DAFTAR PUSTAKA Alderson WT, Low SP. 1996. Interpretation of Historic Sites. Second Edition, Revised. California: Altamira Press. [Bakosurtanal] Badan Koordinasi Survei dan Pemetaan Nasional. 1996. Pengembangan Prototipe Wilayah Pesisir dan Marine Kepulauan Riau. Cibinong: Pusbina-inderasig, Bakosurtanal. [Bakosurtanal] Badan Koordinasi Survei dan Pemetaan Nasional. 2007. Peta Tingkat Kerawanan Bencana Tsunami Indonesia. http://www.bakornaspbp.go.id/bakosurtanal/images. [30 Juli 2007] [BPS] Badan Pusat Statistik. 2003. Flores Timur Dalam Angka, Flores Timur In Figures. Larantuka: Badan Pusat Statistik, Kabupaten Flores Timur. Buchsbaum BD. 2004. Ecotourism and Sustainable Development in Costa Rica. http://scholar.lib.vt.edu/theses/available/etd-05052004-171907/ [28 Maret 2007]. Dahuri R, Rais J, Ginting SP, Sitepu MJ. 2004. Pengelolaan Sumber Daya Wilayah Pesisir dan Lautan Secara Terpadu. Jakarta: Pradnya Paramita. [Dephut] Departemen Kehutanan. 2002. Kriteria – Standar Penilaian Obyek dan Daya Tarik Wisata Alam (Analisis Daerah Operasi). Direktorat Wisata Alam dan Pemanfaatan Jasa Lingkungan. Jakarta: Direktorat Jenderal Perlindungan Hutan dan Konservasi Alam, Departemen Kehutanan. [Deptamben] Departemen Pertambangan dan Energi. 1990. G. Lewotobi Laki-laki dan G. Lewotobi Perempuan. Berita Berkala Vulkanologi. Edisi Khusus. Direktorat Jenderal Geologi dan Sumberdaya Mineral. Jakarta: Departemen Pertambangan dan Energi. Dewi IAL. 2006. Perencanaan Pariwisata Di Pulau Kera Kabupaten Kupang Provinsi Nusa Tenggara Timur [Tesis]. Bogor: Sekolah Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor. González FI. 1999. Tsunami! Scientific American 280, 56-65. http://www.scientificamerican.com/tsunami.html [30 Juli 2007]. Gunn CA. 1994. Tourism Planning Basics, Concepts, Cases. Third Edition. London: Tylor & Francis. [ICOMOS] International Scientific Committee on Cultural Tourism. 1999. International Cultural Tourism Charter: Managing Tourism at Places of Herritage Significance. http://www.icomos.org/tourism/charter.html. [24 Januari 2007].
126
Inskeep E. 1991. Tourism Planning. An Integrated and Sustainable Development Approach. VNR Tourism and Commercial Recreation Series. New York: Van Nostrand Reinhold. Jacobs P. 1995. The Landscapes of Tourism. Di dalam : Tourism Development and Landscape Changes. Proceeding The 32nd International Federation of Landscape Architects World Congress. Bangkok 21 – 24 Oktober 1995. Bangkok : Thai Association of Landscape Architects. Lai S. 2005. Landscape Design at China. China: Pace Publishing Limited. Nurisyah S. 2007. Penataan RTH pada Kota-kota Rentan Bahaya Lingkungan. Di dalam : Prosiding Seminar “Penggalangan Pengembangan Ruang Terbuka Hijau Kota”. Jakarta 2 Agustus 2007. Jakarta: Dinas Pertamanan Provinsi DKI Jakarta. Nurisyah S, Damayanti VD. 2006. Pengembangan Interpretasi Wisata Pesisir Guna Mendukung Program Pendidikan Sumber Daya Pesisir dan Kelautan. Di dalam : Kumpulan Riset Kelautan Jalan Menuju Kejayaan Bahari. Bogor: BAKOSURTANAL. Nurisyah S, Sunatmo, Sasmintohadi, Bahar A. 2003. Pedoman Pengembangan Wisata Bahari Berbasis Masyarakat di Kawasan Konservasi Laut. Direktorat Jenderal Pesisir dan Pulau-pulau Kecil. Jakarta: Departemen Kelautan dan Perikanan. Nurisyah S. 2000. Rencana Pengembangan Fisik Kawasan Wisata Bahari di Wilayah Pesisir Indonesia. Bulletin Taman dan Lanskap Indonesia 2000; 3: 49-54. Piagram J, Jenkins J. 1999. Outdoor Recreation Management. London: Routledge. Pitana IG, Gayatri PG. 2005. Sosiologi Pariwisata. Yogyakarta: Penerbit Andi. Purwanto J. 2001. Modul Pengelolaan Lingkungan Sumber Daya Perairan. Bogor: Institut Pertanian Bogor. Rahmadani II. 2005. Disain Pengembangan Potensi Wisata Di Kawasan Pesisir: Studi Kasus Wilayah Cilincing Jakarta Utara [Tesis]. Bogor: Sekolah Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor. Rosyidie A. 2000. Retrospek dan Prospek Pengembangan Pariwisata pada Pulaupulau Kecil. Di dalam: Prosiding Seminar Nasional Pengelolaan Ekosistem Pantai dan Pulau-pulau Kecil dalam Konteks Negara Kepulauan. Yogyakarta, 2 September 2000. Yogyakarta: Badan Penerbit Fakultas Geografi, Universitas Gadjah Mada.
127
Saaty TL. 1993. Pengambilan Keputusan Bagi Para Pemimpin. Setiono L, penerjemah; Peniwati K, editor. Jakarta: Pustaka Binaman Pressindo. Terjemahan dari: Decision Making for Leaders, The Analythical Hierarchy Process for Decisions in Complex World. Sastrapradja DS, Adisoemarto S, Kartawinata K, Sastrapradja S, Rifai MA. 1989. Keanekaragaman Hayati untuk Kelangsungan Hidup Bangsa. Bogor: Kementrian Negara Kependudukan dan Ligkungan Hidup. Setiawaty M. 2006. Perencanaan Jalur Wisata Potensial Menggunakan Sistem Informasi Geografis di Daerah Pesisir Parangtritis Yogyakarta [Tesis]. Bogor: Sekolah Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor. Simonds JO. 1983. Landscape Architecture. New York: McGraw-Hill Book Co. Suwantoro G. 1997. Dasar-dasar Pariwisata. Yogyakarta: Penerbit Andi. Tilden F. 1976. Interpreting Our Heritage. Third Edition. California: The University of North Carolina Press. Triatmodjo B. 1999. Teknik Pantai. Yogyakarta: Beta Offset. Umar F. 2006. Rencana Pengembangan Koridor Sungai Kapuas Sebagai Kawasan Interpretasi Wisata Budaya Kota Pontianak [Tesis]. Bogor: Sekolah Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor. US Government. 1998. Coastal Tourism and Recreation. http://www.us.gov/tourism/coastaltourism.html. [24 Januari 2007] Van der Ryn. 1996. Ecological Design. California: Island Press. Vatter E. 1984. Ata Kiwan. Sjah SD, penerjemah. Ende: Penerbit Nusa Indah. Terjemahan dari: Ata Kiwan Unbekannte Bergvolker im Tropischen Holland. Yudasmara GA. 2004. Analisis Kebijakan Pengembangan Wisata Bahari dalam Pengelolaan Pulau-pulau Kecil secara Berkelanjutan (Studi Kasus Pulau Menjangan Kabupaten Buleleng – Bali) [Tesis]. Bogor: Sekolah Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor. Wramner P et al. 2005. Sustainable Coastal Tourism Module. http://www.netcoast.nl/coastlern/website/tourism/con_coastaltourism.html. [24 Januari 2007].
LAMPIRAN
129
Lampiran 1 Obyek dan atraksi wisata di NTT Nama obyek dan atraksi wisata Taman Nasional Pulau Komodo Daerah vulkanis Kampung surga Desa Tradisional Tata cara zaman batu Taman Nasional 17 Pulau Riung Cagar Alam Gunung Kelimutu Pusat Pemintalan
Lokasi Keterangan (Kecamatan/Kabupaten) P. Komodo Habitat asli satwa langka komodo Ruteng, Manggarai Mborong, Manggarai Aimere, Ngada Bajawa, Ngada Riung, Ngada Gugusan pulau-pulau kecil Ndona, Ende Danau tiga warna
Arsitektur rumah tradisional Pantai Maumere
Wolowaru, Ende Maumere, Sikka
Teluk Pedong Benteng Batu Henrique Desa Lamalera
Talibura, Sikka Pulau Solor Pulau Lomblen
Pasola
Kodi dan Walakaka, Sumba Barat Lalui, Sumba Barat Pandawai, Sumba Timur
Kuburan masal Arsitektur rumah tradisional Kuburan megalith
Wolowaru, Ende
Pantai Lasiana
Rindi Umalulu, Sumba Timur Kupang
Pantai Manikin
Kupang Tengah, Kupang
Pantai Sulamu
Sulamu, Kupang
Pantai Tablolong
Kupang Barat, Kupang
Lokasi pemintalan benang secara tradisional Rumah adat Suku Lio Lokasi menyelam dengan terumbu karang yang indah (seaworld) Gugusan Batu Karang Desa perburuan ikan paus Pertandingan di atas punggung kuda Rumah dengan atap tinggi - Tempat rekreasi pantai - Keindahan sunset - Panorama alam dan pasir putih - Lokasi Festifal Budaya Timor 2001 Panorama alam dan pasir putih - Panorama alam dan pasir putih - Hutan belukar
130
Lanjutan lampiran 1 Nama obyek dan atraksi wisata Desa Uiasa
Suaka Margasatwa Danau Tuadale Taman Wisata Alam Baumata Taman Wisata Alam Camplong Taman Wisata Alam Pulau Menipo Taman Wisata Alam Laut Teluk Kupang Pantai Kolbanu Cagar Alam Gunung Mutis Caga Alam Maubesi Pantai Atapupu Cagar Alam Tala Pulau Ndao Panorama alam Pulau Sabu Panorama Pulau Ndana
Lokasi Keterangan (Kecamatan/Kabupaten) Semau, Kupang - Panorama alam, pasir putih, terumbu karang dan ikan hias - Budaya masyarakat suku Helong Kupang Danau alam dan berbagai jenis burung Kupang - Mata air dan kolam renang - Lokasi perkemahan - Hutan alam Fatuleu, Kupang - Mata air - Gua dan hutan alam Kupang Pulau pasir dengan hutan mangrove Kupang Pantai pasir putih dan terumbu karang Amanuban Tengah, TTS Pantai selatan dengan keindahan ombak dan pasir putih Mollo Utara, TTS Gunung dengan flora dan fauna khas Amanatun Utara, TTS Tasifeto Barat, Belu Pantai pasir putih Pulau Rote Rote Barat Laut, Rote - Keindahan alam Ndao - Lokasi kerajinan perak Sabu Barat, Kupang Keindahan pemandangan ke arah Laut Sawu Rote Barat Daya, Rote Pulau paling selatan di Ndao Indonesia
Sumber: Atlas Provinsi Nusa Tenggara Timur (no date) & BAPPEDA Kabupaten Kupang (2003)
Lampiran 2 Obyek dan atraksi wisata di Flores Timur No Nama Kecamatan 1 Tanjung Bunga
2
Larantuka
Nama Obyek Wisata Danau Waibelen
Lokasi (Desa) Waibao
Pantai Painghaka Batu Payung Batu Bertulis Nopin Jaga
Waibao Waibao Waibao
Pantai Labawaing Pantai Nipa Teluk Hading Pao Horobubu Pulau Sarbete (Pulau Mas) Lamatou Pantai Leworahang Riang Podang Pantai Kawaliwu Belogili Polo Mang Lewotala Lewokluok Bama Mokantarak
Waibao Nusa Nipa Sina Malaka Sina Malaka Kolaka Painapang Ile Padung Ile Padung Sinar Hading Balukherang Balukherang Lewotala Lewokluok Bama Mokantarak
Heras Wardoko
Mokantarak Mokantarak
Atraksi Di/Dan Sekitar Obyek Wisata Danau air tawar, pertanian tradisional, upacara adat, tarian tradisional, dan proses tenun ikat Pantai pasir putih Batu payung raksasa di tengah laut Tiga buah batu bertulis (cagar budaya peninggalan sejarah), pantai pasir putih painghaka Panorama pantai Pantai dan sunset Pantai dan taman laut Atraksi budaya Pulau, taman laut Budaya tradisional, pantai, sunset Pantai, sunset Budaya tradisional Pantai, air panas, sunset Budaya tradisional, sunset Pesta kebun Kampung tradisional Budaya tradisional Sumber mata air Rumah adat, Upacara adat, Tarian tradisional, Panorama alam Pantai, Taman laut Pantai
Lanjutan Lampiran 2 No Nama Kecamatan 2 Larantuka
3
Ile Mandiri
4
Titehena
Nama Obyek Wisata Sumber air panas (Waiplatin) Oka
Lokasi (Desa) Mokantarak
Pantai Waiwatololong Pulau Waibalun
Lamawalang Waibalun
Istana Raja Larantuka – Kota Religius
Larantuka Larantuka
Pantai Weri
Weri
Meting Doeng Ile Mandiri Lewoloba Wailolong/Badu Pantai Baun Boting Pantai Ikan Koten Mudakaputu Lewohala Gua Ular Danau Rana Wai Dau Pantai Lato Pulau Konga Riang Duli Leworok
Weri Larantuka Lewoloba Badu Halakodanuan Halakodanuan Mudakaputu Lewohala Pagong Pagong Bokang Walowara Konga Lewoingu Leraboleng
Atraksi Di/Dan Sekitar Obyek Wisata Sumber mata air panas alam, Panorama pantai, Proses pembuatan garam tradisional, Perkebunan rakyat Panorama pantai, Taman laut Pulau, Taman laut, Patung Yesus Gembala Yang Baik Peninggalan sejarah Prosesi Jumat Agung, Gereja Katedral, Kapela Tuan Ma, Kapela Tuan Ana, Istana Raja Larantuka, Patung HermanFernandez, Perarakan Tuan Meninu Pantai Pasir Putih, Candi/Puri Agung Weri, Penangkapan ikan secara tradisional Tempat rekreasi Gunung Budaya tradisional Budaya tradisional Pasir Putih Pantai pasir putih, Taman laut Budaya tradisional Budaya tradisional Gua alam ular dan kelelawar Danau alam Sumber mata air Panorama pantai Panorama pantai, Pulau, Taman laut Budaya tradisional Budaya tradisional
Lanjutan Lampiran 2 No Nama Kecamatan 5 Wulanggitang
6
Adonara Barat
7
Wotanulumado
8
Adonara Timur
9
Ile Boleng
Nama Obyek Wisata Pantai Rako Pantai Oa Waipoar Hokeng Ile Lewotobi Lewotobi Muluwutung Riangkaha Riangbaring Pantai Wato Wulu Wureh
Lokasi (Desa) Hewa Waiula Boru Hokeng Birawan Birawan Ojandetun Nurri Riangbura Pagong Wureh
Toben Lewo Tobilota Nayubaya Watampao Pantai Dua Budaya Terong Budaya Lamahala
Botung Tobilota Nayubaya
Riang Bunga Pantai Semara Pantai Watu Tena Pantai Eneburak Pantai Deri Pantai Wera Mean Harubala
Riang Bunga Kiwangona Lewokeleng Lewokeleng Deri Nelereren Harubala
Terong Lamahala
Atraksi Di/Dan Sekitar Obyek Wisata Pantai pasir putih, Gulungan ombak Pantai pasir putih, Taman laut Air Terjun Kebun kopi (Wisata agro) Gunung berapi (aktif) Rumah adat, Upacara adat, Tarian tradisional Rumah adat, Upacara adat, Tarian tradisional Rumah adat, Upacara adat, Tarian tradisional Musik tradisional suling Pantai, Batu payung, Sunset Kapela Senyor, Patung dan peninggalan sejarah Jumat Agung Pesta adat Toben Lewo Pantai dan Taman laut Budidaya mutiara
Tarian Beku, Perkampungan Nelayan Terong Rumah adat, Tarian adat, Proses pembuatan Tenun Ikat Tarian adat, Rumah adat Panorama pantai dan Ombak Pantai Pasir Putih Pantai Pasir Putih Pantai, Taman laut Pantai pasir merah kecoklatan Taman budaya Tadon Boleng
Lanjutan Lampiran 2 No Nama Kecamatan 9 Ile Boleng 10
Klubagolit
11
Witihama
12
Solor Barat
13
Solor Timur
Nama Obyek Wisata Wera Potok Pantai Longot Danau Kota Kaya Benteng Adonara
Lokasi (Desa) Harubala Riangwale Adonara Adonara
Sagu
Sagu
Pulau Meko Pulau Bani Pulau Watupeni Pulau Kenawe Pantai Riangsunge Budaya Tanah Lein Budaya Lamaole Budaya Balaweling I Budaya Pamakayo Upacara Adat Brauk Sulengwaseng Benteng Portugis Lohayong/Ford Henriquas Upacara Wuun Lolon Lekot Tenoda Watohari
Meko Meko Meko Meko Riangsunge Tanah Lein Lamaole Balaweling I Pamakayo Karawatun Sulengwaseng Lohayong Wulublolong Bubu Atagamu Watohari
Sumber : Dinas Pariwisata Kabupaten Flores Timur (2005)
Atraksi Di/Dan Sekitar Obyek Wisata Panorama pantai Pasir merah dan Ombak Danau air tawar, Budidaya Ikan Bandeng Benteng peinggalan Portugis, Meriam kuno, Peninggalan kerajaan Adonara Istana kerajaan Adonara, Pantai, Taman laut, Tugu Van Der Bergh Pulau, Taman laut Pulau, Taman laut Pulau, Taman laut Pulau, Taman laut Pantai pasir putih, Taman laut, Atraksi budaya Atraksi budaya tradisional Atraksi budaya, Ritus tikus Atraksi budaya Atraksi budaya upacara adat Brauk/Pesta panen Atraksi budaya tradisional Benteng peninggalan Portugis Atraksi budaya/Pesta rakyat Atraksi budaya/Pesta rakyat Pantai, Taman laut
135
Lampiran 3 Potensi obyek dan atraksi wisata yang dikembangkan di Teluk Konga
Hutan Pantai Hutan pantai memiliki substrat dasar berupa pasir hitam dengan vegetasi penutup berupa formasi pes-caprea dan formasi Baringtonia. Di patai ini terdapat formasi hutan pantai yang masih alami dan terjaga dengan baik. Selain itu, memiliki air laut yang tenang dan jernih. Di pantai ini juga terdapat pelabuhan yang dibuat oleh PT. Asamutiara Nusantara (AMN) untuk menghubungkan antara Pulau Konga sebagai tempat usaha mereka dengan desa Konga. Pelabuhan yang dibuat sangat selaras dengan lingkungan sekitar karena dibangun tanpa merusak Mangrove maupun vegetasi lainnya yang terdapat di Hutan Pantai.
Pantai Berpasir Pantai Berpasir sangat unik dan kaya keanekaragaman hayati. Substrat dasar pantai berupa pasir coklat dan sedikit lumpur dibeberapa lokasi. Pantai dengan substrat pasir memiliki panjang ± 2 km, dan lebar ± 250 m. Vegetasi penutup mulai dari formasi kelapa, formasi mangrove hingga formasi mangrove ikutan seperti formasi Pandanus. Di pantai ini juga terdapat sumber air tawar yang akan terlihat ketika air laut surut. Air laut di Konga memiliki tingkat kejerihan yang tinggi dan memudahkan untuk dapat melihat terumbu karang didalamnya, sesuai untuk aktifitas berenang dan snorkelling. Aktifitas bersampan juga dapat dilakukan di pantai ini karena memiliki ombak yang tenang. Pantai Berpasir berada di desa Konga dengan aksesibilitas yang mudah dan transportasi yang lancar. Pantai Berpasir juga dapat ditempuh melalui laut dengan perahu motor. Obyek wisata ini cukup dekat dengan Gereja Konga, Hutan Pantai, Sungai Waikonga, Agrowisata, Budidaya mutiara dan Pulau Konga.
Budidaya Mutiara Budidaya mutiara diusahakan oleh PT. Asamutiara Nusantara (AMN) bekerjasama dengan Kyokko Group Jepang. AMN bediri sejak tahun 2002. Lokasi budidaya di pantai utara dan bagian utara Pulau Konga. Lokasi ini hanya digunakan sebagai lokasi untuk pembudidayaan mutiara saja. Bibit mutiara
136
berasal dari Jepang dan produk yang dihasilkan seluruhnya dijual ke Jepang. Teknologi dan teknisi yang digunakan juga berasal dari Jepang. Akan tetapi perusahaan ini memberikan peluang bagi siapa saja untuk ikut belajar melakukan budidaya mutiara. Awal keberadaan perusahaan ini menimbulkan konflik dengan masyarakat sekitar. Masyarakat merasa dengan adanya perusahaan ini maka wilayah tangkapan mereka menjadi dibatasi. Perusahaan menutup dan menjaga ketat lokasi budidaya untuk alasan keamanan. Namun seiring perkembangannya dan semakin banyaknya karyawan yang digunakan berasal dari penduduk Teluk Konga, maka konflik ini juga mereda. AMN menjadikan kawasan Teluk Konga lebih aman dari penjarahan ikan dengan menggunakan bom. Lokasi ini dapat ditempuh dengan menggunakan perahu motor melalui pelabuhan khusus yang dibuat AMN di Pantai Konga dan pelabuhan Waidoko. Beberapa perahu motor juga disediakan di kedua lokasi ini. Jarak tempuh untuk mencapai AMN ±15 menit.
Pulau Konga Pulau ini awalnya merupakan pulau tanpa penghuni, hingga pada tahun 2002 PT. Asamutiara Nusantara menyewa bagian utara pulau ini serta perairan di utara untuk pembudidayaan mutiara. Pulau ini berbentuk bukit dengan ketinggian mencapai 245 mdpl. Sebagian besar penutupan lahan pulau berupa semak/belukar. Pantai sisi barat pulau ini tertutupi oleh hutan mangrove, sedangkan pantai sisi timur pulau ini berupa tebing dengan sedikit pasir pantai dibagian bawahnya. Pulau Konga dapat diakses dengan mudah melalui laut dengan perahu motor. Letak pulau ini dekat dengan Obyek wisata lain, seperti Pantai Konga dan Hutan Mangrove Konga.
Hutan Mangrove Mangrove terdapat hampir di sebagian besar desa di Teluk Konga. Akan tetapi, hutan mangrove yang cukup besar terletak di desa Lewolaga, Konga dan Nobokonga. Ketiga lokasi ini juga ditetapkan sebagai kawasan hutan magrove lindung oleh Dinas Kehutanan dan Perkebunan Propinsi Flores Timur.
137
Departemen
Kehutanan
menetapkan
kawasan
hutan
mangrove
lindung
berdasarkan perhitungan 130 x selisih pasang tertinggi-surut terendah. Dengan demikian hutan mangrove lindung untuk kawasan Teluk Konga ialah 260 m, dengan asumsi bahwa selisih pasang tertinggi dan surut terendah di kawasan ini ialah 2 m. Hutan mangrove menjadi habitat bagi beberapa makhluk hidup penting, diantaranya kepiting, ikan, udang, burung bangau, burung camar, monyet, dan penyu. Keberadaan makhluk hidup lain ini yang mempertinggi nilai hutan mangrove. Perencanaan yang dibuat akan disesuaikan untuk tetap menjaga hutan mangrove dan kehidupan didalamnya. Letak hutan mangrove di ketiga desa saling berdekatan, sehingga dalam pengembangannya dijadikan satu-kesatuan. Hutan mangrove dapat dicapai melalui darat maupun laut dengan mudah, karena berdekatan dengan jalan utama dan dapat dilalui dengan perahu motor.
Pelabuhan Nelayan Pelabuhan nelayan merupakan kawasan pelabuhan yang terletak diperkampungan nelayan di desa Lewolaga. Pelabuhan ini cukup ramai dengan aktivitas penduduk kampung nelayan. Lokasi ini mewakili lingkungan dengan intervensi manusia, dimana manusia membuka hutan mangrove untuk memudahkan akses masyarakat ke laut dan mendirikan pemukiman di pantai serta mengganti vegetasi asli pantai dengan formasi kelapa. Penduduk yang berada di perkampungan ini umumnya berasal dari Sulawesi Selatan dan NTB.Obyek wisata ini mendekatkan pengunjung dengan aktivitas nelayan tradisional. Mulai dari kaum pria yang melaut dan kaum wanita yang mengolah hasil tangkapan Obyek wisata ini dapat dicapai melalui darat dan laut dengan mudah. Pelabuhan nelayan berlokasi cukup dekat dengan Pantai Lewolaga dan Hutan Mangrove Lewolaga.
Sungai Waikonga Sungai Waikonga merupakan salah satu sungai yang selalu terairi dan merupakan sungai terbesar yang bermuara di Teluk Konga. Sungai tersebut juga mengairi hektaran sawah yang berada di sisi utara sungai. Meskipun demikian
138
pada musim kemarau debit air sungai ini menjadi sangat kecil. Hal ini menyebabkan penduduk Konga tidak memanfaatkan air sungai ini sebagai sumber air minum mereka. Sungai Waikonga memiliki bendung yang berada di sungai bagian tengah. Bendung dilengkapi dengan pintu air yang berfungsi sebagai pengontrol jumlah air yang mengalir ke hilir sungai dan mengontrol pasokan air bagi irigasi sawah di Konga. Sungai Waikonga berasal dari mata air yang terletak di puncak Gunung Wokawengot. Mata air ini juga dimanfaatkan oleh penduduk desa Konga dan Nileknoheng untuk memenuhi kebutuhan air bersih mereka. Hilir Sungai Waikonga melintasi jalan raya utama dengan jembatan besar Konga di atasnya. Namun untuk mencapai bendung sungai ini melewati jalan tanah dengan jarak ± 5 km dari jalan utama. Obyek wisata ini dekat dengan Gereja Konga, Pantai Konga, Hutan Mangrove Konga, Lokasi pembuatan garam tradisional dan Bumi Perkemahan Pramuka. Gereja Konga Lokasi ini dipilih karena datar dan dekat dengan sumber air yaitu Sungai Waikonga. Akses menuju lokasi ini cukup mudah karena jalan yang disediakan dapat dilalui oleh kendaraan roda dua dan empat. Namun jalan tersebut berupa jalan tanah. Jarak dari jalan raya utama ± 1 km. Gereja Konga memiliki tradisi agama katholik yang diturunkan oleh Portugis dan masih dilestarikan hingga saat ini. Tradisi tersebut ialah Prosesi Jumat Agung dengan ritual yang masih lengkap. Selain itu terdapat juga beberapa barang peninggalan Portugis untuk prosesi tersebut, seperti Patung Bunda Maria yang dipergunakan pada saat prosesi Jalan Salib. Peninggalan lainnya berupa dua buah meriam yang dianggap juga sebagai benda keramat oleh masyarakat Konga. Arsitektur lama gereja ini sudah tidak tampak lagi karena telah berpindah tiga kali mengikuti berpindahnya Kampung Konga. Awal keberadaan kampung Konga ialah di lokasi saat ini, namun akibat serangan wabah demam malaria, maka penduduk Konga memutuskan untuk membangun perkampungan yang lebih dekat dengan bibir pantai (Kampung Lama). Pada tahun 1992 terjadi gempa yang berpusat di laut dan mengakibatkan kerusakan yang cukup parah. Penduduk
139
Konga memutuskan untuk pindah kembali ke lokasi perkampungan awal karena letaknya cukup jauh dengan laut yang saat ini disebut dengan Kampung Baru. Gereja Konga terletak di Kampung Baru Konga. Lokasi ini dapat diakses langsung melalui jalan raya utama. Gereja Konga juga berdekatan dengan obyek wisata lain, seperti Pantai Konga, Hutan Mangrove Konga dan Sungai Konga.
Bumi Perkemahan Pramuka Bumi Perkemahan Pramuka (BPP) terletak di Bagian Tengah Sungai Waikonga. Tapak ini seluas 4 ha dan merupakan tanah yang dihibahkan oleh masyarakat adat di Konga untuk dipergunakan sebagai BPP. Peresmian BPP dilakukan sendiri oleh Bupati Flores Timur pada tanggal 14 Agustus 2006, bertepatan dengan dibukanya Jambore Daerah 2006.
Agrowisata Konga merupakan salah satu lumbung padi bagi propinsi Flores Timur. Tanah di daerah ini lebih subur dan cocok sebagai lahan pertanian bila dibandingkan dengan tanah di lokasi lainnya. Jenis tanaman pertanian di sawah ini adalah padi dan sayuran. Musim tanam terjadi dua kali dalam setahun. Hasil pertanian umumnya langsung dijual oleh petani di pasar. Berdasarkan potensi tersebut, maka tapak ini sangat potensial bila dikembangkan untuk agrowisata pertanian. Selain sawah terdapat juga ladang. Ladang digunakan oleh sebagian besar penduduk untuk menanam makanan pokok seperti jagung dan pisang. Sistem pertanian ladang yang digunakan ialah ladang berpindah dengan lokasi ladang yang ditentukan oleh tetua adat yang disebut etang. Etang merupakan sebidang lahan yang hanya boleh digarap pada satu musim tanam saja dan selanjutnya ditinggalkan menuju etang yang baru. Hal ini dilakukan karena sebagian besar tanah di pesisir Teluk Konga memiliki solum yang tipis sehingga hanya baik untuk ditanam satu periode saja. Sistem pertanian ladang berpindah dapat dijadikan sebagai atraksi wisata karena mempunyai ciri khas yang unik dimana kearifan lokal dalam mengelola alam dapat dilihat di sini.
140
Letak Agrowisata dekat dengan jalan raya utama segmen desa Konga dan dapat dengan mudah di akses oleh pengunjung. Tapak ini juga cukup dekat dengan Pantai Konga dan Hutan Mangrove Konga. Obyek wisata lain yang dekat dengan Agrowisata Konga ialah Sungai Konga, Gereja Konga dan lokasi pembuatan garam tradisional.
Pantai Berbatu Pantai Lewolaga merupakan pantai berbatu yang berada di antara hutan mangrove. Pantai ini tersusun atas batu mulai dari darat hingga laut. Di pantai ini banyak terdapat terumbu karang yang menempel pada dinding-dinding tebing laut. Perairan yang cerah memudahkan pengunjung untuk melihat gugusan terumbu karang meskipun hanya dengan bersampan. Batu yang menyusun tepi pantai merupakan batu gunung yang memiliki bentuk-bentuk unik. Pada saat surut masyarakat memanfaatkannya untuk melakukan kegiatan ’meting’ yaitu mencari keong di pantai untuk konsumsi. Pantai Lewolaga cukup jauh keberadaannya dari jalan raya. Tapak ini dapat dicapai dengan berjalan kaki atau dengan perahu melalui laut. Pantai Lewolaga merupakan obyek wisata yang dekat dengan Pelabuhan nelayan. Jarak dari Pelabuhan nelayan menuju Pantai Lewolaga ± 10 menit melalui laut menggunakan perahu motor.
Pembuatan Garam Tradisional Pembuatan garam tradisional dilakukan di pantai sehingga dekat dengan sumber bahan baku pembuatan. Pembuatan garam ini melalui empat rangkaian proses pengerjaan yaitu mengumpulkan dan memilih pasir pantai sebagai bahan baku pembuatan garam, pemasakan, penyaringan dan pengendapan. Proses ini memakan waktu hampir satu hari. Lokasi pembuatan garam tradisional ini terletak di pantai Konga. Letaknya ±50 m dari jalan raya utama dan tersembunyi di antara Hutan Mangrove Konga. Lokasi ini cukup sulit untuk dicapai karena belum ada fasilitas jalan untuk kendaraan menuju ke lokasi ini. Lokasi pembuatan garam tradisional ini dekat dengan obyek wisata Sungai Waikonga, Agrowisata, Hutan Mangrove Konga dan Pantai Konga.