DAMPAK APLIKASI CENDAWAN ENTOMOPATOGEN Lecanicillium Lecanii TERHADAP KELANGSUNGAN HIDUP PREDATOR Oxyopes Javanus Marida Santi YIB dan Yusmani Prayogo Balai Penelitian Tanaman Kacang-kacangan dan Umbi-umbian, Jalan Raya kendalpayak KM 8 Kotak Pos 66 Malang 65101 Telp. 0341-801468 Email :
[email protected]
ABSTRAK Oxyopes javanus merupakan salah satu predator yang berlimpah di lahan pertanaman kedelai di Indonesia. O. javanus mampu memangsa imago Etiella zinckenella, Helicoverpa armigera, Spodoptera litura, dan nimfa instar 2 pengisap polong kedelai (Riptortus annulicornis, Nezara viridula, dan Piezodorus hybneri). Kelimpahan populasi O. javanus di alam dipengaruhi oleh sistem budi daya, termasuk aplikasi insektisida. Tujuan penelitian adalah untuk mempelajari dampak aplikasi cendawan Lecanicillium lecanii terhadap kelangsungan hidup O. javanus. Penelitian dilakukan pada bulan Maret-April 2012, di laboratorium Entomologi Balai Penelitian Tanaman Kacang-kacangan dan Umbi-umbian (Balitkabi), menggunakan rancangan acak lengkap, 5 perlakuan dengan 5 ulangan. Perlakuan berupa kerapatan konidia L. lecanii yang diaplikasikan yaitu 106/ml, 107/ml, 108/ml, 109/ml, 1010/ml dan insektisida berbahan aktif sipermetrin sebagai kontrol. Jumlah O. javanus yang digunakan sebagai serangga uji adalah 10 ekor/perlakuan/ulangan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa aplikasi L. lecanii tidak mempengaruhi kelangsungan hidup O. javanus. Pengamatan hingga 12 hari setelah aplikasi (HSA) tidak ditemukan gejala infeksi L. lecanii pada O. javanus pada semua kerapatan konidia yang diuji. Kematian predator O. javanus yang terjadi tidak disebabkan oleh L. lecanii, hal ini dibuktikan dari uji postulat Koch dari bangkai predator. Kematian predator disebabkan oleh kanibalisme antarindividu. Sementara itu, aplikasi menggunakan insektisida berbahan aktif sipermetrin menunjukkan mortalitas O. javanus mencapai 100% pada 1 HSA. Dapat disimpulkan bahwa biopestisida L. lecanii lebih aman terhadap kelangsungan hidup predator O. javanus. Oleh karena itu, L. lecanii dapat dikombinasikan dengan cara pengendalian lain terutama predator. Kata kunci: O. javanus, L. lecanii, predator, dan cendawan entomopatogen
ABSTRACT The influence of the application of entomopathogenic fungi Lecanicillium lecanii on the survival of Oxyopes javanus. Oxyopes javanus is a predator species abundant in soybean field in Indonesia. O. javanus preys the imago of Etiella zinckenella, Helicoverpa armigera, Spodoptera litura, and the second instar of pod sucking bug nymphs (Riptortus annulicornis, Nezara viridula, and Piezodorus hybneri). The abundance of O. javanus is influenced by cropping systems, including applications of insecticides. The objective of the research was to determine the application impacts of Lecanicillium lecanii on the survival of O. javanus. The experiment was conducted from March to April 2012 at entomology laboratory of the Indonesian Legumes and Tuber Crops Research Institute (ILETRI). The experiment was arranged in completely randomized design (CRD), five treatments and five replicates. The treatments were conidial densities of L. lecanii 106/ml, 107/ml, 108/ml, 109/ml, 1010/ml and Sipermetrin insecticide as a control. Ten O. javanus per treatment per replicate were infested. The results showed that the application of L. lecanii did not affect the survival of O. javanus. Up to 12 days after application (DAA), no symptoms of infection of L. lecanii on O. javanus at all conidial densities tested were found. The mortality of O. javanus was not influenced by L. Prosiding Seminar Hasil Penelitian Tanaman Aneka Kacang dan Umbi 2012 673
Lecanii. From Koch's postulate test, predator mortality was caused by cannibalism among them. The application of Sipermetrin caused mortality of O. javanus up to 100% in one DAA. It was concluded that L. lecanii could be combined with other applications, especially predators. Keywords: O. javanus, L. lecanii, predator, entomopathogenic fungi
PENDAHULUAN Salah satu jenis predator yang paling banyak terdapat di areal pertanaman kedelai di Indonesia adalah laba-laba dari famili Oxyopidae yaitu Oxyopes javanus Thorell (Tengkano & Bedjo 2002), khususnya di Jawa Timur (Prayogo & Tengkano 2003) dan Lampung (Tengkano 2003). O. javanus mampu memangsa imago Etiella zinckenella, Helicoverpa armigera, Spodoptera litura, dan nimfa instar 2 pengisap polong kedelai (Riptortus annulicornis, Nezara viridula, dan Piezodorus hybneri) (Tengkano et al. 2004). Kemampuan seekor imago O. javanus dalam memangsa R. annulicornis nimfa instar 2 cukup tinggi, dapat mencapai 13 ekor/hari (Tengkano & Bedjo 2002). Laba-laba ini juga merupakan predator penting yang dapat menurunkan populasi hama padi di Malaysia (Vreden & Ahmad Zabidi, 1986) dan hama kacang-kacangan di Australia (Shepard et al. 1983) dan Malaysia (Shepard et al., 1987; Okada et al., 1988). Peran predator di alam sangat penting sejalan dengan digalakkannya konsep pengelolaan hama terpadu (Nurindah et al. 1989; Rauf 1994; Rauf et al. 1994; Rauf 1996). Kelangsungan hidup predator perlu dilestarikan dan dijaga agar perannya dapat berfungsi secara optimal. Kelimpahan predator sangat bergantung pada sistem budi daya, termasuk aplikasi insektisida (McPherson et al. 1982; Taulu 2001). Penggunaan insektisida kimia dalam mengendalikan hama perlu dikurangi dan beralih memanfaatkan agens hayati yang prospektif seperti cendawan entomopatogen yang diharapkan dapat mengurangi pengaruh buruk terhadap lingkungan. Salah satu cendawan entomopatogen yang prospektif mengendalikan hama tanaman kedelai adalah Lecanicillium lecanii (Zare & Gams) (Sopp et al. 2006). L. lecanii memiliki kisaran inang cukup luas dan bersifat kosmopolit sehingga mudah dijumpai di daerah tropis maupun subtropis. L. lecanii dapat menginfeksi stadia telur, nimfa maupun imago kepik cokelat (R. annulicornis). Koloni miselium L. lecanii mampu menggagalkan penetasan telur R. annulicornis hingga 80% dan menyebabkan mortalitas nimfa hingga 50% sehingga peluang terbentuknya imago terbatas (Prayogo et al. 2004; Prayogo 2009). L. lecanii juga mampu menginfeksi Aphis gossypii dengan mortalitas mencapai 50% (Kim et al. 2001). Gindin et al. (2000) juga melaporkan bahwa L. lecanii mampu menginfeksi kutu kebul dengan kematian serangga mencapai 52%. Hasil penelitian Cuthbertson dan Walters (2005) menunjukkan bahwa L. lecanii menyebabkan mortalitas Thrips palmi di atas 90%. Cendawan L. lecanii sebagai agens hayati yang memiliki efikasi cukup tinggi dalam membunuh beberapa hama dikhawatirkan akan berdampak negatif terhadap berbagai jenis predator. Hal ini disebabkan serangga predator umumnya lebih rentan terhadap toksin dibandingkan dengan serangga hama. Dampak penggunaan cendawan entomopatogen terhadap kelangsungan hidup predator pada tanaman kedelai juga belum banyak dilaporkan. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui dampak aplikasi cendawan entomopatogen (L. lecanii) dalam mengendalikan hama tanaman kedelai terhadap kelangsungan hidup predator (O. javanus).
674 Santi dan Prayogo: Entomopatogen L. lecanii dan Kelangsungan Hidup Predator O. javanus
BAHAN DAN METODE Penelitian dilaksanakan di laboratorium Entomologi Balitkabi pada bulan Maret - April 2012. Penelitian disusun dalam rancangan acak lengkap, 5 perlakuan dengan 5 ulangan. Perlakuan berupa kerapatan konidia L. lecanii yang diaplikasikan yaitu 106/ml, 107/ml, 108/ml, 109/ml, 1010/ml, dan insektisida berbahan aktif sipermetrin sebagai kontrol. Jumlah O. javanus yang digunakan sebagai serangga uji adalah 10 ekor/perlakuan/ ulangan. Persiapan Penelitian Serangga uji (O. javanus) yang digunakan diperoleh melalui kegiatan koleksi dari Kebun Percobaan Muneng, Probolinggo, menggunakan jaring serangga. O. javanus yang diperoleh dipisahkan dari serangga-serangga lain dan dimasukkan ke dalam sangkar yang terbuat dari kain strimin berwarna putih berukuran tinggi (t)=50 cm dan diameter (d)=26 cm, kemudian dibawa ke laboratorium untuk diaplikasi. Sebagai pakan O. javanus, dilakukan pengumpulan telur Riptortus annulicornis yang sudah dibiakkan di laboratorium. Telur dikoleksi setiap hari dan dipelihara dalam cawan petri, di dalam cawan petri diberi potongan kacang panjang untuk menciptakan kelembaban yang tinggi. Setelah menetas, nimfa yang terbentuk dipelihara dalam sangkar dengan tinggi 50 cm dan diameter 26 cm serta diberi pakan kacang panjang yang sudah berisi dan digantungkan pada puncak sangkar. Nimfa R. annulicornis diberikan setiap hari sebagai pakan O. javanus. Sebagai media pemeliharaan O. javanus setelah aplikasi, ditanam kedelai varietas Wilis pada polibag dengan tinggi 20 cm dan diameter 25 cm (kapasitas tanah 5 kg). Setiap polibag ditanam kedelai 2 biji/lubang. Tanaman dipupuk menggunakan urea 0,4 g/ rumpun dan NPK 1,2 g/rumpun pada saat tanam. Pada umur 8 hari setelah tanam (HST), tanaman diaplikasi insektisida sipermetrin untuk mengendalikan lalat kacang. Selanjutnya tanaman tidak dilakukan pengendalian agar tersedia hama sebagai pakan O. javanus. Cendawan entomopatogen yang digunakan adalah L. lecanii hasil perbanyakan di laboratorium yang ditumbuhkan kembali pada media Potato Dextrose Agar (PDA) di dalam cawan petri. Setelah berumur 30 hari, L. lecanii dilarutkan dalam air steril untuk diambil konidianya menggunakan kuas halus. Ke dalam suspensi tersebut ditambahkan Tween 20 (2 ml/l) sebagai bahan perata. Konidia dihitung menggunakan Haemocytometer dan mikroskop, setelah itu dilakukan pengenceran hingga didapatkan kerapatan konidia sesuai perlakuan. Pelaksanaan Penelitian Sebanyak 10 ekor O. javanus dimasukkan ke dalam milar dengan tinggi 22 cm dan diameter 9 cm per ulangan. O. javanus disemprot dengan suspensi konidia L. lecanii menggunakan hand sprayer sebanyak 2 ml atau 5 kali tekanan per ulangan. Insektisida sipermetrin digunakan sebagai pembanding dengan konsentrasi 5 ml/l yang disemprotkan 2 ml atau 5 kali tekanan. Setelah 5 menit, O. javanus dimasukkan ke dalam tanaman kedelai yang telah dikurung dan diberi nimfa R. annulicornis sebagai pakannya. Tanaman selalu dijaga selalu kesegarannya agar tidak mengganggu percobaan. Pengamatan dilakukan pada 1 hari setelah aplikasi (HSA) hingga 14 HAS. O. javanus yang mati diambil dan disimpan di dalam cawan petri ukuran tinggi 1 cm dan diameter 6 cm untuk diamati pertumbuhan cendawannya. Bagian dasar cawan petri diberi alas kertas tisu dan dilembabkan dengan air steril. Mortalitas O. javanus yang mati terinfeksi L. lecanii dihitung dengan rumus:
Prosiding Seminar Hasil Penelitian Tanaman Aneka Kacang dan Umbi 2012 675
M = (a/b) x 100% M = mortalitas O. javanus a = jumlah O. javanus mati terinfeksi L. lecanii b = jumlah O. javanus yang diuji Data yang diperoleh dianalisis dengan sidik ragam pada taraf nyata 5%. Uji Ketertarikan O. javanus terhadap Mangsa Teraplikasi L. lecanii Sebanyak 10 ekor O. javanus sehat dimasukkan ke dalam 10 tabung reaksi berukuran panjang 15 cm dan diameter 1 cm, kemudian ke dalam masing-masing tabung reaksi tersebut dimasukkan satu ekor nimfa R. annulicornis instar 2 yang sehat dan ditutup. O. javanus yang menunjukkan ketertarikan dengan memangsa R. Annulicornis, selanjutnya dipindahkan pada tabung reaksi lain yang berukuran sama, kemudian dimasukkan ke dalamnya 10 ekor nimfa R. annulicornis intar 2 yang telah disemprot suspensi L. lecanii dengan kerapatan konidia 1010/ml. Pengamatan dilakukan terhadap total O. javanus yang mampu memangsa R. annulicornis sejak 1 HSA .
HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil penelitian menunjukkan bahwa kelangsungan hidup O. javanus tidak dipengaruhi oleh aplikasi L. lecanii. Pada pengamatan sampai 12 HSA tidak ditemukan O. javanus yang terinfeksi L. lecanii. Meskipun pada perlakuan 106/ml, 107 /ml, 108/ml, dan 1010/ml terdapat O. javanus yang mati, namun tidak disebabkan oleh infeksi L. Lecanii, melainkan karena adanya kanibalisme antarsesama O. javanus (Tabel 1). Hal ini terbukti dari hasil inkubasi, O. javanus yang mati tidak ditumbuhi cendawan, melainkan utuh dan mengering karena tubuhnya dihisap oleh sesamanya. Berbeda dengan L. lecanii, aplikasi insektisida sipermetrin menyebabkan mortalitas O. javanus tinggi, mencapai 100% pada 1 HSA. O. javanus yang mati pada perlakuan kontrol diinkubasi di dalam cawan petri dan setelah 2 hari ditumbuhi oleh cendawan bukan koloni L. lecanii tetapi cendawan sekunder lain yang diduga berasal dari kandungan insektisida yang digunakan. Tabel 1. Mortalitas O. javanus pada berbagai perlakuan L. lecanii Perlakuan 106/ml 107/ml 108/ml 109/ml 1010/ml Kontrol
Mortalitas O. javanus pada ... (%) 1 HSA
3 HSA
6 HSA
9 HSA
12 HSA
20,00 b 0,00 d 10,00 c 0,00 d 10,00 c 100,00 a
0,00 b 10,00 a 20,00 a 0,00 b 0,00 b 0,00 b
0,00 c 30,00 a 10,00 b 0,00 c 0,00 c 0,00 c
10,00 a 0,00 b 10,00 a 0,00 b 10,00 a 0,00 b
0,00 a 0,00 a 0,00 a 0,00 a 0,00 a 0,00 a
Angka selajur yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang sama tidak berbeda nyata pada uji BNT pada taraf 5%. Data ditransformasi ke x + 0,5
O. javanus diduga memiliki struktur penyusun integumen yang mengandung senyawa kimia tertentu dan lapisan lilin yang tebal sehingga menghambat perkecambahan konidia. Ketidakmampuan cendawan L. lecanii menginfeksi O. javanus diduga berhubungan dengan susunan penghalang mekanis dan kimiawi di permukaan kulit laba-laba yang berbeda dengan serangga. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemanfaatan cendawan entomopatogen khususnya L. lecanii untuk mengendalikan hama-hama kedelai tidak berdampak buruk terhadap kelangsungan hidup O. javanus. 676 Santi dan Prayogo: Entomopatogen L. lecanii dan Kelangsungan Hidup Predator O. javanus
Salah satu kelebihan pemanfaatan cendawan entomopatogen untuk pengendalian hama adalah minimnya dampak negatif terhadap musuh alami dibandingkan dengan penggunaan insektisida (Lacey et al. 1995; Poprawski et al. 1988). Cendawan entomopatogen merupakan salah satu agens hayati yang prospektif dalam pengendalian hama terpadu (PHT) dan tidak meninggalkan residu (Reijntjes et al. 1992), termasuk L. lecanii yang sangat kompatibel dengan sebagian besar parasitoid dan predator (Cloyd 2003). Ketertarikan O. javanus terhadap Mangsa yang Telah Diaplikasi L. lecanii Hasil pengamatan menunjukkan bahwa aplikasi L. lecanii pada R. annulicornis mempengaruhi ketertarikan O. javanus terhadap mangsa. Nimfa instar 2 R. annulicornis yang tidak diaplikasi L. lecanii dimangsa oleh O. javanus pada 1 HAS, namun nimfa yang diaplikasi L. lecanii tidak dimangsa oleh O. javanus pada 1 HSA (Gambar 1). Hasil uji ini menunjukkan bahwa aplikasi cendawan L. lecanii tidak memberikan dampak buruk terhadap predator O. javanus. Predator ini mampu mendeteksi mangsa yang telah terinfeksi cendawan sehingga predator tidak menghindar dari mangsa. Cheung dan Grula (1982) melaporkan bahwa cendawan entomopatogen menghasilkan beberapa toksin yang dalam mekanisme kerjanya akan menyebabkan terjadinya kenaikan pH hemolimfa, penggumpalan hemolimfa, dan terhentinya peredaran hemolimfa. Di samping itu, toksin dari cendawan juga menyebabkan kerusakan jaringan seperti saluran makanan, otot, sistem saraf, sistem pernafasan sehingga serangga yang terinfeksi akhirnya mati.
Gambar 1. Persentase O. javanus yang memangsa nimfa R. annulicornis instar 2 yang tidak diaplikasi dan diaplikasi L. lecanii pada 1 HSA
Dari 10 ekor O. javanus yang diberi pakan nimfa R. annulicornis instar 2 yang tidak diaplikasi L. lecanii ternyata semuanya menunjukkan ketertarikannya untuk memangsa pada 1 HSA. Akan tetapi, ke-10 O. javanus yang sama ketika diberi pakan nimfa R. Annulicornis instar 2 yang telah diaplikasi L. lecanii ternyata tidak memangsa pada 1 HSA. Hal ini membuktikan bahwa aplikasi L. lecanii pada serangga hama mempengaruhi ketertarikan predator untuk memangsa.
KESIMPULAN 1. Cendawan entomopatogen (L. lecanii) sebagai agens hayati untuk pengendalian hama kedelai tidak mempengaruhi kelangsungan hidup O. javanus. 2. Bioinsektisida L. lecanii aman dan dapat dikombinasikan dengan cara pengendalian lain termasuk dengan pemanfaatan predator.
Prosiding Seminar Hasil Penelitian Tanaman Aneka Kacang dan Umbi 2012 677
DAFTAR PUSTAKA Cheung, P.Y.K. and E.A. Grula. 1982. In vivo events associated with entomopathology of Beauveria bassiana for the Corn earworm (Heliotis zea). J Invertebr Pathol 39(3):303−313. Cloyd, R. 2003. The entomopathogen Verticillium lecanii. Midwest Biological Control News. University of illinois. Cuthbertson, A.G.S and K.F.A. Walters. 2005. Pathogenicity of the entomopathogenic fungus Lecanicillium lecanii against the sweet potato whitefly Bemisia tabaci under laboratory and glasshouse conditions. Mycopathol 160: 315−319. Gindin, g., B. Geschtovt, B. Raccah, and I. Barash. 2000. Pathogenicity of Verticillium lecanii to different developmental stages of the Silverleaf Whitefly, Bemisia argentifolii. Phytopart 28(3): 213−237. Kim, J.J., M.H. Lee, C.S. Yoon, H.S. Kim, J.K. Yoo, and K.C. Kim. 2001. Control of cotton aphid and green house whitefly with a fungal pathogen. http://www.agnet.org/library/article/ eb502b.html. 17 September 2006. Lacey, L.A., M.S. Goettel. 1995. Current developments in microbial control of insect pest and prospect of the early 21st century. Entomophaga 40:3−27. McPherson, R.M., J.C. Smith, W.A. Allen. 1982. Incidence of Arthropod Predators in different soybean cropping systems. Environ Entomol 11:685−689. Nurindah, AAA. Gothama, IGAA. Indrayani, Sujak. 1989. Survey musuh alami Sundapteryx Biguttula (Ishida) dan Heliothis armigera (Hubner) pada kapas di Jawa dan Nusa Tenggara. Laporan Hasil Penelitian Tembakau dan Tanaman Serat Malang. Okada, T., J. Soejitno, M.S. Pabbage, dan W. Tengkano. 1988. Jenis dan penyebaran penggerek polong dan pemakan polong kedelai di Indonesia. Seminar Balittan Bogor, 6 Desember, 1988. 37p. Powprawski, T., J.C. Legaspi, P.E. Parker. 1998. Influence of entomopathogenic fungi on Serangium parcesetosum (Coleoptera: Coccinellidae) an important predator of whiteflies (Homoptera: Aleyrodidae). Environt Entomol 27:785−795. Prayogo, Y dan W. Tengkano. 2003. Survey beberapa jenis hama pengisap polong, predator, dan cendawan entomopatogen di lahan kedelai di Jawa Timur. Siap publikasi (Seminar Hasil Penelitian Balitkabi 2004). Prayogo, Y., T. Santoso, dan Widodo. 2004. Keefektifan lima jenis cendawan entomopatogen terhadap telur hama pengisap polong Riptortus annulicornis (L.)(Hemiptera: Alydidae) hlm 471−479 dalam: Makarim, A.K., Marwoto, M.M. Adie, A.A. Rahmiana, Heriyanto, dan I.K. Tastra (Editor). Seminar Nasional Hasil Penelitian Tanaman Kacang-kacangan dan Umbiumbian. Malang, 5 Oktober 2004. Prayogo, Y. 2009. Kajian cendawan entomopatogen Lecanicillium lecanii (Zimm.)(Viegas) Zare & Gams untuk menekan perkembangan telur hama pengisap polong kedelai Riptortus annulicornis F. (Hemiptera: Alydidae) (Disertasi). Departemen Proteksi Tanaman, Sekolah Pascasarjana, Institute Pertanian Bogor. Rauf, A. 1994. Pengendalian Hama Terpadu: Back to basic. Seminar Himpunan Mahasiswa Proteksi Tanaman. Bogor, 4 Oktober 1994. Fakultas Pertanian Institute Pertanian Bogor. Rauf, A., T. Marse, N.K. Hutagalung. 1994. Pengendalian Hama Terpadu: Kasus sekolah lapang di Jawa Barat. Seminar Nasional Pengembangan Keterkaitan Kelembagaan dalam Rangka Peningkatan Kualitas Sumber Daya Manusia Agribisnis: Bogor, 20 September 1994. Rauf, A. 1996. Analisis ekosistem dalam pengendalian hama terpadu. Pelatihan peramalan hama dan penyakit tanaman padi dan palawija tingkat nasional: Jatisari, 2−9 Januari 1996. Reijntjes C., B. Haverkort, Waters-Bayer. 1992. Pertanian masa depan: Pengantar untuk pertanian berkelanjutan dengan input luar rendah, Van deFliert E, B. Hidayat. Editor. Jakarta. Kanisius. Shepard, M., R.J. Lawu, M.A. Schneider. 1983. Insect on Grain Legumes in Northern Australia: A Survey of Potential Pest and Their Enemies. New York. Univ. Queensland Press, St. LuciaLondon.
678 Santi dan Prayogo: Entomopatogen L. lecanii dan Kelangsungan Hidup Predator O. javanus
Shepard, M., A.T. Barrion, and J.A. Litsinger. 1987. Friends of the rice farmer helpful insect, spider, and pathogens. IRRI. Los Banos, Laguna, Philliphines. 36p. Sopp, P.I., A.T. Gillespie, and A. Palmer. 2006. Application of Verticillium lecanii for the control of Aphis gossypii by a low-volume electrostatic rotary atomiser and a high-volume hydraulic sprayer. BioControl 34(3): 417−428. Taulu, L.E. 2001. Kompleks artropoda predator penghuni tajuk kedelai dan peranannya terhadap perhatian utama pada Paederus fuscipes Curt. (Coleoptera: Staphylinidae)(Disertasi). Bogor. Institute Pertanian Bogor. Program Pascasarjana. Tengkano, W dan Bedjo. 2002. Potensi Oxyopes javanus Thorell. (Oxyopidae: Araneae) memangsa hama utama kedelai. Seminar Nasional Perkembangan Terkini Pengendalian Hayati di Bidang Pertanian dan Kesehatan: Bogor. Institute Pertanian Bogor. 5 September 2002. Tengkano, W. 2003. Status hama penyakit kedelai dan musuh alami di lahan kering masam. Laporan Penelitian tahun 2003. Balai Penelitian Tanaman Kacang-kacangan dan Umbiumbian Malang. Tengkano, W., Bedjo, dan Suharsono. 2004. Kemampuan Oxyopes javanus Thorell memangsa nimfa instar-2 pengisap polong dan imago Etiella zinckenella Treit. pada berbagai tingkat populasi. Vreden, G. van der and A.L. Ahmad Zabidi. 1986. Pest of rice and their natural enemies in Peninsular Malaysia. Pudoc Wageningen Netherlands. 230p.
Prosiding Seminar Hasil Penelitian Tanaman Aneka Kacang dan Umbi 2012 679