Cover by: Erik Noverdian S.
JADWAL KKD PENGINDERAAN TINGKAT III SEMESTER 6 TA 2013-2014 NO 1
2
HARI SELASA
RABU
TANGGAL 11-Feb-14
12-Feb-14
JAM 10.00-10.30 10.30-11.30 11.30-12.30 10.00-10.30 10.30-11.30 11.30-12.30 10.00-12.00
13.00-15.00
3
SELASA
18-Feb-14
10.00-12.00
13.00-15.00
KLPK A,B & C
KEGIATAN Introduksi KKD-2 & Feedback Kuliah Pengantar Pemeriksaan THT kuliah Pengantar Pemeriksaan Mata
TEMPAT
RK. PARASITOLOGI
Introduksi KKD-2 & Feedback D A1-4 A5-8 B1-4 B5-8
Kuliah Pengantar Pemeriksaan THT kuliah Pengantar Pemeriksaan Mata P Mata 2-1 (Kampimetri & Tonometri) P THT 2-1 (Tes Penala) P Mata 1-1(Visus & Funduskopi) P Keseimbangan 1
C1-4
P Mata 2-1 (Kampimetri & Tonometri)
C5-8 D1-4 D5-8 C1-4 C5-8 D1-4 D5-8 A1-4 A5-8 B1-4
P Keseimbangan 1
B5-8
P THT 2-1 (Tes Penala) P Mata 1-1(Visus & Funduskopi) P Keseimbangan 1 P Mata 2-1 (Kampimetri & Tonometri) P Mata 1-1(Visus & Funduskopi) P THT 2-1 (Tes Penala) P THT 2-1 (Tes Penala) P Mata 2-1 (Kampimetri & Tonometri) P Keseimbangan 1 P Mata 1-1(Visus & Funduskopi)
GD. IASTH LT. 5 SKILL LAB 1 SKILL LAB 2 PARASITOLOGI SKILL LAB 1 SKILL LAB 2 PARASITOLOGI SKILL LAB 1 SKILL LAB 2 PARASITOLOGI SKILL LAB 2 PARASITOLOGI SKILL LAB 1 SKILL LAB 2 PARASITOLOGI SKILL LAB 1 SKILL LAB 1 SKILL LAB 2 PARASITOLOGI SKILL LAB 2 PARASITOLOGI SKILL LAB 1 SKILL LAB 2 PARASITOLOGI SKILL LAB 1
4
RABU
19-Feb-14
10.00-12.00
13.00-15.00
5
SELASA
25-Feb-14
10.00-12.00
13.00-15.00
6
RABU
26-Feb-14
10.00-12.00
13.00-15.00
7
SELASA
4-Mar-14
10.00-12.00
13.00-15.00
A1-4 A5-8 B1-4 B5-8 C1-4 C5-8 D1-4 D5-8 C1-4 C5-8 D1-4 D5-8 A1-4 A5-8 B1-4 B5-8 A1-4 A5-8 B1-4 B5-8 C1-4 C5-8 D1-4 D5-8 C1-4 C5-8 D1-4 D5-8 A1-4
P Mata 1-1(Visus & Funduskopi) P Keseimbangan 1 P Mata 2-1 (Kampimetri & Tonometri) P THT 2-1 (Tes Penala) P THT 2-1 (Tes Penala) P Mata 1-1(Visus & Funduskopi) P Keseimbangan 1 P Mata 2-1 (Kampimetri & Tonometri) P Mata 1-1(Visus & Funduskopi) P THT 2-1 (Tes Penala) P Mata 2-1 (Kampimetri & Tonometri) P Keseimbangan 1 P Keseimbangan 1 P Mata 1-1(Visus & Funduskopi) P THT 2-1 (Tes Penala) P Mata 2-1 (Kampimetri & Tonometri) P Mata 2-2 (Kampimetri & Tonometri) P Mata 1-2(Visus & Funduskopi) Resep 1 P Keseimbangan 2 P Mata 2-2 (Kampimetri & Tonometri) P Keseimbangan 2 P THT 2-2 (Tes Penala) Resep 1 P Mata 1-2(Visus & Funduskopi) P Mata 2-2 (Kampimetri & Tonometri) P Keseimbangan 2 P THT 2-2 (Tes Penala) P THT 2-2 (Tes Penala)
SKILL LAB 1 SKILL LAB 2 PARASITOLOGI SKILL LAB 1 SKILL LAB 2 PARASITOLOGI SKILL LAB 2 PARASITOLOGI SKILL LAB 1 SKILL LAB 2 PARASITOLOGI SKILL LAB 1 SKILL LAB 1 SKILL LAB 2 PARASITOLOGI SKILL LAB 1 SKILL LAB 2 PARASITOLOGI SKILL LAB 2 PARASITOLOGI SKILL LAB 1 SKILL LAB 2 PARASITOLOGI SKILL LAB 1 SKILL LAB 1 SKILL LAB 1 SKILL LAB 2 PARASITOLOGI SKILL LAB 2 PARASITOLOGI SKILL LAB 1 SKILL LAB 2 PARASITOLOGI SKILL LAB 2 PARASITOLOGI SKILL LAB 1 SKILL LAB 1 SKILL LAB 1 SKILL LAB 2 PARASITOLOGI SKILL LAB 2 PARASITOLOGI SKILL LAB 2 PARASITOLOGI
8
RABU
5-Mar-14
10.00-12.00
13.00-15.00
9
SELASA
11-Mar-14
10.00-12.00
13.00-15.00
10
RABU
12-Mar-14
13.00-15.00
10.00-12.00
B1-4 B5-8 C1-4 C5-8 D1-4
P Mata 2-2 (Kampimetri & Tonometri) P Keseimbangan 2 P Mata 1-2(Visus & Funduskopi) Resep 1 P Keseimbangan 2 P Mata 2-2 (Kampimetri & Tonometri) P THT 2-2 (Tes Penala) P THT 2-2 (Tes Penala) Resep 1 P Mata 1-2(Visus & Funduskopi) P Mata 2-2 (Kampimetri & Tonometri) Resep 1 P Mata 1-2(Visus & Funduskopi) P Mata 2-2 (Kampimetri & Tonometri) P Keseimbangan 2 P Mata 1-2(Visus & Funduskopi) Resep 1 P THT 2-2 (Tes Penala) P Mata 2-2 (Kampimetri & Tonometri) P Keseimbangan 2 P THT 2-2 (Tes Penala) P Mata 1-2(Visus & Funduskopi) Resep 1 P Keseimbangan 2 P THT 2-2 (Tes Penala) Resep 1
D5-8
P Mata 1-2(Visus & Funduskopi)
A5-8 B1-4 B5-8 A1-4 A5-8 B1-4 B5-8 C1-4 C5-8 D1-4 D5-8 C1-4 C5-8 D1-4 D5-8 A1-4 A5-8 B1-4 B5-8 A1-4 A5-8
SKILL LAB 1 SKILL LAB 2 PARASITOLOGI SKILL LAB 1 SKILL LAB 1 SKILL LAB 2 PARASITOLOGI SKILL LAB 1 SKILL LAB 2 PARASITOLOGI SKILL LAB 2 PARASITOLOGI SKILL LAB 2 PARASITOLOGI SKILL LAB 1 SKILL LAB 1 SKILL LAB 2 PARASITOLOGI SKILL LAB 1 SKILL LAB 1 SKILL LAB 2 PARASITOLOGI SKILL LAB 1 SKILL LAB 2 PARASITOLOGI SKILL LAB 2 PARASITOLOGI SKILL LAB 1 SKILL LAB 2 PARASITOLOGI SKILL LAB 2 PARASITOLOGI SKILL LAB 1 SKILL LAB 2 PARASITOLOGI SKILL LAB 2 PARASITOLOGI SKILL LAB 2 PARASITOLOGI SKILL LAB 1 SKILL LAB 1
Daftar Isi KKD FARMASI Panduan KKD Penulisan Resep…………………………………………………… 1 Kasus Resep………………………………………………………………………………. 8 Daftar Tilik Penulisan Resep……………………………………………………. 12 KKD MATA Pedoman pemeriksaan mata (oftalmologi) ……………………………… 13 Daftar tilik pemeriksaan tajam penglihatan (visus) ………………….. 18 Daftar tilik pemeriksaan funduskkopi (oftalmoskopi direk) ……… 20 Daftar tilik pemeriksaan lapang pandang (kampimetri)……………. 21 Daftar tilik pemeriksaan tonometri Schiotz……………………………… 22 NEUROLOGI (KESEIMBANGAN) Pedoman Pemeriksaan Keseimbangan…………………………………… 23 Daftar tilik pemeriksaan keseimbangan…………………………………. 26 THT Pedoman pemeriksaan pendengaran…………………………………….. 27 Daftar tilik pemeriksaan Rinne………………………………………………. 33 Daftar tilik pemeriksaan Weber……………………………………………… 34 Daftar tilik pemeriksaan Schwabach………………………………………. 35
PANDUAN PENULISAN RESEP DALAM MODUL KETERAMPILAN KLINIK DASAR Pendahuluan Ilmu Farmasi Kedokteran diperlukan dalam pendidikan dokter untuk meningkatkan pengetahuan tentang pemahaman dan cara penulisan resep yang rasional berdasarkan pemilihan obat yang tepat, penentuan dosis yang tepat, pemilihan bentuk sediaan obat yang tepat, serta penentuan cara dan waktu pemberian obat yang tepat pada penderita yang tepat. Sesuai dengan Kurikulum Fakultas kedokteran UI 2005, pendidikan ilmu farmasi kedokteran dilaksanakan secara integrasi dengan cabang ilmu yang lain. Ilmu farmasi kedokteran mulai diperkenalkan pada modul tumbuh kembang, lalu dilanjutkan pada modul kulit dan jaringan penunjang, modul ginjal dan cairan tubuh, modul reproduksi, modul penginderaan, dan modul infeksi imunologi. Penulisan resep terkait bentuk sediaan yang telah diajarkan pada modul tersebut dilatihkan di modul Keterampilan Klinik Dasar (KKD).
Di modul KKD diadakan sesi penulisan resep dalam 3 modul, modul penginderaan (Resep 1), modul hematologi onkologi (resep 2), dan modul infeksi imunologi (resep 3). Pada sesi Resep 1 mahasiswa akan dilatih menuliskan resep bentuk sediaan obat oral dan bentuk sediaan obat mata, telinga, tenggorok. Pada sesi Resep 2 mahasiswa akan dilatih menuliskan resep bentuk sediaan obat topikal. Pada sesi Resep 3 mahasiswa akan dilatih menuliskan resep bentuk sediaan obat injeksi dan infus. Mahasiswa akan diberikan kasus simulasi dan daftar tilik keterampilan sebelum sesi. Kasus yang diberikan pada latihan hanya merupakan ilustrasi kasus yang singkat yang telah dipelajari di berbagai modul integrated basic medical sciences. Bila diperlukan data tambahan terkait pemberian terapi pada pasien, data tersebut dapat ditambahkan sendiri.
Pengetahuan tatalaksana penyakit yang telah dipelajari dalam modul-modul integrated medical sciences sangat diperlukan untuk mengikuti sesi KKD penulisan resep. Mahasiswa diharapkan dapat mempersiapkan diri sebelum sesi. Tujuan Umum Mampu menulis resep yang rasional Tujuan Khusus
Memahami macam-macam bentuk sediaan obat (padat, cair, dan setengah padat) sehingga dapat memilih bentuk sediaan obat yang tepat untuk pasien.
Mampu memilih bentuk sediaan obat sesuai dengan penderita
Mampu menghitung dosis dan jumlah obat yang dibutuhkan penderita
Mampu menulis resep dengan lengkap
Mengetahui peraturan Perundang-undangan Kesehatan yang berkaitan dengan farmasi sehingga dapat memahami wewenang dokter.
1
Pengetahuan yang perlu diketahui sebelumnya :
Patogenesis dan patofisiologi dari suatu penyakit
Farmakologi
Strategi belajar yang digunakan : 1. Membaca buku referensi 2. Kuliah dari narasumber 3. Diskusi dan praktek menulis resep dengan tutor/narasumber 4. Demonstrasi memberikan terapi injeksi dan infus di Ketrampilan Klinik Dasar Referensi yang dapat anda gunakan sebagai rujukan : 1. Resep yang rasional/Guide to Good Prescribing (WHO), 1995 2. Joenoes NZ. Ars Prescribendi. Volume 1, 2, 3. Surabaya,Airlangga University Press, 1995 3. Buku Ajar dari Departemen terkait di FKUI 4. Farmakologi dan Terapi Edisi IV. 1995 5. Goodman and Gillman Edisi XI, 2006
OBAT :adalahzatkimia yang dapatmempengaruhi proses hidupyang dapat digunakan
untuk terapi, profilaksis, diagnosa, promosi tingkat kesehatan, rehabilitasi atau untuk kosmetika.
2
RESEP : merupakan alat komunikasi tertulis antara dokter – apoteker - pasien. Resep dibuat setelah dokter mendiagnosis suatu penyakit.
Langkah Penulisan Resep Untuk menentukan terapi setiap kasus, perlu diketahui hal-hal berikut: patogenesis/patofisiologi penyakit sebagai dasar pemberian terapi secara farmakologik dan non farmakologik
obat terpilih sesuai diagnosis penyakit (terapi kausal, simptomatik, dan penunjang), indikasi, kontraindikasi, efek samping, interaksi obat/makanan
cara pemberian obat, bentuk sediaan obat, sediaan obat
dosis terapi, frekuensi pemberian, jangka lama pemberian, waktu pemberian
anjuran untuk menunjang keberhasilan terapi
Baca lebih lanjut tentang resep di buku Ars Prescribendi 1 hal 7 - 23
Sebagaiseorangcalondokter yangmemilikicukuppengetahuantentangmenuliskanresep yang rasionaldengan :
Pemilihan obat serta cara pemberian/penggunaannya yang tepat
Perhitungan dosis regimen yang tepat untuk tiap penderita secara individual
Pemilihan bentuk sediaan yang paling efektif sesuai tujuan terapi
Penentuanwaktupemberianobat yang paling tepat
Penyesuaikansemuafaktorobatdenganfaktor/parameter penderita
Pengertiandasardarifarmakokinetikobat
Pengetahuan tentang cara pemberian obatBaca buku Ars Prescribendi 3 hal 6 - 17
3
Dosis Obat
Baca buku Ars Prescribendi 1 hal 43 - 61
Bentuk sediaan obat padat
Baca buku Ars Prescribendi 2 hal 135-51
Bentuk sediaan obat cair
Baca buku Ars Prescribendi 2 hal 79-118
Bentuk sediaan setengah padat
Baca buku Ars Prescribendi 2 hal 119-34
Faktor obat yang mempengaruhi pemilhan bentuk sediaan obat Baca buku Ars Prescribendi 2 hal 74 Faktor penderita yang mempengaruhi pemilhan bentuk sediaan obat Baca buku Ars Prescribendi 2 hal 75-76 Farmakokinetik obat yang diberikan dalam tubuh penderita ? Baca buku Ars Prescribendi 3 hal 53-117 Buku Farmakologi dan Terapi Goodman and Gilmann Katzung Interaksi obat
Ars Prescribendi 3 hal 135-55 Buku Farmakologi dan Terapi Goodman and Gilmann Katzung Drug Interaction
4
Beberapa contoh kasus dibawah ini dipilih untuk memudahkan pemahaman tentang Ilmu Farmasi Kedokteran :
Kasus 1. Seorang anak usia 6 bulan, BB 6 kg, dibawa ke dokter dengan keluhan Demam sejak 2 hari yang lalu. Pikirkan ............. Apa yang mungkin terjadi ? Mekanisme demam a. Patofisiologi &Diagnosis - virus ? - bakteri ? b. Tentukan terapi
Apa yang anda lakukan ? Periksa suhu badan dan pemeriksaan fisik - Baca Buku Ajar Ilmu Kesehatan Anak, Mikrobiologi - Baca fisiologi/patofisiologi demam - Terapi Farmakologis - Terapi Non Farmakologis
c. Pemilihan Obat : perlu terapi kausal / simtomatik ? Obat apa yang dipilih ?
Tentukan drug of choice (personal drug) Pelajari : - efektifitas, Efek Samping dan Kontra Indikasi - interaksi - obat lain/makanan Tentukan obat alternatif Tentukan : - per oral ? - parenteral / injeksi ? Tentukan bentuk sediaan obat : - BSO padat : tablet, puyer - BSO Cair : sirup, drop, injeksi ? Dosis terapi anak, berdasarkan : - Umur : rumus Young, Dilling - Berat Badan - Luas permukaan tubuh Baca Farmakologi & Terapi - t ½ , prn (bila perlu) - untuk terapi kausal - untuk terapi simptomatik Menghadiri Kuliah dari narasumber Diskusi dengan tutor - Resep obat sediaan jadi - Resep obat sediaan racikanMenghadiri Kuliah dari narasumber dan Diskusi dengan tutor Follow up Pasien, Progress terapi, Efek Samping
d. Bagaimana cara pemberian obat ? e. Bentuk sediaan obat(BSO) yang dipilih ? f. Tentukan berapa Dosisnya - Dosis anak - Dosis dewasa - Dosis neonatus g. Tentukan frekuensi pemberian obat h. Tentukan lama terapi / pemberian obat i. Bagaimana menghitung dosis & total kebutuhan obat g. Bagaimana menulis resep yang rasional ?
h. Bagaimana evaluasi pengobatan ?
Terintegrasi
- dept. I. Kesehatan anak - dept. Mikrobiologi - dept. Farmakologi Baca Farmakologi & Terapi, Buku Ajar Ilmu Kesehatan Anak. - dept. Farmakologi - dept. I. Kesehatan anak
Baca Guide to Good Prescribing (WHO)
5
Kasus 2. Seoranglaki-laki, usia 26 tahun, datangke UGD RSCM dengankeluhan nyeriperutkanan yang makinterusmenerussejaktadimalam. Keluhan makinbertambahbiladipakaijalan.
Pikirkan .............
Apa yang harus dilakukan ?
Terintegrasi
a. Patofisiologi &Diagnosis ? Infeksi ? - Appendicitis Akut ? b. tentukan terapi
Pelajari patofisiologi Pemeriksaan fisik & penunjang
- Dept. Ilmu Bedah
Non Farmakologis :tindakan bedah ? Farmakologis : perlu Antibiotik ? efektifitas, E.S dan K.I interaksi dengan obat lain/makanan keterjangkauan pasien Tentukan drug of choice (personal drug) Pikirkan onset of action cepat/ - per oral : bentuk sediaan obat ? - parenteral / injeksi ?
Baca Buku Ajar Ilmu Bedah Baca Farmakologi & Terapi
b. Tentukan Obat yang diberikan ; - Antibiotik yang dipilih ? - obat simptomatik ? c. Bagaimana cara pemberian obat dan Bentuk sediaan yang dipilih ? - per injeksi ?
d. Apa kemasan sediaan dan kandungan obat injeksi yang tersedia ? e. Berapa dosis terapinya ? Frekuensi pemberian ? Lama obat diberikan ? f. Bagaimana menghitung dosis obat injeksi ? g. Bagaimana cara me mengambil obat dari kemasan? g. Bagaimana menulis resepnya? h. Bagaimana evaluasi pengobatan?
- injeksi intra muskular ? - intra vena ? - perlu skin test untuk antibiotik ? Tentukan cara pemberian obatnya Tentukan sediaan obat yg anda pilih
Perhatikan waktu paruh / t½ Tentukan lama terapi kausal/simptomatik. Menghadiri Kuliah dari narasumber
Baca Ars Prescribendi 2, hal 6 - 7
Baca MIMS / ISO
Baca Goodman & Gilman ed.XI
Demontrasi di Ketrampilan Klinik Dasar Menghadiri Kuliah dari narasumber Follow up pasien anda di Ruangan. Prognosis, Efek Samping obat ?
6
Kasus 3. Seoranganak, usia 7 tahun, berat 23 kg, dibawaibunyapukul 6 pagike UGD RSCM dengankeluhandiarecairsudah 10 kali danmuntahterus sejakkemarin sore. Tampaklemah, dantidakkencingsejak 3 jam yang lalu. Tiapdiberiminumlangsungmuntahlagi. Sebelumdiarebadananaktersebutagakdemamsejakkemarinpagi.
Pikirkan ............. apa diagnosisnya ? Apa yang mungkin terjadi ?
Apa yang anda lakukan ? Periksa suhu dan nilai status dehidrasi
a. Patofisiologi Gastroenteritis
Intoksikasi ?
Viral ?
bakteri ? (E.Coli, Shigella,Salmonella?)
Baca Buku Ajar Ilmu Kesehatan Anak
b. Bagaimana cara pemberian obat dan
Diskusi dengan narasumber di UGD
sediaan yang anda pilih ?
tentangrehidrasi oral atau intra vena ( infus ) ?
-
injeksi antibiotik ?
-
per injeksi ? i.m atau i.v
d. Apa kemasan sediaan injeksi Antibiotik dan besar kandungan yang tersedia ? c. Cairan infus apa yang dipilih ?
Baca Ars Prescribendi 2, hal 6 - 7 Tentukan cara pemberian obatnya
Baca MIMS / ISO Tentukan sediaan obat yg anda pilih Baca Pedoman Cairan Infus Ed.Rev. VIII 2003 -
efektifitas, E.S dan K.I
-
interaksi obat dengan cairan infus
Tentukan drug of choice (personal drug) e. Bagaimana menghitung Kebutuhan cairan untuk inisial dan rumatan? f. Bagaimana mengatur tetesan cairan untuk
Menghadiri Kuliah dari narasumber Baca Buku Ajar Ilmu Kedokteran Anak Demontrasi di Ketrampilan Klinik Dasar
rehidrasi dan pemeliharaan? g. Berapa lama cairan infus diberikan ?
Tentukan lama terapi
Perlengkapan lain yang dibutuhkan, misalnya infus set, abbocath, spuit, dsb h. Bagaimana agar terapi cairan tidak
Follow up produksi urine dan tanda lainnya
berlebihan ? i. Bagaimana menulis resepnya? j. Bagaimana evaluasi pengobatan?
Follow up status rehidrasi pasien anda di Ruangan. Prognosis, efek samping ?
7
SELAMAT MENJADI DOKTER YANG BAIK DAN RASIONAL
KASUS RESEP 1 KKD MODUL PENGINDERAAN 2012/2013 1. Nn. Intan, 18 tahun, BB, 42 kg, datang memeriksakan diri ke dokter karena demam disertai keluhan tenggorokan sakit untuk menelan sejak 3 hari yang lalu. Selain itu sejak 2 minggu yang lalu nafas terasa berbau tidak enak. Batuk (-), mimisan (-), BAB dan BAK normal. Pemeriksaan Fisik : Suhu 39 0 C Tonsil / Faring: tanda-tanda radang + / + Tes Rumpel Leed (-)
Lain-lain : dalam batas normal
Diagnosa Kerja : Tonsilofaringitis Akut e.c infeksi bakteri + Halitosis Dokter memberikan terapi untuk pasien tersebut:
Antibiotik per oral : Contoh : o Amoksisilin, dosis 3 x sehari 500 mg, lama terapi 7 hr diminum sesudah makan Atau o Erytromisin, dosis 4 x sehari 500 mg, lama terapi 7 hr diminum sebelum makan
antipiretik per oral : Parasetamol, dosis 3 x sehari 500 mg, lama terapi 3 hr diminum sesudah makan, bila demam
obat kumur : Solusio Povidon Iodin 1%, dikumur 2 x sehari (cara kumur untuk faring)
Tuliskan resepnya dengan lengkap!
2. An.Puri, 18 bln, BB 12 kg, dibawa orang tuanya ke dokter dengan keluhan demam tinggi sejak 2 hari yang lalu dan dari telinga kanan keluar cairan berwarna kekuningan yang berbau Pemeriksaan Fisik : Suhu 39,6 0 C Auricularis dextra : membran timpani sukar dievaluasi, pus (+) Auricularis sinistra : membran timpani : intak,
sekret (-)
Diagnosa Kerja : AD Otitis Media Supuratif 8
Terapi untuk pasien tersebut:
Antibiotik per oral (bentuk sediaan obat yang sesuai ?) : Contoh : - Amoksisilin, dosis anak 25 – 50 mg/kg BB/hari, diberikan 3 x sehari, lama terapi 7 hr, diminum sesudah makan atau
- Cefadroxil, dosis anak 25 – 50 mg/kg BB/hari, diberikan 2 x sehari, lama terapi 7 hr, diminum sebelum makan
antipiretik per oral (BSO yang sesuai) : Contoh : - Parasetamol, dosis anak 10 - 15 mg/kg BB/kali, 3 x sehari, lama terapi 3 hr diminum sesudah makan, bila demam atau
- Ibuprofen, dosis anak 10 - 20 mg/kg BB/hari, 3 x sehari, lama terapi 3 hr diminum sesudah makan, bila demam
obat tetes telinga : - untuk cuci telinga : Solusio H2O2 3 %, diberikan 2 x sehari 10 tetes pada telinga
kanan - antibiotik topikal : Ofloxacin, diteteskan 2 x sehari 2 tts pd telinga kanan setelah dicuci Tuliskan resepnya dengan lengkap!
3. Tn. Tegar, 55 th, datang ke UGD RSCM diantar kakaknya karena mata kanan dan kirinya merah dan pedih bila kena cahaya. Kedua mata Tn. Tegar 2 hari sebelumnya kemasukan serpihan logam pada saat melakukan pekerjaan las karena tidak memakai kacamata pelindung. Saat itu matanya dikucek-kucek dengan tangan. Mata terasa sakit dan penglihatan buram. Pemeriksaan Fisik : Okuler dextra dan sinistra : corpus alienum (+), visus turun 1/300, tekanan intra okular normal, palpebra spasme, injeksi siliar (+), injeksi konjungtiva (+), pada kornea tampak ulkus diameter ± 5 mm, kedalaman >1/3 anterior, sekret (-), berwarna hijau setelah diberi fluoresein, tidak ada fenomena satelit. Iris, pupil, lensa, dan retina sulit dinilai. Pada pemeriksaan sediaan hapus dengan larutan KOH 10% tidak ditemukan jamur dan dengan pewarnaan Gram ditemukan leukosit polimorfonuklear. Diagnosa Kerja : Ulkus Kornea ODS e.c. bakteri 9
Setelah corpus alienum diambil dari kedua mata pasien, Berikan terapi untuk pasien tersebut yang memerlukan : -
antibiotik topikal Gentamycin berupa tetes mata (solusio) yang diteteskan 1 tetes tiap jam pada mata kanan dan kiri
-
antibiotik topikal Gentamycin berupa salep yang dioleskan 1 x sehari pada mata kanan dan kiri malam hari sebelum tidur
-
Siklopegik Sulfas Atropin berupa tetes mata yang diteteskan 1 tetes 3 x sehari pada mata kanan dan kiri
Tuliskan resepnya dengan lengkap!
4. Ibu Ira, 40 tahun, datang ke dokter praktek umum untuk periksa kesehatannya. Pada pemeriksaan fisik diperoleh tekanan darah 150/90 mmHg. Tekanan darah tersebut sama dengan hasil pemeriksaan sebulan yang lalu. Pemeriksaan fisik lain dalam batas normal. Diagnosis kerja
: Hipertensi stadium 1
Tuliskan resep lengkap untuk pasien ini.
5. Bapak Sugih, 40 tahun, mengeluh sering kesemutan, sering buang air kecil di malam hari, dan berat badannya turun sejak setahun yang lalu. Pada pemeriksaan fisik pasien tidak tampak sakit, tekanan darah 130/80 mmHg. Lain-lain dalam batas normal. Kadar gula darah sewaktu 300 mg/dL, keton negatif. Pemeriksaan laboratorium lain dalam batas normal. Diagnosis kerja
: Diabetes Melitus Tipe 2
Tulikan resep lengkap untuk pasien ini
6. Seorang bayi perempuan, Jesslyn, 7 bulan, 7 kg, dengan diagnosis kerja common cold. Pasien batuk berdahak, pilek dan demam. Bayi sangat rewel dan sulit tidur. Misalnya dokter akan memberikan antipiretik (parasetamol), dekongestan (pseudoefedrin), dan ambroxol dalam bentuk sediaan drops. Tuliskan resep lengkap untuk pasien ini
10
7. Nona Indah, 28 tahun, merasa perih di ulu hati. Indah juga mual dan kembung. Indah sedang sibuk mempersiapkan presentasi yang sangat penting di kantornya. Pada pemeriksaan fisik terdapat nyeri epigastrium. Lain-lain dalam batas normal. Diagnosis kerja
: Gastritis Akut
Tuliskan resep lengkap untuk pasien ini.
11
Daftar Tilik Judul Keterampilan
: Penulisan Resep
Hari/Tanggal
: ______________________________
Modul
: __________________________________
Nama Tutor
: __________________________________
Kelompok
: ______________________________
Daftar Tilik* Tutor Assessment/Self Assessment/Peer Assessment**pilih salah satu No. 1 2 3 4 5 6 7 8
Keterampilan Memilih bentuk sediaan obat Memilih obat Menghitung dosis obat Menghitung jumlah obat Menentukan cara pemberian obat Menentukan waktu pemberian obat Menulis resep lengkap dan dapat dibaca Memberikan penjelasan kepada pasien mengenai obat yang diberikan
MHS 1
MHS 2
MHS 3
MHS 4
MHS 5
*beri tanda "✔" bila mahasiswa melakukan; beri tanda "✕" bila mahasiswa tidak melakukan
Tanda Tangan Tutor
________________________ (Nama Jelas dan Lengkap)
12
PEDOMAN PEMERIKSAAN MATA (OFTALMOLOGI) KURFAK 2005 TUJUAN UMUM Mampu melakukan pemeriksaan Mata (Oftalmologi)
TUJUAN KHUSUS Setelah mahasisiwa mengikuti latihan ketrampilan klinik dasar pemeriksaan mata(oftalmologi), bila diberi pasien mahasisiwa : 1. Mampu melakukan pemeriksaan tajam penglihatan 2. Mampu melakukan pemeriksaan Oftalmoskopi Direk 3. Mampu melakukan pemeriksaan tekanan bola mata (tonometri) dengan Tonometer Schiotz 4. Mampu melakukan pemeriksaan lapang pandang (kampimetri) secara konfrontasi.
PELAKSANAAN 1 2 3 4 5
Mahasiswa dibagi dalam kelompok yang terdiri dari 8-9 orang. Kegiatan dipimpin oleh seorang tutor. Mahasiswa menggunakan jas laboratoriunm Tempat pelaksanaan : Skill Lab 1 Setiap mahasiswa mendapatkan kesempatan latihan melakukan tes pemeriksaan tajam penglihatan 2 kali, pemeriksaan oftalmoskopi 2 kali, pemeriksaan kampimetri konfrontasi 1 kali, dan pemeriksaan tonometri Schiotz 1 kali pada pertemuan pertama. Pada pertemuan kedua mahasisiwa akan dinilai setelah memiliki ketrampilan tersebut dan akan mendapat tanda tangan pada buku logbook. 6 Ketrampilan yang harus dikuasai adalah : 6.1 Pemeriksaan tajam penglihatan. 6.2 Pemeriksaan Oftalmoskopi Direk 6.3 Pemeriksaan tekanan bola mata (tonometri) dengan Tonometer Schiotz. 6.4 Pemeriksaan lapang pandang (kampimetri) secara konfrontasi. 7 Latihan pemeriksaan dikelompokkan dalam dua putaran masing-masing dua kali pertemuan. Putaran pertama : latihan ketrampilan pemeriksaan tajam penglihatan dan pemeriksaan oftalmoskopi. Putaran kedua : latihan ketrampilan pemeriksaan kampimetri konfrontasi dan pemeriksaan tonometri Schiotz. 8 Cara pelaksanaan kegiatan :
8.1
Pertemuan Kegiatan pertama: Pada pertemuan kegiatan pertama ini mahasiswa dibagi dalam 2 kelompok besar yaitu kelompok I (satu jam pertama mahasiswa di ruang 1s/d 4, dan satu jam kedua mahasiswa berpindah ke ruang 5s/d 8) dan kelompok II ( satu jam pertama mahasiswa di ruang 5 s/d 8, satu jam kedua mahasiswa berpindah ke ruang 1 s/d 4).
8.1.1 Untuk ruang Pemeriksaan tajam penglihatan (waktu 1 jam) 8.1.1.1 Pada pertemuan pertama Tutor membuka dan menerangkan tujuan kegiatan selama 3 menit 8.1.1.2 Tutor menerangkan langkah-langkah dan melakukan demonstrasi pemeriksaan tajam penglihatan dengan meminta salah satu mahasiswa berperan sebagai pasien. Pemeriksaan tajam penglihatan dilakukan dengan menggunakan Kartu Snellen dan Autochart Projector. 7 menit. 8.1.1.3 Setiap mahasiswa berlatih melakukan pemeriksaan tajam penglihatan dengan melakukan pemeriksaan antar mahasiswa. Setiap mahasiswa melakukan pemeriksaan 2 kali masing-masing satu kali dengan Kartu Snellen dan Autochart projector. Setiap mahasiswa melakukan pemeriksaan selama 5 menit.
13
8.1.1.4 Pada akhir sesi tutor berperan sebagai pasien meminta salah satu mahasiswa untuk memeriksa tajam penglihatannya. Tutor berperan sebagai pasien dengan tajam penglihatan 1/60, 1/300, dan 1/~ dengan proyeksi baik, dan meminta mahasiswa menyimpulkan hasil pemeriksaannya 10 menit. 8.1.1.5 Pada pertemuan ke 2 (dua), dengan menggunakan checklist, mahasiswa lainnya dan tutor memperhatikan dan menilai pemeriksaan yang dilakukan oleh setiap mahasiswa. 8.1.1.6 Semua checklist pemeriksaan dikumpulkan kepada tutor. 8.1.1.7 Bila tutor menilai mahasiswa telah mampu melakukan pemeriksaan, maka tutor memberikan tanda tangan pada logbook mahasiswa. 8.1.1.8 Bagi mahasiswa yang tidak mendapat tandatangan logbook mohon menghubungi sekretariat KKD untuk dijadwalkan ulang. Sebelum mengikuti ulangan, agar mahasiswa berlatih mandiri untuk mencapai ketrampilan tersebut. Ulangan pemeriksaan dilakukan hanya satu kali.
8.1.2 Untuk ruang Pemeriksaan Oftalmoskopi (waktu 1 jam) 8.1.2.1 Pada pertemuan pertama Tutor membuka dan menerangkan tujuan kegiatan selama 5 menit 8.1.2.2 Tutor menerangkan langkah-langkah dan melakukan demonstrasi pemeriksaan oftalmoskopi direk, dengan meminta salah satu mahasiswa sebagai pasien. 8.1.2.3 Setiap mahasiswa berlatih melakukan pemeriksaan oftalmoskopi direk terhadap OP (orang pasien) satu kali dan menggunakan alat retinoscopy trainer satu kali. Setiap mahasiswa melakukan pemeriksaan selama 5 menit. 8.1.2.4 Pada pertemuan ke 2 (dua), dengan menggunakan checklist, mahasiswa lainnya dan tutor memperhatikan dan menilai pemeriksaan yang dilakukan oleh setiap mahasiswa. 8.1.2.5 Semua checklist pemeriksaan dikumpulkan kepada tutor. 8.1.2.6 Bila tutor menilai mahasiswa telah mampu melakukan pemeriksaan, maka tutor memberikan tanda tangan pada logbook mahasiswa. 8.1.2.7 Bagi mahasiswa yang tidak mendapat tandatangan logbook mohon menghubungi sekretariat KKD untuk dijadwalkan ulang. Sebelum mengikuti ulangan, agar mahasiswa berlatih mandiri untuk mencapai ketrampilan tersebut. Ulangan pemeriksaan dilakukan hanya satu kali.
8.1.3 Pertemuan Kegiatan kedua (waktu 2 jam) 8.1.4 Pada pertemuan pertama, tutor membuka dan menerangkan tujuan kegiatan selama 5 menit. 8.1.5 Tutor melakukan demonstrasi pemeriksaan tonometri Schiotz dan pemeriksaan kampimetri konfrontasi dengan meminta kesediaan mahasiswa sebagai pasien. Satu mahasiswa dilakukan satu pemeriksaan. Selama 10 menit. 8.1.6 Setiap mahasiswa berlatih melakukan pemeriksaan tonometri Schiotz dengan menggunakan plate kalibrasi pada alat tonometer sebagai mata pasien, dan pemeriksaan kampimetri konfrontasi antar mahasiswa. @ 10 menit. 8.1.7 Pada pertemuan ke 2 (dua), dengan menggunakan checklist, mahasiswa lainnya dan tutor memperhatikan dan menilai pemeriksaan yang dilakukan oleh setiap mahasiswa. 8.1.8 Semua checklist pemeriksaan dikumpulkan kepada tutor. 8.1.9 Bila tutor menilai mahasiswa telah mampu melakukan pemeriksaan, maka tutor memberikan tanda tangan pada logbook mahasiswa. 8.1.10 Bagi mahasiswa yang tidak mendapat tandatangan logbook mohon menghubungi sekretariat KKD untuk dijadwalkan ulang. Sebelum mengikuti ulangan, agar mahasiswa berlatih mandiri untuk mencapai ketrampilan tersebut. Ulangan pemeriksaan dilakukan hanya satu kali.
14
PEMERIKSAAN TAJAM PENGLIHATAN. Tujuan
: Mahasisiwa mampu melakukan pemeriksaan pemeriksaan tajam penglihatan
Alat & Bahan : Kartu Snellen Autochart projector Pinhole occluder Instruksi
: Peragakan cara pemeriksaan tajam penglihatan.
Prosedur pemeriksaan tajam penglihatan : 1. Pasien duduk pada jarak yang ditentukan, biasanya 6 meter (20 feet), daru Karu Snellen dengan penerangan yang baik. Apabila pasien biasa memakai kaca mata untuk penglihatan jauh maka pasien harus mengenakannya. 2. Berdasarkan kesepakatan, mata kanan diperiksa terlebih dahulu. Mata kiri ditutup dengan occluder atau telapak tangan pemeriksa, atau pasien disuruh menutup mata kirinya dengan telapak tangan pasien sendiri. 3. Pasien diminta membaca obyek pada kartu Snellen, dimulai dari obyek terbesar sampai pada baris obyek terkecil dimana pasien masih bisa mengenali lebih dari separo dari obyek pada baris tersebut. Apabila dipakai Kartu E (E chart), pasien diminta untuk menyebutkan arah kaki huruf E. 4. Tajam penglihatan dicatat sebagai notasi (misal 6/8) dimana angka pertam menunjukkan jarak pemeriksaan dan angka kedua menunjukkan ngka pada baris terkecil yang bisa dibaca oleh pasien. 5. Ulangi prosedur 1-4 untuk mata kiri. 6. Apabila tajam penglihatan 6/12 atau kurang pada satu mata atau kedua mata, lakukan pemeriksaan dengan menggunakan pinhole dan catat hasilnya. Pinhole dapat diletakkan didepan kaca mata pasien
Apabila pasien tidak dapat mengenali obyek terbesar pada Kartu Snellen, lakukan pemeriksaan berikut 1. Kurangi jarak antara pasien dengan Kartu Snellen. Catat jarak pemeriksaan sebagai pembilang pada notasi tajam penglihatan (misalnya 2/30 bila jarak pemeriksaan 2 meter). 2. Apabila pasien tidak dapat melihat obyek terbesar pada Kartu Snellen, pemeriksan dilanjutkan dengan menghitung jari pemeriksa. Angkat tangan pemeriksa, tunjukkan 2 jari atau lebih, minta pasien menyebutkan/ menghitung jumlah jari pemeriksa. Catat jarak dimana pasien dapat menghitung jari dengan tepat. (misal Hitung jari 1 meter = CF 1 meter = 1/60). 3. Apabila pasien tidak dapat menghitung jari, tentukan apakah pasien dapat mengenali lambaian/gerakan tangan. Catat respon positif sebagai tajam penglihatan lambaian tangan/ hand motion (misal : HM 1 meter = 1/300). 4. Apabila pasien tidak dapat melihat lambaian/gerakan tangan, gunakan penlight untuk menentukan apakah pasien bisa mendeteksi adanya sinar dan arah datangnya sinar. Catat tajam penglihatan sebagai LP (light perception= 1/~), LP with projection (light perception with direction), atau NLP (no light perception = visus nol). PEMERIKSAAN OFTALMOSKOPI DIREK
15
Tujuan
: Mahasiswa mampu mendemonstrasikan cara melakukan pemeriksaan Oftalmoskopi Direk
Bahan & Cara : Oftalmoskop Direk Retinoscopy Trainer Orang Pasien Instruksi
: Peragakan cara melakukan pemeriksaan oftalmoskopi direk
Prosedur Pemeriksaan : 1. Pasien dipersilahkan duduk dengan nyaman. Instruksikan pasien untuk melihat lurus ke dinding di depan pasien, dan mengusahakan tidak menggerakkan matanya. 2. Set fokus sampai pupil terlihat jelas. Set aperture untuk mendapatkan cahaya putih, bulat, dan lebar. 3. Mulailah melihat mata kanan kurang lebih 30 cm (1 foot) dari pasien. Gunakan mata kanan dengan oftalmoskop di tangan kanan untuk memeriksa mata kanan pasien. Pada saat melihat kearah sumbu penglihatan pasien kita dapat melihat refleks merah (red reflex). 4. Letakkan tangan yang tidak memegang oftalmoskop pada dahi atau bahu pasien untuk membantu propriosepsi dan menjaga posisi pemeriksa stabil. 5. Perlahan-lahan mendekatlah kearah pasien dengan sudut 15o temporal dari sumbu penglihatan pasien. Usahakan agar pupil tetap terlihat. Putar tombol focus agar retina pasien jelas terlihat. 6. Apabila terlihat pembuluh darah retina, tekusuri pembuluh darah tersebut kearah bagian yang makin lebar sampai ketemu papil saraf optik, yang terletak di sebelah nasal dari retina central. 7. Periksalah papil saraf optik, pembuluh darah retina, retina, dan macula. 8. Ulangi prosedur pemeriksaan untuk mata kiri.
PEMERIKSAAN TEKANAN BOLA MATA DENGAN TONOMETER SCHIOTZ Tujuan Direk
: Mahasiswa mampu mendemonstrasikan cara melakukan pemeriksaan Oftalmoskopi
Bahan & Cara : Tonometer Schiotz Instruksi
: Peragakan cara melakukan pemerikasaan tonometri Schiotz
Prosedur Pemerikasaan : Sebelum digunakan Tonometer ditera dengan menggunakan plate kalibrasi di set tonometer dan didesinfeksi dengan swab alkohol. 1. Kornea dianestesi dengan proparacaine hydrochloride 0.5% tetes mata atau yang setara dengan itu. 2. Tonometer digunakan dengan menggunakan beban pertama 5.5-gram. 3. Pasien dalam posisi supine (tidur terlentang/ setengah duduk), mata melihat ke suatu titik diatas sejajar sumbu penglihatan atau kearah ibu jari tangannya yang diperintahkan untuk direntangkan lurus keatas. Kelopak mata kanan pasien dibuka ke arah rima orbita dengan gentle, jangan menekan kearah bola mata. Pegang dan tahan tonometer tepat diatas mata dengan posisi perpendicular terhadap mata, tunggu sampai pasien terlihat relax. 4. Turunkan tonometer secara hati-hati ke kornea beberapa detik untuk membaca angka skala . 5. Ulangi prosedur untuk mata kiri 6. Apabila skala yang terbaca 3 unit atau kurang maka ulangi pemeriksaan dengan menambahkan beban pada beban 5.5 gram, sehingga beban menjadi 7.5, 10.0, atau 15.0 gram sesuai
16
kebutuhan, agar skala yang terbaca berkisar antara 3.5 sampai 8 unit. Pengulangan ini diperlukan untuk cek ulang hasil pemerikasaan, karena skala 3 unit atau kurang menunjukkan adanya kenaikan tekanan bola mata tetapi kurang akurat untuk dikonversi dalam mmHg 7. Rujuk hasil bacaan skala kepada tabel konversi Tonometer Schiotz untuk menentukan tekanan bola mata dalam mmHg untuk beban tertentu. Misalnya skala 4.5 unit dengan beban 5.5 gram menunjukkan tekanan bola mata 19 mmHg, yaitu tekanan bola mata dalam kisaran normal 10 – 21.5 mm Hg. Sebagaimana terlihat pada tabel maka skala 3 unti atau kurang dengan beban 5.5 gram menunjukkan tekanan bola mata yang meningkat. 8. Setelah selesai pemerikasaan mata pasien diberikan obat tetes mata antibiotik. 9. Dengan hati-hati bersihkan tonometer setiap selesai digunakan untuk mencegah penularan penyakit, seperti conjunctivitis viral, ke pasien lain.
PEMERIKSAAN LAPANG PANDANG SECARA KONFRONTASI Tujuan
: Mahasiswa mampu mendemonstrasikan cara melakukan pemeriksaan Lapang Pandang(Kampimetri ) secara Konfrontasi.
Bahan & Cara : Instruksi
: Peragakan cara pemeriksaan lapang pandang (kampimetri) secara konfrontasi
Prosedur Pemeriksaan : 1. Pemeriksa mengambil posisi di depan pasien. 2. Pasien diminta menutup mata kirinya dengan telapak tangan kiri; pemeriksa menutup mata kanan. Sehingga lapang pandang mata kiri pemeriksa dipakai sebagai acuan dalam pemerikasaan lapang pandang mata kanan pasien. 3. Pasien diminta untuk fiksasi pada mata kiri pemeriksa dan menghitung jari-jari pemeriksa pada empat kuadran lapang pandang (atas, bawah, temporal dan nasal). 4. Setelah mata kanan pasien diperiksa, prosedur di atas diulang untuk mata kiri pasien. Pasien diminta menutup mata kanannya dengan telapak tangan kanan, pemeriksa menutup mata kiri.
17
CHECK LIST KKD PEMERIKSAAN TAJAM PENGLIHATAN (VISUS) KURFAK 2005 DEPARTEMEN MATA Kelompok: ..................... Tanggal: .......................... Nama Tutor: ............................... TUTOR REVIEW No. 1. 2. 3. 4. 5.
6.
7.
8.
Butir Penilaian
MHS 1
MHS 2
MHS 3
MHS 4
Memperkenalkan diri Memberikan informasi tentang pemeriksaan yang akan dilakukan Memberikan informasi tentang pemeriksaan yang akan dilakukan Mencuci tangan Memeriksa mata kanan dengan cara (pilih salah satu) menyuruh pasien menutup mata kiri dengan telapak tangan memasang okluder pada trial frame di mata kiri menghalangi penglihatan mata kiri dengan kertas bila pasien memaka kaca mata Meminta pasien menyebutkan angka/huruf yang ditunjukkan pada kartu Snellen atau proyektor, mulai dari objek terbesar sampai terkecil yang masih bisa dibaca (ket. dianggap dapat membaca 1 baris bila >50% angka/huruf pada baris tersebut yang dapat dibaca) Apabila pasien tidak bisa membaca huruf terbesar pada kartu Snellen, maka pasien diminta menghitung jari (1, 2 atau 5 jari) mulai dari jarak 1 meter, 2 meter hingga posisi huruf terbesar pada kartu Snellen Apabila visus tidak mencapai 6/6 dilakukan pemeriksaan pin-hole, mulai dari baris terakhir yang masih dapat dibaca sampai baris terkecil yang masih dapat dibaca
18
9.
10.
11.
12.
13.
Memeriksa mata kiri dengan cara (pilih salah satu) menyuruh pasien menutup mata kanan memasang okluder pada trial frame di mata kanan menghalangi penglihatan mata kanan dengan kertas bila pasien memaka kaca mata Apabila pasien tidak bisa membaca huruf terbesar pada kartu Snellen, maka pasien diminta menghitung jari (1, 2 atau 5 jari) mulai dari jarak 1 meter, 2 meter hingga posisi huruf terbesar pada kartu Snellen Meminta pasien menyebutkan angka/huruf yang ditunjukkan pada kartu Snellen atau proyektor, mulai dari objek terbesar sampai terkecil yang masih bisa dibaca (ket. dianggap dapat membaca 1 baris bila >50% angka/huruf pada baris tersebut yang dapat dibaca) Apabila visus tidak mencapai 6/6 dilakukan pemeriksaan pin-hole, mulai dari baris terakhir yang masih dapat dibaca sampai baris terkecil yang masih dapat dibaca Mencatat hasil pemeriksaan di lembar yang telah disediakan -
Tajam penglihatan mata kanan/AVOD ………. Tajam penglihatan mata kiri/AVOS ……………
19
CHECK LIST KKD PEMERIKSAAN FUNDUSKOPI (OFTALMOSKOPI DIREK) DEPARTEMEN MATA Kelompok: ..................... Tanggal: .......................... Nama Tutor: ............................... TUTOR REVIEW No. 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10.
Butir Penilaian
MHS 1
MHS 2
MHS 3
MHS 4
Memperkenalkan diri Memberikan informasi tentang pemeriksaan yang akan dilakukan Mencuci tangan Menyuruh pasien melihat ke satu titik jauh di dinding arah depan eMelakukan pengaturan kekuatan dioptri dan lebar celah oftalmoskop Melakukan pemeriksaan mata kanan dengan mata kanan dan oftalmoskop dipegang dengan tangan kanan Meletakkan tangan kanan ke dahi atau bahu pasien sebagai fiksasi Melakukan pemeriksaan mata kiri dengan mata kiri dan oftalmoskop dipegang dengan tangan kiri Meletakkan tangan kanan ke dahi atau bahu pasien sebagai fiksasi Menuliskan deskripsi hasil pemeriksaaan fundus masing-masing mata: - papil (bentuk, batas dan rasio cup-disc) - rasio arteri/vena - retina - refleks makula
20
CHECK LIST KKD PEMERIKSAAN LAPANG PANDANG / KAMPIMETRI KONFRONTASI halaman 1/2 DEPARTEMEN MATA Kelompok: ..................... Tanggal: .......................... Nama Tutor: ............................... TUTOR REVIEW No. 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7.
8.
9. 10.
11.
12. 13.
Butir Penilaian
MHS 1
MHS 2
MHS 3
MHS 4
Memperkenalkan diri Memberikan informasi tentang pemeriksaan yang akan dilakukan Meminta ijin Mencuci tangan Mempersilahkan pasien duduk ditempat yang telah disediakan Mahasiswa mengambil posisi tepat di depan pasien dalam jarak 1 meter Mahasiswa menyuruh pasien menutup mata kirinya, sedangkan pemeriksa menutup mata kanannya dan menggunakan mata kirinya sebagai acuan pemeriksaan Mahasiswa menyuruh pasien berfiksasi pada mata kirinya dan menyebut jumlah jari (1,2,5) yang diacungkan pemeriksa dalam jarak 60 cm dari pemeriksa pada 4 arah (superior, temporal, inferior dan nasal) Masing-masing kuadran dicobakan sebanyak 2 kali. Mahasiswa menyuruh pasien menutup mata kanannya, sedangkan pemeriksa menutup mata kirinya dan menggunakan mata kanannya sebagai acuan pemeriksaan Mahasiswa menyuruh pasien berfiksasi pada mata kanannya dan menyebut jumlah jari (1,2,5) yang diacungkan pemeriksa dalam jarak 60 cm dari pemeriksa pada 4 arah (superior, temporal, inferior dan nasal) Masing-masing kuadran dicobakan sebanyak 2 kali Membuat laporan (tanda + bila pasien dapat melihat di kuadran tersebut; tanda – bila pasien tidak dapat melihat di kuadran tersebut
21
CHECK LIST KKD PEMERIKSAAN TONOMETRI SCHIOTZ DEPARTEMEN MATA Kelompok: ..................... Tanggal: .......................... Nama Tutor: ............................... TUTOR REVIEW No.
1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11.
12. 13. 14.
Butir Penilaian
MHS 1
MHS 2
MHS 3
MHS 4
Memperkenalkan diri Memberikan informasi tentang pemeriksaan yang akan dilakukan Meminta ijin Mencuci tangan Mempersilahkan pasien tidur terlentang atau setengah duduk di tempat yang telah disediakan Simulasi meneteskan anestesi topikal pada mata yang akan diperiksa dengan Pantocain (proparacaine HCl 0.5%) Merakit & menera tonometer dengan beban 5.5 gram dan melakukan desinfeksi tip tonometer dengan swab alkohol dan membiarkannya kering Simulasi menyuruh pasien melihat lurus ke atas atau kearah ibu jari tangan yang diacungkan keatas Meletakkan tonometer pada kornea mata Membaca jarum penunjuk pada tonometer Bila jarum pada skala terbaca ≤ 3 maka gunakanlah beban 7,5 gram dan ulangi prosedur 9 dan 10, dan bila tetap ≤ 3, maka beban ditambahkan lagi menjadi 10 gram, ulangi lagi prosedur 9 dan 10 Simulasi memberikan tetes mata antibiotik pada mata yang diperiksa Simulasi memberikan tetes mata antibiotik pada mata yang diperiksa Mencatat hasil pemeriksaan dalam satuan mm Hg dengan merujuk tabel konversi tonometer Schiotz
22
PEDOMAN TUTOR PEMERIKSAAN KESEIMBANGAN TUJUAN UMUM : Mampu melakukan pemeriksaan keseimbangan
TUJUAN KHUSUS : Setelah mahasiswa mengikuti ketrampilan klinik dasar pemeriksaan keseimbangan, bila diberi pasien mahasiswa : 1. Mampu melakukan pemeriksaan Tes Romberg yang Dipertajam 2. Mampu melakukan pemeriksaan Tes Fukuda 3. Mampu melakukan pemeriksaan Tandem Gait Test 4. Mampu melakukan pemeriksaan Past Pointing Test 5. Mampu melakukan pemeriksaan Tes Nistagmus
PELAKSANAAN : 1. 2. 3. 4. 5. 6.
Mahasiswa dibagi dalam kelompok yang terdiri dari 8 – 9 orang. Diskusi dipimpin oleh seorang tutor. Mahasiswa menggunakan jas laboratorium. Tempat pelaksanaan : Skill Lab2 Departemen Parasitologi. Pemeriksaan keseimbangan dilaksanakan dua kali kali latihan @ 120 menit Setiap mahasiswa mendapat kesempatan latihan melakukan pemeriksaan keseimbangan 1 (satu) kali dan akan diulang 1 (satu) kali lagi pada pertemuan berikutnya. Pada pertemuan ke 2 (dua) , mahasisiwa dinilai telah memiliki ketrampilan tersebut dan akan mendapat tanda tangan pada buku logbook. Setelah menyelesaikan dua kali latihan, mahasiswa diharapkan telah memiliki ketrampilan tersebut. 7. Setiap mahasiswa akan menjadi pasien yang diperiksa oleh mahasiswa lainnya secara bergiliran . 8. Selama pemeriksaan keseimbangan, pasien dalam posisi berdiri dan duduk. 9. Ketrampilan yang harus dikuasai pada latihan ini ( lihat daftar di bawah): 9.1. mampu melakukan Tes Romberg yang Dipertajam 9.2. mampu melakukan Tes Fukuda 9.3. mampu melakukan Tandem Gait Test 9.4. mampu melakukan Past Pointing Test 9.5. mampu melakukan Tes Nistagmus 10. Cara pelaksanaan kegiatan: 10.1. Pada pertemuan pertama, Tutor membuka dan menerangkan tujuan kegiatan selama 5 menit. 10.2. Tutor melakukan demonstrasi pemeriksaan keseimbangan ........ 15 menit. 10.3. Setiap mahasiswa berlatih melakukan pemeriksaan keseimbangan @ 10 menit ...................................90 menit. 10.4. Pada pertemuan ke 2 (dua) , dengan menggunakan cheklist, mahasiswa lainnya dan tutor memperhatikan dan menilai pemeriksaan keseimbangan yang dilakukan oleh setiap mahasiswa. 10.5. Semua cheklist pemeriksaan keseimbangan dikumpulkan kepada Tutor. 10.6. Bila tutor menilai mahasiswa telah mampu melakukan pemeriksaankeseimbangan, maka tutor memberikan tandatangan pada logbook mahasiswa. 10.7. Tutor memberikan kesimpulan selama 5 menit.
23
10.8. Bagi mahasiswa yang tidak mendapat tandatangan logbook mohon menghubungi labskill untuk dijadualkan ulang. Sebelum mengikuti ulangan tsb, agar mahasiswa berlatih mandiri untuk mencapai ketrampilan tersebut. Ulangan pemeriksaan dilakukan hanya satu kali.
PEMERIKSAAN TES ROMBERG YANG DIPERTAJAM Tujuan
: Mahasiswa mampu mendemonstrasikan cara melakukan pemeriksaan TES ROMBERG YANG DIPERTAJAM
Instruksi
: Peragakan cara melakukan DIPERTAJAM dengan baik dan benar
TES
ROMBERG
YANG
INTERPERTASI HASIL PEMERIKSAAAN TES ROMBERG YANG DIPERTAJAM 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7.
Pemeriksa berdiri di belakang pasien Meminta pasien meletakkan salah satu kaki di depan kaki yang lain Pasien diminta menghadap ke depan dengan kedua tangan diletakkan di perut Pasien diamati selama 30 detik Kemudian pasien diminta menutup mata Pasien diamati kembali selama 30 detik Analisis hasil pemeriksaan
PEMERIKSAAN TES FUKUDA Tujuan Instruksi
: Mahasiswa mampu mendemonstrasikan cara melakukan TES FUKUDA : Peragakan cara melakukan TES FUKUDA
INTERPERTASI HASIL TES FUKUDA Prosedur TES FUKUDA 1 Pemeriksa berdiri di belakang pasien 2 Meminta pasien menutup mata 3 Pasien diminta berjalan di tempat 50 langkah 4 Analisis hasil pemeriksaan
24
PEMERIKSAAN TANDEM GAIT TEST Tujuan
: Mahasiswa
mampu
Instruksi
: Peragakan cara melakukan pemeriksaan TANDEM GAIT TEST dengan baik dan benar
TANDEM GAIT TEST
mendemonstrasikan
cara
melakukan
INTERPERTASI HASIL PEMERIKSAAN TANDEM GAIT TEST Prosedur pemeriksaan 1 Pasien diminta berjalan mengikuti garis lurus 2 Pemeriksa berada di belakang pasien selama pemeriksaan dilakukan 3 Analisis hasil pemeriksaan
PEMERIKSAAN PAST POINTING TEST Tujuan
: Mahasiswa mampu mendemonstrasikan cara melakukan PAST
Instruksi
: Peragakan cara melakukan pemeriksaan PAST POINTING TEST dengan baik dan benar
POINTING TEST
INTERPERTASI HASIL PEMERIKSAAN PAST POINTING TEST Prosedur pemeriksaan PAST POINTING TEST 1 Pemeriksa berada di depan pasien dan meletakkan jari telunjuk di depan pasien 2 Pasien diminta mengangkat tangan dengan telunjuk mengarah ke atas 3 Pasien diminta menyentuh jari pemeriksa beberapa kali 4 Setelah itu pasien diminta menutup mata dan melakukan hal yang sama beberapa kali 5 Analisis hasil pemeriksaan
PEMERIKSAAN TES NISTAGMUS Tujuan : Mahasiswa mampu mendemonstrasikan cara melakukan TES NISTAGMUS Instruksi : Peragakan cara melakukan pemeriksaan TES NISTAGMUS dengan baik dan benar Prosedur pemeriksaan TES NISTAGMUS 1 Pasien diminta mengikuti gerakan jari telunjujk pemeriksa 30 0 ke arah kiri dan 2
kemudian ke arah kanan 300 Analisis hasil pemeriksaan
INTERPERTASI HASIL PEMERIKSAAN TES NISTAGMUS
25
CHECK LIST PEMERIKSAAN KESEIMBANGAN DEPARTEMEN NEUROLOGI Kelompok: ..................... Tanggal: .......................... Nama Tutor: ............................... TUTOR REVIEW No
Butir Penilaian
MHS 1
MHS 2
MHS 3
1
Memperkenalkan diri dan menjelaskan pemeriksaan yang akan dilakukan serta meminta ijin TES ROMBERG YANG DIPERTAJAM 1 Pemeriksa berdiri di belakang pasien 2 Meminta pasien meletakkan salah satu kaki di depan kaki yang lain 3 Pasien diminta menghadap ke depan dengan kedua tangan diletakkan di perut 4 Pasien diamati selama 30 detik 5 Kemudian pasien diminta menutup mata 6 Pasien diamati kembali selama 30 detik 7 Analisis hasil pemeriksaan TES FUKUDA 1 Pemeriksa berdiri di belakang pasien 2 Meminta pasien menutup mata 3 Pasien diminta berjalan di tempat 50 langkah 4 Analisis hasil pemeriksaan TANDEM GAIT TEST 1 Pasien diminta berjalan mengikuti garis lurus 2 Pemeriksa berada di belakang pasien selama pemeriksaan dilakukan 3 Analisis hasil pemeriksaan PAST POINTING TEST 1 Pemeriksa berada di depan pasien dan meletakkan jari telunjuk di depan pasien 2 Pasien diminta mengangkat tangan dengan telunjuk mengarah ke atas 3 Pasien diminta menyentuh jari pemeriksa beberapa kali 4 Setelah itu pasien diminta menutup mata dan melakukan hal yang sama beberapa kali 5 Analisis hasil pemeriksaan TES NISTAGMUS 1 Pasien diminta mengikuti gerakan jari telunjujk pemeriksa 30 ke arah kiri dan kemudian ke arah kanan 30 2 Analisis hasil pemeriksaan
26
MHS 4
PEDOMAN Pemeriksaan Pendengaran MODUL INDERA KURFAK 2005 TUJUAN UMUM : Mampu melakukan pemeriksaan pendengaran secara kualitatif dengan menggunakan garpu tala TUJUAN KHUSUS : Setelah mahasiswa mengikuti pemeriksaan pendengaran menggunakan garpu tala, bila diberi pasien mahasiswa : 6. Mampu melakukan pemeriksaan pendengaran secara kualitatif menggunakan garpu tala / TES PENALA dengan frekuensi 512 Hz berupa tes Rinne. 7. Mampu melakukan pemeriksaan pendengaran secara kualitatif menggunakan garpu tala / TES PENALA dengan frekuensi 512 Hz berupa tesWeber 8. Mampu melakukan pemeriksaan pendengaran secara kualitatif menggunakan garpu tala / TES PENALA dengan frekuensi 512 Hz berupa tes Schwabach PELAKSANAAN : 11. Mahasiswa dibagi dalam kelompok yang terdiri dari 8 – 9 orang. 12. Diskusi dipimpin oleh seorang tutor. 13. Mahasiswa menggunakan jas laboratorium. 14. Tempat pelaksanaan : Skill Lab Parasitologi. 15. Setiap tes Penala dilaksanakan dua kali latihan@ 120 menit 16. Setiap mahasiswa mendapat kesempatan latihan melakukan tes Penala 1 (satu) kali dan akan diulang 1 (satu) kali lagi pada pertemuan berikutnya. Pada pertemuan ke 2 (dua) , mahasisiwa dinilai telah memiliki ketrampilan tersebut dan akan mendapat tanda tangan pada buku logbook. Setelah menyelesaikan dua kali latihan, mahasiswa diharapkan telah memiliki ketrampilan tersebut. 17. Setiap mahasiswa akan menjadi pasien yang diperiksa oleh mahasiswa lainnya secara bergiliran . 18. Selama pemeriksaan tes Penala, pasien dalam posisi duduk. 19. Ketrampilan yang harus dikuasai pada latihan ini ( lihat daftar di bawah): 19.1. mampu melakukan tes Rinne 19.2. mampu melakukan tes Weber 19.3. mampu melakukan tes Schwabach 20. Cara pelaksanaan kegiatan: 20.1.Pada pertemuan pertama, Tutor membuka dan menerangkan tujuan kegiatan selama 5 menit. 20.2.Tutor melakukan demonstrasi pemeriksaan tes Penala ........ 10 menit. 20.3.Setiap mahasiswa berlatih melakukan pemeriksaan tes Penala @ 10 menit ...................................90 menit.
27
20.4.Pada pertemuan ke 2 (dua) , dengan menggunakan cheklist, mahasiswa lainnya dan tutor memperhatikan dan menilai pemeriksaan tes Penala yang dilakukan oleh setiap mahasiswa. 20.5.Semua cheklist pemeriksaan tes Penala dikumpulkan kepada Tutor. 20.6.Bila tutor menilai mahasiswa telah mampu melakukan pemeriksaan tes Penala, maka tutor memberikan tandatangan pada logbook mahasiswa. 20.7.Tutor memberikan kesimpulan selama 5 menit. 20.8.Bagi mahasiswa yang tidak mendapat tandatangan logbook mohon menghubungi labskill untuk dijadualkan ulang. Sebelum mengikuti ulangan tsb, agar mahasiswa berlatih mandiri untuk mencapai ketrampilan tersebut. Ulangan pemeriksaan dilakukan hanya satu kali. PEMERIKSAAN RINNE Tujuan
: Mahasiswa mampu mendemonstrasikan cara melakukan TES RINNE
Alat & Bahan
: Garpu tala frekuensi 512 Hz
Instruksi
: Peragakan cara melakukan tes RINNE dengan baik dan benar
1. Pemeriksa duduk berhadapan dengan pasien dalam posisi kedua kaki tertutup di samping kiri atau kanan kaki pasien. 2. Menjelaskan pemeriksaan yang akan dilakukan dan apa yang harus dilakukan oleh pasien 3. Mengambil garpu tala 512 Hz, menggetarkan garpu tala tsb dengan menggunakan ibu jari dan telunjuk tangan kiri 4. Meletakkan ujung garpu tala di prosesus mastoideus telinga yang diperiksa sampai pasien tidak mendengar bunyi lagi dg cara memberikan tanda (mengangkat tangan atau berbicara ) 5. Meletakkan garputala di depan telinga yang diperiksa 2,5 cm dari liang telinga dan menanyakan apakah pasien masih mendengar bunyi atau tidak. 6 Kemudian sebaliknya menggetarkan penala didepan telinga yang diperiksa 2,5cm dari liang telinga lebih dahulu. Bila tidak mendengar bunyi lagi, memberi tanda ( dg mengangkat tangan atau berbicara ) 7. Meletakkan ujung garpu tala di prosesus mastoideus telinga yang diperiksa dan menanyakan apakah pasien masih mendengar bunyi atau tidak. Bila masih mendengar bunyi, memberi tanda ( dg mengangkat tangan atau berbicara )
28
INTERPERTASI HASIL PEMERIKSAAAN Rinne positif (+) : bila lebih lama terdengar bunyi pada hantaran udara dibandingkan dg hantaran tulang Rinne negatif (-) : bila lebih lama terdengar bunyi pada hantaran tulang dibandingkan dg hantaran udara PEMERIKSAAN WEBER Tujuan
: Mahasiswa mampu mendemonstrasikan cara melakukan TES WEBER
Alat & Bahan
: Garpu tala frekuensi 512 Hz
Instruksi
: Peragakan cara melakukan tes WEBER
Prosedur TES WEBER 1. Pemeriksa duduk berhadapan dengan pasien dalam posisi kedua kaki tertutup di samping kiri atau kanan kaki pasien. 2. 3. 4.
Menjelaskan pemeriksaan yang akan dilakukan dan apa yang harus dilakukan oleh pasien. Garpu tala digetarkan dengan menggunakan ibu jari dan telunjuk jari kiri, kemudian diletakkan di garis tengah kepala ( verteks / dahi / pangkal hidung / dagu) atau di pertengahan gigi seri Pasien memberi tanda dg cara mengangkat tangan atau memberi tahu bunyi terdengar lebih keras di telinga kiri / kanan atau bunyi sama kerasnya atau tidak dapat dibedakan ke arah telinga mana bunyi terdengar lebih keras
INTERPERTASI HASIL TES WEBER Bila bunyi terdengar lebih keras di telinga yang sakit : Weber lateralisasi ke telinga tersebut ( tuli konduktif ) Bila tidak dapat dibedakan ke arah telinga mana bunyi terdengar lebih keras : tidak ada lateralisasi. PEMERIKSAAN SCHWABACH Tujuan
: Mahasiswa mampu mendemonstrasikan cara melakukan TES SCHWABACH
Alat & Bahan
: Garpu tala frek 512 Hz
Instruksi
: Peragakan cara melakukan dengan baik dan benar
pemeriksaan
Schwabach
29
Prosedur pemeriksaan Schwabach 1. Pemeriksa duduk berhadapan dengan pasien dalam posisi kedua kaki tertutup di samping kiri atau kanan kaki pasien. 2 3 4
5
Menjelaskan pemeriksaan yang akan dilakukan dan apa yang harus dilakukan oleh pasien. Garpu tala digetarkan dengan menggunakan ibu jari dan telunjuk jari tangan kiri Garpu tala diletakkan di prosesus mastoideus telinga yang akan diperiksa sampai pasien tidak mendengar lagi bunyi dg cara memberi tanda ( Mengangkat tangan atau berbicara ) Tangkai penala segera dipindahkan pada prosesus mastoideus telinga pemeriksa yang sama ( pendengaran pemeriksa harus normal ) Kemudian penala digetarkan lagi dan diletakkan pd pros. Mastoideus pemeriksa lebih dahulu. Bila sudah tidak terdengar bunyi lagi, tangkai penala segera dipindahkan ke pros.mastoideus pasien pada telinga yang sama.
INTERPERTASI HASIL PEMERIKSAAN TES SCHWABACH Normal : sama dengan pemeriksa Memanjang : Bila pasien masih mendengar bunyi atau lebih lama mendengar dibandingkan pemeriksa ( tuli konduktif ) Memendek : Bila pasien tidak mendengar bunyi atau lebih pendek mendengar bunyi dibandingkan dg pemeriksa Rinne
Weber
Schwabach
Diagnosis
positif
Tak ada lateralisasi
Sama dg pem
Normal
Negative
Lat. ke telinga yg sakit
Memanjang
Konduktif
Positif
Lat. ke telinga yg sehat
Memendek
Tuli sensorineural
Daftar pustaka : Buku Ajar Ilmu Penyakit Telinga, Hidung dan Tenggorok. Editor Efiaty Arsyad Soepardi dan Nurbaiti Iskandar , Jenny Bashirudin, Ratna Dwi Restuti, edisi ke VI , 2007 Hall & Colmans Diseases of The Ear, Nose and Throat. Burton M (Ed), V ed, Churchill Livingstone 2000: p13-15 Basic Otorhinolaryngology. A Step by Step Learning Guide. Probst R, Grevers G, Iro H (Ed)Stuttgart, Georg Thieme 2005 :p166-70 30
KETERAMPILAN KLINIK DASAR ILMU PENYAKIT THT MODUL INDERA FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS INDONESIA PEMERIKSAAN RINNE Tujuan : Mahasiswa mampu mendemonstrasikan cara melakukan TES RINNE Alat & Bahan
: Garpu tala frekuensi 512 Hz
Instruksi
: Peragakan cara melakukan tes RINNE dengan baik dan benar
Prosedur tes RINNE 1. 2. 3. 4. 5.
Pemeriksa duduk berhadapan dengan pasien dalam posisi kedua kaki tertutup di samping kiri atau kanan kaki pasien. Menjelaskan pemeriksaan yang akan dilakukan dan apa yang harus dilakukan oleh pasien Mengambil garpu tala 512 Hz, menggetarkan garpu tala tsb dengan menggunakan ibujari dan telunjuk tangan kiri Meletakkan ujung garpu tala di prosesus mastoideus telinga yang diperiksa sampai pasien tidak mendengar lagi Meletakkan garputala di depan telinga yang diperiksa 2,5 cm dari liang telinga dan menanyakan apakah pasien masih mendengar bunyi atau tidak.
INTERPERTASI HASIL PEMERIKSAAAN Rinne positif (+) : bila masih terdengar bunyi di depan liang telinga Rinne negatif (-) : bila tidak terdengan bunyi di depan liang telinga
PEMERIKSAAN WEBER Tujuan
: Mahasiswa mampu melakukan TES WEBER
mendemonstrasikan
Alat & Bahan
: Garpu tala frekuensi 512 Hz
Instruksi
: Peragakan cara melakukan tes WEBER
cara
31
Prosedur TES WEBER 1
Pemeriksa duduk berhadapan dengan pasien dalam posisi kedua kaki tertutup di samping kiri atau kanan kaki pasien.
2 3.
Menjelaskan pemeriksaan yang akan dilakukan dan apa yang harus dilakukan oleh pasien. Garpu tala digetarkan dengan menggunakan ibu jari dan telunjuk jari kiri, kemudian diletakkan di garis tengah kepala ( verteks / dahi / pangkal hidung / dagu) atau di pertengahan gigi seri Pemeriksa menanyakan kepada pasien apakah bunyi terdengar lebih keras di telinga kiri / kanan atau bunyi sama kerasnya atau tidak dapat dibedakan ka arah telinga mana bunyi terdengar lebih keras
4.
INTERPERTASI HASIL TES WEBER Bila bunyi terdengar lebih keras pada salah satu telinga : Weber lateralisasi ke telinga tersebut Bila tidak dapat dibedakan ke arah telinga mana bunyi terdengar lebih keras : tidk ada lateralisasi. PEMERIKSAAN SCHWABACH Tujuan
: Mahasiswa mampu mendemonstrasikan cara melakukan TES SCHWABACH
Alat & Bahan
: Garpu tala frek 512 Hz
Instruksi
: Peragakan cara melakukan dengan baik dan benar
pemeriksaan
Schwabach
Prosedur pemeriksaan Schwabach 1. Pemeriksa duduk berhadapan dengan pasien dalam posisi kedua kaki tertutup di samping kiri atau kanan kaki pasien. 2 3 4
5
Menjelaskan pemeriksaan yang akan dilakukan dan apa yang harus dilakukan oleh pasien. Garpu tala digetarkan dengan menggunakan ibu jari dan telunjuk jari tangan kiri Garpu tala diletakkan di prosesus mastoideus telinga yang akan diperiksa sampai tidak terdengar lagi Tangkai penala segera dipindahkan pada prosesus mastoideus telinga pemeriksa dengan pendengaran normal Bila pemeriksa masih mendengar bunyi, disebut Schwabach memendek. Bila pemeriksa tidak mendengar bunyi, pemeriksaan diulang dg cara penala setelah digetarkan,diletakkan pd pros. mastoideus pemeriksa lebih dahulu. Bila sudah tidak terdengar, tangkai penala segera dipindahkan ke pros.mastoideus pasien. Bila pasien masih mendengar, disebut Schwabach memanjang
INTERPERTASI HASIL PEMERIKSAAN TES SCHWABACH Normal : sama dengan pemeriksa Memanjang : Bila pasien masih mendengar bunyi Memendek : Bila pemeriksa masih mendengar bunyi 32
KURFAK 2005 TA TA 2011-2012 CHECK LIST TES PENALA
Kelompok: ..................... Tanggal: .......................... Nama Tutor: ............................... SELF ASSESMENT PEMERIKSAAN RINNE No
Butir Penilaian
1
Pemeriksa duduk berhadapan dengan pasien dalam posisi kedua kaki tertutup di samping kiri atau kanan kaki pasien.
2
Menjelaskan pemeriksaan yang akan dilakukan dan apa yang harus dilakukan oleh pasien
3
Mengambil garpu tala 512 Hz, menggetarkan garpu tala tsb dengan menggunakan ibu jari dan telunjuk tangan kiri
4
Meletakkan ujung garpu tala di prosesus mastoideus telinga yang diperiksa sampai pasien tidak mendengar bunyi lagi dg cara memberikan tanda (mengangkat tangan atau berbicara )
5
Meletakkan garputala di depan telinga yang diperiksa 2,5 cm dari liang telinga dan menanyakan apakah pasien masih mendengar bunyi atau tidak . Kemudian sebaliknya menggetarkan penala didepan telinga yang diperiksa 2,5cm dari liang telinga lebih dahulu. Bila tidak mendengar bunyi lagi, memberi tanda ( dg mengangkat tangan atau berbicara )
6
7
Meletakkan ujung garpu tala di prosesus mastoideus telinga yang diperiksa dan menanyakan apakah pasien masih mendengar bunyi atau tidak. Bila masih mendengar bunyi, memberi tanda ( dgn mengangkat tangan atau berbicara )
33
KURFAK 2005 TA 2011-2012 CHECK LIST TES PENALA
Kelompok: ..................... Tanggal: .......................... Nama Mahasiswa : ...............................
SELF ASSESMENT PEMERIKSAAN WEBER No
Butir Penilaian
1
Pemeriksa duduk berhadapan dengan pasien dalam posisi kedua kaki tertutup di samping kiri atau kanan kaki pasien.
2
Menjelaskan pemeriksaan yang akan dilakukan dan apa yang harus dilakukan oleh pasien.
3
Garpu tala digetarkan dengan menggunakan ibu jari dan telunjuk jari kiri, kemudian diletakkan di garis tengah kepala ( verteks / dahi / pangkal hidung / dagu) atau di pertengahan gigi seri
4
Pasien memberi tanda dg cara mengangkat tangan atau memberi tahu bunyi terdengar lebih keras di telinga kiri / kanan atau bunyi sama kerasnya atau tidak dapat dibedakan ke arah telinga mana bunyi terdengar lebih keras
34
KURFAK 2005 TA 2011-2012 CHECK LIST TES PENALA Kelompok: ..................... Tanggal: .......................... Nama Mahasiswa : ...............................
SELF ASSESMENT PEMERIKSAAN SCHWABACH No
Butir Penilaian
1
Pemeriksa duduk berhadapan dengan pasien dalam posisi kedua kaki tertutup di samping kiri atau kanan kaki pasien.
2
Menjelaskan pemeriksaan yang akan dilakukan dan apa yang harus dilakukan oleh pasien.
3
Garpu tala digetarkan dengan menggunakan ibu jari dan telunjuk jari tangan kiri
4
Garpu tala diletakkan di prosesus mastoideus telinga yang akan diperiksa sampai pasien tidak mendengar lagi bunyi dg cara memberi tanda ( Mengangkat tangan atau berbicara ) Tangkai penala segera dipindahkan pada prosesus mastoideus telinga pemeriksa yang sama ( pendengaran pemeriksa harus normal )
5
Kemudian penala digetarkan lagi dan diletakkan pd pros. Mastoideus pemeriksa lebih dahulu. Bila sudah tidak terdengar bunyi lagi, tangkai penala segera dipindahkan ke pros.mastoideus pasien pada telinga yang sama.
35