelaman lain yang berada di Taman Nasional Bunaken serta daerah sekitarnya seperti pulau Lembeh, sehingga penyebaran pengunjung bisa merata pada tiap-tiap lokasi penyelaman. Revisi zonasi untuk penyegaran lokasi zona-zona yang mempunyai tekanan pengunjung sangat tinggi mungkin perlu dilakukan untuk meningkatkan daya lenting ekosisitem tersebut, karena menurut Sumarwoto (2004) bahwa untuk sistem yang ingin kita pertahankan sifatnya, daya lenting yang tinggi adalah sifat yang baik meskipun disadari dalam suatu pengembangan kususnya kawasan wisata, daya lenting disadari tidak selalu dikehendaki. Kerusakan Oleh Perahu Untuk Kegiatan Penyelaman Dampak kerusakan yang disebabkan oleh perahu seperti yang diperlihatkan dalam gambar 13, baik yang terjadi karena pelemparan jangkar maupun benturan
pada karang sangatlah besar akibatnya bila dibandingkan dengan kerusakan yang disebabkan oleh penyelarn. Pengendalian atas pernbuangan sauh dan penggunaan tambatan yang lebih tepat akan sangat rnengurangi kerusakan fisik di kawasan selarn. Untuk untuk rnerninirnalkan kerusakan terurnbu karang yang disebabkan oleh perahu, baik itu akibat dari pernbuangan sauh rnaupun benturan yang tejadi, rnaka pelatihan dan penegakan aturan untuk rneningkatkan kesadaran para pengernudi perahu sangatlah penting dilakukan. Sebagaimana pedornan pengernbangan wisata alarn di Tarnan Nasional yang rnernberikan arahan rekornendasi bahwa pernanfaatan Tarnan Nasional untuk wisata akan optimal apabila didukung oleh surnberdaya rnanusia yang rnerniliki kornpetensi (pengetahuan, ketrarnpilan, dan sikap) yang diperlukan sesuai dengan bidang pelayanannya (Direktorat Wisata Alarn dan Pernanfaatan Jasa Lingkungan, 2001).
Gambar 13
Kerusakan karang yang disebabkan oleh perahu.
Akomodasi pemondokan di Pulau Bunaken
Seiring rneningkatnya kunjungan wisata di Pulau Bunaken, telah rneningkatkan kebutuhan akan
akornodasi pernondokan di
pulau tersebut
(garnbar
14).
Kencenderungan pasar wisata tersebut tentunya telah rnernberikan tekanan terhadap keberadaan surnberdaya hayati dan ekosisiternnya, sebagaimana yang dikernukakan surnarwoto (2004) bahwa daya dukung lingkungan tidak akan cukup bila hanya dilihat dari sarana pelayanan wisatawan rnelainkan juga harus dari segi kernarnpuan lingkungan untuk rnendukung sarana tersebut yang tentunya rnenyangkut darnpak yang ditirnbulkan.
Sebagian besar jasa pemondokan yang berada di Pulau Bunaken tidak mempunyai sistem pembuangan air yang baik. Banyak unit pembuangan yang dekat dengan pantai dengan bahaya yang menyertainya seperti perembesanlpelepasan air ke Laut. Sebagian besar pemondokan dengan sistem pembuangannya hanya berjarak 10 hingga 20 meter dari pantai. Tentunya ha1 ini tidak mengindahkan kriteria standar sarana dan prasarana pengusahaan wisata alam yang dikeluarkan direktorat wisata alam dan pemanfatan jasa lingkungan (2001) yang mengatur tentang ketentuanketentuan dan pedoman teknis penyelenggaraan pengusahaan sarana dan prasarana wisata di zona pemanfaatan Taman Nasional.
Gambar 14 Pemondokan di Pulau Bunaken, Adapun suatu yang menggembirakan bahwa sebagian besar pengelola pemondokan telah melakukan usaha yang cukup berarti dalam mengurangi dampak fisik terhadap terumbu karang yang ada di sekelilingnya dalam ha1 mengangkut tamu dan menurunkan barang-barang persediaan serta mengakses kawasan selam melalui jalur aman, sehingga mengurangi darnpak dan kerusakan yang lebih parah lagi terhadap terumbu karang. Dari informasi yang didapat bahwa pengelola pernondokan di Pulau Bunaken telah memberikan instruksi bagi para wisatawan tentang cara penyelaman yang baik serta jalur ke terumbu karang yang telah ditentukan oleh pengelola Taman Nasional.
5.6. Analisa Kekuatan Lapang ldentifikasi Kekuatan Lapang Analisisi Kekuatan Lapang yang merupakan kajian identifikasi permasalahan yang terjadi dari isu-isu lingkungan dan pengernbangan masyarakat serta dikernbangkan dalam bentuk kasus yang ditemukan dari permasalahan yang diduga bisa dan telah terjadi di Pulau Bunaken. ldentifikasi permasalahan tersebut telah dikernbangkan dari pendapat Rachwatono (1974) yang mengatakan bahwa rnasalah lingkungan hidup yang menjadi masalah dan perlu segera mendapat perhatian ialah antara lain : -perlindungan dan pengawetan alam, -pencemaran laut, -urbanisasi dan pengaruhnya pada pernukiman penduduk, dan -kerusakan tanah pertanian dan hutan. Kesadaran pemerintah daerah Sulawesi Utara bahwa kualitas lingkungan hidup di daerah ini terus rnengalarni degradasi talah tertuang dalam RPJMD tahun 20052010 sehingga perhatian yang lebih telah diberikan untuk rnengelola surnberdaya alam secara berkelanjutan serta melestarikan lingkungan hidup.
ldentiikasi kekuatan
lapang bertujuan untuk memberikan gambaran akan permasalahan lingkungan alam dan sosial yang terjadi di Pulau Bunaken, sehingga penanganan yang dini bisa dilakuan. Hasil identifikasi kekuatan lapang telah ditabulasi dan hasilnya rnenunjukan bahwa kasus-kasus yang diternukan cukup signifikan terekarn di Pulau ini, dirnana prosentase pemunculan tiap-tiap isu diperlihatkan pada garnbar berikut :
Prosentasi Pernunculan lsyu Dalam Identifikasi Kekuatan Lapang
lsyu
Garnbar 15 Prosentasi pemunculan isu dalarn identifikasi kekuatan lapang.
Isu Degradasi Lingkungan Isu degradasi lingkungan dengan kasus degradasi hutan terungkap terjadi dengan 95 % responden rnengiyakan ha1 tersebut telah terjadi. Hal tersebut rnungkin saja terjadi karena rnaraknya penebangan pohon di Pulau tersebut yang peruntukannya untuk pernbangunan sarana penunjang wisata seperti yang dapat dilihat pada gambar 16, yang efeknya beragam dikemukakan oleh responden. Sebagian besar responden mengatakan bahwa efek yang dirasakan adalah erosi tanah dan kehilangan sumber air.
Adapun penurunan kualitas air juga dirasakan
sebagai akibat degradasi hutan sehingga air surnur rnenjadi payau dan kekurangan air bersih rnenjadi efek yang paling sering dirasakan terjadi.
Garnbar 16 Penebangan pohon di Pulau Bunaken. Selain rnasalah degradasi hutan, isu degradasi lingkungan juga terlihat dari masalah rendahnya kualitas udara. Dari 60 responden yang dimintai keterangan, 30% rnengatakan telah terjadi penurunan kualitas udara yang ditandai dengan peningkatan polusi udara yang terutama disebabkan oleh arus teransportasi laut yang mencapai 40% terjadi.
Ada sebagian responden dari 35% yang rnengatakan telah terjadi
penurunan kualitas udara, rnengeluh bahwa arus transportasi telah rnengakibatkan tirnbulnya penyakit pernafasan. Kasus lain yang terekarn dari rnasalah degradasi hutan adalah terjadinya polusi tanah. 90% responden rnengaku bahwa telah terjadi polusi tanah dengan indikasi rnenurnpuknya sarnpah dan kesuburan tanah menurun. rnendukung pernyataan Soernarwoto (2004)
Kenyataan tersebut
bahwa kerusakan hutan akan
rnengakibatkan rusaknya tata air dan terjadi erosi tanah sehingga kesuburan tanah akan rnenurun. Hal tersebut diperparah lagi oleh terjadinya sedirnentasi dan erosi tanah yang berpengaruh pada mangrove dan terurnbu karang sehingga rnenirnbulkan
polusi air (90 %). Karena terumbu karang merupakan ekosistem yang rapuh sehingga pencemaran dapat mematikannya, dernikian juga erosi di daratan yang akan rnengakibatkan terbawanya lumpur ke laut. Dampak lain yang tercatat adalah penurunan kesuburan tanah sehingga produksi pertanian menjadi rendah yang menurut responden 90 % telah terjadi, ha1 ini disebabkan karena terjadi erosi yang mengakibatkan tanah lapisan teratas yang merupakan bagian tersubur tererosi. Adapun 95 % responden rnerasakan penurunan suplaildebit air sebagai akibat dari rnasalah kualitas tanah yang rendah.
Prosentasi isu degradasi lingkungan secara
keseluruhan diperlihatkan pada tabel 12. Tabel 12 ldentifikasi isu degradasi lingkungan Isu : Degradasi Lingkungan
Prosentasi (%)
Masalah : Degradasi Hutan Kasus : Penebangan Pohon Sembarang
95
Kasus : Penurunan Kualitas Air
95
Masalah : Kualitas Udara Rendah Kasus : Peningkatan Polusi Cldara Kasus : Pencemaran Oleh Transportasi Kasus : Pencemaran Transportasi Sebabkan Penyakit Pernafasan Masalah : Kualitas Tanah Rendah Kasus : Terjadi Polusi Tanah Kasus ; Sedirnentasi dan Erosi Tanah pengaruhi Mangrove dan Terurnbu Karang
90
Kasus : Erosi Tanah Sebabkan Polusi Air
75
Kasus : Penurunan Kesuburan Tanah Kasus : Produksi Pertanian Rendah Kasus : DebitISuplaiAir Berkurang
95
Isu Berkurangnya Sumberdaya
Disesuaikan dengan keadaan lokasi penelitian rnaka dari isu berkurangnya surnberdaya, yang dikembangkan adalah masalah berkurangnya surnberdaya flora dan fauna. Dari 60 responden yang diarnbil, dimana kesernuanya terdiri dari 2 desa yang terletak di Pulau Bunaken menunjukan bahwa 100 % responden setuju bahwa masalah berkurangnya sumberdaya flora dan fauna telah dirasakan terjadi di Pulau Bunaken. Masalah berkurangnya surnberdaya flora dan fauna di Pulau Bunaken
menurut sebagian besar responden, terindikasi oleh hilangnya spesieslikan yang saat ini sudah tidak ditemukan lagi di Pulau Bunaken (100 %). Adapun penurunan hasil tangkap ikan juga menjadi salah satu intiikasi berkurangnya sumberdaya flora dan fauna, dimana 75 % responden merasakan ha1 tersebut.
Hal ini bisa saja terjadi dengan penurunan kualitas sumberdaya terumbu
karang dan mangrove yang 95 % terasakan sebagai efek dari kasus kehilangan keanekaragaman hayati. Sesuai fungsi alamiah ekosistem terumbu karang sebagai lingkungan hidup, pelindung fisik bagi pulau dan daratan, sumberdaya hayati dan surnber keindahan, terumbu karang menjadi tempat organisme berkembang dan berproduksi sehingga rusaknya ekosistem ini mengakibatkan keanekaragaman hayati berkuranglhilang. Terumbu karang berfungsi pula bagi organisme pendatang untuk mencari makan (feeding ground) dan tempat pembesaran (nursery ground) serta menjqdi tempat pemijahan (spawnfog ground) ataupun menjadi tempat bersembunyi bagi biota yang ada di terumbu itu sendiri maupun biota peruaya dari perairan sekitar (Sukarno, 1996). Hasil identifikasi isu berkurangnya sumberdaya, disajikan pada tabel 13. Tabel 13 ldentifikasi isu berkurangnya sumberdaya Isu : Berkurangnya Sunberdaya
Prosentasi (%)
Masalah : Kehilangan Keanekaragaman Hayati
100
Kasus : Kehilangan keanekaragaman Hayati.
100
Efek : Kehilangan Spesiesllkan
100
Penurunan Hasil Tangkapan lkan
75
Kerusakan Terumbu Karang dan Mangrove
95
Isu Jingginya Pertumbuhan Penduduk Dari isu tingginya pertumbuhan penduduk, masalah yang terkemukakan adalah tingginya pertumhuhan penduduk dan rendahnya ekonomi. Adapun terindikasikan bahwa tingkat pengangguran cukup tinggi dimana sekitar 70 % responden mengatakan ha1 tersebut dirasakan terjadi, dengan efek yang dirasakan berupa tingginya orang yang bermigrasi ke kota 40 % serta tingginya masalah sosial seperti kenakalan remaja yang terdeteksi 20 %. Sedangkan rendahnya ekonomi menyebabkan kualitas nutrisi menjadi rendah. Sebagaimana isu pertumbuhan penduduk yang tinggi dengan permasalahan yang mengikutinya, namun indikasi-indikasi seperti protistusi, kurangnya kemampuan rnernbaca, tidak adanya keahlian kerja serta tingginya masalah sosial dan tingkat
kejahatan hanya terindikasi kecil terjadi dengan prosentasi 5-10 %. Permasalahanpermasalahan tersebut telah disadari oleh pemerintah Provinsi Sulawesi Utara yang dengan kepekaan yang tinggi menyadari bahwa apabila permasalahan-permasalahan tersebut tidak di ianggulangi dengan sungguh-sungguh akan berpotensi menimbulkan gejolak sosial (RPJMD 2005-2010). Untuk lebih jelasnya, identifikasi isu tingginya pertumbuhan penduduk tersaji pada tabel 14. Tabel 14 ldentifikasi isu tingginya pertumbuhan penduduk Prosentasi (%)
Isu :Tingginya Pertumbuhan Penduduk Masalah ; Tingginya Pertumbuhan Penduduk dan Rendahnya Ekonomi
70
Kasus : Tingginya Tingkat Pengangguran
70
Efek 1. Migrasi ke kota 2.
Kemampuan baca rendah dan keahlian kerja kurang
3. Tingkat kejahatan dan masalah sosial tinggi
4. Tingginya rnasalah sosial seperti kenakalan remaja
5.
Prostitusi
5
Isu Status Wanifa dan Perlindungan Anak
Dari isu status wanita dan perlindungan anak, telah dikemukakan 2 masalah yang diduga mungkin bisa terjadi di Pulau Bunaken.
Kedua rnasalah yang
dikernukakan adalah masalah rendahnya status wanita dan tidak adanya perlindungan terhadap kesejahteraan anak, dirnana kedua masalah tersebut saat ini sangat rarnai dibicarakan di Indonesia. Dari 60 eksemplar kuisioner yang dibagikan, masalah rendahnya status wanita ternyata teridentifikasi hanya 20 % sehingga dapat dikatakan masalah gender belurn terekam secara signifikan di Pulau Bunaken,
sehingga bisa dikatakan bahwa
kesadaran akan pentingnya peran wanita dalam pernbangunan ekonomi dan sosial sernakin rnendapat perhatian terutarna wanita-wanita yang hidup dibawah garis kerniskinan (Mitchell dkk, 2003). Sebagairnana hasil yang didapat, rnenunjukan bahwa wanita sudah mempunyai kesernpatan untuk rnendapatkan pendidikan yang setara dengan pria. Adapun dalam pengarnbilan keputusan di desa wanita sudah dilibatkan, begitupun dalarn pengarnbilan keputusan di dalarn keluarga sehingga bias gender dalarn politik kemasyarakatan yang rnenyebabkan peran wanita dalarn status quo mulai teratasi namun demikian, wanita terindikasi kurang aktif secara politis dalam isu-
isu lingkungan dibanding pria. Sedangkan untuk kasus rendahnya tingkat pendidikan wanita, rnasih sebesar 50 % responden rnengiyakan ha1 tersebut terjadi (tabel 15). Adapun indikasi yang dirasakan dari kasus rendahnya status wanita adalah rnasih kurangnya kepekaan wanita terhadap lingkungan (45%),narnun rnenurut Mitchell dkk
(2003) wanita lebih rnernpunyai perhatian dari pada pria terhadap isu-isu lingkungan lokal yang rnernpunyai potensi bencana bagi rnasyarakat. Dalam RPJMD tahun 2005-
2010 dilaporkan bahwa indeks pernbangunan gender Provinsi Sulawesi Utara adalah 62,lO dirnana tercatat sebagai peringkat 4 nasional dengan indeks pernberdayaan gender 55'10 yang rnerupakan peringkat ke 6 nasional. Tabel 15 ldentifikasi isu status wanita dan perlindungan anak Isu : Status Wanita dan Perlindungan Anak Masalah : Rendahnya Status Wanita
Prosentasi (%) 50
Kasus : Nilai Tradisi dan Budaya Kurangnya kesempatan sekolah wanita Efek :I. 2. Pelayanan kesehatan tidak memadai
20
3. Wanita tidak terlibat dalam pengambilan keputusan di desa
4. Wanita tidak terlibat dalam pengambilan keputusan di keluarga
5
Kasus : Rendahnya Tingkat Pendidikan Wanita
50
Efek ; 1. Kurang kesadaran untuk merawat kesehatan
5
2. Tidak ada kepekaan terhadap masalah lingkungan
Masalah ; Tidak Adanya Perlindungan Terhadap kesejahteraan Anak
45 80
Kasus : Pekerja Anak dibawah Umur Kasus : Prostitusi Anak Kasus : Prasarana dan Sarana Pendidikan Bagi Anak Tidak Memadai
80
Kasus : Pelayanan Kesehatan Anak Tidak Memadai
80
Pada rnasalah tidak adanya perlindungan terhadap kesejahteraan anak, teridentifikasi 80 % terjadi. Sebagian besar responden rnengindikasikan ha1 ini terjadi karena rninirnnya prasarana dan sarana pendidikan untuk anak. Hal lain yang terjadi adalah sangat dirasakan kurangnya pelayanan kesehatan untuk anak kalaupun ada, dirasakan tidak cukup rnernadai. Narnun ha1 tersebut di atas tidak diikuti oleh adanya pekerja anak di bawah urnur atau yang lebih ekstrirn lagi prostitusi anak (tabel 15).
Isu Pelayanan dan Perawatan Kesehatan Sebagaimana isu-isu lain yang telah dibahas terdahulu, isu pelayanan kesehatan terpilih dan dianggap cocok diidentifikasi pada Pulau Bunaken. Adapun perrnasalahan yang diangkat dari isu ini adalah rendahnya perawatan kesehatan sehingga dari kasus-kasus yang dikemukakan dalam kuisioner, 100 % responden rnengatakan bahwa tenaga medis yang ada dirasakan masih sangat kurang juga dirasakan fasilitas kesehatan yang ada tidak
memadai (tabel 16). Kondisi ini
rnenandakan bahwa tidak adanya integrasi program kesehatan dan pelayanan kesehatan di Pulau Bunaken. Tabel 16 ldentifikasi isu pelayznan dan perawatan kesehatan Isu : Pelayanan dan Perawatan Kesehatan
Prosentasi (%)
Masalah : Rendahnya Pelayanan Kesehatan Kasus : Tidak Adanya lntegrasi Program Perawatan Kesehatan dan Pelayanan Kesehatan Efek : 1. Fasilitas kesehatan tidak mernadai
2. iiurangnya tenaga rnedis
100 100 65 45
3. Kurangnya penyuluhan kesehatan Kasus : Kurangnya Pelayanan Kesehatan Keluarga Efek :I.Kurangnya perhatian ibu terhadap kesehatan anak 2. Terjadi kekurangan gisi 3. Tidak adanya pencegahan penyekit masyarakat seperti malaria, diare, hepatitis. HIVIAIDS
4. Tidak adanya pengetahuan hak dan kesejahteraan wanita dan anak
5. Rendahnya kepekaan terhadap lingkungan
5 10 10 40
Sedangkan untuk kasus yang lebih kusus lagi mengenai pelayanan kesehatan keluarga sudah cukup baik dilakukan, sehingga hanya 50 % responden yang rnengeluhkan ha1 ini (tabel 16). Indikasi-indikasi seperti kurangnya perhatian ibu terhadap kesehatan anak, terjadinya kekurangan gisi, serta tidak adanya program keluarga berencana menurut sebagian besar'responden, sudah tidak terjadi lagi di Pulau ini Isu Management Wisata
Mengenai isu management wisata, sesuai dengan daftar isian analisis kekuatan lapang telah dikernukakan rnasalah tentang inefisiensi pengelolaan fasilitas dan
pelayanan wisata. Sebagaimana rnasalah yang dikemukakan, maka didapat 71.66 % responden rnengatakan masalah inefisiensi pengelolaan fasilitas dan pelayanan wisata telah terjadi di Pulau Bunaken (tabel 17). Salah satu kasus yang ditanyakan dalam wawancara adalah tidak adanya tujuan wisata yang berkualitas, berintegrasi dan beraneka ragarn yang ramah lingkungan. Sebagian besar responden (dari 71.66 %) yang ditanya rnengenai kasus ini, rnengindikasikan ha1 tersebut terjadi karena pengelolaan sampah di daerah wisata dirasakan belum memadai sehingga terjadi polusi pada badan-badan air. Tabel 17 ldentifikasi isu rnanajernen wisata Isu : Management Wisata
Prosentasi
Masalah : lnefisiensi Pengelolaan fasilitas dan pelayanan wisata
90
Kasus : Tidak adanya tujuan wisata yang berkualitas, berintegrasi dan beranekaragam yang rarnah lingkungan.
75
Efek : 1. Pengelolaan sampah dan air buangan wisata tidak rnemadai
55
2. Aktivitas wisata rnenyebabkan polusi badan-badan air
35
3, Aktivitas wisata rnerusak struktur tanah
40
Kasus : Aktivitas wisata rnerusak lingkungan
60
Efek : 1. Kurangnya kesadaran antara guide dan turis untuk rnenjaga dan rnencintai lingkungan
40
2. Kerusakan sosial budaya dan sejarah
45
Kasus : Wisata melebihi daya dukung lingkungan Efek : 1. Gangguan terhadap infrastruktur 2. Berkurangnya hasil tangkapan ikan
55
Kasus : Kurangnya studi tentang dampak lingkungan sebelurn pengembangan
75
Efek : 1. Sarana dan prasarana wisata dibangun pada daerah yang tidak sesuai.
35
2.Aktifvitas wisaia menyebabkan peningkatan harga bahan pangan dan komoditas.
65
Program pengembangan wisata juga dirasakan oleh 71.66 % responden merusak lingkungan yang salah satu penyebabnya adalah kurangnya kesadaran antara guide dan turis untuk menjaga dan rnencintai lingkungan (tabel 17). Adapun kurangnya usaha dari pengelola untuk proteksi budaya dan konservasi lingkungan rnenjadi salah satu penyebab kasus tersebut terjadi
Sedangkan pada kasus program wisata telah rnelebihi daya dukung lingkungan, juga menjadi kasus yang sering rnuncul dari isu management wisata. Adapun indikasi yang rnuncul dari hasil tabulsi kuisioner yang dibagikan adalah berupa sernakin berkurangnya hasil tangkapan ikan oleh nelayan di sekitar pulau tersebut. Analisis Kekuatan Lapang Dari hasil identifikasi kekuatan lapang, maka didapatkan langkah-langkah strategis yang dapat dilakukan untuk rnengantisipasi rnasalah-rnasalah yang teridentifikasi serta rnenentukan target group yang bertanggung-jawab dan dapat rnenyelesaikan rnasalah-rnasalah tersebut.
Penentuan pendarnping juga telah
dilakukan sebagairnana yang direkornendasikan dalarn framework for integration yang dikeluarkan oleh UNESCO dan dikernbangkan dalarn Analisis Kekuatan Lapang. Adapun rekomendasi hasil dari analisis tersebut adalah sebagai berikut :
ISU Degradasi Lingkungan Pada rnasalah degradasi hutan dengan kasus penebangan pohon sernbarang, strategi, irnplernentasilaksi yang direkornendasikan adalah :
- Analisis kebijakan yg berlaku - Pernbuatan dan penegakan hukurn - Pengembangan partisipasilaksi rnasyarakat - Pelatihan dari pelatih untuk capacity building
- Mengernbangkan dari bahan-bahan pelajaran (multimedia) - Mengurnpulkan, berbagi dan rnenyebarkan inforrnasi - lntegrasikan dengan kurikulurn sekolah - Transfer teknologi - Mernbangunjaringan Sedangkan target group untuk rnengatasi perrnasalah yang teridentifikasi adalah :
- Pernbuat keputusan - Ahli pertanian
- Ahli hutan - Masyarakat - Sektor bisnis - Media
Pada masalah kualitas air rendah dengan kasus polusi air, strategi, implementasilaksi yang direkomendasikan adalah :
- Analisis keblakan yang ada - Pembuatan dan penegakan hukum - Kembangkan partisipasilaksi masyarakat - lntergrasikan dengan kurikulum sekolah - Pelatihan dari pelatih untuk capacity building - Mengembangkan dari bahan-bahan pelajaran (multi-media) - Mengumpulkan, berbagi dan menyebarkan informasi - Transfer teknologi - Membangun jaringan Sedangkan target group untuk mengatasi perrnasalah yang teridentifikasi adalah :
- Pengambil keputusan - Pekerja di bidang air - Ahli biologi - Sekolah Pada masalah kualitas udara rendah dengan kasus peningkatan polusi udara, strategi, implementasilaksi yang direkomendasikan adalah :
- Penilaian kebijakan sebelum degradasi lingkungan dan ekonomi terjadi
- Kembangkan partisipasilaksi masyarakat - lntergrasikan dengan kurikulum sekolah - Pelatihan dari pelatih untuk capacity building - Mengembangkan dari bahan-bahan pelajaran (multi-media) - Mengumpulkan, berbagi dan menyebarkan informasi
- Transfer teknologi - Membangun jaringan Sedangkan target group untuk rnengatasi perrnasalah yang teridentifikasi adalah :
- Pengambil keputusan - Peyelenggara lalulintas dan transportasi - Media - Sekolah
Pada masalah rendahnya kualitas tanah dengan kasus polusi tanah, strategi, implernentasilaksi yang direkomendasikan adalah :
- Analisis kebijakan yang ada
- Pernbuatan dan penegakan hukum - Kernbangkan partisipasilaksi masyarakat - lntergrasikan dengan kurikulurn sekolah - Pelatihan dari pelatih untuk capacity building - Mengembangkan dari bahan-bahan pelajaran (multimedia)
- Mengumpulkan, berbagi dan menyebarkan informasi - Transfer teknologi - Membangunjaringan Sedangkan target group untuk rnengatasi permasalah yang teridentifikasi adalah :
- Pengambil keputusan - Pengusaha
- Petani - Pekerja bidang pertanian - Media
- Sekolah ISU :Berkurangnya Sumberdaya Pada masalah berkurangnya sumberdaya flora dan fauna dengan kasus kehilangan KEHATI, strategi, implementasilaksi yang direkomendasikan adalah :
- Analisis kebijakan yg berlaku - Pembuatan dan penegakan hukum - Pengembangan partisipasilaksi rnasyarakat - Pelatihan dari pelatih untuk capacity building
- Mengernbangkan dari bahan-bahan pelajaran (multi-media) - Mengurnpulkan, berbagi dan rnenyebarkan inforrnasi
- lntegrasikan dengan kurikulum sekolah - Transfer teknologi - Mernbangun jaringan Sedangkan target group untuk rnengatasi perrnasalah yang teridentifikasi adalah :
- Pernbuat keputusan
- Ahli biologi - Ahli hutan - Masyarakat - Kelompok-kelornpok masyarakat
- Media - Sekolah Isu :Tingginya Perturnbuhan Penduduk Pada rnasalah tingginya perturnbuhan penduduk dan rendahnya ekonomi dengan kasus tingkat pengangguran tinggi, strategi,
IrnplementasiIAksi yang
direkornendasikan adalah :
- Analisis kebijakan yg berlaku - Pembuatan dan penegakan hukurn - Pengembangan partisipasilaksi masyarakat - Pelatihan dari pelatih untuk capacity building - Mengembangkan dari bahan-bahan pelajaran (multi-media)
- Mengumpulkan, berbagi dan menyebarkan inforrnasi - lntegrasikan dengan kurikulum sekolah - Transfer teknologi
- Membangun jaringan Sedangkan tzrget group untuk mengatasi permasalah yang teridentifikasi adalah :
- Pembuat keputusan - AksilKomunitas pekerja
- Pekerja-pekerja sosial - Masyarakat urnurn - Pekerja kesehatan - Guru dan pengajar Isu :Sfafus Wanita dan Perlindungan Anak Pada masalah rendahnya status wanita dengan kasus nilai tradisional dan budaya, strategi, implementasilaksi yang direkomendasikan adalah : -
Analisis kebijakan yg berlaku
-
Pernbuatan dan penegakan hukurn
- Pengembangan partisipasilaksi rnasyarakat
- Pelatihan dari pelatih untuk capacity building - Mengernbangkan dari bahan-bahan pelajaran (multi-media) - Mengurnpulkan, berbagi dan menyebarkan inforrnasi - lntegrasikan dengan kurikulurn sekolah - Transfer teknologi - Mernbangun jaringan Sedangkan target group untuk mengatasi permasalah yang teridentifikasi adalah :
- Pembuat keputusan
- Perernpuan, para ibu - Kelornpok-kelornpok masyarakat - Pelajar - Guru - Masyarakat urnurn Pada rnasalah rnasalah kurangnya perlindungan kesejahteraan anak dengan kasus pekerja anak di bawah urnur, prostitusi anak, tidak mernadainya prasarana dan sarana pendidikan bagi anak serta tidak rnernadainya pelayanan kesehatan anak, strategi, irnplernentasilaksi yang direkornendasikan adalah :
- Analisis kebuakan yang ada - Pernbuatan dan penegakan hukurn
- Kernbangkan partisipasilaksi rnasyarakat - lntergrasikan dengan kurikulurn sekolah - Pelatihan dari pelatih untuk capacity building - Mengernbangkan dari bahan-bahan pelajaran (multi-media)
- Mengurnpulkan, berbagi dan menyebarkan informasi - Transfer teknologi - Mernbangun jaringan Sedangkan target group untuk mengatasi perrnasalah yang teridentifikasi adalah :
- Pengarnbil keputusan
- Orang tua - Perkurnpulan dan pekerja kesehatan - Media - Sekolah - Pelajar
- Guru - Pengelola Isu :Pelayanan dan Perawatan Kesehatan Pada masalah perawatan kesehatan rendah dengan kasus tidak adanya integrasi program perawatan kesehatan dan pelayanan kesehatan, strategi, implementasilaksi yang direkomendasikan adalah :
- Analisis kebijakan yg berlaku - Pernbuatan dan penegakan hukum - Pengembangan partisipasilaksi masyarakat - Pelatihan dari pelatih untuk capacity building - Mengembangkan dari bahan-bahan pelajaran (multi-media)
- Mengurnpulkan, berbagi dan menyebarkan informasi - lntegrasikan dengan kurikulum sekolah - Transfer teknologi - Membangun jaringan Sedangkan target group untuk mengatasi perrnasalah yang teridentifikasi adalah :
- Para Suami
- Komunitas pekerja bidang kesehatan - Media - Pelajar - Guru
- Pengelola - Masyarakat urnum Isu :Management Wisata Pada masalah tidak efisiensinya pengelolaan fasilitas dan pelayanan wisata dengan kasus program pengernbengan wisata rnerusak lingkungan, rnelebihi daya dukung lingkungan serta kurangnya tujuan wisata berkualitas, berintegrasi dan beraneka
ragam
yang
rarnah
lingkungan,
direkomendasikan adalah :
- Analisis kebijakan yang berlaku - Pernbuatan dan penegakan hukurn - Pengernbangan partisipasilaksi rnasyarakat - Pelatihan dari pelatih untuk capacity building
strategi
iinplernentasilaksi
yang
- Mengernbangkan dari bahan-bahan pelajaran (multi-media) - Mengurnpulkan, berbagi dan menyebarkan inforrnasi
- lntegrasikan dengan kurikulurn sekolah - Transfer teknologi - Mernbangunjaringan Sedangkan target group untuk mengatasi permasalah yang teridentifikasi adalah :
- Wisatawan
- Penyalur pernandu wisata - Pengusaha
- Publik urnurn - Kontraktor bangunan - Pelajar - Guru - Pengelola 5.7. Analisis SWOT Pengembangan Wisata Di Pulau Bunaken Dari
hasil pengamatan di lapangan dan analisis data,
rnaka dapat
diketahui berbagai potensi dan perrnasalahan dalarn pernanfaatan ekosistem terurnbu karang di Pulau Bunaken. Dengan rnenganalisis potensi dan perrnasalahan tersebut rnaka dapat digunakan untuk mengidentifikasi variabel-variabel SWOT yang dapat dirnanfaatkan untuk menentukan strategi pengelolaan wisata. Kekuatan Unsur-unsur kekuatan yang
terekarn dari wawancara dengan responden dalarn
analisis ini antara lain: 1. Potensi terurnbu karang Pulau Bunaken merniliki potensi terurnbu karany yang sangat indah dan saat ini telah rnenjadi daya tarik yang rnarnpu rnendatangkan wisatawan dari dalarn maupun luar negeri.
Keindahan terurnbu karang ini beserta biota yang berasosiasi di
dalarnnya rnerupakan aset yang sangat berharga dan pada saat ini telah rnenjadi atraksi utarna wisata di Pulau Bunaken. Sudah selayaknyalah ha1 tersebut rnenjadi unsur kekuatan utarna dari pulai ini. 2. Penduduk yang sudah lama tinggal Rata-rata penduduk di Pulau Bunaken adalah penduduk yang sudah lama tinggal bahkan sejak rnereka lahir sehingga rasa kepernilikannya terhadap surnberdaya
alarn akan rnenjadi lebih besar. Dengan besarnya rasa kepernilikan, rnaka akan sernakin besar pula kesadaran rnasyarakat untuk turut rnernelihara berbagai aset surnberdaya alarn dan budaya yang rnereka rniliki. Hal ini dapat rnenjadi sebuah kekuatan yang dapat dirnanfaatkan seoptirnal rnungkin. 3. Potensi budaya rnasyarakat
Budaya gotong-royong yang rnasih terpelihara baik pada rnasyarakat Pulau Bunaken rnerupakan suatu unsur kekuatan yang dapat di rnaksirnalkan dan diandalkan pulau ini. Selain itu keadaan desa yang sejuk dan arnan yang ditunjang oleh sifat rnasyarakat yang rarnah dan terbuka pada pendatang (wisatawan) rnerupakan unsur kekuatan yang lain yang bisa diandalkan pulau ini. 4. Sarana dan prasarana
Ketersediaan sarana dan prasarana yang cukup baik adalah salah satu kekuatan pulau ini. Hal tersebut dapat dilihat dari ketersediaan gedung sekolah sebanyak 8 unit dan sarana kesehatan berupa puskesrnas pernbantu. Pada setiap desa telah rnerniliki pusat informasi yang dapat di akses oleh setiap pengunjung. Adapun sarana jalan yang rnenghubungkan rumah-rumah dan fasilitas lainnya sudah cukup baik tersedia.
Sarana penunjang wisata sudah tersedia berupa pernondokan-
pernodokan dan pintu gerbang rnasuk kawasan Tarnan Nasional Bunaken yang tentunya rnenjadi salah satu unsur kekuatan pulau ini. Kelemahan Unsur-unsur kelernahan dalarn analisis
ini
antara lain: kurangnya
keterarnpilan rnasyarakat dalarn bidang wisata dan kurangnya modal untuk ikut terlibat dalarn kegiatan wisata. 1. Kurangnya keterarnpilan rnasyarakat dalarn bidang wisata Kegiatan wisata rnernang diharapkan akan dapat rnendatangkan berbagai lapangan pekerjaan yang lebih baik. Narnun bila keterarnpilan dalarn bidang wisata kurang rnernadai, rnaka pekejaan yang rnungkin dijalankan hanyalah sebagai buruh atau pedagang. Pendidikan forrnal rnasyarakat Pulau Bunaken mernang cukup tinggi narnun sangat sedikit yang secara forrnal rnenekuni bidang wisata. Hal ini rnenjadi salah satu kendala karena untuk ikut terlibat dalarn kegiatan industri wisata yang besar, dibutuhkan kualifikasi tertentu terutarna kernarnpuan berbahasa asing yang baik.
2. Kurangnya modal Sebagian besar masyarakat setuju bahwa peluang wisata di pulau ini sangat baik namun keterbatasan modal mengakibatkan masyarakat kurang bisa melibatkan diri memanfaatkan potensi dan peluang yang ada. Dukungan modal tentunya sangat diharapkan oleh masyarakat untuk bisa secara maksimal menangkap peluang dibidang wisata tersebut. Peluang Unsur-unsur peluang dalam analisis ini antara lain adalah terserapnya tenaga kerja di bidang wisata serta berkernbangnya kegiatan wisata bahari.
1. Peluang kerja Dengan semakin berkembangnya kegiatan wisata di Pulau Bunaken akan membuka peluang kerja bagi masyarakat di pulau ini dengan demikian diharapkan perekonomian mayarakat akan semakin rneningkat. Selain itu masyarakat dapat menjual kerajinan tangan berupa sovenir pada wisatawan yang berkunjung. 2. Aksesibilitas Mudahnya akses ke Pulau Bunaken dengan ketersediaan transportasi yang cukup baik dan dkunjang oleh iklirn laut yang relatif aman sepanjang tahun merupakan peluang yang bisa andalakan pulau ini.
Tentunya kemudahan akses ini dapat
mendatangkan banyak keuntungan seperti rnudahnya wisatawan berkunjung ke pulau ini untuk melakukan kegiatan wisata. Ancaman Unsur-unsur ancaman dalam analisis ini antara lain berupa terjadinya degradasi ekosistem terumbu karang akibat kegiatan wisata serta pengaruh kebudayaan luar. 1. Degradasi terumbu karang Dan segi ekonomi, kegiatan wisata bahari memang mampu mernberikan berbagai keuntungan. Namun kegiatan ini juga rnendatangkan berbagai ancaman seperti terjadinya degradasi terumbu karang.
Pernanfaatan sumbeidaya yang kurang
rnengindahkan faktor daya dukung surnberdaya tersebut dapat menyebabkan penurunan kualitas atau bahkan musnahnya surnberdaya tersebut.
Hal tersebut
rnenjadi unsur ancaman yang sangat serius yang teridentifikasi.
Bila kegiatan
wisata bahari dilakukan dengan tidak bertanggung-jawab akan menyebabkan kehancuran ekosistem terumbu karang.
Kehilangan surnberdaya sang menjadi
potensi utarna atraksi wisata unggulan pulau ini akan rnernatikan kegiatan wisata itu sendiri.
2. Pengaruh budaya pendatang Kunjungan wisata yang meningkat tidak saja dapat rnendatangkan keuntungan bagi rnasyarakat sekitar, narnun juga bisa rnendatangkan dampak-dampak yang dapat rnerusak tatanan budaya masyarakat setempat. Faktor ancaman degradasi budaya tentunya merupakan sesuatu yang paling mungkin terjadi, sehingga proteksi kepada masyarakat terhadap budaya asing yang masuk perlu dilakukan. Hasil identifikasi unsur-unsur SWOT di atas kemudian diberi bobot dan ranking sehingga akan diperoleh skor untuk selanjutnya ditabulasi agar mempermudah pengolahan hasil. Pada masing-masing kategori (kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman), nilai bobot yang diperoleh harus berjumlah 1 dimana nilai yang terbesar berarti merupakan ha1 yang paling utama dari setiap kategori. Sedangkan ranking yang diberikan berkisar antara 1 hingga 4 dimana ranking 1 berarti merupakan unsur yang paling tidak mernpengaruhi dan ranking 4 berarti merupakan unsur yang paling mernpengaruhi. ldentifikasi dan penilaian yang dilakukan disajikan pada tabel 18. Tabel 18 ldentifikasi dan penilaian SWOT Kode
ldentifikasi
Bobot
Jenjang
Skor
Kekuatan K1
Potensi terumbu karang
0,33
4
1,32
K2
Penduduk yang telah lama tinggal
0.25
3
0,75
K3
Potensi budaya masyarakat
0,17
2
0,34
K4
Sarana dan prasarana
0,25
3
0,75
Kelernahan L1
Kurangnya keterarnpilan di bidang wisata
0,60
3
1,80
L2
Kurangnya modal
0,40
2
0,80
Peluang P1
Peluang kerja
0,60
3
1,80
P2
Aksesibilitas Ancarnan
0.40
2
0.80
A1
Degradasi terumbu karang
0,66
4
2,64
A2
Fengaruh budaya pendatang
0,33
2
0,66
Setelah setiap unsur-unsur SWOT diberikan skor, kernudian unsur-unsur tersebut dihubungkan keterkaitannya untuk rnemperoleh beberapa alternatif strategi
pengelolaan yang mugkin sesuai untuk diterapkan di lokasi penelitian. Strategistrategi tersebut yaitu strategi yang rnernanfaatkan seluruh kekuatan untuk rnerebut dan
rnernanfaatkan peluang yang
sebesar-besarnya
(strategi
KP),
strategi
rnerninirnalkan kelernaan untuk rnernanfaatkan peluang (strategi LP), strategi yang rnenggunakan kekuaian untuk rnengatasi ancarnan (strategi KA) dan strategi yang rnerninirnalkan kelernshan dan rnenghindari ancarnan (strategi LA). Matrik hasil analisis SWOT disajikm pada tabel 19. Tabel 19 Matrik hasil awlisis SWOT Kekuatan Peluang
Kelernahan
KPI (KI, K2, K3, K4, P I ) KP2 (KI, K4, P2)
Ancamar:
LP(L1, L2, P I )
KAI(, K2.K4. A l ) LA(L1, A l )
KA2(,K2,A2) Strategi-strate;
pada Tabel di atas kernudian dijurnlahkan skornya untuk
menghasilkan urutan xioritas pengelolaan. Strategi pengelolaan dengan jurnlah skor yang paling tinggi me-ipakan strategi yang paling diprioritaskan untuk dilaksanakan. Penentuan jenjang D-oritas strategi pengelolaan selengkapnya dapat di lihat pada tabel 20. Tabel 20 Jenjang pnrrias strategi pengelolaan No
Unsur SWOT
I
Strategi KP
1 2
KPI KP2
II
Strategi LP
1
LP
Ill
Strategi KA
1 2
KA1 KA2
IV 1
Strategi LA LA
Keterkaitan
Jurnlah Skor
Jenjang
K1, K2, K3.K4, P I K1, K4, P2
4.96 2.46
1 5
LI.L2, P I
4.40
3
K2, K4,Al K2,A2
4.14 1.41
4 6
L1.A1
4.44
2
Dari hasil ar;+sis kornponen SWOT maka dihasilkan 6 strategi yang bisa dilakukan untuk rnerr.xsirnalkan potensi wisata yang berbasiskan rnasyarakat di Pulau
Bunaken.
Adapun strategi yang dihasilkan tersebut telah ditentukan jenjang
prioritasnya sebagai berikut :
l.KPI= Mernanfaatkan seoptirnal rnungkin kekuatan yang ada seperti banyaknya penduduk yang telah lama tinggal, potensi terurnbu karang, potensi budaya rnasyarakat serta sarana dan prasarana wisata yang telah terbangun untuk rneraih peluang kerja dari berkernbangkannya kegiatan wisata bahari.
2.LA=
Meningkatkan keterarnpilan rnasyarakat
dalarn bidang wisata
untuk
rnengatasi ancarnan yang ada yaitu degradasi ekosistern terurnbu karang akibat kegiatan wisata bahari. 3.LP =
Berusaha rnengatasi kelernahan yang ada seperti kurangnya modal serta kurangnya keterarnpilan rnasyarakat dalarn bidang wisata untuk rneraih peluang kerja dan berusaha dengan berkernbangnya kegiatan wisata bahari.
4.KA1= Mernanfaatkan kekuatan ketersediaan sarana dan prasarana wisata serta penduduk yang telah lama tinggal untuk rnerninirnalkan degradasi terurnbu karang. 5.KP2= Mengoptirnalkan kekuatan potensi terurnbu karang yang ada serta ketersediaan sarana dan prasarana wisata untuk mernanfaatkan peluang kernudahan akses lokasi bagi peningkatan kegiatan wisata bahari. 6.KA2= Mernanfaatkan budaya rnasyarakat dan untuk rnerninirnalkan darnpak negatif
akibat introduksi kebudayaan asing. Untuk rnencapai kelestarian ekosistern terurnbu karang dan rneningkatkan tingkat kesejahteraan rnasyarakat di Pulau Bunaken dapat dilakukan dengan strategi-strategi yang telah dihasilkan di atas. Dalarn pelaksanaan strategi-strategi tersebut perlu dilakukan upaya-upaya pengelolaan seperti di bawah ini :
1. Mengatasi kelernahan yang ada seperti kurangnya keterarnpilan rnasyarakat dalarn bidang wisata, dan kurangnya modal untuk rneraih peluang berupa berkernbangnya kegiatan wisata bahari dengan cara:
- Mengadakan pelatihan wisata bagi masyarakat seperti pelatihan selarn, bahasa asing, dan pengetahuan rnengenai ekosistern terurnbu karang sehingga rnasyarakat dapat rnenjadi pernandu wisata yang cukup baik.
- Pendirian koperasi yang menawarkan pinjarnan lunak bagi rnasyarakat yang ingin terlibat dalarn kegiatan wisata narnun tidak rnerniliki modal yang cukup. 2. Meningkatkan keterarnpilan rnasyarakat dalarn bidang wisata untuk rnengatasi ancaman yang ada, yaitu degradasi ekosistern terurnbu karang dan introduksi budaya asing akibat kegiatan wisata dengan cara:
- Mengadakan pelatihan selarn bagi rnasyarakat untuk rnelakukan monitoring terurnbu karang sehingga rnereka rnengerti kondisi terurnbu karang di daerahnya dengan baik dan rnerniliki kesadaran untuk rnenjaganya.
-
Mernberikan tambahan pengetahuan rnengenai pentingnya ekosistern terurnbu karang bagi kehdupan rnasyarakat.
- Mengadakan penyuluhan serta pelatihan-pelatihan bagi rnasyarakat seternpat rnengenai darnpak-darnpak yang ditirnbulkan dengan rnasuknya kebudayaan asing. 3. Mernanfaatkan kekuatan penduduk yang telah lama tinggal untuk rnengurangi
degradasi terurnbu karang dan ha1 negatif akibat kernudahan akses dengan cara:
-
Mernberikan tarnoahan pengetahuan rnengenai pentingnya ekosistern terurnbu karang bagi kehicupan rnasyarakat.
- Mernbentuk organisasi rnasyarakat yang solid dan berfungsi untuk rnernbentuk suatu peraturan masyarakat rnengenai pelestarian ekosistern terurnbu karang dan pernanfaatan surnberdaya alarn oleh pihak lain. 4. Mernanfaatkan swtirnal rnungkin kekuatan yang ada seperti banyaknya penduduk
yang telah lama t i ~ g a l ,potensi terurnbu karang dan potensi budaya rnasyarakat untuk rneraih pelcang kerja dengan dikernbangkannya kegiatan wisata bahari dengan cara:
-
Mengadakan pestihan wisata bagi rnasyarakat seperti pelatihan selarn, bahasa asing, dan pengetahuan rnengenai ekosistern terurnbu karang sehingga rnasyarakat dap3 rnenjadi pernandu wisata yang cukup baik.
- Mernbentuk omanisasi rnasyarakat yang solid dan berfungsi untuk rnernbentuk suatu peraturan rnasyarakat rnengenai pernanfaatan surnberdaya alarn untuk kegiatan wisata aleh pihak lain.
- Menjaga potensi surnberdaya alarn yang ada dengan sara rnelakukan monitoring surnberdaya taurnbu karang secara rutin pada transek perrnanen, juga rnelakukan divexifikasi kegiatan wisata yang rnerusak dan tidak rnerusak ekosistern terum3u karang untuk selanjutnya digunakan dalarn penentuan zonasi kawasan.
- Mengadakan ~elatihan-pelatihan untuk rneningkatkan kernarnpuan serta keterarnpilan rnsyarakat dalarn berusaha di bidang wisata.
KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Berdasarkan hasil pengarnatan di lapangan serta didukung dengan data sekunder yang dikurnpulkan, rnaka dapat ditarik kesirnpulan sebagai berikut : 1. Jurnlah kunjungan wisata ke TN Bunaken pada lirna tahun terakhir terjadi peningkatan, dirnana tahun 2001 jurnlah kunjungan adalah 15.066 sedang pada tahun 2003 sudah rnencapai 39,183 wisatawan,
dirnana rnerupakan
peningkatan sebesar 52% jika dibandingkan tahun 2002. Dari hasil estirnasi kunjungan wisata bulan Januari sarnpai Maret, pada tahun 2005 kunjungan wisata a ~ a nrnencapai 40.292.
Perhatian untuk rnenyikapi darnpak yang
ditirnbulkan kunjungan wisata terhadap terurnbu karang sangat penting untuk mencapai pernanfaatan yang berkelanjutan. 2. Kondisi ekosistem terurnbu karang pada tahun 2005 di Pulau Bunaken, sebagairnana hasil pengarnatan dengan rnenggunakan rnetode Manta tow pada dua desa yang terdapat di Pulau Bunaken, terlihat bahwa kategori tutupan karang di titik pengarnatan Desa Alungbanua termasuk dalam kategori sedang (25-49%) dan buruk (<25%) dengan perbandingan 60% kategori sedang dan 40% kategori buruk. 3. Hasil pengarnatan yang dilakukan pada Desa Bunaken rnenunjukan kategori tutupan karang yang relatif lebih baik dibanding Desa Alungbanua, dirnana kelas tutupan karang tercatat 80% memiliki kategori sedang (25-49%) dengan sisanya 20% ierkategori baik (50-74%). 4. Hasil isian neraca surnberdaya tutupan karang di Pulau Bunaken dengan aktiva ditentukan tahun 2001 dan pasiva tahun 2005, terlihat b2hwa pada Pulau Bunaken terjadi penurunan kategori prosentasi tutupan karang hidup yang pada tahun awal (aktiva) tercatat 35% narnun pada tahun akhir (Pasiva) rnenurun rnenjadi 20%. Selanjutfiya terlihat juga bahwa kategori buruk tidak terdapat lagi pada tahun 2005 yang sebelumnya (pada tahun awal) terekam sebesar 7%. 5. Hasil analisis dengan regresi linier didapat: Korelasi Pearson = -,I41 Nilai -,I41 merupakan nilai r hitung. Angka ini rnenunjukan korelasi atau hubungan negatif antara kunjungan wisata dengan prosentasi tutupan karang, artinya jika kunjungan wisata rneningkat maka akan terjadi penurunan prosentase tutupan karang. Hasil uji t rnenghasilkan keputusan bahwa: Oleh karena thitung
6. Hasil penelitian ini menyirnpulkan bahwa strategi rnernanfaatkan seoptirnal rnungkin kekuatan yang ada seperti banyaknya penduduk yang telah lama tinggal, potensi terurnbu karang, potensi budaya rnasyarakat serta sarana dan prasarana wisata yang telah terbangun untuk rneraih peluang kerja dari berkernbangkannya kegiatan wisata bahari adalah strategi terbaik untuk kegiatan ekowista di Pulau Bunaken. Saran Rekornendasi yang dapat diberikan agar kelestarian ekosistern terurnbu karang tertap terjaga sehingga kesejahteraan rnasyarakat bisa tercapai adalah : 1. Monitoring secara berkala pada surnberdaya terurnbu karang sangat penting, untuk rnengetahui kondisi surnberdaya terurnbu karang sehingga tindakan pengelolaan yang tepat dan cepat oleh pengelola dapat terlaksana dengan rnaksirnal.
2. Perlu untuk dibahas oleh otoritas pengelola TN Bunaken tentang kapasitas rnaksirnurn kunjungan wisaiawan di daerah-daerah alarni seperti ekosisitern tarurnbu karang sehingga kela~gsungansurnberdaya tersebut bisa terjaga.
3. Meningkatkan dan rnenegakan aturan yang berlaku bagi pelaku wisata baik itu pengunjung, pengusaha wisata serta pengelola. 4. Pernerintah serta pihak pengelola TN Bunaken diharapkan ikut serta aktif
dalarn penanggulangan perrnasalahan sosial yang terjadi di Pulau Bunaken.
DAFTAR PUSTAKA Bakosurtanal, 1998. Peta Karakteristik Pantai Daerah Manado dan Sekitarnya. Skala 1:50.000, Lampiran Peta XIII. LIP1 2417-03. Bakosurtanal. 2001. Spesifikasi Teknis Penvusunan Neraca Sumberdava Alam Alam a BAKOSUR~ANALKelautan Spasial. ~enerbitPusat Survei ~ h m b e r d a ~ CIBINONG. Bengen. D. G. 2002. Sinopsis : Ekosistem dan Sumberdaya Alam Pesisir dan Laut Serta Prinsip Pengelolaannya. Pusat Kajian Sumberdaya Pesisir dan Lautan IPB. Bogor. Boo., E. 1990. Ecotocuism ; The Potential and Pitfalls (2 vols). World Wild Fund. Washington. DC USA. Bratamiharja. M. 1979. Pembinaan Kelembagaan Dalam Pembangunan Taman Nasional. Buletin Persaki. Ceballos-Lascurain, ti. 1996a. Tourism, Ecotourism and Protected Area. Conservation Unan, Gland. Switzerland.
World
Coleman, 1991. Encydopedia of Marine Animals. Blandford Publ. - London COREMAP, PPT-LIP! 1999. Potensi dan Kendala Dalam Pengelolaan Terumbu Karang : Pedoran Untuk lntervensi Pengelolaan Berbasis Masyarakat (Situs ~ u n a k e n ,Kecanatan Molas, ~ o t a m a d ~Manado, aPropinsi ~ u l a w e s i~ t a r a ) . Puslitbang Kependudukan dan Ketenagakerjaan-LIPI. Jakarta. DeVantier. L.. and E. Turak. 2003. Managing Marine Tourism - Bunaken National Park and adjaent wters, North Sulawesi, Indonesia. Final Report to the USAlD Natural Resources Management Program ill. Indonesia. Departemen Kehutaran. 1990. Undang-undang No. 5 Tentang Konservasi Sumberdaya Alan Hayati dan Ekosistemnya. Departemen Kehutanan. Jakarta. Direktorat Wisata Abrn dan Pemanfaatan Jasa Lingkungan. 2001. Pedoman Pengembangan Wisata Alam di Taman Nasional. Dirjen PHKA Departemen Kehutanan. Dixon, J.A., Scura, L.F. and T. Vanthof. 1993. Meeting ecological and economic goals Marine Paf's in n e Caribbean. Dutton, J.M., Bengen D.G. and Tu1ungen.J.J. 2001. The Challenges of Coral Reef Management in Indonesia. In: Wolanski, E. (Ed). Oseanographic Processes of Coral Reef : Phhsical and Biological Links in the Greet Barrier Reef. CRC Press LLC, Boca Rator Florida. Emor, Dj. 1988 lnv+itarisasi Jenis-jenis lkan Karang di Pulau Bunaken. Laporan Penelitian Fak. F~rikananUNSRAT- Manado.
English, S., C. Wilkiison, and V. Baker. 1994. Survey manual for tropical marine resources. ASEAN-Australia Marine Science Project: Living Coastal Resources. Australian Institute of Marine Science, Townsvill. Eplerwood, M. 1999. Successful Ecotourism Business. The Righ Approach. World Ecotourism Conference. Kota Kinabulu. Sabah Fandeli C. 2000. Kebijakan Pengembangan Ekowisata : Pengembangan Ekowisata Dengan Paradigma Baru Pengelolaan Areal Konservasi. Dalam Fandeli C dan Mukhlison [Editor]. Pengusahaan Ekowisata. Penerbit Fak. Kehutanan UGM ; Pustaka Pelaja:; Unit Konsevasi SDA DIY. Jogyakarta. Fennel D. A. 2001. A content analysis of ecotourism definitions. Tourism 4, 5 : 403-421.
Current lsus in
Hawkins, J.P., and C.M. Roberts (1997). Estimating the carrying capacity of coral reefs for scuba diving. Proc. 8'* l n t Coral Reef Symp. Holme, N. A. dan Mclntyre., 1984. Blackwell, Oxford.
Methods for the Study of Marine Benthos.
Kementrian Lingkungan Hidup. 2003. Himpunan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Tentang Pengendalian Pencemaran DanIAtau Perusakan Laut. Kinnaird. M.F., and T.G. O'Brien. 1996. Ecotourism in the Tangkoko-Duasudara Nature Reserve: opening pandora's box?. Oryx 30(1):65-73. Lalamentik L.T.X., dan U.N.W.J.Rembet., 1996. Penilaian Kondisi Terumbu Karang Dengan Penekanan Pada Karang Batu. Metodologi Penelitian Terumbu Karang. P 3 0 LIP1 Sumberdya Alam Ambon dan Fakultas Perikanan UNSRAT Manado. Mitchell, B., Setiawan, B., dan Rahmi, H.D. 2003. Pengelolaan Sumberdaya dan Lingkungan. Gadjah Mada University Press. Nybakken, J., 1992. Biologi Laut ; suatu pendekatan ekologis. Penerbit GramediaJakarta. Nontji, A,, 2002. Laut Nusantara. Djambatan, Jakarta Oliver, J. (1995). Is the "Limits of Acceptable Change" concept useful for environmental managers? A case study from the Great Barrier Reef Marine Park. In: Grigg, G.C., Hale, P.T. and D. Lunney (eds) Conservation Through Sustainable Use of Wildlife. University of Queensland. PEMKOT Manado. 2005. Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Manado 2006-2016: Laporan Akhir. Badan Perencanaan Pembangunan Kota Manado. Manado. PEMPROV SULUT, PEMKAB Minahasa, PEMKOT Manado, PEMKOT Bitung. 2002. Atlas Sumberdaya Wilayah Pesisir Minahasa-Manado-Bitung. BAPELITBANG SULUT. Manado. Pratisto, A. 2005. Cara Mudah Mengatasi Masalah Statistik dan Rancangan Percobaan Dengan SPSS 12. Gramedia. Jakarta.
Provinsi Sulawesi Utara. 2006. Rencana Pernbangunan Jangka Panjang Menengah Daerah Tahun 2005-2010. Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Provinsi SULUT. Rachwatono, R. 1974. Presina Ill (I).
Pengernbangan Lingkungan Hidup dan Pernbangunan.
Rangkuti, F., 2005. Analisis SWOT Teknik Mernbedah Kasus Bisnis. Reorientasi Konsep Perencanaan Strategis Untuk Menghadapi Abad 21. Penerbit PT. Grarnedia Pustaka Utama. Jakarta. Rondo, M 1996. Konservasi Surnberdaya Terurnbu Karang di Indonesia. Metodologi Penelitian Terurnbu Karang. P 3 0 LIP1 Surnberdya Alarn Arnbon dan Fakultas Perikanan UNSRAT hfanado. Rondo, M. 2001. Konservasi Laut. Makalah Seminar Lokarya. Fakultas Perikanan dan llrnu Kelautan UNSRAT. Manado. Rouphael, A.B. and G.L. lnglis (2002). Increased spatial and temporal variability in coral damage caused by recreational SCUBA diving. Ecol. Appl. Soernarwoto. 0. 2004. Djarnbatan.
Ekologi, Lingkungan Hidup dan Pernbangunan. Penerbit
Salrn R.V. dan Clarck, J.R. 1989. Marine and Coastal Protected Areas. IUCN (International Union for Conservation of Nature and Natural Resources) Second edition. Sekartjakrarini S. dan Legoh N.K. , 2003. Ekowisata : Konsep Wisata Kini. Bahan Kuliah Perencanaan Tata Ruang Dan Ekowisata. Program Studi Pengelolaan Surnberdaya Alam Dan Lingkungan. lnstitut Pertanian Bogor. Bogor. Sekartjakrarini S., 2003. Ekowisata : Konsep Pengernbangan dan Penyelenggaraan Wisata Rarnah Lingkungan. Bahan Kuliah Perencanaan Tata Ruang Dan Ekowisata. Program Studi Pengelolaan Sumberdaya Alam Dan Lingkungan. lnstitut Pertanian Bogor. Bogor. Shuib, A. 1997. The Training of Local Interpretive Guides in Ecotourisrn at Taman Negara National Park, Malaysia. In J. Bornemeier.. M. Victor, and P.B. Durst [Editor]. Ecotourisrn for Forest Conservation and Community Development. Proceedings of an International Seminar. Chiang Mai, 28-31 January 1997. F A 0 and RECOFTC. Thailand. Stankey, S.H., Cole, D.N., Lucas, R.C., Petersen, M.E. and S.S. Frissell (1985). The Limits of Acceptable Change (LAC) system for wilderness planning. U.S.D.A. Forest Service General Technical Report INT-176, Ogden, Utah. Sukarno, R. 1995. Ekosistern Terunbu dan Masalah Pengelolaannya (Manajernen Terumbu Karang). Diklat Metodologi Penelitian Terumbu Karang, ManadoBunaken. P30 LIP1 dan Fakultas Perikanan.
Tomascik, T. 1991. Coral Reef Ecosystem Environtment ; Management Guidelines. Marine and Coastal Resources Management. KLHIMDI, Jakarta. UNEP (United Nations Environtment Programme)., 1993. Monitoring Coral Reef for Global Change. Ref.Method.for.Mar.Poll.Stud. No.61. UNESCO, 1993. Framework for Integration : Environment Population Education and Information for Human Development. Bangkok. Wiratno. 1996. Sejarah Pembangunan Taman Nasional di Indonesia. Duta Rimba, Maret-April (XX) 1996.
LAMPIRAN Lampiran 1 Hasil analisis REGRESI Descriptive Statistics Mean 54.0750 6968,6000
T.KARANG K.WISATA
Std. Deviation 2,2379 1428,1459
Correlations T.KARANG T.KARANG 1,000 K.WISATA -,I41 T.KARANG K.WISATA ,4io T. KARANG 5 K.WISATA 5
Pearson Correlation Sig. (I-tailed)
N
K.WISATA -, 141 1.000 ,410 5 5
Variables EnteredlRemoved Model Variables Entered Variables Removed 1 K.WISATA a All requested variables entered. b ~eoendentVariable: T.KARANG
Model
R
1 ,141 a Predictors: (Constant), K.WISATA
Model
Sum of Squares ,400 1 Regression Residual Total 19,633 20,033 a Predictors: (Constant), KWISATA b Dependent Variable: T.KARANG
B 1 (Constant) K.WISATA
ANOVA df 1 3 4
Coefficients Standardize d Coefficients Std. Error Beta
55,618 6,345 -2.215E,001 04 a Deoendent Variable: T.KARANG
Method Enter
Model Summary R Sauare Adjusted R Square Std. Error of the Estimate ,020 -,307 2.5582
Unstandardized Coefficients Model
N 5 5
-.141
Mean Square
F
Sig.
,400 6,544
,061
,821
t
8,765 -,247
Sig.
,003 ,821
95% Confidence l n t e ~ afor l B
Lower Bound 35,425 -,003
Upper Bound 75,812 ,003
Lampiran 2 Hasil analisis kekuatan izpang Isu : Degradasi Lingkungan Masalah. Kasus-Efek Prosentasi (Biofisik., Sosial-~~ ~ u d a y aEkonomi) . M Degradasi Hutan C Penebangan Pohon Sembarang i Kehilangan KEHATI dan kepunahan spesies Kehilangan sumber air Erosi tanah + Degradasi sosial ekonomi
Strategi untuk ImplementasilAksi
Target Group
Pendamping
~
+ analisis kebijakan yg berlaku + Pembuat + pembuatan dan penegakan hukum keputusan + pengembangan partisipasi/ aksi + Ahli pertanian masyarakat
+ pelatihan dari pelatih untuk caoacitv . . buildim
+ mengemoangkandari bahan-
.
M Kualitas Tanah Rendah C Polusi Tanah + Erosi tanah merusak mangrove dan terumbu karang + Polusi air tanah r Kekeringan dan produksi pangan rendah + Suplai air rendah
+
Sektor bisnis .f Media
bahan pe a.aran (mull;-medta)
+ rnengumpulkan, berbagi dan rnenyebarkan informasi
+ integrasikan dengan kurikulum sekolah 3 transfer teknologi membangunjaringan
+
M Kualitas air Rendah C Polusi Air r Kekurangan suplai air benit, Kekurangan nutrisi r Biaya perawatan air tinggi Kehilangan kehati + Aliran air tersumbat Salinitas Biaya kesehatan tinggi M Kualitas Udara Rendah C Peningkatan Polusi Udara r Penvakit pernafasan meningkat + Pencemaran oleh transportasi
+ Ahli hutan + Masyarakat
ESCAP UNEP IUCN FA0 ASEAN SEAMEO NGO'S
+
analisis kebiiakan vana , -ada 3 pemouaran dan penegakan h u k ~ m ikembang6an part s,paslIa*s
+ Pengambil
+
masyarakat intergrasikan dengan kurikulum sekolah .f pelatthan oar pelatnh dntJk capacrly buddnng .t mengembangkan darl bananbahan pelaiaran (multimedia) menaumoulkan. berbaai dan menyebarkan ikormasi transfer teknologi membangunjaringan
+
+ penilaian kebijakan e.g. trade-off
+
+
+
keputusan Pekeja di bidang air Ahii biologi Sekolah
ESCP UNEP IUCN FA0 WHO ASEAN SEAMEO NGO'S
+ +
+
+ + +
+ + + + + + + + + + +
+ +
sebelum degradasi lingkungan dan ekonomi tejadi kembangkan partisipasilaksi masvarakat intekrasikan dengan kurikulum sekolah pelatihan dari pelatih untuk caDacitv building mengembangkan dari bahanbahan pelajaran (multi-media) mengumpulkan, berbagi dan rnenyebarkan informasi transfer teknologi membangunjaringan analisis kebijakan yang ada pembuatan dan penegakan hukum kembangkan partisipasilaksi masyarakat intergrasikan dengan kurikulum sekolah pelatihan dari pelatih untuk capacify building mengembangkan dari bahanbahan pelajaran (multimedia) mengumpulkan, berbagi dan menyebarkan inforrnasi transfer teknologi membangun jaringan
+
+
+
Pengambil keputusan Peyelenggara lalulintas dan transoortasi ~edie Sekolah
3 Pengambil keputusan Pengusaha Petani Pekeja bidang pertanian Media Sekolah
+ +
+ + +
USCAP UNEP WHO IUCN UNESCO SEAMEO WHO NGO'S
ESCAP UNEP FA0 WHO UNESCO SEAMEO NGO'S
Lanjutan Lampiran 2 tsu : Berkurangnya Surnbedaya Masalah. KasusProsentasi Efek (Biofisik, (%) Sosial-Budaya, Ekonomi) M Berkurangnya Sumberdaya Flora dan Fauna C Kehilangan KEHATI Degradasi habitat + Penurunan sumberdaya pangan + Kepunahan spesies
I Strategi untuk liplementasilaksi
Target Group
Pendamping
+ analisis kebijakan yg berlaku + pengembangan partisipasilaksi
+ Pembuat keputusan + Ahli biologi + Ahli hutan + Masvarakat + ~eldmpok-
UNEP IUCN SEAMEO UNESCO NGO'S WWF
+ pembuatan dan penegakan hukum rnasyarakat
+ oelatihan dari wlatih untuk capacify buildi;lg + rnengembangkandaii bahan-
bahan pelajaran (multi-media) mengumpulkan, berbagi dan menyebarkan informasi lntegrasikan dengan kurikulum sekolaht 3 ransfer teknologi membangunjarinqan
+ +
+ +
kelompok masyarakat Media Sekolah
+
Isu : lingginya Pertumbuhan Penduduk Masalah. KasusProsentasi Strategi untuk lmplementasilAksi Efek (Biofisik, (%) Sosial-Budaya. Ekonomi) M Tingginya analisis kebijakan yg berlaku pembuatan dan penegakan hukum Periumbuhan Pengembangan pariisipasilaksi Penduduk dan Rendahnya masyarakat pelatihan dari pelatih untuk Ekonomi C Tingkat capacify building mengernbangkandari bahanPengangguran bahan pelajaran (multi-media) Tinggi mengumpulkan, berbagi dan + Migrasi ke Kota menyebarkan informasi r Keahlian integrasikan dengan kurikulum rendah sekolah r Masalah transfer teknologi membangun jaringan sosial tinggi Prostitusi
+ + + + + + + +
+
Target Group
Pendamping . -
+ Pembuat keputusan + AksilKomunitas pekej a + Pekeja-pekeja social + Publik umurn + Pekerja kesehatan + Guru dan
UNFPA ESCAP WHO VNDCP UNEP ILO UNICEF UNESCO SEAMEO NGO'S
pengaja
Lanjutan Lampiran 2 Isu : Status Wanita dan Perltndungan Anak Masalan. KasusProsentas, Slrareot unrJ< Imolemenlas IAks, Efek (Biofisik. ~osiil-Budaya, Ekonomi) M Rendahnya Status Wanita C Nilai Tradisional dan Budaya + Pelayanan kesehatan tidak rnemadai Tidak terlibat dalam penga~nbilan keputusan di keluarga C Rendahnya Tingkat Pendidikan Wanita r Kurang kesadaran untuk merawat kesehatan Tidak ada kepekaan terhadap masalah lingkungan
+ analiss kebcakan yg beraku + pembualan dan penegakan h-kum .)
+ + + + + +
pengembangan partsipaslaksi masyarakat pelatihan dari pelatih untuk capacity building mengembangkan dari bahanbahan pelajaran (multi-media) mengumpulkan, berbagi dan menyebarkan iilformasi integrasikan dengan kurikulum sekolah transfer teknologi membangun jaringan
Target Group
Pendamping
.f Pembuat keputusan Perempuan, para ibu .f Kelompokkelompok masyarakat .f Pelajar .f Guru .f Publik umum
UNICEF UNIFEM ESCAP ILO UNESCO SEAMEO WHO NGO'S UNHCR
.t Pengambil keputusan .f Orang tua .f Perkumpulan dan pekerja kesehatan .f Media .t Sekolah 3. Pelajar .f Guru .f Penge:ola
ESCAP UNICEF WHO !LO UNESCO NGO'S
+
.
M Tidak ada Perlindungan Kesejahteraan Anak C Pekeja Anak di Bawah Umur C Prosttusi Anak C Prasarana dan Sarana Pendidikan Bagi Anak Tidak Memadai C Pelayanan Kesehatan Anak Tidak
+ analisis kebiiakan vana ada + pembuatan ban pinegakan hukum
+ kernbangkan partisipasilaksi masyarakat
+ -intergrasikan dengan kurikulum sekolah + pelatihan dari pelatih untuk capacity building .f mengembangkan dari bahanbahan pelajaran (multimedia) mengumpulkan, berbagi dan menyebarkan infomlasi transfer teknologi membangun jaringan
+ +
+
Lanjutan Lampiran 2 ISU : Pelayanan dan Perawatan Kesehatan Masalah. Kasus-Efek Prosentasi Strategi untuk Target Group Pendamping (Biofisik. Sosial-Budaya. ImplementasilAksi (%) Ekonomi) -analisis kebijakan yg -Para Suami UNICEF M Perawatan Kesehatan berlaku -Komunitas peke"; xdtsUNFPA Rendah -pembuatan dan kesehatan UNDCP C Tidak Ada integrasi penegakan hukum -Media Program Perawatan WHO -Pengembangan -Pelajar Kesehatan dan Pelayanan UNESCO -GUN Kesehatan partisipasilaksi UNEP -Pengelola r Fasilaas kesehatan masyarakat Save the -pelatihan dari pelatih -Publik umum children fomd tidak memadai + Kurangnya tenaga untuk capacity SEAMAO medis building NGO'S mengembangkan r Kurangnya dari bahan-bahan penyuluhan pelajaran (multikesehatan media) C Pelayanan Kesehatan -mengumpulkan. Keluarga Kurang berbagi dan r Kurargnya perhatian ibu terhadap menyebarkan kesehatan anak informasi Te jadi kekurangan -1ntegrasik;n dengan Gisi kurikulum sekolah Tidak adanya -Transfer teknologi -membangun pencegahan penyakit masyarakat seperti jaringan malaria, diare, hepatitis HIVIAIDS + Kurangnya pengetahuan hak dan kesejahteraan wanita dan anak + Rendahnya kepekaan terhadap lingkungan Isu : Management Wisata Masalah, Kasus-Efek (Biofisik. SosialProsenlasi Strategi untuk Taqet Group Pendamping Budaya. Ekonomi) (%) ImplementasiIAksi M lnefisiensi Pengelolaan Fasilitas -analisis kebijakan yg berlaku -Wiiatawan UNE~ dan Pelayanan Wisata -pembuatan dan penegakan -Penya~ur ESCAP C Kurangnya Tujuan Wisata hukum pemandu ILO -Pengembangan Berkualaas, Berintegrasi dan wisata UNESCO paitisipasilaksi masyarakat -Pengusaha sEAMEO Beraneka Ragam Yang Rama Lingkungan -pelatihan dari pelatih untuk -Publ~k wHO r Fengelolaan sampah dan air capacity building -Kontraktor NGOS buangan wisata tidak memadai mengembangkan dari tahanbangunan + Aktivitas wisata menyebabkan bahan pelajaran (multi-media) -pelajar polusi badan-badan air -mengumpulkan, berbagi dan -Guru r Aktivitas wisata merusak struktur menyebarkan informasi -Pengelola tanah -1ntegrasikan dengan kurikulum sekolah C Program Pengembangan Wlsata Merusak Lingkungan -Transfer teknologi + Kurangnya kesadaran antara -membangun jaringan guide dan turis untuk menjaga dan mencintai lingkungan r Kerusakan sosial budaya dan sejarah C Wisata Melebihi Daya Dukung Lingkungan r Gangguan terhadap infrastruktur r Berkurangnya hasil tangkapan ikan C Kurangnya Studi Tentang Dampak Sosial r Sarana dan prasarana wisata dibangun pada daerah yang tidak sesuai r Aktifvitas wisata menyebabkan peningkatan harga bahan pangan dan komoditas - --
.
Larnpiran 3 Tow# 1
Hasil manta tow Desa Bunaken thn 2001
% Hard
% Dead Standing
% Rubble
% Sand
Live 35
10
20
5
% Other
Live 30
Lampiran 4 Tow # 1
Hasil manta tow Desa Alungbanua tahun 2001
% Hard
% Dead
% Rubble
40
10
35
% Sand 10
% Other
5
Lampiran 5 Hasil manta tow Desa Bunaken thn 2002 Tow# 1
%Hard Live 45
% Dead Standing
% Rubble
% Sand
% Other Live
10
15
5
25
Lampiran 6 Tow # 1 2
Hasil manta tcw Desa Alungbanua tahun 2002
%Hard Live 25 30
% Dead
% Rubble
% Sand
% Other
Standing 15 15
35 45
20 10
Live 5 0
Larnpiran 7 Tow# 1
Hasil manta tow Desa Bunaken tahun 2002
% Hard
% Dead
Live
Standing
40
20
% Rubble
% Sand
15
5
% Other
Live 20
Larnpiran 8 TOWS 1
Hasil manta tow Desa Alungbanua tahun 2003 HARD CORAL 25
DEATH CORAL 15
ABIOTIC 55
OTHER LWE -, 5
Larnpirzn 9
Tabel hasil manta tow di Desa Alungbanua tahun 2305
Nama Lokasi : Desa Alungbanua
Kota
Tanggal ~ukui No. Tow
Pengamat : -
: 12-8-2005 : 14.00 WITA
: Manado
Provinsi: SULUT
Catatan
GPS (BTILintang) Awal
Akhir
Kedalaman (m)
Kelas Tutupan
Lampiran 10
Tabel hasil manta tow di Desa Bunaken tahun 2005
Manta Tow Nama Lokasi : Desa Bunaken Tanggal Pukul
Kota
: 20-8-2005 : 10.00 W A
: Manado
Pengamat :
No .
Tow
Provinsi: SULUT
Catatan
GPS (BTILintang) Awal Akhir
Kedalaman (m)
Kelas Tutupan
83
a,
I?.
Lampiran 12 Peta penutupan lahan Puiau Bunaken PETA PENUTUPAN LAWAN PULAU BUNAKEN SULAWESI UTARA
KmT6fRANOAN:
TOrumbu
3 Kilometers 00
0\
Lampiran 13 Peta ekosistem pesisir Pulau Bunaken
PETA EKOSISTEM PESISIR PULAU BUNAKEN
Larnpiran 14 Peraturan zonasi Pulau Bunaken
PERATURAN ZONASIPU~AU BUNAKEN 3.1. Zona Pernanfaatan Masyarakat Keqiatan yanq diperbolehkan
-
Mengail, rnancing tradisional Cari biak untuk rnakan, 50 meter dar tubir nyare. Jubilpana ikan, tidak boleh pakai tabung atau kornpresor, dan tidak boleh untuk orang asing. Funaelsorna p ~ j e k ocari urnpang Segala rnacarn jaring yang tidak kena batu karang Paka-paka, jaring yang kena batu karang harus 50 meter dari tubir nyare. Menyelarn, snorkelling Katarnaran Budidaya rurnput laut, tapi tidak bbleh pakai tiang posi-posi Budidya ikanludang (setelah dapat izin dari BTNB, PEMDA rnelalui Dewan Pengelolaan TNB) Arnbil karang rnati untuk keperluan desa, harus 50rn atau lebih dari tubir dan sesuai Peraturan Desa setempat. Arnbil pasir pantai untuk keperluan desa, sesuai dengan peraturan desa Keqiatan yanq TlDAK diperbolehkan Sero tanarn. 0
Segala rnacarn rnenangkap ikanlarnbil biota laut dengan kornpressor Mernbuang jangkar besi, kecuali kelau 50rn atau lebih dari tubir atau di atas pasir, dan dalarn keadaan darurat.
*
Penebangan posi-posi
-
Arnbil karang hidup Jetskis
Lanjutan Larnpiran 14 3.2. ZONA PEMANFAATAN WISATA
Keqiatan yanq diperbolehkan
*
Menyelarn, tidak boleh injaklrnerusak karang atau mernbawa jubi ikan Snorkelling, tidak boleh injaklrnerusak karang atau rnernbawa jubi ikan Katamaran, rnemperhatikan penyelamlsnorkeller Perahu rnelintas
*
Mernbangun saranalprasarana wisata seperti jettylderrnaga, dengan izin dari BTNB, PEMDA melalui Dewan Pengelolaan TNB
Keqiatan vans TIDAK diperbolehkan
.
-
Mernbuang jangker, kecuali daruratJetskis Segala macam menangkapan ikanlrnengarnbil biota laut, terrnasuk rnengail, jubi, paka-paka, jaring, dl1 (Sesuai dengan UU 511990, PP 6811998) Arnbil karang hidup atau rnati Budidaya ikan atau rurnput laut
3.3. ZONA INTI
Keqiatan yanq diperbolehkan
-
Penelitian non-rnanifulatif (sesuai dengan UU 511990, PP 6811998) Perahu rnelintas tanpa berhenti
Kegiatan yanq TlDAK diperbolehkan Segala rnacarn kegiatan wisata (sesuai dengan UU 511990, PP 6811998) Segala rnacarn penangkapan ikanl rnengarnbil biota laut (sesuai dengan UU 511990, PP 6811998).
.
Mernbuang jangkar Segala rnacam kegiatan lain
Larnpiran 15
Data adrninistrasi Pulau Bunaken
DATAPULAUBUNAKEN ADMlNlSTRASl KOTA MANADO LUAS PULAU 704,33 Ha LUASKESELURUHANTNBUNAKEN 79.056 Ha 62.150 Ha - LUAS BAGIAN UTARA 16.906 Ha - LUAS BAGIAN SELATAN 27OC SUHU UDARA RATA-RATA KECERAHAN AIR 10-30 METER PASANG SURUT 2.6 METER KEDALAMAN LERENG TERUMBU 50-200 METER LUAS TERUMBU KARANG 531,4 Ha HEWAN LANGKA: - IKAN RAJA LAUT - DUYUNG - PENYU - BUAYA - PAUS ' - LUMBA-LUMBA DLL SPESIES KARANG 58 GENUSIKELUARGA . KERAGAMAN IKAN 5 2.000 JENIS DESA : 1. DESA BUNAKEN 2. DESA ALUNGBANUA 27.429 (TERMASUK MANADO TUA) JUMLAH PENDUDUK MATA PENCAHARIAN UTAMA : NELAYAN : SANGIHE - TALAUD ASAL SUKU -MANGROVE (UMUM) JENIS TUMBUHAN : - JENIS BITUNG - PANDAN - RUMPUTAN DAN TANAMAN JALAR JENIS MANGROVE 29 SPESIES DOMINAN LOLARO, API-API, POSI-POSI EKOSISTEM PESlSlR - HUTAN BAKAU - PADANG LAMUN - TERUMBU KARANG JUMWH ALAT TANGKAP - PAJEKO 5 UNIT - FUNAE 3 UNIT - PERAHU KATlNTlNG 42 UNIT - PERAHU TANPA MOTOR 115
Lampiran 16
Data diving center dan resort di sekitar Taman Nasional Bunaken
Data Divinq Center & Resort : Baracuda Diving & Resort
1. Resort Name Telepone number Fax number Address Website E-mail
: Molas, Manado : littp://ww.bastianos.coiii/ : nia~lto:into(n),bast~a~ios.coni
2. Resort Name Telepone number Fax number Address Website E-mail
: Bastianos Resort & Diving Center : 864025, 853566.081 1434666 : 858454 : Jl. Cokroaminoto 19 Manado, 95122 : www.bast~anos.corn : Into(@bastlanos.com
3. Resort Name Telepone number Fax number Address Web'site E-mail
: Blue Banter Marina Tour & Dive Center : 863302 : 862135 : JI. Piere Tendean BoulevardManado : www bluebanter-manadocom : info@blueoanter~manado.corn
4: Resort Name : Bunaken Cha Cha Dive Lod e Telepone number : 62-(0)431-330-7293(Resort), 831-941 1 (Mobile) Fax number Address : Bunaken Island. P.O.Box1316 Manado 95000 North Sulawesi@lndonesia Website : www.Bunakenchacha.coml~ttp://~v~v~v.bastianos.co~n/ E-mail :
[email protected] 5. Resort Name : Telepone number : Fax number : Address : Website : E-mail :
Bunaken Divers +62-0431-859379,+62-0431-3306034 +64-0431-859368 JI. Piere Tendean 89 Manado
www.Bunakendivers.comlittp://~~~~~~-.bastianos.coni/
[email protected]
6. Resort Name Telepone number Fax number Address Website E-mail
: Frog ies Divers : (62) ?31-850-210,(62) 812-430-1356 or 1464
7. Resort Name Telepone number Fax number Address Website E-mail
: lrnanuel Diving I Daniel Mornestay
8. Resort Name Telepone number Fax number Address Website E-mail
: MC Dive Bunaken & Resort
: P. 0 . Box 1520 Manado 95015-Sulut Indonesia : http://w~v.bastianos.coni/www.divefroggies.com : rnanado~@d~vetroqq~es.com
:
: Pangalisang - Bunaken : niailto:infoii'2bastianos.co1i1111ailio:info~:~anccaislaiid.c01i1 :
: PAgalisan2 - Bunaken : www.rnc ive Bunaken.com litin:!!\v\v\v.basiianos.com/ : mailto:i~llocr I ; a s t ~ a n o s . c o n i i n ~ ~ B u n a k e n . c o m
Lanjutan Lampiran 16 9. Resort Name Telepone number Fax number
: Nusantara Diving Center & Resort : 863992,863988 : 860368
: Pantai Molas. PO BOX 1015 Manado 95001
: Livin Colours Dive Resort 10. Resort Name Telepone number : 0812 306063 Jackko Bunaken, 08124306401 Mia Fax number : Jackko Alto PO Box 2406 Manado Address : http://www.bastianos.codwww.Iivingcoloursdiving.com Website : rna~lto:into(cr),bastianos.cominfo@livingcoloursd~v~ng.com E-mail
2
11:Resort Name Telepone number Fax number Address Website E-mail -
: Ocean Star Diving : Pangalisan
Bunaken
: http://www%istianos.comf : ma~lto:~nto(cr),bast~anos.com -
: Sea Breeze Diving & Resort 12. Resort Name Tele~onenumber : 859379,3306034 : 859368 Fax number : JI. Piere Tendean 89 Manado Address : www.Bunakendivers.comhtt~://~vww.bastianos.cod Website : mailto:info@,bastianos.com~nto~~ndo~ac~t~cdlvers.com E-mail ~nfo@Bunakend~vers.com 13. Resort Name Telepone number Fax number Address Website E-mail
: Scubana Divers
14. Resort Name Telepone number Fax number Address Website E-mail
: Sea Sun Safari
: 08124401566,08124493705 Liana - Bunaken : htt :7/\wv\v.bastianos.corn/ : .
- -
:n~i~o:lnfo(dbastlanos.comm3ito:info@indop,dcificdivers.conl
: Malalayang : http://www.bastianos.com/
:ma~lto:info(cr),bast~anos.commailto:info(iiindo~acificdivers.corn . -
15. Resort Name Tele~onenumber Fax number Address Website E-mail
: Sulawesi Dive Ouest : 863023,08124417676 (Angky)
16. Resort Name Telepone number Fax number Address Website E-mail
: Siladen Resort & Spa : 858820 : 858820 : Siladen Island - Manado : www.siladen.comhttp://w\mv.bastianos.com/ : info@ siladen.com m a ~ l t o : ~ n f o ~ ~ ~ b a s t ~ a n o s . c o m
17 Resort Name Telepone number Fax number Address Website E-mail
: Samurindah Paradise Diving & Rezort : 823318, 825248 : 823318, 825248
: PO Box 1030 Manado 95000 : www.sulawesi~dive~qest.comhtt~://~~~~.bastianos.com/ : mai1to:1nfo@,bast1anos.com Bunaken@sulawesi~dive~qest.com
Kel. Bahu - Malalayang Manado
: 6np://www.bast1anos.con1/ : rna~lto:~nfo((/~bast~anos.com
Lanjutan Lampiran 16 18. Resort Name Telepone number Fax number Address Website E-mail
: Thalasa Dive Center : 850230 : 850231 : Po Box 95013 : ~.thalassa.ne~http://~w.bastianos.cod : ma~lto:~nfo@
[email protected]
19. Resort Name : Two Fish Divers Telepone number : 0811432805 Fax number Address : JI. Sam Ratulanni XIX No. 12A Manado 951 13 Website E-mail
Lampiran 17 Caftar kapal yang melakukan diving cruise dan kapasitas maksimum Nama Kapal
No
Kapasitas
1
Murex serenade
12
2
Murex mimpi
6
3
Froggies clown
17
4
Ocean rover
12
5
Mimpi
8
6
Cha cha yacht
6
7
Liburan
10
8
lndo pacific olivia II
12
Keteranqan ,
Fantasea-Thailand
Larnpiran 18 Daftar operator selarn dan kapasitas tarnpung penyelarn No
Operator
Daya Tarnpung
1
Two fish divers
18
2
Froggies divers
18
3
Living color DC
18
4
Cha cha dive lodge
12
5
lndo pacific (Bunaken divers)
20
6
Sulawesi dive quest
15
7
Sun plash
20
8
lrnrnanuel DC
12
9
Scubana
10
10
Sarnudera indah
10
11
Siladen spa
20
12
OnonglCeleber divers
7
13
R. Lasut
7
14
Martha HS
10
15
NDC
60
16
Barracuda
30
17
Curni-curni rnerah
6
18
Thallassa
60
-
?
Total
339
Larnpiran 19 Keanekaragaman pengunjung di TN Bunaken rnenurut negara asal tahun 2002 Country UK Italy
Number of Visitors 1 year Tags Iday Ticket
Total
692
101
793
62
3
65
26
30
56
Taiwan Germany Holland Japan Singapore France USA Indonesia Switzerland Spain Australia Austria Thailand Belgium Denmark Sweden Hong Kong Canada Malaysia China Norway Finland Russia Korea "Africa" New Zealand Mexico E ~ Y P ~ Philippines Slovenia Turkey Hungary
4
Brunei
3
3
Foland
2
2
Saudi Arabia Myanmar
1 1
5
3 1
4
2
Lanjutan Lampiran 19 Country
Number of Visitors
Portugal
1 year Tags 1
Argentina
1
:
I day Ticket 1
Total 2 1
Bangladesh Brazil Greece Qatar Yugoslavia "Caribbean"
No data
521
257
5294
2968
778 8262
Lampiran 20 Keanekaragaman pengunjung di TN Bunaken menurut negara asal tahun 2003 COUNTRY Uk Holland Taiwan Italy Singapore Germany Japan France USA Indonesia Switzerland Spain Belgium Sweden Australia Canada Austria Denmark Korea Malaysia Thailand Africa Russia Hong kong New Zealand Norway Philippines Finland Argentina China Slovenia Portugal Hungary India Swedia Brunei Mexico Brasil Colombia Manaco Polandia Vietnam Not Listed TOTAL
-
-
Visitor 1357 982 744 557 519 501 413 361 201 187 155 154 110 102 101 73 64 60 59 58 31 30 25 21 20 20 20 18 13 11 11 10 8 8 6 5 4 1 1 1 1 1 1142 8166