Dampak Dispensasi Nikah Terhadap Eksistensi Pernikahan ( Studi Analisis di Pengadilan Agama Kendal)
SKRIPSI Disusun Guna Memenuhi salah Satu Persyaratan Untuk Mendapatkan Gelar Sarjana Strata 1 (Satu) Dalam Ilmu Hukum Islam
Oleh :
ABDUL MUNIR 062111034
FAKULTAS SYARI’AH INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI WALISONGO SEMARANG 2011
II
III
DEKLARASI Dengan penuh kejujuran dan tanggungjawab, penulis menyatakan bahwa skripsi ini tidak berisi materi yang pernah ditulis oleh orang lain atau diterbitkan. Demikian juga skirpsi ini tidak berisi satupun pikiran-pikiran orang lain, kecuali informasi yang terdapat dalam referensi yang dijadikan bahan rujukan.
Semarang, Juni 2011 Deklarator
Abdul Munir NIM.62111034
IV
ABSTRAKS Perkawianan bertujuan untuk membentuk keluarga yang sakinah, mawaddah, wa rahmah. Dalam UU Perkawinan ditentukan prinsip-prinsip atau asasasas mengenai perkawinan. Salah satu asas atau prinsip yang tercantum adalah bahwa calon suami isteri itu harus telah masak jiwa raganya. Untuk menjebatani hal tersebut, UU Perkawinan No. 1 Th. 1974 telah menetapkan dalam pasal 7 ayat (1) yang berbunyi: “Perkawinan hanya diizinkan jika pihak pria sudah mencapai umur 19 (sembilan belas) tahun dan pihak wanita mencapai umur 16 (enam belas) tahun, pembatasan tersebut untuk melindungi keturunan yang dilahirkan, akan tetapi disisi lain undang-undang memberikan kelonggaran kepada pasangan yang kurang umur untuk melangsungkan pernikahan. Dispensasi nikah adalah kelonggaran yang diberikan Pengadilan Agama kepada calon mempelai yang belum cukup umur untuk melangsungkan, di Pengadilan Agama Kendal pada tahun 2008 samapi 2010 telah memutus perkara permohonan dispensasi nikah sebanyak 83 perkara, pasangan yang nikahnya mendapat dispensasisi nikah mereka kurang siap untuk membina suatu rumah tangga. Dalam memberikan dispensasi nikah Hakim dituntut untuk dapat mempertimbangkan secara selektif sesuai dengan aturan (perundang-undangan) yang berlaku. Di samping itu juga perlu ditekankan pada kemaslahatan yang ingin dicapai dalam perkawinan pasangan yang bersangkutan. Dari diskripsi masalah diatas yang menjadi pokok permasalah dalam skripsi ini adalah apa sebenarnya yang menjadi pertimbangan hakim dalam memberikan dispensasi nikah, kemudian bagaimana dampak dispensasi nikah terhadap eksistensi pernikahan. Penelitian ini merupakan penelitian lapangan dan metode yang digunakan dalam penelitian ini yaitu pendekatan normatif dan yuridis. Putusan Pengadilan Agama Kendal dari tahun 2008 sampai 2010 diambil denga cara metode dokumen dan wawancara dengan hakim Pengadilan Agama, kemudian data yang ada dianalisis secara kualitatif dengan menggunakan metode deduktif dan induktif. Adapun hasil yang diperoleh dari penelitian ini dapat diketahui bahwa majelis hakim mendasarkan pada pertimbangan kemaslahatan bagi kedua calon mempelai. Majelis hakim lebih banyak menggunakan pertimbangan maslahah yang bersifat daruriyyah dalam hal memelihara keturunan. Dispensasi nikah tidak berdampak terhadap eksistensi pernikahan akan tetapi dispensasi nikah lebih berdampak pada keharmonisan kehidupan keluarga hal ini disebabkan kurangnya persiapan untuk membina keluarga yang sesuai dengan tujuan perkawinan.
V
MOTO
! " # $ % '& ( )$ " * " # $ '+ & " ) $ , ' . )/ + 0 ' + )/ 21 3' Wahai sekalian pemuda, apabila kamus suda mempunyai bekal maka kawinlah :sesunggunya (kawin) bisa memejamkan mata, dan memelihara kemaluana; siapa yang belum sanggup (mempunyai bekal) maka puasalah, sebagai benteng (perisai)*
*
Abi Abdillah Muhammad Ibni Ismail al-bukhari, Shahi Bukhari Juz 3,(Maktabah Dahlan, Indonesia) hlm 2099
VI
PERSEMBAHAN Dengan penuh rasa syukur kepada Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan hidayahnya, skripsi ini saya persembahkan persembahkan kepada : Kedua orang tuaku yang mendidik dan mengarahkan putranya. Bimbingan dan ridhamu adalah pembuka jalan masa depanku KakakKakak-kakakku dan keluarga ku tercinta, akhirnya aku dapat memenuhi kewajibanku. Semoga semua dalam lindungannya. Galuh Maharani,S.Sos.I Maharani,S.Sos.I yang selalu mewarnai hidupku Semua
saudara
seperjuangan
yudha
XXX
di
MAHASISWA dan IMAKEN (Ikatan Mahasiswa Kendal) SahabatSahabat-sahabatku dikampus dan diluarkampus
VII
RESIMEN
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL HALAMAN NOTA PEMBIMBING...............................................................
II
HALAMAN PENGESAHAN..........................................................................
III
DEKLARASI ...................................................................................................
IV
ABSTRAKS .....................................................................................................
V
HALAMAN MOTO ........................................................................................
VI
HALAMAN PERSEMBAHAN ......................................................................
VII
HALAMAN KATA PENGANTAR ................................................................ VIII HALAMAN DAFTAR ISI ..............................................................................
XI
BAB : PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ..................................................................
1
B. Rumusan msalah..............................................................................
9
C. Tujuan dan Manfaat .........................................................................
9
D. Telaah Pustaka ................................................................................
10
E. Metodologi Penelitian ......................................................................
11
F. Sistematika penulisan Skripsi ..........................................................
17
BAB II : TINJAUAN UMUM TENTANG PERNIKAHAN DAN DISPENSASI NIKAH A. Konsep Dasar Pernikahan ...............................................................
19
1. Pengertian Pernikahan................................................................
19
2. Tujuan Pernikahan .....................................................................
26
3. Syarat dan Rukun Pernikahan ....................................................
29
4. Tata Cara Pernikahan .................................................................
33
5. Konsep Keluarga Sakinah ..........................................................
34
B. Dispensasi Nikah 1. Tata Cara Pengajuan Dispensasi Nikah .....................................
40
2. Syarat – Syarat Dispensasi Nikah ..............................................
45
3. Batas Usia Pernikahan Menurut Fiqih ......................................
46
4. Batas Usia Pernikahan Menurut UU Pernikahan .......................
51
VIII
BAB III : Dampak Dispensasi Nikah Terhadap Eksistensi pernikahan di Wilayah Hukum Pengadilan Agama Kendal ................................................
56
A. Profil Pengadilan Agama Kendal .............................................
56
B. Pelaksanaan dispensasi nikah di Pengadilan Agama Kendal ...
58
C. Alasan Pemberian Dispensasi Nikah di Pengadilan Agama Kendal .....................................................................................
64
D. Ekisistensi Pernikahan pasangan Suami Istri yang Mendapat Dispensasi Nikah di Wilayah Pengadila Agama Kendal .........
71
BAB IV :Analisis Dampak Dispensasi Nikah Terhadap Eksistensi Pernikahan di Wilayah Hukum Pengadilan Agama Kendal A. Analisis Terhadap Alasan Pemberian Dispensasi Nikah di Pengadilan Agama Kendal ......................................................
84
B. Analisis terhadap Dampak Dispensasi Nikah Terhadap Eksistensi pernikahan di Wilayah Hukum Pengadilan Agama Kendal ...
88
BAB V : PENUTUP A. Kesimpulan ...............................................................................
93
B. Saran ..........................................................................................
94
C. Penutup ......................................................................................
94
DAFTAR PUSTAKA DAFTAR LAMPIRAN DAFTAR RIWAYAT HIDUP
IX
10 BAB I PENDAULUAN
A. Latar Belakang Masalah Keluarga sebagai institusi terkecil dalam sebuah masyarakat memegang peran yang penting bagi pembentukan generasi muda yang berkualitas. Menikah dimaksudkan untuk mencapai kebahagian dan ketentraman hidup manusia, melalui pintu pernikahanlah seorang laki-laki dan perempuan bisa memenuhi kebutuhan biologisnya. Secara syar’i melalui perintah
menikah ini pula Allah SWT
menunjukkan betapa besar kasih sayangnya kepada manusia dan betapa maha luas pengetahuan Allah SWT akan kebutuhan manusia. Manusia yang sejak lahir dibekali potensi syahwat terhadap lawan jenis membutuhkan sarana untuk menyalurkan potensi tersebut, bila potensi ini tidak tersalurkan secara terarah, maka akan menimbulkan berbagai kerawanan. Pernikahan merupakan sunatullah yang mengikat batin antara seorang pria dan wanita yang ditandai dengan akad yang pada umumnya berasal dari keluarga yang berbeda, terutama berasal dari keluarga asalnya, yang kemudian mengikatkan dirinya menjadi satu kesatuan dalam ikatan keluarga. Sebagaimana firma Allah SWT dalam surat An Nisa ayat 1:
$pκ÷]ÏΒ t,n=yzuρ ;οy‰Ïn≡uρ <§ø ¯Ρ ÏiΒ /ä3s)n=s{ “Ï%©!$# ãΝä3−/u‘ (#θà)®?$# â¨$¨Ζ9$# $pκš‰r'¯≈tƒ ϵÎ/ tβθä9u!$|¡s? “Ï%©!$# ©!$# (#θà)¨?$#uρ 4 [!$|¡ÎΣuρ #ZÏWx. Zω%y`Í‘ $uΚåκ÷]ÏΒ £]t/uρ $yγy_÷ρy— ∩⊇∪ $Y6ŠÏ%u‘ öΝä3ø‹n=tæ tβ%x. ©!$# ¨βÎ) 4 tΠ%tnö‘F{$#uρ 1
11 Artinya:Hai sekalian manusia, bertakwalah kepada Tuhan-mu yang telah menciptakan kamu dari seorang diri, dan dari padanya Allah menciptakan isterinya; dan dari pada keduanya Allah memperkembang biakkan laki-laki dan perempuan yang banyak. dan bertakwalah kepada Allah yang dengan (mempergunakan) nama-Nya kamu saling meminta satu sama lain, dan (peliharalah) hubungan silaturrahim. Sesungguhnya Allah selalu menjaga dan mengawasi kamu (An Nisa ayat 1)2. Pernikahan juga merupakan suatu akad atau perikatan untuk menghalalkan hubungan kelamin antara laki-laki dan perempuan dalam rangka mewujudkan kebahagian hidup keluarga yang diliputi rasa ketentraman serta kasih sayang dengan cara yang diridlai Allah SWT.3 Dalam Islam dalam pembentukan keluarga dengan menyatukan antara laki-laki dan perempuan diawali dengan ritual yang suci yaitu kontrak perkawinan atau ikatan perkawinan, kontrak ini mensyaratkan dari masing-masing pasangan serta perwujudan hak-hak dan kewajiban-kewajiban bersama. Seperti yang tercantum dalam pasal 1 UU Perkawinan No 1 tahun 1974 yang berbunyi: “Perkawinan merupakan ikatan lahir batin antara seorang pria dengan seorang wanita sebagai suami istri dengan tujuan membentuk keluarga, rumah tangga yang bahagia dan kekal berdasarkan Ketuhana Yang Maha Esa”.4 Pernikahan dalam Islam tidaklah semata-mata sebagai hubungan atau kontrak keperdataan semata, akan tetapi mempunyai nilai ibadah5, dan mendatangkan kemaslahatan atau kebaikan yang sangat besar, diantanya sebagai berikut.
2
Departemen Agama, Al Qur’an dan Terjemah, (Semarang: PT Karya Toha Putra, 1971), hlm 61 Direktoral Jenderal Pembinaan Kelembagaan Agama Islam Departemen Agama, Ilmu Fiqihh Jilid II, (Jakarta, 1985), hlm 49 4 Direktorat Jendral Pembinaan Kelembagaan Agama Islam, Bahan Penyuluhan Hukum, Departemen Agama RI, (Jakarta: 2010), hlm 117 5 Ahmad Rofiq, Hukum Islam Di Indonesia, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 1998), hlm 69 3
12 1. Berguna untuk meneruskan mata rantai
keturunan manusia di muka bumi,
memperbanyak jumlah kaum muslimin. 2. Dapat memelihara dan menjaga kemaluan, serta jangan sampai menikmati hal-hal yang diharamkan syariat, yang bisa merusak struktur kehidupan masyarakat. 3. Dapat menjadikan kaum muslim lebih bertanggung jawab
melindungi dan
berusaha untuk menafkahi istrinya, sebagaimana firma Allah SWT, dalam surat An-Nisaa ayat 34:
!$yϑÎ/uρ <Ù÷èt/ 4’n?tã óΟßγŸÒ÷èt/ ª!$# Ÿ≅Òsù $yϑÎ/ Ï!$|¡ÏiΨ9$# ’n?tã šχθãΒ≡§θs% ãΑ%y`Ìh9$# ∩⊂⊆∪ à 4 öΝÎγÏ9≡uθøΒr& ôÏΒ (#θà)x Ρr& Artinya: kaum laki-laki itu adalah pemimpin bagi kaum wanita, oleh karena Allah SWT telah melebihkan sebahagian mereka (laki-laki) atas sebahagian yang lain (wanita), dan karena mereka (laki-laki) telah menafkahkan sebagian dari harta mereka. (An-Nisaa:34)6 4. Tercapainya ketenangan dan ketentraman antara suami dan istri serta terwujudnya perdamaian jiwa. 5. Pernikahan sangat berperan dalam membantu menjaga pola hidup masyarakat dari tindak kekejian yang bisa menghancurkan akhlak manusia dan menjauhkannya dari kemaluan. 6. Mampu menjaga dan melestarikan keturunan, serta menguatkan tali kekeluargaan dan persaudaraan antar satu sama lainnya. 7. Pernikahan akan mengangkat manusia dari kehidupan seperti binatang ke derajat kemanusia yang sangat mulia.7
6 7
Departemen Agama, Op.Cit.hlm 66 Saleh Al- Fauzan, Fiqihh Sehari-hari, (Jakarta: Gema Insani, 2006), hlm 638
13 Allah SWT memerintahkan kaum muslimin untuk menjalankan pernikahan dan bahkan Allah SWT melaknat umatnya yang tidak menjalankan pernikahan, sebagaimana yang difirmankan oleh Allah SWT dalam surat an- Nur ayat 32
(#θçΡθä3tƒ βÎ) 4 öΝà6Í←!$tΒÎ)uρ ö/ä.ÏŠ$t6Ïã ôÏΒ tÅsÎ=≈¢Á9$#uρ óΟä3ΖÏΒ 4‘yϑ≈tƒF{$# (#θßsÅ3Ρr&uρ ÒΟŠÎ=tæ ììÅ™≡uρ ª!$#uρ 3 Ï&Î#ôÒsù ÏΒ ª!$# ãΝÎγÏΨøóムu!#ts)èù Artinya: Dan kawinkanlah orang-orang yang sedirian diantara kamu, dan orangorang yang layak (berkawin) dari hamba-hamba sahayamu yang lelaki dan hamba-hamba sahayamu yang perempuan. jika mereka miskin Allah SWT akan memampukan mereka dengan kurunia-Nya. dan Allah SWT Maha Luas (pemberian-Nya) lagi Maha mengetahui(An-Nur 32)8
Setiap orang yang menjalankan pernikahan pasti mereka tidak terlepas dari kehidupan berkeluarga dan menempuh kehidupan dalam pernikahan adalah harapan dan niat yang wajar dan sehat dari setiap anak muda dan remaja dalam masa pertumbuhannya. Pengalaman dalam kehidupan menunjukkan bahwa membangun keluarga itu mudah, namun memelihara dan membina keluarga hingga mencapai taraf kebahagiaan dan kesejahteraan yang selalu didambakan oleh setiap pasangan suamiistri sangatlah sulit. Nah, keluarga yang bisa mencapai kebahagiaan dan kesejahteraan inilah yang disebut dengan keluarga sakinah. Untuk mewujudkan pernikahan yang sesuai dengan yang kita inginkan kedewasaan dalam hal fisik dan rohani dalam pernikahan merupakan dasar untuk mencapai tujuan dan cita-cita dari pernikahan, walaupun demikian banyak dari masyrakat yang kurang menyadari hal itu disebabkan oleh pengaruh lingkungan dan perkembangan sosial yang tidak memadai. 8
Departemen Agama, Op.Cit.hlm 282
14 Untuk menjembatani terwujudnya pernikahan yang sesuai dengan tujuan dari pernikahan maka undang-undang perkawinan No 1 tahun 1974 telah menentukan dan menetapkan dasar-dasar yang harus dilaksanakan dalam perkawinan. Salah satu diantaranya adalah pasal 7 ayat 1 yang berbunyi ”Perkawinan hanya diizinkan jika pihak pria sudah mencapai umur 19 (sembilan belas) tahun dan pihak wanita mencapai umur 16 (enam belas) tahun”9 dan dalam ayat selanjutnya menyatakan bahwa bila terdapat penyimpangan pada pasal 7 ayat (1) dapat meminta dispensasi pada pengadilan atau pejabat lain yang ditunjuk oleh kedua belah pihak baik dari pihak pria atau pihak wanita. Batas umur di Indonsia relatif rendah, dalam pelaksanaannya sering tidak dipatuhi sepenuhnya, sebenarnya untuk mendorong agar orang melangsungkan pernikahan diatas batas umur terendah, UU Perkawinan No.1 Tahun 1974 pasal 6 ayat (2) telah mengaturnya dengan bunyi ”untuk melangsungkan perkawinan seorang yang belum mencapai umur 21(dua puluh satu) tahun harus mendapat izin kedua orang tua”.10 Adapun dalam Islam memang tidak pernah secara sepesifik membahas tentang usia perkawinan, Al-Qur`an hanya menetapkan dengan tanda-tanda
dan isyarat
terserah kepada kaum muslimin untuk menentukan batas umur yang sebaiknya yang sesuai dengan syarat dan tanda-tanda yang telah ditentukan, dan disesuaikan dengan tempat dimana hukum itu akan diundangkan.11
9
Deroktoral Jendral Pembinaan kelembagaan Agama Islam, Op. Cit, hlm 119 10 Ibid, hlm 118 11 Kamal Muchtar, Asas- Asas Hukum Islam Tentangng Perkawinan, (Jakarta: Bulan Bintang, 1974), hlm 44
15 Demikian juga dalam hukum adat tidak ada ketentuan batas umur untuk melakukan pernikahan. Biasanya kedewasaan seseorang dalam hukum adat diukur dengan tanda-tanda bagian tubuh, apabila anak wanita sudah haid (datang bulan), buah dada sudah menonjol berarti ia sudah dewasa. Bagi laki-laki ukurannya dilihat dari perubahan suara, postur tubuh dan sudah mengeluarkan air mani atau sudah mempunyai nafsu seks.12 Muhammad Fauzil Adhim dalam bukunya Indahnya Pernikahan Dini menyatakan bahwa masa remaja bergerak antara usia 13 sampai 18 tahun dengan dimungkinkan terjadinya percepatan sehingga masa remaja datang lebih awal. Percepatan ini disebabkan oleh stimulasi sosial melalui pendidikan yang lebih baik, lingkungan sosial yang lebih mendewasakan serta rangsangan-rangsangan media masa, utamanya media masa audio-visual pada usia sekitar 18 tahun seseorang diharapkan sudah dapat bertanggungjawab atas dirinya sendiri. Pada masa usia 18 tahun sampai 22 tahun seseorang berada pada tahap perkembangan remaja akhir, jika perkembangannya berjalan normal seharusnya dewasa selambat-lambatnya pada usia 22 tahun, dan usia menikah yang relatif adalah pada usia 20-24 tahun.13 Bagi seorang pemuda, usia untuk memasuki gerbang perkawinan dan kehidupan berumah tangga pada umumnya dititik beratkan pada kematengan jasmani dan kedewasaan pikiran orang serta kesanggupannya untuk memikul tanggung jawab sebagai suami dalam rumah tangganya, itu merupakan patokan umur bagi para pemuda kecuali ada
12
faktor lain yang menyebabkan harus dilaksanakannya
Hilman Hadikusuman, Hukum Perkawinan Indonesia Menurut Perundangan, Hukum Adat dan Hukum Agama, (Bandung: Mandar Maju, 1990), hlm. 53 13 Mohammad Fauzil Adhim, Indanya Pernikahan Dini,Gema Insani, (Jakarta: 2002), hlm 21.
16 pernikahan lebih cepat, bagi sorang gadis usia perkawinan itu karena berkaitan dengan kehamilan dan kemungkinan besar setelah melangsungkan perkawinan akan terjadi kehamilan maka perlu memperhitungkan kematangan jasmani dan ruhaninya yang memungkinkan ia dapat menjalankan tugas sebagai seorang istri dan sekaligus sebagai seorang ibu yang sebaik-baiknya, jika diambil patokan yang paling bagus bagi seorang gadis untuk menjalankan perkawinan yang sesuai dengan keadaan di Indonesia batas terendah bagi bagi seorang gadis adalah 18 tahun karena pada umur 18 seorang wanita sudah mencapai tinggkat kematangan biologis seorang wanita.14 Akan tetapi terkadang anak belum mencapai umur 18 tahun sudah melangsungkan pernikahan karena alasan-alasan tertentu, untuk itulah bagi mereka yang masih dibawah umur untuk melangsungkan pernikahan maka mereka harus mendapat dispensasi nikah dari pengadialan agama setempat. Pernikahan yang dilakukan oleh pasangan yang kurang umur di Pengadilan Agama Kendal perkembangannya dari tahun ketahun mengalami lonjokan terhitung mulai tahun 2008 samapai tahun 2010 jumlah 83 permohonan dispensasi nikah yang diputus hal ini berarti pergaulan bebas bukan hanya terjadi didaerah perkotaan saja akan tetapi sudah merambah kepelosokan pedesaan dengan semakin maraknya permohonan dispensasi nikah, apalagi sebab dari dispensasi nikah tersebut mayoritas karena hamil diluar nikah, sehingga mau tidak mau mereka harus menjalankan pernikahan untuk mempertanggungjawabkan apa yang telah dilakukan, dan pernikahan yang dilakukan oleh mereka harus mendapatkan dispensasi nikah dari Pengadilan Agama Kendal.
14
. Sutan Marajo Nasaruddin Latif, Problematika Seputar keluarga dan Rumah Tangga, (Bandung: Pustaka Hiddayah, 2001), hlm 23
17 Dalam pernikahan kesiapan dan kematangan calon suami istri untuk menjalin hubungan setelah pernikahan merupakan dasar yang utama dalam mewujudkan keluarga yang harmonis, lalu bagaimana keberlangsungan pernikahan pasangan yang mendapat dispensasi nikah dan bagaimana kehidupan keluraga mereka ? Sejalan dengan itulah penulis terdorong untuk meneliti dispensasi nikah yang dikeluarkan oleh Pengadilan Agama Kendal, yang penulis beri judul ”Dampak Dispensasi Nikah Terhadap Eksistensi pernikahan (Setudi Analisis di Wilayah Hukum Pengadilan Agama Kendal)” B. Rumusan Masalah Agar penelitian ini terarah dan mendapatkan gambaran yang sesuai dengan tujuan permasalahan yang sedang diteliti maka perlu adanya pembatasan masalah, batasan masalah dalam pembahasan ini adalah tentang lokasi penelitian, lokasi penelitian didaerah wilayah hukum Pengadilan Agama Kendal, sedang objeknya berkenaan dengan keberlangsungan kehidupan rumah tangga pasangan suami istri yang mendapatkan dispensasi nikah dari Pengadilan Agama Kendal, dan berdasarkan pada latar belakang yang telah penulis kemukakan didepan, maka dapat dirumuskan pokok-pokok permasalahan yang akan dibahas dalam sekripsi ini. Pokok permasalahan tersebut adalah sebagai berikut: 1. Bagaimana alasan Pengadilan Agama Kendal dalam memberikan dispensasi nikah ? 2. Bagaimana dampak dispensasi nikah terhadap eksistensi pernikahan di wilayah hukum Pengadilan Agama Kendal ? C. Tujuan dan Manfaat
18 1. Tujuan Tujuan penelitian merupakan arah penting dalam sebuah penelitian, sebab tujuan itu akan memberikan gambaran tentang arah penelitian yang akan dilaksanakan, sebagai konsekuensi dari permasalahan, maka dalam penelitian ini penulis bertujuan : a. Untuk mengetahui alasan Pengadilan Agama Kendal dalam memberikan dispensasi nikah b. Untuk mengetahui bagaimana dampak dispensasi nikah terhadap eksistensi pernikahan di wilayah hukum Pengadilan Agama Kendal 2. Manfaat Adapun manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah: a. Hasil penelitian ini diharapkan mampu memberi sumbangan khasanah keilmuan keagaman. b. Menamba wawasan dan pengetahuan dalam bidang hukum Islam khususnya dalam bidang dispensasi nikah D. Telaah Pustaka Ditinjau dari judul penelitian, dibawah ini penulis menyajikan hasil penelitian yang telah dilakukan dan releven dengan judul yang penulis teliti dengan tujuan untuk menghindari kesamaan pembahasan dengan peneliti. Penelitian yang dilakukan oleh Zaenal Mutakin (2103134), Fakultas Syariah IAIN Walisongo Semarang yang berjudul Analisis Pendapat Maulana Muhammad Ali Tentang Usia Kawin dibawah umur. Dalam penelitian ini membahas tentang pendapat Maulana Muhammad Ali tentang usia kawin, penelitian ini menitikkan
19 pada hukum dari pernikahan dari pernikahan yang dilakukan oleh pasangan yang dibawah umur. Penelitian fatachudin latif (20101086) fakultas syariah IAIN Walisongo. Dengan judul Analisis Hukum Islam Terhadap Wali Nikah Bagi Anak Perempuan Hasil Nikah Hamil ( Studi Kasus di Kantor Urusan Agama Kec. Semarang Tengah Kota Semarang), dalam penelitian ini membahas tentangn penetapan wali bagi anak perempuan hasil nikah hamil. Penelitian yang dilakukan Siti Malekha fakultas Dakwa IAIN Walisongo Semarang, yang berjudul Dampak Piskologis Pernikahan Dini Dan Solusinya Dalam Perspektif Bimbingan Konseling Islam dalam penelitian ini menitikkan pada dampak piskologis dari pernikahan dibawah umur. Dari beberapa penelitian yang telah dikemukakan diatas yang menjadi perbedaan dengan penelitian yang penulis lakukan adalah bahwa peneliti ini menelitikkan tentang dampak setelah terjadinya dispensasi nikah terhadap eksistensi pernikahannya. E. Metodologi Penelitian Metode penelitian adalah suatu cara atau sistem untuk mengerjakan sesuatu secara sistematik dan metodelogi adalah ilmu pengetahuan yang mempelajari proses berfikir, analis berfikir serta mengambil kesimpulan yang tepat dalam suatu penelitian15. Jadi metode ini merupakan langkah-langkah dan cara yang sistematis, yang akan ditempuh oleh seseorang dalam suatu penelitian dari awal hingga pengambilan kesimpulan 15
Soerjono Soekamto, Penelitian Hukum Normatif Suatu Tinjauan Singkat, (Jakarta: Raja Grafinda Persada, 2001), hal 3.
20
1. Jenis dan Pendekatan Penelitian : Penelitian ini adalah penelitian lapangan, penelitian lapangan ini bertujuan untuk mempelajari secara insetif tentang latar belakang keadaan sekarang dan interaksi lingkungan, individu kelompok atau masyarakat, penelitian ini juga mengunakan metode dokumentasi yaitu mencari data mengenai hal- hal atau variabel yang berupa catatan, trankrip buku, surat kabar, majalah, prasasti, notulen rapat, agenda dan sebagainya.16 Dalam penelitian ini penulis menggunakan jenis penelitian kualitatif, menurut Moleong penelitian kualitatif sebagai penelitian yang tidak mengadakan perhitungan malainkan menggambarkan dan menganalisis data yang dinyatakan dalam bentuk kalimat atau kata- kata, dengan kata lain meneliti yang tidak menggunakan perhitungan statistik.17 Pendekatan penelitian dalam skripsi ini adalah dengan Metode deskriptif yaitu suatu model dalam meneliti suatu kelompok manusia, suatu objek, suatu kondisi suatu pemikiran, ataupun suatu kelas peristiwa pada masa sekarang,18 dengan tujuan untuk membuat diskripsi, gambaran atau lukisan secara sistematis, faktual atau akurat mengenai fakta-fakta, sifat serta hubungan antara fenomena yang diselidiki. Dalam penelitian ini diharapkan akan diperoleh gambaran yang menyeluruh dan sistematis tentang fakta yang berhubungan dengan permasalahan
16
Sudarsini arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, (Jakarta: Reneka Cipta, 1991), hlm 188 17 Soetrisno Hadi, Metodelogi Reseat, (Yogyakarta, Andi Offset, 1997), hlm 7 18 Moh Nasair, Metode Penelitian, (Bogor: Galia Indonesia, 2005), hlm 54
21 tentang keberlangsungan kehidupan pasangan suami istri yang mendapatkan dispensasi nikah dari Pengadilan Agama. Setelah gambaran dan fakta-fakta itu diperoleh kemudian akan dianalisis secara Kualitatif karena data tersebut akan dianalisa yang didasarkan pada disiplin ilmu hukum yang berkaitan dengan obyek permasalahan. 2. Sumber data a. Data Primer Data
primer adalah informasi secara langsung yang
mempunyai
wewenang dan tanggungjawab terhadap pengumpulan dan penyimpanan data,19 dengan kata lain sumber data yang diperoleh secara langsung dari objek penelitian dengan mengunakan alat ukur atau pengambilan data langsung kepada subjek sebagai sumber informasi yang dicari, dalam penelitihan ini yang menjadi subjek secara langsung adalah Pengadilan Agama Kendal dan pasangan suami istri yang mendapat dispensasi nikah dari Pengadilan Agama Kendal. Selain itu yang menjadi data primer dari penelitian ada dokumen-dokumen dan catatan-catatan yang berkaitan dengan dispensasi nikah. Adapun yang akan di jadikan rujukan utama dalam penelitian ini adalah fakta yang terjadi pada wilayah hukum Pengadilan Agama Kendal yang meliputi: 1). Penelitian tentang pertimbangan hakim dalam memberikan dispensasi nikah.
19
Noeng Muhadjirin, Kualitatif (Yogyakarta, Rake Sarasian, 1990), hlm 42
22 2). Penelitian tentang keberlangsungan keluarga pasangan suami istri yang mendapat dispensasi nikah di wilayah hukum Pengadilan Agama Kendal. b. Data Sekunder Data sekunder merupakan sumber data pendukung atau pelengkap dari data primer, dalam Penelitian ini kepustakaan yang berkaitan dengan pernikahan dibawah umur merupakan data sekunder baik itu berupa bukubuku catatan, internet. Bahan-bahan dari kepustakaan tersebut lalu dipahami dan ditafsirkan serta mengambil kesimpulan. Dari sini data atau informasi yang diperoleh dari masalah demi masalah
akan
dibandingkan
dengan
informasi
yang
ada,
sehingga
mendapatkan hasil yang diharapkan untuk kemudian yang dapat diambil suatu kesimpulan sebagai hasil akhir dari permasalahan yang dibahas dalam skripsi ini. 3. Metode pengumpulan Data Untuk mendapatkan data yang akurat, penulis akan menempuh atau menggunakan beberapa metode pengumpulan data, yaitu: a. Metode Dokumen Yaitu metode yang dilakukan dengan cara mencari dan mempelajari data- data dari catatan- catatan, transkip, berkas, surat, majalah, surat kabar dan sebagainya yang berkaitan dengan penelitian ini.20 b. Metode Wawancara.
20
hlm 202
Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Pendekatan Praktek, (Jakarta: Rineka Cipta, 1993),
23 Yaitu
metode pengumpulan data yang dilakukan dengan
mewawancarai atau memberikan pertanyaan kepada responden yang berkaitan dengan penelitian penulis.21 Dalam penelitian ini, interview dilakukan dengan berbagai pihak yang berkompeten dan terkait dengan penelitian. Yaitu orang-orang yang mendapatkan dispensasi nikah dari Pengadilan Agama Kendal, dan staf jajaran Kantor Urusan Agama di wilayah hukum Pengadilan Agama Kendal. c. Metode Observasi Yaitu suatu pengamatan, pencatatan yang sistematis dengan fenomena penyidikan dengan alat indra.22 Pengamatan yang dilakukan peneliti secara langsung mengenai fenomena yang berkaitan obyek penelitian diikuti dengan suatu pencatatan sistematis terhadap semua gejala yang akan diteliti. Dalam penelitian ini observasi dilakukan dengan melakukan pengamatan langsung terhadap keberlangsungan pasangan keluarga yang mendapatkan dispensasi nikah.
d. Populasi Populasi adalah jumlah keseluruhan dari unit analisa yang ciricirinya akan diduga23, yang menjadi populasi selama penelitian ini adalah keseluruhan pasangan yang mendapatkan dispensasi nikah di Pengadilan Agama Kendal, dalam metode ini penulis gunakan untuk mengetahui 21
Ibid, hlm 148 Sutrisno Hadi, Metodologi research, (Yogyakarta: Yayasan Penerbit Fakultas Psikologi UGM, 1982), hlm 136 23 .Masri Singarimbun dan Sofian Efendi(eds), Metode Penelitian Survai, (Jakarta:LP3 ES,1987),hlm 108 22
24 eksistensi pernikahan pasangan yang mendapatkan dispensasi nikah, dengan cara mengadakan analisa terhadap buku register Pengadilan Agama Kendal. e. Sampel Sampel adalah sebagian atau wakil yang ditelitih. Dinamakan penelitian sempel apabila kita bermaksud mengenerasikan
hasil
kesimpulan sempel24,Sedangkan pengambilan sempelnya menggunkan cara sampel random atau sampel acak, yaitu mencampur subyek- subyek didalam populasi sehingga setiap subyek dianggap sama. Dalam metode ini penulis gunakan untuk mnegetahui keharmonisan pasangan suami istri yang mendapat dispensasi nikah di Pengadilan Agama Kendal. 4. Analisis Data Data yang telah diperoleh tersebut dianalisis dengan menggunakan metode deskriftif analitatif, yaitu suatu metode yang dirancang untuk mengumpulkan informasi tentang keadaan nyata sekarang. Adapun tujuan dari metode tersebut untuk menggambarkan sifat suatu yang sementara berjalan pada saat penelitian dilakukan.25 Operasinalisasinya dalam penelitian ini adalah akan mendiskripsikan data yang penulis temukan dalam praktek pemberian dispensasi nikah pada calon pengantin yang umurnya kurang dari ketentuan Undang-Undang Perkawinan yang telah ditetatapkan di wilayah hukum Pengadilan Agama Kendal dengan menggunakan metode deskriptif analitatif untuk mengetahui akibat dari
24
Suharsini Arikunto,op,Cit,hlm 105 Ibid, hlm 136
25
25 pemberian dispensasi nikah terhadap pasangan yang kurang umur di wilayah hukum Pengadilan Agama Kendal agar dapat terungkap secara sistematis dan faktual penelitian yang dilakukan. F. Sistematika Penulisan Skipsi Untuk memudahkan dalam memahami gambaran secara keseluruhan tentang skripsi ini, maka di bawah ini dicantumkan sistematika penulisan skripsi. Secara garis besar skripsi ini terdiri dari lima bab, penulisan skripsi ini berdasarkan sistematika sebagai berikut: Bab I berupa pendahuluan yang berisi gambaran umum menurut pola dasar kajian masalah ini. Bab pertama ini menjelaskan latar belakang masalah, kemudian merumuskan masalah. Tujuan dan manfaat hasil penelitian, tinjauan pustaka, dan metode penelitian serta sistematika penulisan. Bab II berisi tentang landasan teori, yakni tinjauan kepustakaan yang menjadi sudut pandang bagi objek penelitian. Yakni: pernikahan yang meliputi tentang pengertian pernikahan, tujuan perkawinan, syarat dan rukun perkawinan, tata cara perkawinan. Dispensasi nikah meliputi, tata cara pengajuan dispensasi nikah, syaratsyarat dispensasi nikah, batas usia perkawinan menurut fiqihh, batas usia perkawinan menurut UU perkawinan No. 1 Th. 1974. Bab III, bab ini berisi tentang pemaparan data dan hasil penelitian lapangan tentang dampak dispensasi nikah terhadap eksistensi pernikahan di wilayah hukum Pengadilan Agama Kendal yang meliputi: Profil Pengadilan Agama Kendal, Alasan pemberian dispensasi nikah di Pengadilan Agama Kendal, eksistensi pernikahan
26 pasangan suami istri yang mendapat dispensasi nikah di Wilayah Hukum Pengadilan Agama Kendal. Bab IV , bab ini membahas tentang analisis dan hasil penelitian, tentang alasan pemberian dispensasi nikah di Pengadilan Agama Kendal, dampak dispensasi nikah terhadap eksistensi pernikahan di wilayah hukum Pengadilan Agama Kendal. Bab V, merupakan bab terakhir sekaligus sebagai penutup dari seluruh bab yang ada, yang terdiri dari simpulan-simpulan saran dan kata penutup.
27 BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PERNIKAHAN DAN DISPENSASI NIKAH A. Konsep Dasar Pernikahan 1.
Pengertian Pernikahan Pernikahan merupakan sunnatullah yang umum dan berlaku pada semua makhluk-Nya, baik pada manusia, hewan maupun tumbuh- tumbuhan. Ia adalah suatu cara yang dipilih oleh Allah SWT, sebagai jalan bagi makhluk-Nya untuk berkembang biak, dan melestarikan hidupnya. Pernikahan akan berperan setelah masing-masing pasangan siap melakukan peranannya yang positif dalam mewujudkan tujuan dari pernikahan itu sendiri. Allah SWT Berfirman dalam surat An-Nisa: 1 yang berbunyi sebagai berikut.
t,n=yzuρ ;οy‰Ïn≡uρ <§ø ¯Ρ ÏiΒ /ä3s)n=s{ “Ï%©!$# ãΝä3−/u‘ (#θà)®?$# â¨$¨Ζ9$# $pκš‰r'¯≈tƒ …… 4 [!$|¡ÎΣuρ #ZÏWx. Zω%y`Í‘ $uΚåκ÷]ÏΒ £]t/uρ $yγy_÷ρy— $pκ÷]ÏΒ Artinya : Hai sekalian manusia, bertakwalah kepada Tuhan-mu yang telah menciptakan kamu dari seorang diri, dan dari padanya Allah SWT menciptakan isterinya; dan dari pada keduanya Allah SWT memperkembang biakkan laki-laki dan perempuan yang banyak……(Q.S An-Nisa:1)26
Allah SWT tidak menjadikan manusia seperti makhluk lainnya, yang hidup bebas mengikuti nalurinya dalam berhubungan antara jantan dan 26
Al Qur`an Dan Terjemahnya, Op.Cit, hlm 61
19
28 betina secara anargik atau tidak ada aturan, Akan tetapi untuk menjaga kehormatan dan martabat manusia, maka Allah SWT, mengadakan hukuman sesuai dengan martabat tersebut. Dengan demikian, hubungan antara laki-laki dengan perempuan diatur secara terhormat berdasarkan kerelaan dalam suatu ikatan berupa pernikahan, bentuk pernikahan ini memberikan jalan yang aman pada naluri seksual untuk memelihara keturunan dengan baik dan menjaga harga diri wanita agar dia tidak laksana rumput yang bisa dimakan oleh binatang ternak manapun dengan seenaknya, pergaulan suami istri diletakkan dibawah naungan keibuan dan kebapakan, sehingga nantinya dapat menumbuhkan keturunan yang baik dan hasil yang memuaskan. Peraturan pernikahan semacam ini yang diridhoi oleh Allah SWT, dan diabadikan dalam Islam untuk selamanya. Adapun tentang arti dari pernikahan itu secara definitif, masing-masing ulama fikih berbeda dalam mengemukakan pendapatnya, antara lain sebagai berikut : a. Ulama Hanafiah, mengartikan pernikahan sebagai suatu akad yang berguna untuk memiliki mut`ah dengan sengaja. Artinya seorang lelaki dapat menguasai perempuan dengan seluruh anggota badannya untuk mendapatkan kesenangan atau kepuasan. b. Ulama Syafi`iyah, menyebutkan bahwa pernikahan adalah suatu akad dengan menggunkan lafal nikah atau zauj ا
ٌ َزوْج-ٌ َِح
yang
menyimpan arti memiliki wati. Artinya dengan pernikahan seseorang dapat memiliki atau mendapatkan kesenangan dari pasangannya.
29 c. Ulama Malikyah, menyebutkan bahwa pernikahan adalah suatu akad yang mengandung arti mut`ah untuk mencapai kepuasan, dengan tidak mewajibkan adanya harga. d. Ulama Hanabilah, menyebutkan bahwa pernikahan adalah akad dengan menggunakan lafat inkah (
ٌ)ِا َْح
ٌْ)َْ ِو
atau (
untuk
mendapatkan kepuasan, artinya seorang laki-laki dapat memperoleh kepusan dari seseorang perempuan dan sebaliknya.27 Pernikahan dalam literatur bahasa arab disebut dengan dua kata yaitu
) dan zawaj ( )زوجdan kata-kata ini sering dipakai oleh
kata nikah (
orang arab dalam kesehariannya, kedua kata ini pula banyak terdapat didalam Al Qur`an dan hadis Nabi.28 Dalam Al Qur`an kata na-ka-ha mengandung arti kawin seperti dalam surat an-Nisa` ayat 3;
4o_÷WtΒ Ï!$|¡ÏiΨ9$# zÏiΒ Νä3s9 z>$sÛ $tΒ (#θßsÅ3Ρ$$sù 4‘uΚ≈tGu‹ø9$# ’Îû (#θäÜÅ¡ø)è? ωr& ÷Λäø Åz ÷βÎ)uρ ¸οy‰Ïn≡uθsù (#θä9ω÷ès? ωr& óΟçFø Åz ÷βÎ*sù ( yì≈t/â‘uρ y]≈n=èOuρ Artinya: Dan jika kamu takut tidak akan dapat Berlaku adil terhadap (hakhak) perempuan yang yatim (bilamana kamu mengawininya), Maka kawinilah wanita-wanita (lain) yang kamu senangi : dua, tiga atau empat. kemudian jika kamu takut tidak akan dapat Berlaku adil, Maka (kawinilah) seorang saja (an-Nisa` ayat 3)29
27
Slamet Abidin, aminuddin, Fiqihh munakahat 1 Untuk Fakultas Syari`ah Komponen MKD.(Bandung: Pustaka Setia, 1999).hlm 11 28 Amir Syarifuddin, Hukum Perkawinan Islam di Indonesia,( Jakarta: Pranada Media group, 2006) hlm 35 29 Al Qur`an dan Terjemahnya, Op.Cit, hlm 61
30 Begitu juga kata za- wa-ja dalam al Qur`an mengandung arti kawin seperti pada surat al Ahzab ayat 37:
þ’Îû Óltym tÏΖÏΒ÷σßϑø9$# ’n?tã tβθä3tƒ Ÿω ö’s5Ï9 $yγs3≈oΨô_¨ρy— #\sÛuρ $pκ÷]ÏiΒ Ó‰÷ƒy— 4|Ós% $£ϑn=sù Æl≡uρø—r& Artinya: Maka tatkala Zaid telah mengakhiri keperluan terhadap Istrinya (menceraikannya), Kami kawinkan kamu dengan dia supaya tidak ada keberatan bagi orang mukmin untuk (mengawini) isteri-isteri anak-anak angkat mereka,( al Ahzab ayat 37). Secara
bahasa
nikah
bermakna
وا
ا,
yakni
mengumpulkan.30 Bisa juga berarti mengimpit, menindih atau berkumpul. Sedang arti kiasannya adalah wathaa’, yang berarti setubuh atau “aqad” yang berarti mengadakan perjanjian pernikahan.31 Nikah juga berarti penyatuan yang diartikan
sebagai akad atau
hubungan badan. Selain itu juga ada yang mengartikan dengan percampuran. Al- Fara mengatakan: An-Nukh” adalah sebutan untuk kemaluan. Disebut sebagai akad, karena ia merupakan penyebab terjadinya kesepakatan itu sendiri. Sedangkan Al-Azhari mengatakan: Akar kata nikah dalam ungkapan bahasa Arab berarti hubungan badan. Dikatakan pula, bahwa berpasangan itu juga merupakan salah satu makna dari nikah. Adapun menurut syari`at, nikah juga berarti akad, Sedangkan pengertian hubungan badan itu merupakan metafora saja. Argumentasi atas pendapat ini adalah banyaknya pengertian nikah yang terdapat dalam Al30
Imam Taqiyuddin Abu Bakar bin Muhammad al-Husaini ad-Dimasyqi al-Syafi'i, Kifayah alAkhyar, juz 2,( Semarang: Toha Putra), hlm. 36. 31 Harun Nasution, Ensiklopedi Islam Indonesia, (Jakarta: Djambatan, 1992), hlm. 741.
31 Qur`an maupun Al-Hadits sebagai akad. Bahkan dikatakan, bahwa nikah itu tidak
disebutkan
dalam
Al-Qur`an
melainkan
diartikan
dengan
akad.Sebagaimana firma-Nya: ”Sehingga ia menikah dengan laki-laki lain” yang tidak dimaksudkan sebagai hubungan badan. Karena, syarat hubungan badan yang membolehkan rujuknya seorang suami yang telah menceraikan istrinya hanya diterangkan didalam Sunah Rasullallahu Shallallahu Alaihi wa salam32. Namun menurut pendapat yang sahih, nikah arti hakekatnya adalah akad sedangkan wathi’ sebagai arti kiasan atau majaznya.33 Sedangkan nikah menurut istilah, ada beberapa pengertian yaitu: 1. Menurut M. Abdul Mujieb, Mabruri Tholhah, Syafi’ah AM., nikah adalah sesuatu akad yang menghalalkan pergaulan antara seorang lakilaki dan perempuan yang bukan muhrim.34 2. Menurut Harun Nasution, yang dimaksud nikah menurut istilah ialah suatu akad yang dengannya hubungan kelamin antara pria dan wanita yang melakukan akad (perjanjian) tersebut menjadi halal35. 3. Menurut Najmuddin Amin al-Kurdi, memberikan pengertian nikah sebagai berikut yaitu akad yang menjamin bolehnya bersetubuh dengan lafadh nikah atau tazwij atau terjemahannya.36
32
. Syaikh Kamil Muhammad Uwaidah, Fiqihh Wanita,( Jakarta Timur: Pustaka Al-Kautsar) , 200,
hlm 375 33
Taqiyuddin Abu Bakar bin Muhammad al-Husaini al-Hism ad-Dimasyqi Asy-Syafi'i, op. cit., juz 2,(Semarang: Toha Putra),hlm. 36. Lihat juga Syaikh Kamil Muhammad Uwaidah, Fiqh Wanita (Terj.), M. Abdul Ghoffar E.M., Penerbit Pustaka Al-Kautsar, t.th., hlm. 375. 34 M. Abdul Mujieb, Mabruri Tholhah, Syafi’ah AM., Kamus Istilah Fiqh, (Jakarta: Pustaka Firdaus, 1994, cet. 1), hlm. 249. 35 Harun Nasution, Ensiklopedi Islam Indonesia, Djambatan, hlm 741 36 Najmuddin Amin al-Kurdi, Tanwir al-Qulb, Beirut, Libanon: Dar al-Fikr, t.th., hlm. 338.
32 4. Taqiyuddin Abi Bakar memberikan pengertian nikah sebagai berikut yaitu akad yang terkenal yang mengandung kebenaran rukun dan syarat.37 Pengertian tentang pernikahan di atas hanya melihat dari satu segi saja, yaitu kebolehan hukum dalam hubungan kelamin antara seorang lakilaki dengan seorang wanita yang semula dilarang menjadi dibolehkan, padahal setiap perbuatan hukum itu mempunyai tujuan dan akibat ataupun pengaruhnya. Kemudian pengertian pernikahan menurut UU No. 1 tahun 1974 pasal 1, ditegaskan bahwa pernikahan adalah ikatan lahir batin antara seorang pria dan seorang wanita sebagai suami istri dengan tujuan membentuk keluarga (rumah tangga) yang bahagia dan kekal berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa.38 Sedangkan dalam Kompilasi Hukum Islam (KHI) pasal 2 ditegaskan bahwa perkawinan menurut hukum Islam adalah pernikahan yaitu akad yang sangat kuat atau mitsaqan ghalidhan untuk menaati perintah Allah SWT dan melaksanakannya merupakan ibadah.39 Dari pengertian di atas pernikahan mengandung akibat hukum melangsungkan pernikahan ialah saling mendapat hak dan kewajiban serta bertujuan mengadakan pergaulan yang dilandasi tolong menolong. Tegasnya, pernikahan ialah, suatu akad atau perikatan untuk menghalalkan hubungan kelamin antara laki-laki dan perempuan dalam 37
Taqiyuddin Abi Bakr bin Muhammad al-Husaini al-Hism ad-Dimasqi Asy-Syafi'i, op. cit.36 Departemen Agama RI Perwakilan Jawa Tengah, Undang-undang Perkawinan, (Semarang: CV. Alawiyah, 1974), hlm. 5. 39 Abdurrahman S.H., M.H., Kompilasi Hukum Islam di Indonesia,(Jakarta: Akademika Pressindo, 1995, cet. II), hlm. 114. 38
33 rangka mewujudkan kebahagiaan hidup berkeluarga yang diliputi rasa ketentraman serta kasih sayang dengan cara yang diridhai Allah SWT.40 2. Tujuan Pernikahan Sebagaimana
Muhammad
Abu
Ishrah
seorang
ulama
fiqih
mendefinisikan nikah sebagai:
َِِ َوََ ُو
! َواَْ َْأ ِة ِ ُﺝ# ا$ َ ْ%َ& ! )ُ(ْ َ ٍة # َ* +ُ ْ%ِ,ُ ٌ+ْ-َ) .ت ٍ َ/ِْ وَاﺝ$ِِ ﻡ1ْ%َ2َ) َق َوﻡ ٍ ْ4ُ-ُ* ْ$َِِْﻡ%َ2َِِﻡ+ُ ََِو
“Nikah adalah akad yang memberikan faedah hukum kebolehan mengadakan hubungan keluarga (suami istri) antara pria dan wanita dan mengadakan tolong menolong serta memberikan batas hak bagi pemiliknya dan pemenuhan kewajiban masing-masing” Dari pengertian ini berarti pernikahan mengandung aspek akibat hukum yaitu saling mendapat hak dan kewajiban, serta bertujuan mengadakan pergaulan yang dilandasi tolong menolong. Oleh karena perkawinan termasuk dalam pelaksanaan syari`at agama, maka didalamnya terkandung tujuan dan maksud.41 Adapun tujuan dari pernikahan menurut Islam adalah sebagai berikut: a. Untuk memenuhi tuntutan naluri manusia yang asasi. Perkawinan merupakan fitra manusia yang dilakukan dengan cara-cara yang telah diatur diundang-udangan perkawinan dan beberapa hukum agama, sehingga suatu hubungn menjadi sah dan halal, bukan dengan cara yang diharamkan yang telah menyimpang dari ajaran agama. b. Untuk membentengi akhlak yang luhur. 40 41
Ibid. Djamaan Nur, Fiqihh Munakahat,( Semarang :Toha Putra, 1993), hlm4
34 Sasaran
utama
dari
syariat
pernikahan
adalah
untuk
membentengi martabat manusia dari perbuatan kotor dan keji yang telah menurunkan martabat manusia yang luhur. Islam memandang perkawinan dan pembentukan keluarga sebagai sarana efektif untuk memelihara pemuda dan pemudi dari kerusakan serta melindungi masyarakat dari kekacauan, Rasulullah Saw bersabda:
ُ1َ # َِ6 ج ُ و# َ َ7َ%ْ2َ6 َ َء َة/ْع ﻡُِْ ُ ا َ َ:َ7ْ; ا$ ِ َب ﻡ ِ َ/ّ(َﻡَْ(َ َ ا ْ ِم4#ِ& ِ1ْ%َ2ََ6 ِْ:َ7ْ?َ َْ ْ$َح َوﻡ ِ ْ َ,ْ2ِ $ ُ َْ*ََ ِ َوَا/ْ2ِ A @ َBَا ٌُ ِوﺝَ ُء1َ ُ1# َِ6 Artinya:”wahai para pemuda barang siapa diantara kalian berkemampuan untuk nikah, maka nikahlah karena nikah itu lebih menundukkan pandangan dan lebih membentengi farji(kemaluan). Dan barang siapa yang tidak mampu maka hendaklah ia berpuasa karena puasa itu dapat membentengi dirinya” c. Untuk menegakkan rumah tangga yang Islami.42 Dalam keluarga Islam membenarkan adanya perceraian, jika suami tidak sanggup lagi menegakkan batas-batas Allah SWT, sebagaiman firman Allah SWT. βr& öΝà6s9 ‘≅Ïts† Ÿωuρ 3 9≈|¡ômÎ*Î/ 7xƒÎô£s? ÷ρr& >∃ρá3÷èoÿÏ3 88$|¡øΒÎ*sù ( Èβ$s?§2s∆ ß,≈n=©Ü9$# ÷Λäø Åz ÷βÎ*sù ( «!$# yŠρ߉ãm $yϑŠÉ)ムωr& !$sù$sƒs† βr& HωÎ) $º↔ø‹x© £èδθßϑçF÷Bs?#u !$£ϑÏΒ (#ρä‹è{ù's? Ÿξsù «!$# ߊρ߉ãn y7ù=Ï? 3 ϵÎ/ ôNy‰tGøù$# $uΚ‹Ïù $yϑÍκöEn=tã yy$oΨã_ Ÿξsù «!$# yŠρ߉ãn $uΚ‹É)ムωr& tβθãΚÎ=≈©à9$# ãΝèδ y7Íׯ≈s9'ρé'sù «!$# yŠρ߉ãn £‰yètGtƒ tΒuρ 4 $yδρ߉tG÷ès? Artinya:Talak (yang dapat dirujuki) dua kali. setelah itu boleh rujuk lagi dengan cara yang ma'ruf atau menceraikan 42
.M.Thobroni & Aliyah A. Munir. Meraih Berkah dengan Menikah,( Yogyakarta :Pustaka Marwa, 2010), hlm20
35 dengan cara yang baik. tidak halal bagi kamu mengambil kembali sesuatu dari yang telah kamu berikan kepada mereka, kecuali kalau keduanya khawatir tidak akan dapat menjalankan hukum-hukum Allah SWT. jika kamu khawatir bahwa keduanya (suami isteri) tidak dapat menjalankan hukum-hukum Allah SWT, Maka tidak ada dosa atas keduanya tentang bayaran yang diberikan oleh isteri untuk menebus dirinya. Itulah hukum-hukum Allah SWT, Maka janganlah kamu melanggarnya. Barangsiapa yang melanggar hukum-hukum Allah SWT mereka Itulah orangorang yang zalim (QS Al-Baqarah 229)43. Namun dibenarkan juga rujuk bila keduanya telah sanggup menegakkan batas-batas Allah SWT. Pasal 1 undang-undang perkawinan menyatakan, bahwa perkawinan ialah ikatan lahir batin antara seorang pria dengan seorang wanita sebagai suami istri dengan tujuan membentuk keluarga (rumah tangga) yang bahagia dan kekal berdasarkan ketuhanan Yang Maha Esa, tujuan perkawinan dilihat sebagai perintah Allah SWT untuk memperoleh keturunan yang sah dalam masyarakat dengan mendirikan rumah yang damai dan teratur44, dalam rumusan pasal 2 dan 3 KHI dikemukakan : “Perkawinan menurut hukum Islam adalah pernikahan, yaitu akad yang sangat kuat atau mitsaaqon gholiidhan untuk mentaati perintah Allah SWT dan melaksanakannya merupakan ibadah”, dan
perkawinan bertujuan untuk mewujudkan
kehidupan rumah tangga yang sakinah, mawaddah, dan rahmah45. Menurut Imam Ghazali dalam kitabnya Ihya` ‘Ulum ad-Din dapat disimpulkan sebagai berikut: 43
Al Qur`an dan Terjemahnya, Op.Ci.. hlm28 Achmad Ichsan, Hukum Perkawinan Bagi yang beragama Islam,( Jakarta: PT Pradnya Paramita),1986, hlm 30 45 Ahmad Rofiq, Pembaharuan Hukum Islam di Indonesia(Yogyakarta: Gema Media, ,2001), hlm103 44
36 1. Memperoleh keturunan yang sah. 2. Mencegah zina. 3. Menyenangkan dan menentramkan jiwa. 4. Mengatur rumah tangga 5. Usaha untuk mencari rizki yang halal 6. Menumbuhkan dan memperbesar rasa tanggung jawab46 3. Syarat dan Rukun Pernikahan Pernikahan merupakan suatu cara yang dipilih Allah SWT sebagai jalan bagi manusia untuk menghasilkan keturunan, berkembang-biak dan kelestarian hidupnya. Sebagaimana Firman Allah SWT surat An-Nisa ayat 1:
$pκ÷]ÏΒ t,n=yzuρ ;οy‰Ïn≡uρ <§ø ¯Ρ ÏiΒ /ä3s)n=s{ “Ï%©!$# ãΝä3−/u‘ (#θà)®?$# â¨$¨Ζ9$# $pκš‰r'¯≈tƒ [!$|¡ÎΣuρ #ZÏWx. Zω%y`Í‘ $uΚåκ÷]ÏΒ £]t/uρ $yγy_÷ρy— Artinya: Hai sekalian manusia, bertakwalah kepada Tuhan-mu yang telah menciptakan kamu dari seorang diri, dan dari padanya Allah SWT menciptakan isterinya; dan dari pada keduanya Allah SWT memperkembang biakkan laki-laki dan perempuan yang banyak. (An-Nisa:1)47 Tuhan tidak mau menjadikan manusia itu seperti makhluk lainnya, yang hidup bebas mengikuti nalurinya dan berhubungan antara jantan dan betina dengan anarki dan tidak ada suatu aturan 48, karena itulah perkawinan yang mempunyai nilai yang luhur dan bertujuan untuk mewujudkan kehidupan rumah tangga yang sakinah, mawadah dan rahmah perlu adanya syarat dan rukun perkawinan dan syarat perkawinan ini melekat pada rukun 46
Imam Abu Hamid Muhammad Ibn Muhammad al-Ghazali, Ihya` ‘Ulum ad-Din, Jilid 2, (BeirutLibanon: Dar al-Fikr, 1989, cet. II), hlm. 27-40. 47 Al Qur`an dan Terjemahnya, Op.Cit .hlm 61 48 Sayyid Sabiq, Fikih Sunnah 6,( Bandung : PT Alma`arif, 1997), hlm 10
37 dari perkawinan, para ulama sepakat bahwa yang harus ada dalam perkawinan itu adalah akad perkawinan, laki-laki yang akan kawin, perempuan yang akan kawin, wali dari mempelai perempuan, saksi yang menyaksikan akad perkawinan, dan mahar atau mas kawin dan itu merupakan rukun dari perkawinan. Ulama Hanafiayah membagi syarat menjadi empat yaitu: 1. Syuruth al-in`iqad, yaitu syarat yang menentukan terlaksanakananya suatu akad perkawinan. Karena kelangsungan ini tergantung pada akad, maka syarat di sini adalah syarat yang harus dipenuhi karena dia berkenaan dengan akad itu sendiri, dan jika syarat-syarat itu batal maka akad perkawinan itu batal. 2. Syurutth al-shihhah, yaitu sesuatu yang keberadaannya menentukan dalam perkawinan, syarat tersebut harus dipenuhi untuk dapat menimbulka akibat hukum, dalam arti bila syarat tersebut tidak dipenuhi, maka perkawinan itu tidak sah, seperti tidak adanya mahar dalam perkawinan. 3. Syuruth al-nufuz yaitu syarat yang menentukan suatu kelangsungan suatu perkawinan. Akibat hukum setelah berlangsung dan sahnya perkawinan tergantung pada adanya syarat- syarat itu terpenuhi menyebabkan fasadnya perkawinan, seperti wali yang melangsungkan akad perkawinan adalah seorang yang berwenang untuk itu. 4. Syuruth al-luzum, yaitu syarat yang menentukan kepastian suatu perkawinan dalam arti tergantung padanya kelanjutan berlangsunya suatu
38 perkawinan sehingga dengan telah adanya syarat tersebut tidak memungkinkan perkawinan yang sudah dilaksanakan itu dibatalkan. Hal ini berarti selama syarat itu belum terpenuhi perkawinan dapat dibatalkan.49 Ahmad
Rofik
dalam bukunya Hukum Islam di
Indonesia
menyebutkan bahwa syarat-syarat perkawinan tersebut adalah: a. Calon mempelai pria, syarat- syaratnya: 1. BerAgama Islam. 2. Laki- laki. 3. Jelas orangnya. 4. Dapat memberikan persetujuan 5. Tidak terdapat halangan perkawinan b. Calon mempelai wanita, syarat- syaratnya: 1. Beragama, meskipun yahudi atau nasrani 2. Perempuan 3. Jelas orangnya 4. Dapat dimintai persetujuan 5. Tidak terdapat halangan perkawinan c. Wali nikah, syarat-syaratnya: 1. Laki-laki 2. Dewasa 3. Mempunyai hak perwalian
49
.Amir Syarifuddin, Hukum Perkawinan Islam di Indonesia,( Jakarta: Prenada Media, 2009),hlm
60
39 4. Tidak terdapat halangan perwalian d. Saksi nikah, syarat-syaratnya: 1. Minimal dua orang laki- laki 2. Hadir dalam ijab qabul 3. Dapat mengerti maksud akad 4. Islam 5. Dewasa
e. Ijab Qobul, Syarat-syaratnya: 1. Adanya pernyataan mengawinkan dari wali 2. Adanya pernyataan penerimaan dari calon mempelai 3. Memakai kata-kata nikah, tazwij atau terjemahannya 4. Antara ijab dan qabul bersambungan 5. Antara ijab dan qobul jelas maksudnya 6. Orang yang berkaitan dengan ijab qabul tidak sedang dalam ihram haji atau umrah 7. Majelis ijab dan qobul itu dihadiri minimal empat orang, yaitu: calon mempelai pria atau wakilnya, wali dari mempelai wanita atau wakilnya, dan dua orang saksi50 4.
Tata Cara Perkawinan Menurut UU Perkawinan Tata cara perkawinan dalam UU perkawinan No 1 Th 1974 tidak diatur secara langsung akan tetapi diatur dalam peraturan pelaksana yaitu
50
.Ahmad Rofiq, Hukum Islam Di Indonesia,( Jakarta: PT Raja Grafindo Persada,1997), hlm 71.
40 dalam peraturan pemerintah republik Indonesia
No. 1 th. 1974 tentang
perkawinan pada pasal 10 dan 11. PASAL 10 1) Perkawinan dilangsungkan setelah hari kesepuluh sejak pengumuman kehendak perkawinan oleh pegawai pencatat seperti yang dimaksud dalam pasal 8 peraturan pemerintah.51 2) Tatacara perkawinan dilakukan menurut hukum masing-masing agamanya dan kepercayaannya itu. 3) Dengan mengindahkan tatacara perkawinan menurut masingmasing hukum agamanya dan kepercayaannya itu, perkawinan dilaksanakan dihadapan pegawai pencatat dan dihadiri oleh dua orang saksi. PASAL 11 1) Sesaat sesudah dilangsungkannya perkawinan sesuai dengan ketentuan-ketentuan pasal 10 peraturan pemerintah ini, kedua mempelai menandatangani akta perkawinan yang telah disiapkan oleh pegawai pencatat berdasarkan ketentuan yang berlaku. 2) Akta perkawinan yang telah ditanda tangani oleh mempelai itu, selanjutnya ditandatangani pula oleh kedua saksi dan pegawai pencatat yang menghadiri perkawinan dan bagi yang melangsungkan perkawinan menurut agama Islam ditandatangani pula oleh wali nikah atau yang mewakilinya. 3) Dengan penandatanganan akta perkawinan, maka perkawinan telah tercatat secara resmi.52
5. Konsep Keluarga Sakinah Sebutan keluarga sakinah yang dapat juga diartikan sebagai keluarga sejahtera diperoleh didalam Al qur`an surat Ar-Ruum ayat 21:
51
(Pasal 8 setelah dipenuhinya tatacara dan syarat- syarat pemberitahuann serta tiada suatu halangan perkawinan, pegawai pencatat menyelenggarakan pengumuman tentang pemberitahuan kehendak melangsungkan perkawinan dengan cara menempelkan surat pengumuman menurut formulir yang ditetapkan pada kantor pencatatan perkawinan pada suatu tempat yang sudah ditentukan dan mudah dibaca oleh umum.) 52 Soedjito Tjokrowisastro, Pedoman Penyelenggaraan Catatan Sipil,( Jakarta: Bina Aksara, 1985), hlm 49
41
Ÿ≅yèy_uρ $yγøŠs9Î) (#þθãΖä3ó¡tFÏj9 %[`≡uρø—r& öΝä3Å¡à Ρr& ôÏiΒ /ä3s9 t,n=y{ ÷βr& ÿϵÏG≈tƒ#u ôÏΒuρ tβρã©3x tGtƒ 5Θöθs)Ïj9 ;M≈tƒUψ y7Ï9≡sŒ ’Îû ¨βÎ) 4 ºπyϑômu‘uρ Zο¨Šuθ¨Β Νà6uΖ÷Bt/ Artinya : Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah Dia menciptakan untukmu isteri-isteri dari jenismu sendiri, supaya kamu cenderung dan merasa tenteram kepadanya, dan dijadikan-Nya diantaramu rasa kasih dan sayang. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi kaum yang berfikir (Ar- Ruum 21)53 Ayat tersebut menyebutkan tujuan pernikahan dalam aspek kerohanian, yaitu ketenangan hidup yang dapat menumbuhkan ikatan rasa mawaddah dan rahmah
(cinta dan kasih sayang )
diantara anggota
keluarga.54 Dalam ayat diatas disebut lafadz li-taskunuu ilaihaa (supaya kamu diam bersamanya ). Asalnya dari kata sakana-yaskunu-sukunan yang berarti diam atau berhenti bergerak, kata al-sukunu artinya diamnya sesuatu setelah bergerak, kata ini juga digunakan sebagai tempat menetap atau tempat tinggal (al-maskan). Lalu muncul istilah sakinah yang semakna dengan tuma`ninah yang diartikan tenang dan tentram.55 Keluarga sakinah adalah sekelompok yang terdiri dari, ayah, ibu, dan anak-anak atau suami istri dan anak-anaknya, sakinah adalah bermakna tenang, tentram, dan tidak gelisah. Mawaddah bermakna penuh cinta dan warahmah bermakna kasih sayang, jadi mawaddah warahmah adalah saling
53
Al.Qur`an dan Terjemahannya, Op.Cit. hlm324 Ahmad Azhar Basyir, Fauzai Rahman, Keluarga Sakinah keluarga Surgawi,(Titian ilahi press,1994),hlm11 55 Dudung Abdul rohman, Mengembangkan Etika Berumah tangga menjadi moralitas bangsa menurut pandangan Al-qur`an, (Bandung: Nuasa Aulia, 2006), hlm 12 54
42 mencintai dan saling menyayangi. Lubis Salam dalam bukunya Menuju Keluarga sakinah menyamakan kata sakinah yang bermakna damai tentram dan nyaman dengan sa`adah yang bermakna bahagia.56 Dari sini dapat kita simpulkan bahwa keluarga sakinah maksudnya adalah sebuah keluarga dimana anggota-anggota keluarganya merasa nyaman, tentram, betah, senang berkumpul sebagai sebuah keluarga. Sebuah keluarga yang anggotaanggotanya merasa senang jika sudah harus pulang ke rumah. Untuk mencapai keluarga sakinah mawaddah warahmah bukan suatu hal yang mudah, tetapi sangat sulit dan harus benar-benar dicari untuk mencapai tujuan disana, karena jalan menuju kesana banyak duri dan rintangan yang harus dihilangkan terlebih dahulu. Bila kita ingin mendapatkan ketentraman dalam keluarga, rasa kasih sayang dan saling menyayangi harus kita tumbuhkan dalam kehidupan berkeluarga, jika kita memberikan kasih sayang kepada keluarga maka dalam keluarga ada daya tarik keluarga untuk mencintai kita, sebuah rumah tangga tanpa adanya kasih sayang maka rumah tangga itu akan mirip dengan neraka yang apinya menyala, meskipun rumahnya tampak rapi dan penuh dengan barang-barang mewah. Kehancuran suatu keluarga terjadi karena ketidak pedulian suami istri atas tugas masing-masing, dan juga akibat ketidak siapan mereka memasuki pintu pernikahan57, untuk mewujudkan keluarga sakinah, suami istri sangat besar peranannya orang tua dibebani kewajiban untuk membimbing 56
Lubis Salam, Menuju Keluarga sakinah Mawaddah & Warahmah, (Surabaya: Terbit Terang),hlm 7 57 Ahmad Azhar Basyir, Fauzan Rahman, Of..Cit hlm 38
43 kehidupan keluarganya menuju terwujudnya keluarga sakinah, keteladanan orang tua sangat menentukan keberhasilannya. Upaya pendidikan anak untuk menuju tabiat yang sholil sholiha. Bertabiat sholih berarti mengamalkan ajaran-ajaran Al-Quran dan sunah Rosul, yang meliputi aspek-aspek aqidah, ibadah, ahklak dan kemasyarakatan pendidikan menuju pengamalan ajaran-ajaran atas dasar alQuran dan sunah Rosul , menjadi kewajiban orang tua dan masyarakat. Kebersamaan dalam berusaha mewujudkan keluarga sakinah mutlak diperlukan, untuk mengajak kepada kebaikan serta mencega kemungkaran hanya dapat terwujud jika roh jama`iyah-nya dapat ditumbuhkan dan dipupuk.58 Dalam bukunya Ahmad Azhar Basyir dan Fauzi Rahman bahwa keluarga dambaan atau keluarga sakinah mempunyai ciri-ciri yaitu: 1. Keluarga Taqwa Dalam mewujudkan keluarga taqwa harus diusahakan agar ajaran-ajaran Islam benar-benar tegak dalam kehidupan keluarga, aqidah tauhid benar-benar ditegakkan dalam kehidupan keluarga. Ibadah dilaksanakan secara disiplin oleh seluruh anggota keluarga, pedomanpedoman dalam Al-Qur`an dan Sunnah rasul diperhatian dan ditaati serta direalisasikan dengan sungguh-sungguh 2. Hubungan yang Dinamis (Mu`asyarah bilma`ruf) Menegakkan rumah tangga dengan motif ibadah merupakan faktor yang sangat penting dalam mewujudkan keluarga sakinah. Dalam 58
Ibid hlm 24
44 keluarga sakinah, antara suami istri terjadi hubungan
saling
menghormati, saling menanamkan rasa persatuan, ibarat pakean dengan badan pemakainya, saling percaya mempercayai, setia dan jujur. 3. Pendidikan Anak Dalam Islam memerintahkan agar kepalah keluarga menghindari diri
perbuatan-perbuatan
yang
akan
menjrumuskan
ke
dalam
kesengsaraaan siksa neraka. Dan diantara amal-amal kebajikan yang pahalanya selalu mengalir adalah anak yang sholih yang selalu mendoakan kedua orang tuanya, maka dari itu dalam keluarga sakinah pendidikan anak sangat dianjurkan yang meliputi:. 1) Pendidikan Keimanan Pendidikan keimanan harus dimulai sejak anak- anak masih duduk ditaman kanak-kanak, orang tua harus mampu memberikan pendidikan yang sesuai dengan perkembangan jiwa anaknya. 2) Pendidikan Ibadah Pendidikan ibadah dalam suatu keluarga harus ditanamkan sejak dini, sejak umur tujuh tahun anak-anak harus sudah diperintahkan untuk melakukan sholat, dan sholat jama`ah dalam keluarga mempunyai makna yang sangat penting bagi terwujudnya keluarga sakinah. 3) Pendidikan Akhlak Pendidikan akhlak secara praktis dengan perbuatan nyata sangat besar artinya bagi anak-anak, dan akhlak menduduki posisi
45 sangat penting dalam ajaran Islam sebagaimana nabi diutus untuk untuk menyempurnakan akhlak. 4) Pendidikan Ketrampilan Pendidikan ketrampilan sangat penting diberikan kepada anak-anak. Sehingga anak melakukan sendiri keperluan yang dibutuhkan anak mulai dilatihkan kepada anak-anak sejak di sekolah dasar. 5) Pendidikan Jasmani dan Kesehatan Pendidikan jasmani dan kesehatan memperoleh perhatian dalam keluarga, pendidikan kesehatan dalam rangka memperoleh kekuatan jamani dan ruhani diperoleh dengan berbagai macam latihan olahraga, latihan kebersian, pendidikan gizi dan sebagainya. 6) Pendidikan Kemasyarakatan Jiwa tolong menolong hendaknya di didikkan sejak masa kanak-kanak dimulai dengan menegakkan tolong menolong dalam keluarga, tetangga hingga masyarakat luas. Kerja sosial juga didorongkan pada anak-anak59. B. Dispensasi Nikah 1. Tata Cara Pengajuan Dispensasi Nikah Dispensasi nikah diperlukan bagi calon pengantin pria yang belum berumur 19 tahun dan calon pengantin wanita belum berumur 16 tahun. Sebagaimana ditentukan dalam undang-undang:
59
Ahmad Azhar Basyir, Fauzan Rahman, Op..Cit hlm 16
46 Perkawinan hanya diizinkan jika pihak pria mencapai umur 19 tahun dan pihak wanita sudah mencapai umur 16 tahun (UU No.1/1974 pasal 7(1)) Dalam hal penyimpangan terhadap ayat (1) pasal ini dapat meminta dispensasi kepada pengadilan atau pejabat lain, yang ditunjuk oleh kedua orang tua pihak pria maupun pihak wanita(UU No.1/1974 pasal 7(2)) Selanjutnya dalam pelaksanaan teknis ketentuan UU itu, dalam permeneg No.3 tahun 1975 ditentukan; Dispensasi Pengadilan Agama, adalah penetapan yang berupa dispensasi untuk calon suami yang belum mencapai umur 19 tahun dan atau calon istri yang belum mencapai umur 16 tahun yanag dikeluarkan oleh Pengadilan Agama.(permeneg No.3/1975 pasal 1(2) sub g) Apabila seorang calon suami belum mencapai umur 19 tahun dan calon istri belum mencapai umur 16 tahun hendak melangsungkan pernikahan harus harus mendapat dispensasi dari Pengadilan Agama; (permeneg No.3/1975 pasal 13(1) . Permohonan dispensasi nikah bagi mereka tersebut pada ayat (1) pasal ini, diajukan oleh orang tua pria mupun wanita kepada pengadilan agama yang mewilayahi tempat tinggalnya; (permeneg No.3/1975 pasal 13(2). Pengadilan Agama setelah memeriksa dalam persidangan, dan berkeyakinan,
bahwa
terdapat
hal-hal
yang
memungkinkan
untuk
memberikan dispensasi tersebut, maka Pengadilan Agama memberikan dispensasi nikah dengan suatu penetapan; (permeneg No.3/1975 pasal13(3). Dalam hal permohonan dispensasi perkawinan ini harus dari orang tua atau wali calon pengantin, jadi bukan calon pengantin itu seperti pada permononan izin kawin bagi yang belum berumur.60
60
Anwar Sitompul, Kewenangan Dan Tata Cara Berperkara Di Pengadilan Agama(Bandung : Armico), hlm 65
47 Mekanisme pengajuan perkara dispensasi nikah di Pengadilan Agama Kendal sama dengan mekanisme pengajuan perkara gugatan. Adapun mekanisme pengajuan
perkara permohonan di Pengadilan Agama Kendal
adalah sebagai berikut: 1. Prameja Sebelum pemohon mengajukan permohonannya, pemohon ke prameja
terlebih
dahulu
untuk
memperoleh
penjelasan
tentang
bagaimana cara berperkara, cara membuat surat permohonan, dan diprameja pemohon dapat minta tolong untuk dibuatkan surat permohonan. 2. Meja I Surat permohonan yang telah dibuat dan ditandatangani diajukan pada sub kepaniteraan permohonan, pemohon menghadap pada meja pertama yang akan menaksir besarnya panjar biaya perkara dan menuliskanya pada surat kuasa untuk membayar (SKUM). Besarnya panjar biaya perkara diperkirakan harus telah mencukupi untuk menyelesaikan perkara tersebut, yang berdasarkan pasal 193 R.Bg atau pasal 182 ayat (1) HIR atau pasal 90 ayat (1) UUPA, meliputi: a. Biaya kepaniteraan dan biaya materai. b. Biaya pemeriksaan, saksi ahli, juru bahasa dan biaya sumpah. c. Biaya pemeriksaan setempat dan perbuatan hakim yang lain. d. Biaya pemanggilan, pemberitahuan dan lain-lain atas perintah
48 Pengadilan yang berkenaan dengan perkara itu. Bagi yang tidak mampu dapat diijinkan berperkara secara prodeo (cuma-cuma). Ketidak mampuan tersebut dibuktikan dengan melampirkan surat keterangan dari Lurah atau Kepala desa setempat yang dilegalisir oleh camat. Bagi yang tidak mampu maka panjar biaya perkara ditaksir Rp. 0,00 dan ditulis dalam SKUM. 3. Kasir Pemohon kemudian menghadap kepada kasir dengan menyerahkan surat permohonan dan SKUM. Kasir kemudian: a. menerima uang tersebut dan mencatat dalam jurnal biaya perkara. b. menandatangani dan memberi nomor perkara serta tanda lunas pada SKUM. c. mengembalikan surat permohonan dan SKUM kepada Pemohon. 4. Meja II Pemohon kemudian menghadap pada Meja II dengan menyerahkan surat permohonan dan SKUM yang telah dibayar. Kemudian Meja II: a. Memberi nomor pada surat permohonan sesuai dengan nomor yang diberikan oleh Kasir. Sebagai tanda telah terdaftar maka petugas Meja II membubuhkan paraf. b. Menyerahkan satu lembar surat permohonan yang telah terdaftar bersama satu helai SKUM kepada pemohon.61
61
Mukti Arto, Praktek Perkara Perdata Pada Pengadilan Agama,( Yogyakarta : Pustaka Pelajar,2007),hlm 61
49 Proses penyelesaian perkara permohonan dispensasi kawin di Pengadilan Agama, Ketua Majelis Hakim setelah menerima berkas perkara, bersama-sama hakim anggotanya mempelajari berkas perkara. Kemudian menetapkan hari dan tanggal serta jam kapan perkara itu disidangkan serta memerintahkan agar para pihak dipanggil untuk datang menghadap pada hari, tanggal, dan jam yang telah ditentukan. Kepada para pihak diberitahukan pula bahwa mereka dapat mempersiapkan bukti-bukti yang diajukan dalam persidangan. Namun, biasanya bukti-bukti sudah dititipkan kepada panitera sebelum persidangan. Setelah persidangan dibuka dan dinyatakan terbuka untuk umum oleh Ketua Majelis, maka para pihak berperkara dipanggil ke ruang persidangan. Kemudian ketua majelis berusaha menasehati pemohon, anak pemohon dan calon anak pemohon dengan memberikan penjelasan tentang sebab akibatnya apabila pernikahan dilakukan belum cukup umur dan agar menunda pernikahannya. Bila tidak berhasil dengan nasehat-nasehatnya, kemudian ketua majelis membacakan surat permohonan pemohon yang telah didaftarkan di kepaniteraan pengadilan agama. Selanjutnya ketua majelis memulai pemeriksaan dengan pertanyaanpertanyaan yang diajukan kepada pemohon, anak pemohon dan calon anak pemohon secara bergantian. Kemudian Ketua Majelis melanjutkan pemeriksaan bukti surat, dan pemohon menyerahkan bukti surat: 1) Foto copy surat kelahiran atas nama anak pemohon yang dikeluarkan oleh kepala desa atau kelurahan, oleh Ketua Majelis diberi tanda P.1.
50 2) Surat pemberitahuan penolakan melangsungkan pernikahan Model N-9 yang dikeluarkan oleh Kantor Urusan Agama. Selanjutnya Ketua Majelis menyatakan sidang disekors untuk musyawarah. Pemohon, anak pemohon dan calon anak pemohon diperintahkan ke luar dari ruang persidangan. Setelah musyawarah selesai, skors dicabut dan pemohon dipanggil kembali masuk ke ruang persidangan, kemudian dibacakan penetapan yang amarnya sebagai berikut mengadili. 1. Mengabulkan permohonan pemohon. 2. Menetapkan
memberi
Dispensasi
kepada
pemohon
untuk
menikahkan anaknya bernama xx dengan xxx. 3. Membebankan biaya perkara sebesar Rp. … (…) kepada pemohon. Setelah membacakan penetapannya, Ketua Majelis menyatakan sidang ditutup. Jika pemohon tidak puas dengan penetapan hakim, pemohon bisa langsung kasasi, bukan banding.62 2. Syarat-Syarat Dispensasi Nikah Perkara dispensasi nikah sama seperti perkara-perkara lain, adapun syarat-syarat pengajuannya adalah sebagai berikut: a. Persyaratan Umum Syarat ini yang biasa dilakukan dalam mengajukan sebua permohonan di pengadilan agama, adapun syaratnya yaitu membayar panjar biaya perkara yang telah di tafsir oleh petugas Meja 1 Kantor Pengadilan Agama setempat jumlah panjar biaya sesuai dengan radius.
62
Wawancara dengan hakim Pengadilan Agama Kendal (Bapak Drs, H Syafrudin M,Ag)
51 b. Persyaratan Dispensasi Nikah 1). Surat Permohonan. 2). Foto copy surat nikah orang tua pemohon 1 lembar yang dimateraikan Rp 6.000,- di Kantor Pos. 3). Surat keterangan kepala Kantor Urusan Agama setempat yang menerangkan penolakan karena masih dibawah umur. 4). Foto copy akte kelahiran calon pengantin laki-laki dan perempuan atau foto copy sah ijazah terakhir masing-masing 1 lembar yang dimateraikan Rp 6.000,- di Kantor Pos. 5). Surat keterangan miskin dari camat atau kades diketahui oleh camat, bagi yang tidak mampu membayar panjar biaya perkara (Prodeo).63 6). Permohonan dispensasi nikah diajukan oleh kedua orang tua pria maupun wanita kepada pengadilan Agama yang mewakili tempat tinggalnya.(Permeneg No3/1975 pasal 13(2) ). 3. Batas Usia Perkawinan Menurut Fiqih Dalam Islam tidak ada batasan umur dalam menjalankan pernikahan akan tetapi Islam hanya menunjukkan tanda-tandanya saja, dalam hal ini juga para ilmuan Islam berbeda pendapat tentang tanda-tanda itu. Al-Qur’an secara konkrit tidak menentukan batas usia bagi pihak yang akan melangsungkan pernikahan. Batasan hanya diberikan berdasarkan
63
http://Www.Google.Co.Id/#Hl=Id&Source=Hp&Biw=1360&Bih=607&Q=Syarat+Dispensasi+ Nikah&Aq=F&Aqi=&Aql=&Oq=&Fp=972920f4195ce278
52 kualitas yang harus dinikahi oleh mereka sebagaimana dalam surat anNisa’ayat 6:
#Y‰ô©â‘ öΝåκ÷]ÏiΒ Λäó¡nΣ#u ÷βÎ*sù yy%s3ÏiΖ9$# (#θäón=t/ #sŒÎ) #¨Lym 4’yϑ≈tGuŠø9$# (#θè=tGö/$#uρ Ÿ ( öΝçλm;≡uθøΒr& öΝÍκöEs9Î) (#þθãèsù÷Š$$sù Artinya “Dan ujilah anak-anak yatim itu sampai mereka cukup umur untuk menikah. Kemudian jika menurut pendapatmu mereka telah cerdas (pandai memelihara harta) maka serahkanlah kepada mereka hartanya (an-Nisa’ayat 6)64. Yang dimaksud dengan sudah cukup umur untuk menikah adalah setelah timbul keinginan untuk berumah tangga, dan siap menjadi suami dan memimpin keluarga. Hal ini tidak akan bisa berjalan sempurna, jika dia belum mampu mengurus harta kekayaan. Berdasarkan ketentuan umum tersebut, para fuqoha dan ahli undangundang sepakat menetapkan, seseorang diminta pertanggungjawaban atas perbuatannya dan mempunyai kebebasan menentukan hidupnya setelah cukup umur (baligh). Baligh berarti sampai atau jelas. Yakni anak-anak yang sudah sampai pada usia tertentu yang menjadi jelas baginya segala urusan atau persoalan yang
dihadapi.
Pikirannya
telah
mampu
mempertimbangkan
atau
memperjelas mana yang baik dan mana yang buruk.65 Para ulama mazhab sepakat bahwa haid dan hamil merupakan bukti ke-baligh-an seorang wanita. Hamil terjadi karena terjadinya pembuahan
64
Al Qur`an dan Terjemahannya, Op.Cit.hlm 61 . M. Abdul Mujieb, et.al., Kamus Istilah Fiqihh,( Jakarta: Pustaka Firdaus, 1994), hlm. 37
65
53 ovum
oleh
sperma,
sedangkan
haid
kedudukannya
sama
dengan
mengeluarkan sperma laki-laki.66 Maliki, Syafi’i dan Hambali menyatakan tumbuhnya bulu-bulu ketiak merupakan bukti baligh seseorang. Mereka juga menyatakan usia baligh untuk anak laki-laki dan perempuan lima belas tahun. Sedangkan Hanafi menolak bulu-bulu ketiak sebagai bukti baligh seseorang, sebab bulu-bulu ketiak itu tidak ada bedanya dengan bulu-bulu lain yang ada pada tubuh. Hanafi menetapkan batas maksimal usia baligh anak laki-laki adalah delapan belas tahun dan minimalnya dua belas tahun, sedangkan usia baligh anak perempuan maksimal tujuh belas tahun dan minimalnya sembilan tahun.67 Didalam syariat Islam menganjurkan bahwa salah satu syarat utama keabsahan suatu syariat adalah apabila yang bersangkutan telah akil balig, oleh karena itu seorang pria yang belum balig belum bisa melaksanakan qobul secara sah dalam suatu akad nikah.68 Ukasyah
Athibi
dalam bukunya
Wanita
Mengapa
Merosot
Akhlaknya, menyatakan bahwa seseorang dianggap sudah pantas untuk menikah apabila dia telah mampu memenuhi syarat-syarat berikut: a. Kematangan Jasmani. Minimal dia sudah baligh, mampu memberikan keturunan, dan bebas dari penyakit atau cacat yang dapat membahayakan pasangan suami istri atau keturunannya. b. Kematangan Finansial atau Keuangan. 66
. Muhammad Jawad Mughniyah, Fiqh Lima Mazhab, Basrie Press, tkp., t.t., hlm. 22 . Ibid., hlm. 23 68 . Miftah Faridl, 150 Masalah Nikah Keluarga,( Jakarta: Gema insani, 1999) hlm 26 67
54 Maksudnya dia mampu membayar mas kawin, menyediakan tempat tinggal, makanan, minuman, dan pakaian. c. Kematangan Perasaan. Artinya perasaan untuk menikah itu sudah tetap dan mantap, tidak lagi ragu-ragu antara cinta dan benci sebagaimana yang terjadi pada anak-anak, sebab pernikahan bukanlah permainan yang didasarkan pada permusuhan dan perdamaian yang terjadi sama-sama cepat. Pernikahan itu membutuhkan perasaan yang seimbang dan pikiran yang tenang.69 Masalah kematangan fisik dan jiwa seseorang dalam konsep Islam tampaknya lebih ditonjolkan pada aspek fisik. Hal ini dapat dilihat dari pembebanan hukum bagi seseorang (mukallaf). Dalam Safinatun Najah, tanda-tanda baligh atau dewasa ada tiga, yaitu: 1. Genap usia lima belas tahun bagi laki-laki dan perempuan. 2. Mimpi keluar sperma (mani) bagi laki-laki. 3. Haid (menstruasi) bagi perempuan bila sudah berusia sembilan tahun.70 Sedangkan dalam Fathul Mu’in usia baligh yaitu setelah sampai batas tepat 15 tahun Qamariyah dengan dua orang saksi yang adil, atau setelah mengeluarkan air mani atau darah haid. Kemungkinan mengalami dua hal ini adalah setelah usia sempurna 9 tahun. Selain itu tumbuhnya rambut kelamin
69
Ukasyah Athibi, Wanita Mengapa Merosot Akhlaknya ( Jakarta : Gema Insani, 1998),hlm. 352 Salim Bin Smeer Al Hadhrami, Safinatun Najah, terj. Abdul Kadir Aljufri, (Surabaya : MutiaraIlmu, 1994), hlm. 3-4 70
55 yang lebat sekira memerlukan untuk dipotong dan adanya rambut ketiak yang tumbuh melebat.71 Pendapat para ulama tersebut merupakan ciri-ciri puberitas yang hanya berkaitan dengan kematangan seksual yang menandai awal kedewasaan. Kalau kedewasaan merujuk pada semua tahap kedewasaan, maka puberitas hanya berkaitan dengan kedewasaan seksual. Kedewasaan seseorang akan sangat menentukan pola hidup dan rasa tanggung jawab dalam berumah tangga untuk menghadapi kehidupan yang penuh dengan problema yang tidak pernah dihadapinya ketika orang tersebut belum kawin. Kedewasaan juga merupakan salah satu unsur yang mendorong terbentuknya keluarga sakinah mawaddah wa rahmah. Karena pentingnya lembaga perkawinan maka seseorang yang akan melaksanakan perkawinan harus mempunyai persiapan yang matang dalam segala bidang. Persiapan ini berkaitan dengan kedewasaan seseorang. Tidak dapat diragukan, kehidupan pada masa sekarang lebih sulit dibanding pada zaman dahulu. Dan datangnya ihtilam sering tidak sejalan dengan telah cukup matangnya pikiran kita sehingga kita telah memiliki kedewasaan berfikir. Karena itu wajib bagi kita pegang dalam menentukan anak cukup umur adalah kedewasaannya secara jiwa, bukan dari banyaknya umur dan tanda-tanda fisik (tubuh). 4. Usia Perkawinan Menurut UU Perkawinan
71
. Aliy As’ad, Fathul Mu’in Jilid 2, terj. Moh. Tolchah Mansor,( Kudus: Menara, t.t.)hlm. 232-
233
56 Sebelum melangsungkan perkawinan, maka calon mempelai harus memenuhi syarat-syarat perkawinan yang ditentukan oleh undang-undang perkawinan sebagaimana diatur pasal 6 sampai 12. Adapun syarat-syarat pada pokoknya adalah sebagai berikut; a. Ada persetujuan dari kedua calon mempelai. b. Umur calon mempelai, untuk laki-laki sudah mencapai 19 tahun, sedangkan umur wanitanya sudah mencapai 16 tahun. c. Ada izin dari kedua orang tua atau walinya bagi calon mempelai yang belum berumur 21 tahun. d. Tidak melanggar larangan perkawinan. e. Berlaku asas monogami. f. Berlaku waktu tunggu bagi janda yang hendak menikah lagi.72 Dari keenam syarat-syarat perkawinan tersebut, yang menjadi pembahasan disini adalah nomor dua yang terdapat pada pasal 7 ayat (1) menyatakan bahwa: “Perkawinan hanya diizinkan jika pihak pria sudah mencapai umur 19 (sembilan belas ) tahun dan pihak wanita mencapai umur 16 (enam belas) tahun”.73 Ketentuan batas umur ini, seperti disebutkan dalam Kompilasi Hukum Islam pasal 15 ayat (1) didasarkan kepada pertimbangan kemaslahatan keluarga dan rumah tangga perkawinan. Ini sejalan dengan prinsip yang diletakkan UU Perkawinan, bahwa calon suami isteri itu
72
.Gatot Supramono, Segi-Segi Hukum Hubungan Luar Nikah, (Jakarta: Djambatan, 1998), hlm.
15 73
.Direktorat Jendral Pembinaan Kelembagaan Agama Islam, Bahan Penyuluhan Hukum, (Jakarta : Departemen Agama RI , 2001), hlm. 119
57 harus telah masak jiwa raganya untuk dapat melangsungkan perkawinan, agar supaya dapat mewujudkan tujuan perkawinan secara baik tanpa berakhir pada perceraian dan mendapat keturunan yang baik dan sehat. Untuk itu harus dicegah adanya perkawinan antara calon suami isteri yang masih di bawah umur.74 Undang-undang juga mengkhawatirkan dalam hubungan dengan masalah kependudukan, karena alasan mengapa ditentukan umur minimal, terdapat kenyataan bahwa batas umur yang lebih rendah bagi seorang wanita untuk kawin, mengakibatkan laju kelahiran lebih tinggi jika dibandingkan dengan batas umur yang lebih tinggi. Memang pada waktu UU Perkawinan dilahirkan, pelaksanaan program Keluarga Berencana (KB) belum seperti sekarang ini. Pada waktu itu orang berumah tangga masih mempunyai anak lebih dari tiga orang. Sehingga dikhawatirkan akan padat penduduk Indonesia jika kawin dengan umur yang sangat muda.75 Masalah penentuan umur dalam UU perkawinan maupun dalam kompilasi, memang bersifat ijtihadiyah, sebagai usaha pembaharuan pemikiran fiqh yang lalu. Namun demikian, apabila dilacak referensi syar’inya mempunyai landasan yang kuat, seperti al-Qur’an surat an-Nisa’ ayat 9:
74
. Sudarsono, Hukum Perkawinan Nasional,( Jakarta: Rineka Cipta, , cet. III, 2005), hlm.7 . Gatot Supramono, Op.Cit., hlm. 17
75
58
(#θèù%s{ $¸ ≈yèÅÊ Zπ−ƒÍh‘èŒ óΟÎγÏ ù=yz ôÏΒ (#θä.ts? öθs9 šÏ%©!$# |·÷‚u‹ø9uρ ∩∪ #´‰ƒÏ‰y™
Zωöθs% (#θä9θà)u‹ø9uρ ©!$# (#θà)−Gu‹ù=sù öΝÎγøŠn=tæ
Artinya:Dan hendaklah takut (kepada Allah SWT) orang-orang yang sekiranya mereka meninggalkan keturunan yang lemah di belakang mereka yang mereka khawatirkan terhadap (kesejahteraan)nya. Oleh sebab itu, hendaklah mereka bertakwa kepada Allah SWT, dan hendaklah mereka berbicara dengan tutur kata yang benar(an-Nisa’ ayat 9)76. Ayat tersebut memang bersifat umum, tidak secara langsung menunjukkan bahwa perkawinan yang telah dilakukan oleh pasangan usia muda, di bawah ketentuan yang diatur UU No. 1 Tahun 1974 akan menghasilkan keturunan yang dikhawatirkan kesejahteraannya. Akan tetapi berdasarkan pengamatan berbagai pihak rendahnya usia kawin, lebih banyak menimbulkan hal-hal yang tidak sejalan dengan misi dan tujuan perkawinan, yaitu terwujudnya ketentraman dalam rumah tangga berdasarkan kasih dan sayang. Tujuan ini tentu akan sulit terwujud, apabila masing-masing mempelai belum masak jiwa dan raganya. Kematangan dalam integritas pribadi yang stabil akan sangat berpengaruh di dalam menyelesaikan setiap problem yang muncul dalam menghadapi liku-liku dan badai rumah tangga. Berhubung dengan hal itu, maka undang - undang ini menentukan batas umur untuk kawin bagi pria maupun wanita, ialah 19 (sembilan belas) tahun bagi pria dan 16 (enam belas) tahun bagi wanita. Meskipun telah ditentukan batas umur minimal, tampaknya undang - undang memperbolehkan penyimpangan terhadap
76
Al Qur`an dan Terjemahnya, Op.Cit. hlm61
59 syarat umur tersebut, melalui pasal 7 ayat (2) yang berbunyi: “Dalam hal penyimpangan terhadap ayat (1) pasal ini dapat meminta dispensasi kepada Pengadilan dan Pejabat lain, yang ditunjuk oleh kedua orang tua pihak pria maupun pihak wanita”.77 Sayangnya undang - undang tidak memberi apa yang menjadi alasan untuk dispensasi itu. Dalam hal ini Undang-undang Perkawinan tidak konsisten, disatu sisi pasal 6 ayat (2) menegaskan bahwa untuk melangsungkan perkawinan seseorang yang belum mencapai umur 21 (dua puluh satu) tahun harus mendapat izin kedua orang tua, di sisi lain pasal 7 (1) menyebutkan perkawinan hanya diizinkan jika pihak pria sudah mencapai umur 19 (sembilan belas) tahun, dan pihak wanita sudah mencapai umur 16 (enam belas) tahun. Bedanya jika kurang dari 21 tahun, yang diperlukan izin orang tua, dan jika kurang dari 19 tahun dan 16 tahun, perlu izin pengadilan. Ini dikuatkan pasal 15 ayat (2) Kompilasi Hukum Islam
77
. Direktorat Jendral Pembinaan Kelembagaan Agama Islam, op.cit., hlm. 119
60 BAB III DAMPAK DISPENSASI NIKAH TERHADAP EKSISTENSI PERNIKAHAN DI PENGADILAN AGAMA KENDAL A. Profil Pengadilan Agama Kendal Pengadilan Agama Kendal sebagai salah satu unit pelaksana kehakiman di lingkungan Pengadilan Agama, selalu berusaha mewujudkan tri fungsi yaitu pertama sebagai “office”, yang berarti pemberian pelayanan yang prima kepada masyarakat, kedua sebagai “wahana” yakni sebagai alat untuk menegakkan hukum dan keadilan, khususnya hukum Islam di Indonesia, dan ketiga sebagai “sub sistem hukum nasional” yaitu kiprah Pengadilan Agama Kendal berjalin dan tidak terpisahkan dari sistem hukum dan peradilan nasional di Indonesia. Dalam melaksanakan tugas dan fungsinya, Pengadilan Agama Kendal senantiasa mengedepankan dan menjunjung tinggi asas-asas peradilan yaitu cepat, sederhana, dan biaya ringan, sedangkan dalam memberikan putusannya tetap memperhatikan legal justice, moral justice, dan social justice. Pengadilan Agama Kelas I.A Kendal sebagai pengadilan negara, dalam melaksanakan tugas sehari-harinya berpedoman pada peraturan perundang undangan. Pengadilan Agama Kelas I.A Kendal merupakan Pengadilan tingkat pertama dalam wilayah yurisdiksi Pengadilan Tinggi Agama Semarang dan berpuncak pada Mahkamah Agung Republik Indonesia. Pengadilan Agama Kelas I.A Kendal berkedudukan di ibukota Kabupaten, yakni Kabupaten Kendal dengan alamat Jl. Laut No. 17. A Kendal. Pengadilan Agama Kelas I.A Kendal menempati gedung permanen 56 yang dibangun di atas tanah milik negara yang terletak di utara alun-alun Kota Kendal.
61 Adapun kondisi obyektif Kabupaten Kendal yang juga menjadi wilayah hukum atau yurisdiksi Pengadilan Agama Kelas I.A Kendal terdiri dari kecamatan sebagai berikut : 1. Wilayah Radius I Kota Kendal. 2. Wilayah Radius II Brangsong, Kaliwungu, Kaliwungu Selatan, Patebon, Cepiring, Gemuh, Pegandon, Weleri, Rowosari, Kangkung, Ringinarum, dan Ngampel. 3. Wilayah Radius III Sukorejo, Pageruyung, Plantungan, Patean, Boja, Singorojo dan Limbangan. Visi dan Misi 1. Visi Terwujudnya putusan yang adil dan berwibawa sehingga kehidupa masyarakat menjadi tenang, tertib dan damai di bawah lindungan Allah SWT. 2. Misi Menerima, memeriksa, mengadili dan menyelesaikan perkara-perkara yang diajukan kepadanya di bidang perkawinan, waris, wasiat, hibah, wakaf, zakat, infaq, shadaqah dan ekonomi syariah, secara cepat, sederhana dan biaya ringan, serta senantiasa memperhatikan perubahan-perubahan masyarakat dalam kerangka sistem hukum nasional.78 B. Pelaksanaan Dispensasi Nikah di Pengadilan Agama Kendal
78
Data tersebut penulis dapatkan dari Pengadilann Agama Kendal
62 Diantara perintah yang dianjurkan oleh Nabi Muhammad SAW adalah pernikahan karena pernikahan merupakan solusi bagi mereka yang berkeinginan untuk menyalurkan hasrat nafsu yang benar, sudah merupakan sunatullah yang berlaku bagi setiap makhuk hidup seperti manusia, hewan dan tumbuh-tumbuhan untuk melangsungkan kehidupannya dengan perkawinan, tentunya manusia sebagai makhluk yang beradab dan makluk yang memiliki keistimewaan dibanding dengan makhluk lainnya, dalam menyalurkan hasrat seksual diatur sedemikian rupa agar tidak menimbulkan masalah. Pernikahan di ijinkan bagi mereka yang sudah berumur 19 tahun bagi laki-laki dan 16 tahun bagi perempuan, dan bila kurang dari ketentuan tersebut maka bisa meminta dispensasi nikah di Pengadilan Agama setempat. Di kabupaten Kendal pasangan yang akan melangsukan pernikahan terhitung mulai dari 2008 sampai 2010 dan umurnya kurang terhitung tinggi,79 ketika mereka mendaftarkan diri untuk melangsungkan pernikahan di Kantot Urusan Agama setempat dan diperiksa syaratsyarat nikahnya oleh petugas KAU dan umurnya kurang mereka ditolak dan dianjurkan untuk meminta dispensasi nikah dari Pengadilan Agama Kendal, dalam kenyataannya mereka yang umurnya kurang hanya kurang 1-2 bulan mereka dianjurkan untuk menunggu genap umurnya dan tidak banyak juga diantara mereka ada yang nekat melangsungkan pernikahan dengan cara nikah siri terlebih dahulu kemudian setelah genap umurnya mereka baru melangsungkan pernikahan secara resmi di Kantor Urusan Agama, akan tetapi bagi mereka yang umurnya kurang 3 bulan keatas mereka mengajukan dispensasi nikah, kebanyakan dari mereka yang 79
Wawancara dengan ketua Kantor Urusan Agama kecamatan Rowosari Kabupaten kendal (Bapak Masduki,S,Ag), dalam wawancara menghasilkan bahwa pernikahan pasangan yang kurang umur yang mendaftar di Kantor urusan Agama Rowosari dalam setahun 4-8 pasangan yang mendaftar
63 memohon dispensasi nikah di pengadilan agama Kendal disebabkan karena hamil sebelum nikah, walaupun ada yang mengajukan dengan alasan yang selain hamil diluar nikah, seperti kehawatiran orang tua kepada anak terjerumus kepezinaan, dan ada juga karena kehendak si anak itu sendiri untuk melangsungkan pernikahan. Dispensasi nikah di Pengadilan Agama Kendal berdasarkan penelitian yang penulis lakukan, pelaksanaan dispensasi nikah sudah sesuai dengan ketentuan yang ada dan karena dispensasi nikah ini termasuk perkara yang diperiksa dan diputus secara Voluntair,80 maka dispensasi nikah di Pengadilan Agama Kendal ini maksimal 2 (dua) bulan sudah putus, sedangkan perkara dispensasi nikah yang diputus di Pengadialan Agama Kendal terhitung dari tahun 2008 ada 11 (Sebelas) perkara yang diputus, tahun 2009 ada 11 (Sebelas) perkara yang diputus dan pada tahun 2010 mengalami lonjakan yang sangat tinggi hingga
61 (enam puluh satu)
perkara
dispensasi nikah yang diputus.81
TABEL DISPENSASI NIKAH DI PENGADILAN AGAMA KENDAL TAHUN 2008
No 1
2
3
No Perkara 010/Pdt.P/ 2008/PA. Kdl 013/Pdt.P/ 2008/PA. Kdl 014/Pdt.P/ 2008/PA. Kdl
Pemohon Purwadi
Muslimin
Karyanto (kakak Dewi
Nama Pasangan Suami Istri Ahmad Jiron Bin Siti Zarwati Binti Hardi Purwadi (23 Tahun) (15 tahun 4 bulan) Wasman Binti Nur Fatahilah Binti Darsim Muslimin (20 tahun) (15 tahun 5 bulan) Dadang setiawan Bin Dewi Sulistia Fiana Susman Binti Harley (21 tahun) (15 Tahun 4 Bulan)
Alasan Permohonan Khawatir timbulnya fitna Khawatir timbulnya fitna Hamil 4 bulan
80
Mahkamah Agung RI, Pedoman Plaksanaan Tugas dan Administrasi Pengadilan Buku II, hlm
81
Wawan cara dengan panitra Pengadilan Agama Kendal pada tanggal 25 Januari 2011
216
64
4
017/Pdt.P/ 2008/PA. Kdl 018/Pdt.P/ 2008/PA. Kdl 019/Pdt.P/ 2008/PA. Kdl
5
6
7
8
9
10
11
Sulistia Fiana) Misdi
Akhmad Wakhid Bin Sahri(19 tahun)
Istiana Binti Misdi (15 tahun 3 bulan)
Khawatir timbulnya fitna
Miadi Nurcholis
Jatno Suprato Bin Ngaturi (19 tahun)
Khawatir timbulnya fitna
Muslihin
Afif saiful Anam Bin Muslihin (17 tahun 2 bulan)
Linda Noviana Binti Miadi nurcholis (15 Tahun 7 bulan) Nani Yuliani Biti Sulyadi (16 tahun)
020/Pdt.P/ 2008/PA. Kdl 023/Pdt.P/ 2008/PA. Kdl
Sabero
Fatkur Rosidin Bin Sabero (17 tahun 9 bulan) Jefri Ganita Bin Prayogo (18 tahun 2 bulan)
Supiyanti Binti Sukari (16 Tahun)
Hamil
Delia Prasetyani Binti Aglis Setiono (17 tahun)
Hamil 5 bulan
005/Pdt.P/ 2008/PA. Kdl 007/Pdt.P/ 2008/PA. Kdl
Supriyono
Akmad Wakhid Bin Jamsari (24 tahun) Fuji Nurkholiq Bin Ngadiran (20 tahun)
Ayu Siti Lestari Binti Supriyono (15 tahun 6 bulan) Eva Dilla Sagita Binti Heri Wiyono (15 tahun 5 bulan)
Khawatir timbulnya fitna
Fajar Rudianto Bin Ratno (18 tahun 2 bulan)
Anik Anjarwati binti Ngamuri (16 tahun)
Hamil
008/Pdt.P/ 2008/PA. Kdl
Prayogo
Heri Wiyono
Karynto (kakak Fajar Rudianto)
Hamil
Khawatir timbulnya fitna
Sumber data : Register Pengadilan Agama Kendal
TABEL DISPENSASI NIKAH DI PENGADILAN AGAMA KENDAL TAHUN 2009
No 1
2
3
4
No Perkara 005/Pdt.P/ 2009/PA. Kdl
Pemohon
008/Pdt.P/ 2009/PA. Kdl 010/Pdt.P/ 2009/PA. Kdl 012/Pdt.P/ 2009/PA.
Kasipin
Kasmani
Mat Djudi
Mat Djudi
Nama Pasangan Suami Ahmad Nur Kholidin Bin Kasmani (18 tahun 3 bulan) Riko Kiscahyono bin Kasipin (17 tahun 8 bulan) Sobirin Bin Mat Djudi (18 tahun 5 bulan) Anif Sultoni Binti Bin Ismun
Istri Ika Setiana Binti Suparman (17 tahun)
Alasan Permohonan Hamil
Fitriyani binti Kamali (17 tahun )
Hamil
Rokiyati Minti Nurmin (16 tahun) Eka Fawitri Ningsih Binti Slamet Suri
Hamil 5 bulan
Hamil 4 bulan
65 Kdl 017/Pdt.P/ 2009/PA. Kdl 018/Pdt.P/ 2009/PA. Kdl 020/Pdt.P/ 2009/PA. Kdl
5
6
7
8
9
10
11
(16 tahun 7 bulan) Samijn
Muhyono
Hartanto( kakek Imatu Najwa) Maryo
022/Pdt.P/ 2009/PA. Kdl 005/Pdt.P/ 2009/PA. Kdl
Nur Aidah(kak ak Ahmad Nur Kholidin) Zainudin
030/Pdt.P/ 2009/PA. Kdl 057/Pdt.P/ 2009/PA. Kdl
Abdul Fatah
Suraji Bin Samijn (17 tahun 3 bulan)
(16 tahun) Eka Sari rahmawati (17 tahun)
Hamil
Zeni Andi Sulistiyawan (23 tahun) Mugiono Bin Sutikno (20 tahun)
Epli Marlina Binti Muhyono (15 tahun 6 bulan) Imatu Najwa Binti Imron (15 tahun 6 bulan)
Hamil
Ridlo Purnomo Bin Sumijan (19 tahun)
Nursanti Hidayah Binti Maryo (15 tahun 7 bulan) Ika Setiana Binti Suparman (16 tahun)
Hamil 6 bulan
Sugeng Prasetio Bin Zainudin (17 tahun 2 bulan)
Eka Setiowti Binti Sukeri (16 tahun)
Hamil 5 bulan
Aditya Bagus Darmawan Bin Abdul Fatah (18 tahun 6 bulan)
Ika lestiana Binti Hardi (17 tahun)
Hamil 4 bulan
Ahmad Nur Kholidin Bin Kasmani (16tahun 10 bulan)
Khawatir timbulnya fitna
Hamil
Sumber data : Register Pengadilan Agama Kendal
TABEL DISPENSASI NIKAH DI PENGADILAN AGAMA KENDAL TAHUN 2010
No
Alasan Permohonan
Nama Pasangan No Perkara
Pemohon
Suami
1
0002/Pdt.P/2 010/PA.Kdl
Darminto
Rais Bin Romdon (21 tahun)
2
0010/Pdt.P/2 010/PA.Kdl
Ngadiono
3
0011/Pdt.P/2 010/PA.Kdl
Suwandi
Afdholaris Bin sukirno (21 tahun) Ahmad Muhlisin Bin Suwandi (18 tahun 3 bulan)
Istri Listiani Binti Darminto (15 tahun 5 bulan) Rokhimatul Amalia Binti Ngadiono (15 tahun 3 bulan) Siti Asih Kumaeroh binti Sobirin (17 tahun)
Khawatir timbulnya fitna Hamil
Hamil
66 4
0020/Pdt.P/2 010/PA.Kdl
Achmad
Sofan Bin Achmad (18 tahun 2 bulan)
5
0021/Pdt.P/2 010/PA.Kdl
Sunardi
6
0023/Pdt.P/2 010/PA.Kdl
Wahyu prabowo
7
0026/Pdt.P/2 010/PA.Kdl
Supari
8
0029/Pdt.P/2 010/PA.Kdl
Ahmad Mustofa
9
0030/Pdt.P/2 010/PA.Kdl
Kodir
10
0034/Pdt.P/2 010/PA.Kdl
11
0040/Pdt.P/2 010/PA.Kdl
Makrifah (ibu Awan Joko) Mulyono
12
0043/Pdt.P/2 010/PA.Kdl
Riyanto
Khodik Bin Sunardi (18 tahun 7 bulan) Anggit Indra Bin Wahyu prabowo (18 tahun 4 bulan) Johan Untung Bin Supari (17 tahun 10 bulan) Eka Jaelani Binti Ahmad Mustofa (18 tahun 2 bulan) Nur Azar Bin Kodir (17 tahun 7 bulan) Awan Joko Bin Yusuf (18 tahun 5 bulan) Riky Wicaksono Bin Mulyono (18 tahun 1 bulan) Eko Suprato Bin Suwarno (20 tahun)
13
0051/Pdt.P/2 010/PA.Kdl
Sutaman
14
0053/Pdt.P/2 010/PA.Kdl
Subiono
15
0055/Pdt.P/2 010/PA.Kdl
Tumijan
16
0065/Pdt.P/2 010/PA.Kdl
Teguh Subur
17
0067/Pdt.P/2 010/PA.Kdl
Kumaedi
18
0073/Pdt.P/2 010/PA.Kdl
Sodik
Solikhin Bin Sodik (16 tahun 7 bulan)
19
0075/Pdt.P/2 010/PA.Kdl
Supari
20
0088/Pdt.P/2 010/PA.Kdzl
Turmudhi
Edi Sulistia Bin Supari (17 tahun 8 bulan) Khamdi bin Turmudhi (18 tahun 3 bulan)
Saiful Arif Bin Sutaman (16 tahun 8 bulan) Karyadi Bin Subiono (20 tahun) Riskoni Bin Tumijan (17 tahun 9 bulan) Sangga Rizky bin Teguh Subur (18 tahun 3 bulan) Dian kritya admie Bin kumaedi (18 tahun 7 bulan)
Zipora Anita Ayucristiani BintibTrimos (17 tahun) Hikma Binti Sohikin (18 tahun)
Hamil
Apri Vitri Astuti Binti Tugimin (17 tahun) Nur Arifah Binti Suramin (17 tahun) Khotimatul Nikma (18 tahun)
Hamil 4 bulan
Sri Widati binti temon (16 tahun) Tri styowati Binti Ngadani (17 tahun) Fajar Ayulestiani Binti Ikhwan (17 tahun) Rina Nikmatulm Mu`asaroh binti Riyanto (15 tahun 3 bulan) Catur Wulan Utami binti Sutoyo (16 tahun) Nurhidayah Binti Sulim (15 tahun 1 bulan) Restianingsi Binti Ngape (17 tahun) Fuji Septiyangningsi sari Binti Rohadi (18 tahun) Zaziroh Binti Kaeroni (17 tahun)
Hamil 3 bulan
Nurjanah Binti Mahsun (16 tahun) Vivi ambarwati Binti Amin (17 tahun) Kholodah Binti Sukarno (17 tahun)
Hamil
NB: Dispensasi nikah yang diputus sampai bulaan juni 2010
Hamil
Hamil
Hamil
Hamil
Hamil
Khawatir timbulnya fitna
Hamil
Khawatir timbulnya fitna Khawatir timbulnya fitna Hamil 5 bulan
Hamil 4 bulan
Hamil
Hamil
67 Sumber data : Register Pengadilan Agama Kendal Dari tabel diatas dapat kita ketahui bahwa faktor yang melatar belakangi dispensasi nikah ada 2 (dua) yaitu : 1. Khawatir timbulnya fitna Pelaksanaan dispensasi nikah di Pengadilan Agama Kendal disebabkan karena Khawatir timbulnya fitna, orang tua merasa hawatir terhadap anaknya yang sudah berpacaran cukup lama dan mereka sering kumpul bareng akan terjadi hal-hal yang tidak diinginkan. Sebagian besar dari wilayah Kabupaten Kendal adalah pedesaan, sebagaimana halnya yang terjadi dikalangan pedesaan jika sepasang anak yang berlainan jenis dan sudah dewasa sering kumpul maka mereka mendaji bahan fitna para tetangganya
sehingga orang tua merasa
khawatir kemudian orang tua menikahkan anaknya dengan tujuan untuk menghindari dari fitna,biasanya yang mengajukan dispensasi selisi umurnya pasangannya 3-5 tahun 2. Hamil diluar Nikah Pergaulan bebas dan pengaruh – pengaruh media elektronik yang semakin canggi sehingga untuk mengakses pornografi dan porno aksi semakin mudah hal ini yang paling mempengaruhi terjadinya hamil diluar nukah. Hamil diluar nikah merupan faktor yang mendominasi terjadinya dispensasi nikah, karena dispensasi nikah dijadikan jembatan untuk menutupi aib keluarga dan juga untuk mencega kerusakan yang lebih parah jika tidak dinikahkan, pasangan yang hamil diluar ini
68 berdasarkan pada tabel diatas diajukan oleh pihak laki-laki sedang selisih umur mereka hanya berkisar pada hitungan bulan mulai dari 2 bulan-1 tahun.82 C. Alasan Pemberian Dispensasi Nikah di Pengadilan Agama Kendal Salah satu asas yang dikandung dalam undang-undang perkawinan adalah kedewasaan usia perkawinan, artinya bahwa calon suami dan calon istri harus telah matang jiwa dan raganya dalam melaksanakan pernikhan itu. Untuk mencapai maksud agar pernikahan itu dilakukan oleh orang-orang dewasa, maka para ahli menentukan batas usia perkawinan melalui undang-undang perkawinan pasal 7 ayat (1) yaitu batas perkawinan bagi laki-laki (19) tahun dan batas perkawinan bagi perempuan (16) tahun. Sesuai dengan undang-undang kehakiman No 14 tahu 1970 dimana hakim tidak boleh menolak suatu perkara dan hakim dalam memberikan suatu penetapan wajib menggali nilai-nilai keadilan dan seseorang yang hendak mengajukan dispensasi nikah sebagaimna yang tercantum dalam undang-undang perkawinan pasal 7 ayat 2 dengan bunyi “Dalam hal penyimpangan terhadap ayat 1 pasal ini dapat meminta dispensasi kepada pengadilan atau pejabat lain, yang ditunjuk oleh orang tua pihak laki-laki atau perempuan”
Izin nikah yang diberikan kepada calon suami atau isteri yang beragama Islam yang belum mencapai batas usia minimum, harus diajukan kepada Pengadilan Agama. Permohonan dispensasi nikah yang telah didaftar sebagai perkara permohon karena dalam perkara ini tidak mengandung sengketa dan oleh hakim akan diterima
82
. Wawancara dengan hakim pengadilan agama kendal( Bapak Syaifudin, M.Ag)
69 dan diputus dengan membuat penetapan yang mengabulkan atau menolak permohonan tersebut. Untuk penetapan mengabulkan atau menolak permohonan dispensasi nikah, hakim dengan kemerdekaan dan otoritas yang dimiliknya akan melakukan penggalian hukum terhadap alasan permohonan sekaligus melakukan penerjemahan, penafsiran, memilih dan memilah aturan yang paling tepat dan relevan dengan dispensasi nikah yang sedang dihadapi. Keseluruhan aktifitas yang dilakukan hakim untuk mengabulkan atau menolak perkara dispensasi nikah merupakan diskresi hukum. Karena diskresi hukum diformulasikan sebagai kemerdekaan dan otoritas sesorang atau institusi untuk secara bijaksana dan penuh pertimbangan dalam menetapkan pilihan untuk melakukan tindakan yang tepat. Perkara dispensasi nikah yang diterimah di Pengadilan Agama Kendal adakalanya yang diterima dan ditolak, alasan pengadilan agama menolak perkara dispensasi nikah karena setelah diadakan pemeriksaan bukti-bukti pemohon tidak bisa membuktikan bukti-buktinya. Sedangkan alasan Pengadilan agama kendal meberikan dispensasi nikah ada tiga hal yaitu: 1. Alasan prosedural a. Pemohon Pemohon dalam hal ini adalah orang tua dari laki-laki atau perempuan seperti diatur dalam Permeneg (No 3 tahun 1975 pasal 12 ayat 3), maka majelis hakim dalam persidangan akan meneliti apakah yang mengajukan perkara permohonan dispensasi orang tuannya atau tidak. b. Alasan Pengajuan
70 Alasan dispensasi nikah memang tidak diatur dalam undang-undang, akan tetapi hakim perlu menayakan alasan pengajuan dispensasi nikah kepada anak dan orang tua apakah antara alasan si anak dan orang tua sama atau tidak dengan bukti-bukti yang ada. c. Ada Larangan Kawin atau Tidak. Suatu
pertimbangan
yang
selalu
diterapkan
dalam
melaksanakan
perkawinan adalah ada atau tidaknya larangan kawin sebagaiman diatur dalam UU perkawinan pasal 8 yang menyebutkan “Perkawinan dilarang antara dua orang yang: 1). Berhubungan darah dalam garis keturunan lurus ke bawah atau pun keatas. 2). Berhubungan darah dalam garis keturunan menyamping yaitu antara saudara, antara seorang dengan saudara orang tua dan antara seorang dengan saudara neneknya. 3). Berhubungan semenda, yaitu mertua, anak tiri, menantu dan ibu atau bapak tiri. 4). Berhubungan susuan, yaitu orang tua susuan, anak susuan, saudara susuan dan bibi atau paman susuan. 5). Berhubungan saudara dengan isteri atau sebagai bibi atau kemenakan dari isteri, dalam hal seorang suami beristeri lebih dari seorang. 6). Mempunyai hubungan yang oleh Agamanya atau peraturan lain yang berlaku, dilarang kawin83. Dalam Inpres No. 1/1991 tentang Kompilasi Hukum Islam juga melarang melangsungkan perkawinan antara seorang pria dengan seorang wanita yang
83
.Undang – Undang Republik Indonesia No 1 Tahun 1997 tentang Perkawinan dan Kompilasi hukum Islam,Citra umbara,Bandung,cetakan III tahun 2009,hlm 6
71 disebabkan karena pasal 39 sampai pasal 44. Adapun bunyi pasal-pasal tersebut adalah sebagai berikut: Pasal 39 “Dilarang melangsungkan perkawinan antara seorang pria dengan seorang wanita disebabkan: 1). Karena pertalian nasab: a). Dengan seorang wanita yang melahirkan atau yang menurunkannya atau keturunannya. b). Dengan seorang wanita keturunan ayah atau ibu. c). Dengan seorang wanita saudara yang melahirkannya. 2). Karena pertalian kerabat semenda: a). Dengan seorang wanita yang melahirkan istrinya atau bekas istrinya. b). Dengan seorang wanita bekas istri orang yang menurunkannya. c). Dengan seorang wanita keturunan istri atau bekas istri, kecuali putusnya hubungan perkawinan dengan bekas istrinya itu qobla al dukhul. d). Dengan seorang wanita bekas istri keturunannya. 3). Karena pertalian sesusuan: a). Dengan wanita yang menyusuinya dan seterusnya menurut garis lurus ke atas. b). Dengan seorang wanita sesusuan dan seterusnya menurut garis lurus ke bawah. c). Dengan Seorang wanita saudara sesusuan, dan kemenakan sesusuan ke bawah. d). Dengan seorang wanita bibi sesusuan dan nenek bibi sesusuan ke atas. e). Dengan anak yang disusui oleh istrinya dan keturunannya.”
72 Pasal 40 “Dilarang melangsungkan perkawinan antara seorang pria dengan wanita karena keadaan tertentu: 1). Karena wanita yang bersangkutan masih terikat satu perkawinan dengan pria lain. 2). Seorang wanita yang masih berada dalam masa iddah dengan pria lain. 3). Seorang wanita yang tidak berAgama Islam.” Pasal 41 1). Seorang pria memadu istrinya dengan seorang wanita yang mempunyai hubungan
pertalian nasab atau susuan dengan istri:
a). Saudara kandung, seayah atau seibu serta keturunannya. b). Wanita dengan bibinya atau kemenakannya. 2). Larangan tersebut pada ayat (1) tetap berlaku meskipun istri-istri telah ditalak raj’i tetapi masih dalam masa iddah. Pasal 42 “Seorang pria dilarang melangsungkan perkawinan dengan seorang wanita apabila pria tersebut sedang mempunyai 4 (empat) orang istri yang keempat - empatnya masih terikat tali perkawinan atau masih dalam masa iddah raj’i atau pun salah seorang di antara mereka masih terikat perkawinan sedang yang lainnya dalam masa iddah talak raj’i.” Pasal 43 1). Dilarang melangsungkan perkawinan antara seorang pria: a). Dengan seorang wanita bekas istrinya yang ditalak tiga kali. b). Dengan seorang wanita bekas istrinya yang dili’an. 2). Larangan tersebut pada ayat (1) huruf a gugur, kalau bekas istri tadi telah kawin dengan pria lain, kemudian perkawinan tersebut putus ba’da dukhul dan telah habis masa iddahnya.
73 Pasal 44 “Seorang wanita Islam dilarang melangsungkan perkawinan dengan seorang pria yang tidak berAgama Islam”84 2. Alasan Kemaslakatan dan Kemudarotan Dispensasi nikah yang terjadi di Pengadilan Agama Kendal ada beberapa penyebabnya diantara yaitu hamil diluar nikah, sebab kemauan orang tua,dan sebab kemauan anak, akan terapi hampir sebagian dispensasi nikah yang terjadi di wilayah kabupaten Kendal adalah sebab hamil diluar nikah, kerena semakin berkembangnya zaman semakin mudah pulah seseorang dalam menjalin suatu hubunngan dan semakin bebas hubungan antar lawan jenis sehingga mengakibatkan hamil diluar nikah semakin marak, hal ini bahkan sudah meramba kepedesaan sepertihalnya kabupaten Kendal, dan yang disayangkan pelaku yang hamil diluar nikah itu bukan hanya orang yang cukup umur untuk menikah, akan tetapi anak-anak yang umurnya masih relatif mudah untuk menikah menurut undang-undang, sehingga untuk menikahkanya harus meminta dispensasi nikah dari pengadilan agama setempat. dan Bila dua insan menjalin cinta, hingga melakukan hubungan seksual di luar nikah yang menyebabkan kehamilan, maka Pengadilan akan mengabulkan permohonan dispensasi tersebut. Karena ditakutkan bila tidak dinikahkan akan menambah dosa dan terjadi perkawinan di bawah tangan yang akan merusak proses-proses hukum yang akan terjadi berikutnya atau merusak hak-hak hukum anak yang dilahirkannya menurut undang-undang. Selain juga dalam masyarakat mereka akan menjadi bahan cemooh. Pertimbangan tersebut juga berdasarkan pada kaidah-kaidah:
اF2 ﺝE2) م+- ﻡ+; , د رء ا 84
Ibid, hlm 239 - 242
74 “Menolak bahaya didahulukan atas mendatangkan kebaikan”
را لG ا “Kemadharatan harus dihilangkan”85
3. Kesiapan Calon Mempelai Selain yang telah disebutkan diatas hakim dalam menetapkan dispensasi nikah juga mengacu pada kesiapan masing-masing pasangan yang hendak melangsungkan pernikahan, calon istri sudah siap menjadi calon ibu dan begitu juga sebaliknya, sehingga walaupun pernikahan itu dilaksanakan oleh anak yang kurang umur menurut undang-undang perkawinan itu akan sesuai dengan apa yang diharapkan oleh undang-undang. D. Eksistensi Pernikahan Pasangan Suami Istri Yang Mendapat Dispensasi Nikah Salah satu asas yang dikandung dalam undang-undang perkawinan adalah pendewasaan usia perkawinan, artinya bahwa calon suami dan calon istri harus telah matang jiwa dan raganya dalam melaksanakan pernikahan. Maka para ahli menentukan syarat minimal usia perkawinan sebagaimana tercantum dalam undangundang perkawinan pasal 7 ayat(1) yaitu batas minimal bagi laki-laki (19) tahun dan perempuan (16) tahun, namun ketentuan umur tersebut semata-mata hanya untuk menjaga kesehatan suami istri dan juga untuk melestarikan kemaslakatan keluarganya sehingga eksistensi suatu perkawinan selalu terjaga dan Secara formal tidak lagi ditemukan lagi data pernikahan dibawah umur dari pengadilan agama, namun demikian bukan berarti bahwa tidak ada lagi pernikahan dibawah umur di wilayah Pengadilan Agama.
85
Wawancara dengan hakim Pengadilan Agama Kendal pada tanggal 25 Januari 2011
75 Menurut pengamatan penulis secara global wilayah Pengadilan Agama Kendal yang terbagi atas tiga radius yang meliputi, wilayah Radius I : Kota Kendal, wilayah Radius II : Brangsong, Kaliwungu, Kaliwungu Selatan, Patebon, Cepiring, Gemuh, Pegandon, Weleri, Rowosari, Kangkung, Ringinarum, dan Ngampel, wilayah Radius III : Sukorejo, Pageruyung, Plantungan, Patean, Boja, Singorojo dan Limbangan. Praktek pelaksanan dispensasi nikah di Pengadilan Agama Kendal terhitung pesat perkembangannya berdasarkan wawancara dengan salah satu panitra di Pengadilan Agama Kendal yang berhubungan dengan dispensasi nikah terhitung pada tahun 2008 terdapat 11(sebelas) perkara dispensasi nikah yang diputus, tahun 2009 terdapat 11(sebelas) perkara dispensasi nikah yang diputus dan 2010 terdapat 61(enam puluh satu) perkara dispensasi nikah yang diputus. Agar penelitian lebih terarah maka penulis dalam menelitih membatasi dengan tahun yaitu mulai tahun 2008 sampai 2010 karena pada tahun itu angka dispensasi nikah mengalami lonjakan yang cukup tinggi dan penyebab dispensasi nikah di Pengadilan Agama Kendal tersebut disebabkan karena hamil diluar nikah walaupun ada sebagian yang bukan karena hamil luar nikah akan tetapi yang lebih mendomisili adalah hamil diluar nikah. Tabel Eksistensi Pernikahan Pasangan Yang Mendapat Disppensasi Nikah Di Pengadilan Agama Kendal Tahun 2008
No
1
No Perkara 010/Pdt.P /2008/PA .Kdl
Nama Pasangan Suami Istri Pemohon Purwadi
Ahmad Jiron Bin Hardi (23 Tahun)
Siti Zarwati Binti Purwadi (15 tahun 4 bulan)
Alasan Permohonan Khawatir timbulnya fitna
Eksistensi Pernikahan Belum Cerai
76 2
013/Pdt.P /2008/PA .Kdl
Muslimin
Wasman Binti Darsim (20 tahun)
3
014/Pdt.P /2008/PA .Kdl
Karyanto (kakak Dewi Sulistia Fiana)
Dadang setiawan Bin Susman (21 tahun)
4
017/Pdt.P /2008/PA .Kdl
Misdi
Akhmad Wakhid Bin Sahri(19 tahun)
Istiana Binti Misdi (15 tahun 3 bulan) Linda Noviana Binti Miadi nurcholis (15 Tahun 7 bulan) Nani Yuliani Biti Sulyadi (16 tahun)
5
018/Pdt.P /2008/PA .Kdl
Miadi Nurcholis
Jatno Suprato Bin Ngaturi (19 tahun)
6
019/Pdt.P /2008/PA .Kdl
Muslihin
7
020/Pdt.P /2008/PA .Kdl
Sabero
8
023/Pdt.P /2008/PA .Kdl
Prayogo
Afif saiful Anam Bin muslihin (17 tahun 2 bulan) Fatkur Rosidin Bin Sabero (17 tahun 9 bulan) Jefri Ganita Bin Prayogo (18 tahun 2 bulan)
9
005/Pdt.P /2008/PA .Kdl
Supriyono
10
007/Pdt.P /2008/PA .Kdl
Heri Wiyono
Fuji Nurkholiq Bin Ngadiran (20 tahun)
11
008/Pdt.P /2008/PA .Kdl
Karynto (kakak Fajar Rudianto)
Fajar Rudianto Bin Ratno (18 tahun 2 bulan)
Akmad Wakhid Bin Jamsari (24 tahun)
Nur Fatahilah Binti Muslimin (15 tahun 5 bulan) Dewi Sulistia Fiana Binti Harley (15 Tahun 4 Bulan)
Khawatir timbulnya fitna
Belum Cerai
Hamil 4 bulan
Belum Cerai
Belum Cerai
Khawatir timbulnya fitna Khawatir timbulnya fitna
Belum Cerai
Hamil Luar Nikah
Belum Cerai
Supiyanti Binti Sukari (16 Tahun)
Hamil Luar Nikah
Belum Cerai
Delia Prasetyani Binti Aglis Setiono (17 tahun)
Hamil 5 bulan
Belum Cerai
Ayu Siti Lestari Binti Supriyono (15 tahun 6 bulan) Eva Dilla Sagita Binti Heri Wiyono (15 tahun 5 bulan) Anik Anjarwati binti Ngamuri (16 tahun)
Sumber data : Register Pengadilan Agama Kendal
Belum Cerai Khawatir timbulnya fitna Khawatir timbulnya fitna
Belum Cerai
Hamil
Belum Cerai
77
Tabel Eksistensi Pernikahan Pasangan Yang Mendapat Disppensasi Nikah di Pengadilan Agama Kendal Tahun 2009 No
No Perkara
Pemohon
005/Pdt.P/ 2009/PA. Kdl
Kasmani
2
008/Pdt.P/ 2009/PA. Kdl
Kasipin
3
010/Pdt.P/ 2009/PA. Kdl
Mat Djudi
4
012/Pdt.P/ 2009/PA. Kdl
Mat Djudi
5
017/Pdt.P/ 2009/PA. Kdl
Samijn
6
018/Pdt.P/ 2009/PA. Kdl
Muhyono
7
020/Pdt.P/ 2009/PA. Kdl
Hartanto(kake k Imatu Najwa)
8
022/Pdt.P/ 2009/PA. Kdl
Maryo
9
005/Pdt.P/ 2009/PA. Kdl
Nur Aidah(kakak Ahmad Nur Kholidin)
1
Nama Pasangan Suami Istri Ahmad Nur Kholidin Bin Kasmani (18 tahun 3 bulan) Riko Kiscahyono bin Kasipin (17 tahun 8 bulan) Sobirin Bin Mat Djudi (18 tahun 5 bulan) Anif Sultoni Binti Bin Ismun (16 tahun 7 bulan) Suraji Bin Samijn (17 tahun 3 bulan) Zeni Andi Sulistiyawan (23 tahun) Mugiono Bin Sutikno (20 tahun)
Ridlo Purnomo Bin Sumijan (19 tahun) Ahmad Nur Kholidin Bin Kasmani (16tahun 10 bulan)
Alasan Permohonan
Eksistensi Penikahan
Ika Setiana Binti Suparman (17 tahun)
Hamil
Belum Cerai
Fitriyani binti Kamali (17 tahun )
Hamil
Belum Cerai
Rokiyati Minti Nurmin (16 tahun)
Hamil 5 bulan
Belum Cerai
Hamil 4 bulan
Belum Cerai
Eka Sari rahmawati (17 tahun)
Hamil
Belum Cerai
Epli Marlina Binti Muhyono (15 tahun 6 bulan) Imatu Najwa Binti Imron (15 tahun 6 bulan)
Hamil
Belum Cerai
Khawatir timbulnya fitna
Belum Cerai
Nursanti Hidayah Binti Maryo (15 tahun 7 bulan) Ika Setiana Binti Suparman (16 tahun)
Hamil 6 bulan
Belum Cerai
Hamil
Belum Cerai
Eka Fawitri Ningsih Binti Slamet Suri (16 tahun)
78 10
11
030/Pdt.P/ 2009/PA. Kdl
Zainudin
Sugeng Prasetio Bin Zainudin (17 tahun 2 bulan)
Eka Setiowti Binti Sukeri (16 tahun)
Hamil 5 bulan
057/Pdt.P/ 2009/PA. Kdl
Abdul Fatah
Aditya Bagus Darmawan Bin Abdul Fatah (18 tahun 6 bulan)
Ika lestiana Binti Hardi (17 tahun)
Hamil 4 bulan
Belum Cerai
Belum Cerai
Sumber data : Register Pengadilan Agama Kendal Tabel Eksistensi Pernikahan Pasangan Yang Mendapat Disppensasi Nikah di Pengadilan Agama Kendal Tahun 2010
Nama Pasangan No
No Perkara
Pemohon
Suami
1
0002/Pdt.P/2 010/PA.Kdl
Darminto
Rais Bin Romdon (21 tahun)
2
0010/Pdt.P/2 010/PA.Kdl
Ngadiono
Afdholaris Bin sukirno (21 tahun)
3
0011/Pdt.P/2 010/PA.Kdl
Suwandi
4
0020/Pdt.P/2 010/PA.Kdl
Achmad
Ahmad Muhlisin Bin Suwandi (18 tahun 3 bulan) Sofan Bin Achmad (18 tahun 2 bulan)
5
0021/Pdt.P/2 010/PA.Kdl
Sunardi
6
0023/Pdt.P/2 010/PA.Kdl
Wahyu prabowo
Khodik Bin Sunardi (18 tahun 7 bulan) Anggit Indra Bin Wahyu prabowo (18 tahun 4 bulan)
Istri
Alasan Permohonan
Eksistensi pernikahan
Listiani Binti Darminto (15 tahun 5 bulan) Rokhimatul Amalia Binti Ngadiono (15 tahun 3 bulan) Siti Asih Kumaeroh binti Sobirin (17 tahun)
Khawatir timbulnya fitna
Belum Cerai
Hamil
Belum Cerai
Hamil
Belum Cerai
Zipora Anita Ayucristiani BintibTrimo s (17 tahun) Hikma Binti Sohikin (18 tahun)
Hamil
Belum Cerai
Hamil
Belum Cerai
Apri Vitri Astuti Binti Tugimin (17 tahun)
Hamil 4 bulan
Belum Cerai
79 7
0026/Pdt.P/2 010/PA.Kdl
Supari
8
0029/Pdt.P/2 010/PA.Kdl
Ahmad Mustofa
9
0030/Pdt.P/2 010/PA.Kdl
Kodir
10
0034/Pdt.P/2 010/PA.Kdl
Makrifah (ibu Awan Joko)
11
0040/Pdt.P/2 010/PA.Kdl
Mulyono
12
0043/Pdt.P/2 010/PA.Kdl
Riyanto
13
0051/Pdt.P/2 010/PA.Kdl
Sutaman
14
0053/Pdt.P/2 010/PA.Kdl
Subiono
15
0055/Pdt.P/2 010/PA.Kdl
Tumijan
16
0065/Pdt.P/2 010/PA.Kdl
Teguh Subur
Johan Untung Bin Supari (17 tahun 10 bulan) Eka Jaelani Binti Ahmad Mustofa (18 tahun 2 bulan) Nur Azar Bin Kodir (17 tahun 7 bulan) Awan Joko Bin Yusuf (18 tahun 5 bulan) Riky Wicaksono Bin Mulyono (18 tahun 1 bulan) Eko Suprato Bin Suwarno (20 tahun)
Saiful Arif Bin Sutaman (16 tahun 8 bulan) Karyadi Bin Subiono (20 tahun) Riskoni Bin Tumijan (17 tahun 9 bulan) Sangga Rizky bin Teguh Subur (18 tahun 3 bulan)
Nur Arifah Binti Suramin (17 tahun)
Hamil
Belum Cerai
Khotimatul Nikma (18 tahun)
Hamil
Belum Cerai
Sri Widati binti temon (16 tahun)
Hamil 3 bulan
Belum Cerai
Tri styowati Binti Ngadani (17 tahun) Fajar Ayulestiani Binti Ikhwan (17 tahun)
Hamil
Belum Cerai
Hamil
Belum Cerai
Rina Nikmatulm Mu`asaroh binti Riyanto (15 tahun 3 bulan) Catur Wulan Utami binti Sutoyo (16 tahun)
Khawatir timbulnya fitna
Belum Cerai
Hamil
Belum Cerai
Nurhidayah Binti Sulim (15 tahun 1 bulan) Restianingsi Binti Ngape (17 tahun)
Khawatir timbulnya fitna
Belum Cerai
Khawatir timbulnya fitna
Belum Cerai
Fuji Septiyangni ngsi sari Binti Rohadi (18 tahun)
Hamil 5 bulan
Belum Cerai
80 17
0067/Pdt.P/2 010/PA.Kdl
Kumaedi
Dian kritya admie Bin kumaedi (18 tahun 7 bulan)
Zaziroh Binti Kaeroni (17 tahun)
Hamil 4 bulan
Belum Cerai
18
0073/Pdt.P/2 010/PA.Kdl
Sodik
Belum Cerai
0075/Pdt.P/2 010/PA.Kdl
Supari
Hamil
Belum Cerai
20
0088/Pdt.P/2 010/PA.Kdl
Turmudhi
Nurjanah Binti Mahsun (16 tahun) Vivi ambarwati Binti Amin (17 tahun) Kholodah Binti Sukarno (17 tahun)
Hamil
19
Solikhin Bin Sodik (16 tahun 7 bulan) Edi Sulistia Bin Supari (17 tahun 8 bulan) Khamdi bin Turmudhi (18 tahun 3 bulan)
Hamil
Belum Cerai
Sumber data : Register Pengadilan Agama Kendal Sebagaimana dalam masyarakat umumnya, anak-anak yang menginjak dewasa akan berkembang dengan kondisi fisik, mentalitas dan sosialnya, mereka bergaul dengan teman-temannya dan dalam pergaulannya itu mereka menemukan pasangan yang dirasakan sesusai dengan dirinya. Yang akhirnya mereka menginginkan adanya pernikahan sehingga mereka harus memintak dispensasi nikah di pengadilan setempat. Hal serupa juga terjadi di wilayah hukum pengadilan agama Kendal, mereka bergaul, berinteraksi dengan lawan jenisnya sehingga mereka menghendaki pernikahan, sayangnya yang menghendaki pernikahan ini anak-anak yang usia nya masih relatif mudah untuk membina suatu keluarga. Karena dalam membina suatu keluarga tidak semudah membalikkan telapak tangan akan tetapi perlu andanya persiapan yang matang mulai dari material, mental, jiwa dan raga maka kedewasan calon mempelai sangat dianjurkan oleh undang - undang. Setelah penulis melakukan penelitian bahwa dalam dispensasi nikah permohonannya bisa diajukan oleh calon suami dan calon istri tergantung dari pihak mana yang umurnya kurang, dan dari segi
81 pemohonnya ini penulis menggali informasi untuk mengetahui dampak dispensasi nikah terhadap eksistensi pernikahan di pengadilan agama Kendal. Berikut penulis hadirkan gambaran kehidupan pasangan suami istri dalam membina keluarga yang pernikahannya mendapat dispensasi nikah dari pengadilan agama Kendal yang permohonannya diajukan oleh suami. Khodik bin Sunardi dengan Hikma bin Solikin, sebagai pasangan yang terlibat secara langsung yang pernikahannya mendapatkan dispensasi nikah sebab umur dan dispensasi nikah sebab hari , mengatakan bahwa mereka sebelum menikah harus melakukan sidang terlebih dahulu di Pengadilan Agama Kendal adapun alasan mereka melangsungkan pernikahan adalah untuk menutupi aib karena pada saat itu Hikma sudah mengandung anak hasil hubungan dengan khodik, pasangan ini yang mendapatkan dispensasi nikah adalah Khodik (suami) Karena pada saat itu usia khodik masih 17 tahun lebih 2 bulan. Kedua pasangan ini termasuk dalam ekonomi kebawah karena kedua orang tua mereka hidup dalam kekurangan karena hanya sebagai buruh tani sehingga tidak bisa membantu biaya hidup meraka, keluarga ibu Hikma dan suamiya dalam kesehariannya suami bekerja sebagai buruh tani, sedang ibu hikma tidak bekerja sehingga mereka dalam membina keluarga kurang optimal yang mengakibatkan sering terjadinya cekcok dan timbulnya permasalahanpermasalahan keluarga, dan berdasarkan keterangan dari ibu Hikma bahwa sampai saat ini pernikahannya masih tetap berlangsung walaupun terkadang mereka harus kembali kerumah orang tua masing-masing dan berpisah dengan suaminya86
86
Wawancara dan Hikma pada tanggal 17 Febuari 2011
82 Pasangan Saiful Arif bin Sutaman dengan Catur wulan utami binti sutoyo, berdasar penuturan dari bapak Sutoyo bahwa yang mendapatkan dispensasi nikah adalah dari pihak laki –laki dan sampai saat ini pernikahan masih tetap berlangsung, Dalam Penghidupan sehari-harinya Mereka masih menggantungkan biaya hidupnya kepada orang tuanya, karena mereka hanya berijasahkan SMP sehingga mereka kesulitan untuk mendapatkan pekerjaan, berdasarkan penuturan Bapak sutoyo sikap kekanak-kanakkan masih melekat pada pasangan ini, sehingga dalam menghadapi permasalahan belum bisa bersikap dewasa masih mementingkan ego mereka masing masing.87 Anggit Indiarto Wahyu Prabowo bin Teguh Hendarto dengan Apri Vitri Astuti binti Tugiman, pada saat mengajukan dispensasi nikah calon istrinya sudah hamil 4 bulan, dalam keseharian mereka berdua bekerja sebagai karyawan di foto copy di Kendal yang hanya mendapat upah Rp. 400.000/ bulan, berdasarkan keterangan dari orang tua April Vitri Astuti bahwa mereka masih hidup bersama dan masih berkerja sebagai karyawan foto copy di Kendal dengan hasil yang sedemikian untuk menutupi biaya hidup mereka dirasa kurang, sehingga sering kali mereka masih menggatungkan kepada orang tua mereka untuk menutupi kekurangan biaya hidup mereka .88 Rikco Kiscahtono Bin Kasipin dengan Fitriani binti Kamali pasangan ini lebih tua istrinya dari pada suami pada saat itu suami baru berumur 16 tahun 5 bulan sedang istrinya berumur 19 tahun si istri lebih bersikap dewasa dari pada suaminya ketika menghadapi permasalahan dalam rumah tangga, alasan mereka dalam
87 88
Wawancaradengan Bapak Sutoyo (orang tua Catur wulan utami) tanggal 17 Febuari 2011 Wwancara dengan Apri Vitri Astuti pada tanggal 25 Febuari 2011
83 dispensasi nikah karena hamil luar nikah, dalam keseharian Rikco hanya membantu orang tuanya dikebun sedang istrinya karyawan di toko sembako di pasar boja, menurut keterangan dari bapak kasipin Bahwa bapak kasipin bertanggungjawab atas perbuatan anaknya yang telah menghamili anak orang dengan menanggung biaya hidup mereka selam mereka belum mapan.89 Begitu juga dalam kasus yang sama, dispensasi nikah yang pemohonnya dari pihak suami mereka dalam membina suatu rumah tangga mereka belum siap terutama dalam hal material karena dalam pernikahan mereka terkesan adanya unsur terburu buru sehingga tidak ada bekal untuk melangsungkan pernikahan karena pernikahan mereka untuk menutupi aib keluarga, sedang keberlangsungan perkawinan mereka masih tetap berlangsung karena seusia mereka untuk melakukan percerean masih ada rasa minder karena proses percerean yang mereka anggap sulit mereka memilih kembali kerumah orang tua masing-masing jika terjadi permasalahan dari pada harus bercerai. Akan tetapi dalam kehidupan keseharian mereka sangat rentan dengan permasalah yang akan timbul dalam keluarganya, karena seusia mereka masih mudah emosi dan masih mementingkan ego masing-masing sehingga sikap kedewasaan mereka dalam menyelesaikan permasalah tidak nampak, dan juga tidak adanya kesiapan material (ekonomi) untuk membina keluarganya yang mengakibatkan ketidak tenangan dalam membinan keluarga. Berbeda dengan pasangan yang mendapatkan dispensasi nikah dari pihak perempuan dari penelitian yang penulis
lakukan bahwa calon suami yang akan
menikahinya rata-rata mereka sudah mapan dan sudah memiliki penghasilan yang cukup untuk membangun sebuah rumah tanggah, seperti pasangan Puji Nurkholiq 89
Wawancaraa dengan Bapak Kasipin dan Fitriania pada tanggal 19 Febuari 2011
84 bin Ngadiran dengan Eva Dilla sagita binti Heri Wiyono, pasangan ini yang mendapat dispensasi nikah adalah dari pihak calon istri berdasarkan keterangan dari orang tua Eva hingga saat ini mereka masih hidup bersama, untuk menghidupi keluarganya mereka berdua tidak lagi menggantungkan dari orang tua mereka karena mereka sudah mempunyai usaha yang mapan untuk menghidupi keluarganya.90. Siti zarwati binti Purwadi hendak menikah dengan Ahmad Jiron umur 21 tahun pada saat mendaftar diPengadilan Agama Kendal pada tanggal 5 Juni 2008 pada saat itu umur Siti Zarwati baru 14 tahun 6 bulan, keduanya bertempat tinggal di desa Singorojo Kecamatan Singorojo Kendal, ahmad Jiron dalam kesehariannya bekerja Karyawan Pabrik sedangkan istrinya belum bekerja, sampai pada penulis melakukan wawancara dengan pasangan ini pernikahannya masih berlangsung, sebelum mereka melangsungkan pernikahan Siti Zarwati sudah hamil 4 bulan, berdasarkan keterangan dari orang tua dari siti zarwati bahwa sudah hampir 2 bulan Siti Zarwati tidak tinggal dengan Ahmad Jiron91. Mugiono Bin sutikno dan Imatu Najwa binti Imron dalam penikahannya yang mendapatkan dispensasi nikah adalah Imatu Najwa, hingga penelitian ini penulis lakukan bahwa pernikahan mereka sampai sekarang masih berlangsung, untuk menghidupi keluarganya suami bekerja sebagai Karyawan pabrik begitu juga istrinya, dengan penghasillnya itu lah mereka bisa menhidupi rumah tangganya, selain masih dibantu oleh orang tua mereka masing-masing, dan mereka berdua masih tinggal serumah dengan keluarga suaminya.
90 91
2011
Wawancara dengan ibu Heri wiyono ibu kandung Eva dilla sagita tanggal 18 febuari 20011 Wawancara dengan dengan Bapak Purwadi (bapak dari Sti zarwati) pada tanggal 19 Febuari
85 Menurut penulis pernikahan adalah ikatan yang suci antara laki- laki dan permpuan yang bertujuan untuk membina keluarga yang sakinah, mawadah, warohmah. Dalam rumah tangga antara suami dan istri harus saling melengkapi dan saling mengerti apa saja yang bisa membuat keluarga rukun dan tentram bukan saling mencari kesalahan dan kekurangan masing-masing. Perbedaan karekter antara suami dan istri adalah hal yang wajar karena Allah SWT menciptakan antara satu dengan yang lainnya tidak ada yang sama akan tetapi perbedaan tersebut jika tidak kita kemas secara baik maka akan terjadi perpecahan oleh sebab itu syarat yang utama bagi seseorang untuk mendapatkan keharmonisan dalam keluarga adalah mampu dan siap dalam membin rumah tangga. Menurut penulis pernikahan pasangaan yang mendapatkan dispensasi nikah merupakan suatu bentuk perkawinan yang tidak sesuai dengan yang diidealkan oleh ketentuan yang berlaku dimana perundang - undangan yang telah ada dan memberikan batasan usia untuk melangsungkan perkawinan. Dengan kata lain, perkawinan tersebut merupakan bentuk penyimpangan dari perkawinan secara umum karena tidak sesuai dengan syarat - syarat perkawinan yang telah ditetapkan. Secara sederhana bahwa dispensasi nikah tersebut tidak mempengaruhi dari keberlangsungan perkawinan akan tetapi perkawinan tersebut mengakibatkan sulitnya untuk mewujudkan tujuan perkawinan yang sakinah, mawaddah dan warrohmah, apabila dibandingkan dengan perkawinan yang telah disesuaikan dengan syarat-syarat yang telah ditentukan oleh perundang undangan. Hal ini tidak berarti bahwa perkawinan pasangan yang mendapatkan dispensasi nikah dapat dipastikan sulit untuk mewujudkan tujuan perkawinan, karena perkawinan yang memenuhi persyaratan usiapun pada kenyataannya tidak semuanya dapat
86 mewujudkan perkawinan. Namun demikian perkawinan usia muda jelas beresiko lebih besar daripada perkawinan yang telah memenuhi persyaratan usia.
BAB IV ANALISIS DAMPAK DISPENSASI NIKAH TERHADAP EKSISTENSI PERNIKAHAN DI PENGADILAN AGAMA KENDAL A. Analisis Terhadap Alasan Pemberian Dispensasi Nikah Di Pengadilan Agama Kendal Hakim sebagai pelaksana kehakiman mempunyai kemerdekaan dan otoritas dalam menjalankan tugasnya, dalam menjalankan tugasnya hakim tidak dipengaruhi oleh suatu instansi manapun karena hakim hanya tunduk kepada hukum dan keadilan disamping itu juga, dalam membuat putusan hakim harus mempertimbangkan segala temuan yang ditemukan didalam persidangan dan semua temuan
tersebut harus
dipertimbangkan untuk selanjutnya dijadikan pertimbangan untuk menentukan hukum. Tidak sedikit dari perkara yang diatur dalam undang-undang maka dari itu hakim harus berusaha menggali dan menemukan hukumnya dengan sebaik-baiknya dalam penemuan hukum yang belum diatur dalam undang-undang mula-mula, hakim
87 berusaha menggali fakta-fakta tentang perkara yang akan diputuskan itu melalu alat bukti yang ada selanjutnya hakim menganalisisnya hasil dari analisis tersebut digunakan oleh hakim untuk menentukan hukumnya dan diterapkan dalam perkara yang bersangkutan. Dalam mengambil keputusan hakim harus mempertimbangkan antara undangundang yang ada dengan fakta dalam persidangan. Dalam perkara dispensasi nikah peraturan yang mengatur batasan usia seseorang yang dibolehkan melakukan pernikahan. Pasal 7 undang-undang N0 1 Tahun 1974, menyebutkan bahwa bila seseorang (yang beragama Islam) belum mencapai usia minimum, dapat mengajukan 84 dispensasi nikah kepada pengadilan Agama. Aturan lain yang mengatur dispensasi nikah adalah pasal 15 Kompilasi Hukum Islam, yang maksudnya sama dengan pasal 7 UU No. 1 tahun 1974. Namun demikian aturan hukum tersebut tidak merinci alasannya. Hakim Pengadilan Agama Kendal dalam menetapkan pemberian dispensasi nikah terhadap pemohon mempunyai beberapa pertimbangan-pertimbangan yang mana pertimbangan hakim tersebut berdasarkan bukti - bukti dan saksi-saksi. Berdasarkan pada analisis penulis pertimbangan yang digunakan oleh hakim Pengadilan Agama Kendal dalam memberikan penetapan dispensasi nikah mempuyai beberapa pertimbangan yaitu pertimbangan hakim yang berdasarkan pada peraturan yang ada yang mana dalam pertimbangan hakim dalam menjatuhkan penetapannya itu harus disesuaikan dengan hukum yang ada. Adapun dispensasi nikah yang meliputi
tentang syarat-syarat
88 1. Foto copy Surat Kelahiran atas nama anak pemohon yang dikelurkan oleh Kepala Desa atau Kelurahan 2. Surat Pemberitahuan Penolakan Melangsungkan Pernikahan (Model N-9) yang di keluarkan oleh Kantor Urusan Agama. Selain itu dalam menetapkan izin dispensasi nikah yaitu dalam mengambil penetapan hakim mengali berdasarkan keterangan dari bukti - bukti dan keterangan dari saksi-saksi kemudian dari keterangan saksi-saksi tersebut dicocokkan dengan keterangan dari pemohon, saksi yang biasa dihadirkan oleh hakim dalam persidangan adalah dua orang. Dalam mengabulkan permohonan dispensasi nikah hakim juga berdasarkan pada kaidah Islam. Adapun yang biasa digunakan hakim dalam perkara dispensasi nikah hakim mengunakan dasar kaidah :
اF2 ﺝE2) م+- ﻡ+; , د رء ا “Menolak bahaya didahulukan atas mendatangkan kebaikan”
را لG ا “Kemadharatan harus dihilangkan” Islam bersikap keras tak mengenal kompromi dalam memberantas kemaksiatan (penyakit masyarakat), karena apabila kemaksiatan itu dibiyarkan merajalela berarti kita menjerumuskan kelemba kehinaan, sedangkan kemaksiatan itu ibarat kangker ganas yang apabila tidak segera diobati akan mengrogoti tubuh manusia sampai mati oleh karena itu pencegajahan bersikap prioaktif dan preventif
89 (pencegahan) dalam memerangi kemaksiatan tersebut92, dalam menghilangkan kemadharatan itu tidak boleh sampai menimbulkan kemadharatan lain baik ringan apalagi lebih berat. Namun bila kemadharatan itu tidak dapat dihilangkan kecuali dengan menimbulkan kemadharatan yang lain maka haruslah memilih kemadharatan yang relatif lebih ringan dari yang telah terjadi. Menurut persepsi hakim, madharatnya adalah ditakutkan bila tidak dinikahkan akan menambah dosa dan terjadi perkawinan di bawah tangan yang akan mengacaukan proses - proses hukum yang akan terjadi berikutnya atau mengacaukan hak-hak hukum anak yang dilahirkannya menurut Undang-undang. Dispensasi nikah yang diajukan di Pengadilan Agama Kendal setelah penulis telitih penyebabnya terbesar adalah hamil diluar nikah, dan dalam kehidupan masyarakat orang yang hamil sebelum nikah merupakan sebuah aib dan apalagi aib itu dilakukan oleh orang yang baru menginjak dewasa ( kurang umur untuk menjalankan pernikahan menurut undang-undang pernikahan) sehingga Seringkali pernikahan dijadikan jalan alternatif untuk menutupi aib tersebut. Penyelesaian masalah sosial yang akan terjadi yaitu menikahkan anak yang sudah hamil terlebih dahulu untuk menutupi malu. Tabel Penyebab Dispensasi Nikah(Tahun 2008-2010) No
92
Penyebab
Jumlah
1
Kehendak orang tua
11 Pasangan Suami Istri
2
Hamil diluar nikah
31 Pasangan Suami Isrti
Dudung Abdul Rohman, Mengembangkan Etika Berumah Tangga Menjadi Moralitas Bangsa Menuju Pandangan Al-Qur`An,Nuasan Aulia,Bandung,2006,hl36
90 Berdasarkan pada penelitian yang telah penulis lakukan di Pengadilan Agama Kendal, bahwa hakim mengabulkan permohonan dispensasi nikah dengan pertimbangan untuk kemaslakatan karena jika tidak dikabulkan akan dikawatirkan terjadi pernikahan siri yang mengakibatkan kekacoan nasab sianak, selain itu juga hakim dalam mengabulkan dispensasi nikah, hakim selalu mengabulkan permohonan dispensasi kawin karena hubungan di luar nikah, dengan pertimbangan perempuan yang hamil tanpa suami akan dihina dan dikucilkan oleh masyarakat. Ini bisa mengakibatkan perempuan tersebut tidak mau bergaul dan mementingkan diri sendiri Hal ini juga bisa terjadi pada anak yang akan dilahirkannya. B. Analisis Dampak Dispensasi Nikah Terhadap Eksistensi Pernikahan di Wilayah Hukum Pengadilan Agama Kendal. Perkawinan merupakan ikatan lahir batin antara seorang pria dengan seorang wanita sebagai suami istri dengan tujuan membentuk keluarga yang bahagia dan kekal berdasarkan ketuhanan yang maha Esa, dalam Islam orang yang akan melakukan pernikahan terbagi menjadi tiga bangian yaitu orang itu dibilang wajib melakukan nikah kalau ia sudah memerlukannya, sedang kalau dia tidak mampu maka hukumnya adalah makruh, dan yang berniat menyakitinya maka hukum nikahnya adalah haram, akan tetapi hukum asal dari pernikahan itu adalah mubah, sebagaimana firman Allah SWT
∩⊂⊄∪ …. 4 öΝà6Í←!$tΒÎ)uρ ö/ä.ÏŠ$t6Ïã ôÏΒ tÅsÎ=≈¢Á9$#uρ óΟä3ΖÏΒ 4‘yϑ≈tƒF{$# (#θßsÅ3Ρr&uρ Artinya : Dan kawinkanlah orang-orang yang sendirian diantara kamu, dan orang-orang yang layak (kawin)dari hamba-hambamu yang lelaki dan hambahambamu yang perempuan(An Nur :32)
91
ِ ََ/ْ2ِ A @ َBُ َا1َ # َِ6 ج ُ و# َ َ7َ%ْ2َ6 َ َء َة/ْع ﻡُِْ ُ ا َ َ:َ7ْ; ا$ ِ َب ﻡ ِ َ/ّ(َﻡَْ(َ َ ا Jُ ِوﺝَ ُءٌ)روا1َ ُ1# َِ6 ْ ِم4#ِ& ِ1ْ%َ2ََ6 ِْ:َ7ْ?َ َْ ْ$َح َوﻡ ِ ْ َ,ْ2ِ $ ُ َْ*َوَا (K)ا Artinya: “Wahai sekalian pemuda, apabila kamus suda mempunyai bekal maka kawinlah :sesunggunya (kawin) bisa memejamkan mata, dan memelihara kemaluana; siapa yang belum sanggup (mempunyai bekal) maka puasalah, sebagai benteng (perisai) Kata Baa-ah artinya : bekal, dan yang dimksud ialah rumah (tempat tinggal). Sedang orang yang belum sanggup, belum mempunyai bekal, disarankan untuk berpuasa karena dengan puasa dapat menjaga diri, terhindar dari kejahatan mata dan kemaluan. Secara tehnik Islam tidak menentukan batas usia perkawinan, namun Islam memberikan batasan kemampuan bagi seseorang yang sudah pantas dianjurkan untuk melakukan pernikahan dan disuruh menahan diri bagi mereka yang belum mampu melaksanakan pernikahan namun perintah nikah ini sendiri menurut imam Syafi`i nikah berarti sunat, sedang menurut Imam Ahmad, nikah tersebut menjadi wajib untuk orang-orang yang merasa tidak dapat menahan diri dari berbuat jahat ( zina). Dalam Undang-undang perkawinan diyatakan bahwa batas usia melaksanakan pernikahan bagi laki-laki 19 tahun dan bagi perempuan 16 tahun, jika umurnya kurang dari ketentuan yang telah disebutkan dalam undang-undang perkawinan maka dapat memohon dispensasi nikah di Pengadilan Agama setempat, Pengadialan Agama Kendal kelas 1A merupakan badan hukum yang ada di wilayah Kabupaten Kendal yang salah satu wewenangnya adalah memberikan dispensasi nikah kepada calon pasangan suami istri yang umurnya kurang dari ketentuan yang ada. Berdasarkan dari uraian pada bab sebelumnya, penulis menilai bahwa dispensasi tidak berdampak pada eksistensi pernikahan karena usia mereka yang masih relatif mudah dan usia perkawinan merekapun masih relatif mudah juga mengakibatkan mereka
92 enggan untuk melangsungkan percerean karena dalam undang-undang sendiri mengadung asas percerean dipersulit. Sedang
rumah tangga yang dibangun oleh
pasangan yang mendapatkan dispensasi nikah yang terjadi di wilayah hukum Pengadilan Agama Kendal terdapat dampak
negatif
yaitu tidak adanya keharmonisan dalam
kehidupan rumah tangga yang timbul karena seringnya terjadi percekcokan, cemburu yang berlebihan, adanya sikap keras suami terhadap sang isteri, kekurangnya pengetahuan dari pihak istri dalam cara pendidikan dan pengajaran anak, pengetahuan mengenai merawat anak dan akhirnya akan menyebabkan lemahnya mental anak - anak yang dilahirkan, kemiskinan rohani, jasmani dan sebagainya. Ketidak setabilan emosi
mereka, memungkinkan banyaknya pertengkaran dalam keluarga. Kedewasaan seseorang tidak dapat diukur dengan usia saja, banyak faktor seseorang mencapai taraf dewasa secara mental yaitu keluarga, pergaulan, IQ, dan pendidikan. Semakin dewasa seseorang semakin mampu mengimbangi emosionalitasnya dengan rasio. Mereka yang senang bertengkar cenderung masih kekanak-kanakan dan belum mampu mengekang emosinya. Ada juga dampak positif dari dispensasi nikah yang didapati dalam kehidupan rumah tangga beberapa pasangan suami isteri. Karena tujuan mereka pada saat melaksankan pernikahan adalah untuk mencegah dari perbuatan zina dan kemaksiatan diantara mereka dan diawali dengan niat yang suci sehingga kehidupan rumah tangga mereka tidak mudah diombang ambingkan oleh masalah yang ada, dikarenakan adanya rasa tanggung jawab dan rasa kasih sayang diantara anggota keluarga dan dapat dengan mudah mewujudkan keluarga yang sakinah mawaddah warrahmah. Dengan adanya kematangan jiwa dan raga serta kematangan ekonomi harus sudah ada sebelum pernikahan jika tidak maka rumah tangga yang dibangunnya akan mudah terombang
93 ambing oleh setiap permasalahan yang setiap kali muncul dalam kehidupan berumah tangga, sehingga masa depan akan suram. Dalam undang-undang juga menganut beberapa asas yang prinsip berhubungan dengan pernikahan. Adapun asas-asas tersebut antara lain : 1. Tujuan perkawinan adalah membentuk keluarga yang bahagia dan kekal untuk itu suami isteri perlu saling membantu dan melengkapi agar masingmasing dapat mengembangkan kepribadiannya, membentuk dan mencapai kesejahteraan spiritual dan material. 2. Dalam undang-undang ini ditegaskan bahwa suatu perkawinan adalah syah, apabila dilakukan meurut masing-masing agamanya dan kepercayaan itu dan disamping itu setiap perkawinan harus dicatat menurut peraturan perundang - undangan yang berlaku. 3. Undang-undang perkawinan ini menganut monogami, hanya apabila dikehendaki oleh orang yang bersangkutan mengizinkan maka seseorang suami dapat beristri lebih dari satu orang. 4. Undang - undang perkawinan ini menganut prinsip bahwa calon suami isteri harus telah masak jiwa raganya untuk melangsungkan perkawinan, agar dapat mewujudkan tujuan perkawinan secara baik tanpa berfikir pada perceraian dan mendapatkan keturunan yang baik dan sehat. 5. Karena tujuan perkawinan adalah untuk membentuk keluarga yang bahagia kekal dan sejahtera, maka undang - undang menganut prinsip mempersulit terjadinya perceraian. 6. Hak dan kedudukan isteri seimbang dengan hak kedudukan suami baik dalam kehidupan rumah tangga maupun dalam pergaulan masyarakat sehingga dengan
94 demikian segala sesuatu dalam keluarga dapat dirundingkan dan diputuskan bersama oleh suami isteri. Dengan demikian pada dasarnya pelaksanaan pernikahan bukan hanya untuk kesenangan atau kebahagiaan sementara dan tidak hanya merupakan pemenuhan kebutuhan biologis belaka, akan tetapi untuk kebahagiaan yang kekal abadi dan harus dipertanggung jawabkan di hadapan Allah SWT. Karena itu perpisahan atau perceraian dalam ikatan pernikahan merupakan perbuatan yang dibenci oleh Allah SWT.
95 BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan Dari uraian di bab-bab sebelumnya, maka dapat disimpulkan sebagai berikut: 1. Alasan pengajuan dispensasi nikah di Pengadilan Agama Kendal adalah karena kehawatiran pemohon akan terjadi fitna terhadap anaknya dan karena hamil diluar nikah, karena alasan dispensasi nikah tidak diatur dalam undang-undang maka hakim dituntut menggali hukumnya tanpa adanya pengaruh dari pihak manapun kemudian Pertimbangan hakim dalam memutuskan perkara permohonan dispensasi nikah di Pengadilan Agama Kendal adalah untuk
kemaslahatan dan
kemudharatannya, ditakutkan bila tidak dinikahkan akan menambah dosa dan terjadi perkawinan di bawah tangan yang akan mengacaukan proses-proses hukum yang akan terjadi berikutnya atau mengacaukan hak-hak anak yang dilahirkan. 2. Dampak dispensasi terhadap eksistensi nikah di wilayah hukum Pengadilan Agama Kendal secara tidak langsung tidak berdampak pada eksistensi pernikahan akan tetapi lebih berdampak pada keharmonisan dalam menjalani kehidupan sehari-hari karena pasangan yang mendapatkkan dispensasi nikah dalam melakukan pernikahan kurang siap untuk membina suatu rumah tangga karena usia mereka yang masih relatif mudah dan bekal mereka untuk membina suatu rumah tangga kurang.
93 B. Saran-Saran
96 Setelah penulis melakukan analisis terhadak pelaksanaan dispensasi nikah di Pengadilan Agama Kendal , penulis mempunyai beberapa saran-saran sebagai berikut: 1. Dalam segenap permasalahan manusia, maka dalam mengambil keputusan tentang nikah diambil dengan arif dan bijaksana sesuai dengan kemampuan kita 2. Alangkah baiknya hakim dalam memutuskan perkara dispensasi nikah dengan telitih sehingga pasangan yang mendapatkan dispensasi nikah benar-benar bisa menjalankan kewajibannya sebagi suami istri 3. Dalam rangka menggalakkan study analisis dalam hukum Syari’ah terutama mahasiswa syari’ah maka kiranya perlu mengikatkan dalam mendalami ilmu-ilmu tersebut sehingga hasil yang diperoleh bisa dipertahankan (Valid). C. Penutup Hamdan wa syukron lill Allah SWT penulis panjatkan atas ni’mat, taufiq, inayah dan maghfiroh-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisankarya ilmiyah ini. Shalawat dan salam penulis haturkan kehadirat Nabi agung Muhammad SAW, dengan ucapan, tindakan dan taqrir beliau sebagai pelengkap dari penjelasan akan firman Allah SWT (Qur’an) yang merupakan petunjuk bagi tata kehidupan manusia untuk mencapai kebahagian ysng sejati. Dengan segala kerendahan hati, permohonan maaf kami sampaikan kepada semua pihak. Kiranya masih banyak kekurangan-kekurangan dan masih jauh dari kesempurnaan, hal ini dikarenakan kemampuan penulis yang masih dangkal dan terbatas makanya kritik dan saran yang konstruktif dari semua pihak senantiasa penulis nantikan.
97 Semoga penulisan ini memberikan manfaat bagi penulis sendiri dan bagi pembaca pada umumnya, dan semoga kehilafan yang penulis perbuat, Allah SWT SWT senantiasa membukakan pintu ampunnya. Amin ya rabal alamin.
98
DAFTAR PUSTAKA
Abdul rohman Dudung, Mengembangkan Etika Berumah tangga menjadi moralitas bangsa menurut pandangan Al-qur`an, (Bandung: Nuasa Aulia, 2006) Abdurrahman, Kompilasi Hukum Islam di Indonesia, (Jakarta: Akademika Pressindo, 1995) Abu Bakar bin Muhammad al-Husaini ad-Dimasyqi al-Syafi'i,Imam Taqiyuddin, Kifayah al-Akhyar, juz 2,( Semarang: Toha Putra) Abu Hamid Muhammad Ibn Muhammad al-Ghazali, Imam, Ihya` ‘Ulum ad-Din, Jilid 2, (Beirut-Libanon: Dar al-Fikr, 1989) Adhim, Mohammad Fauzil, Indanya Pernikahan Dini,Gema Insani, (Jakarta: 2002) Al- Fauzan, Saleh, Fiqihh Sehari-hari, (Jakarta: Gema Insani, 2006) Amin al-Kurdi, Najmuddin, Tanwir al-Qulb, (Beirut, Libanon: Dar al-Fikr, t.th.)
99
Aminuddin, Slamet Abidin, Fiqih Munakahat 1 Untuk Fakultas Syari`Ah Komponen MKD.(Bandung: Pustaka Setia, 1999) Arikunto, Suharsimi, Prosedur Penelitian Pendekatan Praktek, (Jakarta: Rineka Cipta, 1993) ----------, Metodelogi Reseat, (Yogyakarta, Andi Offset, 1997) Arto Mukti, Praktek Perkara Perdata Pada Pengadilan Agama,( Yogyakarta : Pustaka Pelajar,2007) As’ad Aliy, Fathul Mu’in Jilid 2, terj. Moh. Tolchah Mansor,( Kudus: Menara, ) Athibi Ukasyah, Wanita Mengapa Merosot Akhlaknya,( Jakarta : Gema Insani, 1998) Azhar Basyir Ahmad, Rahman Fauzai, Keluarga Sakinah keluarga Surgawi,(Titian ilahi press,1994) Departemen Agama RI Perwakilan Jawa Tengah, Undang-undang Perkawinan, (Semarang: CV. Alawiyah, 1974) Departemen Agama, Al Qur’an dan Terjemah, (Semarang: PT Karya Toha Putra, 1971) Direktoral Jenderal Pembinaan Kelembagaan Agama Islam Departemen Agama, Ilmu Fiqihh Jilid II, (Jakarta, 1985) Direktorat Jendral Pembinaan Kelembagaan Agama Islam, Bahan Penyuluhan Hukum, Departemen Agama RI, (Jakarta: 2010) Direktorat Jendral Pembinaan Kelembagaan Agama Islam, Bahan Penyuluhan Hukum, (Jakarta : Departemen Agama RI , 2001) Faridl Miftah, 150 Masalah Nikah Keluarga,( Jakarta: Gema insani, 1999) Hadi, Soetrisno, Metodologi research, (Yogyakarta: Yayasan Penerbit Fakultas Psikologi UGM, 1982) ---------- Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, (Jakarta: Reneka Cipta, 1991) Hadikusuman, Hilman, Hukum Perkawinan Indonesia Menurut Perundangan, Hukum Adat dan Hukum Agama, (Bandung: Mandar Maju, 1990) 1http://Www.Google.Co.Id/#Hl=Id&Source=Hp&Biw=1360&Bih=607&Q=Syar at+Dispensasi+Nikah&Aq=F&Aqi=&Aql=&Oq=&Fp=972920f4195ce2 78
100
Ichsan, Achmad, Hukum Perkawinan Bagi yang beragama Islam,( Jakarta: PT Pradnya Paramita,1986) Jawad Mughniyah Muhammad, Fiqh Lima Mazhab,( Basrie Press, tkp) Latif, Sutan Marajo Nasaruddin, Problematika Seputar keluarga dan Rumah Tangga, (Bandung: Pustaka Hiddayah, 2001) Mahkamah Agung RI, Pedoman Plaksana an Tugas dan Administrasi Pengadilan Buku II Muchtar, Kamal, Asas- Asas Hukum Islam Tentangng Perkawinan, (Jakarta: Bulan Bintang, 1974) Muhadjirin, Noeng, metode penelitian Kantor Urusan Agamalitatif (Yogyakarta, Rake Sarasian, 1990) Mujieb, M. Abdul, dkk, Kamus Istilah Fiqh, (Jakarta: Pustaka Firdaus, 1994) Nasair, Moh, Metode Penelitian, (Bogor: Galia Indonesia, 2005) Nasution, Harun, Ensiklopedi Islam Indonesia, (Jakarta: Djambatan, 1992) Nur, Djamaan, Fiqih Munakahat, (Semarang :Toha Putra, 1993) Rofiq, Ahmad, Hukum Islam Di Indonesia, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 1998) ----------------, Pembaharuan Hukum Islam di Indonesia, (Yogyakarta: Gema Media, ,2001) Sabiq, Sayyid, Fikih Sunnah 6,( Bandung : PT Alma`arif, 1997) Salam Lubis, Menuju Keluarga sakinah Mawaddah & Warahmah, (Surabaya: Terbit Terang) Salim Bin Smeer Al Hadhrami, Safinatun Najah, terj. Abdul Kadir Aljufri, (Surabaya : MutiaraIlmu, 1994) Sitompul Anwar, Kewenangan Dan Tata Cara Berperkara di Pengadilan Agama(Bandung : Armico) Soekamto, Soerjono, Penelitian Hukum Normatif Suatu Tinjauan Singkat, (Jakarta: Raja Grafinda Persada, 2001) Sudarsono, Hukum Perkawinan Nasional,( Jakarta: Rineka Cipta, 2005) Supramono Gatot, Segi-Segi Hukum Hubungan Luar Nikah, (Jakarta: Djambatan, 1998)
101
Syarifuddin, Amir, Hukum Perkawinan Islam di Indonesia,( Jakarta: Pranada Media group, 2006) Thobroni, M. & Munir, Aliyah A, Meraih Berkah dengan Menikah,( Yogyakarta :Pustaka Marwa, 2010) Tjokrowisastro Soedjito, Pedoman Penyelenggaraan Catatan Sipil,( Jakarta: Bina Aksara, 1985) Undang – Undang Republik Indonesia No 1 Tahun 1997 tentang Perkawinan dan Kompilasi hukum Islam,( Bandung :Citra umbara ,cetakan III tahun 2009) Uwaidah, Syaikh Kamil Muhammad, Fiqih Wanita,( Jakarta Timur: Pustaka AlKautsar, 2000)
102 BIOGRAFI PENULIS
Yang bertanda tangan di bawah ini:
Nama
: Abdul Munir
Tempat/Tanggal Lahir
: Kendal, 08 Januari 1985
Jenis Kelamin
: Laki-laki
Agama
: Islam
Alamat
: Kel. Juwiring, RT/RW: 005/003 Kec. Cepiring Kab. Kendal 51352
Pendidikan
: 1. SDN I Cepiring 2. SMPN 1 Cepiring
lulus tahun 1997 lulus tahun 2000
3. MA Matholi’ul Falah kajen Margoyoso Pati lulus tahun 2005 4. Fakultas Syari’ah IAIN WS Semarang
lulus tahun 2011
Demikian biografi ini saya buat dengan sebenar-benarnya.
Semarang, 6 Juni 2011 Penulis
Abdul Munir NIM. 062111034