DAFTAR PUSTAKA
Asep P. 2008. Karakteristik Proses Fermentasi Pulp Kakao untuk Produksi Etanol pada Bioreaktor. [skripsi]. Bogor: Fakultas Teknologi Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Amaria, Isnawati, Rini P, Tukiran. 2001. Biomassa Saccharomyces cerevisiae dari limbah buah dan sayur sebagai sumber vitamin B. Himpunan Makalah Seminar Nasional Teknologi Pangan, Semarang 9 – 10 Oktober 2001. Atmawinata O, Muloto S, Widyotomo S, Yusianto. 1998. Teknik pra-pengolahan biji kakao segar secara mekanis untuk mempersingkat waktu fermentasi dan menurunkan kemasaman biji. Pelita Perkebunan 14:48-62. Adomoko D. 1984. Some Conversion Technologies for the Utilization of Cocoa Wastes. Dalam Tosida ET. 2002. Optimasi Biokonversi Lendir Biji Kakao untuk Produksi Senyawa Pemberi Citarasa (Flavouring Agent). [tesis]. Bogor: Program Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor. Badan Standardisasi Nasional. 1996. Cuka Fermentasi. (SNI 01-4371-1996). Barlina R, Lay. 1994. Pengolahan nira kelapa untuk fermentasi nata de coco, alkohol dan asam cuka. J Pen Kelapa 7:21-23. Birch GG, Cameron AG, Spencer M. 1978. Food Science 2nd edition. Pergamon Press. Oxford. Chandra A, Jenie BSL. 1990. Pemanfaatan limbah kulit pisang untuk produksi cuka fermentasi. Bul Pen Ilmu Tek Pangan 1:1-11. Damanhuri. 2004. Pola Fermentasi Alkohol dan Asam Asetat dari Madu Rambutan Afkir [skripsi]. Bogor: Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor. Darwis AA, Sailah I, Irawadi TT, Safriani. 1995. Kajian kondisi fermentasi pada produksi selulase dari limbah kelapa sawit (tandan kosong dan sabut) oleh Neurospora sitophila. J Teknol Ind 5(3):199-207 , Sukara E. 1989. Teknologi Mikrobial. Laboratorium Bioindustri Pusat Antar Universitas Bioteknilogi, Institut Pertanian Bogor. , Sunarti TC. 1991. Petunjuk Laboratorium Teknologi Mikrobial. Pusat Antar Universitas Bioteknologi, Institut Pertanian Bogor. Desrosier NW. 1988. Teknologi Pengawetan Pangan. Universitas Indonesia. Jakarta.
Effendi MS. 2002. Kinetika fermentasi asam asetat (vinegar) oleh bakteri Acetobacter aceti B127 dari etanol hasil fermentasi limbah cair pulpa kakao. J Teknol Ind Pert 13:125-135. Ebner H. 1983. Vinegar. Di dalam Reed, G. Prescott and Dunn’s Industrial Microbiology. AVI Pub. Co. Inc., Westport, Connecticut. Fiechter A. 1982. Advances in Biochemical Engineering. Springer-Verlag, Berlin. Frazier WC. 1977. Food Microbiology. Tata Mc Graw-Hill. Publ.Co.Ltd, New Delhi. Hardjo S, Hartoto L, Widjaja I. 1991. Disain proses pembuata anggur (wine) pisang. J Teknol Ind Pert 3:55-71. Hartoto L. 1991. Petunjuk Laboratorium Teknologi Fermentasi. Pusat Antar Universitas Bioteknilogi, Institut Pertanian Bogor. , Sailah I. 1989. Sistem Bioreaktor. Pusat Antar Universitas Bioteknilogi, Institut Pertanian Bogor. Hustsberger DV, Billingsley P. 1987. Elements of Statistical Inference. Allyn and Bacon Inc. Boston. Judoamidjojo RM. 1990. Teknologi Fermentasi. Pusat Antar Universitas Bioteknologi. Bogor. , Said EG, Hartoto L. 1989. Biokonversi. Pusat Antar Universitas Bioteknologi. Bogor. Ghani BA, Rickard AD. 1990. Enzymztic hydrolysis of lignocellulose contribution of β-glucosidase. Asean Food J 5:51-70. Irawadi TT. 1999. Kajian hidrolisis enzimatik limbah lignoselulosa dari industri pertanian. J Teknol Ind Pert 8:124-134. Koesnandar. 2001. Biokonversi selobiosa langsung menjadi etanol menggunakan ko-imobilisasi sel Lipomyces starkeyi dan Saccharomyces cerevisiae by fed-batch sytem. J Mikrobiol Indones 6:15-18. Luwihana SD. 1998. Studi awal ammobilisasi bakteri asam asetat. Prosiding Seminar Teknologi Pangan, Bandung 19-21 Oktober 1998. Machfud, Said EG, Krisnani. 1989. Fermentor. Pusat Antar Universitas Pangan dan Gizi, Institut Pertanian Bogor. Minihane BJ, Brown DE. 1986. Fed-batch culture technology. Biotech Adv 4: 207-218.
Mandels M, Anderotti R, Roche C. 1976. Measurement of Saccharifying Cellulose. Biotech Bioeng Symposium. Nurika I, Hidayat N. 2001. Pembuatan asam asetat dari air kelapa secara fermentasi kontinyu menggunakan kolom bio-oksidasi. J Teknol Pert 2:51-57. Opeke LK. 1984. Optimising economic returns (profit) from cocoa cultivation trough economic efficient use of cocoa by product. Dalam Sulistyowati, Atmawinata O, Muloto S, Yusianto. 1998. Pemenfaatan limbah bubur pulpa kakao untuk pembuatan nata kakao. Pelita Perkebunan 14: 63 – 75. Purwadaria T, Kumalasari A, Haryati T, Ketaren PP, Sinurat A. 2004. Optimation of cellulase production with Penecillium nalgiovense S11 grown on pretreated wheat pollard. Biotropia 23 : 1-12. Pujiraharti S, Thelma AB, Linar ZU, Karossi AT. 1998. Effect agitation velocity on acetic acid production from cashew apple juice by Acetobacter aceti ATCC 15973. Prosiding Seminar Teknologi Pangan, Bandung 19-21 Oktober 1998. Purawisastra S, Gumbira-Sa’id E, Doelle HW. 1994. Peningkatan etanol hasil fermentasi Zymomonas mobilis dengan enzim invetase. J Mikrobiol Indones 2:31-35. Pettipher GL. 1986. Analysis of cocoa pulp and the formulation of a standardised artifisial cocoa pulp medium. J Sci Food Agric 37:297-309. Prijanto B, Karyanto L, Sajugo. 1983. Perbaikan Fermentasi CIU (Alkohol) dan Proses Penyulingan. Balai Pustaka. Jakarta. Ratledge C. 1991. Yeast Physiology – a micro-synopsis. Bioprocess Eng 6:195-203. Romli M, Darmajana DA, Daulay AM. 2000. Pengaruh jenis khamir dan penambahan serbuk kulit ubi kayu pada onggok tapioka terhadap hasil fermentasi etanol. J Teknol Ind Pert 10:13-21. Roukas T. 1996. Ethanol production from non-sterilized beet molasses by free and immobilized Saccharomyces cerevisiae cells using fed-batch culture. J Food Eng 27:87-96. Ranken MD, Kill RC. 1993. Food Industries Manual. 23rd Edition. Blockie Academic and Professional. London. Rahman A. 1992. Teknologi Fermentasi Industrial: Produksi Metabolit Primer. Penerbit Arcan. Jakarta.
Scragg AH. 1991. Bioreactors in Biotechnology, A Practicial Approach. Ellis Horword, New York. Soedarini, Kapti RK, Harmayani E. 1998. Acetobacter pasteurianus INT-7 “acidethanol tolerant” yang diisolasi dari vinegar tradisional Indonesia sebagai agensia fermentasi asam asetat yang potensial. Prosiding Seminar Teknologi Pangan, Bandung 19-21 Oktober 1998. Susijahadi, Neran, Kurniawan MF. 1998. Pengendalian fermentasi dengan pengaturan konsentrasi gula hasil hidrolisis onggok tepung tapioka untuk menghasilkan alkohol. Prosiding Seminar Teknologi Pangan, Bandung 1921 Oktober 1998. Suryatmi RD. 1995. Mekanisme fermentasi kakao lindak. Bahan Penyuluhan Pascapanen Kakao di Kabupaten Luwu Sulawesi Selatan, Kaji Terap Iptek BPP Teknologi, 25-27 September 1995. Sudjana. 1994. Desain dan Analisis Eksperimen. Tarsito, Bandung. Sudaryati Y, Sastraatmaja DD. 1993. Seleksi strain Aspergillus spp. untuk menghasilkan enzim selulase dalam media dedak. J Mikrobiol Indones 2:30-32. Said G. 1987. Bioindustri. PT. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta. Stanbury A, Whitaker A. 1993. Principles of Fermentation Technology. Pergamon Press. New York. Wardani SM, Rahman A. 1991. Percobaan produksi vinegar menggunakan generator sistem aliran lambat (Genevin IUC-FN 88) dengan beberapa jenis bahan pembawa. Bul Penelitian Ilmu dan Teknol Pangan 2:17-28. Wirakartakusumah MA, Thenawidjaja M, Jenie BSL, Pontoh J, Nuraida L, Bakar A, Suprayatmi M, Marwini, Hairita I, Soekopitojo S. 1987. Isolasi dan karakteristik enzim dari Aspergillus niger serta pemanfaatan dalam pembangunan industri gula cair. Laporan Akhir. Direktorat Pembinaan Penelitian dan Pengembangan pada Masyarakat. Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Wood BE, Ingram LO. 1992. Ethanol production from cellobiose, amorphous cellulose, and crystalline cellulose by recombinant Klebsiella oxytoca containing chromosomally and plasmids expressing thermostable cellulase genes from Clostridium thermocellum. Dalam Koesnandar. 2001. Biokonversi selobiosa langsung menjadi etanol menggunakan koimobilisasi sel Lipomyces starkeyi dan Saccharomyces cerevisiae by fedbatch sytem. J Mikrobiol Indones 6:15-18. Whitaker A. 1980. Fed-batch culture. Proc Biochem 15:10-15.
Wang DIC, Cooney CL, Demain AL, Dunnill P, Humphrey AE, Lilly MD. 1979. Fermentation and Enzyme Technology. New York: John Wiley & Sons. Yoshida F, Yamane T, Nakamoto K. 1973. Fed-batch Hydrocarbon Fermentation with Colloidal Emulsion Feed. Biotech Bioeng 15:257-270.
L A M P I R A N
Lampiran 1. Komposisi Medium dan Larutan •
Medium Mendels Untuk membuat 1 L medium Mendels, dipipet larutan-larutan di bawah ini,
kemudian ditambah 0.075% bacto pepton, 0.3% yeast extract. Selanjutnya volume larutan ditetapkan 1 L dengan aquades. Larutan Stok
•
Volume (ml)
14% (b/v) (NH4)2SO4
10
20% (b/v) KH2PO4
10
3% (b/v) MgSO4.7H2O
10
3% (b/v)Urea
10
30% (b/v) CaCl2
1
0.5% (b/v) FeSO4.7H2O
1
1.6% (b/v) MnSO4.H2O
1
1.4% (b/v) ZnSO4.7H2O
1
2% (b/v) CoCl2
1
Larutan Buffer Na Asetat Larutan buffer asetat 0.05 M dibuat dengan mencampurkan asam asetat
0.05 M dengan natrium asetat 0.05 M sampai mencapai pH yang diinginkan. •
Pereaksi Dinitro Salicylic Acid (DNS) Pereaksi DNS dibuat dari 10 gr NaOH, 182 gr KNa-tartrat, 10 gr DNS,
2 gr fenol, dan 0.5 gr Na2SO3 yang dimasukkan secara berurutan ke dalam erlenmeyer yang berisi aquades sambil diaduk dengan stirer. Setelah semua larut dipindahkan ke dalam labu takar dan volume larutan ditepatkan menjadi 1 L dengan aquades. •
Larutan Kalium Dikromat Larutan kalium dikromat dibuat dari 0.36 gr K2Cr2O7 dilarutkan dalam 15 ml
aquades. Tambahkan secara perlahan-lahan sambil diaduk dengan stirer 28 ml asam sulfat pekat. Encerkan sampai mencapai 50 ml.
Lampiran 2. Nilai Absorbansi dan Volume Inokulum yang Ditambahkan
Perlakuan Batch tanpa selulase Batch dengan selulase Fed-batch tanpa selulase Fed-batch dengan selulase
Absorban sel S. cerevisiae A. aceti 0.793 1.353 0.705 1.14 0.757 1.322 0.741 1.946
Jumlah Inokulum (ml) S. cerevisiae A. aceti 100 100 88.90 84.26 95.46 97.71 93.44 143.82
Lampiran 3. Prosedur Analisis Parameter Fermentasi •
Analisis Kadar Gula Reduksi Analisis kadar gula reduksi dilakukan dengan metode dinitrosalicylic acid
(DNS). Sampel yang telah diencerkan dengan beberapa tingkat pengenceran diambil sebanyak 0.5 ml ditambah 0.5 ml aquades, 1.5 ml DNS divorteks. Blanko terdiri dari 0.5 ml buffer Na asetat, 1.5 DNS. Sampel dan blanko dipanaskan dalam air mendidih selama 15 menit, diukur pada panjang gelombang 540 nm dengan alat spektrofotometer. Standar Glukosa (DNS)
Absorban
2.0
y = 0.0042x - 0.368 2
R = 0.9981
1.5 1.0 0.5 0.0 0
100
200
300
400
500
600
Konsentrasi glukosa (µg/ml)
•
Analisis Kadar Alkohol Cawan conway disiapkan diisi dengan 2 ml larutan K2Cr2O7 pada bagian
tengah, 1 ml K2CO3 jenuh dan 1 ml sampel yang telah diencerkan terlebih dahulu pada bagian lingkaran luar. Cawan conway dibiarkan selama 2 jam pada suhu ruang. Larutan kromat yang positif pada bagian tengah dipindahkan pada tabung spektro
dan
diukur
pada
panjang
gelombang
605
nm
dengan
spektrofotometer.
Absorban
Standar Alkohol 0.8
y = 1.6238x + 0.0459
0.6
R = 0.9983
2
0.4 0.2 0 0
0.08
0.16
0.24
Konsentrasi Alkohol (µml/ml)
0.32
0.4
alat
•
Analisis dry weight (Scragg 1991)
1. Dry weight diukur berdasarkan berat kering sel. Sebanyak 10 ml cairan kultivasi disentrifuse selama 10 menit, kecepatan 3000 rpm dalam tabung yang telah dikeringkan dalam oven dan ditimbang sebelumnya. Setelah supernatan dibuang, secara hati-hati ditimbahkan 5 ml larutan NaCl 0.9% ke pelet sel lalu disentrifuse ulang pada kondisi yang sama dengan sebelumnya. 2. Endapan sel kemudian dikeringkan dalam oven pada suhu 90 οC selama 20 jam atau sampai beratnya konstan. Kemudian tabung berisikan sel kering dimasukkan segera ke desikator. Setelah dingin tabung berisi sel kering di timbang. 3. Berat kering sel dapat dihitung sebagai berikut :
Berat kering (g/l) =
•
Berat tabung berisi sel kering (g) - berat tabung kosong (g) × 1000ml/l volume sampel (ml)
Analisis Asam Asetat
Untuk mengetahui kadar asam asetat dilakukan dengan metode titrasi. kadar asam asetat ditentukan dengan cara melarutkan 2 ml sampel dalam 10 ml aguades kemudian dititrasi dengan NaOH 0.1 N (yang telah distandarisasi) dan indikator phenolphtalein. Asam asetat (%) = vol. Titer (NaOH) x N NaOH x 60 x 100 Vol. sampel x 1000
Lampiran 4. Data Awal Fermentasi Alkohol Menggunakan Kultur Batch dengan Penambahan Selulase Kultur
Selulase
Batch
tanpa selulase
dengan selulase
Jam Ke0 12 24 36 48 0 12 24 36 48
Gula Reduksi (% b/v) 13.613 8.618 2.398 0.210 0.158 13.613 6.252 1.167 0.206 0.164
Etanol (% b/v) 0.494 3.382 6.764 6.884 8.136 0.063 2.731 6.653 6.944 8.316
pH 5.5 4.2 4.3 4.3 4.3 5.1 4.1 4.1 4.3 4.5
TPT (%Brix) 17.7 11.9 7.5 5.5 5.3 17.4 12.4 7.0 6.0 5.5
Dry Weight (g/l) 5.85 11.90 12.30 11.30 8.35 5.55 9.30 13.55 11.45 9.70
Lampiran 5. Data Awal Fermentasi Alkohol Menggunakan Kultur Fed-batch dengan Penambahan Selulase Kultur
Selulase
Fed-batch
tanpa selulase
dengan selulase
Jam Ke0 12 24 36 48 48+ 60 72 84 96 0 12 24 36 48 48+ 60 72 84 96
Gula Reduksi (% b/v) 13.613 9.206 0.444 0.215 0.138 6.726 4.073 0.734 0.143 0.148 13.613 8.311 1.709 0.195 0.153 6.202 4.017 0.748 0.296 0.209
Etanol (% b/v) 0.083 4.056 7.553 7.808 8.925 5.036 6.714 8.168 9.202 9.066 0.099 4.338 7.469 8.704 9.008 4.813 6.075 7.826 8.990 9.702
pH 5.2 4.4 4.3 4.3 4.4 4.7 4.6 4.5 4.5 4.9 4.9 4.5 4.1 4.2 4.2 4.5 4.3 4.3 4.7 4.7
TPT (%Brix) 17.0 10.9 6.0 5.4 5.3 11.0 8.0 5.9 5.8 5.0 17.5 11.0 6.0 5.2 5.2 11.2 9.0 7.5 5.5 5.0
Dry Weight (g/l) 5.00 11.70 15.00 12.45 11.45 11.95 12.85 13.70 11.40 9.15 5.20 12.05 12.80 9.25 9.30 10.95 11.50 9.05 8.80 7.30
Lampiran 6. Analisis Sakarifikasi Enzim Selulase Terhadap Pulp Kakao
Pulp kakao sebanyak 1 ml dicuci menggunakan aquadest sebanyak 2x selanjutnya disentrifuse selama 5 menit dengan kecepatan 3000 rpm. Supernatan dibuang dengan hati-hati kemudian endapan ditambahkan buffer Na-asetat pH 5.8 sebanyak 3 ml dan enzim selulase SS240 sebanyak 0.1 ml, 0.2 ml, dan 0.4 ml. Selanjutnya diinkubasi selama 2 jam dalam waterbath pada suhu 30 οC. Aktivitas enzim dihentikan dengan cara dipanaskan pada penangas air selama 10 menit kemudian disentrifuse kembali selama 5 menit dengan kecepatan 3000 rpm. Supernatan diambil untuk diukur kadar glukosa yang terbentuk.
Gula Reduksi (% b/v)
1 0.8154 0.8
0.6554
0.6 0.4 0.2245 0.2 0 0.1
0.2 Selulase (ml)
0.4
Lampiran 7. Analisa Statistik Keragaman Fermentasi Alkohol Respon pada Parameter Etanol µ Tests of Between-Subjects Effects Dependent Variable: respon µ Source Corrected Model Intercept Kultur Enzim Kultur*Enzim Error Total Corrected Total
Type III Sum of Squares .001(a) .005 .001 9.80E-005 2.00E-006 .000 .006 .001
df 3 1 1 1 1 4 8 7
Mean Square .000 .005 .001 9.80E-005 2.00E-006 3.65E-005
a R Squared = .871 (Adjusted R Squared = .773) Kultur Batch Fed-batch
Means 0.034 0.014
Penambahan Enzim Enzim selulase Tanpa enzim selulase
Means 0.027591 0.020
F 8.968 126.247 24.164 2.685 .055
Sig. .030 .000 .008 .177 .826
Y x/s Tests of Between-Subjects Effects
Dependent Variable: respon Y x/s Source Corrected Model Intercept Kultur Enzim Kultur*Enzim Error Total Corrected Total
Type III Sum of Squares .276(a) 1.813 .232 .039 .005 .022 2.111 .299
Df 3 1 1 1 1 4 8 7
Mean Square .092 1.813 .232 .039 .005 .006
a R Squared = .925 (Adjusted R Squared = .868) Kultur Batch Fed-batch
Means 0.646 0.306
Penambahan Enzim Tanpa enzim selulase Enzim selulase
Means 0.335 0.321
F 16.393 322.743 41.287 6.930 .963
Sig. .010 .000 .003 .058 .382
Y p/s Tests of Between-Subjects Effects
Dependent Variable: respon Y p/s Source Corrected Model Intercept Kultur Enzim Kultur*Enzim Error Total Corrected Total
Type III Sum of Squares .013(a) 2.409 .003 .009 .001 .088 2.510 .101
df 3 1 1 1 1 4 8 7
Mean Square .004 2.409 .003 .009 .001 .022
a R Squared = .131 (Adjusted R Squared = -.521) Kultur Batch Fed-batch
Means 0.568 0.529
Penambahan Enzim Tanpa enzim selulase Enzim selulase
Means 0.514 0.583
F .200 109.765 .142 .428 .031
Sig. .891 .000 .725 .549 .868
Kadar Etanol Tests of Between-Subjects Effects
Dependent Variable: respon Kadar Etanol Source Corrected Model Intercept Kultur Enzim Kultur*Enzim Error Total Corrected Total
Type III Sum of Squares 3.119(a) 620.154 2.682 .333 .104 1.351 624.623 4.469
Df 3 1 1 1 1 4 8 7
Mean Square 1.040 620.154 2.682 .333 .104 .338
a R Squared = .698 (Adjusted R Squared = .471) Kultur Fed Batch-batch
Means 9.384 8.226
Penambahan Enzim Enzim selulase Tanpa enzim selulase
Means 9.009 8.601
F 3.079 1836.608 7.943 .986 .308
Sig. .153 .000 .048 .377 .609
Lampiran 8. Data Awal Fermentasi Asam Asetat Menggunakan Substrat Etanol Hasil Fermentasi Alkohol dengan Perlakuan Kultur (Batch dan Fed-batch) dan Penambahan Selulase Sistem
Selulase
tanpa selulase
Batch
dengan selulase
tanpa selulase
Fed-batch
dengan selulase
Jam Ke0 24 48 72 96 0 24 48 72 96 0 24 48 72 96 0 24 48 72 96
Etanol (% b/v) 8.089 5.878 4.694 3.811 2.595 8.316 5.422 3.834 3.086 2.153 9.066 6.404 5.046 3.253 1.945 9.702 6.027 4.628 3.376 2.550
Asam asetat (% b/v) 2.935 4.109 4.528 5.786 5.115 2.516 3.228 3.438 3.438 2.935 2.234 4.530 3.860 5.870 8.469 2.404 2.851 3.019 5.199 7.127
pH 4.3 4.6 4.5 4.5 4.4 4.5 4.7 4.7 4.6 4.6 4.9 4.8 4.8 4.7 4.5 4.7 5.1 5.0 4.9 4.8
Dry Weight (g/l) 8.35 10.20 10.00 8.60 8.55 11.45 9.70 11.00 13.65 13.50 9.15 11.25 12.60 11.45 11.45 7.30 7.55 9.30 8.25 5.90
Lampiran 9. Analisa Statistik Keragaman Fermentasi Asam Asetat Respon pada Parameter Asam Asetat
µ Tests of Between-Subjects Effects
Dependent Variable: respon µ
Source Corrected Model Intercept Kultur Enzim Kultur*Enzim Error Total Corrected Total
Type III Sum of Squares 1.94E005(a) .000 1.51E-005 1.13E-006 3.12E-006 2.85E-005 .000 4.79E-005
df
Mean Square
Means 0.009 0.006
Penambahn Enzim Tanpa enzim selulase Enzim selulase
Means 0.008 0.007
Sig.
3
6.46E-006
.906
.513
1 1 1 1 4 8 7
.000 1.51E-005 1.13E-006 3.12E-006 7.12E-006
61.070 2.123 .158 .439
.001 .219 .711 .544
a R Squared = .405 (Adjusted R Squared = -.042) Kultur Batch Fed-batch
F
Y x/s Tests of Between-Subjects Effects
Dependent Variable: respon Y x/s Source Corrected Model Intercept Kultur Enzim Kultur*Enzim Error Total Corrected Total
Type III Sum of Squares .007(a) .860 .005 .000 .001 .026 .893 .033
df 3 1 1 1 1 4 8 7
Mean Square .002 .860 .005 .000 .001 .007
a R Squared = .215 (Adjusted R Squared = -.374) Kultur Batch Fed-batch
Means 0.354 0.302
Penambahan Enzim Tanpa enzim selulase Enzim selulase
Means 0.335 0.321
F .365 132.170 .807 .067 .220
Sig. .783 .000 .420 .809 .664
Y p/s Tests of Between-Subjects Effects
Dependent Variable: respon Y p/s Source Corrected Model Intercept Kultur Enzim Kultur*Enzim Error Total Corrected Total
Type III Sum of Squares .664(a) 2.094 .540 .116 .008 .014 2.772 .678
df 3 1 1 1 1 4 8 7
Mean Square .221 2.094 .540 .116 .008 .003
a R Squared = .980 (Adjusted R Squared = .965) Kultur Fed-batch Batch
Means 0.772 0.252
Penambahan Enzim Tanpa enzim selulase Enzim selulase
Means 0.632 0.391
F 64.672 611.701 157.821 34.002 2.192
Sig. .001 .000 .000 .004 .213
Kadar Asam Asetat Tests of Between-Subjects Effects
Dependent Variable: respon Asam Asetat Source Corrected Model Intercept Kultur Enzim Kultur*Enzim Error Total Corrected Total
Type III Sum of Squares 35.443(a) 281.556 29.108 5.910 .425 2.404 319.404 37.848
df 3 1 1 1 1 4 8 7
Mean Square 11.814 281.556 29.108 5.910 .425 .601
a R Squared = .936 (Adjusted R Squared = .889) Kultur Fed-batch Batch
Means 7.840 4.025
Penambahan Enzim Tanpa enzim selulase Enzim selulase
Means 6.792 5.073
F 19.655 468.397 48.425 9.832 .707
Sig. .007 .000 .002 .035 .448