CONTOH TUGAS RANCANG PENINGKATAN EFEISIENSI DAN EFEKTIFITAS PETERNAKAN AYAM PETELUR DENGAN PENERAPAN TEKNOLOGI EGG COLLECTOR disusun oleh: 1. Miftachul Arifin 2508 100 013 2. Astrilia Fidya Fitrie 2508 100 018 3. Winda Afiani 2508 100 026 4. Darman Susanto 2508 100 031 5. Big Prima Pungkas 2508 100 107 BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Jawa Timur merupakan penghasil telur yang potensial, pada tahun 2004, produksinya mencapai hampir 27 juta kilogram, yang artinya ada 74 ribu butir telur yang dihasilkan setiap hari pada tahun tersebut. Namun selama ini, metode pengumpulan telur di tempat-tempat peternakan masih konvensional. Seringkali peternak kewalahan mengalihkan perhatian induk ayam agar dapat mengambil telurnya tanpa diserang. Oleh karena itu, sektor peternakan ini memerlukan suatu sistem otomasi sehingga pengumpulan telur dapat dilaksanakan dengan cepat dan aman. Pemahaman para peternak ayam petelur yang ada sekarang ini pada umumnya sudah baik, mulai dari cara memberi makan, membersihkan kandang, hingga merawat kesehatan ayam. Namun masih ada aspek yang kurang diperhatikan dengan baik oleh para peternak ayam petelur, yaitu pada proses harvesting hasil panen. Pemanfaatan kandang yang kurang optimal serta sistematika harvesting yang masih tradisional membuat telur yang dihasilkan oleh ayam dirasa kurang optimal. Sebagai contoh kecil tidak jarang kita menemukan telur ayam yang kulit telurnya kurang bersih (adanya feses ayam yang menempel) pada kulit telur tersebut. Hal ini mengindikasikan bahwa kurang optimalnya treatment yang digunakan pada proses harvesting. Dengan adanya alat terotomasi “Egg collector” ini, nantinya dapat mengubah sistem kerja menjadi lebih efisien dan telur yang dihasilkan menjadi lebih bersih dan layak memenuhi kebutuhan konsumen. 1.2 TUJUAN Tujuan dari alat otomasi “Egg collector” adalah: • Telur dikumpulkan melalui proses yang efektif, efisien, dan aman • Biaya proses harvesting telur mampu dihemat • Kebersihan telur dijaga dengan baik • Kerusakan telur akibat proses kimiawi maupun fisik bisa dicegah 1.3 MANFAAT Manfaat dari alat otomasi “Egg collector adalah: • Proses pengumpulan dan pembersihan telur dapat diringkas dan prosesnya cepat. • Pengemasan yang menarik (telur disusun seperti bola tenis dalam botol khusus), akan merujuk pada harga jual yang tinggi. • Telur dapat disimpan lebih lama(karena disemprot dengan air lalu dikeringkan dengan hembusan angin) 1.4 BATASAN DAN ASUMSI Batasan : - Ayam yang digunakan adalah ayam kampung petelur (ayam Arab) Asumsi : - Untuk per harinya ayam bertelur sebanyak 2 kali yaitu pagi (pukul 5) dan sore (pukul 16) - Untuk sekali bertelurnya ayam mengeluarkan maksimal 2 butir telur. - Mesin dapat dioperasikan oleh semua operator
Contoh Tugas Rancang dipresentasikan pada MInggu ke 17 & 18 – hal 1
BAB II TELAAH PUSTAKA 2.1 KOMPONEN PENYUSUN
Gambar 2.1 Sistem otomasi EGG COLLECTOR (overview)) Komponen penyusun sistem otomasi EGG COLLECTOR: 1. Sistem Pengumpul Telur a. PENTAGRAM CHICKEN HOUSE, HOUSE, merupakan kandang telur berbentuk landai, bersifat mekanis. Telur yang dikeluarkan induk ayam akan menggelinding secara otomatis keluar dari kandang menuju ke SLOT DECISION MAKER melalui TUBE BRIDGE karena bentuk kandang yang khusus, memanfaatkan penerapan ilmu tentang gravitasi dan kontur fisik. Lantai rumah ayam ini dibuat dari jala logam yang tidak terlalu besar lubang pori-porinya pori sehingga ingga menjaga kenyamanan ayam serta keutuhan telur yang akan menggelinding di atasnya.
b.
c.
Gambar 2.2 PENTAGRAM CHICKEN HOUSE TUBE BRIDGE,, merupakan lintasan dari PENTAGRAM CHICKEN HOUSE menuju TUBE BRIDGE, BRIDGE bersifat mekanis. Dibuat dari material yang kuat namun namun tidak berpotensi merusak telur yang menggelinding di dalamnya. Lintasan ini diletakkan dalam posisi miring untuk membuat telur dapat menggelinding menuju SLOT DECISION MAKER. MAKER
Gambar 2.3 TUBE BRIDGE SLOT DECISION MAKER, MAKER merupakan alat yang akan menentukan ukan slot di EGG COASTER di mana telur akan diletakkan. Alat ini memiliki saklar yang merupakan counter jumlah telur yang lewat. Saklar adalah sebuah perangkat yang digunakan untuk memutuskan jaringan listrik, listrik atau untuk menghubungkannya [1]. Jadi saklar pada dasarnya adalah alat penyambung atau pemutus aliran listrik. Namun dalam sistem Egg collector ini, saklar juga berfungsi sebagai inputan untuk counter. Telur akan diletakkan pada slot di EGG COASTER sesuai urutan, sehingga satu slot ditempati satu telur. SLOT DECISION MAKER mencegah telur pecah (karena satu slot diisi lebih dari satu telur, sehinggaa saling berhantaman). Ketika telur pertama datang dari TUBE BRIDGE, BRIDGE ia akan melewati saklar, lalu menuju ke slot pertama di EGG COASTER.. Di sini terdapat inputan dari sensor (yaitu saklar), bahwa ada slot pertama sudah terisi dan SLOT DECISION MAKER harus menggeserkan diri ke slot kedua. Proses pergeseran ini dilakukan oleh sistem penggerak mekanik.
Contoh Tugas Rancang dipresentasikan pada MInggu ke 17 1 & 18 – hal 2
Gambar 2.4 SLOT DECISION MAKER
d. e.
Gambar 2.5 Sistematika pergantian slot dan gerak SLOT DECISION MAKER oleh sistem penggerak mekanik EGG COASTER,, merupakan tempat te telur-telur telur dikumpulkan dari kandang serta tempat pengantar telur untuk dibersihkan dan dikeringkan. Individual Counter kandang, berfungsi untuk menghitung telur yang keluar dari satu kandang. Counter ini berfungsi untuk membantu Slot Decision Maker menentukan enentukan slot yang sesuai.
Gambar 2.6 Individual Counter kandang Counter of Whole System, System, berfungsi untuk menghitung jumlah telur dari seluruh kandang. Bila telah mencapai 3n (n = jumlah kandang), konveyor akan diperintahkan untuk hidup. Sistem Konveyor Konveyor merupakan suatu alat transportasi yang umumnya dipakai dalam industri perakitan maupun industri proses untuk mengangkut bahan produksi setengah jadi maupun hasil produksi dari satu bagian ke bagian yang lain [2]. Konveyor akan diaktifkan secara otomatis bila telur dari seluruh kandang telah siap (Counter Counter of Whole System menghitung 3n (n = jumlah kandang)) f.
2.
3.
Gambar 2.7 Sistem Konveyor Sistem Pembersih Terdiri dari sensor infra merah dan mesin water sprinkle.. Ketika sensor infra merah mendet mendeteksi adanya EGG COASTER(inframerah (inframerah terhalang olehnya), water sprinkle akan dihidupkan. Di sini water sprinkle berfungsi sebagai aktuator.
Gambar 2.8 Sistem Pembersih Contoh Tugas Rancang dipresentasikan pada MInggu ke 17 1 & 18 – hal 3
4.
5.
Sistem Pengering Terdiri atas sensor inframerah dan mesin blower. Ketika sensor infra merah mendeteksi adanya EGG COASTER(inframerah terhalang olehnya), blower akan dihidupkan. Di sini blower berfungsi sebagai aktuator.
Gambar 2.9 Sistem Pengering Sistem pengawasan Terdiri dari komputer yang mengawasi kerja alat-alat (SLOT DECISION MAKER, sistem konveyor, sistem pembersih, dan sistem pengering), dan kamera CCTV yang mengawasi kegiatan pengumpulan telur (terutama bagian sistem yang tidak dapat diintegrasikan pengawasannya dalam komputer, seperti jalannya EGG COASTER, dan kondisi pada TUBE BRIDGE, dan EGG COASTER. CCTV (Closed Circuit Television) adalah penggunaan kamera video untuk mentransmisikan signal video ke tempat spesifik, dalam beberapa set monitor[3].
ST A R T
T e lu r m s u k s lo t 1 N o S lo t 1 p e n u h ?
Gambar 2.10 Sistem pengawasan di EGG COLLECTOR Y es Ringkasan komponen penyusun sistem otomasi EGG COLLECTOR: a. Sensor : P ip a p in d a h k e s lo t 2 • Saklar pada SLOT DECISION MAKER N o • Pemancar infra merah pada sistem pembersih dan sistem pengering S lo t 2 p e n u h ? b. Aktuator: • Sistem penggerak mekanik pada SLOT DECISION MAKER Y es • Mesin water sprinkle P ip a p in d a h k e s lo t 3 • Mesin blower c. Driver : N o • Sistem konveyor S lo t 3 penuh? • Pemancar infra merah • CCTV yang terintegrasi dengan komputer Y es d. Analyser : • Komputer yang terintegrasi dengan sistem otomasi K o n v e y o r ja la n k e p o s p e n y e m p ro ta n d a n d ila k u k a n p e n y e m p ro ta n EGG COLLECTOR dan PLC • PLC (Programmable Logic Control) e. Pengawasan : K o n v e y o r ja la n k e p o s p e n g e rin g a n d a n d ila k u k a n p e n g e rin g a n • Kamera CCTV 2.2. CARA KERJA SISTEM Gambar 2.11 Flowchart
E nd
Contoh Tugas Rancang dipresentasikan pada MInggu ke 17 & 18 – hal 4
• •
•
•
•
Cara kerja yang dipakai dalam sistem yang diterapkan dalam proses harvesting telur ayam ini adalah sebagai berikut: Tahapan pertama dalam cara kerja sistem egg collector ini adalah proses pengumpumpulan telur ayam ke dalam slot decision maker yang berada di atas egg coaster, dimana disediakan 3 slot decision maker di setiap kandang ayam. Telur yang keluar dari kandang akan menggelinding melalui tube bridge yang dilengkapi dengan sensor penghitung (counter). Sensor ini akan mendeteksi jumlah telur yang menggelinding, jika ada telur yang menggelinding, maka sensor akan mengirimkan sinyal yang berisi info ke controller untuk diterjemahkan sehingga dapat dimengerti oleh actuator, dimana yang berfungsi sebagai actuator adalah sistem penggerak mekanik pada SLOT DECISION MAKER. Jika counter menunjukkan bahwa telur yang menggelinding adalah telur pertama, maka secara otomatis tube bridge akan berpindah arah ke slot kedua. Jika counter menunjukkan bahwa telur yang menggelinding adalah telur kedua maka tube bridge akan berpindah mengarah ke slot ketiga. Jika counter menunjukkan bahwa telah ada tiga telur yang masuk, maka tube bridge akan kembali mengarah ke slot pertama. Tahapan berikutnya adalah berjalannya egg coaster. Egg coaster akan dijalankan secara manual oleh operator pada jam-jam tertentu. Waktu yang dipilih adalah pukul 05.00 dan 15.00. Egg coaster akan berjalan menuju pos pembersihan yang terdiri dari penyemprotan yang kemudian dilanjutkan dengan pengeringan. Pada proses penyemprotan, terdapat sensor infra merah yang berfungsi untuk mendeteksi ada tidaknya telur pada slot. Jika terdeteksi ada telur maka secara otomatis water sprinkle yang berfungsi sebagai actuator akan menyemprotkan sejumlah air dalam waktu tertentu guna membersihkan telur-telur yang ada. Setelah selesai dilakukan penyemprotan, egg coaster akan bergerak kembali menuju pos pengeringan. Pada proses pengeringan, terdapat sensor infra merah yang berfungsi mendeteksi ada tidaknya telur di dalam slot. Jika terdeteksi adanya telur, maka blower yang berperan sebagai actuator akan menyala untuk mngeringkan telur yang telah disemprot sebelumnya.
Ada atau tidaknya telur yang menggelinding keluar dari kandang
Saklar (Normally Closed)
+
Pintu Saklar terdorong (terbuka), lalu arus listrik terputus
+
Sensor
Telur menggelinding menuju Egg Coaster Slot n
Pegas yang mengembalikan posisi saklar, (arus masuk)
Saklar tersambung
Saklar tertutup, arus yang masuk menjadi sumber listrik
Sistem Penggerak Mekanik di Slot Decision Maker
Sensor
Aktuator
+
Aktuator
Counter Individual menghitung jumlah telur akumulatif per kandang
SDM bergeser ke Egg Coaster Slot n+1
Aktuator
Controller
+
Membatasi SDM bergeser hanya sampai slot ke-3
Per Kandang Infrared Pada Water Sprinkler
Conveyor Counter Whole System
Sensor
Setelah menunjukkan angka 3.n (jumlah kandang) akan menghantarkan Arus sebagai sumber listrik
Aktuator
Egg Coaster bergerak kontinu secara perlahan
Aktuator
Sensor
Terhalang Egg Coaster
Mesin Blower Menyala
READY for Package
Telur yang sudah bersih
+
-
Terhalang Egg Coaster
-
+
Aktuator
Mesin Water Sprinkler Menyala Mesin Water Splinker padam
Infrared Pada Blower Sensor
Mesin Blower Padam
Gambar 2.12 Block Diagram
Contoh Tugas Rancang dipresentasikan pada MInggu ke 17 & 18 – hal 5
Gambar 2.13 Ladder Diagram Tabel 2.1 Tabel kebenaran A
B 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
C 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
D 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
E 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
F 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
H 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
I 0 0 0 0 0 0 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 1 1 1 1
J 0 0 0 0 1 1 1 1 0 0 0 0 1 1 1 1 0 0 0 0 1 1 1 1 0 0 0 0 1 1 1 1 0 0 0 0 1 1 1 1 0 0 0 0 1 1 1 1 0 0 0 0 1 1 1 1 0 0 0 0
K 0 0 1 1 0 0 1 1 0 0 1 1 0 0 1 1 0 0 1 1 0 0 1 1 0 0 1 1 0 0 1 1 0 0 1 1 0 0 1 1 0 0 1 1 0 0 1 1 0 0 1 1 0 0 1 1 0 0 1 1
0 1 0 1 0 1 0 1 0 1 0 1 0 1 0 1 0 1 0 1 0 1 0 1 0 1 0 1 0 1 0 1 0 1 0 1 0 1 0 1 0 1 0 1 0 1 0 1 0 1 0 1 0 1 0 1 0 1 0 1
H a s il FA LS FA LS FA LS FA LS FA LS FA LS FA LS FA LS FA LS FA LS FA LS FA LS FA LS FA LS FA LS FA LS FA LS FA LS FA LS FA LS FA LS FA LS FA LS FA LS FA LS FA LS FA LS FA LS FA LS FA LS FA LS FA LS FA LS FA LS FA LS FA LS FA LS FA LS FA LS FA LS FA LS FA LS FA LS FA LS FA LS FA LS FA LS FA LS FA LS FA LS FA LS FA LS FA LS FA LS FA LS FA LS FA LS FA LS FA LS FA LS
E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E
Gambar 2.14 Logic Gate
Contoh Tugas Rancang dipresentasikan pada MInggu ke 17 1 & 18 – hal 6
2.3 RANCANGAN FISIK Rancangan fisik untuk sistem yang telah dirancang dibentuk menjadi sebuah prototype. Prototype yang dibuat ini menggunakan beberapa peralatan. Peralatan yang dibutuhkan adalah alumunium, as, vinil, motor, pralon pvc, piringan akrilik, kotak akrilik, wiper, dan kipas. Alumunium yang dibutuhkan disini dipakai sebgai rancang bangun untuk conveyor. As digunakan sebagai aktuator putaran motor untuk menggerakkan conveyor. Vinil merupakan pengganti belt conveyor. Di dalam sistem ini dibutuhkan 3 motor listrik. Motor pertama untuk menggerakkan listrik. Motor kedua sebagai penggerak buka tutup pintu telur. Motor ketiga digunakan sebagai penggerak slot decision maker. Pralon PVC digunakan sebagai tube bridge. Piringan akrilik sebagai aktuator dari motor kedua. Kotak akrilik sebagai egg coaster . Wiper digunakan sebagai pompa air dan kipas digunakan sebagai pengering dari telor yang telah dibersihkan. Sebagai input, prototype dari sistem egg collector ini membutuhkan sensor. Sensor yang dibutuhkan terdiri dari dua macam, yakni sensor limit switch dan sensor optocopler. Sensor limit switch digunakan untuk mengarahkan telur ke egg coaster sedangkan sensor optocopler digunakan sebagai pendeteksi adanya objek. Sensor limit switch ini dibutuhkan sebanyak satu buah dan sensor optocopler dibutuhkan sebanyak tiga buah. Sebagai pengontrol dari sistem, digunakan sebuah mikrokontroler dengan jenis 8535. Sebagai output digunakan 3 motor yang telah disebutkan tadi, wiper, dan kipas beserta drivernya. Sistem kerja dari prototype ini diuraikan sebagai berikut. Telur yang keluar dari kandang melewati tube bridge. Telur dideteksi dengan sensor optocopler. Telur diarahkan oleh slot decision maker dengan menggunakan motor dan limit switch. Egg coaster juga dideteksi oleh sensor optocopler. Ketika sensor mendapati egg coaster tidak pada tempatnya, maka telur tidak bisa dialirkan ke egg coaster. Setelah sensor optocopler pada tube bridge mendeteksi bahwa telur yang lewat merupakan telur yang ketiga, maka konveyor pun bergerak. Conveyor bergerak hingga kemudian melewati sistem pembersih. Sistem pembersih dilengkapi dengan sensor optocopler. Ketika sensor telah mendeteksi adanya conveyor, maka sistem pembersih akan menyala. Ketika egg coaster telah lewat semua, wiper pun akan berhenti menyemprot. Egg coaster kemudian menuju ke sistem pengering. Sistem pengering ini sama dengan sistem pembersih. Ketika sensor optocopler mendeteksi adanya egg coaster, maka kipas pun akan menyala hingga egg coaster telah melewati sensor secara keseluruhan.
Gambar 2.15 Prototype BAB III ANALISA SISTEM 4.1 ANALISA FUNGSIONALITAS Penjelasan mengenai kemungkinan malfungsi, sistem pengawas kemungkinan malfungsi, dan penangannya (dan pencegahan, bila ada) adalah sebagai berikut: 1. Pentagram Chicken House a) Kemungkinan malfungsi : Telur tidak dapat menggelinding atau sulit menggelinding (dapat diakibatkan oleh berkurangnya kemiringan alas rumah, penumpukan kotoran induk ayam). Hal ini dapat berakibat pada lamanya atau bahkan macetnya proses sistem egg collector, karena proses keluarnya telur dari pentagram chicken house ini adalah awal dari keseluruhan proses yang ada. b) Sistem pengawasan : Manual atau kamera CCTV. Secara manual, pekerja seharusnya dapat mengerti bila terdapat penurunan kecepatan keluarnya telur, atau pekerja secara berkala memeriksa keadaan kandang untuk mencegah kemungkinan malfungsi. Melalui kamera CCTV, dapat dilihat keluarnya telur dari kandang yang tidak baik yang berbeda dengan kecepatan keluarnya telur dari kandang lain. Contoh Tugas Rancang dipresentasikan pada MInggu ke 17 & 18 – hal 7
2.
3.
4.
5.
6.
c) Penaganan : Perbaikan langsung pentagram chicken house. d) Pencegahan : Pembersihan dan pemeriksaan secara berkala terhadap kandang. Tube Bridge a) Kemungkinan malfungsi : Terdapat tumpukan kotoran dalam tube bridge karena telurtelur yang lewat kotor (kandang kurang bersih) sehingga telur tidak bisa lewat (tersumbat). Atau kemungkinan lain, terdapat retak atau sudut runcing di dalam tube bridge sehingga telur retak, atau pecah. Tersumbatnya tube bridge gerakan telur dapat menghambat atau bahkan menghentikan proses selanjutnya, karena proses lewatnya telur ini termasuk di awal-awal kesluruhan proses yang ada. b) Sistem pengawasan : Manual atau kamera CCTV. Akan segera diketahui bila ada masalah dalam tube bridge jika telur sulit lewat atau pecah, baik secara manual atau melalui kamera CCTV c) Penanganan : Memperbaiki langsung bagian dalam tube bridge agar tidak menghambat kerja sistem egg colector d) Pencegahan : Secara berkala membersihkan dan memeriksa tube bridge (terutama bagian dalam). SLOT DECISION MAKER a) Kemungkinan malfungsi : Saklar tidak dapat menghitung(memberi inputan ke sistem) karena kabel penghubungnya putus. Atau mekanisme penggerak tidak dapat menggerakkan slot decision maker karena pelumasnya kurang. Hal ini dapat membuat suatu slot ditempati lebih dari satu telur, sehingga telur dapat pecah karena berhantaman atau jatuh dari egg coaster. Pecahnya telur di bagian proses ini memang tidak mengganggu proses-proses lain selanjutnya karena inputan untuk proses lain berkaitan dengan Egg Coster, bukan telur. Meskipun demikian, pecahnya telur tentu akan merugikan pemilik usaha. b) Sistem pengawasan : Manual atau sistem komputer. Bila saklar tidak memberi input hitungan padahal telur sudah lewat, tentu akan langsung diketahui. Begitu pula dengan mekanisme penggerak yang tidak bergerak karena kurang pelumas, pasti terdapat bunyi tertentu atau getaran tak wajar yang mengindikasikan ketidakwajaran. c) Penanganan : Menyambung kembali kebel saklar, dan memberi pelumas ke mekanisme penggerak d) Pencegahan : Pemeriksaan secara berkala pada komponen saklar dan memberi pelumas pada mekanisme penggerak. Individual Counter dan Counter of Whole System a) Kemungkinan malfungsi : Kegagalan penghitungan, karena kerusakan internal counter, atau kabel yang bermasalah. Malfungsi pada Indiviual Counter akan membuat telur menempati slot yang sama, sehingga telur dapat pecah karenanya. Proses lain juga tak akan berjalan lagi karena perhitungan oleh counter ini adalah inputan untuk proses-proses lain. Malfungsi Counter of Whole System dapat membuat proses sistem macet atau berhenti, karena proses-proses selanjutnya bergantung pada inputan counter ini. b) Sistem pengawasan : Manual. Dapat diketahui secara manual bila counter tidak bekerja dengan baik, misalnya tidak tertambahnya perhitungan saat telur kesekian lewat. c) Penanganan : Secara langsung memperbaiki counter d) Pencegahan : Pemeriksaan secara berkala terhadap counter EGG COASTER a) Kemungkinan malfungsi : Salah satu atau beberapa slot telur memiliki sisi runcing. Telur dapat retak atau pecah. Pecahnya telur di bagian proses ini memang tidak mengganggu proses-proses lain selanjutnya karena inputan untuk proses lain berkaitan dengan Egg Coster, bukan telur. Meskipun demikian, pecahnya telur tentu akan merugikan pemilik usaha. b) Sistem pengawasan : Manual. Pekerja dapat melihat adanya sisi runcing tersebut. c) Penanganan : Secara langsung memperbaiki egg coaster d) Pencegahan : Pemeriksaan secara berkala Konveyor a) Kemungkinan malfungsi : Bergeraknya konveyor terhenti atau tersendat-sendat. Berhubungan dengan pengaktif konveyor juga. Jika konveyor terhenti, maka proses-proses selanjutnya tidak akan berjalan, karena Egg Coaster tidak dapat sampai menuju alat pemancar inframerah. Tersendat-sendatnya jalan konveyor selain memperlambat keseluruhan proses selanjutnya juga akan membuat proses pembersihan dan pengeringan terancam tidak sempurna. Contoh Tugas Rancang dipresentasikan pada MInggu ke 17 & 18 – hal 8
b) Sistem pengawasan : Manual, kamera CCTV, dan komputer. Malfungsi konveyor seperti di atas sangat mudah terdeteksi baik secara manual maupun melalui kamera CCTV. Melalui komputer bisa, karena komputer memberitahukan status kerja konveyor c) Penanganan : Pemeriksaan dan penangan langsung d) Pencegahan : Pemeliharaan (maintenance) 7. Pengaktif konveyor a) Kemungkinan malfungsi : Pada saat konveyor seharusnya diaktifkan, pengaktif konveyor gagal. Dapat diakibatkan karena kabel penghubung ke konveyor terputus. Hal ini dapat membuat keseluruhan proses selanjutnya berhenti. b) Sistem pengawasan : Manual, kamera CCTV, dan komputer. Bila konveyor macet atau berhenti, akan dapat diketahui dengan mudah dari kamera CCTV atau secara manual. c) Penanganan : Pemeriksaan dan penangan langsung d) Pencegahan : Pemeliharaan (maintenance) 8. Mesin-mesin pemancar sinar inframerah a) Kemungkinan malfungsi : Tidak keluar sinar inframerah dari mesin pemancar. Dapat disebabkan oleh kerusakan internal alat. Hal ini dapat membuat mesin pembersih dan pengering tidak bekerja (telur-telur hanya dikumpulkan, tidak dibersihkan). b) Sistem pengawasan : Manual, komputer. Secara manual dapat dilihat. Di komputer juga akan terlihat status kerja mesin inframerah. c) Penanganan : Memeriksa dan memperbaiki secara langsung mesin pemancar inframerah. d) Pencegahan : Pemeliharaan (maintenance). 9. Mesin water sprinkle a) Kemungkinan malfungsi : Air tidak keluar, pancaran air melemah, atau air kotor. Dapat disebabkan oleh tersumbatnya saluran tertentu di dalam mesin. Hal ini dapat menyebabkan telur masih kotor, atau makin kotor. Keseluruhan kemungkinan malfungsi di atas tidak akan mempengaruhi jalannya proses selanjutnya. b) Sistem pengawasan : Manual, kamera CCTV, dan komputer. Secara manual dan melalui kamera CCTV akan mudah terlihat bila terdapat ketidakwajaran dalam kinerja mesin water sprinkle. Status kerja mesin juga dapat dimonitor di layar komputer. c) Penanganan : Memeriksa dan memperbaiki secara langsung mesin water sprinkle. d) Pencegahan : Pemeliharaan (maintenance). 10. Mesin blower a) Kemungkinan malfungsi : Tidak dapat mengeluarkan hembusan angin, atau melemahnya hembusan tersebut. Dapat disebabkan oleh kerusakan internal dalam mesin blower. Hal ini dapat menyebabkan proses pengeringan gagal dilakukan atau tidak secara sempurna dilakukan. Kemungkinan malfungsi mesin blower tidak mempengaruhi kineja alat atau proses lain. b) Sistem pengawasan : Manual, kamera CCTV, dan komputer. Secara manual dan melalui kamera CCTV akan mudah terlihat bila terdapat ketidakwajaran dalam kinerja mesin water sprinkle. Status kerja mesin juga dapat dimonitor di layar komputer. c) Penanganan : Memeriksa dan memperbaiki secara langsung mesin water sprinkle. d) Pencegahan : Pemeliharaan (maintenance). 11. Komputer a) Kemungkinan malfungsi : Tidak dapat menampilkan status kerja alat-alat yang tersambung. Dapat disebabkan karena putusnya kabel penghubung ke alat bersangkutan. Hal ini dapat membuat proses monitoring berlangsung tidak baik. Ketika proses monitoring ini tidak berjalan dengan baik, maka malfungsi pada alat-alat yang diawasi melalui komputer akan sulit diketahui, akibatnya, bila benar-benar terjadi malfungsi, maka sistem tidak mendapat penanganan karena pekerja tidak menyadari terjadinya masalah. b) Sistem pengawasan : Manual. Karena komputer adalah sistem pengawas (pekerja sering berhadapan dengan komputer), maka malfungsi pada komputer akan cepat diketahui. c) Penanganan : Perbaikan pada program pemampang status kerja alat d) Pencegahan : Pemeriksaan berkala 12. PLC (Programmable Logic Control) Contoh Tugas Rancang dipresentasikan pada MInggu ke 17 & 18 – hal 9
Kemungkinan malfungsi : Tidak dapat menjalankan fungsi logika yang telah terprogram sebelumny. PLC adalah salah satu yang paling penting dalam sistem otomasi ini, karena benda ini memegang kendali atas banyak alat lain. Kerusakan pada PLC dapat mengganggu semua alat lain di bawah kendalinya dan dengan demikian merusak sistem Egg Colector. Bisa diakibatkan karena kerusakan internal PLC. b) Pengawasan : Komputer. Status kerja PLC yang tertera di komputer akan memberitahu pada pekerja bila terjadi malfungsi pada PLC c) Penanganan : Pemeriksaan dan perbaikan langsung pada PLC d) Pencegahan : Pemeliharaan (maintenance). 13. Kamera CCTV a) Kemungkinan malfungsi : Tidak dapat menampilkan gambar atau gambar yang ditampilkan tidak jelas. Dapat disebabkan oleh keusakan internal kamera CCTV. Hal ini dapat mengganggu proses pengawasan yang biasa dilakukan melalui kamera CCTV. Sehingga bila terjadi malfungsi dari kegiatan atau alat yang diawasinya, sistem tidak mendapat penanganan karena pekerja tidak menyadari adanya masalah tersebut. b) Pengawasan : Manual. Karena kamera CCTV adalah sistem pengawas (pekerja sering berhadapan dengan alat ini), maka malfungsi pada kamera CCTV akan cepat diketahui. c) Penanganan : Pemeriksaan dan perbaikan langsung pada kamera CCTV d) Pencegahan :Pemeliharaan (maintenance). 4.2 ANALISA BIAYA Peternakan Ayam Arab di Indonesia bisa dilakukan oleh setiap orang. Oleh karena itu, peternakan Ayam Arab sendiri memiliki 3 segmen usaha, yaitu usaha tingkat kecil, usaha tingkat menengah, usaha tingkat atas. Dalam pembuatan stasiun kerja berikut ini, tentunya dibutuhkan biaya-biaya yang harus tersedia agar tersedianya komponen pendukung. Di bawah ini merupakan daftar biaya yang diperlukan dalam penyediaan komponen pendukung : Tabel 4.1 Rincian Biaya Rancangan Egg collector a)
No.
Item
Jumlah
Harga Satuan
Harga Total
1
Rumah Ayam Segilima
10
Rp
40.000
Rp
400.000
2
Silinder Luncur
10
Rp
10.000
Rp
100.000
3
Sistem Pemutus Slot
10
Rp
500.000
Rp. 5.000.000
4
Mesin Water Sprinkle
1
Rp
100.000
Rp
500.000
5
Blower
1
Rp
100.000
Rp
500.000
6
PLC
1
Rp
300.000
Rp
300.000
8
Konveyor
1
Rp
2.000.000
9
Egg Coaster
10
Rp
5.000
Rp 2.000.000 Rp
50.000
Rp 15.940.000 Dari tabel di atas, maka dapat terlihat analisa biaya yang diperlukan adalah sebesar Rp 15.940.000,00. Dimana biaya ini digunakan untuk menjalankan stasiun kerja ini pada 10 rumah ayam segilima, sehingga untuk sebuah rumah ayam segilima membutuhkan biaya sekitar Rp 1.594.000,00. Seperti yang diketahui sebelumnya, tingkat usaha peternakan Ayam Arab di Indonesia ada 3, yaitu : 1. Tingkat kecil, dalam menjalankan peternakan Ayam Arab ini, maka peternak memiliki luas lahan peternakan yang tidak besar, sehingga jumlah rumah ayam yang dimiliki juga tidak banyak, selain itu juga tujuan utama peternakan Ayam Arab tingkat kecil ini juga hanyalah untuk memenuhi kebutuhan sekitar atau pendistribusiannya tidak begitu luas. Dalam peternakan tingkat kecil ini, jumlah rumah ayam segilima yang dimiliki sekitar 50 buah dimana setiap rumah ayam dihuni oleh seekor ayam. Dalam kesehariannya, seekor ayam bertelur sebanyak dua kali di mana setiap bertelur hanya menelurkan minimal 1 telur dan maksimal 2 telur. Sehingga dalam satu harinya, peternak akan mendapatkan sekitar 50 hingga 100 telur. Dari 50 hingga 100 telur ini, peternak menjual telur dengan harga Rp 1.200,00 sehingga peternak akan mendapatkan penghasilan sekitar Rp 60.000,00 hingga Rp 120.000,00. 2. Tingkat menengah, dalam peternakan tingkat menengah ini, jumlah rumah ayam segilima yang dimiliki sekitar 100 buah dimana setiap rumah ayam dihuni oleh seekor ayam. Dalam kesehariannya, seekor ayam bertelur sebanyak dua kali dimana setiap bertelur hanya menelurkan minimal 1 telur dan maksimal 2 telur. Sehingga dalam satu harinya, peternak akan mendapatkan sekitar 100 hingga 200 telur. Dari 100 Contoh Tugas Rancang dipresentasikan pada MInggu ke 17 & 18 – hal 10
hingga 200 telur ini, peternak menjual telur dengan harga Rp 1.200,00 sehingga peternak akan mendapatkan penghasilan sekitar Rp 120.000,00 hingga Rp 240.000,00. 3. Tingkat atas, dalam peternakan tingkat atas ini, jumlah rumah ayam segilima yang dimiliki sekitar 1000 buah dimana setiap rumah ayam dihuni seekor ayam. Dalam kesehariannya, seekor ayam bertelur sebanyak dua kali dimana setiap bertelur hanya menelurkan 1 telur dan maksimal 2 telur. Sehingga dalam satu harinya, peternak akan mendapatkan mendapatkan sekitar 1000 hingga 2000 telur. Dari 1000 hingga 2000 telur ini, peternak menjual telur dengan harga Rp 1.200,00 sehingga peternak akan mendapatkan penghasilan sekitar Rp 1.200,00 sehingga peternak akan mendapatkan penghasilan sekitar Rp 1.200.000,00 hingga Rp 2.400.000,00. Diestimasikan bahwa peternak memiliki 1000 rumah ayam segilima. Dimana tiap kandang akan menghasilkan 2 telur per harinya, sehingga akna didapatkan 2000 telur. Jika 1 kg telur berisi 16 telur, maka akan didapatkan 125 kg telur. Harga 1 kg telur adalah Rp 19.200,00 maka akan didapatkan Rp 2.400.000,00 dalam per hari. Sehingga dalam sebulannya akan didapatkan penghasilan Rp 72.000.000,00. Dari klasifikasi tingkat peternakan di Indonesia, maka dapat terlihat bahwa stasiun kerja ini akan lebih baik diterapkan untuk peternakan tingkat atas, hal ini dapat terlihat dari penghasilan yang didapatkan peternak, dengan penghasilan seperti yang diatas maka hanya dalam hitungan hari saja maka peternak sudah mendapatkan keuntungan (balik modal). 4.3 ANALISA KELEBIHAN DAN KELEMAHAN SISTEM Kelebihan: 1. Sistem egg collector akan sangat membantu bagi para peternak ayam petelur, terutama peternak dengan skala yang besar. Dengan menggunakan egg collector, peternak tidak perlu mencari dan mengumpulkan telur-telur yang dihasilkan oleh ayam. Hal ini akan meningkatkan efektifitas dan efisiensi pengumpulan dan pembersihan telur ayam daripada dikumpulkan dan dibersihkan secara manual. 2. Telur yang keluar bisa segera dibersihkan. Hal ini akan menambah tingkat kehigienisan telur yang nantinya akan didistribusikan ke konsumen dan menjadikan telur tersebut menjadi produk unggulan. 3. Mengurangi resiko pecahnya telur ketika diambil dan dikumpulkan karena sistem egg collector ini dilengkapi dengan bilik conveyor yang aman untuk telur sehingga telur tidak tercampur dan saling tumpang tindih. Kelemahan: Sistem egg collector ini kurang efisien terutama pada saat penyemprotan cairan pembersih. Penyemprotan dilakukan sepanjang conveyor melewati sensor yang ada di penyemprot. Ketika di conveyor ada beberapa bilik yang tidak terisi telur, maka akan tetap disemprot. Hal ini tentunya kurang efisien. BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan 1. Dengan menggunakan sistem egg collector ini, peternak mampu meningkatkan efisiensi dan efektifitas dalam melakukan pengumpulan dan pembersihan telur. 2. Berdasarkan analisa biaya yang telah dilakukan, terbukti bahwa sistem ini lebih menguntungkan, terutama bagi peternakan ayam petelur dengan skala menengah ke atas. 3. Sistem egg collector ini pun bisa menjaga kebersihan dari telur-telur yang dihasilkan sebelum didistribusikan ke konsumen. 4. Kerusakan fisik akibat kesalahan pengumpulan telur yang dilakukan secara manual akan bisa diatasi dengan menggunakan sistem egg collector yang telah terotomasi ini. 5.2 Saran 1. Diperlukan suatu studi yang lebih lanjut guan meningkatkan efisiensi dan efektifitas dari sistem egg collector ini terutama pada sistem pembersihan dan pengeringan. DAFTAR PUSTAKA Definisi CCTV, http://cctv.web.id/definisi-cctv/, diakses pada 12 November 2009 Groover , Mikell P. 2005. Otomasi, Sistem Produksi, dan Computer Integrated Manufacturing. Surabaya: Penerbit Guna Widya Sakelar, http://id.wikipedia.org/wiki/Sakelar, diakses pada 12 November 2009 Sistem Konveyor Masukan Acak dengan Keluaran Teratur, http://www.eepis-its.edu/id/proceeding/290/SistemKonveyor-Masukan-Acak-Dengan-Keluaran-Teratur, diakses pada 12 November 2009
Contoh Tugas Rancang dipresentasikan pada MInggu ke 17 & 18 – hal 11