BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Konsep Kelas Ibu Hamil 1. Pengertian Kelas Ibu Hamil Kelas Ibu Hamil adalah kelompok belajar ibu-ibu hamil dengan umur kehamilan antara 4 minggu s/d 36 minggu (menjelang persalinan) dengan jumlah peserta maksimal 10 orang. Di kelas ini ibu-ibu hamil akan belajar bersama, diskusi dan tukar pengalaman tentang kesehatan Ibu dan anak (KIA) secara menyeluruh dan sistimatis serta dapat dilaksanakan secara terjadwal dan berkesinambungan. Kelas ibu hamil difasilitasi oleh bidan/tenaga kesehatan dengan menggunakan paket Kelas Ibu Hamil yaitu Buku KIA, Flip chart (lembar balik), Pedoman Pelaksanaan Kelas Ibu Hamil, Pegangan Fasilitator Kelas Ibu Hamil dan Buku senam Ibu Hamil (Kemenkes, 2011). 2. Tujuan Kelas Ibu Hamil Tujuan Kelas Ibu Hamil berdasarkan Kemenkes RI (2011) adalah sebagai berikut: a. Tujuan Umum : Meningkatkan pengetahuan, merubah sikap dan perilaku ibu agar memahami tentang Kehamilan, perubahan tubuh dan keluhan selama kehamilan, perawatan kehamilan, persalinan, perawatan Nifas, KB pasca persalinan, perawatan bayi baru lahir, mitos/kepercayaan/adat istiadat setempat, penyakit menular dan akte kelahiran.
8 1
2
b. Tujuan Khusus : Berdasarkan Kemenkes RI (2011) tujuan khusus Kelas Ibu Hamil (KIH) adalah sebagai berikut: 1) Terjadinya interaksi dan berbagi pengalaman antar peserta (ibu hamil dengan ibu hamil) dan antar ibu hamil dengan petugas kesehatan/bidan tentang kehamilan, perubahan tubuh dan keluhan selama kehamilan, perawatan kehamilan, persalinan, Perawatan Nifas, KB pasca persalinan, perawatan bayi baru lahir, mitos/kepercayaan/adat istiadat setempat, penyakit menular dan akte kelahiran. 2) Meningkatkan pemahaman, sikap dan perilaku ibu hamil tentang: a) kehamilan, perubahan tubuh dan keluhan (apakah kehamilan itu?, perubahan tubuh selama kehamilan, keluhan umum saat hamil dan cara mengatasinya, apa saja yang perlu dilakukan ibu hamil dan pengaturan gizi termasuk pemberian tablet tambah darah untuk penanggulangan anemia). b) perawatan kehamilan (kesiapan psikologis menghadapi kehamilan, hubungan suami isteri selama kehamilan, obat yang boleh dan tidak boleh dikonsumsi oleh ibu hamil, tanda bahaya kehamilan. d) persalinan (tanda-tanda persalinan, tanda bahaya persalinan dan proses persalinan, Inisiasi Menyusu Dini (IMD), perawatan nifas, bagaimana menjaga kesehatan ibu nifas, tanda-tanda bahaya dan penyakit ibu nifas). e) KB pasca persalinan. f) perawatan bayi baru lahir (perawatan bayi baru lahir, pemberian k1
3
injeksi, tanda bahaya bayi baru lahir, pengamatan perkembangan bayi/anak dan pemberian imunisasi pada bayi baru lahir). g) mitos/kepercayaan/adat istiadat setempat yang berkaitan dengan kesehatan ibu dan anak. h) penyakit menular (IMS, informasi dasar HIV-AIDS dan pencegahan dan penanganan malaria pada ibu hamil). i) akte kelahiran. 3. Sasaran Kelas Ibu Hamil Peserta kelas ibu hamil berdasarkan buku panduan kelas ibu hamil (Kemenkes, 2011) sebaiknya ibu hamil pada umur kehamilan 4 s/d 36 minggu,karena pada umur kehamilan ini kondisi ibu sudah kuat, tidak takut terjadi keguguran, efektif untuk melakukan senam hamil. Jumlah peserta kelas ibu hamilmaksimal sebanyak 10 orang setiap kelas. Suami/keluarga ikut serta minimal 1kali pertemuan. 4. Pelaksanaan Kelas Ibu Hamil Penyelenggaraan kelas ibu hamil dapat di dilaksanakan oleh pemerintah, swasta, LSM dan masyarakat. Berdasarkan panduan kelas ibu hamil (Kemenkes, 2011) pelaksanaan kelas ibu hamil adalah sebagai berikut: a. Fungsi dan Peran (Provinsi, Kabupaten dan Puskesmas) Pelaksanaan kelas ibu hamil dikembangkan sesuai dengan fungsi dan peran pada masing-masing level yaitu : Provinsi, Kabupaten dan Puskesmas. b. Fasilitator dan Nara Sumber Fasilitator kelas ibu hamil adalah bidan atau petugas kesehatan yang telah mendapat pelatihan fasilitator kelas ibu hamil (atau melalui on the job
4
training) dan setelah itu diperbolehkan untuk melaksanakan fasilitasi kelas ibu hamil. Dalam pelaksanaan kelas ibu hamil fasilitator dapat meminta bantuan nara sumber untuk menyampaikan materi bidang tertentu. Nara sumber adalah tenaga kesehatan yang mempunyai keahlian dibidang tertentu untuk mendukung kelas ibu hamil (Kemenkes RI, 2011). c. Sarana dan Prasarana Sarana dan prasarana yang diperlukan untuk melaksanakan kelas ibu hamil berdasarkan Buku Kemenkes RI (2011) adalah : 1. Ruang belajar untuk kapasitas 10 orang peserta kira-kira ukuran 4 m x 5 m, dengan ventilasi dan pencahayaan yang cukup 2. Alat tulis menulis (papan tulis, kertas, spidol, bolpoin) jika ada 3. Buku KIA 4. Lembar Balik kelas ibu hamil 5. Buku pedoman pelaksanaan kelas ibu hamil 6. Buku pegangan fasilitator 7. Alat peraga (KB kit, food model, boneka, metode kangguru, dll) jika ada 8. Tikar/karpet (matras) 9. Bantal, kursi(jika ada) 10. Buku senam hamil/CD senam hamil(jika ada) Idealnya kelengkapan sarana dan prasarana seperti tersebut diatas, namun apabila tidak ada ruangan khusus, dimanapun tempatnya bisa dilaksanakan sesuai kesepakatan antara ibu hamil dan fasilitator. Sedangkan kegiatan lainnya seperti senam hamil hanya merupakan materi tambahan bukan yang utama (Kemenkes, 2011).
5
5. Petunjuk Teknis Pelaksanaan Kelas Ibu Hamil Pertemuan kelas ibu hamil dilakukan 3 kali pertemuan selama hamil atau sesuai dengan hasil kesepakatan fasilitator dengan peserta. Pada setiap pertemuan, materi kelas ibu hamil yang akan disampaikan disesuaikan dengan kebutuhan dan kondisi ibu hamil tetapi tetap mengutamakan materi pokok. Pada setiap akhir pertemuan dilakukan
senam
ibu
hamil.
Senam
ibu
hamil merupakan kegiatan/materi ekstra di kelas ibu hamil, jika dilaksanakan, setelah sampai di rumah diharapkan dapat dipraktikkan. Waktu pertemuan disesuaikan dengan kesiapan ibu-ibu, bisa dilakukan pada pagi atau sore hari dengan lama waktu pertemuan 120 menit termasuk senam hamil 15 - 20 menit (Depkes RI, 2009). a. Pertemuan Kelas Ibu Hamil Ke 1 Setelah pertemuan pertama kelas ibu hamil, peserta mampu (Depkes RI, 2009): 1) Memahami apa yang disebut dengan kelas ibu hamil 2) Memahami bahwa kehadiran tepat waktu dan berpartisipasi aktif penting untuk keberhasilan kelas ibu hamil 3) Memahami bahwa kelas ibu penting untuk meningkatkan pengetahuan ibu tentang kehamilan, persalinan dan perawatan anak 4) Memahami bagaimana terjadinya kehamilan 5) Memahami adanya perubahan tubuh ibu selama kehamilan 6) Memahami bagaimana mengatasi berbagai keluhan saat hamil 7) Memahami apa saja yang harus dilakukan oleh ibu selama kehamilan 8) Memahami pentingnya makanan sehat dan pencegahan anemia saat
6
kehamilan 9) Memahami bahwa kesiapan psikologis diperlukan dalam menghadapi kehamilan 10) Memahami bagaimana hubungan suami istri selama kehamilan 11) Mengetahui obat-obatan yang boleh dan tidak boleh dikonsumsi oleh ibu semasa kehamilan 12) Mengetahui tanda-tanda bahaya pada kehamilan 13) Memahami perlunya perencanaan persalinan sejak awal agar dapat memperlancar proses persalinan b. Pertemuan Kelas Ibu Hamil Ke 2 Setelah sesi ke 2 ini peserta mampu (Depkes RI, 2009): 1) Mengetahui apa saja tanda-tanda persalinan telah dimulai 2) Mengetahui apa yang disebut dengan tanda-tanda bahaya pada persalinan 3) Memahami proses persalinan yang dapat dialami oleh ibu dan mengapa proses persalinan tersebut dipilih 4) Mengetahui tentang IMD dan cara melakukannya 5) Memahami apa yang harus dilakukan ibu pada masa nifas agar dapat menjaga kesehatannya 6) Memahami apa yang harus dilakukan ibu pada masa nifas agar dapat menjaga kesehatannya 7) Mengetahui tanda-tanda bahaya dan penyakit pada masa nifas 8) Memahami manfaat vitamin A dosis tinggi bagi ibu dan bayinya 9) Memahami bahwa setelah bersalin ibu perlu ikut program KB 10) Mengetahui dan memahami alat kontrasepsi dan cara kerjanya
7
c. Pertemuan Kelas Ibu Hamil Ke 3 Setelah sesi ke 3 ini peserta mampu 1 (Depkes RI, 2009): 1) Mengetahui apa saja tanda-tanda bayi lahir sehat dan tanda bayi sakit berat 2) Memahami apa yang harus dilakukan pada bayi baru lahir 3) Memahami manfaat pemberian vitamin K1 pada bayi baru lahir 4) Memahami apa saja tanda bahaya bayi baru lahir 5) Memahami manfaat pengamatan perkembangan bayi/anak 6) Memahami manfaat imunisasi dan mengetahui jadwal pemberian imunisasi yang benarMemahami apa yang disebut dengan mitos dan bagaimana mengatasinya 7) Memahami apa yang disebut IMS 8) Memahami apa itu HIV dan AIDS dan tahu bagaimana menghindarinya 9) Memahami apa yang harus dilakukan jika ibu hamil terinfeksi HIV 10) Memahami apa yang disebut penyakit malaria dan tahu bagaimana menghindarinya 11) Memahami pentingnya untuk segera mengurus akte kelahiran bagi bayi yang baru lahir. 6. Monitoring dan Evaluasi a. Monitoring Monitoring dilakukan dalam rangka melihat perkembangan dan pencapaian, serta masalah dalam pelaksanaan kelas ibu hamil, hasil monitoring
dapat
dijadikaan
bahan
acuan
untuk
perbaikan
dan
pengembangan kelas ibu hamil selanjutnya. Hal-hal yang perlu dimonitor
8
berdasarkan Kemenkes (2011) : 1. Peserta
( keadaan dan minat peserta, kehadiran peserta, keaktifan
bertanya) 2. Sarana prasarana (tempat, fasilitas belajar) 3. Fasilitator (persiapan, penyampaian materi, penggunaan alat bantu, membangun suasana belajar aktif) 4. Waktu (mulai tepat waktu, efektif ). b. Evaluasi Evaluasi dilakukan untuk melihat keluaran dan dampak baik positif maupun negatif pelaksanaan kelas ibu hamil berdasarkan indikator. Dari hasil evaluasi tersebut bisa dijadikan sebagai bahan pembelajaran guna melakukan perbaikan dan pengembangan kelas ibu hamil berikutnya. Evaluasi oleh pelaksana (bidan/koordinator bidan) dilakukan pada setiap selesai pertemuan kelas ibu. Evaluasi dilakukan untuk menilai (Kemenkes, 2011) : 1. Evaluasi pada pelaksanaan kelas ibu hamil 2. Evaluasi kemampuan fasilitator pelaksanaan kelas ibu hamil 3. Ketrampilan memfasilitasi 4. Ketrampilan merangkum sesi 5. Penggunaan buku KIA pada pertemuan kelas ibu hamil 7. Indikator Keberhasilan Indikator Keberhasilan Program Kelas Ibu Hamil berdasarkan Kemenkes (2011): a. petugas kesehatan sebagai fasilitator Kelas Ibu Hamil
9
b. ibu hamil yang mengikuti Kelas Ibu Hamil c. suami /anggota keluarga yang hadir mengikuti Kelas Ibu Hamil d. kader yang terlibat dalam penyelenggaraan Kelas Ibu Hamil. Indikator proses (Kemenkes, 2011): a. Fasilitator: manajemen waktu, penggunaan variasi metode pembelajaran, bahasan penyampaian, penggunaan alat bantu, kemampuan melibatkan peserta, informasi Buku KIA b. Peserta: frekuensi kehadiran, keaktifan bertanya dan berdiskusi c. Penyelenggaraan: tempat, sarana, waktu Indikator output (Kemenkes, 2011): a. peningkatan jumlah ibu hamil yang memiliki Buku KIA b. ibu yang datang pada K4 c. ibu/keluarga yang telah memiliki Perencanaan Persalinan d. ibu yang datang untuk mendapatkan tablet Fe e. ibu yang telah membuat pilihan bersalin dengan Nakes f. KN g. IMD (Inisiasi Menyusu Dini) h. kader dalam keterlibatan penyelenggaraan B. Konsep Inisiasi Menyusu Dini (IMD) 1. Pengertian Inisiasi Menyusu Dini (IMD) Inisiasi
menyusu
dini
(early
initiation/
the best
crawl) atau
permulaan menyusu dini adalah bayi mulai menyusu sendiri segera setelah lahir. Sebenarnya bayi manusia juga seperti bayi mamalia lain yang menyusu sendiri, asalkan dibiarkan kontak kulit bayi dengan kulit ibunya, setidaknya
10
selama satu jam segera setelah lahir (Roesli, 2010). Inisiasi Menyusu Dini (IMD) didefinisikan sebagai proses membiarkan bayi menyusu sendiri setelah kelahiran. Bayi diletakkan di dada ibunya dan bayi itu sendiri dengan segala upayanya mencari puting untuk segera menyusui,jangka waktunya adalah sesegera mungkin setelah melahirkan. IMD pnting untuk meningkatkan kadar hormon prolaktin, yaitu hormon yang merangsang kelenjar susu untuk memproduksi ASI (Yuliarti, 2010). Inisiasi menyusu dini adalah pemberian air susu ibu dimulai sedini mungkin segera setelah bayi lahir, setelah tali pusat dipotong, letakkan bayi tengkurap didada ibu dengan kulit bayi melekat pada kulit ibu. Biarkan kontak kulit bayi ke kulit ibu menetap selama setidaknya 1 jam bahkan lebih sampai bayi dapat menyusu sendiri (Jaringan Nasional Pelatihan Klinik Kesehatan Reproduksi/ JNPK-KR, 2007). 2. Manfaat Inisiasi Menyusu Dini (IMD) Beberapa manfaat lain IMD bagi ibu adalah sebagai berikut (Yuliarti, 2010): a. Ketika bayi diletakkan di dada ibunya, ia berada tepat di atas rahim ibu. Hal ini membantu menekan plasenta dan mengecilkan rahim ibu. Dengan begitu, perdarahan ibu akan berhenti karena ada kontraksi rahim. Setiap 2 jam, ada ibu meninggal karena perdarahan. Kalau semua melakukan IMD maka akan ada penurunan angka perdarahan. IMD berlangsung minimal 1 jam dengan posisi bayi melekat di dada ibunya. Kalau belum mendekat ke puting susu ibunyamaka tambahan satu setengah jam lagi. Kata kuncinya adalah segera b. Rasa kasih sayang meningkat karena adanya kontak langsung keduanya (kulit dengan kulit)
11
c. IMD dapat merangsang produksi oksitosin dan prolaktin sehingga meningkatkan keberhasilan produksi ASI Sedangkan manfaat IMD bagi bayi antara lain (Yuliarti, 2010): a. Memenuhi kebutuhan nutrisi bayi karena ASI merupakan makanan dengan kualitas dan kuantitas yang optimal; b. Menurunkan angka kematian bayi karena hypothermia c. Memberi kekebalan pasif kepada bayi melalui kolostrum sebagai imunisasi pertama bagi bayi. Bayi yang dibiarkan merayap diperut ibu dan menemukan puting susu ibunya sendiri, akan tercemar bakteri yang tidak berbahaya terlebih dahulu sebagai anti ASI ibu, sehingga bakteri baik ini membentuk koloni di usus bayi. Hal ini berarti mencegah kolonisasi bakteri yang lebih ganas dari lingkungan. Pada saat bayi dapat menyusu segera setelah lahir, maka kolostrum makin cepat keluar sehingga bayi akan lebih cepat mendapatkan kolostrum ini, yaitu cairan pertama yang kaya akan antibodi dan sangat penting untuk pertumbuhan usus dan ketahanan terhadap infeksi yang dibutuhkan bayi demi kelangsungan hidupnya e. Menyebabkan kadar glukosa darah bayi yang lebih baik pada beberapa jam setelah persalinan Pengeluaran mekonium lebih dini, sehingga menurunkan intensitas ikterus normal pada bayi baru lahir f. Kehangatan dada ibu saat bayi diletakkan didada ibu, akan membuat bayi merasakan getaran cinta sehingga merasakan ketenangan, merasa dilindungi dan kuat secara psikis. Bayi akan lebih tenang, karena dengan mendengar pernapasan dan detak jantung ibu dapat menenangkan bayi, menurunkan stress akibat proses kelahiran dan meningkatkan kekebalan tubuh bayi.
12
Menurut Roesli (2010) ada beberapa manfaat yang bisa didapat dengan melakukan IMD adalah: a) Menurunkan resiko kedinginan/hipotermia Bayi yang diletakkan segera di dada ibunya setelah melahirkan akan mendapatkan
kehangatan
sehingga
dapat
menurunkan
risiko
hipotermiasehingga angka kematian karena hipotermia dapat ditekan. b) Membuat pernapasan dan detak jantung bayi lebih stabil. Ketika berada di dada ibunya bayi merasa dilindungi dan kuat ssecara psikis sehingga akan lebih tenang dan mengurangi stress sehingga pernapasan dan detak jantung akan lebih stabil. c) Bayi akan memiliki kemampuan melawan bakteri. IMD memungkinkan bayi akan kontak lebih dahulu dengan bakteri ibu`yang tidak berbahaya atau ada intinya di ASI, sehingga bakteri tersebut membuat koloni di usus dan kulit bayi yang akan dapat menyaingi bakteri yang lebih ganas di lingkungan luar. d) Bayi mendapat kolostrom dengan konsentrasi protein dan immunoglobulin paling tinggi. IMD akan merangsang pengeluaran oksitosin sehingga pengeluaran ASI dapat terjadi pada hari pertama kelahiran. Kolostrum sangat bermanfaat bagi bayi karena kaya akan antibodi dan zat penting untuk pertumbuhan usus dan ketahanan terhadap infeksi yang sangat dibutuhkan bayi demi kelangsungan hidupnya. e) Mendukung keberhasilan ASI eksklusif Bayi yang diberikan kesempatan menyusu dini akan mempunyai kesempatan lebih berhasil menyusu eksklusif dan mempertahankan
13
menyusu daripada yang menunda menyusu dini. f) Membantu pengeluaran plasenta dan mencegah perdarahan. Sentuhan, kuluman dan jilatan bayi pada puting susu ibu akan merangsang sekresi hormone oksitosin yang penting untuk menyebabkan rahim kontraksi yang membantu pengeluaran plasenta dan mengurangi pendarahan sehingga mencegah anemia, merangsang hormon lain yang membuat ibu menjadi tenang, rileks dan mencintai bayinya serta merangsang pengaliran ASI dari payudara g) Membantu bayi agar memiliki keahlian minum di waktu selanjutnya. h) Ibu dan ayah akan sangat bahagia bertemu dengan bertemu dengan bayinya pertama kali di dada ibunya. 3. Tahapan Inisiasi Menyusu Dini (IMD) Dalam pertimbangannya, semua bayi akan melalui 4 tahapan yang sama saat IMD, antara lain (Yuliarti, 2010): a. Adaptasi melek merem, yakni ketika bayi berhadap-hadapan dengan ibunya b. Sesudah bayi tenang mengecap bagian atas telapak tangannya. Bau di telapak tangan tersebut mirip dengan ASI yang akan keluar. Jadi, bau ini memandu bayi untuk mencari puting susu ibunya. Oleh karena itu, saat membersihkan bayi, bagian atas telapak tangannya jangan dibersihkan. Menekan di atas perut, tepat di atas rahim guna menghentikan perdarahan. Hal tersebut dapat membantu mengecilkan kontraksi rahim c. Waktu merayap, bayi akan menekan payudara hal tersebut akan merangsang susu keluar. Sambil bergerak, ia menjilat. Dengan jilatan itu ia mengambil bakteri dari kulit ibunya. Seberapa banyak bayi menjilat, hanya ia yang
14
mengetahui berapa kebutuhan akan bakteri yang masuk ke pencernaannya dan menjadi bakteri Lactobacillus. d. Setelah merasa cukup maka ia akan bergerak ke arah puting susu sampai menemukannya. Pada saat tersebut, ASI tidak selalu keluar. Yang terpenting ia telah mencapai puting dan mulai menghisap-isap. Meskipun bayi sudah menemukan puting ibunya, biarkan selama 1 jam untuk proses skin to skin contact. 4. Langkah-langkah Inisiasi Menyusu Dini (IMD) Langkah-langkah inisiasi menyusu dini (JNPK-KR, 2007) adalah: a. Anjurkan suami atau keluarga mendampingi ibu saat melahirkan. b. Dalam menolong ibu saat melahirkan, disarankan untuk tidak menggunakan obat kimiawi, diganti dengan cara non-kimiawi, seperti pijat, aroma terapi,gerakan, dan hypnobirthing. c. Biarkan ibu menentukan cara dan posisi melahirkan. d. Keringkan badan dan kepala bayi secepatnya, kecuali kedua tangannya tanpa menghilangkan verniks yang menyamankan kulit bayi. e. Tengkurapkan bayi di dada atau perut ibu. Biarkan kulit bayi melekat dengan kulit ibu. Posisi kontak kulit dengan kulit ini dipertahankan minimum satu jam atau setelah menyusu awal selesai. Keduanya diselimuti. Jika perlu, gunakan topi bayi. f. Bayi dibiarkan mencari puting susu ibu. Ibu dapat merangsang bayi dengan sentuhan lembut, tetapi tidak memaksakan bayi ke puting susu. Ayah didukung agar membantu ibu untuk mengenali tanda-tanda atau perilaku bayi sebelum menyusu. Dukungan ayah akan meningkatkan rasa
15
percaya diri ibu. Biarkan bayi dalam posisi kulit bersentuhan dengan kulit ibunya setidaknya selama satu jam, walaupun ia telah berhasil menyusu pertama sebelum satu jam. Jika belum menemukan puting payudara ibunya dalam waktu satu jam, biarkan kulit bayi tetap bersentuhan dengan kulit ibunya sampai berhasil menyusu pertama. g. Dianjurkan untuk memberikan kesempatan kontak kulit bayi dengan kulit ibu yang melahirkan dengan tindakan, misalnya operasi sectio cesarea. h. Bayi dipisahkan dari ibu untuk ditimbang, diukur, dan dicap setelah satu jam atau menyusu awal selesai. Prosedur yang invasif, misalnya suntikan vitamin K dan tetesan mata bayi dapat ditunda. i. Rawat gabung ibu dan bayi dalam satu kamar. Selama 24 jam ibu-bayi tetap tidak dipisahkan, dan bayi selalu dalam jangkauan ibu. Bila inisiasi dini belum terjadi dikamar operasi, bayi tetap diletakkan di dadaibu waktu dipindahkan ke kamar, pemulihan atau perawatan usaha menyusu dini dilanjutkan dikamar pemulihan atau perawatan ibu. 5. Langkah-langkah Inisiasi Menyusu Dini pada Operasi Seksio Caesarea Usaha bayi merangkak mencari payudara secara standar pasti tidak dapat dilakukan pada persalinan operasi caesar. Namun, jika diberikan anastesi spinal atau epidural, ibu dalam keadaan sadar sehingga dapat segera memberi respon pada bayi. Bayi dapat segera diposisikan sehingga kontak kulit ibu dan bayi dapat terjadi. Usahakan menyusu pertama dilakukan di kamar operasi. Jika keadaan ibu atau bayi belum memungkinkan, bayi diberikan pada kesempatan yang tercepat. Jika dilakukan anastesi umum, kontak dapat terjadi di ruang pulih saat ibu sudah dapat merespon walaupun masih mengantuk atau dalam
16
pengaruh obat bius. Sementara menunggu ibu sadar, ayah dapat menggantikan ibu memberikan kontak kulit dengan kulit sehingga bayi tetap hangat. Untuk mendukung terjadinya inisiasi menyusu dini pada persalinan caesar, berikut ini tatalaksananya (Roesli, 2008): a. Tenaga dan pelayanan kesehatan yang suportif. b. Segera setelah bayi lahir harus dipastikan dengan pemeriksaan dokter Anak atau dokter Anasthesi terlebih dulu bahwa kondisi bayi sehat dan bugar. Posisi pembatas area operasi diatur sedemikian rupa agar ada ruang untuk bayi dan ibu melakukan IMD. c. Kepala bayi ditutup dengan selimut hangat atau diberi topi khusus bayi dan ganti selimut bayi. Selanjutnya posisi bayi tengkurap di dada ibu agar kontak kulit dengan kulit. Kehangatan suhu tubuh ibu menjadi inkubator terbaik bagi bayi. Tubuh ibu secara alamiah akan menghasilkan panas yang menghangatkan bayi dalam dekapannya. d. Bidan mendampingi dan membantu ibu menjaga posisi bayi agar aman. Beri kesempatan ibu untuk memandang bayinya dan mendekap selama operasi berjalan. Biarkan bayi mencari sendiri puting payudara ibu dan menghisapnya. e. Jika inisiasi menyusu dini belum terjadi di kamar bersalin atau kamar operasi, bayi harus dipindah sebelum satu jam, maka bayi tetap diletakkan di dada ibu ketika dipindahkan ke kamar perawatan atau pemulihan. Menyusu dini dilanjutkan di kamar perawatan ibu atau kamar pulih.
17
f. Inisiasi Menyusu Dini yang Tidak Dianjurkan/Kurang Tepat Menurut Roesli (2008), praktik inisiasi menyusu dini selama ini kurang tepat, dimana penanganan bayi baru lahir sebagai berikut: begitu lahir bayi diletakkan diperut ibu yang sudah dialasi kain kering; bayi segera dikeringkan dengan kain kering, tali pusat dipotong lalu diikat; karena takut kedinginan, bayi dibungkus (dibedong) dengan selimut bayi, kemudian diletakkan didada ibu (tidak terjadi kontak kulit antara bayi dan ibu). Bayi dibiarkan didada ibu (bonding) untuk beberapa lama (10-15 menit) atau sampai tenaga kesehatan selesai menjahit perineum. Selanjutnya diangkat dan disusukan pada ibu dengan cara memasukkan puting ibu ke mulut bayi; setelah itu bayi dibawa ke kamar transisi, atau kamar pemulihan (recovery room) untuk ditimbang, diukur, dicap, diazankan oleh ayah, diberi suntikan vitamin K dan diberi tetes mata.
C. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Perilaku Inisiasi Menyusu Dini Beberapa faktor yang mempengaruhi praktik Inisiasi Menyusu Dini (IMD): 1. Pendidikan Ibu a. Pengertian Pendidikan Pendidikan lingkungannya
merupakan yang
suatu
berlangsung
proses secara
interaksi sadar
dan
manusia terencana
dengan yang
diselenggarakan di sekolah sebagai lembagga pendidikan formal. Sehingga menghasilkan perubahan dalam pengetahuan, sikap serta pemahaman untuk mengembanggkan segala potensinya baik jasmani dan rohani. Hal itu akan menimbulkan perubahan yang positif baik kognitif, afektif, maupun
18
psikomotorik untuk mencapai tujuan hidupnya ( Ahmadi, 2014). Tingkat
pendidikan
sangat
berpengaruh
terhadap
pengetahuan,
khususnya dalam pembentukan perilaku, semakin tinggi pendidikan seseorang maka semakin tinggi tingkat kesadaran tentang suatu hal dan semakin matang pertimbangan seseorang untuk mengambil sebuah keputusan (Notoatmodjo, 2003). Pendidikan ibu yang tinggi akan memungkinkan ibu untuk lebih mudah menerima informasi yang berkaitan dengan IMD. Selain itu ibu dengan pendidikan tinggi akan berusaha mencari informasi melalui sumber-sumber yang terpercaya yang akan disesuaikan dengan pengalaman yang terjadi di sekitar ibu. Semakin tinggi pendidikan seseorang maka akan memiliki kemampuan yang semakin tinggi diikuti oleh pengetahuan yang bertambah serta berbagai ketrampilan yang belum tentu dimiliki oleh orang lain. Disamping itu dengan mengikuti pendidikan , seseorang akan mampu memahami realitas yang tengah terjadi di masyarakat dan akan berkontribusi kepada masyarakat di sekitarnya sesuai dengan apa yang bisa dilakukannya (Ali, 2009). b. Tingkatan Pendidikan Undang-undang RI No. 29 tahun 2003 disebutkan bahwa pendidikan formal adalah jalur pendidikan yang terstruktur dan berjenjang yang terdiri dari (Ahmadi, 2014) : 1) Pendidikan dasar (SD, SMP) 2) Pendidikan menengah (SMA, MA) 3) Pendidikan tinggi (akademi, politeknik, sekolah tinggi, universitas).
19
2. Peran Penolong persalinan Kunci utama keberhasilan pelaksanaan Inisiasi Menyusu Dini (IMD) dan pencegahan terhadap pemberian prelakteal adalah penolong persalinan, karena peran penolong persalinan pada saat bayi baru lahir sangatlah dominan. Kunci pelaksanaan sepuluh langkah menyusui yaitu dengan adanya komitmen penolong persalinan untuk melaksanakan inisiasi menyusu dini dan tidak memberikan makanan apapun selain ASI kepada bayi baru lahir termasuk pemberian susu formula dan makanan ataupun minuman (Rahardjo, 2006). Setelah melahirkan ibu merasakan kondisi yang tidak nyaman yang disertai ketidakpedulian penolong persalinan di ruang bersalin dalam hal memberikan tanggapan yang positif akan membuat ibu tidak nyaman dan akan mempengaruhi proses pengeluaran ASI. Peran penolong persalinan yaitu memberikan informasi penting mengenai IMD dan memfasilitasi terhadap pelaksanaan IMD. Penelitian yang dilakukan oleh Rahardjo (2005) juga mengatakan bahwa faktor dominan yang berhubungan dengan pemberian ASI dalam satu jam pertama adalah tenaga kesehatan terutama bidan sebagai penolong persalinan. 3. Dukungan keluarga Lingkungan keluarga merupakan lingkungan yang sangat berpengaruh terhadap keberhasilan ibu menyusui bayinya secara esklusif. Keluarga (suami, orang tua, mertua, ipar dan sebagainya) perlu diinformasikan bahwa seorang ibu perlu dukungan dan bantuan keluarga agar ibu berhasil menyusui secara ekslusif. Bagian keluarga yang mempunyai pengaruh yang paling besar
20
terhadap keberhasilan dan kegagalanmenyusui adalah suami. Masih banyak suami yang berpendapat salah, yang menganggap menyusui adalah urusan ibu dan bayinya. Peranan suami akan turut menentukan kelancaran refleks pengeluaran ASI yang sangat dipengaruhi oleh keadaan emosi atau perasaan ibu (Roesli, 2008). Dukungan suami dan keluarga sangat berperan dalam melaksanakan IMD. Peran suami sama pentingnya dengan peran seorang ibu, sekitar 50% keberhasian menyusui ditentukan oleh peran suami. Keyakinan ibu yang kuat, persepsi kepuasan menyusui dan dukungan suami maupun keluarga memiliki korelasi positif yang signifikan dengan keberhasilan menyusui (Yuliarti, 2010). Dukungan sosial yang kita terima dapat bersumber dari berbagai pihak. Kahn & Antonoucci (dalam Orford, 1992) membagi sumber-sumber dukungan sosial menjadi 3 kategori, yaitu: a.
Sumber dukungan sosial yang berasal dari orang-orang yang selalu ada sepanjang hidupnya, yang selalu bersama dengannya dan mendukungnya. Misalnya: keluarga dekat, pasangan (suami atau istri), atau teman dekat.
b.
Sumber dukungan sosial yang berasal dari individu lain yang sedikit berperan dalam hidupnya dan cenderung mengalami perubahan sesuai dengan waktu. Sumber dukungan ini meliputi teman kerja, sanak keluarga, dan teman sepergaulan.
Sumber dukungan sosial yang berasal dari individu lain yang sangat jarang memberi dukungan dan memiliki peran yang sangat cepat berubah. Meliputi dokter atau tenaga ahli atau profesional, keluarga jauh.
21
Berdasarkan Namora (2010), ada lima bentuk dukungan sosial, yaitu: 1) Dukungan emosional Terdiri dari ekspresi seperti perhatian, empati, dan turut prihatin kepada seseorang. Dukungan ini akan menyebabkan penerima dukungan merasa nyaman, tentram kembali, merasa dimiliki dan dicintai ketika dia mengalami stres, memberi bantuan dalam bentuk semangat, kehangatan personal, dan cinta. 2) Dukungan penghargaan Dukungan ini ada ketika seseorang memberikan penghargaan positif kepada orang yang sedang stres, dorongan atau persetujuan terhadap ide ataupun perasaan individu, ataupun melakukan perbandingan positif antara individu dengan orang lain. Dukungan ini dapat menyebabkan individu yang menerima dukungan membangun rasa menghargai dirinya, percaya diri, dan merasa bernilai. Dukungan jenis ini akan sangat berguna ketika individu mengalami stres karena tuntutan tugas yang lebih besar daripada kemampuan yang dimilikinya. 3) Dukungan instrumental Merupakan dukungan yang paling sederhana untuk didefinisikan, yaitu dukungan yang berupa bantuan secara langsung dan nyata seperti memberi atau meminjamkan uang atau membantu meringankan tugas orang yang sedang stres. 4) Dukungan informasi Orang-orang yang berada di sekitar individu akan memberikan dukungan informasi dengan cara menyarankan beberapa pilihan tindakan yang dapat
22
dilakukan individu dalam mengatasi masalah yang membuatnya stres (DiMatteo, 1991). Terdiri dari nasehat, arahan, saran ataupun penilaian tentang bagaiman individu melakukan sesuatu. Misalnya individu mendapatkan informasi dari dokter tentang bagaimana mencegah penyakitnya kambuh lagi. Penelitian oleh Soetjiningsih (1997), Gerakan ASI Ekslusif (2006), Roesli (2008), menyatakan bahwa faktor dukungan keluarga adalah salah satu faktor yang mempengaruhi perilaku ibu untuk melakukan IMD.
D. Konsep ASI 1. Pengertian ASI (Air Susu Ibu) ASI adalah suatu emulsi lemak dalam larutan protein, laktose dan garamorganik yang disekresi oleh kedua belah payudara ibu, sebagai makanan utamabagi bayi (Ambarwati, 2009). Sebaiknya anak hanya diberi ASI selama sedikitnya enam bulan (WHO, 2005). ASI adalah makanan alamiah untuk bayi yang terbaik karena mengandung nutrisi yang sempurna dan seimbang untuk tumbuh kembang bayi (Suririnah, 2009). Saat dalam kandungan fetus mendapatkan antibodi yang berasal dari ibunya melalui plasenta, namun setelahlahir, neonatus belum mempunyai cukup kemampuan untuk menghadapi dunia di luar uterus yang terkontaminasi dengan kuman lain, oleh karena antara lain daya fagositosis yang belum sempurna. SIgA (secretory immunoglobulin A) yang terdapat dalam ASI memberikan proteksi lokal padamukosa traktus digestivus. SIgA pada ASI terbentuk dengan baik pada bayi yang mendapat ASI setidaknya selama 6 bulan pertama kehidupan. Selain itu
23
di dalam ASI terdapat zat penangkal penyakit yang berupa faktor selular dan faktor humeral (Suradi, 2001). 2. Manfaat ASI Inisiasi Menyusu Dini dan pemberian ASI selama 6 bulan pertama dapat mencegah kematian bayi dan infant yang lebih besar dengan mereduksi risiko penyakit infeksi, hal ini karena (WHO, 2010): a. Adanya kolostrum yang merupakan susu pertama yang mengandung sejumlah besar faktor protektif yang memberikan proteksi aktif dan pasif terhadap berbagai jenis pathogen. b. ASI esklusif dapat mengeliminasi mikroorganisme pathogen yang yang terkontaminasi melalui air, makanan atau cairan lainnya. Juga dapat mencegah kerusakan barier imunologi dari kontaminasi atau zat-zat penyebab alergi pada susu formula atau makanan. Banyak manfaat pemberian ASI khususnya ASI ekslusif yang dapat dirasakan bayi yaitu (1) ASI sebagai nutrisi. (2) ASI meningkatkan daya tahan tubuh (3) menurunkan risiko mortalitas, risiko penyakit akut dan kronis, (4) meningkatkan kecerdasan, (5) menyusui meningkatkan jalinan kasih sayang (6) sebagai makanan tunggal untuk memenuhi semua kebutuhan pertumbuhan bayisampai usia selama enam bulan. (7) mengandung asam lemak yang diperlukan untuk untuk pertumbuhan otak sehingga bayi yang diberi ASI Ekslusif lebih pandai. (8) mengurangi resiko terkena penyakit kencing manis, kanker pada anak dan mengurangi kemungkinan menderita penyakit jantung. (9) menunjang perkembangan motorik (WHO, 2010; Roesli (2008) dalam Haniarti, 2011). Manfaat ASI bagi ibu antara lain (1) Pemberian ASI memberikan 98%
24
metode kontrasepsi yang efisien selama 6 bulan pertama sesudah kelahiran bila diberikan hanya ASI saja (ekslusif) dan belum terjadi menstruasi kembali, (2) menurunkan risiko kanker payudara dan ovarium, (3) membantu ibu menurunkan berat badan setelah melahirkan (4) menurunkan risiko DM Tipe 2 (5) Pemberian ASI sangat ekonomis, (6) mengurangi terjadinya perdarahan bila langsung menyusui setelah melahirkan (7) mengurangi beban kerja ibu karena ASI tersedia dimana saja dan kapan saja (8) meningkatkan hubungan batin antara ibu dan bayi (WHO, 2010; Aprilia, 2009). Adapun manfaat ASI bagi keluarga (1) tidak perlu uang untuk membeli susu formula, kayu bakar atau minyak untuk merebus air, susu atau peralatan (2) bayi sehat berarti keluarga mengeluarkan biaya lebih sedikit (hemat) dalam perawatan kesehatan dan berkurangnya kekhawatiran bayi akan sakit, (3) penjarangan kelahiran karena efek kontrasepsi dari ASI ekslusif, (4) menghemat waktu keluarga bila bayi lebih sehat (5) pemberian ASI pada bayi (meneteki) berarti hemat tenaga bagi keluarga sebab ASI selalu siap tersedia (Aprilia, 2009). 3. Jenis ASI Air susu ibu (ASI) selalu mengalami perubahan selama beberapa periode tertentu. Perubahan ini sejalan dengan kebutuhan bayi (Yuliarti, 2010): a. Kolostrum Kolostrum terbentuk selama periode terakhir kehamilan dan minggu pertama setelah bayi lahir. ia merupakan ASI yang keluar dari hari pertama sampai hari ke-4 yang kaya zat anti infeksi dan berprotein tinggi. Kandungan proteinnya 3 kali lebih banyak dari ASI mature. Cairan emas ini encer dan seringkali berwarna kuning atau dapat pula jernih yang mengandung sel hidup
25
yang menyerupai sel darah putih yang dapat membunuh kuman penyakit. Kolostrum merupakan pencahar yang ideal untuk membersihkan mekonium dari usus bayi yang baru lahir. Volumenya bervariasi antara 2 dan 10 ml per feeding per hari selama 3 hari pertama, tergantung dari paritas ibu. b. ASI peralihan/transisi Merupakan ASI yang dibuat setelah kolostrum dan sebelum ASI Mature (Kadang antara hari ke 4 dan 10 setelah melahirkan). Kadar protein makin merendah, sedangkan kadar karbohidrat dan lemak makin tinggi. Volumenya juga akan makin meningkat c. ASI mature ASI matang merupakan ASI yang keluar pada sekitar hari ke-14 dan seterusnya, komposisi relative konstan. Pada ibu yang sehat dengan produksi ASI cukup, ASI merupakan makanan satu-satunya yang paling baik dan cukup untuk bayi sampai umur enam bulan, Tidak menggumpal jika dipanaskan. 4. Kandungan Gizi ASI ASI memiliki banyak kandungan yang baik bagi pertumbuhan bayi. Kandungan gizi dalam ASI adalah sebagai berikut (Suriadi, 2001): a. Lemak Kalori dari ASI 50% berasal dari lemak. Lemak ASI adalah komponen yang paling berubah kadarnya. Lemak ASI terutama terdiri atas trigliserida yang mudah diuraikan menjadi asam lemak bebas dan gliserol oleh enzim lipase yang terdapat dalam usus bayi dan dalam ASI.7 Bayi yang mendapat ASI dibandingkan dengan bayi yang mendapat susu formula mempunyai kadar asam asetat dari spektrum asam lemak berantai pendek yang lebih tinggi. Asam
26
asetat bersama monogliserida menghambat pertumbuhan virus dan bakteri. Perbedaan warna, konsistensi dan bau feses bayi yang mendapat ASI dan susu formula. Asam lemak esensial merupakan komponen dari semua jaringan tubuh dan diperlukan untuk sintesis membran sel. Otak, retina dan susunan saraf banyak mengandung asam lemak tidak jenuh berantai panjang(LCPUFA) antara lain docosahexanoic acid (DHA). b. Protein Protein utama ASI adalah whey (mudah dicerna), sedangkan protein utama susu sapi adalah kasein (sukar dicerna). Rasio whey dan kasein dalam ASI adalah 60:40, sedangkan dalam susu sapi rasionya 20:80. ASI tentu lebih menguntungkan bayi, karena whey lebih mudah dicerna dibanding kasein. ASI juga mengandung lactoferin sebagai pengangkut zat besi dan sebagai sistem imun usus bayi dari bakteri patogen. Laktoferin membiarkan flora normal usus untuk tumbuh dan membunuh bakteri patogen. Zat imun lain dalam ASI adalah suatu kelompok antibiotik alami yaitu lysosyme. Protein istimewa lainnya yang hanya terdapat di ASI adalah taurine yang diperlukan untuk pertumbuhan otak. c. Karbohidrat Karbohidrat utama ASI adalah laktosa (gula) dan kandungannya lebih banyak dibanding dengan susu mamalia lainnya atau sekitar 20-30 % lebih banyak dari susu sapi. Salah satu produk dari laktosa adalah galaktosa yang merupakan makanan vital bagi jaringan otak yang sedang tumbuh. Laktosa meningkatkan penyerapan kalsium yang sangat penting untuk pertumbuhan tulang. Laktosa juga meningkatkan pertumbuhan bakteri usus yang baik yaitu, Lactobacillis bifidus. Fermentasi laktosa menghasilkan asam laktat yang
27
memberikan
suasana
asam
dalam
usus
bayi
sehingga
menghambat
pertumbuhan bakteri patogen. d. Faktor pelindung dalam ASI Dalam kandungan fetus mendapatkan antibodi yang berasal dari ibunya melalui plasenta. Namun setelah lahir, neonatus belum mempunyai cukup kemampuan untuk menghadapi dunia di luar uterus yang terkontaminasi dengan kuman lain, oleh karena antara lain daya fagositosis yang belum sempurna. SIgA (secretory immunoglobulin A) yang terdapat dalam ASI memberikan proteksi lokal pada mukosa traktus digestivus. SIgA pada ASI terbentuk dengan baik pada bayi yang mendapat ASI setidaknya selama 6 bulan pertama kehidupan. Selain itu di dalam ASI terdapat zat penangkal penyakit yang berupa factor selular dan faktor humeral. Di bawah ini terdapat tabel yang menunjukkan beberapa zat di dalam ASI yang mempunyai efek protektif terhadap bayi. e. Vitamin, mineral dan zat besi ASI ASI mengandung vitamin, mineral dan zat besi yang lengkap dan mudah diserap oleh bayi.
E. Penelitian yang Relevan 1. Penelitian Tarigan (2012) Penelitian dengan judul “Pengetahuan, Sikap, dan Perilaku Ibu Bayi Terhadap Pemberian ASI Eksklusif (Knowledge, Attitude and Behavior of the Mother of the Baby to theBreast Feeding Exclusively)”, menunjukkan bahwa dukungan keluarga dan petugas kesehatan sebagai faktor penguat
28
untuk pemberian ASI. 2. Penelitian Elsa (2013) Penelitian dengan judul Analisis Pengaruh Implentasi Kelas Ibu Hamil Terhadap Praktik IMD Dan Durasi Pemberian ASI Pada Bayi Usia 6-8 bulan Di Wilayah Kerja Puskesmas Sisir Kota Batu, menunjukkan bahwa faktor penolong persalinan memiliki hubungan positif terhadap pelaksanaan IMD. 3. Penelitian Saifuddin dkk (2013) Penelitian dengan judul Determinan Pelaksanaan IMD, menunjukkan bahwa variabel dukungan keluarga merupakan faktor yang paling berpengaruh terhadap pelaksanaan IMD. 4. Penelitian Ni Nyoman Sumiasih (2013) Penelitian ini menunjukkan bahwa kontribusi pengetahuan dan sikap tentang IMD setelah mengikuti kelas ibu hamil terhadap keberhasilan pelaksanaan IMD sebesar 61,5%. Angka tersebut menunjukkan bahwa 61,5% keberhasilan IMD bisa dijelaskan oleh pengetahuan dan sikap tentang IMD setelah mengikuti kelas ibu hamil. 5. Penelitian Ni Gusti Kompiang Sriasih, Ni Nyoman Suindri, Ni Wayan Ariyani ( 2014) Penelitian yang berjudul Peran Dukungan Suami Dalam Pelaksanaan Inisiasi Menyusu Dini, menunjukkan bahwaada pengaruh dukungan suami terhadap keberhasilan IMD yang mana dukungan suami yang kurang baik mempunyai risiko mengalami ketidakberhasilan IMD tujuh kali lebih besar daripada dukungan suami yang baik (CI = 3,11-15,756).
36
F. Kerangka Berpikir
Kelas ibu hamil
Pendidikan ibu
Peran penolong persalinan
Dukungan keluarga
Pengetahuan tentang IMD Pemberian informasi
Memfasilitasi IMD
Rasa percaya diri
Sikap tentang IMD Pelaksanaan IMD
Gambar 2.1 Kerangka Berpikir G. Hipotesis 1. Ada pengaruh antara kelas ibu hamil terhadap pelaksanaan Inisiasi Menyusu Dini. Ibu yang mengikuti kelas ibu hamil mampu melakukan IMD dengan benar. 2. Ada pengaruh antara pendidikan ibu terhadap pelaksanaan Inisiasi Menyusu Dini. Semakin tinggi pendidikan, ibu mampu melakukan IMD dengan benar. 3. Ada pengaruh antara peran penolong persalinan terhadap pelaksanaan Inisiasi Menyusu Dini. Semakin besar peran penolong persalinan maka ibu mampu melakukan IMD dengan benar. 4. Ada pengaruh antara dukungan keluarga terhadap pelaksanaan Inisiasi Menyusu Dini. Semakin kuat dukungan keluarga maka ibu mampu melakukan IMD dengan benar.
1
30
5. Ada pengaruh antara kelas ibu hamil, pendidikan ibu, peran penolong persalinan dan dukungan keluarga terhadap pelaksanaan IMD.