COMPARATIVE ANALYSIS OF CORN FARMING OPINION PARTNERSHIPS AND NON SYSTEM PARTNERSHIP Oleh : Bambang Busairi* Ismudjiati**
ABSTRAK Penelitian ini dilakukan di Desa Gebangan Kecamatan Kapongan Kabupaten Situbondo sengaja dipilih lokasi ini karena pertimbangan, Terdapat Sample yang cukup untuk diteliti dan jarak lokasi penelitian dan tempat penelitian dekat .Sehingga dapat membantu kelancaran penelitian terutama dari segi waktu dan biaya. Penelitian yang dilakukan ini bertujuan untuk mengetahui perbedaaan pendapatan dan efesiensi antara usahatani jagung Sistem Kemitraan dan Non Kemitraan Pada petani jagung yang melakukan penanaman jagung secara kemitraan dan Non Kemitraan . Penelitian ini menggunakan metode survey pada petani jagung sistem Kemitraan dan Non Kemitraan di Desa Gebangan Kecamatan Kapongan Kabupaten Situbondo jenis data yang digunakan data Primer dan data Sekunder. Metode Analisa data yang digunakan yaitu uji t. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa dari yang diperoleh dari penerimaan, Biaya dan Pendapatan serta Efesiensi dengan menggunkan pendapatan Rata – rata sebagai Penerimaan Usahatani Jagung Sistem Kemitraan Rp. 24.695.325 Biaya 12.568.228 pendapatan Rp. 12.127.098 dan R/ C Rasio 1.96 sedangkan Penerimaan Usahatani Jagung Sistem Non Kemitraan Rp. 27.937.843 Biaya Rp. 16.361040 pendapatan 11.576.803 dan R/ C Rasio 1.68 Perbedaan Penerimaan, Biaya , Pendapatan dan R/C diKarena Jarak Tanam yang tiodak sama dan Populasi tidak sama serta hasil produksi yang rendah dari jagung sistem Kemitraan. Keywords: Sistem Kemitraan, non Kemitraan jagung benih, jagung komersil
ABSTRACT The research was conducted in the village district Gebangan Kapongan Situbondo deliberately selected this location because of considerations, there are enough samples to be tested within the study site and a nearby research. So it can help smooth the study, especially in terms of time and cost. This research aims to determine the difference between opinion and efficiency of maize farming system on the Partnership and Non-Partnership corn farmers are planting corn in partnership and non-partnership.
48
This study uses a survey of corn growers Partnership and NonPartnership system in the Village District Gebangan Kapongan Situbondo the data type of the data used Primary and Secondary Data. Data analysis methods are used that test. Results of this study showed that from that obtained from the reception, the cost and revenue and efficiency by using the average opinion as acceptance Corn Farming Partnership System Rp. 24,695,325 Cost Rp. 12,568,228 opinion. 12,127,098 and R / C ratio of 1.96 while the Corn Farming Systems Non Receipt Partnership Rp. 27,937,843 cost Rp. 11,576,803 and 16,361,040 opinion of the R / C ratio of 1.68 difference in revenues, expenses, opinions and R / C because spacing is not the same and not the same population and a low yield of corn production system partnership. Keyword: System Partnership, Non partnership seed corn, commercial corn
*Alumni Fakultas Pertanian Universitas Abdurachman Saleh Situbondo ** Dosen Fakultas Pertanian Universitas Abdurachman Saleh Situbondo
49
I.
pembangunan
LATAR BELAKANG Negara Indonesia merupakan
negara
agraris
dimana
sektor
perekonomian utama dititik beratkan pada sektor pertanian. Pertanian menjadi
tulang
perekonomian
punggung
Indonesia
yang
diharapkan mampu meningkatkan penerimaan
devisa
negara,
serta
mampu menyediakan bahan pangan yang cukup bagi masyarakat sebagai upaya untuk mencapai kesejahteraan dan
kemakmuran
bangsa.
Pembangunan pertanian bertujuan untuk meningkatkan hasil dan mutu produksi, meningkatkan pendapatan
dan
lapangan
pembangunan
usaha,
menunjang
industri
serta
meningkatkan ekspor, karena sektor pertanian masih merupakan sektor yang penting, maka seyogyanya meningkatkan
pendapatan
petani
ini
struktur perekonomian Jawa Timur bahwa sektor pertanian merupakan sektor dominan ke tiga terbesar setelah
industri
perdagangan.Oleh pembangunan
dan
karena
ekonomi
itu
Indonesia
sudah selayaknya dititik beratkan pada
pembangunan
ekonomi
yang
sektor-sektor
berbasis
pada
sumberdaya alam, padat tenaga kerja, dan
berorientasi
pada
pasar
domestik. Dalam hal ini, sektor pertanianlah yang paling memenuhi persyaratan Jagung dapat dibudidayakan di Indonesia karena jagung memiliki berbagai keunggulan dibandingkan dengan
komoditas
lain.
Daerah
pertumbuhan jagung melalui skala lingkungan yang sangat luas yaitu antara 580 LU sampai 400 LS. Tanaman ini dapat tumbuh di daerah dengan ketinggian 0 sampai 1300
menjadi tujuan utama. Pembangunan ekonomi pada sektor pertanian dimaksudkan untuk meningkatkan pendapatan petani dan mensukseskan
Hal
didasarkan pada fakta bahwa dalam
serta taraf hidup petani, peternak dan nelayan, memperluas lapangan kerja
pedesaan.
pemerataan
meter diatas permukaan laut dengan curah hujan tahunan 250 sampai 10.000 mm/th. Jagung dapat hidup dan tumbuh hampir di semua jenis tanah, tanah berpasir maupun tanah
50
liat berat. Namun tanaman ini akan
jagung
tumbuh baik pada tanah gembur dan
sebesar 915.000 ton atau turun
kaya akan humus dengan pH tanah
sebesar
antara
produksi
5,5
sampai
7,0
(Sinar
Tani,2000).
mengalami
7,3
penurunan
persen.
Penurunan
jagung
disebabkan
berkurangnya luas panen nasional
Jagung merupakan salah satu komoditas tanaman pangan yang
sebesar 280.000 hektar dari tahun sebelumnya.
mempunyai peranan strategis dalam pembangunan
pertanian
dan
Meskipun terjadi penurunan produksi
nasional,
produktivitas
perekonomian Indonesia. Komoditas
nasional mengalami peningkatan dari
ini mempunyai fungsi multiguna,
3,454 ton per ha menjadi 3,470 ton
baik untuk pangan maupun pakan.
per ha atau mengalami kenaikan 0,16
Penggunaan jagung untuk pakan
persen.Jika
mencapai 50% dari total kebutuhan.
negara
Dalam kurun waktu lima tahun
Amerika
terakhir
kebutuhan
jagung Indonesia masih jauh di
jagung untuk bahan baku industri
bawah mereka. Produktivitas jagung
pakan, makanan dan minuman terus
Indonesia hanya 3,47 ton per hektar.
meningkat
tahun.
Di lain pihak, produktivitas jagung di
ketersediaan
Amerika Serikat mencapai 9,47 ton
Dengan bahan
(2000-2004),
10-15% demikian,
baku
per
jagung
sangat
dibandingkan
penghasil
dengan
jagung
Serikat,
seperti
produktivitas
per hektar pada tahun 2006.
berpengaruh terhadap kinerja industri
Jawa Timur merupakan salah
peternakan dan penyediaan protein
satu sentra produksi jagung dengan
hewani.
kontribusi
Produksi jagung Indonesia
Adanya
terhadap
Nasional.
kesenjangan
tingkat
tahun 2006 sebesar 11.609.000 ton.
produksi
tersebut
mengisyaratkan
Nilai
peluang
untuk
meningkatkan
produksi
dibandingkan
ini tahun
lebih
kecil
sebelumnya
produksi Jagung di Jawa Timur
yaitu tahun 2005 sebesar 12.524.000
dengan menerapkan paket teknologi
ton. Dengan demikian, produksi
spesifik lokasi utamanya efisiensi
51
penggunaan biaya setempat
sesuai kondisi
yang
mengoptimalkan pendapatan
dijadikan
komsumsi.
Usahatani
dapat
jagung kemitraan dan non kemitraan
dan
sama sama memiliki kelebihan dan kekurangan masing – masing .
keuntungan Usahatani
jagung
sistem
Untuk mendukung program
kemitraan merupakan usaha tani
peningkatan jagung
yang dilakukan dengan cara petani
serta
sebagai Penyedia lahan dimana bibit
swasembada jagung , maka salah
dan Modal di tanggung Perusahan
satu
mitra dengan sistem Modal Pinjaman
penerapan
tanpa bunga. Jika Sudah waktunya
penggunaan benih jagung unggul .
panen
mengalami
Situbondo merupakan salah satu
pemasarannya,
kabupaten yang sangat potensial
petani
kesulitan
tidak
dalam
dapat
di Indonesia
tercapainya
alternatif
kembali
adalah
teknologi
dengan
baru
karena hasil panen langsung dibeli
untuk
perusahaan mitra . Dimana Jagung
jagung baik dengan sistem kemitraan
kemitraan
maupun dengan non kemitraan ,
yang
ditanam
adalah
pengembangan
yaitu
budidaya
jagung untuk dijadikan benih, bukan
dengan Kepemilikan
untuk
luas oleh masing masing petani.
Kebutuhan
Komsumsi.
lahan cukup
Sedangkan Usahatani non Kemitraan
Berdasarkan latar belakang
adalah usaha tani yang dilakukan
tersebut diatas maka penulis tartarik
Perorangan dengan modal sendiri
untuk mengadakan penelitian tentang
atau
" Analisis
pun
pinjaman
ketiga.dimana
dari
yang
pihak
dimaksud
usahatani non kemitraan, usahatatani
Komparatif Pendapatan
usaha tani jagung Sistem kemitraan dan non kemitraan ”
jagung kemersil yaitu jagung hanya II. PERMASALAHAN
a.
Apakah ada perbedaan pendapatan antara usaha tani
Berdsarkan latar belakang diatas maka ditetapkan identifikasi masalah
jagung sistem kemitraan dan non kemitraan
sebagai berikut :
52
b.
Apakah ada perbedaan efesiensi
kemitraan dan non kemitraan
antara usaha tani jagung sistem
jagung betina ditanam dipinggir dan
III. PEMBAHASAN Gambaran
Umum
Usahatani
Jagung Sistem Kemitraan dan Non
Dalam melakukan usahatani Jagung dengan sistem kemitraan faktor utama yang harus diperhatikan adalah tanaman harus dalam keadaan dan
menerapkan
paket
tekhnologi yang sudah ditetapkan. Karena hal ini sangat berpengaruh terhadap hasil produksi yang ujung – ujungnya dapat mempengaruhi hasil
jagung
betina
dengan jagung betina ditengah –
Meskipun tanaman jagung betina memiliki
polen
perkawinan
sendiri
namun
untuk
polen
yang
dimiliki jagung betina tidak untuk dilakukan
perkawinan
sendiri
melainkan mengambil polen jagung jantan yang
ada disebalahnya .
Bunga jagung betina
sebelum
muncul sudah harus dicabut dengan 2 sampai 4 daun ikut dan tidak
pendapatan. Adapun
tanaman
tengahnya ditanami jagung jantan.
Kemitraan
baik
diantara
perbedaan
dalam
budidaya tanaman jagung sistem kemitran dan non kemitraan terletak pada usahatani yang dilakukan . dimana pada usahatani
jagung
kemitraanjagung terdiri dari 2 jenis jagung yaitu jagung jantan dan jagung betina, sebagaimana sebelum tanaman jagung ditanaman tanah diolah dengan cara dibajak dn dibuat leketan yang dibutuhkan. Kemudian tanaman jagung ditanam dengan jarak tanam 90 X 15 cm, tanaman
sampai patah apabila belum bersih maka dilakukan pencabutan kembali, setelah tanaman jagung sudah terisi semua maka tanaman jagung betina harus
segera
dibabat
untuk
memberikan sirkulasi udara pada tanaman
jagung
betina.
Dimana
populasi tanaman jagung kemitraan sedikit ini disebabkan karena jarak tanam yang lebar , dalam satu lupang hanya satu biji, dan bisa dilakukan penyulaman
apabila
ada
tanam
jagung kerdil atau mati sehingga berakibat
pada
produksi
jagung 53
kemitraan rendah. Dalam usahatani
membeli bibit sendiri dan sarana
jagung
produksi
kemitraan
petani
sendiri.
Dimana
harga
mendapatkan benih gratis, bimbingan
jagung non kemitraan mengikuti
petugas dari perusahan dan pinjaman
harga pasar yang terjadi yaitu. Rp.
modal tanpa bunga dari perusahan
2.600,00 / Kg ( Glondongan Kering
sebesar Rp. 3.500.000,00 / Ha.
Sawah). Apabila harga jagung naik,
Dimana harga jagung kemitraan
maka harga jagung juga ikut
sebelum
sedangkan
tanam
artinya
sebelum
apabila
naik
harga jagung
dilakukan penanaman harga jagung
turun maka harga jagung ikut turun
sudah
juga.
ditentukan
antara
petani
dengan perusahan sebesar Rp. 3.000/
Untuk mengetahui produksi,
Kg (Gelondongan kering sawah),
penerimaan, biaya, dan pendapatan
sehingga apabila harga jagung turun
serta
maka harga jagung kemitraan tetap
kemitraan dan non kemitraan sebagai
atau tidak turun sedangkan apabila
berikut :
efesiensi
usahatani
jagung
jagung naik makan harga jagung kemitraan harga
juga tidak naik dimana
jagung
kemitraan
tidak
terpengaruh oleh perubahan harga jagung dipasaran. Sedangkan
Pendapatan sistem
usahatani
Kemitaraan
jagung
dan
Non
kemitraan Pendapatan usahatani jagung
non
diperoleh dari penerimaan modal
jagung yang ditanam
usaha dikurangi biaya, namun pada
tanpa adanya perbedaan jantan dan
usahatani jagung sistem kemitraan
betina
ditambah
kemitraan,
dalam
jagung
melakukan
proses
perkawinan,dimana dalam usahatani
kompensasi
dari
penerimaan.
jagung non kemitraan dengan jarak tanam 20 X 60 atau 20 X 70
Produksi Usahatani sistem jagung
sehingga populasi tinggi selain dapat
kemitraan dan non kemitraan
dilakukan
penyulaman
tanaman
yang
populasi
tinggi,
jika
mati, dimana
ada
sehingga petani
Produksi
usahatani jagung
sistem kemitraan dan non kemitraan disajikan pada table 8 berikut :
54
Tabel 8 : Produksi per Hektar Usahatani Usahatani jagung sistem Kemitraan dan Non Kemitraan di Desa Gebangan Kecamatan Kapongan Kabupaten situbondo Tahun 2012. No Sistem Terendah Tertinggi Rata –rata Beda Usahatani (Kg ) ( Kg) (Kg ) ( Kg ) 1. Kemitraan 5021 10460 7065,1 3679,9 2. Non Kemitraan 8281 14064 10745 Sumber : Data primer diolah, tahun 2012 Dari tabel diatas dapat dilihat hektar usahatani Jagung Kemitraan bahwa Produkski usahatani Jagung
lebih besar dari produksi rata – rata
Sistem kemitraan , terendah 5021 Kg
per hektar Jagung Non Kemitraan
dan tertinggi sebesar 10460 Kg
dengan beda produksi
dengan rata – rata Produksi
3679,9 Kg.
per
hektar sebesar 7065,1 Kg. Sedang produksi
sebesar
Hasil Uji t untuk Perbedaan
usahatani Jagung Non
Produksi Rata-rata antara usahatani
Kemitraan , terendah 8281 Kg dan
sistem jagung kemitraan dan non
tertinggi sebesar
kemitraan
14064 Kg dengan
Desa
Gebangan
per hektar
Kecamatan Kapongan
Kabupaten
10745 Kg. Dengan
Situbondo Tahun 2012
rata – rata produksi sebesar
demikian Produksi
di
rata – rata per
Tabel 9 : Hasil Uji t untuk Perbedaan Produksi Rata-rata antara usahatani jagung sistem kemitraan dan non kemitraan di Desa Gebangan Kecamatan Kapongan Tahun 2012 No Sistem Produksi rata Beda ( Kg ) t hitung t tabel Usahatani – rata ( Kg ) 1. Kemitraan 7065,1 3679,9 - 6,849 - 2,3451 2. Non Kemitraan 10745 Sumber : Data primer diolah, tahun 2012 Dari hasil uji t diatas dapat Kemitraan tidak nyata dengan tingkat dilihat bahwa nilai t hitung – 6,849
keyakinan 95 %.
lebih besar dari t tabel -2,3451 maka
Perbedaan
produksi
antara
Ho diterima artinya ada perbedaan
usahatani jagung sistem kemitraan
produksi antara usahatani jagung
dan
Sistem
karena adanya perbedaan jumlah
Kemitraan
dan
non
non
populasi
kemitraan
tanaman
disebabkan
dan
juga 55
perlakuaan dalam usahatani jagung
Penerimaan usahatani jagung sistem
yang dilakukan.
kemitraan
dan
non
kemitraan
disajikan pada table 10 berikut : Penerimaan sistem
Usahatani
kemitraan
jagung
dan
non
kemitraan Tabel 10. Penerimaan per Hektar Usahatani Usahatani jagung sistem Kemitraan dan Non Kemitraan di Desa Gebangan Kecamatan Kapongan Tahun 2012. No Sistem Terendah Tertinggi Rata –rata Beda Usahatani (Rp ) ( Rp) ( Rp ) ( Rp ) 1. Kemitraan 18.562.500 34.880.000 24.695.325 -3.242.518 2. Non Kemitraan 21.531.250 36.565.750 27.937.843 Sumber : Data primer diolah, tahun 2012 Dari tabel diatas dapat dilihat rata per hektar usahatani Jagung bahwa penerimaan usahatani Jagung
Kemitraan
Sistem kemitraan , terendah Rp.
penerimaan rata – rata per hektar
18.652.500,00 dan tertinggi sebesar
Jagung Non Kemitraan dengan beda
Rp. 34.880.000,00 dengan rata – rata
penerimaan
penerimaan per hektar sebesar Rp.
3.242.518,00
24.695.325,00
Hasil
Sedang penerimaan
Uji
lebih
Kecil
sebesar
dari
Rp.
-
( Rp minus ) t
untuk
usahatani Jagung Non Kemitraan ,
Penerimaan
terendah
dan
usahatani sistem jagung kemitraan
Rp. 36.565.750,00
dan non kemitraan di Desa Gebangan
Rp
tertinggi sebesar
21.531.250,00
Rata-rata
Perbedaan
dengan rata – rata penerimaan per
Kecamatan
hektar sebesar
Situbondo Tahun 2012.
Rp. 27.937.843,00.
Kapongan
antara
Kabupaten
Dengan demikian penerimaan rata – Tabel 11.Hasil Uji t untuk Perbedaan Penerimaan Rata-rata antara usahatani sistem jagung kemitraan dan non kemitraan di Desa Gebangan Kecamatan Kapongan Kabupaten Situbondo Tahun 2012 No Sistem Penerimaan Beda ( Rp ) t hitung t tabel Usahatani rata – rata ( Rp ) 1. Kemitraan 24.695.325 -3.24.518 - 2,196 - 2,3451 2. Non Kemitraan 27.937.843 Sumber : Data primer diolah, tahun 2012
56
Hasil
Analisis
Dari
tabel
sedangkan
pada
jagung
non
tersebut di atas membuktikan bahwa
kemitraan produksi sebesar 193417
dari analisa uji t nilai t-hitung = -
Kg/ Ha, terdapat perbedan produksi
2,196 lebih besar dari nilai t-tabel =
sebesar -66243kg/ Ha. Meskipun
2.3451 , maka Ho diterima Artinya
harga jagung kemitraan lebih tinggi
ada Perbedaan penerimaan Usahatani
dari harga jagung non kemitraan,
jagung Kemitraan dan Jagung non
dimana
Kemitraan tidak nyata dengan tingkat
sebesar Rp. 3.000,00 /Kg sedangkan
Keyakinan 95 %.
harga jagung non kemitraan Rp.
Perbedaan
penerimaan
ini
harga
2.600,00.
jagung
Sehingga
kemitraan
penerimaan
terjadi karena adanya perbedaan
anatara jagung system kemitraan dan
produksi dan harga. Pada jagung
non kemitraan mengalami perbedaan.
kemitraan
produksi gelondongan
kering sebesar 127174 kg/ Ha, Biaya Usahatani Jagung Sistem
Biaya
usahatani
Kemitraan dan non Kemitraan
Kemitraan
dan
Jagung Non
Sistem
Kemitraan
disajikan pada tabel 12 berikut : Tabel 12. Biaya Rata-rata per Hektar Usahatani Jagung Sistem Kemitraan dan Non Kemitraan didesa Gebangan Kecamatan Kapongan Kabupaten situbondo Tahun 2012. No Sistem Terendah Tertinggi Rata – rata Beda Usahatani (Rp ) ( Rp) ( Rp ) ( Rp ) 1. Kemitraan 11.598.000 14.330.000 12.568.288 -3.798.812 2. Non Kemitraan 12.987.500 21.150.000 16.361.040 Sumber : Data primer diolah, tahun 2012 Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa
usahatani Jagung Non Kemitraan ,
biaya
terendah Rp. 12.987.500,00
usahatani
Kemitraan
Jagung
Sistem Rp.
tertinggi sebesar Rp 21.150.000 ,00
11.598.000,00
dan tertinggi Rp
dengan rata – rata biaya per hektar
14.330.000,00
dengan rata – rata
sebesar Rp. 16.361.040,00. Dengan
biaya
per
12.568.228,00
terendah
dan
hektar
sebesar
sedang
Rp.
demikian biaya rata – rata per hektar
biaya
usahatani Jagung Kemitraan lebih
57
dari biaya rata – rata per
Kecil hektar
usahatani
Jagung
Non
Setelah
diadakan
pengujian
Kemitraan , dengan beda biaya
dengan menggunakan uji t diperoleh
sebesar Rp -3.792.812,00. ( Rp
hasil seperti tertera pada tabel 13
Minus )
berikut :
Tabel 13. Hasil Uji t untuk Perbedaan Biaya Rata-rata antara usahatani jagung sistem kemitraan dan non kemitraan di Desa Gebangan Kecamatan Kapongan Tahun Kabupaten Situbondo Tahun 2012 No Sistem Biaya rata Beda ( Rp ) t hitung t tabel Usahatani – rata ( Rp ) 1. Kemitraan 12.568.228 -3.792.812 - 7.771 - 2,3451 2. Non Kemitraan 16.361.040 Sumber : Data primer diolah, tahun 2012 Dari tabel di atas menunjukkan dan non Kemitraan disebabkan bahwa nilai t-hitung = -7.771 lebih
karena
adanya
perbedaan
biaya
kecil dari nilai t-tabel = -2.3451
sarana produksi antara usahatani
maka Ho ditolak, artinya Perbedaan
Jagung Sistem Kemitraan dan non
Biaya usahatani Jagung kemitraan
Kemitraan .
dan non kemitraan nyata pada tingkat kepercayaan 95 % dimana biaya
Pendapatan
usahatatani jagung kemitraan lebih
Sistem
besar dari pada usahatani jagung non
Kemitraan:
kemitraan.
Pendapatan usahatani Jagung Sistem
Perbedaan
biaya
antara
usahatani Jagung Sistem Kemitraan
Kemitraan
Usahatani
Kemitraan
dan
Non
Jagung
dan
Non
Kemitraan
disajikan pada tabel 14. berikut :
Tabel 14 Pendapatan Rata-rata per Hektar Usahatani Jagung Sistem Kemitraan dan Non Kemitraan di desa Gebangan Kecamatan Kapongan Kabupaten situbondo tahun 2012 No Sistem Terendah Tertinggi Rata – rata Beda Usahatani (Rp ) ( Rp) ( Rp ) ( Rp ) 1. Kemitraan 6.473.333 22.165.000 12.127.098 550.295 2. Non Kemitraan 6.443.750 19.847.500 11.578.803 Sumber : Data primer diolah, tahun 2012
58
Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa
Terdapat perbedaan usahatani
pendapatan pada usahatani Jagung
Jagung Kemitraan lebih Kecil dari
Kemitraan
,
Rp.
pendapatan rata- rata per hektar
6.473.333,00
dan tertinggi sebesar
usahatani Jagung Non Kemitraan ,
Rp. 22.165.000,00 dengan rata – rata
dengan beda pendapatan Rp. 550.295
pendapatan per hektar sebesar Rp
dimana pedapatan usahatani jagung
12.127.098,00 Sedang pendapatan
kemitraan lebih tinggi
usahatani Jagung Non Kemitraan ,
pendapatan jagung non kemitraan.
terendah
terendah
Rp.
6.443.750,00
tertinggi sebesar 19.443.750,00
dan
Setelah
diadakan
dari pada
pengujian
Rp.
dengan menggunakan uji diperoleh
dengan rata – rata
hasil seperti tertera pada tabel 15.
pendapatan per hektar sebesar
Rp.
berikut :
11.576.803,00. Tabel 15. Hasil Uji t untuk Perbedaan Pendapatan Rata-rata per Hektar antara Usahatani Jagung Sistem Kemitraan dan Non Kemitraan di Desa Gebangan Kecamatan Kapongan Tahun 2012. No Sistem Penerimaan Beda ( Rp ) t hitung t tabel Usahatani rata – rata ( Rp ) 1. Kemitraan 12.127.098 550.295 0,437 2,3451 2. Non Kemitraan 11.576.803 Sumber : Data primer diolah, tahun 2012 Dari tabel tersebut di atas biaya usahatani. Namun perbedaan menunjukkan bahwa nilai t-hitung =
penerimaan tidak nyata sedangkan
0,437 lebih kecil dari nilai t-tabel =
biaya
2.3451
pendapatan
maka Ho diterima, artinya
Perbedaan
pendapatan
antara
nyata,
maka
perbedaan
disebabkan
oleh
perbedaan biaya, dimana perbedaan
usahatani jagung kemitraan dan Non
pendapatan
Kemitraan tidak nyata pada tingkat
kemitraan sangat kecil yaitu Rp.
keyakinan 95 %
550.295,00 sedangkan biaya Rp. -
Perbedaan pendapatan antara
kemitraan
dan
non
798.812,00 ( Rp Minus )
usahatani Jagung Kemitraan dan non Kemitraan
disebabkan
karena
adanya perbedaan penerimaan dan
Efisiensi usahatani Jagung Sistem Kemitraan dan Non Kemitraan
59
Untuk
mengetahui
tingkat
efesiensi antara usahatani Jagung Sistem
Kemitraan
dan
Kemitraan dapat dilihat pada tabel 16 berikut :
Non
Tabel 16. Jenis Jagung, Rata-rata Penerimaan, Rata-rata Biaya dan Pendapatan pada Usahatani Jagung Sistem Kemitraan dan non Kemitraan , di Desa Gebangan Kecamatan Kapongan Kabupaten Situbondo Tahun 2012 Efesiensi Kemitraan Non kermitaan Penerimaan Biaya (Rp) Pendapatan Penerimaan Biaya (Rp) Pendapatan (Rp) (Rp) (Rp) (Rp) Terendah 18.562.500 11.598.000 6.473.333 21.531.250 12.987.500 6.443.750 Tertinggi 34.880.000 14.330.000 22.165.00 36.565.750 21.150.00 19.847.500 Rata-rata 24.695.325 12.568.228 12.127.098 27.937.843 16.361.040 11.578.803 Sumber : Data primer diolah, tahun 2012 Dari tabel diatas dapat dilihat usahatani Kemitraan . Untuk bahwa R/C Rasio lebih besar dari 1
membuktikan apakah perbedaan R/C
(satu) ini menunjukkan bahwa baik
Ratio dari kedua usahatani Jagung
Usahatani Jagung Sistem Kemitraan
tersebut signifikan, dilakukan analisa
maupun
Non
uji-t dengan hasil seperti tertera pada
efisien.
Tetapi
Kemitraan
Kemitraan
adalah
usahatani
Non
tabel 16 berikut :
lebih efisien dari pada
Tabel 16. Hasil Uji-t Efesiensi Usahatani Jagung Sistem Kemitraan dan non Kemitraan di Desa Gebangan Kecamatan Kapongan Tahun 2012. No Ssitem Usahatani Efesiensi t hitung t - tabel 1. Kemitraan 1,96 3,368 2.3451 2. Non Kemitraan 1.70 Sumber : Data primer diolah, tahun 2012 Dari tabel tersebut terlihat efisien dari Non Kemitraan . Hal ini bahwa nilai t-hitung = 3,368 lebih
disebabkan karena adanya perbedaan
besar dari t-tabel = 2,3451 artinya
penerimaan
Perbedaan efesiensi antara usahatani
usahatani. Perbedaan biaya usahatani
pembenihan
terjadi
Jagung
Sistem
dan
sebagai
biaya
produksi
akibat
adanya
Kemitraan dan non Kemitraan Nyata
tambahan biaya benih pada jagung
pada tingkat kepercayaan 95%.
non kemitraan
Perbedaan
tingkat
efesiensi
seperti terlihat pada tabel dimana
Kemitraan
sedangkan Jagung sudah
(Gratis). Selain
di
sediakan
itu juga,
biaya
usahatani Jagung Kemitraan lebih
60
usahatani Jagung non Kemitraan
Saran
lebih besar dari Kemitraan .
Berdasarkan kesimpulan di atas,
Meskipun
terjadi
perbedaan
maka dapat disarankan sebagai
pada penerimaan pada usahatani
berikut :
jagung kemitraan dan non kemitraan
1.
dimana
harga
jagung
Dalam
upaya
peningkatan
kemitraan
pendapatan
usahatani
Jagung
ditentukan pada awal penanaman
diharapkan
petani
dapat
sedangakan jagung non kemitraan
menentukan
pilihan
sendiri
mengikuti harga pasar.
dalam
berusahatani,
dimana
petani harus mempertimbangkan IV.
KESIMPULAN DAN
mengenai
biaya
yang
perlu
SARAN
dikeluarkan serta teknolgi yang
Kesimpulan
diterapkan sehingga pendapatan
Berdasarkan hasil penelitian dan
yang dinginkan tercapai.
pembahasan, maka penelitian ini
2.
Untuk mencapai efisiensi yang
dapat disimpulkan sebagai berikut :
lebih tinggi pada jagung Sistem
1.
Kemitraan
Pendapatan
pada
usahatani
Jagung Kemitraan tidak berbeda
dapat melakukan studi banding
nyata
kedaerah yang pernah atau sudah
pendapatan usahatani
Jagung Non Kemitraan 2.
diharapkan petani
Efesiensi
antara
menjalin kerja sama kemitraan. usahatani
jagung kemitraan berbeda nyata non kemitraan
61
DAFTAR PUSTAKA Aries setiyanto, 2008. Analisis Efisiensi Produksi Dan Pendapatan Usahatani Jagung (studi kasus di desa beketel, kecamatan kayen, kabupaten pati, propinsi jawa tengah) Skripsi Program Studi Manajemen Agribisnis Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor G.j
kabupaten blora). Skripsi Program Studi Magister Ilmu Ekonomi Dan Studi Pembangunan Universitas Diponegoro Semarang
vink, 1984. Dasar-dasar usahatani di indonesia. Yayasan obor indonesia, jakarta.
Mulyanto, 1987. Pengantar ekonomi pertanian LP.3ES jakarta Singarimbun dan effendim 1989;55. Metode penelitian surve. Lp.3 es jakarta. Soedijanto, 1990. Agribisnis. Badan pendidikan dan latihan pertanaman departemen pertanian jakarta. Sugiyono, 2000. Statistika untuk penelitian. CV ALFABETA. Bandung Soekartawi,
1995. Analisis Usahatani. UI Press. Jakarta
Warsana, 2007 Analisis Efisiensi Dan Keuntungan Usaha Tani Jagung (studi di kecamatan randublatung 62