CITRA NEGARA DALAM FILM (Studi Analisis Semiotik Pencitraan Diri Amerika Menjadi Negara Adidaya yang Direpresentasikan dalam Film The Hurt Locker Karya Kathryn Bigelow)
Linda Ayu Puspita Dewi Sri Hastjarjo Mahfud Anshori
Program Studi Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sebelas Maret Surakarta
Abstract United Stated well known as the super power country in the world. Take the important role at United Nations and the world economic therefore it has strong influence for the other country. The America image had pushing off to standing still by take cultural diplomatic way instead film. The Hurt Locker is the film that America used as the America image representative. The Hurt Locker show how the American soldier take the control of the bomb at the war battle in Iraq. This research used an semiotic qualitative method. By the research, the writer found that the America way to representative as the super power country by the scene which is analized. The research used Roland Barthes semiotic approached by analyze the scene in two significant: denotation and connotation. Based on the collecting data, the writer found few scene that may answer the thinker idea schema. One of the scenes is the scene about war and technology myth. This scene let writer know of one America statement that America economic system had strong influence toward world economic. That scene is the sophisticated robot that used to find the bomb at the war area. On the opening shoot, America show its war ideology, on the part says that war alike narcotics. The other analyzed scene are the scene that description the political system that America faith to. Through analyze process the conclusion is the country image that America made as the super power nation by showing their influence on the whole aspect in the international world. It looks on how to create idea of non war movement that shows on reaction to prevent war in the world, cultural comes form politic system and economic also technology globalization in the world nation live. Keyword: image, american image, super power. 1
Pendahuluan Amerika Serikat merupakan negara adidaya dalam sektor perekonomiannya. Vast resources, a single national market and huge goverment spending have all contributed to the success of the American economy, quite apart from its spirit of dynamic enterprice and technological progressivenes1. Dengan mempertahankan image sebagai negara Adiadaya tersebut. Amerika mencoba untuk melakukan diplomasi budaya. An Image is a total perpection of the subject that this formed by processing information from various sources over time” 2. Sedangkan diplomasi adalah suatu kegiatan yang sering dihubungkan dengan politik luar negeri suatu negara dalam hubungannya dengan negara lain3. Dengan demikian diplomasi budaya merupakan suatu kegiatan kenegaraan dalam menjalin hubungan dengan negara lain, dimana materi pesan yang disampaikan melalui kebudayaan dari negara setempat. Diplomasi budaya salah satunya menggunakan media film, Amerika Serikat tetap menggunakan soft power dalam diplomasinya dikarenakan pada masa sekarang ini hard diplomacy tidak menjamin berhasilnya diplomasi walaupun tetap memiliki pengaruh besar4. Amerika Serikat melakukan soft power melalui berbagai cara, seperti penggunaan film-film yang bertemakan patriotisme Amerika Serikat, musik, program- program bantuan kemanusiaan dan beasiswa, dan lain sebagainya. Dan dalam hal ini Amerika Serikat menggunakan media film dalam mempertahankan citra dirinya.. Film dipercaya sebagai media yang dapat memberikan pengaruh yang besar bagi kehidupan manusia. Dalam banyak penelitian tentang dampak film terhadap masyarakat, hubungan antara film dan masyarakat selalu dipahami secara linier. William Ebenstein. 1965. Today’s ISMS, Communism, Fascism, Capitalism, Socialism Fourth Edition. United States of American: prentice-hall, inc. Hal. 181. 2 Eva Rusdiana Dewi. The Hidden Charm Dan Perubahan Image Vietnam Melalui Pariwisata Pada Tahun 2005-2011. 3 Alfian Dan Nazaruddin Sjamsuddin. 1991. Profil Budaya Politik Indonesia. Jakarta: Grafiti. Hal 280. 4 Achmad Reza Putra. Diplomasi Budaya Amerika Serikat Terhadap Indonesia Melalui Hollywood Movies. 2 1
Artinya film selalu mempengaruhi dan membentuk masyarakat berdasarkan muatan pesan (massage) dibaliknya, tanpa pernah berlaku sebaliknya 5. Muatan pesan yang disampaikanpun juga memiliki keterikatan terhadap situasi yang saat itu sedang terjadi dan memiliki pengaruh baik dari segi pemikiran, tindakan maupun pengambilan keputusan. “At the same time, all emotionally stimulating material, including the beauties of nature and all art form, had to be banned. As in any totalitarian society, the obedience of the ideology is imposed using the force of the army”6. Dengan kata lain, bahwa sebuah film dapat membentuk ideologi serta merangsang semua emosional para penonton. Peningkatan citra diri Amerika sebagai Negara Adidaya merupakan sebuah sistem propaganda yang secara tidak langsung dialami oleh khalayak. Teknik kegiatan propaganda salah satunya adalah Repetition and Simplification, dimana pesan yang diberikan oleh komunikator disampaikan dalam bentuk yang sangat sederhana dengan cara berulang-ulang dan terus-menerus sambil diselingi penonjolan slogan-slogan7. Dalam hal ini Amerika Serikat mencoba menggunakan Film The Hurt Locker sebagai sarana diplomasi kebudayaan. The Hurt Locker merupakan film yang dibintangi oleh Jeremy Renner sebagai Sersan William James yang bertindak sebagai Sersan pada pasukan EOD (Explosive Ordnance Disposal) dari USA dalam misi invansi Amerika Serikat ke Irak yang dimulai sejak 2003, dimana secara resmi Amerika Serikat menyebut operasi ini “Enduring Freedom”. The Hurt Locker adalah film yang dirilis pada tanggal 4 September 2008 di Festival Film Venice, Italia dan tanggal 26 Juni 2009 di Summit Entertainment, Amerika Serikat. Film ini telah memboyong enam piala Oscar dari sembilan nominasi.
5
Budi Irawanto. 1999. Film, Ideologi dan Militer, Hegemoni militer dalam sinema Indonesia. Jakarta: Media Pressindo. Hal. 13. 6 Anca Raluca Purcaru. Cinematographic Dystopias Alarm Signals In The Globalisation Era. International Journal of Communication Research Volume 3 • Issue 4 October / December 2013 • Pp. 322-331. Hal: 322. 7 Santoso Sastropoetro. 1991. Propaganda Salah Satu Bentuk Komunikasi Massa. Bandung: Penerbit Alumni. Hal. 167 3
Villie farah seorang pengamat film dan dalam artikelnya yang berjudul Why some consider The Hurt Locker as propaganda mengatakan bahwa The main problem with the film is that it is entirely one-dimensional. Though the action unfolds in Iraq, viewers have little chance to understand what is going on in the lives of Iraqi people, how they suffer through the war or what their interactions with the US soldiers are8. Dari pemaparan Villie diatas dijelaskan bahwa masalah utama dalam film ini adalah bahwa film tersebut sepenuhnya satu dimensi. Seorang pengamat film terkenal John Nolte dalam artikel yang ditulis oleh Chris Yogerst dengan judul The Hurt Locker: Great Action or Anti-War Propaganda? mengatakan “Nolte knows the political of these filmmakers so he has every reason to not buy into hype of their film and suspect The Hurt Locker is still like many of the garbage anti-war films that came before it”9. Dengan demikian film The Hurt Locker memiliki peranan penting dalam memperbaiki citra diri Amerika Serikat. Dan dalam skripsi ini, penulis ingin melihat bagaimana cara Amerika Serikat dalam memperbaiki citra dirinya sebagai negara super power lewat sentuhan film The Hurt Locker yang oleh penulis terangkum dalam skripsi yang berjudul “Studi Analisis Semiotik Pencitraan Diri Amerika Menjadi Negara Adidaya Yang Direpresentasikan Dalam Film The Hurt Locker”.
Rumusan Masalah “Bagaimana cara Amerika Serikat menggambarkan citra dirinya sebagai negara adidaya lewat sentuhan film The Hurt Locker ?”
Tinjauan Pustaka 1. Komunikasi massa 8
http://www.helium.com/items/1841753-hurt-locker-hurt-locker-review-hurt-lockerpropaganda-hurt-locker-criticism-the-hurt-locker 9 http://www.newsrealblog.com/2010/01/17/the-hurt-locker-great-action-film-or-anti-warpropaganda-? . Diakses pada tanggal 13 September 2013. Pukul 11.04. 4
Komunikasi
massa
menurut
berbagai
sumber
dikatakan
bahwa:
Komunikasi massa merupakan jenis komunikasi yang ditujukan kepada sejumlah khalayak yang tersebar, heterogen dan anonym melalui media cetak atau elektronis sehingga pesan yang sama dapat diterima secara serentak dan sesaat 10. Dengan demikian komunikasi massa lebih menitik beratkan pada penyampaian pesan kepada khalayak luas melalui media. Media disini merupaka media massa baik cetak maupun elektronik. Melihat pengertian menurut Jalaluddin, maka bisa kita lihat karakteristik dari komunikasi massa tersebut. Setidaknya terdapat lima (5) cirri komunikasi massa, antara lain: komunikasi massa berlangsung satu arah, komunikator melembaga, pesan pada bersifat umum, media massa menimbulkan keserempakan, komunikan bersifat heterogen. Telah dijelaskan tentang pengertian komunikasi massa serta cirri dan fungsi komunikasi massa. Melihat hal itu film memupunyai keunggulan sebagai komunikasi massa11, keunggulan tersebut antara lain: sifat informasi, kemampuan distorsi, situasi komunikasi, kredibilitas.
2. Media massa sebagai media propaganda 12
Kata Propaganda berasal dari bahasa latin Propagare yang artinya Tot
ontwikkeling
brengen
yang
dalam
bahasa
Indonesia
memiliki
arti
mengembangkan. Kata itu timbul dari kata Coegregatio De Propaganda Fide di tahun 1622 pada waktu Paus Gregorius ke XV mendirikan organisasi yang bertujuan mengembangkan dan memekarkan agama Katolik Roma baik di Italia maupun di Negara-negara lain. Sedangkan dalam kesempatan lain Encyclopedia
10
Drs. Jalaluddin Rakhmat. 2009. Psikologi komunikasi Edisi Revisi. Bandung: Rosdakarya. Hal 118. 11 M. Alwi Dahlan. 1981. Film Dalam Spektrum Tanggung Jawab Komunikasi Massa. Seminar Kode Etik Produksi Film Nasional. Jakarta. Hal 142-143. 12 Op. Cit. Santoso Sastropoetro. Hal 16. 5
Internasional mengemukakan artian propaganda adalah
13
suatu jenis komunikasi
yang berusaha mempengaruhi pandangan dan reaksi, tanpa mengindahkan tentang nilai benar atau tidak benarnya pesan yang disampaikan. Menurut Santoso Sastropoetro propagandaadalah suatu penyebaran pesan yang terlebih dahulu telah direncanakan secara seksama untuk mengubah sikap, pandangan, pendapa dan tingkah laku dari penerimaan/komunikan sesuai dengan pola yang telah ditetapkan oleh komunikator14.
3. Pengertian Citra Diri Menurut Bill Canton image adalah “Image: the imoression, the feeing, the conception whih the public has of a company: a concioussl created created impression of a object, person or organization”15. Dimana dikatakan bahwa image merupakan sebuah perasaan, gambaran diri maupun kesan yang sengaja diciptakan oleh suatu objek atau orang atau organisasi. Image (imaji) menurut etimologi kuno harus digali dari akar kata imitari (meniru). Sedangkan masyarakat luas menilai bahwa image sebagai wilayah yang bersifat resisten terhadap makna. Namun pada tahap ini image dipahami sebagai batas dari makna dan imaji memungkinkan adanya penghargaan atau penagkuan sungguh-sungguh terhadap ontologi dalam proses pertandaan16. Secara lingustik image ditandai dengan adanya pemaknaan didalamnya. Dimana dalam pesan pertama ini ditandai dengan caption dan label. Dimana dalam tanda ini terdapat pesan atau makna yang terkandung didalamnya yang diungkap baik secara harafiah maupun secara tersirat. Dengan demikian Barthes
13
Ibid. hal 21. Ibid. hal 34. 15 Drs. Soleh Soemirat, M.s & Drs. Elvinaro Ardianto, M.si. 2004. Dasar-dasar Public Relation. Bandung Rosda. Hal 111-112. 16 Roland Barthes. 2010. Imaji Musik Teks Analisis Semiologi atas Fotografi, Ikla, film, musik, Alkitab, Penulisan dan Pembacaan serta Kritik Sastra. Yogjakarta: Jalasutra. Hal:1920 6 14
mengatakan bahwa ada dua lapisan dalam pesan linguistik yaitu makna denotatif dan makna konotatif17.
4. Semiotika Kata semiotik berasal dari bahasa Tunani yaitu semeion yang berarti suatu tanda dimana sesuatu dapat diketahui. Secara singkat kita dapat menyataka bahwa analisis semiotik (semiotikal analysis) merupakan cara atau metode untuk menganalisis dan memberikan makna-makna terhadap lambang-lambang yang terdapat suatu paket lambang-lambang pesan atau teks18. Seperti yang dikatakan oleh
Danesi
bahwa
tugas
pokok
semotika
adalah
mengidentifikasi,
mendokumentasi dan mengklarifikasi jenis-jenis utama tanda dan cara penggunaannya dalam aktivitas yang bersifat representatif19. Dengan demikian dalam semiotika ini akan lebih menganalisis mengenahi tanda yang terkandung dalam sebuah film. Dalam perkembangan ilmu semiotika, ada beberapa teori yang dikembangkan oleh beberapa pakar semiotika, antara lain teori semiotika de Saussure terdiri atas pasangan beroposisi, tanda yang memiliki dua sisi, sebagai dikotomi, seperti: penanda (signifier, significant, semaion) dan petanda (signified, signifie, semainomenon)20. Tori semiotika Charles Sanders Peirce sesuatu yang digunakan agar tanda bisa berfungsi disebut ground. Dengan demikian tanda (sign atau representamen) selalu terdapat dalam hubungan triadic, yakni ground, object dan interpretant21. Serta teori semiotika Roland Barthes yang terdapat lima kode yang bisa digunakan dalam menganalisa sebuah objek. Lima kode tersebut adalah 17
Ibid. Hal:20 Pawito, Ph.D. 2007. Penelitian Komunikasi Kualitatif. Yogjakarta:Lkis. Hal 155. 19 Marcel Danesi. 2010. Pesan, Tanda, dan Makna Buku teks Dasar Mengenal Semiotika dan Teori Komunikasi. Yogyakarta: Jalasutra. 20 Ratna, Nyoman Kuta. 2004. Teori, Metode, dan Teknik Penelitian Sastra. Jogyakarta. Pustaka Pelajar. 21 Alex Sobur, M.Si. 2003. Semiotika Komunikasi. Bandung: Rosda. Hal. 41. 7 18
kode hermeneutic, kode semik, kode simbolik, kode proaretik dank ode gnomic atau kode cultural22. Barthes dalam studynya, menambahkan tentang pemaknaan tataran ke-dua, yang dibangun di atas system lain yang telah ada. Sistem ke-dua ini oleh Barthes disebut konotatif. Dijelaskan bahwa tanda denotativ terdiri atas penanda dan petanda, demikian pula tanda konotativ yang terdiri atas penanda dan petanda. Namun pada saat yang bersamaan tanda denotative akan diikuti oleh penanda konotatif. Dengan demikian penanda konotatif bukan hanya sekedar memiliki makna tambahan namun juga mengandung unsur dari penanda serta petanda denotative.
Metodologi Dalam penulisan skripsi ini penulis menggunakan pendekatan kualitatif dimana seperti yang dikatakan oleh Pawito23 tentang penelitian komunikasi kualitatif dimana penelitian ini biasanya tidak dimaksudkan untuk memberikan penjelasanpenjelasan, mengontrol gejala-gejala komunikasi, mengemukakan prediksi-prediksi atau untuk menguji teori apapun, tetapi lebih dimaksudkan untuk mengemukakan gambaran dan atau pemahaman mengenahi bagaimana dan mengapa suatu gejala atau realitas komunikasi terjadi. Dengan kata lain, penelitian ini lebih ingin memberikan gambaraan sebuah realitas proses komunikasi yang terjadi yang dalam hal ini adalah pencitraan diri Amerika Serikat dalam mempertahankan citra dirinya lewat sentuhan film The Hurt Locker. Sedangkan metode penelitian yang penulis lakukan dalam bab selanjutnya menggunakan metode penelitian semiotika. Semiotika sendiri ialah ilmu tanda yang dikembangkan oleh Roland Barthes, dimana menurut Barthes, semiotika atau semiologi memiliki dua tahap signifikasi. Signifikasi tahap pertama yang disebut sebagai denotasi yang berisi tentang apa yang terlihat dalam scene tanpa ada 22 23
Ibid. Hal. 65. Op. Cit. Pawito. Hal. 35 8
pemaknaan sebelumnya. Tahapan ini peneliti melihat tanda sebagai realitas eksternal dalam film tersebut. Sedangkan tahapan signifikasi kedua adalah konotasi, yang mana dalam tahapan ini peneliti memadukan penggambaran yang ada dalam scene yang telah bercampur dengan perasaan, emosi dari penulis serta nilai-nilai dari kebudayaannya. Dalam hal ini signifikasi tahap kedua atau konotatif berkerja melalui mitos dimana kebudayaan menjelaskan aspek-aspek sosial serta alam yang tertuang dalam mitologi.
Sajian dan Analisis Data Film merupakan sebuah cara dalam mengkomunikasikan sebuah pesan dari komunikator kepada komunikan. Film dipandang sebagai perspektif sosial maupun komunikasi massa yang beroperasi di dalam masyarakat. Dengan perspektif praktik sosial, film sebagai medium komunikasi massa yang beroperasi di dalam masyarakat. Dalam praktik sosial, film tidak dimaknai sebagai ekspresi seni pembuatnya, tetapi melibatkan interaksi yang kompleks dan dinamis dari elemen-elemen pendukung proses produksi, distribusi maupun eksibisnya. Bahkan, lebih luas lagi, perspektif ini mengasumsikan interaksi anatara film dengan ideologi kebudayaan di mana film diproduksi dan dikonsumsi24. Dengan kata lain, film merupakan sebuah bentuk pesan yang ingin disampaikan kepada penonton yang mana melalui film tersebut penonton diajakan untuk melihat perspektif sutradara dalam menyajikan scene dalam film tersebut. Perspektif sutradara lewat film karyanya ini tidak lepas dari unsur budaya yang melekat pada sutradara dimana film tersebut diproduksi.
1. Scene 1 Mitos Perang dan Perekonomian Amerika
24
Op. Cit. Budi Irianto. Hal: 11. 9
Gambar 11
Gambar 1.2
Gambar 1.3
Gambar 1.4
a. Denotasi Dalam shot pembuka, terdapat sebuah kutipan bertuliskan "Der Rausch des kamfes wird oft zu einer mächtigen und tödlichen Sucht. Denn Krieg ist eine Droge. Chris Hedges". Dalam shot ini backgound yang digunakan adalah berwarna hitam dengan tulisan berwarna putih. Sound yang terdengar adalah suara keributan seseorang dengan menggunakan bahasa setempat. Dan shot selanjutnya adalah gambar sebuah robot, pada scene ini pergerakan kamera lebih menggunakan pan kanan dan pan kiri serta kamera sebagai mata penonton. Pergerakan kamera ini diimbangi dengan backsound suara Adzan serta suara teriakan seseorang berulangkali yang menggunakan bahasa setempat. Dalam shot ini terlihat gambar sebuah robot yang sedang berjalan dengan pengambilan gambar medium shot. Dalam shot ini pengambilan gambar dimulai saat selesai melewati shot kaleng pepsi dan seketika gambar gelap robot melewati bagian bawah sebuah tempat gelap, lalu muncul ke tempat yang terang dengan teknik pengambilan gambar Close-up. Setelah itu cut to dan kembali kamera melakukan pengambilan gambar secara medium shot. Selanjutnya pengambilan gambar pada 10
shot kendaraan Humve menggunakan medium shot. Shot berikutnya adalah sebuah kaleng minuman ‘Pepsi’ yang terekam dalam robot pengintai yang terdapat di lokasi kejadian, ada tiga orang yang menggunakan seragam tentara Amerika yang bertuliskan US Army. Seorang dengan seragam bertuliskan Matthew Thompson dan seorang berseragam tentara dengan bertuliskan JT Sanborn, mereka sedang mengutak-atik sebuah layar dengan berbagai tombol dan stik yang ada. Shot selanjutnya dalah kamera mengambil gambar pada sebuah Humvee yang sedang bergerak dan setelah itu kamera zoom in ke Humvee tersebut sampai kamera mendapatkan gambar Humvee secara medium shot dan setelah itu kamera mencoba zoom in sampai mendapatkan pintu Humve terbuka dan para tentara Amerika turun. b. Konotasi Dalam shot pembuka tersebut dikatakan bahwa perang merupakan sebuah kebudayaan dalam kehidupan, meskipun perang tersebut telah dilarang. Seperti halnya sebuah obat terlarang yang akan begitu menggoda saat kita mencobanya sekali dan akan memberikan kita efek ketagihan setelah kita merasakan nikmatnya. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa perang merupakan sebuah kebudayaan yang telah mengakar meskipun telah dilarang. Dalam shot pembuka ini terdengar suara-suara orang Irak yang meneriakan sesuatu. Dari backsound ini maka sudah dapat dipastikan bahwa lokasi yang digunakan merupakan daerah Irak yang notabenya menggunakan bahasa Arab. Selain itu backgound yang digunakan dalam shot pembuka ini adalah hitam, dimana oleh penulis ditafsirkan bahwa hitam adalah sesuatu yang dilarang, yang dijauhi, yang di tolak atau sesuatu yang memiliki energi negatif. Secara psikologi warna hitam melambangkan ketakutan, power, kecanggihan, kematian, misteri, seksualitas, kesedihan, keanggunan, dan independen, berwibawa, penyendiri, disiplin, dan berkemauan keras. Melambangkan kematian dan kesedihan di budaya barat. Sebagai warna kemasan, hitam melambangakan keanggunan (Elegance), 11
kemakmuran (Wealth) dan kecanggihan (Sopiscated). Menunjukkan hal yang tegas, elegan, dan eksklusif. Juga bisa mengandung makna rahasia25. Warna tersebut juga mengidentikan dengan hal yang buruk, seperti pada film Hollywood dimana pahlawan menggunakan topi putih sedangkan penjahat menggunakan topi hitam26. Dengan demikian pengambilan background hitam dalam shot pertama ini sutradara yang notabenya seorang penduduk Amerika ingin memperlihatkan kesan bahwa perang adalah sesuatu yang mematikan, menakutkan
dan
menyedihkan,
namun
di
sisi
lain
sutradara
ingin
memperlihatkan bahwa dengan perang maka suatu negara memiliki tekat yang kuat, kepercayaan diri yang tangguh dalam mempertahankan ideologinya. Dalam shot ini font yang digunakan adalah Courier Bold, dimana font ini ada dalam Adobe System Incorporated tahun 1989 sampai 199727. Dan teks yang tertulis dalam shot ini adalah kutipan sebuah buku tahun 2002 oleh seorang jurnalis perang. Dengan mengutip tulisan tahun 2002 jelas si sutradara ingin menampilkan kesan bahwa perang sebenarnya sudah ada sejak dulu, dan kutipan tersebut ditulis menggunakan font Courier Bold, menambah kelengkapan penafsiran penulis, bahwa sutradara ingin menyampaikan bahwa perang merupakan sebuah kegiatan yang ada sejak dahulu. Selain shot awal dengan tulisan dari Chris Hedges, shot berikutnya dalah shot robot. Dalam shot ini kamera sebagai subyektiv dengan menjadikan robot sebagai subjek dalam adegan ini. Terlihat sebuah kaleng minuman ringan yang terkenal. Sebuah kaleng minuman Pepsi yang merupakan merek terkenal di Amerika. Dalam hal ini terlihat sekali bahwa perdagangan Amerika telah meluas disegala penjuru dunia. Hal itu terbukti dengan ditemukannya sebuah kaleng minuman ringan produksi Amerika di daerah peperangan di Irak. Amerika serikat tentu saja merupakan salah satu produsen besar makanan di dunia dengan kurang 25
http://www.ahlidesain.com/dasar-pemakaian-warna-dalam-desain-grafis.html Op. Cit. Marcel Danesi. Hal: 214. 27 http://plo-psikologi.ugm.ac.id/fonts/Courier-Bold.afm 12 26
dari dua persen tenaga kerja yang terlibat dalam pertanian28. Shot ini menggunakan teknik pengambilan gambar close-up yang mana sutradara ingin memperlihatkan detail kemasan minuman pepsi meski hanya sepersekian detik saja. Selain itu pengambilan gambar dalam shot ini adalah subyektive kamera, yang mana kamera sebagai mata penonton atau salah satu pelaku dalam adegan. Sutradara mencoba untuk memperlihatkan perkembangan teknologi di Amerika sebagaimana teknologi di Amerika yang mengalami kemajuan yang pesat. Pengambilan gambar dengan menggunakan pergerakan kamera zoom out, mencoba untuk memperlihatkan pergerakan robot itu sendiri. Sound dalam shot ini juga masih menggunakan backsound seperti pada shot sebelumnya yaitu backsound suara orang-orang Irak yang menggunakan bahasa arab. Keberadaan robot juga tak lepas dari ilmu sibenertika yang mana merupakan ilmu masyarakat paska industri. Ilmu ini pertama kali dikembangkan oleh ilmuan matematika Amerika, Norbert Wiener. Dalam ilmu ini memiliki kecanggihan yaitu mampu menguraikan organism hidup, yang mampu ditetapkan pada mesin-mesin elektronik yang sangat rumit strukturnya29. Dalam kemajuan abad ke 20 ini, teknologi cenderung tampil sebagai kekuatan otonom terhadap manusia. dengan demikian, teknologi di satu pihak mempunyai kekuatan manipulatif terhadap alam dan kebutuhan manusia dan di sisi lain pihak mampu menggeser hubungan sosial dan kedudukan manusia itu sendiri. Kekuatan itu mampu menjangkau manusia secara ekstensif dan mengubah pola budayanya secara intensif30. Dengan demikian dalam shot yang tergambar ini, menampilkan sisi kekuatan besar ekonomi Amerika dalam dunia teknologi. Dalam shot ini juga tergambar sebuah tank yang merupakan kendaraan perang yang muktahir. Tank 28
Alvin dan Heidi Toffler. 2002. Menciptakan Peradaban Baru Politik. Yogyakarta: IKON. Hal: 48. 29 Save M Dagun. 1992. Sosio Ekonomi Analisis Eksistensi Kapitalisne dan Sosialisme. Jakarta: Rineka Cipta. Hal: 5. 30 Soerjanto Poespowardojo. 1989. Strategi Kebudayaan Suatu Pendekatan Filosofis. Jakarta: Gramedia. Hal: 68. 13
sendiri merupakan Kendaraan tempur lapis baja (bahasa Inggris: armoured fighting vehicle, AFV) adalah kendaraan militer yang memiliki lapisan pelindung serta dipersenjatai dengan senjata api. Pengambilan gambar medium shot ini memperlihatkan juga seorang tentara yang dengan sigap menyiapkan senjata untuk berjaga-jaga kalau ada musuh. Pengambilan gambar dengan medium shot ini merupakan salah satu cara untuk memperlihatkan objek secara keseluruhan. Dengan pengambilan gambar seperti ini, sutradara ingin memberikan fokus kepada tentara Amerika yang sedang berjaga-jaga di atas humveee dengan persenjataan yang modern. Hal tersebut dikatakan oleh Menurut Morissan MA, satu dari metode komposisi yang sangat sederhana disebut dengan Trianggulasi, dimana pusat perhatian ditempatkan pada puncak suatu segitiga dengan bagian-bagian penting lainnya berada pada dasar dari segitiga itu. Metode komposisi yang lainnya disebut dengan Golden Mean. Metode ini menyatakan apabila layar televisi dibagi menjadi tiga bagian, baik secara horisontal dan vertikal, maka empat titik pertemuan dari garis horisontal dan vertikal itu merupakan titik yang akan menjadi pusat perhatian penonton yang paling kuat31. Selain pengambilan gambar dengan metode Golden Mean, yang menjadikan kamera fokus pada objek seorang tentara yang sedang membidik di atas Humvee, dalam shot ini juga menggunakan teknik pengambilan gambar yang mana kamera bergerak mendekati objek yang bergerak, gerakan ini bertujuan untuk memusatkan perhatian penonton pada objek tertentu 32, hal itu terlihat pada saat kamera mengambil gambar pada sebuah Humvee yang sedang bergerak dan setelah itu kamera zoom in ke Humvee tersebut sampai kamera mendapatkan gambar Humvee secara medium shot dan setelah itu kamera mencoba zoom in sampai mendapatkan pintu Humvee terbuka dan para tentara Amerika turun. Dalam pengambilan gambar dengan teknik ini, sutradara mencoba untuk 31
Morissan. MA, 2008. Jurnalistik Televisi Mutakhir. Jakarta: Kencana Prenada Media Group. hal: 100. 32 Ibid. Hal: 104. 14
memberikan tekanan penonton pada objek Humvee yang merupakan kendaraan tempur Amerika dengan perlengkapan serta teknologi yang modern. Konsep dalam kendaraan Humvee ini salah satunya guna melindungi tentara yang bertugas dimedan perang, melindungi keamanan para tentara. Keamanan adalah sebuah kata yang digunakan dalam berbagai konteks dalam kehidupan sehari-hari dengan berbagai jenis pengertian yang mencakup isu-isu tentang emosional personal atau pada mencukupi atau tidaknya sesuatu itu telah mengikat atau dikencangkan ikatannya33. Dengan demikian keamanan para tentara terjamin dari emosional personal maupun lawan dalam perang Irak ini.
2. Scene 14 Tanggung Jawab Tentara Amerika
Gambar 8.1
Gambar 8.2
a. Denotasi Ada seorang tentara Amerika yang menggunakan baju dengan lengan panjang serta helm yang menutup kepalanya sedang berjalan menuju sebuah mobil yang di parkir di sebuah halaman. Namun dari sisi lain ada seorang penduduk Irak menggunakan kain sorban membidik mobil yang hendak diselidiki keberadaan bom oleh tentara tersebut. Laki-laki Irak tersebut menembak mobil yang berisi bom dan mengakibatkan sebuah ledakan serta kebakaran pada mobil tersebut. Seketika itu juga suasana menjadi gaduh dan tentara Amerika lainnya 33
Jill Steans & Lloyd Pettiford. 2009. Hubungan Intenasional Perspektif dan Tema. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Hal: 69. 15
yang berjaga di lokasi mulai mencoba untuk mengamankan kondisi. Dan mereka melihat
arah
datangnya
tembakan,
sehingga
mereka
mencoba
untuk
menghentikan langkah lelaki Irak yang menyebabkan kegaduhan tersebut dengan tembakan senjata. Dan di sisi lain tentara yang mengenakan baju lengan panjang serta helm yang menutupi anggota tubuh berjalan ke arah seorang tentara dengan seragam tentara bertuliskan Elgride yang sedang berjaga di balik tangga dan meminta sebuah tabung pemadam untuk memadamkan api pada mobil yang tertembak oleh seorang penembak tadi. Di sisi lain terlihat para tentara Amerika yang mencoba mengamankan para penduduk Irak dengan menggiringnya untuk dibawa ke tempat yang aman. b. Konotasi Dalam shot ini terlihat para tentara Amerika yang sedang mengamankan rakyat kecil untuk dievakuasi selama tentara Amerika yang lainnya menjalankan tugas menjinakan bom. Dalam shot ini tergambar ketakutan para rakyat Irak saat evakuasi, dan dengan sigapnya tentara Amerika memberikan bentuk perlindungan untuk rakyat kecil. Dalam scene ini sutradara mengambil gambar secara long shot yang mana bertujuan untuk memperlihatkan situasi serta kondisi kekacauan saat itu. Pengambilan gambar long shot ini menggunakan teknik angel kamera high angle yang mana memiliki arti bisa digunakan untuk menangkap action secara menyeluruh dengan kedalamnnya dan tetap terjaga ketajamannya34. Dalam scene ini sutradara sesekali juga mengambil gambar secara extreme cloose-up yang mana sutradara ingin memperlihatkan detail ekspresi para penduduk Irak yang sedag di evakuasi maupun para tentara Amerika yang sedang bertugas untuk mengevakuasi penduduk. Dalam scene ini sutradara menekankan suasana saat pengevakuasian penduduk Irak terjadi, terdapat banyak penduduk
34
Tri Geovani, 2008. Sinematografi. Yogyakarta, hal 9. 16
Irak yang keluar dalam sebuah gedung yang mana dibantu oleh tentara Amerika agar tidak ada yang tertinggal. Scene ini juga memperlihatkan kesigapan tentara Amerika dalam mengevakuasi penduduk Irak. Selain itu terlihat juga perlengkapan yang digunakan oleh setiap tentara Amerika saat bertugas, salah satunya senjata serta helm pelindung dan rompi anti peluru. Setelah itu kamera bergerak ke kanan memperlihatkan sebuah Humvee datang untuk membawa TIM dari James untuk menjinakan bom. Perlengkapan serba canggih dan penuh kemanan ini merupakan cara sutaradara dalam menyimbolkan kondisi militer tentara Amerika saat berperang. Perlengkapan yang serba canggih merupakan poin penting dalam penggambaran identitas tentara Amerika pada film The Hurt Locker ini. Secara harafiah tentara adalah salah satu kelompok professional yang harus dimiliki oleh negara. Tentara terdiri kelompok orang yang terorganisasi dengan disiplin untuk melakukan pertempuran yang tentunya berbeda dengan kelompok orangorang sipil. Mereka adalah orang pilihan yang secara materiil digaji oleh negara dan dipersipkan hanya untuk bertempur dan memenangkan peperangan guna mempertahankan eksistensi sebuah negara. Dalam bukunya Naisbitt dikatakan bahwa pelatihan dan pengondisian dengan simulasi berteknologi tinggi, beserta persenjataa canggih yang berteknologi tinggi pula, diyakoni dapat menciptakan kekuataan militer yang paling maju di dunia, yakni angkatan bersenjata Amerika35. Dengan kata lain tentara Amerika merupakan tentara terkuat di dunia dengan perlengkapan senjata serta pelatihan yang memadahi sehingga tak bisa dikalahkan oleh siapapun. Melihat hal itu keberadaan tentara Amerika di negara Irak tak lepas dari peran pemerintah Amerika dalam pembiayaan perang untuk mempersenjatai para tentara baik dalam proses simulasi sebelum bertugas sampai saat bertugas di
35
John Naisbitt. 2001. High Tech High Touch Pencarian Makna di Tengah Perkembangan Pesat Teknologi. Bandung: Mizan. Hal: 99. 17
medan perang di Irak. Aspek pelatihan dengan teknologi tinggi serta senjata para tentara di medan perang merupakan sebuah simbol tentang perekonomian Amerika yang besar dengan ditandainya kemampuannya membiayai perang Irak yang model senjata yang canggih serta berteknologi tinggi.
Kesimpulan The Hurt Locker ini merupakan film yang penuh dengan propaganda Amerika dalam misinya mempertahankan gelar super power di mata dunia. Scene yang tergambarkan mewakili cara Amerika dalam mempertahankan citra dirinya sebagai negara super power. Dan pencitraan diri Amerika tersebut tak lepas dari peran kebudayaan Amerika yang telah masuk ke dalam kebudayaan negara lainya. Sehingga pencitraan diri Amerika sebagai negara super power tak lepas dari peran kebudayaan Amerika dan perkembangan teknologi Amerika. Penulis dapat melihat bahwa dalam pada masa itu Amerika mencitrakan negaranya sebagai negara Adidaya dengan memperlihatkan pemikirannya dimata dunia. Pemikiran tersebut berupa pemikiran anti perang yang dibalut dalam tindakantindakan yang mencegah adanya perang di negara lain, kebudayaan dari sistem politik maupun ekonominya serta serbuan budaya penggunaan teknologi dalam kehidupannya.
Saran Pada dasarnya masih banyak film propaganda yang memperlihatkan bentuk perekonomian Amerika dalam misinya mempertahankan gelar sebagai negara super power di dunia. Dan melalui skripsi ini maka penulis mengharapkan kepada berbagai pihak seperti masyarakat luas untuk lebih melihat pesan sebenarnya yang ingin disampaikan dalam film Hollywood sehingga kita mampu untuk menangulangi kegiatan propaganda yang Amerika lakukan melalui media film. 18
Selain itu melalui film ini setidaknya Indonesia mampu untuk meningkatkan kebudayaannya dengan melihat serta mencontoh cara Amerika dalam mencerminkan citra dirinya sebagai negara super power. Dengan demikian Indonesai mampu untuk menandingi posisi kebudayaan Amerika yang telah menjamur di Indonesia.
Daftar Pustaka Alfian Dan Nazaruddin Sjamsuddin. 1991. Profil Budaya Politik Indonesia. Jakarta: Grafiti. Alvin dan Heidi Toffler. 2002. Menciptakan Peradaban Baru Politik. Yogyakarta: IKON. Barthes, Roland. 2010. Imaji Musik Teks Analisis Semiologi atas Fotografi, Ikla, film, musik, Alkitab, Penulisan dan Pembacaan serta Kritik Sastra. Yogjakarta: Jalasutra. Dagun, Save M. 1992. Sosio Ekonomi Analisis Eksistensi Kapitalisne dan Sosialisme. Jakarta: Rineka Cipta. Dahlan, M. Alwi. 1981. Film Dalam Spektrum Tanggung Jawab Komunikasi Massa. Seminar Kode Etik Produksi Film Nasional. Jakarta. Dewi, Eva Rusdiana. The Hidden Charm Dan Perubahan Image Vietnam Melalui Pariwisata Pada Tahun 2005-2011. Ebenstein, William. 1965. Today’s ISMS, Communism, Fascism, Capitalism, Socialism Fourth Edition. United States of American: prentice-hall, inc. Geovani, Tri. 2008. Sinematografi. Yogyakarta. Irawanto, Budi. 1999. Film, Ideologi dan Militer, Hegemoni militer dalam sinema Indonesia. Jakarta: Media Pressindo. Morissan. 2008. Jurnalistik Televisi Mutakhir. Jakarta: Kencana Prenada Media Group. Naisbitt, John. 2001. High Tech High Touch Pencarian Makna di Tengah Perkembangan Pesat Teknologi. Bandung: Mizan. Pawito. 2007. Penelitian Komunikasi Kualitatif. Yogjakarta:Lkis. Purcaru, Anca Raluca. Cinematographic Dystopias Alarm Signals In The Globalisation Era. International Journal of Communication Research Volume 3 • Issue 4 October / December 2013 • Pp. 322-331. Putra, Achmad Reza. Diplomasi Budaya Amerika Serikat Terhadap Indonesia Melalui Hollywood Movies. Poespowardojo, Soerjanto. 1989. Strategi Kebudayaan Suatu Pendekatan Filosofis. Jakarta: Gramedia. Rakhmat, Jalaluddin. 2009. Psikologi komunikasi Edisi Revisi. Bandung: Rosdakarya. Ratna, Nyoman Kuta. 2004. Teori, Metode, dan Teknik Penelitian Sastra. Jogyakarta. 19
Pustaka Pelajar. Sastropoetro, Santoso. 1991. Propaganda Salah Satu Bentuk Komunikasi Massa. Bandung: Penerbit Alumni. Soemirat, Soleh, M.s & Drs. Elvinaro Ardianto, M.si. 2004. Dasar-dasar Public Relation. Bandung Rosda. Steans, Jill & Lloyd Pettiford. 2009. Hubungan Intenasional Perspektif dan Tema. Yogyakarta: Pustaka Pelajar Website http://www.helium.com/items/1841753-hurt-locker-hurt-locker-review-hurt-lockerpropaganda-hurt-locker-criticism-the-hurt-locker http://www.newsrealblog.com/2010/01/17/the-hurt-locker-great-action-film or-antiwar-propaganda-? http://www.ahlidesain.com/dasar-pemakaian-warna-dalam-desain-grafis.html http://plo-psikologi.ugm.ac.id/fonts/Courier-Bold.afm
20