Daftar Pustaka
Cillifs N.J., Englewood,. 1960. Encyclopedia of Textiles, USA: Prentice Hall, Inc. 2nd Edition.
Dwiyanto, Djoko dan D.S. Nugrahani. 2006. Perubahan Konsep Gender dalam Seni Batik
Tradisional
Pedalaman
dan
Pesisiran.
080920061235-djoko
dwiyanto.pdf
G&C, Merriam Co. 1913. Webster’s Revised Unabridge Dictionary. MassachussetsUSA: Springfield Publishers.
Hasanudin. 2001. Batik Pesisiran: Melacak Pengaruh Etos Dagang Santri pada Ragam Hias Batik. Bandung: PT Kiblat Buku Utama.
_________. 2004. Disertasi Kajian Media (Bahan dan Proses) pada Batik Praklasik di Pesisiran Pulau Jawa (Studi Kasus: Batik Pekalongan). Bandung: Institut Teknologi Bandung.
La Barthe, J. 1975. Elements of Textiles. New York: Macmillan Publishing Co., Inc.
Moncrieff, R. W. 1970. Man Made Fibres. London: Heywood Books.
Pawitan, Zakiah. 2004. Penerapan Ragam Hias Etnik Indonesia pada Kain Corduroy dengan Berbagai Teknik Tekstil. Laporan Tugas Akhir Kriya Tekstil. Bandung: Institut Teknologi Bandung.
Poerwardarminta. 1978. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka
SII-Institut Teknologi Tekstil. 2004. Diktat Kumpulan Praktikum Proses Kimia Tekstil. Bandung: ITT.
Tortora, Phyllis G.1978. Understanding Textiles. New York: Macmillan Publishing Co., Inc., London: Collier Macmillan Publisher.
Websites
http://www.ardictionary.com http://www.balipost.com http://www.batikindonesia.co.id/batik_indonesia_info>>Batik Gedog, Pertahankan Warna Alami.htm http://www.batikindonesia.co.id/batik_indonesia_info>>Desa-desa Batik di Jawa Timur.htm http://www.batikindonesia.co.id/batik_indonesia_info>>Keistimewaan Batik Gedok Tuban.htm http://www.conservation.or.id http://www.google.com http://www.istockphoto.com http://www.kompascybermedia.com/193109.htm
http://www.kompascybermedia.co.id/670316.htm http://www.lablink.or.id http://www.pikiranrakyatcybermedia.co.id/0107.htm http://www.suaramerdeka.co.id http://www.soulheaven73.wordpress.com http://www.textilecentre.com http://www.terangi.or.id http://www.theworldbatikcity.blogspot.com http://www.tuban.eastjava.com http://www.wikipedia.org http://www.wordpress.com
LAMPIRAN
Lampiran 1. JADWAL KEGIATAN BULAN/MINGGU KETAHAP
SEPTEMBER I
OKTOBER II
III
IV
V
NOVEMBER VI
VII
VIII IX
X * III
X
DESEMBER X
XI
XII
JANUARI
XIII XIV XV
XVI XVII
Penetapan Judul Definisi, Survei Lapangan
* Bab I
Eksplorasi, Pencarian Data Analisa Data
*
P1
Bab II
(29)
X
X
P2 (3)
Seleksi Data Kesimpulan Sementara Implementasi Data-Desain, Aplikasi Desain
* Bab IV
Pembuatan Produk Finishing Produk, Kesimpulan, Evaluasi
* Kesimpulan
PK (3) K(9)
S (1718)
Lampiran 2. KAIN SESER
KAIN SESER WARING A
B
C
Tetal lusi 17/cm
Tetal pakan 11/cm
Tetal pakan 16/cm
tetal pakan 17/cm
Tetal lusi 11/cm
Tetal lusi 12/cm
KAIN SESER GEDOKAN
Seser putihan
Seser lowo
Hitungan sisir 500
Hitungan sisir 500
1
KAIN SESER GEDOGAN Contoh
BENANG
Seser putih
Bahan dasar
Seser lowo
Kapas, di Tuban ada 2 jenis: putih (Gossypium hirsutum L.) coklat (lowo) ----warna coklat yang dihasilkan tergantung panas/ kuat cahaya matahari saat penjemuran == sangat panas Î coklat tua == kurang panas Î lebih muda (suhu rata-rata saat musim kemarau di Kerek, Tuban,
Teknik pembuatan
Handspun (pintal tangan)
KAIN SESER WARING a
polyester
b
c
2
Rabaan (tekstur)
Lembut, permukaan tidak rata, tebal, membal karena sifat kapas yang mengembang masih terasa (akibat kekuatan tarikan pada saat pemintalan yang tidak sekuat alat pintal mesin),
a. Halus, licin, padat, tipis b. tekstur halus, tidak licin, padat, lebih tebal c. tekstur halus, licin, padat, tipis
Benang yang belum dimasak Æ permukaan agak keriting, lembut Benang yang sudah dimasak Æ agak kasar, kaku seperti dikanji, permukaan lurus Kilau
Tidak berkilau
Proses Pemintalan
Penyiangan
(Nganteh)
Pemisahan kapas dari biji dan daun, Disobek-sobek agar mudah mengembang
a. agak berkilau b. tidak berkilau c. berkilau
3
Kapas yang sudah bersih dikibas-kibas dengan bantuan sebatang bambu (betok) agar mengembang
Digulung pada alas kayu dengan betok
Æ kapas gulung berbentuk silinder panjang (pusoh)
4
Pemintalan (nganteh) Æungker (benang panjangtipis hasil pintalan, yang melingkar pada ujung jarum bambu kecil dari alat pintal) Nama bagian alat pintal: a. Jontrok Roda pintal b. Kisi Jarum bambu kecil Benang dibentang pada frame berbentuk huruf I berkait Layout bentangan seperti segiempat sehingga disebut likasan kothak
STRUKTUR Teknik KAIN
Tenun
Tenun
5
Jenis Tenunan
Polos (1-1)
Polos (1-1)
Kerapatan
Hitungan tradisional sisir 600 (kain tenun gedok biasa sisir 1000)
Beberapa jenis kerapatan: a. Sangat rapat (untuk benih udang, pakan, ikan yang sangat kecil) b. Cukup renggang (untuk udang yang lebih besar) c. Cukup renggang (setara dengan jenis b namun dengan kualitas yang lebih rendah)
Jarak antarpakan/
1 mm
b. 0,5 mm
lusi Alat Tenun
a. 0,1 mm c. 0,5 mm
Gedogan (ATG) Alat tenun Gedog atau Gendongan tidak memiliki perbedaan mendasar dalam desain alat maupun struktur tenunan yang dihasilkan. Menurut Djadin Djamaludin, perbedaan keduanya terletak dalam ukuran kain yang dihasilkan dan sisir yang digunakan, tetapi kemungkinan ini adalah perbedaan istilah antardaerah pengguna. Keduanya memiliki backstrap (por) Æ menggunakan tubuh sebagai penyangga kekuatan tarikan pada saat menenun (bodytension loom)
Mesin (ATM)
6
BagianBagian Alat Tenun
gebek tiban
kemplongan
Teropong (dengan benang yang dibasahi)
dumpal/ kemplongan rubuh
usek
geligen gun
liro/penetal sisir sumbi
Proses Penenunan --
Pengkondisian benang
apit (penggulung kain)
benang yang sudah di-anteh (masih mentah, relatif halus dan permukaannya keriting) Æ dimasak (disekul) bersama beras Æ dibentangkan pada tusoh Æ disikat dengan nasi Ædikeringkan Æ benang matang (kaku seperti dikanji dan permukaan lurus)
por
7
Persiapan Penenunan benang yang telah dikanji
Æ diurai dengan alat ingan
Lar ingan (sayap ingan)
ingan
Ædipani Ædi-lap (dibeberkan di tanah)
8
Æ digulung pada alat tenun (kemplongan) dengan melewatkannya pada sisir (nyusrep/ngurutno) dengan hitungan kerapatan tertentu sesuai jenis kain Penenunan
Lama proses: 2 hari Total proses: 3-5 hari
Teknik olah yang dikembangk an
-Reka tenun dengan struktur dasar tenun polos
Tidak ada
Tenun kembangan Tenun lurik Tenun intip piyan Tenun kotak -Batik di atas kain polos atau kain kembangan
Fungsi
Dulu : - jaring ikan - kain penutup mayat (semacam kain kafan)
Jaring untuk kegiatan perikanan (biasanya di tambak udang/ikan)
Sekarang Î stola, selendang Pengembangan
Berbagai selendang untuk dijual di pasar cenderamata dan pameran
Hanya sebagai jaring ikan, udang, dan pakan ikan
Diproduksi di
Awal: rumah-rumah nelayan (pekerjaan sampingan u/ kebutuhan)
pabrik
Kini: ada koordinasi (yang menampung hasil pekerjaan dari rumah-rumah)
9
Daerah Penenunan: Margorejo, Jurorejo, Kedungrejo, Gaji, Kajoran; Kec. Kerek, Tuban Berkembang di
Saat ini hanya dikenal di kawasan Kerek dan sekitarnya,
(masyarakat pengguna)
Merambah ke luar propinsi Bali (cenderamata dan kebutuhan upacara Galungan Æ sudah dibatik) Jakarta (interior)
Di semua daerah yang berbasis ekonomi perikanan (survei: Palang (Tuban), Paciran & Brondong (Lamongan), Rembang, Tanjung Priok (Jakarta))
Î lewat pameran Hampir tak dikenal di kalangan masyarakat umum Tuban SIFAT Daya Serap
Elastisitas
Daya serap terhadap warna
Dapat menyerap berbagai zat warna (sifat katun) dengan baik
Agak sulit menyerap zat warna
Daya serap terhadap air
Sangat menyerap air
Tidak menyerap air
Kekuatan
Relatif kuat (terutama setelah dimasak dengan beras)
Tidak mudah putus/sobek
Pengaruh Lipatan
Dapat kembali ke bentuk semula
Mempertahankan bentuk
Kelenturan
Lentur, tidak kokoh,
Lentur saat ditekuk, Dapat membentuk bangun kaku/kokoh setelah disemat (bisa dimanfaatkan untuk membuat bangun kubah dan bangun yang tersusun atas lipatan-lipatan berujung runcing)
Daya tahan terhadap Panas
Panas logam
Tahan
Tidak tahan (langsung meleleh)
Æ cocok dibatik dengan cap
Æ tidak dapat dibatik dengan cap Æ dapat dibatik dengan canting dalam motif
10
terbatas Æ cukup tahan dengan proses pelorodan dengan kompor minyak tanah Steaming
Tidak terpengaruh
Pembentukan tekstur cepat dan baik
Penyolderan
Berlubang dengan warna gosong kehitaman di tepiannya
Langsung berlubang, lubang mudah meluas
Meninggalkan tapak gosong coklat dan lubang
Meninggalkan lubang tanpa gosong di tepiannya
Berlubang atau gosong kecoklatan
Langsung berlubang (lubang mudah meluas) jika kain menyentuh api
Api lilin
Kain berjarak 4-5 cm dari api Î kain mengkerut dengan pusat tarikan bagian kain yang tepat di atas api Kain berjarak 3-4 cm dari api, ditarik cepat Æ kain mengkerut mengikuti arah tarikan Æ garis-garis utama mengikuti lajur tarikan, dengan garis kerut membentuk sudut siku-siku dengan garis utama Warna
Warna dasar putih dan lowo (coklat) Variasi berbagai macam warna hasil celupan
Warna dasar putih susu dan putih agak mengilat (warna dasar benang) Saat ini sudah tersedia waring aneka warna untuk mempermudah mengenali jaring pada kegiatan penangkapan ikan
Pewarnaan
Pewarna yang biasa dipakai (Kerek) Naftol
Pewarnaan tradisional dengan serbuk kayu tingi (pewarna alam) WarnaÆ coklat kemerahan Warna agak transparan (tidak dapat menyerap dengan baik)
11
KiniÆ sudah tersedia waring berwarna dari pabrik Percobaan Pewarnaan
zat warna indigosol dan direct Æ dapat menyerap warna dengan baik
Zat warna direct Æ menyerap warna samar, walau berbeda dengan yang diserap katun (zat warna campuran biru toska dan merah, katun menyerap warna merah marun sedangkan waring menyerap warna keunguan) Zat warna indigosol Æ menyerap warna samar
Pandangan tentang ….
Literatur
Pandangan Masyarakat
Pengertian Kain Seser
Kain TENUN polos dengan struktur renggang, terdapat celah/jarak antara benang pakan dan lusi maupun antarpakan dan antarlusi sehingga struktur tenunan jelas terlihat, berbentuk kotak-kotak
kain yang dibuat dengan teknik apapun (tenun, rajut [knitting], maupun makramé [knotting], berfungsi sebagai jaring ikan, dengan struktur renggang, terdapat celah antarbenang sehingga struktur tenun/rajut/macramé jelas terlihat dan kain tampak transparan
Kesimpulan (melihat irisan keduanya)
1. kain dengan teknik tenun 2. tenun polos berstruktur renggang Æanyaman benang jelas terlihat 3. kain tampak transparan Æ ruang di belakang kain dapat terlihat/berbayang
Yang Termasuk Kain Seser
seser gedogan seser jaring ikan (waring) kesimpulan Berpegang pada literatur, yakni kain seser gedokan dan seser waring
Fungsi
Baik kain seser gedokan maupun seser waring Æ jaring ikan
Seser gedokan Æ penutup mayat (Nanik, Kerek)
12
Waring Æ jaring ikan kesimpulan Pemakaian kain seser gedokan sebagai jaring mungkin terikat pada waktu, dan akhirnya ditinggalkan melihat bahan katun pintalan tangan yang kurang kuat, ditambah kekuatan teknik tenun yang kalah dibandingkan teknik pembuatan jala nelayan lain seperti makramé. Penggunaan kain seser gedokan sebagai penutup mayat dimungkinkan oleh keadaan masa itu yang belum mengenal kain kafan produksi pabrik. Pada masa ini, nilai fungsional kain seser gedokan memang sudahhilang dan tergantikan oleh seser plastik Citra kain seser gedokan
Masyarakat kurang mengakui kain seser gedokan karena dianggap kasar
Kain seser gedokan memang tidak terkenal di ibukota Tuban dan Lamongan, tetapi malah terkenal di luar propinsi seperti Bali dan Jakarta dengan nama tenun Tuban
Nama kain tenun gedok (termasuk seser)
Tenun Tuban, Batik Tuban
Di Tuban tidak dikenal tenun gedok Nama spesifikÆ tenun Kerek Batik Tuban terbagi lagi atas beberapa daerah/sentra yang masing-masing punya cirri sendiri: Kerek, Bongkol (Merakurak), dan Sembiring (Karangloh). Ada pula batik Lamongan dekat Tuban, batik Sendangduwur Nama Tuban dipakai atas anjuran pemerintah provinsi untuk keperluan promosi pariwisata di luar kota (sumber: Nanik N. Ningsih)
kesimpulan Untuk mempermudah identifikasi, dalam penelitian dan pembahasan akan dipakai nama spesifik Seser Gedok/ Tenun Kerek
Kain Seser
Pengertian
Kain dengan susunan tenun jarang (jarak antar pakan/lusi cukup renggang), biasanya digunakan untuk menangkap ikan, terutama pada lingkungan nelayan. Kain seser tradisional, terutama di daerah produsen tenun tradisional seperti Tuban, dibuat dengan alat tenun gedogan, dari bahan benang katun pintal-tangan.
Seiring waktu, masyarakat biasa menggunakan kain seser dari bahan modern, misalnya plastik. Kain jaring ini juga dinamakan kain seser. Ada dua jenis kain seser plastik berdasarkan kerapatannya, yakni kain yang sangat rapat dan halus (dipakai untuk ikan kecil) dan kain yang lebih renggang dan kasar (dipakai untuk ikan yang lebih besar seperti bandeng)
Umumnya kain seser tidak bermotif, terkait dengan sifatnya yang sangat fungsional. Akan tetapi, seiring waktu, beberapa inovasi mulai dikembangkan. Contohnya adalah kain selendang gedogan yang dibuat dengan tenunan renggang, mengambil ide dari kain jaring nelayan tersebut. Kain yang dibuat Uswatun, seorang pengusaha batik Tuban, ini ternyata banyak digemari.
Contoh lain adalah kain seser yang direka apik dengan teknik jumputan. (www.textilecentre.com)
Kain Tenun Tuban
Kain tenun Tuban yang khas adalah kain tenun gedogan, dibuat dengan alat tenun gedog. Alat tenun ini dinamakan demikian terkait dengan bunyi yang dihasilkan (dog, dog) setiap kali alat penetal bekerja.
Menurut Hassanuddin (2001), bangsa Indonesia sejak dahulu telah mengenal ata tenun sederhana yangd apat dibongkar-pasang dan dipindah-pindah, disebut alat tenun gendong. Alat ini hanya terdiri atas beberapa komponen pokok: penggiulung lusi, penggulung kain, pengangkat lusi, pembuka gilir, penetal, dan gendongan. Pada alat tenun belakangan, pengangkat lusi dan pembuka gilir diganti dnegan gun pengangkat lusi, ditambah serit atau sisir. Alat ini umumnya hanya digunakan untuk membuat kain sepanjang tiga meter.
Awalnya, alat tenun hanya memiliki susunan lusi saja. Ada dua cara gulungan lusi, yakni gulungan malar (kontinu) mengelilingi penggulung lusi dan penggulung kain, dan gulungan terpotong—yang salah satu ujungnya ditambatkan pada penggulung lusi sedangkan ujung lainnya ditambatkan pada penggulung kain. Sementara itu, benang pakan digulungkan pada alat kumpar. Kumparan ini akan dilintangkan melalui sela himpunan benang lusi yang diangkat oleh pengangkat lusi, kemudian ditetalkan oleh alat penetal. Jalinan benang membentuk kain terbentuk berkat skema lintang-balik terus-menerus seiring dengan terangkat-turunnya sela himpunan benang lusi oleh pembuka gilir. Kain tenun khas Tuban berciri:
a. Tersusun atas jalinan benang kapas murni hasil pintal-tangan. Struktur benang ini relatif lebih tebal dan tidak rata b. Karena faktor alat tenun yang masih sederhana dan benang yang tebal dan tidak rata, struktur tenunan cukup renggang c. Berdasarkan kerenggangannya dapat dibagi menjadi bahan kain tenun (untuk dibatik atau sudah bermotif lurik) dan kain seser (tenunannya lebih renggang, untuk menangkap ikan) Kapas yang dibutuhkan 1.500 pembatik sekecamatan Kerek sekitar satu ton per bulan. Harga kapas saat ini berkisar antara Rp 2.000 hingga Rp 5.000 per kilogram. Setiap 1,5 kilogram kapas jika ditenun menghasilkan selembar batik berukuran 2,5 meter dengan lebar 85 sentimeter. Salah satu spesies kapas yang hanya ada di Tuban menghasilkan bahan kapas berwarna alami kecoklatan, sehingga tak perlu lagi diwarnai untuk menghasilkan warna krem kecoklatan alami. (batikIndonesiainfo)
kain tenun talenan, bawah: sleret
Motif Batik Tuban
Marla Marlett: Textiles
BATIK Jawa Timur yang paling khas adalah batik Tuban. Proses pembatikan di Tuban vertikal dan merupakan satu kesatuan (integrated), dalam artian bahan kain yang digunakan untuk membatik dipintal langsung dari kapas. Jadi gulungan kapas dipintal menjadi benang, lalu ditenun, dan setelah jadi selembar kain lalu dibatik. Batik ini kemudian disebut batik gedog. Dalam buku Batik Fabled Cloth of Java karangan Inger McCabe Elliot dikatakan, sebenarnya batik Tuban mirip dengan batik Cirebon pada pertengahan abad ke-19. Kemiripan ini terjadi pada penggunaan benang pintal dan penggunaan warna merah dan biru pada proses pencelupan. Namun, ketika Kota Cirebon mengalami perubahan dramatis dan diikuti dengan perubahan pada batiknya, batik Tuban tetap seperti semula. Warna tipikal: cenderung nila, agak kegelap-gelapan Bahan pewarna: Mengkudu (Morinda citrifolia), indigo (indigofera) dan kayu tegeran (Cundria Javanese)
proses pelorodan Menurut Uswatun Hasanah, salah seorang pembatik gedog dari Desa Kedungrejo, Kecamatan Kerek, Tuban, batik gedog sebenarnya hampir punah. Ini disebabkan orang sudah tidak suka lagi memintal benang. Namun sekarang batik gedog sudah mulai menggeliat. Itu karena pembatik Tuban mulai menyadari bahwa batiknya unik dan cocok dengan selera masyarakat kelas menengah atas, termasuk turis mancanegara. Batik Tuban merupakan produk komunitas pesisiran. Penghasil utama batik Tuban adalah di desa Gaji, Kedungrejo, Margorejo, Karanglo dan Temayang di Kecamatan Kerek.Di Tuban terdapat sekitar 1.500 pembatik yang tersebar di lima desa yakni Margorejo, Karangloh, Jurorejo, Kedungrejo dan Gaji. Khusus batik gedog pusatnya di Desa Kedungrejo, Kecamatan Kerek, Tuban. Pembatik umumnya mendapat ilmu membatik dari ibu mereka. Membatik bukan pekerjaan utama melainkan sebagai pekerjaan sambilan kaum perempuan di desa batik. Saat musim tanam dan panen, tidak ada seorang pun mengerjakan batik karena semua memilih turun ke sawah.
(batik Indonesia info) Kehadiran pengepul batik dari luar Tuban, dengan tawaran harga lebih tinggi membuat pembatik memilih untuk menjual batik kepada pengepul. Jika perajin kuat terutama dalam modal, segala rayuan pengepul bisa ditepis. Salah satu langkah menghadang kehadiran pengepul di desa itu adalah dengan terus memberdayakan pembatik di desa dan memperkuat pemasaran. Menurut pengakuan Uswatun sebagai juragan batik Desa Karangrejo, hasil karya perajin di desa tersebut dibeli dengan harga tinggi, dilego ke pasar bebas tanpa perantara dengan harga antara Rp 12.500 hingga Rp 450.000 per lembar sedangkan kaus Rp 28.000 - Rp 37.000. Keuntungan besar tidak menjadi prioritas utama, yang terpenting perajin konsisten dan tidak meninggalkan profesi sebagai pembatik. Tata Warna Batik Tuban (potret intisari/eiko.htm)
1. putihan (latar putih corak biru atau hitam), 2. bang-rod (latar putih corak merah), 3. pipitan (latar putih dengan corak merah dan biru), dan 4. irengan (latar biru tua atau hitam, corak putih);
Ragam hias pada batik sarat perlambangan, dan dapat dikaitkan dengan lam kultur masyarakat Jawa yang bersifat Kejawen. Masyarakat Jawa melihat bahwa keselarasan di alam telah tercipta. Keselarasan ini menempatkan jagad gedhe dan jagad cilik pada posisi masing-masing. Gangguan terhadap jagad cilik akan mengganggu keselarasan kosmos secara keseluruhan. Fenomena ini menyebabkan penjagaan keselarasan menjadi penting. Salah satu sikap yang dinilai mengganggu keselarasan adalah pengubahan terhadap pakem. Pakem merupakan warisan nenek moyang yang harus
dijaga. Ketidakmampuan menjaga pakem, diasumsikan sebagai keetidakmampuan menguasai jagad cilik. Fenomena tersebut menyebabkan setiap aktivitas manusia selalu berhubungan dengan jagad gedhe yang pada gilirannya berhubungan dengan zat Allah. Kriteria etis atau estetis selalu berakhir pada kedekatannya dengan zat Allah. Konsep-konsep tentang dunia yang bersumber dari agama Hindu/Budha mengalami penyesuaian dengan konsep-konsep dalam Islam. Kelahiran dunia pada masa prasejarah diyakini sebagai perpaduan antara dunia atas dan dunia bawah. Bendabenda bekal kubur yang ditemukan, khususnya di Jawa Timur memperlihatkan ragam hias yang mengindikasikan simbol-simbol tentang dunia atas. Dunia atas merupakan alam para dewa dan roh. Simbol-simbol yang muncul pada masing-maing tingkat dunia pada karya kerajinan divisualisasikan melalui ragam hias. Wujud-wujud di alam digunakan sebagai ungkapan simbolisnya. Pada ragam hias kawasan pesisiran didominasi bentuk flora. Pada konteks ini jenis tumbuhannya tidak terlalu dipentingkan mengingat yang diutamakan pada ragam hias pesisiran adalah stilasi bentuk-bentuk alamiah, menjadi pola-pola yang cenderung geometris. Bentuk-bentuk ragam hias fauna telah mengalami stilasi sehingga mengaburkan bentuk realisnya. Jenis fauna yang terdapat pada ragam hias batik antara lain merak dan burung Srigunting. Munculnya wujud burung dalam ragam hias, baik di pedalaman maupun di pesisiran mengindikasikan kedekatan masyarakat Jawa terhadap simbolisme yang berhubungan dengan fauna tersebut. Burung dalam simbolisme prasejarah menjadi simbol pelepasan roh. Pada mitologi Hindu simbol burung dikaitkan dengan dengan wujud burung garuda. Kepercayaan terhadap burung sebagai kendaraan menuju alam arwah atau alam roh tetap bertahan hingga masa Islam, walaupun menggunakan simbolsimbol dalam agama Islam. Makna simbolis pada ragam hias yang berkaitan dengan konsep-konsep Kejawen lebih dominan pada ragam hias kawasan pedalaman dibanding dengan kawasan pesisiran, walaupun sebagian besar simbol-simbol tersebut telah mengalami penyesuaian dengan kondisi setempat. Jika penjabaran prinsip keselarasan pada ragam hias batik pedalaman diwujudkan melalui perpaduan antara pola geometris dan non
geometris, batik pesisiran mewujudkannya melalui pola geometris yang menghasilkan pola berulang dan tanpa batas. (RUDI IRAWANTO, tesis Magister ITB, Fenomena Kejawen Dalam Ragam Hias Flora dan Fauna pada Kerajinan Tradisional di Jawa Timur) Beberapa jenis motif: 1. Panjiori 2. kenongo uleren 3. panji krentil
Batik motif panji krentil berwarna nila justru dinyakini bisa menyembuhkan penyakit (Uswatun, batik Indonesia info)
4. panji serong 5. panji konang Tiga motif batik terakhir dahulu kala konon hanya dipakai pangeran. 6. karang lo
7. ganggeng
8. manukan
9. gaji
10. bongkol
11. bongkol primis
12. iris
13. kembang seser
14.
Sumber: batik Indonesia info.htm, Welcome to Tuban Art.htm
STT Tekstil Kumpulan Praktikum Proses KImia Tekstil Penghilangan kanji Benang lusi kain tenun biasanya dikanji untuk menambah kekuatan agar permukaan benang licin dan tahan gesekan dan tarikan. Pemilihan jenis kanji yang dipakai ditentukan oleh jenis serat. Setelah benang menjadi kain, kanji dihilangkan supaya tidak mengganggu proses berikutnya. Pada serat kapas untuk batik gedokan Kerek, digunakan kanji dari beras (nasi). Jenis kanji ini mudah dilepaskan, yakni dengan direndam dalam air selama satu malam (12 jam) atau dimasak. Beras termasuk dalam golongan kanji pati. Yang termasuk dalam golongan ini, selain beras, adalah tapioca, kanji, jagung, sagu, kanji terigu, kanji kentang, dan modifikasi kanji (dekstrin). Biasanya digunakan untuk kapas dan rayon staple. Selama pemakaian perlu pengontrolan kelembapan. Efisiensi pertenunan tinggi tetapi sukar dihilangkan. Ditambahkan gom alam seperti tragakan, akasia, gom arab, dll untuk pembakaran pada pati. Menambah daya lekat pati. Lentur dan menarik air Untuk filament rayon, asetat, nylon, polyester menggunakan resin (poliakrilat, polivinil alcohol, stirena maleat,dll). mudah hilang dalam pemasakan Penghilangan kanji dengan perendaman, asam, alkali, enzim, dan zat pengoksidasi. Untuk pati, menggunakan asam kuat yang dapat menghidrolisasi pati menjadi glukosa sehingga larut dalam air. . dibilas bersih dan dinetralkand engan alkali lemah encer, untuk mencegah kerusakan serat oleh sisa asam yang tertinggal Resep HCl pekat atau H2SO4 5-10 ml/l. direndam dalam air bersuhu 30 C selama 1 ½-2 jam Bahan dicuci , kemudian diteteskan larutan iod dalam kalium iodide. Biru Æ masih ada pati Ungu Æ pati telah berubah menjadi dekstrin dan gula mout Cokelat Æ pati telah menjadi glukosa Proses selesai Æ ungu atau coklat Pemasakan kapas Kandungan 1. lemak, minyak, malam 0,5-1 % 2. protein, zat yang mengandung nitrogen 1-2,8 g 3. pektina, pektosa 0,4-1% 4. pigmen alam, mineral, resin 3-5 g 5. air 6-9 % zat no 1-3 hilang, beserta sebagian no 4 pemasakan menurunkan berat 7 %, dengan caustic soda 38* Be 10 cc/l
natrium hidroksida kristal 4-5 g/l pembasah 2 cc/l natrium karbonat 1 g/l perbandingan larutan 1:20 atau 1:30 waktu 1-2 jam, 90 * C (meniddih) dicuci dengan air panas atau dengan natrium karbinat 2-3 g/l deterjen 2-4 g/l waktu 1 jam suhu 80-95 perbandingan larutan 1:20 –1: 30 dicuci dengan air panas lantas air dingin serat sintetik umumnya telah dimurnikan pada saat pembuatan. Keberadaan lemak atau zat lain yang menempel biasanya ditambahkan, sehingga pemasakan sekadar menghilanggkan zat tambahan kebanyakan tidak tahan alkali kuat, sehingga cukup dengan alkali lemah (natrium karbonat) 1-2 g/l dan detergen 1-2 cc/l pada suhu 90-95 C dalam waktu 30-90 mwnit
pencelupan selulosa dengan zat warna reaktif termasuk golongan zat warna yang larut dalam air sifat tahan cuci kilau yang baik mengadakan reaksi kimia dengan selulosa dalam suasana alkali larut dalam air karena ada asam yang ditimbulkan, jika terlalu lama dibiarkan akan terhidrolisa sehingga menurunkan kereaktifannya, dipercepat dengan adanya alkali. Pencegahan dengan penambahan alkali pada pencelupan, ½ jam sebelum pencelupan berakhir 2 golongan Zat warna reaktif panas Zat warna reaktif dingin Nama: Procion (ICI), Cibracon (Ciba Geigy), Drimaren (SAndoz), Levafi Pencapan langsung serat poliamida dengan zat warna disperse-reaktif Molekul zat warna disperse reaktif mengandung gugus reaktif tetapi tidak mengandung gugus pelarut, sehingga dapat bereaksi dengan gugus amida (-NH-) yang terdapat dis epanjang rantai molekul nylon maupun gugus amino (NH2) yang terdapat pada ujungujung rantai molekul sehingga menghasilkan tahan luntur warna terhadap pencucian yang tinggi. Resep 10-60 g zat warna disperse reaktif didispersikan dalam 300-250 g air
10 g asam asetat glacial, suspensi diaduk dalam 600 g pengental mengandung 50 g narium asetat 10 g natrium klorat 20 g perminal KB Total 1000 g
Cara pengecapan urutan Waktu (menit) pencapan pengeringan
Suhu (C) 100
penguapan Pembilasan
30
102 20
penyabunan
5-10
50
Alat Kasa cap Ruang pengering Mesin penguap Pencuci bentuk lebar Pencuci bentuk lebar
Zat pembantu
2 g/l Lissapol ND
Pencelupan poliamida dengan zat warna dispers Dapat diselup dengan zat warna disperse dan yang biasa untuk pencelupan kapas. Biasanya dengan zat dispers, asam, kompleks logam, mordan, reaktif Peranan pH larutan sangat menentukan, biasanya 4-7 (tergantung jenis zat warna) dan harus dijaga tetap konstan
Resep Zat warna x % Zat pendispersi 0,3-0,5 g/l Zat anti busa 0,1-0,5 ml/l Suhu 100 C Waktu 1 jam
Zat warna dibuat pasta dengan air dingin, bila perlu ditambah zat penispersi. Dilarutkan dalam air hangat hingga terdispersi sempurna Dicelup (zat pendispersid an anti busa) 40-60 C 10menit Larutan zat warna dilasukkan, 10 menit Suhu dianikkan hingga mendidih, 30 menit Bahan dicuci, disabun, dinbilas
Skema 0 zat pendispersi, anti busa datar (40-60 C) 10 menit zat warna, datar Naik 100 C 35 menit, datar hingga 60 menit turun Pencelupan Poliamida dengan zat warna reaktif Resep Zat warna reaktif dingin x % Garam glauber 20-30 g/l Soda abu 0,5-2 g/l Suhu 60 % C Waktu 1 jam Prosedur Pasta dengan air dingin, dilarutkan dengan air hangat hingga larut sempurna Zat warna dimasukkan pada larutan celum (mengandung garam glauber ) suhu kamar Bahan yang telah dimasak, celu 10 menit Suhu dianikkan hingga 60 C, tambahkan soda abu, 60 menit Dicuci, disabun, dibilas
Skema Zat warna reaktif, garam glauber 30 c Selma 10 menit, Naik hingga 60 c hingga 25 mneit, tambahkan natrium karbonat Pasif 85 menit turun
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Nama
: Waridah Muthi’ah
Jenis Kelamin
: Perempuan
Tempat dan Tanggal Lahir
: Bekasi, 24 Desember 1985
Agama
: Islam
Alamat
: Kp. Buaran no. 14 RT. 002/02 Lambangsari Tambun—Bekasi 17514
No. Telepon
: +6285 6243 88706
Riwayat Pendidikan
1. RA El Nur El Kaysyaf, Tambun, Bekasi, tahun 1990—1991 2. SDN Bumi Bekasi Baru I, Bekasi Timur, tahun 1991—1997 3. SLTPN 1 Tambun, Bekasi, tahun 1997—2000 4. SMUN 3 Bandung, tahun 2000—2003 5. terdaftar sebagai mahasiswa Institut Teknologi Bandung, Fakultas Seni Rupa dan Desain, Program Studi Kria Tekstil, tahun 2003—2008