Curriculum Vitae Riwayat Akademis: • Dokter Umum – FKUI, 1986 • Dokter Spesialis Penyakit Dalam – FKUI, 1996 • Post Graduate Education in Geriatric Medicine – Dept. of Geriatric & Rehab Medicine Royal Adelaide Hosp., Australia, 1997 • Konsultan (Subspesialis) Geriatri – FKUI, 2000 • Master Clinical Epidemiology – Universitas Indonesia, 2003 • Doctor of Philosophy (PhD) – Universitas Indonesia, 2006 • Professor - Universitas Indonesia, 2013
Jabatan saat ini: • Ketua - Kolegium Ilmu Penyakit Dalam Indonesia • Ketua – Perhimpunan Gerontologi Medik Indonesia • Ketua – Unit Clinical Epidemiology and Evidence-Based Medicine (CEEBM) RS Cipto Mangunkusumo • Wakil Pemimpin Redaksi – Acta medica Indonesiana • Staff Senior Geriatri – Departemen Penyakit Dalam, FKUI
HOME CARE
(untuk Orang Usia Lanjut)
Siti Setiati
The Ageing World 700
600
1950 500
1990 2025
400
300
200
100
0 Oceania
Nth america
Sth america
Africa
Setiati S. Asesmen Paripurna pada Pasien Geriatri. 2012.
Europe
Asia
Penduduk Usia Lanjut di Indonesia Tahun 2000 19 juta usia lanjut ,dengan usia harapan hidup 66,2 tahun. Tahun 2010 diperkirakan 23,9 juta usia lanjut (9,77%) dengan usia harapan hidupnya 67,4 tahun Tahun 2020 diperkirakan sebesar 28,8 juta (11,34%), dengan usia harapan hidup 71,1 tahun. Sebagian besar orang usia lanjut memilih dirawat di rumah (home care) daripada di rumah sakit.
Setiati S. Asesmen Paripurna pada Pasien Geriatri. 2012.
Definisi Home Care • Home care adalah pelayanan yang ditujukan untuk seseorang dengan kebutuhan khusus di rumahnya, seperti: orang usia lanjut, menderita penyakit kronis, pasca operasi, atau dengan disabilitas. Pelayanan home care meliputi: • Pelayanan kesehatan, seperti: tenaga medis dan paramedis yang datang ke rumah untuk pemeriksaan kesehatan dan pengobatan. • Perawatan pribadi, seperti: mandi, keramas, makan minum, berpakaian. • Aktivitas rumah tangga, seperti: membersihkan rumah dan mencuci. • Memasak atau mengantar makanan.
Medline Plus. Home Care Services. 2016.
Definisi • Untuk pasien dengan penyakit terminal, home care dapat meliputi hospice care. • Untuk pasien pasca operasi dan yang baru sembuh dari penyakit, home care dapat meliputi terapi rehabilitasi. • Sebagian besar pasien yang membutuhkan home care adalah pasien usila.
Medline Plus. Home Care Services. 2016.
Pemberi Layanan Home Care • Tenaga medis dan paramedis profesional yang memberikan pelayanan kesehatan dokter, perawat. • Pelaku rawat (care giver) profesional yang melayani kebutuhan sehari-hari sehingga kebutuhan activity of daily living (ADL) terpenuhi. • Fisioterapis • Terapis okupasi • Terapis wicara • Ahli gizi • Tenaga sosial dalam bidang medis
Medline Plus. Home Care Services. 2016.
Pengkajian Paripurna Pasien Geriatri / Comprehensive Geriatric Assessment (P3G/CGA) • Sebagai prosedur evaluasi multidimensi di mana berbagai masalah pada pasien geriatri/usila diungkap, diuraikan, semua aset pasien ditemukenali, jenis pelayanan yang dibutuhkan diidentifikasi, rencana asuhan dikembangkan secara terkoordinir, yang semua itu berorientasi kepada kepentingan pasien. • P3G dapat dilakukan di: • • • •
Rumah (asuhan rumah/home care) Puskesmas (layanan primer) Rumah sakit Panti Werdha
Setiati S. Asesmen Paripurna pada Pasien Geriatri. 2012.
Pemeriksaan CGA yang Perlu dilakukan Saat Home Care oleh Dokter - Riwayat
Penyakit - Anamnesis umum + geriatrik - Aspek Biopsikososial - Aspek Nutrisi - Anamnesis sistem - Pemeriksaan jasmani umum - Neurologi dasar - Pemeriksaan status nutrisi - Pemeriksaan status fungsional - Pemeriksaan status mental - Pemeriksaan penunjang - Pengkajian iatrogenesis Setiati S. Asesmen Paripurna pada Pasien Geriatri. 2012.
Pengkajian Paripurna Pasien Geriatri / Comprehensive Geriatric Assessment (P3G/CGA) • Penerapan P3G seyogianya dilakukan secara interdisiplin dan berkesinambungan: • Menyelesaikan fase akut • Discharge planning • Perawatan rumah (Home Care) • Hospital based Community based
Setiati S. Asesmen Paripurna pada Pasien Geriatri. 2012.
Continuum of Care Rumah (Home care) Puskesmas
IGD
Posyandu Lansia
Poliklinik
Pusaka
Ruang Rawat Akut Geriatri Discharge planning
Private clinic N/H
Day Hospital
…. pulang Yankes usila berbasis KOMUNITAS
Ruang Rawat Kronik Yankes usila/ geriatri berbasis RS
Setiati S. Asesmen Paripurna pada Pasien Geriatri. 2012.
Pemeriksaan yang Perlu dilakukan Saat Home Care Anamnesis dan PJ sistem PSIKOKOGNITIF
FISIK, BIOLOGIK
SOSIAL FUNGSIONAL
NUTRISI
ADL, IADL, MNA
Setiati S. Asesmen Paripurna pada Pasien Geriatri. 2012.
Klinis, AMT, MMSE, GDS
Home Care di Amerika Serikat • Didanai oleh Medicare, Medicaid, asuransi jangka panjang, atau sumber keuangan pribadi pasien. • Informasi medis disimpan dalam software yang disebut Home health care. • Pada beberapa negara bagian seperti California dan Florida, terdapat kualifikasi untuk pelaku rawat home care.
Medline Plus. Home Care Services. 2016.
Jenis Pelayanan untuk Pasien Usila
Ferrucci L, Studenski S. Clinical Problems of Aging. Harrison’s Principle of Internal Medicine. 18th Edition. USA; 2012.
Layanan Kesehatan di Indonesia • Layanan kesehatan di Indonesia terbagi menjadi: • Layanan berbasis rumah sakit (Hospital-based service): • Tingkat pertama: Puskesmas, klinik dokter umum • Tingkat kedua: RS kabupaten (tipe B/C) atau klinik dokter spesialis • Tingkat ketiga: RS rujukan (tipe A) • Layanan berbasis komunitas (Community-based service): • Home Care • Panti Werdha • Posyandu Lansia • Institusi: nursing home
WHO SEARO. A Review of Long Term Care and Palliative Care for Older Persons. 2016.
Layanan Kesehatan di Indonesia • Home care termasuk dalam salah satu layanan berbasis komunitas (Communitybased service). • Beberapa RS besar di Indonesia telah membuat pelayanan khusus untuk usila seperti yang tertuang dalam Permenkes no. 79 tahun 2014. • Home care lebih banyak dijalankan oleh pelaku rawat informal, umumnya anggota keluarga. WHO SEARO. A Review of Long Term Care and Palliative Care for Older Persons. 2016.
Home Care di Indonesia • Untuk pasien usila tanpa kondisi/penyakit akut, mereka dapat diobati di layanan berbasis komunitas. • Untuk pasien dengan kondisi/penyakit akut (infeksi, stroke, infark miokard akut, dll.), mereka harus dirawat di layanan berbasis rumah sakit. • Setelah kondisi akutnya terselesaikan, pasien harus segera dibawa ke layanan berbasis komunitas lagi, terutama home care untuk mendapatkan tatalaksana dari tenaga medis dan/atau paramedis
WHO SEARO. A Review of Long Term Care and Palliative Care for Older Persons. 2016.
Home Care di Indonesia • Pasien usila sebisa mungkin dirawat di rumah (home care) dengan kualitas terbaik yang distandardisasi. Walaupun begitu, ada beberapa tantangan: • Tidak ada cakupan dana untuk home care dan layanan berbasis komunitas lain dari asuransi kesehatan nasional BPJS kesehatan. • Kurangnya kemampuan dan pengetahuan tenaga medis dan non-medis dalam merawat pasien usila di layanan berbasis komunitas. • Tidak adanya sistem rujukan dari layanan berbasis komunitas ke layanan berbasis rumah sakit, untuk pasien dengan penyakit kompleks.
WHO SEARO. A Review of Long Term Care and Palliative Care for Older Persons. 2016.
Saran • Layanan home care seyogianya dibiayai oleh asuransi kesehatan nasional. • Sistem kesehatan dan asuransi nasional seyogianya meliputi layanan home care yang disediakan tenaga medis dan paramedis di layanan kesehatan berbasis rumah sakit.
WHO SEARO. A Review of Long Term Care and Palliative Care for Older Persons. 2016.
Saran • Melakukan latihan, seminar, workshop untuk meningkatkan kemampuan dan pengetahuan tenaga medis dan non-medis dalam penatalaksanaan pasien usila di home care (dokter, perawat, fisioterapis, dan pelaku rawat keluarga dan profesional). • Materi edukasi yang diberikan harus mengikuti standar internasional yang berlaku.
WHO SEARO. A Review of Long Term Care and Palliative Care for Older Persons. 2016.
Saran • Sistem rujukan juga harus dibuat untuk pasien dengan penyakit/kondisi kompleks yang tidak bisa ditatalaksana di layanan berbasis komunitas. • Pasien dengan kriteria ini harus dirujuk ke layanan berbasis rumah sakit, dan harus segera dibawa kembali setelah kondisi akutnya teratasi.
WHO SEARO. A Review of Long Term Care and Palliative Care for Older Persons. 2016.
Kesimpulan • Home care adalah sistem pelayanan yang ditujukan untuk orang dengan kebutuhan khusus, seperti: usila, sakit kronis, pulih dari operasi, atau disabilitas untuk tetap tinggal di rumahnya. • Penyedia jasa layanan home care terbagi menjadi tenaga medis dan nonmedis. • Home care termasuk dalam layanan berbasis komunitas (community based health care service).
Kesimpulan • Pasien usila harus dirawat di home care sebisa mungkin dengan kualitas terbaik yang harus terstandardisasi. • Beberapa tantangan untuk mengaplikasikan home care di Indonesia meliputi: tidak adanya cakupan dana dari BPJS kesehatan, kurangnya kemampuan dan pengetahuan penyedia layanan home care, tidak adanya sistem rujukan antar layanan kesehatan komunitas dengan rumah sakit. • Solusi untuk masalah ini: menyarankan BPJS kesehatan untuk menyediakan dana untuk pelayanan home care, memberi materi edukasi untuk penyedia layanan home care, membuat sistem rujukan yang baik untuk pasien yang tidak bisa ditangani di layanan kesehatan komunitas.
Referensi •
Ferrucci L, Studenski S. Clinical Problems of Aging. Harrison’s Principle of Internal Medicine. 18th Edition. USA; 2012.
•
Medline Plus. Home Care Services. 2016.
•
WHO SEARO. A Review of Long Term Care and Palliative Care for Older Persons. 2016.
•
PERGEMI. Usulan Konsep Sistem Pelayanan Rujukan Pasien Geriatri.
•
Rochmawati E, Wiechula R, Cameron K. Current status of palliative care services in Indonesia: a literature review. International Nursing Review. 2015.
•
Wu LC, et al. Association of home care needs and functional recovery among community-dwelling elderly hip fracture patients. Archives of Gerontology and Geriatrics. 2013; 383-388.
•
Setiati S. Asesmen Paripurna pada Pasien Geriatri. 2012.
•
Studi kohort prospektif yang dilakukan oleh Wu, et al. di Taiwan, bertujuan menilai kebutuhan home care dan kesulitan bekerja pada pasien usila di komunitas dengan fraktur panggul dan hubungan pemulihan fungsional dengan perawatan yang didapat.
•
Pasien usila 65 tahun ke atas yang menjalani operasi untuk fraktur panggul dilakukan perekrutan total 116 pasien yang mengikuti penelitian.
Wu LC, et al. Association of home care needs and functional recovery among community-dwelling elderly hip fracture patients. Archives of Gerontology and Geriatrics. 2013; 383-388.
•
Pengukuran pemulihan fungsional dilakukan menggunakan:
•
Skala status fungsi fisik oleh Williams, et. al. yang meliputi makan, berpakaian, kebersihan diri, dll. setiap poin diberikan skor 0-2 untuk total skor 0-18 skor makin tinggi menunjukkan ketergantungan makin tinggi.
•
Kuesioner kebutuhan perawatan oleh Chiu (1998) yang meliputi empat pertanyaan yang berhubungan dengan fraktur panggul: bantuan dalam memiringkan tubuh, naik atau turun tempat tidur, duduk, dan menggunakan toilet setiap pertanyaan dijawab dalam dua bagian: kebutuhan rawat (skor 0 = tidak, 1 = ya), dan tingkat kesulitan eksekusi (skor 1-5, makin tinggi skor menunjukkan makin sulit perawatan yang harus diberikan).
Wu LC, et al. Association of home care needs and functional recovery among community-dwelling elderly hip fracture patients. Archives of Gerontology and Geriatrics. 2013; 383-388.
* Rata-rata usia pasien adalah 79.4 ± 8.5 tahun, dan 60 pasien (51.7%) adalah laki-laki.
* Sebagian besar sudah menikah (82, 70.7%) atau bercerai (29, 25.0%).
* Rata-rata usia pelaku rawat adalah 53.4±14.2 tahun, dan hubungan dengan pasien paling umum yaitu anak (54.3%), pasangan hidup (34.5%), dan pekerja asing (11.0%).
* Di antara pelaku rawat, 78 orang (67.2%) dilaporkan merawat pasien sendiri tanpa bergantian.
Wu LC, et al. Association of home care needs and functional recovery among community-dwelling elderly hip fracture patients. Archives of Gerontology and Geriatrics. 2013; 383-388.
* Tabel di atas menunjukkan status fungsi fisik sebelum, satu minggu, dan satu bulan setelah pulang.
* Gangguan fungsi fisik yang paling umum dijumpai sebelum pulang adalah berdiri/duduk (99.1%), berpakaian (93.1%), membersihkan diri (91.3%), dan naik atau turun tangga (91.4%). Satu bulan setelah pulang, gangguan fungsi fisik meliputi berdiri/duduk (69.0%) dan berpakaian (59.5%).
* Skor status fungsi fisik total adalah 5.8 ± 6.7 sebelum pulang, 8.8 ± 7.1 pada satu minggu setelah pulang, dan 11.3 ± 5.9 pada satu bulan setelah pulang. Wu LC, et al. Association of home care needs and functional recovery among community-dwelling elderly hip fracture patients. Archives of Gerontology and Geriatrics. 2013; 383-388.
Wu LC, et al. Association of home care needs and functional recovery among community-dwelling elderly hip fracture patients. Archives of Gerontology and Geriatrics. 2013; 383-388.
*Tabel di slide sebelunya menunjukkan kebutuhan rawat paling sering adalah perawatan luka (95.7%), kunjungan medis (94.8%), penjagaan keamanan pasien (92.2%), serta membersihkan tempat tinggal (87.1%).
*Kebutuhan rawat yang paling sulit untuk pelaku rawat sebelum pulang adalah bantuan berjalan (2.3 ± 1.3), bantuan rehabilitasi (2.1 ± 1.2), bantuan naik/turun tempat tidur (2.0 ± 1.1), dan bantuan menaiki tangga (2.0 ± 1.7).
*Tingkat kesulitan tugas untuk pelaku rawat adalah 44.1 ± 28.4 sebelum pulang, 28.9 ± 26.9 pada satu minggu seetelah pulang, dan 16.4 ± 23.7 pada satu bulan setelah pulang.
Wu LC, et al. Association of home care needs and functional recovery among community-dwelling elderly hip fracture patients. Archives of Gerontology and Geriatrics. 2013; 383-388.
* Tabel di atas menunjukkan kebutuhan rawat untuk pasien usila berkorelasi negative secara signifikan dengan fungsi fisik sebelum pulang, satu minggu dan satu bulan setelah pulang (masing-masing r= 0.530, p<0.001; r=0.432, p<0.001; dan r=0.475, p<0.001).
* Tingkat kesulitan untuk pelaku rawat juga berkorelasi signifikan dengan fungsi fisik sebelum pulang, satu minggu dan satu bulan setelah pulang (masing-masing r=0.326, p<0.001; r=0.684, p<0.001; dan r=0.647, p<0.001).
Wu LC, et al. Association of home care needs and functional recovery among community-dwelling elderly hip fracture patients. Archives of Gerontology and Geriatrics. 2013; 383-388.
*Tabel di atas menunjukkan setelah menyesuaikan dengan usia, jenis kelamin, lama masa rawat, dan level edukasi tingkat kebutuhan rawat dan kesulitan tugas juga berkorelasi signifikan dengan fungsi fisik sebelum pulang, satu minggu dan satu bulan setelah pulang. Wu LC, et al. Association of home care needs and functional recovery among community-dwelling elderly hip fracture patients. Archives of Gerontology and Geriatrics. 2013; 383-388.
*Hasil dari studi tersebut menunjukkan bahwa sebagian besar pasien usila bergantung pada perawatan anggota keluarga setelah pulang rawat, dan status fungsi fisik meningkat signifikan pada satu minggu dan satu bulan setelah pulang.
*Pasien usila paling banyak membutuhkan bantuan untuk kunjungan medis ulang, kewaspadaan terhadap keamanan pasien, membersihkan lingkungan rumah, tatalaksana masalah gawat darurat medis, berbelanja dan melakukan tugas.
*Kebutuhan rawat untuk usila dan kesulitan tugas untuk pelaku rawat berhubungan secara negatif dengan status fungsi fisik usila.
Wu LC, et al. Association of home care needs and functional recovery among community-dwelling elderly hip fracture patients. Archives of Gerontology and Geriatrics. 2013; 383-388.