11
BAB 2 TINJAUAN TEORI DAN HIPOTESIS
2.1. Tinjauan Teori 2.1.1. Kinerja Keuangan 1. Pengertian Kine rja Perusahaan Kinerja perusahaan adalah hasil dari banyak keputusan individual yang dibuat secara terus-menerus oleh manajemen. Oleh karena itu untuk
menilai kinerja perusahaan ini perlu dilibatkan analisis dampak keuangan komulatif dan ekonomi dari keputusan , dan mempertimbangkan dengan menggunakan ukuran komulatif. Menurut Irhan Fahmi (2011:2) kinerja keuangan adalah suatu analisis yang dilakukan untuk melihat sejauh mana suatu perusahaan telah melaksanakan dengan menggunakan aturan-aturan pelaksanaan keuangan
secara baik dan benar. Kinerja perusahaan merupakan suatu gambaran tentang kondisi keuangan suatu perusahaan yang dianalisis dengan alat-alat analisis
keuangan, sehingga dapat diketahui mengenai baik buruknya keadaan keuangan suatu perusahaan yang mencerminkan prestasi kerja dalam periode
tertentu. Hal ini sangat penting agar sumber daya digunakan secara optimal dalam menghadapi perubahan lingkungan. Sedangkan menurut Djarwanto (2004 : 19): “Kinerja adalah tingkat prestasi (kerja) hasil nyata yang kadang – kadang digunakan untuk tercapainya hasil positif atau hasil dari banyak keputusan yang dibuat secara terus menerus
oleh manajemen untuk mencapai tujuan tertentu secara efektif dan efisien. ” Berdirinya suatu perusahaan untuk mencapai tujuan tertentu, berhasil tidaknya tujuan tersebut tidak mudah untuk dilakukan karena menyangkut aspek
11
12
manajemen dan lingkungan perusahaan secara makro. Salah satu cara penilaian tersebut adalah dengan mengukur kinerja keuangan perusahaan. Analisis kinerja perusahaan berdasarkan data keuangan yang dipublikasikan pada laporan keuangan yang dibuat sesuai dengan prinsip akuntansi yang lazim. Kinerja keuangan pada dasarnya merupakan tingkat prestasi atau hasil riil yang telah dicapai oleh perusahaan secara efektif dan efisien. Dalam penelitian ini penulis menggunakan tolak ukur kinerja perusahaan dengan analisa rasio yang membandingkan kinerja keuangan perusahaan pada waktu tertentu dengan rata-rata industri yang sejenis. 2. Tujuan Penilaian Kinerja Keuangan Menurut Mulyadi dan Setyawan (2005: 227) tujuan utama penilaian kinerja adalah untuk memotivasi personal dalam mencapai sasaran organisasi dan dalam memenuhi tindakan dan hasil yang diinginkan oleh organisasi. Standart perilaku dapat berupa kebijakan manajemen atau rencana formal yang dituangkan dalam anggaran organisasi. Secara umum tujuan penilaian kinerja keuangan adalah sebagai berikut : a. Untuk mengetahui likuiditas yaitu : kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban keuangan yang harus dipenuhi atau kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban keuangan di perusahaan. b. Untuk memenuhi tingkat solvabilitas yaitu kemampuan perusahaan untuk mengetahui kewajiban keuangan baik dalam jangka pendek maupun jangka panjang.
13
c. Untuk mengetahui tingkat profitabilitas yaitu kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba selama periode tertentu. d. Aktivitas untuk mengetahui stabilitas usaha yaitu : kemampuan perusahaan dalam melakukan usahanya secara stabil yang diukur dalam mempertimbangkan kemampuan perusahaan dalam membayar beban bunga atas hutang- hutangnya termasuk membayar kembali pokok hutang tepat pada waktunya. Serta kemampuan perusahaan untuk membayar deviden secara teratur pada para pemegang saham. 3. Manfaat Penilaian Kinerja Perusahaan Adapun manfaat yang dapat diperoleh dari penilaian kinerja keuangan perusahaan antara lain: a. Memberikan gambaran yang nyata tentang kekurangan dan kelebihan kondisi keuangan perusahaan. b. Memberikan pemahaman yang lebih baik tentang pengelolaan kekayaan perusahaan secara keseluruhan. c. Mengidentifikasi lebih awal masalah keuangan yang timbul sebelum terlambat. Menurut Martono dan
Harjito (2010:52)
mengungkapkan
bahwa:”kinerja keuangan suatu perusahaan sangat bermanfaat bagi berbagai pihak (stakeholder) seperti investor, kreditur, analis, konsultan keuangan, pialang, pemerintah, dan pihak manajemen sendiri”. Gambaran tentang perkembangan keuangan perusahaan dapat diperoleh dengan mengadakan analisis terhadap kinerja keuangan perusahaan dengan menggunakan teknik analisis yang ada sehingga nantinya perusahaan
14
dapat mengetahui kemajuan, kemunduran serta kegagalan perusahaan yang menyangkut bidang keuangan. 2.1.2. Rasio Keuangan 1. Pengertian Analisis Rasio Keuangan Analisis rasio keuangan merupakan bentuk atau cara yang umum digunakan dalam analisa laporan keuangan dengan ketentuan lain diantaranya adalah alat-alat analisis yang selalu digunakan untuk mengukur kekuatan dan kelemahan yang dihadapi perusahaan, sehingga dapat diketahui keadaan dan perkembangan finansial perusahaan tersebut. Analisis rasio keuangan adalah rasio yang menggambarkan suatu hubungan atau petimbangan (mathematical relationship) antara suatu jumlah tertentu dengan jumlah yang lain (Munawir, 2005:64). Sedangkan menurut Harahap (2007:297) rasio keuangan adalah angka yang diperoleh dari hasil perbandingan dari satu pos laporan keuangan dan pos lainnya yang mempunyai hubungan relevan dan signifikan. 2. Keunggulan Serta Keterbatasan Analisis Rasio Keuangan a. Keunggulan Analisis Rasio Analisis rasio mempunyai keunggulan dibandingkan teknik analisis lainnya, diantaranya (Harahap, 2007 : 298 ): 1) Rasio merupakan angka-angka atau ikhtisar statistik yang lebih mudah dibaca dan ditafsirkan. 2) Merupakan pengganti yang lebih sederhana dari informasi yang disajikan laporan keuangan yang sangat rinci dan rumit. 3) Mengetahui posisis perusahaan ditengah industri lain.
15
4) Sangat bermanfaat untuk bahan dalam mengisi model- model pengambilan keputusan dan model prediksi. 5) Lebih mudah memperbandingkan perusahaan dengan perusahaan lain atau melihat perkembangan perusahaan secara periodik. 6) Lebih mudah terlihat trend perusahaan serta melakukan prediksi di masa yang akan datang. b. Kelemahan analisis rasio Disamping keunggulan diatas analisis rasio keuangan juga memiliki kelemahan. Kelemahan tersebut diantaranya (Harahap, 2007: 299): 1) Kesulitan dalam memilih rasio yang tepat yang dapat digunakan untuk kepentingan pemakainya. 2) Keterbatasan yang dimiliki akuntansi atau laporan keuangan juga menjadi keterbatasan tehnik ini, seperti: a) Bahan perhitungan rasio atau laporan keuangan itu banyak mengandung taksiran atau judgement yang dapat dinilai bias atau subyektif. b) Nilai yang terkandung dalam laporan keuangan dan rasio oleh nilai perolehan ( cost ) bukan harga pasar. c) Klasifikasi dalam laporan keuangan bisa berdampak pada angka rasio. d) Metode pencatatan yang tergambar dalam standar akuntansi bisa diterapkan berbeda oleh perusahaan yang berbeda. 3) Jika data untuk menghitung rasio tidak tersedia maka akan menimbulkan kesulitan menghitung rasio. 4) Sulit jika data yang tersedia tidak sinkron.
16
5) Jika dua perusahaan dibandingkan bisa saja tehnik dan standar akuntansi yang dipakai tidak sama. Oleh karena itu jika dilakukan perbandingan bisa menimbulkan kesalahan. 2.1.3. Pasar Modal 1. Pengertian Pasar Modal Pada hakekatnya Pasar Modal merupakan suatu kegiatan yang mempertemukan
antara penjual dan pembeli dana,
adapun
yang
diperjualbelikan itu dipergunakan untuk jangka panjang atau lebih dari satu tahun. Definisi Pasar Modal menurut Husnan (2006:1), menjelaskan sebagai berikut: “Pasar Modal sebagai pasar untuk membagi instrumen keuangan jangka panjang yang bisa diperjualbelikan, baik dalam bentuk hutang atau modal sendiri, baik yang diterbitkan oleh pemerintah, maupun perusahaan swasta. Sedangkan menurut Martono & Harjito (2010:359) pasar modal (capital market) adalah suatu pasar dimana dana-dana jangka panjang baik hutang maupun modal sendiri diperdagangkan. Dana jangka panjang yang diperdagangkan tersebut diwujudkan dalam surat-surat berharga. Jenis surat berharga yang di perjual belikan dipasar modal memiliki jatuh tempo lebih dari satu tahun dan ada yang tidak memiliki jatuh tempo. Pasar
modal
adalah
suatu
pengartian
abstrak
yang
mempertemukan dua kelompok yang saling berhadapan tetapi yang berkepentingan saling mengisi, yaitu calon pemodal (investor) dari satu pihak emiten yang membutuhkan dana jangka menengah atau dana jangka panjang dilain pihak, atau dengan kata lain adalah tempat (dalam arti abstrak)
17
bertemunya penawaran dan permintaan dana jangka menengah atau dana jangka panjang. 2. Peranan Pasar Modal Peranan pasar modal dalam suatu perekonomian negara menurut Sunariyah (2006:9) adalah sebagai berikut: a. Fungsi tabungan Nilai mata uang cenderung akan turun dimasa yang akan datang. Bagi penabung, metode yang akan digunakan sangat dipengaruhi oleh kemungkinan rugi sebagai akibat penurunan nilai mata uang, inflasi, dan resiko hilang. Apabila seseorang ingin mempertahankan nilai sejumlah uang yang akan dimilikinya, maka perlu mempertimbangkan agar kerugian yang bakal dideritanya tetap minimal. Surat berharga yang diperdagangkan di pasar modal memberi jalan yang begitu murah dan mudah, tanpa resiko adanya penurunan nilai mata uang untuk menginvestasikan dana. Dengan membeli surat berharga, masyarakat diharapkan bisa mengantisipasi standar hidup yang lebih baik. b. Fungsi kekayaan Pasar modal adalah suatu cara untuk menyimpan kekayaan dalam jangka panjang dan jangka pendek sampai dengan kekayaan tersebut dapat dipergunkan kembali. Cara ini lebih baik karena kekayaan itu tidak mengalami depresiasi (penyusutan) seperti pada aktiva lainnya. Surat berharga mempunyai kekuatan beli pada masa yang akan datang.
18
c. Fungsi likuiditas Kekayaan yang disimpan dalam surat-surat berharga, bisa dilikuidasi melalui pasar modal dengan resiko yang lebih kecil dibandingkan dengan aktiva lain. Proses likuidasi surat berharga dengan b iaya relatif murah dan lebih cepat. Dengan kata lain, pasar modal adalah
ready market untuk
melayani pemenuhan likuiditas para pemegang surat berharga. d. Fungsi pinjaman Pasar modal bagi suatu perekonomian negara merupakan sumber pembiayaan pembangunan dari pinjaman yang dihimpun dari masyarakat. Pemerintah
lebih
mendorong pertumbuhan
pasar
modal untuk
mendapatkan dana yang lebih mudah dan lebih murah, karena melihat kenyataan bahwa pinjaman dari bank dunia mempunyai rate bunga yang relatif tinggi. Selain itu, perusahaan-perusahaan juga menjual obligasi dipasar modal untuk mendapatkan dana dengan biaya bunga rendah
dibandingkan dengan bunga di bank. 3. Intrume n Pasar Modal Instrumen Pasar Modal adalah semua efek (sekuritas) yang diperdagangkan baik di bursa maupun diluar bursa. Menurut Kepress No. 52
Tahun 1976, tentang efek sebagai berikut: Efek adalah setiap saham,obligasi atau bukti lainnya, termasuk sertifikat atau surat pengganti serta bukti sementara dari surat tersebut, bukti keuntungan dan surat-surat penjamin, opsi
atau hak lainnya untuk memesan atau membeli saham, obligasi, penyartaan dalam modal atau pinjaman lainnya, serta setiap alat yang lazim dikenal sebagai efek.
19
Didalam bukunya Tandelilin (2005:4-6) menyatakan bahwa instrumen pasar modal yaitu antara lain: a. Saham Saham merupakan surat bukti kepemilikan atas aset-aset perusahaan yang menerbitkan saham. Dengan memiliki saham suatu perusahaan maka investor akan punya hak terhadap pendapatan dan kekayaan perusahaan setelah dikurangi dengan pembayaran semua kewajiban perusahaan. b. Obligasi Obligasi merupakan sekuritas yang memberikan pendapatan dalam jumlah harga pokok kepada pemiliknya. Meskipun demikian, obligasi bukan tanpa resiko, karena bisa saja obligasi tersebut tidak terba yar kembali akibat kegagalan penerbitan dalam memenuhi kewajibannya. c. Reksa dana (Mutual Fund) Reksa dana merupakan sertifikat yang menjelaskan bahwa pemiliknya menitipkan sejumlah dana kepada perusahaan reksa dana, untuk digunakan sebagai modal berinvestasi baik dipasar modal maupun dipasar uang. d. Instrumen Derivatif Instrumen derivatif merupakan sekuritas yang nilainya merupakan turunan dari suatu sekuritas lain, sehingga nilai instrumen derivatif sangat tergantung dari dari harga sekuritas yang lain yang ditetapkan sebagai patokan. 2.1.4. Saham 1. Pengertian Saham Saham merupakan bagian dari salah satu efek yang diperjual belikan atau diperdagangkan di pasar modal. Suatu perusahaan dapat menjual hak
20
kepemilikannya dalam bentuk saham (stock). Pengertian saham mempunyai definisi yang beragam terdapat berbagai sumber yang menyatakan definisi tentang saham diantaranya menurut Sartono (2005:85) saham adalah suatu jenis surat berharga jangka panjang untuk memenuhi kebutuhan jangka panjang. Saham adalah surat bukti atau tanda kepemilikan bagian modal suatu perseroan terbatas (Siamat,2006:268). Dalam transaksi jual beli dibursa efek, saham merupakan instrument yang dominan diperdagangkan. Setiap perusahaan yang
akan menjual saham kepada pa ra investor mempunyai
tujuan yang berbeda-beda. Pada umumnya tujuan perusahaan adalah untuk memperbaiki struktur modal, meningkatkan
kapasitas produksi,
memperluas pemasaran,
memperluas hubungan bisnis,dan meningkatkan kualitas menejemen. 2. Jenis-jenis Saham Saham dapat dibagi ke dalam dua kelompok menurut Riyanto (2005:241): a. Saham Biasa (common stock) Saham biasa adalah saham yang mewakili jumlah kepemilikan dalam suatu perusahaan. Jika perusahaan misalnya memiliki 100 lembar saham dan seseorang memiliki satu perseratus dari perusahaan tersebut. Saham biasa atau common stock memiliki ciri-ciri sebagai berikut: 1) Pemiliknya mempunyai tanggung jawab yang terbatas atas perusahaan, tanggung jawab tersebut adalah sebatas nilai saham yang dimilikinya. 2) Mempunyai hak suara dalam rapat umum pemegang saham.
21
3) Adanya hak menuntut apabila terjadi kebangkrutan perusahaan mengalami kepailitan maka pemegang saham dapat menuntut pembayaran atas saham setelah semua kewajiban perusahaan terhadap pihak lain dipenuhi. 4) Hak atas pembagian deviden, pembagian deviden ini biasanya ditetapkan dalam rapat umum pemegang saham dari laba bersih disisihkan untuk cadangan dan dana lainnya, maka sisanya dibagikan kepada deviden. b. Saham Preferen (preferred stock) Saham preferen adalah saham yang memberikan hak untuk mendapatkan deviden dahulu dari saham biasa, disamping itu mempunyai preferensi untuk mengajukan usul pencalonan direksi atau komisaris. Saham preferen atau preferred stock memiliki ciri-ciri sebagai berikut: 1) Masing- masing pemegang saham preferen mempunyai deviden yang ditentukan dan disetujui oleh kedua belah pihak yaitu pemegang saham dan manajemen. 2) Mempunyai hak untuk menerima deviden terlebih dahulu sebelum pemegang saham biasa dibayarkan. 3) Pemegang saham tidak mempunyai hak suara meskipun pemegang saham diperbolehkan hadir dalam rapat umum pemegang saham. 3. Penilaian Saham Menurut Tandelilin (2005:183) dalam penilaian saham dikenal adanya tiga jenis nilai, yaitu: nilai buku, nilai pasar, nilai intrinsik saham. Nilai buku merupakan nilai yang dihitung berdasarkan pembukuaan peruasahaan penerbit
22
saham (emiten). Nilai pasar adalah nilai saham di pasar, yang ditunjukkan oleh harga saham tersebut dipasar. Sedangkan nilai intrinsic atau dikenal sebagai nilai teoritis adalah nilai saham yang sebenarnya atau seharusnya terjadi. Investor berkepentingan untuk mengetahui ketiga nilai tersebut sebagai informasi penting dalam pengambilan keputusan investasi yang tepat. Dalam membeli atau menjual saham, investor akan membandingkan nilai intrinsic dengan nilai pasar saham bersangkutan. Jika nilai pasar suatu saham lebih tinggi dari nilai intrinsiknya, berarti saham tersebut tergolong mahal (overvalue). Dalam situasi seperti ini investor tersebut bisa mengambil keputusan untuk menjual saham tersebut. Sebaliknya jika nilai pasar saham dibawah nilai intrinsiknya, berarti saham tersebut tergolong murah (undervalue), sehingga dalam situasi seperti ini investor sebaiknya membeli saham tersebut. 4.
Harga Pasar Saham Harga pasar saham merupakan harga yang ada dipasar sekunder dimana pada pasar tersebut terjadi tawar menawar harga atas suatu efek yang diperjual belikan di bursa efek. Sedangkan berdasarkan kamus pasar modal memberikan definisi khusus untuk harga pasar saham yaitu nilai pasar sekuritas yang ditentukan berdasarkan kurs resmi terakhir (IAI,2005:21). Dapat dikatakan bahwa harga pasar saham tergantung pada kekuatan permintaan dan penawaran saham di pasar modal sesuai dengan motif perilaku yang dimiliki investor. Dalam pasar modal yang efisien semua sekuritas diperjual belikan pada harga pasar. Harga pasar saham akan selalu berfluktuasi
23
dari hari ke hari dan hal ini akan berlangsung selama saham tersebut masih listing atau terdaftar di pasar sekunder. Jika perusahaan yang mengeluarkan saham (emiten) telah go public , maka pemilik perusahaan adalah masyarakat luas yang memiliki saham perusahaan tersebut. Tujuan memiliki saham suatu perusahaan antara lain adalah ingin memperoleh dividen, deviden akan diberikan oleh emiten apabila perusahaan tersebut akan memperoleh laba ( laba dalam hal ini adalah laba setelah pajak) dan sebagian dibagikan sebagai deviden kepada para pemegang saham dan sebagaian lagi ditahan oleh perusahaan (disebut laba ditahan). Apabila laba yang diperoleh kecil, maka deviden yang akan dibagikan juga kecil. Oleh karena itu agar para pemegang saham dapat menikmati deviden yang besar, maka manajemen perusahaan juga akan berusaha untuk memperoleh laba yang sebesar-besarnya guna meningkatkan kemampuan membayar deviden. Tinggi rendahnya harga saham banyak dipengaruhi oleh kondisi emiten. Salah satu faktor yang mempengaruhi harga saham adalah kemampuan perusahaan membayar deviden, besarnya deviden ini akan mempengaruhi harga sahamnya. Apabila deviden yang dibayar tinggi, maka harga saham cenderung tinggi, sehingga nilai perusahaan juga tinggi sebaliknya bila deviden yang dibayarkan kecil, maka harga saham perusahaan tersebut juga rendah, sehingga nilai perusahaan rendah (Martono dan Harjito, 2010:3 ). 5. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Harga Saham Menurut Sunariyah (2006:13), faktor- faktor yang mempengaruhi harga saham adalah :
24
a. Faktor internal perusahaan Merupakan faktor yang berhubungan dengan kebijakan internal pada suatu perusahaan beserta kinerja yang telah dicapai. Hal ini berkaitan dengan
hal- hal yang seharusnya dapat dikendalikan oleh manajemen. b. Prospek perusahaan dimasa yang akan datang. Diartikan sebagai perkembangan penjualan, laba dan aktiva. Hal tersebut
menunjukkan seberapa besar perusahaan mampu mengembangkan usahanya dan sejauh mana perusahaan mampu mengubah pertumbuhan
penjualan dan operasi kedalam kenaikan penghasilan perusahaan. c. Kinerja manajemen perusahaan Kemampuan manajemen perusahaan dalam mengendalikan perusahaan secara efektif sesuai dengan potensi relatif aktiva (harga) yang
dikelolanya.
Prestasi perusahaan
penting bagi investor
untuk
menumbuhkan kepercayaan terhadap hasil pengembalian yang mampu dihasilkan oleh perusahaan tersebut sesuai dengan harapan investor. d.
Deviden yang dibayarkan Berdasarkan teori, deviden berpengaruh dalam menentukan harga saham.
Harga saham adalah nilai sekarang yang diharapkan dimasa yang akan datang terdapat hubungan yang positif antara pengumuman-pengumuman yang dihubungakan dengan kenaikan deviden atau penurunan terhadap
harga saham. e. Faktor Eksternal Faktor eksternal yaitu hal-hal diluar kemampuan perusahaan atau diluar kemampuan manajemen, misalnya :
25
1) Psikologi pasar Selama pergerakan pasar bullish dan bearish semua investor secara psikologi dapat berubah-ubah perilakunya dari pesimis dan penuh rasa
takut menjadi berharap dan semakin percaya diri. Pada kondisi pasar modal yang lesu (bearish), isu-isu dapat menjatuhkan harga saham.
Tetapi pada kondisi pasar modal yang bergairah (bullish) isu-isu tidak mempengaruhi harga saham. 2) Laju inflasi yang tingi Dalam suatu perekonomian manapun didunia ini nilai mata uang tidak pernah ada yang stabil, bahkan dalam perekonomian yang sulit mempertahankan kestabilan nilai mata uang. Disisi lain harga-harga
barang dan jasa cenderung mengalami kenaikan yang disebut inflasi. Keadaan semacam ini akan mengakibatkan daya beli mata uang tersebut manjadi turun dan akhirnya nilai hasil suatu sekuritas juga menurun. Sedangkan
menurut Warsono
(2006:13),
faktor- faktor
yang
mempengaruhi harga saham adalah tingkat pertumbuhan perusahaan. Suatu perusahaan dapat tumbuh atau menjadi besar karena beberapa cara,
diantaranya sebagai berikut : a. Keberhasilan menarik pinjaman secara besar-besaran yang dipakai untuk
membelanjai proyek-proyek baru. b. Menerbitkan saham baru sebagai sumber pembelanjaan ekspansi. c. Mengakuisisi perusahaan lain, sehingga aktiva perusahaan mendadak
melonjak.
26
Cara lain untuk mengembangkan pertumbuhan perusahaan yaitu dengan pengembangan perusahaan secara internal, yang dilakukan dengan memanfaatkan dana yang sudah ada. Cara ini dilakukan oleh manajemen dengan cara menahan sebagaian laba yang sebelumnya diperoleh dan dipakainya untuk mengembangkan perusahaan. Adapun faktor fundamental yang diteliti kali ini antara lain: a. Earning Per Share (EPS) Menurut Darmadji dan Fakhrudin (2008:195) Earning Per Share (EPS) merupakan rasio yang menunjukkan bagian laba untuk setiap saham. EPS menggambarkan profitabilitas perusahaan yang tergambar pada setiap lembar saham. Semakin tinggi nilai EPS tentu saja menyababkan semakin besar laba dan kemungkinan peningkatan jumlah deviden yang akan diterima pemegang saham. EPS dapat dihitung dengan rumus berikut:
Laba Bersih EPS = Jumlah saham Hal ini menunjukkan bahwa meningkatnya EPS maka harga saham cenderung naik, sedangkan ketika EPS menurun maka harga saham ikut
juga menurun. 2) Return On Total Asset (ROA) ROA merupakan rasio keuangan yang banyak digunakan untuk mengukur kinerja perusahaan, khususnya menyangkut profitabilitas perusahaan. Rasio ini mengukur kemampuan perusahaan menghasilkan laba bersih berdasarkan tingkat asset tertentu (Hanafi dan Halim, 2007:84). ROA juga sering disebut juga sebagai ROI (Return on invesment). ROA dapat
dihitung dengan rumus berikut:
27
ROA =
Laba Bersih TotalAset
Tinggi rendahnya ROA tergantung pada pengelolaan aset perusahaan oleh manajemen yang mengambarkan efisiensi dari operasional perusahaan. ROA yang tinggi menunjukkan kemampuan perusahaan dalam
pengelolaan aset secara efisien, sehingga aset yang dimiliki dapat menghasilkan hasil yang optimal yang akan berpengaruh pada kenaikan harga saham dan sebaliknya ROA yang rendah menunjukkan ketidak mampuan pengelolaan aset secara efisien misalnya banyaknya aset
perusahaan yang menganggur, investasi dalam persediaan terlalu banyak dan lain- lain. 3) Price Earning Ratio (PER) Menurut Darmadji dan Fakhrudin (2008:198) PER menggambarkan apresiasi pasar terhadap kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba. Semakin kecil nilai PER maka semakin murah saham tersebut untuk dibeli, sebaliknya semakin tinggi
berarti semakin mahal. PER dapat
dihitung dengan rumus berikut:
Harga Saham PER = EPS Perusahaan yang diharapkan akan tumbuh tinggi (mempunyai prospek yang baik) mempunyai PER yang tinggi, sebaliknya perusahaan yang diharapkan mempunyai pertumbuhan rendah akan mempunyai PER yang
rendah. Dari segi investor, PER yang terlalu tinggi barang kali tidak menarik karena harga saham barang kali tidak akan naik lagi, yang berarti kemungkinan memperoleh capital gain akan lebih kecil (Hanafi dan Halim, 2007:85).
28
2.1.5. Hubungan Kinerja Keuangan Harga Saham Harga saham merupakan salah satu indikator keberhasilan pengelolaan perusahaan, jika harga saham suatu perusahaan selalu mengalami kenaikan, maka investor atau calon investor menilai bahwa peruasahaan berhasil dalam mengelola usahanya. Kepercayaan investor atau calon investor sangat bermanfaat bagi emiten,
karena semakin banyak orang yang percaya terhadap emiten maka keinginan untuk berinvestasi pada emiten semakin kuat. Semakin banyak permintaan terhadap saha m suatu emiten maka dapat menaikkan harga saham tersebut. Jika harga saham yang tinggi dapat dipertahankan maka kepercayaan investor atau calon investor terhadap emiten juga semakin tinggi dan hal ini dapat menaikkan nilai emiten. Sebaliknya, jika harga saham mengalami penurunan terus-menerus berarti dapat menurunkan nilai emiten dimata investor atau calon investor (Zuliarni, 2012, 36-48). Investor sebelum berinvestasi terlebih dahulu akan melihat laporan keuangan perusahaan yang bersangkutan. Kondisi keuangan perusahaan tercermin dalam rasio-rasio keuangan diantaranya rasio likuiditas, profitabilitas, solvabilitas,
aktivitas serta rasio pasar modal. Apabila kondisi keuangan perusahaan yang bersangkutan yang tercermin dalam rasio-rasio keuangan itu baik, maka investor akan mendapatkan return yang tinggi karena perusahaan memperoleh laba. Kondisi perusahaan dalam hal ini diartikan sebagai kinerja keuangan perusahaan. Kinerja perusahaan merupakan suatu hal yang sangat penting, karena kinerja perusahaan berpengaruh dan dapat digunakan sebagai alat untuk mengetahui apakah perusahaan mengalami perkembangan atau sebaliknya. Ukuran kinerja perusahaan yang paling lama dan paling banyak digunakan adalah kinerja keuangan yang diukur dari laporan keuangan perusahaan. kinerja keuangan dalam penelitian ini diukur melalui rasio
return on asset, earning per share dan price earning ratio.
29
Rasio-rasio tersebut merupakan indikator yang amat penting bagi para pemegang saham atau investor dalam menilai seberapa baik manajemen menggunakan sumber
daya perusahaan
yang kemudian
mengarah
pada seberapa
menguntungkannya investor dalam memperoleh return saham atas investasi yang mereka lakukan pada perusahaan tersebut. Bertambahnya permintaan akan saham pada perusahaan tersebut menunjukkan bahwa kinerja keuangan perusahaan cukup kuat dengan prospek jangka panjang yang baik. Demikian sebaliknya, harga saham akan semakin menurun apabila permintaan saham tersebut menurun. 2.1.6
Penelitian Terdahulu Beberapa penelitian terdahulu yang berkaitan dengan beberapa factor
kinerja keuangan yang dihubungkan dengan prediksi harga saham telah dilakukan oleh beberapa peneliti. Penelitian pertama dilakukan oleh Zuliarni (2012; 36-48) yang melakukan penelitian berkenaan dengan
Pengaruh Kinerja Keuangan
Terhadap Harga Saham Pada Perusahaan Mining And Mining Service Di Bursa Efek Indonesia (BEI). Dalam penelitian tersebut kinerja keuangan yang diukur dengan menggunakan variabel Return On Asset (ROA), Price Earning Ratio (PER) dan Dividend Payout Ratio (DPR), sedangkan variabel dependen adalah harga saham. Sampel dalam penelitian ini terdiri dari 10 perusahaan mining and mining service di Bursa Efek Indonesia (BEI) pada periode penelitian 2008-2010 yang dipilih berdasarkan kriteria tertentu dengan menggunakan metode purposive sampling. Teknik snalisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis regresi linear berganda. Hasil pengujian secara parsial (uji t) menunjukkan bahwa hanya dua variabel yaitu ROA dan PER yang berpengaruh signifikan positif terhadap harga saham, sedangkan DPR tidak berpengaruh signifikan terhadap harga saham.
30
Sedangkan secara simultan (uji F) menunjukkan bahwa ROA, PER dan DPR secara bersama-sama berpengaruh terhadap harga saham. Sedangkan penelitian kedua dilakukan oleh
Artatik (2007) Yusirawanto
(2006) tentang Pengaruh Earning Per Share (EPS), Price Earning Ratio (PER), Financial Laverage (FL) dan Return on Equity (ROE) Terhadap Harga Saham Perusahaan Otomotif di Bursa Efek Surabaya”. Hasil penelitian secara parsial menunjukkan variabel EPS dan PER mempunyai pengaruh positif dan signifikan terhadap harga saham sedangkan FL berpengaruh positif namun tidak signifikan dan ROE berpengaruh negatif namun signifikan. Hasil pengujian secara simultan menunjukkan variabel EPS, PER, FL, dan ROE bersama-sama mempunyai pengaruh signifikan terhadap harga saham. Tabel 3 Persamaan dan Perbedaan dengan Penelitian Terdahulu NO
Nama Penelitian
Persamaan
1
Zuliarni (2012;36-38) Judul : Pengaruh Kinerja Keuangan Terhadap Harga Saham Pada Perusahaan Mining And Mining Service Di Bursa Efek Indonesia (BEI). -
Menggunakan variabel kinerja keuangan sebagai veriabel independen Menggunakan metode purposive sampling. Menggunakan variable dependen.
2
Artatik (2007). persamaan menggunakan Judul: Pengaruh Earning pengaruh variable Per Share (EPS), Price dependen. Earning Ratio (PER), Financial Laverage (FL) dan Return on Equity (ROE) Terhadap Harga Saham Perusahaan Otomotif di Bursa Efek Surabaya”.
Perbedaan Dalam peneliatian yang dilakukan oleh Zuliarni ini digunakan 10 perusahaan mining dan mining serviced BEI dengan periode 20082010. Sedangkan dalam penelitian ini sebagai objek adalah 3 perusahaan rokok yang terdaftar di BEI. A.objek yang diteliti menggunakan perbedaan harga saham Perusahaan Otomotif di Bursa Efek Surabaya”.sedangkan objek yang diteliti menggunakan perbedaan harga saham Perusahaan Rokok yang terdftar di BEI.
31
2.2.
Rerangka Pe mikiran Kinerja keuangan perusahaan dapat menjadi petunjuk arah naik turunnya
harga saham suatu perusahaan. Membeli saham adalah membeli sebagian suatu
kekayaan atau keuntungan perusahaan serta hak-hak lain yang melekat padanya. Oleh karena itu, harga saham lebih banyak ditentukan oleh reputasi atau
performance perusahaan itu sendiri dibandingkan faktor-faktor lainnya. Investor memerlukan informasi tentang perusahaan yang diperlihatkan oleh
laporan keuangan berupa rasio keuangan. Rasio-rasio keuangan tersebut merupakan indikator yang amat penting bagi para pemegang saham atau investor dalam menilai seberapa baik manajemen menggunakan sumber daya perusahaan yang kemudian mengarah pada seberapa menguntungkannya investor dalam
memperoleh return saham atas investasi yang mereka lakukan pada perusahaan tersebut. Bertambahnya permintaan akan saham pada perusahaan tersebut menunjukkan bahwa kinerja keuangan perusahaan cukup kuat dengan prospek jangka panjang yang baik. Demikian sebaliknya, harga saham akan semakin menurun apabila permintaan saham tersebut menurun.
Return On Asset
Earning Per Share
Harga Saham
Price Earning Ratio Gambar 1 Rerangka Pe mikiran
32
2.3. Hipotesis Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap rumusan masalah penelitian. Dikatakan sementara, karena jawaban yang diberikan baru didasarkan pada teori yang relevan, belum didasarkan pada fakta-fakta empiris yang
diperoleh melalui pengumpulan data. (Sugiyono, 2007:51) Berdasarkan rumusan masalah, tujuan yang ingin dicapai pada penelitian ini serta tinjauan teori yang telah diuraikan sebelumnya, maka hipotesis yang dapat diajukan dalam penelitian ini adalah: 1. Kinerja keuangan yang diproksi melalui return on asset, earning per share, price earning ratio secara bersama-sama berpengaruh signifikan terhadap
harga saham Perusahaan Rokok yang terdaftar di BEI. 2. Kinerja keuangan yang diproksi melalui return on asset earning per share, price earning secara parsial berpengaruh signifikan terhadap harga saham
Perusahaan Rokok yang terdaftar di BEI.