DAFTAR ISTILAH DAN DEFINISI 1. Simpang Tak Bersinyal Notasi, istilah dan definisi khusus untuk simpang bersinyal terdapat dibawah : KONDISI GEOMETRIK LENGAN
Bagian persimpangan jalan dengan pendekat masuk atau keluar
SIMPANG-3 DAN SIMPANG-4
Persimpangan jalan dengan 3 san 4 lengan, lihat gambar
3-lengan
4-lengan
Gambar 1.2:1 Simpang-tiga dan simpang-empat JALAN UTAMA/JALAN
MINOR
Jalan Utama adalah yang paling penting pada persimpangan jalan, misalnya dalam hal klasifikasi jalan, pada suatu simpang-3 jalan yang menerus selalu ditentetukan sebagai jalan utama.
PENDEKAT
Tempat masuknya kendaraan dalam sutau lengan persimpangan jalan. Pendekat jalan utama disebut B dan D, jalan minor A dan C dalam arah jarum jam.
TIPE MEDIAN JALAN UTAMA
Klasifikasi tipe median jalan utama, tergantung pada kemungkinan menggunakan median tersebut untuk menyebrangi jalan utama dalam dua tahap.
Wx
LEBAR PENDEKAT X (m)
Lebar dari bagian pendekat yang diperkeras, diukur di bagian tersempit yang digunakan oleh lalu-lintas yang bergerak. X adalah nama pendekat. Apabila pendekat tersebut sering digunakan untuk parkir, lebar yang ada harus dikurangi 2m.
W1
LEBAR RATARATA SEMUA PENDEKAT X(m)
Lebar efektif rata – rata untuk semua pendekat pada persimpangan jalan.
LEBAR RATARATA PENDEKAT MINOR (UTAMA) (m)
Lebar efektif rata – rata pendekat pada jalan minor (A-C) atau jalan utama (B-D).
A,B,C,D
IT
TIPS SIMPANG
JUMLAH LAJUR
Kode untuk jumlah lengan simpang dan jumlah jalur pada jalan minor dan jalan utama simpang tsb. Jumlah lajur ditentukan dari lebar rata-rata pendekat minor utama
Lebar rata-rata pendekat minor utama W AC / W BD
Gambar 1.2:2
Jumlah lajur (total untuk kedua arah)
WBD = (b+d/2 < 5,5 ≥ 5,5 (median pada lengan B)
2 4
WAC = (a/2+c/2)/2 < 5,5 ≥ 5,5
2 4
Penentuan jumlah lajur
Kondisi lingkungan
Lihat definisi pasa Bab 1, Bagian 4
Kondisi lalu - lintas LT
BELOK KIRI
ST
LURUS
RT
BELOK KANAN
T
BELOK
Keberangkatan tanpa konflik antara gerakan lalu-lintas belok kanan dan lurus
Indek untuk lalu-lintas yang belok kiri Indek untuk lalu-lintas belok kiri yang diijinkan lewat pada saat sinyal merah di hulu, pendekat per satuan waktu (sbg. Contoh: kebutuhan lalu-lintas kend/jam; smp/jam)
PLT
RASIO BELOK KIRI
Rasio kendaraan belok kiri PLT = QLT/QTOT.
PRT
RASIO BELOK KANAN
Rasio kendaraan belok kanan PRT = QPT/QTOT.
QTOT
ARUS TOTAL
Arus kendaraan bermotor total pada persimpangan dinyatakan dalam kend/j,smp atau LHRT.
QDH
ARUS JAM RENCANA
Arus lalu-lintas pada jam puncak untuk perencanaan.
QUM
ARUS KENDARAAN TAK BERMOTOR
Arus kendaraan tak bermotor pada persimpangan.
PUM
RASIO KENDARAAN TAK BERMOTOR
Rasio antara kendaraan tak bermotor dan kendaraan bermotor pada persimpangan.
QMA
ARUS TOTAL JALAN UTAMA
Jumlah arus total yang masuk dari jalan utama (kend/jam atau smp/jam).
QW
ARUS TOTAL JALAN MINOR
Jumlah arus total yang masuk dari jalan minor (kend/jam atau smp/jam).
PMI
RASIO ARUS JALAN MIINOR
Rasio arus jalan minor terhadap arus persimpangan total.
D
TUNDAAN
LV%
%KENDARAAN RINGAN
%Kendaran ringan dari seluruh kendaraan bermotor yang masuk ke persimpangan jalan, berdasarkan kend./jam.
HV%
%KENDARAAN BERAT
%Kendaran berat dari seluruh kendaraan bermotor yang masuk ke persimpangan jalan, berdasarkan kend./jam.
MC%
Waktu tempuh tambahan untuk melewati simpang bila dibandingkan dengan situasi tanpa simpang yang terdiri dari tundaan lalu-lintas dan tundaan geometrik. TUNDAAN LALU-LINTAS (DT) = Waktu menunggu akibat interaksi lalu-lintas dengan lalu-lintas yang berkonflik dan TUNDAANGEOMTRIK (DG) Akibat perlambatan dan percepatan lalulintas yang terganggu dan yang tidak terganggu.
%sepeda motor dari seluruh %SEPEDA MOTOR kendaraan bermotor yang masuk ke persimpangan jalan, berdasarkan kend./jam.
FSMP
FAKTOR SMP
k
FAKTOR LHRT
Faktor konversi arus kendaraan bermotor dari kend./jam. FSMP=(LV%+HV%xempHV+MC%x empMC)/100 Faktor konversi dari LHRT menjadi arus lalu-lintas jam puncak QKEND B = k x LHRT.(kend./jam)
CO
KAPASITAS DASAR (smp/jam)
FW
FAKTOR PENYESUAIAN LEBAR MASUK
FM
Faktor penyesuaian untuk FAKTOR PENYESUAIAN TIPE kapasitas dasar sehubungan MEDIAN JALAN dengan tipe median jalan utama. UTAMA
FCS
FAKTOR PENYESUAIAN UKURAN KOTA
FRSU
FAKTOR PENYESUAIAN TIPE LINGKUNGAN JALAN,HAMBATAN SAMPING DAN KENDRAAN TAK BERMOTOR
FLT
FAKTOR PENYESUAIN BELOK KIRI
FRT
FAKTOR PENYESUAIAN BELOK KANAN
Kapasitas persimpangan jalan total untuk suatu kondisi tertentu yang sudah ditentukan sebelumnya (kondisi dasar). Faktor penyesuaian untuk kapasitas dasar sehubungan dengan lebar masuk persimpangan jalan.
Faktor penyesuaian untuk kapasitas dasar sehubungan dengan ukuran kota. Faktor penyesuaian kapasitas dasar akibat tipe lingkungan jalan hambatan samping dan kendaraan tak bermotor.
Faktor penyesuaian kapasitas dasar akibat belok kiri.
Faktor penyesuaian kapasitas dasar akibat belok kiri.
FMI
FAKTOR Faktor penyesuaian kapasitas PENYESUAIAN dasar akibat rasio arus jalan RASIO ARUS JALAN minor. MINOR
2. Simpang Bersinyal Notasi, istilah dan definisi khusus untuk simpang bersinyal terdapat dibawah : KONDISI DAN KARAKTERISTIK LALU LINTAS emp
EKUIVALEN MOBIL PENUMPANG
Faktor dari berbagai tipe kendaraan sehubungan dengan keperluan waktu hijau untuk keluar dari antrian apabila dibandingkan dengan sebuah kendaraan ringan (untuk mobil penumpang dan kendaraan ringan yang sasisnya sama, emp=1,0)
Smp
SATUAN MOBIL PENUMPANG
Satuan arus lalu-lintas dari berbagai tipe kendaraan yang diubah menjadi kendaraan ringan (termasuk mobil penumpang) dengan menggunakan faktor emp.
Type 0
ARUS BERANGKAT TERLAWAN
Keberangkatan dengan konflik antara gerak belok kanan dan gerak lurus/belok kiri dari bagian pendekat dengan lampu hijau pada fase sama
Type P
ARUS BERANGKAT TERLINDUNG
Keberangkatan tanpa konflik antara gerakan lalu-lintas belok kanan dan lurus
LT
BELOK KIRI
Indek untuk lalu-lintas yang belok kiri
LTOR
BELOK KIRI LANGSUNG
Indek untuk lalu-lintas belok kiri yang diijinkan lewat pada saat sinyal merah
ST
LURUS
Indek untuk lalu-lintas yang lurus
RT
BELOK KANAN
Indek untuk lalu-lintas yang belok kanan
T
PEMBELOKAN
Indek untuk lalu-lintas yang berbelok
PRT
RASIO BELOK KANAN
Rasio lalu-lintas yang belok kekanan
Q
ARUS LALU LINTAS
Jumlah unsur lalu-lintas yang melalui titik tak terganggu di hulu, pendekat per satuan waktu (sbg. Contoh: kebutuhan lalu-lintas kend/jam; smp/jam)
Q0
ARUS MELAWAN
Arus lalu-lintas dalam pendekat yang berlawanan, yang berangkat dalam fase hijau yang sama.
QRT0
ARUS MELAWAN, BELOK KANAN
Arus dari lalu-lintas belok kanan dari pendekat yang berlawanan (kend/jam; smp/jam).
S
ARUS JENUH
Besarnya keberangkatan antrian di dalam suatu pendekat selama kondisi ideal (smp/jam hijau)
S0
ARUS JENUH DASAR
Besarnya keberangkatan antrian di dalam pendekat selama kondisi ideal (smp/jam hijau).
DS
DERAJAT KEJENUHAN
Rasio dari arus terhadap kapasitas untuk suatu pendekat (Q x c/S x g).
FR
RASIO ARUS
Rasio arus terhadap arus jenuh (Q/S) dari suatu pendekat.
IFR
RASIO ARUS SIMPANG
Jumlah dari rasio arus kritis (= tertinggi) untuk semua fase sinyal yang berurutan dalam suatu siklus.(IFR=∑(Q/S)CRIT)
PR
RASIO FASE
Rasio untuk kritis dibagi dengan rasio arus simpang (sbg contoh: untuk fase i : PR=FRi/IFR).
C
KAPASITAS
Arus lalu-lintas maksimum yang dapat dipertahankan. (sbg.contoh, untuk bagian pendekat j: Ci=Si x gi/c; kend/jam,smp/jam)
F
FAKTOR PENYESUAIAN
Faktor koreksi untuk penyesuaian dari nilai ideal ke nilai sebenarnya dari suatu variabel
D
TUNDAAN
Waktu tempuh tambahan yang diperlukan untuk melalui simpang apabila dibandingkan lintasan tanpa melalui suatu simpang. Tundaan terdiri dari TUNDAAN LALU LINTAS (DT) dan TUNDAAN GEOMETRI (DG). DT adalah waktu menunggu yang disebabkan interaksi lalu-lintas dengan gerakan lalu-lintas yang bertentangan . DG disebabkan oleh perlambatan dan percepatan kendaraan yang membelok di simpang dan/atau yang terhenti oleh lampu merah.
QL
PANJANG ANTRIAN
Panjang antrian kendaraan dalam suatu pendekat (m)
NQ
ANTRIAN
Jumlah kendaraan yang antri dalam suatu pendekat (kend;smp)
NS
ANGKA HENTI
Jumlah rata-rata berhenti per kendaraan (termasuk berhenti berulang-ulang dalam suatu antrian)
PSV
RASIO KENDARAAN TERHENTI
Rasio dari arus lalu-lintas yang terpaksa berhenti sebelum melewati garis henti akibat pengendalian sinyal
KONDISI DAN KARAKTERISTIK GEOMETRIK PENDEKAT
Daerah dari suatu lengan persimpangan jalan untuk kendaraan mengantri sebelum keluar melewati garis henti (bila gerakan lalu-lintas ke kiri atau kekanan dipisahkan dengan pulau lalu-lintas, sebuah lengan persimpangan jalan dapat mempunyai 2 pendekat)
WA
LEBAR PENDEKAT
Lebar dari bagian pendekat yang diperkeras, yang digunakan oleh lalu-lintas buangan setelah melewati persimpangan jalan (m)
Wmasuk
LEBAR MASUK
Lebar dari bagian pendekat yang diperkeras, diukur pada garis henti (m)
Wkeluar
LEBAR KELUAR
Lebar dari bagian pendekat yang digunakan oleh lalulintas buangan setelah melewati persimpangan jalan (m)
Wc
LEBAR EFEKTIF
Lebar dari bagian pendekat yang diperkeras,yang digunakan dalam perhitungan kapasitas (yaitu dengan pertimbangan terhadap WA, Wmasuk dan Wkeluar dan gerakan lalu-lintas membelok) (m)
L
JARAK
Panjang dari segmen jalan
GRAD
LANDAI JALAN
Kemiringan dari suatu segmen jalan dalam arah perjalanan (+/- %)
KONDISI LINGKUNGAN COM
KOMERSIAL
Tata guna lahan komersial (sbg contoh: toko, restoran, kantor ) dengan jalan masuk langsung bagi pejalan kaki dan kendaraan
RES
PEMUKIMAN
Tata guna lahan tempat tinggal dengan jalan masuk langsung bagi pejalan kaki dan kendaraan
RA
AKSES TERBATAS
Jalan masuk terbatas atau tidak ada sama sekali (sbg contoh: karena adanya hambatan fisik, jalan samping dsb)
CS
UKURAN KOTA
Jumlah penduduk dalam suatu daerah perkotaan
3. Segmen Jalan Perkotaan Notasi, istilah dan definisi khusus untuk jalan perkotaan terdapat dibawah : UKURAN KINERJA C
KAPASITAS (smp/jam)
lalu-lintas (stabil) Arus maksimum yang dapat dipertahankan pada kondisi tertentu (geometri, distribusi arah dan komposisi lalu-lintas, faktor lingkungan)
DS
DERAJAT KEJENUHAN
Rasio arus lalu-lintas (smp/jam) terhadap kapasitas (smp/jam) pada bagian jalan tertentu
V
KECEPATAN TEMPUH
Kecepatan rata-rata (km/jam) arus lalu-lintas dihitung dari panjang jalan dibagi waktu tempuh rata-rata kendaraan yang melalui segmen jalan
FV
KECEPATAN ARUS BEBAS
Kecepatan rata-rata teoritis (km/jam) lalu-lintas pada kerapatan= 0, yaitu tidak ada kendaraan yang lewat. Kecepatan (km/jam) kendaraan yang tidak dipengarui oleh kendaraan lain (yaitu kecepatan dimana pengendara merasakan perjalan yang nyaman, dalam kondisi geometrik, lingkungan dan pengaturan lalu-lintas yang ada, pada segmen jalan dimana tidak ada kendaraan lain)
TT
WAKTU TEMPUH
Waktu rata-rata yang digunakan kendaraan menempuh segmen jalan dengan panjang tertentu, termasuk semua tundaan waktu berhenti (detik) atau jam
KONDISI GEOMETRIK JALUR GERAK
Bagian jalan yang direncanakan kendaraan khusus untuk bermotor lewat, berhenti dan parkir (termasuk bahu)
JALUR JALAN
Semua bagian dari jalur gerak, median dan pemisah luar
MEDIAN
Daerah yang memisahkan arah lalu-lintas pada segmen jalan
Wc
LEBAR JALUR LALU-LINTAS (m)
Lebar jalur gerak tanpa bahu
Wce
LEBAR JALUR EFEKTIF(m)
Lebar rata-rata yang tersedia untuk pergerakan lalu-lintas setelah pengurangan akibat parkir tepi jalan atau penghalang sementara lain yang menutup jalur lalu-lintas
KEREB
batas yang ditinggikan berupa bahan kaku antara tepi jalur lalulintas dan trotoar
TROTOAR
bagian jalan disediakan untuk pejalan kaki yang biasanya sejajar dengan jalan dan dipisahkan dari jalur jalan oleh kereb
WK
JARAK PENGHALAN G KEREB (m)
jarak dari kereb ke penghalang di trotoar (misalnya pohon, tiang lampu)
WS
LEBAR BAHU (m)
lebar bahu (m) disisi jalur lalulintas yang direncanakan untuk kendaraan berhenti pejalan kaki dan kendaraan lambat
WSef
LEBAR BAHU EFEKTIF (m)
lebar bahu (m) yang sesungguhnya tersedia untuk digunakan, setelah pengurangan akibat penghalang seperti pohon, kios sisi jalan dan sebagainya
L
PANJANG JALAN
panjang segmen jalan yang diamati (termasuk persimpangan kecil)
TIPE JALAN
JUMLAH LAJUR
Tipe jalan menentukan jumlah lajur dan arah pada segmen jalan: - 2 lajur 1 arah (2/1) - 2 lajur 2 arah tak terbagi (2/2 UD) - 4 lajur 2 arah tak terbagi (4/2 UD) - 4 lajur 2 arah terbagi (4/2 D) - 6 lajur 2 arah terbagi (6/2 D) Jumlah lajur ditentukan dari marka lajur atau lebar jalur efektif (WCe) untuk segmen jalan lihat tabel 1
Tabel 1. jumlah lajur t Wce (m) 5 - 10.5 10.5 - 16
Jumlah jalur 2 4
KONDISI LINGKUNGAN CS
UKURAN KOTA
Ukuran kota adalah jumlah penduduk di dalam kota (juta) lima kelas ukuran kota ditentukan lihat tabel 2
Tabel 2. kelas ukuran kota ukuran kota kelas ukuran kota (juta pend) (CS) < 0.1 sangat kecil kecil 0.1 - 0.5 sedang 0,5 - 1.0 besar 1,0 - 3,0 > 3,0 sangat besar SF
HAMBATAN SAMPING
Hambatan samping adalah dampak dari aktifitas samping segmen jalan, seperti pejalan kaki (bobot=0,5) kendaraan umum/kendaraan lain berhenti (bobot=1,0) kendaraan masuk/keluar sisi jalan (bobot=0,7) dan kendaraan lambat (bobot=0,4)
SFC
KELAS HAMBATAN SAMPING
Untuk penentuan SFC. Lihat tabel 3
Tabel.3 kelas hambatan samping untuk jalan perkotaan kelas hambatan samping (SFC)
ko de
jumlah berbobot kejadian per 200 m per jam (dua sisi)
< 0.1
VL
< 100
0.1 - 0.5
L
100 - 299
0,5 - 1.0
M
300 - 499
1,0 - 3,0
H
500 - 899
> 3,0
VH
> 900
kondisi khusus
daerah pemukiman; jalan samping tersedia daerah pemukiman; beberapa angkutan umum dsb daerah industri; beberapa toko sisi jalan daerah komersil; aktifitas sisi jalan tinggi daerah komersil; aktifitas pasar sisi jalan
KOMPOSISI DAN ARUS LALU-LINTAS UNSUR LALULINTAS
Benda atau pejalan kaki sebagai bagian dari lalu-lintas
Kend
KENDARAAN
Unsur lalu-lintas beroda
LV
KENDARAAN RINGAN
Kendaraan bermotor dua as beroda 4 dengan jarak as 2,0 – 3,0 m (termasuk mobil penumpang, opelet, mikrobis, pick up, dan truck kecil sesuai simtem klasifikasi bina marga)
HV
KENDARAAN BERAT
Kendaraan bermotor dengan jarak as lebih dari 3,50 m, biasanya beroda lebih dari 4 (termasuk bis, truck 2 as, truck 3 as, dan truck kombinasi sesuai sistem klasifikasi bina marga)
MC
SEPEDA MOTOR
Kendaraan bermotor beroda dua atau tiga (termasuk sepeda motor dan kendaraan beroda 3 sesuai sistem klasifikasi bina marga)
UM
KENDARAAN TAK BERMOTOR
Kendaraan beroda yang menggunakan tenaga manusia atau hewan (termasuk sepeda, becak, kereta kuda dan kereta dorong sesuai sistem klasifikasi bina marga )
Q
ARUS LALULINTAS
SP
PEMISAH ARAH
Jumlah kendaraan bermotor yang melalui titik pada jalan per satuan waktu, dinyatakan dalam kend/jam (Qkend) smp/jam (Qsmp) atau LHRT (QLHRT Lalu-Lintas Harian Rata-Rata Tahunan) distribusi arah lalu-lintas pada jalan dua arah (biasanya dinyatakan sebagai percentase dari arus total pada masing-masing arah,misal 60/40)
FAKTOR PERHITUNGAN P
RASIO
Rasio sub-populasi terhadap populasi total misalnya PMC= rasio sepeda motor dalam arus lalulintas
Co
KAPASITAS DASAR (smp/jam)
Kapasitas segmen jalan pada kondisi geometri, pola arus lalulintas dan faktor lingkungan yang ditentukan sebelumnya (ideal) (lihat bagian 2.4)
FCw
FAKTOR PENYESUAIAN KAPASITAS UNTUK LEBAR JALUR LALULINTAS
Faktor penyesuaian untuk kapasitas dasar akibat lebar jalur lalu-lintas
FCSP
FAKTOR PENYESUAIAN KAPASITAS UNTUK PEMISAH ARAH
Faktor penyesuaian untuk kapasitas dasar akibat pemisahan arah lalu-lintas (hanya jalan dua arah tak terbagi)
FCSF
FAKTOR PENYESUAIAN KAPASITAS UNTUK HAMBATAN SAMPING
Faktor penyesuaian untuk kapasitas dasar akibat hambatan samping sebagai fungsi lebar bahu atau jarak kereb-penghalang
FCCS
FAKTOR PENYESUAIAN KAPASITAS UNTUK UKURAN KOTA
Faktor penyesuaian untuk kapasitas dasar akibat ukuran kota
Emp
EKIVALEN MOBIL PENUMPANG
Faktor yang menunjukkan berbagai tipe kendaraan dibandingkan kendaraan ringan sehubung dengan pengaruhnya terhadap kecepatan kendaraan ringan dalam aru lalu-lintas (untuk mobil penumpang dan kendaraan ringan yang sasisnya mirip, emp=1,0)
smp
SATUAN MOBIL PENUMPANG
Satuan untuk arus lalu-lintas dimana arus dari berbagai tipe kendaraan diubah menjadi arus kendaraan ringan dengan menggunakan emp
Fsmp
FAKTOR SMP
Faktor untuk mengubah arus kendaraan lalu-lintas menjadi arus ekivalen dalam smp untuk tujuan analisa kapasitas
k
FAKTOR-LHRT
Faktor untuk mengubah arus LHRT menjadi arus jam puncak
QDH
ARUS JAM RENCANA
Arus lalu-lintas yang digunakan untuk perancangan QDH=kxLHRT
FV0
KECEPATAN ARUS BEBAS DASAR (km/jam)
kecepatan arus bebas segmen jalan pada kondisi ideal tertentu (geometri pola arus lalu-lintas dan faktor lingkungan, lihat bagian 2.4)
FVW
PENYESUAIAN KECEPATAN UNTUK LEBAR JALUR LALULINTAS (km/jam)
penyesuaian untuk kecepatan arus bebas dasar akibat lebar jalur lalu-lintas
FFVSF
FAKTOR PENYESUAIAN KECEPATAN UNTUK HAMBATAN SAMPING
Faktor penyesuaian untuk kecepatan arus bebas dasar akibat hambatan samping sebagai fungsilebar bahu atau jarak kereb-penghalang