Seminar Nasional Limnologi 2006 Widya Graha LIPI Jakarta, 5 September 2006
CYANOBACTERIA DARI BEBERAPA SITU DAN SUNGAI DI KAWASAN JAKARTA DAN DEPOK, INDONESIA Nining Betawati Prihantini*), Wisnu Wardhana*), Arya Widyawan*) & Ronny Rianto*) Abstrak Di Indonesia, kecenderungan melimpahnya Cyanobacteria sudah terlihat dimana-mana, oleh karena itu dilakukan penelitian dengan tujuan mengetahui dan mendata komposisi, kepadatan, keanekaragaman (biodiversitas) Cyanobacteria di perairan Indonesia. Sampel diambil dengan plankton net mata jaring 20 µm pada masing-masing lokasi yang terdiri atas 4 titik pengambilan. Beberapa situ dan sungai di kawasan Jakarta dan Depok dijadikan lokasi penelitian tahap awal. Lokasi tersebut, yaitu 4 lokasi di Jakarta Utara, 1 lokasi di Jakarta Selatan, 1 lokasi di Jakarta Timur, dan 3 lokasi di Depok. Hasil penelitian menunjukkan terdapat sedikitnya 11 marga Cyanobacteria planktonik yang ditemukan di perairan tersebut, yaitu Aphanizomenon, Arthrospira, Borzia, Chroococcus, Merismopedia, Mycrocystis, Nostoc, Oscillatoria, Planktothrix, Spirulina, dan Synechococcus. Jika dibandingkan dengan kepadatan divisi lain terutama Chlorophyta dan lainnya, maka Cyanobacteria memiliki rerata kepadatan yang lebih tinggi dari yang lainnya, kecuali di 2 lokasi, yaitu situ Agathis pada tahun 2001 (22,2%), dan situ Kenanga pada tahun 2004 (14,5%). Rerata kepadatan Cyanobacteria adalah 66,0375%, dengan kepadatan tertinggi terjadi di situ Sunter Barat (99,97%). Berdasarkan hasil tersebut dapat diketahui bahwa dari 9 lokasi pengamatan 7 lokasi telah didominasi oleh Cyanobacteria. Situ Agathis dan Kenanga yang diamati untuk masing-masing 2 dan 3 tahun yang berbeda diketahui bahwa Cyanobacteria mulai melimpah seiring dengan berjalannya waktu. Kata Kunci: Cyanobacteria, situ, sungai, HAB Abstract At Indonesia, the tendency of Cyanobacteria bloom event were already occurred every places, because of that the research have been done to understand dan data the composition, density, and biodiversity of Cyanobacteria at Indonesian waters. The samples have been collected by 20 µm mesh plankton net on each location which 4 sampling site. Several small lakes and rivers at Jakarta and Depok area were become first step research locations. Those are 4 locations at North Jakarta, 1 location at South Jakarta, 1 location at East Jakarta, and 3 locations at Depok. The research results showed that there are at least 11 genera of planktonik Cyanobacteria which found at those waters area. Those are Aphanizomenon, Arthrospira, Borzia, Chroococcus, Merismopedia, Mycrocystis, Nostoc, Oscillatoria, Planktothrix, Spirulina, dan Synechococcus. If comparison to the densities of others division of microalgae especially Chlorophyta and others, so that Cyanobacteria have mean densities which higher than others except at 2 locations i.e Agathis Lake on tahun 2001 (22,2%), and Kenanga Lake on tahun 2004 (14,5%). The mean of Cyanobacteria densities were 66,0375%,with the highest densitiy occurred at Sunter Barat Lake 99,97%.. Based on the results of the research could be understood that among 9 observation locations, 7 of them were dominated by Cyanobacteria members. Agathis and Kenanga Lake which observed for 2 and 3 times in different years showed that the Cyanobacteria were occurred abundantly from times to times. Key words: Cyanobacteria, lake, river, HAB
PENDAHULUAN Cyanobacteria bersifat kosmopolitan, dapat hidup di perairan (planktonik) dan daratan (terrestrial). Sebagian hidup menempel pada berbagai substat dalam air, diantaranya tumbuhan (epifitik), tanah, dan batu-batuan (epilitik). Ada pula yang hidup pada dasar perairan yang masih terpapar sinar matahari (Cyanobacteria bentik). *) Departemen Biologi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Indonesia Depok 16421 e-mail:
[email protected],
[email protected]
Seminar Nasional Limnologi 2006 Widya Graha LIPI Jakarta, 5 September 2006
Cyanobacteria terrestrial hidup menempel pada tanah, batu-batuan, atau pepohonan yang lembab. Cyanobacteria juga dapat bersimbiosis dengan fungi membentuk liken. Bentuk tubuh Cyanobacteria dapat uniselular (sel tunggal) atau koloni (Vashishta 1999). Cyanobacteria uniselular jarang ditemukan dalam bentuk sel soliter. Umumnya dijumpai dalam rangkaian yang tersusun atas 2 sel (Synechococcus), atau tersusun atas deretan sel (trikom) berbentuk filamen (Oscillatoria). Koloni Cyanobacteria (Microcystis) biasanya merupakan koloni non-coenobik. Sel-sel dari koloni tersebut dapat hidup soliter apabila koloninya dihancurkan atau rusak. Sebagian besar anggota Cyanobacteria dapat menghasilkan toksin (cyanotoksin), terdiri atas biotoksin atau toksin yang menyebabkan kematian, penyakit akut, kronik, atau keracunan kronik pada organisme lain. Toksin biotoksin, antara lain neurotoksin, hepatotoksin, dan sitotoksin. Neurotoksin (contohnya anatoksin-a dan saxitoksin) mempengaruhi/mengganggu kerja sistem syaraf dan pernafasan. Hepatotoksin (contohnya microcystin) mempengaruhi hati atau ginjal dan menyebabkan kematian. Sedangkan, sitotoksin mempengaruhi hampir sebagian besar sel hidup atau tidak menyerang sel tertentu (tidak spesifik), contohnya hati, jantung, dan ginjal. Contoh Cyanobacteria yang memiliki toksin adalah Anabaena flos-aquae, Aphanizomenon flosaquae, dan Oscillatoria sp. memproduksi neurotoksin; Microcystis, Anabaena, Nostoc, dan Oscillatoria memproduksi hepatotoksin; dan Umezakia natans, Aphanizomenon ovalisparum, dan Cylindrospermopsis raciborskii memproduksi sitotoksin. Cyanobacteria sering melimpah di suatu perairan atau biasa disebut fenomena HABs (Harmful Algal Blooms). Faktor utama penyebab terjadinya HAB di perairan tawar adalah eutrofikasi. Meningkatnya kadar nutrien dalam perairan ditambah dengan suhu dan cahaya yang sesuai, aliran air yang sangat lambat, dan adanya faktor pendukung lain menyebabkan terjadinya blooming Cyanobacteria di perairan (Kumar & Singh 1979). Disadari atau tidak, seluruh jenis Cyanobacteria yang ada di Indonesia merupakan sumber daya alam (natural resources) asli Indonesia. Di Indonesia, kecenderungan melimpahnya Cyanobacteria sudah terlihat dimana-mana. Warna perairan hijau-biru pekat, bau tidak sedap, dan adanya scump (lapisan berwarna hijau-biru dipermukaan perairan), dan adanya kematian ikan atau organisme lain yang mati perairan tersebut, merupakan beberapa tanda terjadinya blooming cyanobacteria. *) Departemen Biologi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Indonesia Depok 16421 e-mail:
[email protected],
[email protected]
Seminar Nasional Limnologi 2006 Widya Graha LIPI Jakarta, 5 September 2006
Berdasarkan kenyataan tersebut di atas, pengkajian ilmiah terhadap Cyanobacteria Indonesia perlu dilakukan secara bertahap. Sebagai tahap awal telah dilakukan pengamatan di 5 situ/danau dan 4 sungai di kawasan Jakarta dan Depok. Seperti telah diketahui, banyak perairan darat di kawasan Jakarta dan Depok yang telah tercemar, rusak, atau bahkan hilang. Oleh karena itu, guna menunjang usaha konservasi ex-situ terhadap mikroalga (fitoplankton dan perifiton) yang terdapat di habitat situ, maka dilakukan penelitian dengan tujuan mengetahui dan mendata komposisi, kepadatan, keanekaragaman (biodiversitas) Cyanobacteria di perairan Indonesia. Kajian lebih dalam terhadap anggota Cyanobacteria diperlukan guna mengetahui toksisitas dari masingmasing organisme tersebut, dan akhirnya kajian terhadap manfaat dari Cyanobacteria baik yang tidak toksik maupun yang toksik untuk kepentingan masyarakat banyak. METODOLOGI Penelitian dilakukan di 4 lokasi di Jakarta Utara (Situ/Danau Sunter 2, Situ/ Danau Sunter Barat, Sungai Ancol-Ciliwung, S. Sunter), 1 lokasi di Jakarta Selatan (S. Pasanggrahan), 1 lokasi di Jakarta Timur (S. Cipinang), dan 3 lokasi di Depok (Situ Rawa Besar, Situ Kenanga-UI, Situ Agathis-UI). Penelitian dilakukan dari tahun 2001 2005. Sampel Cyanobacteria yang diambil dari 9 perairan tersebut diawetkan dalam formalin 6%. Analisis sampel dilakukan di Laboratorium Taksonomi Tumbuhan Departemen Biologi FMIPA UI Cyanobacteria yang diambil bersifat planktonik. Sampel diambil dengan planktonet berdiamater 20 cm dan mata jaring 20 µm yang ditarik horizontal sepanjang 6 m. Titik sampling di situ ditentukan secara purposive di inlet dan outlet. Parameter lingkungan yang diukur adalah suhu air, suhu udara, dan derajat keasaman (pH). Kepadata sampel per meter kubik ditentukan menggunakan metode subsampel dengan rumus D = q x 1/f x 1/v (Wickstead 1965). Di mana f (fraksi) ditentukan dengan membagi volume subsampel (0,04 ml) dengan volume sampel (30 ml). Nilai v merupakan volume air tersaring. Identifikasi dilakukan terhadap sampel segar dan awetan dengan karakter diagnostik yang digunakan adalah karakter morfologi. Identifikasi menggunakan mikroskop cahaya Nikon SE dengan bantuan buku identifikasi Edmonson 1963, *) Departemen Biologi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Indonesia Depok 16421 e-mail:
[email protected],
[email protected]
Seminar Nasional Limnologi 2006 Widya Graha LIPI Jakarta, 5 September 2006
Pantecost 1984, Geitler 1985, dan Whitton 2002. Analisis terhadap mikroalga lain dari divisi lain dilakukan sebagai data pembanding kelimpahan Cyanobacteria pada situ.
HASIL DAN PEMBAHASAN Parameter lingkungan hasil pengukuran dapat dilihat pada Tabel 1. Suhu perairan pada saat pengambilan berkisar antara 27 – 340 C. Suhu udara pada saat pengambilan berkisar 30 – 360 C. Sedangkan derajat keasaman (pH) perairan berkisar antara 5,5 – 9. Kisaran suhu periaran tersebut dapat dengan baik ditoleransi oleh mikroalga perairan di daerah tropis (Boney 1975. Suhu 25 0C atau lebih diketahui sebagai suhu optimum untuk berfotosintesis bagi Chlorophyta (Lee 1989) dan Cyanophyta (Vincent & HowardWilliams 1989). Derajat keasaman (pH) berkisar antara 6 - 9 sesuai untuk alga anggota Cyanobacteria yang biasanya lebih toleran terhadap pH netral sampai dengan basa (Bold & Wynne 1985). Tabel 1. Parameter lingkungan yang diukur pada saat pengambilan sampel Rerata pengukuran parameter dari 4 titik pengambilan No. 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12.
A.
Lokasi
Tahun
Sungai Sunter Sungai Ancol Situ Sunter Barat Situ Sunter Dua S. Pesanggrahan Sungai Cipinang Situ Rawa Besar Situ Agathis Situ Agathis Situ Agathis Situ Kenanga Situ Kenanga
2002 2002 2003 2003 2002 2002 2003 2001 2004 2005 2004 2005
Suhu air (oC)
Suhu udara (oC)
30--31 30--31 33--34 32--34 30--31 30--31 29--31 27--31 27--30 27--32 28--31 28--32
32 30 36 36 32 33 30 31 30 30 31 30
Derajat keasaman (pH) 8--9 9--9 8--9 8--9 6--8 6--8 6--8 6--8 6--8 5,5--8 6--8 6,1--8
Komposisi, marga, dan jumlah marga Cyanobacteria Marga Cyanobacteria yang umum ditemukan di 9 lokasi dapat dilihat pada Tabel
2. Marga Cyanobacteria tersebut merupakan anggota dari bangsa Chroococcales dan Oscillatoriales. Marga yang merupakan anggota Chroococcales, yaitu Chroococcus, Merismopedia, Microcystis, dan Synechococcus. Sedangkan, marga yang merupakan *) Departemen Biologi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Indonesia Depok 16421 e-mail:
[email protected],
[email protected]
Seminar Nasional Limnologi 2006 Widya Graha LIPI Jakarta, 5 September 2006
anggota Oscillatoriales, yaitu Aphanizomenon, Arthrospira, Borzia, Nostoc, Oscillatoria, Planktothrix, dan Spirulina. Beberapa marga Cyanobacteria di kawasan Jakarta-Depok dapat dilihat pada Gambar 1. Jumlah marga Cyanobacteria yang umum ditemukan di 9 lokasi berkisar antara 3 - 8 marga untuk setiap situ. Pada Situ Sunter Barat, Sungai Cipinang, dan Situ Agathis (2004) ditemukan 3 marga, sedangkan pada Situ Rawa Besar dan Situ Agathis (2005) ditemukan 8 marga Cyanobacteria. Komposisi Cyanobacteria di 9 lokasi pengamatan tidak hanya meliputi jumlah marga, tetapi juga meliputi jumlah plankter/m3 (kepadatan). Kepadatan Cyanobacteria di 9 lokasi pengamatan berkisar antara 536-3.571.391 plankter/m3 (Gambar 2). Kepadatan terendah terdapat di Situ Kenanga (2004) sebesar 536 plankter/m3. Kepadatan tertinggi terdapat di Situ Sunter Barat (2003) sebesar 3.571.391 plankter/m3. Kepadatan yang tinggi tersebut diduga disebabkan Cyanobacteria tumbuh optimal pada periode tersebut. Pertumbuhan optimal fitoplankton pada periode tertentu tersebut diduga karena adanya interaksi dengan kenaikan intensitas cahaya dan suhu perairan, serta nutrisi dengan konsentrasi yang rendah (Fogg dkk. 1973). Kenaikan intensitas cahaya dan suhu perairan dapat mengakibatkan peningkatan laju pertumbuhan Cyanobacteria. Cyanobacteria untuk tetap bertahan hidup pada kondisi lingkungan yang kekurangan unsur N, karena Cyanobacteria memiliki kemampuan untuk melakukan proses fiksasi N2 bebas dari udara. Kondisi tersebut diperkuat dengan kemampuan Cyanobacteria dalam menyimpan dan memanfaatkan cadangan N dan P dalam bentuk fikosianin dan polifosfat (Fogg dkk.1973). Hasil pengamatan diketahui terdapat beberapa Cyanobacteria yang mendominasi di beberapa perairan, yaitu Microcystis, Planktothrix, dan Oscillatoria. Microcystis sering terdapat melimpah di perairan. Microcystis menghasilkan toksin yang biasa disebut microcystin. Pada penelitian ini, Microcystis ditemukan melimpah di Situ Rawa Besar pada tahun September 2003 sebesar 2.456.755 plankter/m3, dan Sungai Cipinang pada Oktober 2002 sebesar 1.955.341 plankter/m3. Berdasarkan hasil penelitian pada bulan Oktober--November 1998 diketahui Microcystis pernah mendominasi (97,77%) perairan Situ Kenanga (Nurdin 2000). Planktothrix sering juga disebut sebagai sinonim dari beberapa anggota Oscillatoria yang memiliki vakuola gas yang terlihat lebih jelas dengan hanya *) Departemen Biologi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Indonesia Depok 16421 e-mail:
[email protected],
[email protected]
Seminar Nasional Limnologi 2006 Widya Graha LIPI Jakarta, 5 September 2006
menggunakan mikroskop cahaya biasa dengan perbesaran rendah. Dalam penelitian ini kedua nama tersebut digunakan untuk membedakan kedua Cyanobacteria berdasarkan vakuola gas yang dimiliki. Marga Oscillatoria dan Planktothrix dapat dilihat pada gambar 1H dan 1I. Oscillatoria merupakan marga yang banyak ditemukan dan mendominasi beberapa perairan situ dan sungai yang diamati. Di sungai Pasanggrahan pada bulan Oktober 2002 sebesar 455.098 plankter/m3, dan di Situ Agathis pada bulan September 2004 sebesar 896.034 plankter/m3. Selain Oscillatoria, Planktothrix terlihat dominan pada 5 lokasi, yaitu S. Sunter, Situ Sunter Dua, Situ Sunter Barat, S. Ancol-Ciliwung, dan Situ Agathis (2005). Masingmasing jumlah plankter Planktothrix di 5 lokasi tersebut, sebesar 1.231.090 plankter/m3 di S. Sunter, 1.264.692 plankter/m3 di Situ Sunter Dua, 3.235.383 plankter/m3 di Situ Sunter Barat, 1.223.654 plankter/m3 di S. Ancol-Ciliwung, dan 546.800 plankter/m3 di Situ Agathis (2005). Oscillatoria dan Planktothrix melimpah dihampir seluruh lokasi pengamatan. Hal tersebut terjadi karena Oscillatoria dan Planktothrix kemungkinan tumbuh lebih cepat dan mampu beradaptasi terhadap perubahan lingkungan (Sulawesty 1999). Oscillatoria dan Planktothrix memiliki vakuola gas. Menurut Fogg dkk. (1973) adanya vakuola gas memungkinkan kedua marga tersebut dapat mengatur daya apung sehingga mampu berada pada posisi (kolom air) yang memiliki intensitas cahaya cukup tinggi, suhu, dan konsentrasi nutrisi yang sesuai untuk pertumbuhan optimal. Salah satu faktor utama pengendali laju pertumbuhan fitoplankton adalah kemampuan organisme tersebut mendapatkan cahaya dan nutrien optimum (Goldman & Horne 1983). Oscillatoriales memiliki dua bentuk trikom yang berbeda. Trikom dari Arthrospira dan Spirulina berbentuk trikom terpilin, sedangkan Aphanizomenon, Nostoc, Oscillatoria, Planktothrix, dan Borzia berbentuk trikom lurus. Arthrospira dan Spirulina dibedakan berdasarkan septum pada trikom. Dengan menggunakan mikroskop cahaya, septum pada Arthrospira lebih mudah diamati dari pada septum pada Spirulina. (Gambar 1A dan C). Arthrospira ditemukan pada 7 lokasi pengamatan, yaitu Sungai Sunter, Situ Sunter Dua, Situ Sunter Barat, S. Ancol, Situ Rawa Besar, Situ Kenanga (2005), dan Situ Agathis (2004). *) Departemen Biologi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Indonesia Depok 16421 e-mail:
[email protected],
[email protected]
Seminar Nasional Limnologi 2006 Widya Graha LIPI Jakarta, 5 September 2006
Aphanizomenon dan Nostoc berpotensi menghasilkan toksin (Carmichael 1995). Pada penelitian ini, Aphanizomenon hanya ditemukan di Situ Rawa Besar pada September 2003 sebesar 231 plankter/m3. Sedangkan Nostoc pada penelitian ini hanya dalam jumlah yang rendah. Borzia (Gambar 1B) merupakan jenis yang jarang ditemukan, karena termasuk kelompok perifiton yang hidup menempel pada substrat. Borzia memiliki bentuk tubuh berupa filamen dan bersifat bentik. Karena sifatnya yang bentik maka kemungkinan besar Borzia tidak terambil oleh plankton net pada saat pengambilan sampel. Kepadatan terrendah marga tersebut adalah 89 plankter/m3 di Situ Kenanga, dan kepadatan tertinggi mencapai 400 plankter/m3 pada bulan Oktober 2005 di Situ Agathis. Dari penelitian ini juga dapat dilihat bahwa jumlah individu marga Cyanobacteria di Situ Agathis berbeda pada tahun 2001, 2004, dan 2005, serta di Situ Kenanga pada tahun 2004 dan 2005 (Tabel 2; Gambar 2). Jumlah individu marga Cyanobacteria di Situ Agathis pada tahun 2001 adalah 305.261 plankter/m3 dengan 6 marga, sedangkan pada tahun 2004 dan 2005 berturut-turut 1.150.965 plankter/m3 dengan 3 marga, dan 1.007.200 plankter/m3 dengan 8 marga (Tabel 2). Selain data dari Situ Agathis, Situ Kenanga juga menunjukkan perbedaan jumlah individu marga Cyanobacteria pada tahun 2004 dan 2005 (Gambar 2). Jumlah individu marga Cyanobacteria di Situ Kenanga pada tahun 2004 adalah 305.261 plankter/m3, sedangkan pada tahun 2004 dan 2005 berturutturut 1.150.965 plankter/m3 dengan 4 marga, dan 1.007.200 plankter/m3 dengan 7 marga (Tabel 2). Dari kedua data di atas menunjukkan jumlah individu marga Cyanobacteria bertambah sejalan dengan waktu. B.
Kepadatan marga Cyanobacteria dibandingkan dengan divisi lain Persentase jumlah individu Cyanobacteria tampak lebih tinggi jika dibandingkan
dengan kepadatan divisi lain, kecuali Situ Agathis pada tahun 2001 (22,2%), dan situ Kenanga pada tahun 2004 (14,5%) (Gambar 3). Kepadatan Cyanobacteria di 9 lokasi pengamatan berkisar 15,5 - 99,97 %, dengan yang terrendah terdapat di Situ Kenanga (tahun 2004) dan yang tertinggi di Situ Sunter Barat (tahun 2003). Selain itu, pengamatan di empat lokasi sungai pada tahun 2002 dan 2 situ di Jakarta Utara (Situ
*) Departemen Biologi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Indonesia Depok 16421 e-mail:
[email protected],
[email protected]
Seminar Nasional Limnologi 2006 Widya Graha LIPI Jakarta, 5 September 2006
Sunter Barat dan Situ Sunter dua) menunjukkan bahwa perairan sudah didominasi oleh Cyanobacteria.
KESIMPULAN Dari penelitian ini dapat diambil beberapa kesimpulan, yaitu 1) terdapat 11 marga Cyanobacteria yang umum dijumpai di perairan, yaitu Aphanizomenon, Arthrospira, Borzia, Chroococcus, Merismopedia, Mycrocystis, Nostoc, Oscillatoria, Planktothrix, Spirulina, dan Synechococcus, 2) Cyanobacteria yang terlihat mendominasi di beberapa perairan, yaitu Microcystis, Planktothrix, dan Oscillatoria, 3) jumlah marga Cyanobacteria yang umum ditemukan di 9 lokasi berkisar antara 3 sampai dengan 8 marga untuk setiap situ, 4) kepadatan terendah terdapat di Situ Kenanga (2004) sebesar 536 plankter/m3, 5) kepadatan tertinggi terdapat di Situ Sunter Barat (2003) sebesar 3.571.391 plankter/m3, dan 6) kepadatan Cyanobacteria yang tertinggi jika dibandingkan dengan divisi lain adalah 99,97 % terdapat di Situ Sunter Barat (tahun 2003). Penelitian semacam ini masih membutuhkan eksplorasi dan pengamatan yang lebih rinci terhadap Cyanobacteria bentik dan berukuran sangat kecil.
UCAPAN TERIMA KASIH Ucapan terima kasih kepada para mahasiswa Biologi FMIPA UI peminat bidang mikroalga yang selama ini telah membantu sampling ke lapangan.
DAFTAR PUSTAKA Bold, H.C. & M.J. Wynne. 1985. Introduction to the algae structure and reproduction. 2nd ed. Prentice Hall, Inc., Englewood Cliffs. Edmonson, W.T. 1963. Freshwater biology, 2nd. Ed., John Wiley & Sons, Inc., New York. Fogg, G.E., W.D.P. Stewart, P. Fay & A.E. Walsby. 1973. The blue green algae. Academic Press, London. Geitler, L. 1985. Cyanophyceae. Koeltz Scientific Books, Koenigstein. Goldman, C.R. & A.J. Horne. 1983. Limnology. McGraw-Hill, London. Kumar, H. D. & H.N. Singh. 1979. A textbook of an algae. The MacMillan Press Ltd., Tokyo. *) Departemen Biologi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Indonesia Depok 16421 e-mail:
[email protected],
[email protected]
Seminar Nasional Limnologi 2006 Widya Graha LIPI Jakarta, 5 September 2006
Lee, R.E.1989. Phycology. 2nd ed. Cambridge University Press. Cambridge. Nurdin, E. 2000. Potensi pengembangan perikanan di Situ Pondok Cina, Universitas Indonesia, Depok. Makara: Jurnal Penelitian Universitas Indonesia 7(B): 1-10 Pantecost, A. 1984. Introduction to fresh water algae. Richmond Pub. Co. Ltd., England. Sulawesty, F. 1999. Variasi musiman fitoplankton dominan di Danau Teluk. Oseanologi dan limnologi di Indonesia 31: 15-24 Vashishta, B.R. 1999. Botany for degree students: algae. 8
th
ed. S. Chad & Co. Ltd.,
New Delhi Vincent, W.F & C. Howard-Williams. 1989. Microbial communities in Southern Antartica. II. The effects of low temperature, Hydrobiologia 172: 39- 49. Wickstead, .J.H. 1965. An introduction to the study of tropical plankton. Hutchinson Tropical Monographs, London
*) Departemen Biologi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Indonesia Depok 16421 e-mail:
[email protected],
[email protected]
Tabel 2. Jumlah individu marga Cyanobacteria yang ditemukan di 9 lokasi kawasan Jakarta-Depok
No
Marga
Sep, 2002
Sep, 2002
Situ Sunter Brt
Sungai AncolCiliw.
0 166.902 0 335 0 0 0 0 1.231.090 0 6.459
Situ Sunter 2 0 187.560 0 526 0 0 0 0 1.264,692 0 95
0 335,888 0 0 0 0 0 0 3.235.383 0 120
1.404.786
1.452.873
Sep, 2002
Jan, 2003
Sungai Sunter
1 Aphanizomenon 2 Arthrospira 3 Borzia 4 Chroococcus 5 Merismopedia 6 Mycrocystis 7 Nostoc 8 Oscillatoria 9 Planktothrix 10 Spirulina 11 Synechococcus Jumlah (plankter/m3)
Jakarta Utara Jan, Jan, 2003 2003
Lokasi Pengambilan Sampel Jakarta Jakarta Selatan Timur Okt, Okt, Sep, Sep, 2002 2002 2003 2004
Depok Okt, Sep, 2005 2001
Sep, 2004
Okt, 2005
0 2.356 0 7 5.226 0 0 57 1.223.654 0 15
Sungai Pasanggr. 0 0 0 17 246.890 652.260 0 455.098 0 0 13
Sungai Cipinang 0 0 0 0 57.556 1.955.341 0 45.396 0 0 9
Situ Rawa Bsr 231 20.992 0 3 0 2.456.755 62 49 53 0 2
Situ Kenanga 0 0 89 235 0 0 56 156 0 0 0
Situ Kenanga 0 11.600 0 60.800 503.200 174.800 0 2.400 1.200 124.400
Situ Agathis 0 0 0 0 289 34 15 180.679 0 124.232 12
Situ Agathis 0 254.897 0 0 0 0 34 896.034 0 0 0
Situ Agathis 0 0 400 22.800 14.000 45.200 0 347.600 546.800 21.600 8.800
3.571.391
1.231.251
1.354.261
2.058.302
2.478.144
536
878.400
305.261
1.150.965
1.007.200
Jan, 2003
Sep, 2002
Okt, 2002
Okt, 2002
Sep, 2003
Okt, 2005
Sep, 2001
Sep, 2004
Okt, 2005
*) Departemen Biologi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Indonesia Depok 16421 e-mail:
[email protected],
[email protected]
Sep, 2004
Gambar 1. Beberapa marga Cyanobacteria di kawasan Jakarta-Depok
A
C
H
G
I
F D
E
B
Keterangan: A. Arthrospira, B. Borzia, C. Spirulina, D. Merismopedia, E. Microcystis, F. Nostoc, G. Synnechococcus, H. Oscillatoria, I. Planktothrix. (skala – : 10 µm)
*) Departemen Biologi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Indonesia Depok 16421 e-mail:
[email protected],
[email protected]
Jumlah ind. (plankter/L)
Gambar 2. Grafik Jumlah individu marga Cyanobacteria di 9 lokasi pengamatan 3400000 3300000 3200000 3100000 3000000 2900000 2800000 2700000 2600000 2500000 2400000 2300000 2200000 2100000 2000000 1900000 1800000 1700000 1600000 1500000 1400000 1300000 1200000 1100000 1000000 900000 800000 700000 600000 500000 400000 300000 200000 100000 0
sungai sun Sunter 2
Sunter Brt Ancol-Ciliw Sungai PasSungai CipRawa Bsr Situ KenanSitu KenanSitu AgathSitu AgathSitu Agath
Jkt Utara Jkt Utara Jkt Utara Jkt Utara 2002 2003 2003 2002
Jkt Jkt Timur Selatan 2002 2002
Depok 2003
Depok 2004
Depok 2005
Depok 2001
Depok 2004
Depok 2005
0
0
0
0
0
0
231
0
0
0
0
0
166,902
187,560
335,888
2,356
0
0
20,992
0
11,600
0
254,897
0
0
0
0
0
0
0
0
89
0
0
0
400
Chroococcus
335
526
0
7
17
0
3
235
60,800
0
0
22,800
Merismopedia
0
0
0
5,226
246,890
57,556
0
0
503,200
289
0
14,000
Mycrocystis
0
0
0
0
0
174,800
34
0
45,200
Nostoc
0
0
0
0
0
0
62
56
0
15
34
0
Oscillatoria
0
0
0
57
455,098
45,396
49
156
2,400
180,679
896,034
347,600
0
0
53
0
1,200
0
0
546,800
0
0
0
0
0
124 232
0
21 600
Aphanizomenon Arthrospira Borzia
Planktothrix Spirulina
1,231,090 1,264,692 3,235,383 1,223,654 0
0
0
0
652,260 1,955,341 2,456,755
*) Departemen Biologi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Indonesia Depok 16421 e-mail:
[email protected],
[email protected]
Gambar 3. Grafik persentase (%) kepadatan mikroalga divisi Cyanobacteria, Chlorophyta, dan lainnya
100 90
% kepadatan mikroalga
80 70 60 50 40 30 20 10 0
St Sunter Barat
St Sunter 2
Su Sunter
Su Ancol
Su Pesanggrah.
Su Cipinang
St Rawa Besar
St Agathis
St Agathis
St Agathis
St Kenanga
St Kenanga
2003
2003
2002
2002
2002
2002
2003
2001
2004
2005
2004
2005
Cyano
99,97
99,49
70,53
82,34
56,21
76,45
61,95
22,2
66,61
59,36
14,5
57,84
Chloro
0,03
0,51
29,37
17,65
43,73
23,49
28,01
63,45
27,09
33,9
82,46
39,21
0
0
0,01
0,01
0,07
0,06
10,04
14,35
6,3
6,74
3,04
2,95
lain
*) Departemen Biologi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Indonesia Depok 16421 e-mail:
[email protected],
[email protected]