PENGARUH PENGGUNAAN PENGGARIS TERHADAP PENINGKATAN PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA ANAK BERKESULITAN BELAJAR MATEMATIKA KELAS I SEKOLAH DASAR KANISIUS SOROGENEN SURAKARTA TAHUN AJARAN 2009/2010
CITRA KARISMA WISUDAWATI K 5105007
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU KEPENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET 2010
PENGARUH PENGGUNAAN PENGGARIS TERHADAP PENINGKATAN PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA ANAK BERKESULITAN BELAJAR MATEMATIKA KELAS I SEKOLAH DASAR KANISIUS SOROGENEN SURAKARTA TAHUN AJARAN 2009/2010 Oleh
: Citra Karisma Wisudawati
Pembimbing : Dra Emi Dasiemi ,MS Dewi Sri Rejeki ,S.Pd. M.Pd
ABSTRAK Citra Karisma Wisudawati. NIM : K 5105007. PENGARUH PENGGUNAAN PENGGARIS TERHADAP PENINGKATAN PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA ANAK BERKESULITAN BELAJAR MATEMATIKA KELAS I SEKOLAH DASAR KANISIUS SOROGENEN SURAKARTA TAHUN AJARAN 2009/2010. Skripsi, Surakarta : Fakultas Keguuan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta, Januari 2010. Penelitian ini bertujuan mengetahui pengaruh penggunaan penggaris terhadap peningkatan prestasi belajar matematika anak berkesulitan belajar matematika kelas I SD kanisius sorogenen Surakarta Tahun ajaran 2009/2010. Sesuai dengan tujuan penelitian tersebut, metode penelitian yang digunakan adalah metode eksperimen. Populasi adalah seluruh siswa kelas I SD Kanisius Sorogenen Surakarta yang berjumlah 22 anak. Sampel diambil dengan teknik purposive sampling, dengan jumlah sample 7 siswa. Teknik pengumpulan data prestasi belajar matematika anak berkesulitan belajar Matematika dengan menggunakan tes tertulis dengan bentuk pilihan ganda serta dokumentasi. Teknik analisis data yang digunakan adalah analisis non parametric Sign Rank test Wilcoxon Design penelitian yang digunakan adalah one group pretest-posttest design. Hasil penelitian menunjukkan : 1) dari hasil analisis data diperoleh dengan bantuan SPSS For Window 12 dan memperoleh hasil P uji dua sisi untuk Z = - 2,371. Harga peroleh P = 0,018 berada dibawah 0,05 dengan hasil P untuk Z hitung lebih kecil dari P untuk Z tabel : 0,018 < 0,05 maka Ho ditolak dan Ha diterima. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa “ada pengaruh signifikan penggunaan penggaris terhadap peningkatan prestasi belajar matematika anak berkesulitan belajar matematika kelas I SD Kanisius Sorogenen Surakarta Tahun Ajaran 2009/2010”.2.)Terdapat perbedaan dari nilai rata-rata kemampuan berhitung sebelum treatment (pretest) sebesar 14,299 dan nilai rata-rata kemampuan berhitung sesudah treatment (posttest) sebesar 23. Dari hasil analisis tersebut dapat disimpulkan bahwa penggunaan penggais berpengaruh secara signifikansi tehadap prestasi belajar matematika anak berkesulitan belajar matematika kelas I SD Kanisius Sorogenen Surakarta 2009/2010 terbukti kebenarannya.
A. PENDAHULUAN. Latar Belakang Permasalahan. Dalam mendukung proses belajar mengajar yang lebih baik, sebaiknya guru memberikan media alat peraga untuk menyampaikan bahan ajaran agar dalam penerimaan pelajaran siswa dapat lebih memahami. Hal ini dibenarkan oleh Asosiasi Teknologi dan Komunikasi Pendidikan (Association of Education and Communication Technology /AECT) di Amerika bahwa “media sebagai segala bentuk dan saluran yang digunakan orang untuk menyalurkan pesan/informasi. Matematika adalah salah satu pelajaran yang membutuhkan alat peraga dalam menjawab pertanyaan terutama dalam berhitung. Berhitung merupakan salah satu sarana komunikasi untuk mengatasi masalah yang dialami sehari-hari. Dalam berhitung pada anak dimulai dari benda atau peristiwa konkret menuju semi konkret dan akhirnya ke abstrak. Agar pemahaman berhitung pada anak menjadi konkret maka dibantu dengan media. Begitu pentingnya Mata Pelajaran Matematika, maka sudah semestinya prestasi belajar matematika menggembirakan namun pada kenyataannya tidak demikian”Anak yang mengalami kesulitan belajar di bidang studi matematika sebanyak 68,9%”(Munzayanah,1999:47). Prestasi belajar yang demikian tentu saja banyak penyebabnya dan kita juga perlu perhatian yang lebih untuk kemajuan pendidikan. Untuk penanganan yang lebih lanjut perlu adanya kerjasama antara sekolah, guru, dan keluarga terutama orang tua. Mata Pelajaran Matematika merupakan mata pelajaran yang diajarkan di semua sekolah, mulai dari TK hingga perguruan tinggi, baik negri maupun swasta. Hal ini menunjukkan bahwa matematika adalah suatu pelajaran yang penting. Maka di sekolah peran guru sangat penting untuk kemajuan siswanya. Apabila dalam penerimaan pelajaran siswa mengalami kesulitan guru harus mencari penyebab-penyebabnya, antara lain : materi yang diberikan terlalu sulit, siswa kurang tertarik karena metode yang digunakan tidak tepat, alat peraga yang salah atau kurangnya alat peraga sehingga menghambat penerimaan pelajaran secara maksimal.
Peserta didik yang mengalami kesulitan sistem pembelajaran satu arah mungkin termasuk anak berkelainan tingkat ringan yang dapat berupa berkesulitan belajar, yang pada umumnya berada di sekolah-sekolah biasa yang sementara sistem pembelajaran di sekolah juga belum memungkinkan penyediaan layanan pendidikan yang sesuai. Peraturan Pemerintah No. 72/1991 tentang Pendidikan Luar Biasa tidak memasukkan anak berkesulitan belajar sebagai salah satu jenis anak luar biasa Dilihat dari segi Prevalensi anak berkesulitan belajar maka perlu adanya penanganan dan penelitian seperti pada anak Berkebutuhan Khusus lainnya. Hal ini diperkuat dengan pendapat Herry W (1996) bahwa “Anak berkesulitan belajar” adalah anak yang secara nyata mengalami kesulitan dalam tugas-tugas akademik, baik disebabkan oleh adanya disfungsi neurologist, proses psikologik dasar maupun sebab-sebsb lain. Sehingga prestasi belajar yang di capai jauh berada di bawah prestasi yang sebenarnya. Penggunaan media sangat besar manfaatnya bagi anak berkesulitan belajar terutama dalam pemahaman konsep berhitung. Media ini dapat mengkonkretkan hal-hal yang bersifat abstrak dalam berhitung. Salah satu alat yang dapat digunakan sebagai media dalam berhitung adalah penggaris. Menurut M. Khafid dan Suyati dalam Pelajaran Matematika 3A (2006:110) bahwa “Penggaris merupakan meteran sebagai alat untuk membantu pengukuran dalam proses belajar mengajar. Dapat pula digunakan untuk operasi penjumlahan dan pengurangan 2 angka pada bilangan asli. Dengan adanya penggaris diharapkan dapat meningkatkan kemampuan berhitung pada anak berkesulitan belajar. Dari kenyataan inilah penulis ingin mengadakan penelitian dengan judul “PENGARUH PENGGUNAAN PENGGARIS TERHADAP PENINGKATAN PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA ANAK BERKESULITAN BELAJAR MATEMATIKA KELAS I SD KANISIUS SOROGENEN KECAMATAN JEBRES KOTAMADYA SURAKARTA 2009/2010”
Permasalahan Apakah ada pengaruh Signifikan penggunaan penggaris terhadap peningkatan prestasi belajar matematika anak berkesulitan belajar matematika kelas I SD Kanisius Sorogenen Surakarta?
Tujuan. Bertolak dari rumusan masalah tersebut di atas, tujuan penelitian ini adalah: “Untuk mengetahui ada pengaruh signifikan penggunaan penggaris terhadap peningkatan prestasi belajar matematika anak berkesulitan belajar matematika kelas I SD Kanisius Sorogenen Surakarta”.
Ringkasan Kajian Pustaka Menurut M.Khafid dan Suyati dalam buku Belajar Matematika 3A (2006:110) bahwa “Penggaris adalah merupakan salah satu jenis meteran sebagai alat untuk membantu pengukuran dalam proses belajar mengajar”. Menurut Arif S. Sadiman dkk (1993:3) mengartikan “Belajar adalah suatu proses yang kompleks yang terjadi pada semua orang dan berlangsung seumur hidup, sejak dia masih bayi hingga keliang lahat nanti dan pertanda bahwa seseorang telah belajar sesuatu, adanya perubahan tingkah laku baik bersifat pengetahuan (kognitif) dan ketrampilan (psikomotor) maupun yang menyangkut nilai dan sikap (afektif)”. Dari defenisi-defenisi di atas, dapat megambil kesimpulan bahwa : Belajar adalah proses perubahan tingkah laku seseorang, yang merupakan hasil indikasi dengan lingkungan untuk memenuhi kebutuhan hidupnya.Adapun ciriciri dari perubahan dalam perbuatan belajar adalah sebagai berikut : 1) Perubahan yang terjadi sebagai akibat dari belajar, banyak sekali bentuknya. Perubahan tersebut dapat menghasilkan tingkah laku yang lebih baik atau lebih buruk. Lagi pula perubahan itu terjadi secara disadari, sebab perubahan yang terjadi secara tidak sadar tidak dapat disebut sebagai perubahan dalam pengertian belajar.
2) belajar merupakan perubahan yang terjadi melalui latihan dan pengalaman. Hai ini mengandung arti bahwa tidak akan terjadi proses belajar apabila situasi yang dihadapi hanya ditemui dalam satu kala. Barulah perubahan akan terjadi, apabila situasi tersebut ditemui secara berulang-ulang. 3) belajar merupakan suatu proses. Artinya belajar itu merupkan serangkaian kegiatan yang berkaitan yang dilakukan dengan aktif untuk mencapai suatu tujuan tertentu. 4) perubahan tingkah laku sebagai hasil belajar, meliputi seluruh aspek kepribadian, mencakup perubahan fisik, dan psikis, seperti perubahan dalam pengertian, pemecahan masalah, sikap ketrampilan, kebiasaan, kecakapan, pengetahuan dan sebagainya. Tujuan belajar siswa menurut B.S Bloom yang dikutip oleh Soetarno (1998:12) adalah sebagai berikut : 1) Ranah kognitif (cognitive domain) terdiri dari dua aspek, yaitu aspek kemampuan mengingat informasi dan aspek kemampuan intelektual. Kemampuan mengingat informasi (knowledge) merupakan kemampuan yang paling rendah tingkatannya. Selanjutnya aspek kemampuan intelektual terdiri dari tingkatan kemampuan memahami (comprehension), menerapkan (application),
mensintesakan
(syntheses),
menjabarkan
(analysis),
kemampuan menilai (evalution). 2) Ranah efektif (affective domain) terdiri dari aspek penerimaan (receiving), merespon (responding), menilai (valuing), organisasi (organizing), dan karakterisasi nilai (characterization by valui complex). 3) Ranah ketrampilan motorik (psychomotor domain) terdiri dari aspek persepsi, kesiapan, respon, terpimpin, mekanisme dan respons yang kompleks. Menurut Zainal Arifin yang dikutip Muhibbin Syah ( 1995 : 3 ) “Prestasi belajar
adalah
kemampuan,
ketrampilan,
dan
sikap
seseorang
dalam
menyelesaikan suatu hal. Menurut Sutratinah Tirtonegoro yang dikutip oleh Hery Setiyatna (2003: 2 ),”Prestasi belajar adalah penilaian hasil usaha kegiatan belajar yang dinyatakan dalam bentuk angka, huruf, symbol, huruf dan kalimat yang
dapat mencerminkan hasil yang sudah dicapai oleh setiap anak dalam periode tertentu”. Prestasi belajar merupakan hasil maksimal yang telah dicapai oleh setiap siswa setelah melakukan usaha belajar dalam periode tertentu yang dinyatakan dalam bentuk symbol, angka dan huruf. Palling
mengemukakan
dalam
bukunya
Mulyono
Abdurrahman
(2003:252), bahwa : “Matematika adalah suatu cara untuk menentukan jawaban terhadap masalah yang dihadapi manusia, suatu cara mengemukakan informasi, menggunakan pengetahuan tentang bentuk dan ukuran, menghitung, dan yang paling penting adalah memikirkan dalam diri manusia itu sendiri dalam melihat dan menggunakan hubungan-hubungan”. Bidang studi matematika yang diajarkan di SD mencakup tiga cabang, yaitu aritmatika, aljabar, dan geometri. Di dalam penelitian ini penulis hanya akan meneliti pada cabang ilmu aritmatika karena aritmatika terutama menyangkut penjumlahan, pengurangan, perkalian dan pembagian. Atau secara singkat aritmatiaka atau berhitung adalah pengetahuan tentang bilangan. Penulis mengambil penelitian pada pelajaran matematika anak kelas 1 sekolah dasar ,maka aritmatika yang digunakan hanya penjumlahan dan pengurangan. Kesulitan merupakan suatu kondisi tertentu yang dihadapi dengan adanya hambatan-hambatan dalam kegiatan mencapai suatu tujuan. Sedangkan kesulitan belajar berkenaan dengan ketidakmampuan belajar atau kemampuan belajar yang tidak sempurna. Menurut Herry W yang dikutip oleh Munzayanah, dkk dalam jurnal Rehabilitas dan remediasi (1999 : 2) “Anak berkesulitan belajar adalah anak yang secara nyata mengalami kesulitan dalam tugas-tugas akademik baik disebabkan oleh adanya disfungsi neurologist, proses psikologik dasar maupun sebab-sebab lain, sehingga prestasi belajar yang dicapai jauh berbeda di bawah potensi yang sebenarnya. Dari berbagai definisi tentang kesulitan belajar di atas, penulis dapat menyimpulkan bahwa siswa berkesulitan belajar adalah siswa yang memerlukan waktu yang lebih banyak menguasai materi pelajaran yang telah ditentukan karena secara nyata mengalami kesulitan menyelesaikan tugas akademik baik disebabkan disfungsi neurologist, Proses psikologis dasar atau Hikayat Intelegensinya dalam batas normal. Sehingga prestasi belajar yang
dicapai jauh berada dibawah potensi yang sebenarnya atau lebih rendah dibanding sebayanya yang normal. Secara garis besar kesulitan belajar dapat digolongkan menjadi dua, yaitu kesulitan belajar yang berhubungan dengan perkembangan (development learning disabilities) dan kesulitan yang berhubungan dengan akademik (academic learning disabilities). Kesulitan belajar yang berhubungan dengan perkembangan mencakup gangguan motorik dan presepsi, kesulian belajar bahasa dan komunikasi dan kesulitan belajar dalam penyesuaian perilaku. Kesulitan belajar akademik menujuk adanya kegagalan-kegagalan pencapaian prestasi akademik yang sesuai dengan kapasitas yang diharapkan. Kegagalan tersebut mencakup penguasaan ketrampilan dalam membaca, menulis dan atau matematika. Kesulitan belajar akademik dapat diketahui oleh guru atau orang tua ketika anak gagal dalam menampilkan salah satu atau beberapa kemampuan akademik. Kesulitan belajar dapat disebabkan oleh beberapa hal. Penyebab kesulitan tersebut dapat dikelompokkan menjadi dua yaitu, sebab internal (yang berasal dari diri anak yang belajar) dan sebab eksternal (yang berasal dari luar diri anak yang belajar). Sebab internal misalnya kemampuan, motivasi, daya penginderaan, emosi dan kebiasaan. Sedangkan sebab eksternal dapat berupa lingkungan belajar, kualitas belajar atau tuntutan keluarga. Menurut Muhibbin syah (1995 : 173) penyebab kesulitan belajar adalah : 1) Faktor Intern Siswa (Keadaan yang muncul dari dalam diri siswa sendiri) a) Yang bersifat kognitif (ranah cipta), antara lain seperti rendahnya kapasitas intelektual / intelegensi siswa. b) yang bersifat afektif (ranah rasa), antara lain seperti labilnya emosi dan sikap. c) yang bersifat psikomotor (ranah rasa), antara lain seperti terganggunya alat-alat indera penglihatan dan pendengaran. 2) Faktor ekstern Siswa (Keadaan yang datang dari luar diri siswa) a) Lingkungan Keluarga b) Lingkungan perkampungan / masyarakat Contoh : wilayah perkampungan, teman sepermainan c) lingkungan sekolah Contoh : letak sekolah, kondisi guru, kualitas alat belajar. Menurut Muhibbin syah (1995 : 173) penyebab kesulitan belajar adalah :
3) Faktor Intern Siswa (Keadaan yang muncul dari dalam diri siswa sendiri) a) Yang bersifat kognitif (ranah cipta), antara lain seperti rendahnya kapasitas intelektual / intelegensi siswa. b) yang bersifat afektif (ranah rasa), antara lain seperti labilnya emosi dan sikap. c) yang bersifat psikomotor (ranah rasa), antara lain seperti terganggunya alat-alat indera penglihatan dan pendengaran. 4) Faktor ekstern Siswa (Keadaan yang datang dari luar diri siswa) d) Lingkungan Keluarga e) Lingkungan perkampungan / masyarakat Contoh : wilayah perkampungan, teman sepermainan f) lingkungan sekolah Contoh : letak sekolah, kondisi guru, kualitas alat belajar.
Kesulitan
belajar
dapat
dihubungkan
dengan
kesulitan
belajar
matematika. Lerner (Arti Sriati, 1994:4) mengatakan, matematika merupakan bidang utama kesulitan belajar matematika. Menurut Lerner (Mulyono Abdurrahman, 2003:259-262), ada beberapa karakteristik anak berkesulitan belajar matematika, yaitu : 1) Perseverasi Ada anak yang perhatiannya melekat pada suatu objek dalam jangka waktu yang relative lama. Gangguan perhatian semacam itu disebut perseverasi. Anak demikian mungkin pada mulanya dapat mengerjakan tugas dengan baik, tetapi lama-kelamaan perhatiannya melekat pada suatu objek tertentu. Misalnya : 4+3=7 5+3=8 5+2=7 5+4=9 4+4=9 3+4=9 Angka sembilan diulang beberapa kali tanpa memperhatikan kaitannya dengan soal matematika yang dihadapi. 2) Kesulitan mengenal dan memahami symbol
Anak berkesulitan belajar matematika sering mengalami kesulitan dalam mengenal dan menggunakan symbol-simbol matematika seperti +, -, =, >, < dan selanjutnya kesulitan semacam ini dapat disebabkan oleh adanya gangguan persepsi visual. 3) Kesulitan dalam bahasa dan membaca Menurut Johnson & Myklebust (Mulyono Abdurrahman, 2003:261) “Matematika itu sendiri pada hakekatnya adalah simbolis”. Oleh karena itu, kesulitan dalam bahasa dapat berpengaruh terhadap kemampuan anak di bidang matematika. Beberapa kekeliruan umum yang dilakukan oleh anak yang berkesulitan belajar matematika adalah kekurangan pemahaman tentang : a) Kekurangan Pemahaman Tentang Simbol Kesulitan semacam ini umumnya karena anak tidak memahami symbolsimbol seperti sama dengan (=), tidak sama dengan (≠), kurang (-), dan sebagainya. b) Nilai Tempat Ada anak yang belum memahami nilai tempat sepeti satuan, puluhan, ratusan dan sterusnya. Anak mengalami kekeliruan semacam ini dapat juga karena lupa cara menghitung persoalan pengurangan atau penjumlahan tersusun ke bawah sehingga kepada anak tidak cukup hanya diajak memahami nilai tempat tetapi juga diberi latihan yang cukup. Ketidakpahaman terhadap nilai tempat banyak dipengaruhi oleh anak-anak seperti berikut ini : 75
68
27 −
13 +
58
71
c) Penggunaan Proses Yang Keliru Kekeliruan dalam penggunaan proses perhitungan dapat dilihat pada contoh berikut ini :
(1) Mempertukarkan symbol-simbol
6 2 x 8
15 3 18
(2) Jumlah satuan dan puluhan ditulis tanpa memperhatikan nilai tempat
83
63
67 +
29 +
1410
815
(3) Semua digit ditambahkan (algoritma yang keliru dan tidak memperhatikan nilai tempat) 67
58
31 +
12 +
17
16 Anak menghitung : 6 + 7 + 3 + 1 = 17 5 + 8 + 1 + 2 = 16
(4) Digit ditambahkan dari kiri ke kanan dan tidak memperhatikan nilai tempat 476
756
851 +
693 +
148
1113
(5) Dalam menjumlahkan puluhan digambarkan dengan satuan 68 8 + 166
73 9 + 172
(6) Bilangan yang besar dikurangi bilangan yang kecil tanpa memperhatikan nilai tempat 627
761
486 -
489 -
261
328
(7) Bilangan yang telah dipinjam nilainya tetap 532
423
147 -
366 -
495
167
d) Perhitungan Ada anak yang belum mengenal dengan baik konsep perkalian tetapi mencoba menghafal perkalian tersebut. Hal ini dapat menimbulkan kekeliruan jika hafalannya salah. Kesalahan tersebut umumnya tampak sebagai berikut : 6
8
8 x
7 x
46
54
Daftar perkalian mungkin dapat membatu memperbaiki kekeliruan anak jika anak telah memahami konsep perkalian
e) Tulisan Yang Tidak Dapat Dibaca Ada anak yang tidak dapat membaca tulisannya sendiri karena bentuk-bentuk huruf-hurufnya tidak tepat atau tidak lurus mengikuti garis. Akibatnya anak mengalami kekeliruan karena tidak mampu lagi membaca tulisannya sendiri.
B. METODE PENELITIAN. Jenis penelitian: eksperimen Tempat penelitian
: SD Kanisius Sorogenen
Populasi / subyek penelitian : Siswa kelas I SD Kanisius Sorogenen Surakarta Variabel penelitian a.Variabel bebas
: Penggunaan penggaris.
b. Variabel terikat
: Peningkatan prestasi belajar matematika
Desain penelitian
: one group pre test post tes desaign
Teknik pengumpulan data
: tes dan dokumentasi
Teknik analisis data
: analisis statistik non parametrik wilcoxon sign rank test C. HASIL DAN PEMBAHASAN
1. Hasil Penelitian. Berdasar analisis data terdapat perbedaan nilai rata-rata antara pretest (sebelum diberikan treatment) dan posttest (sesudah diberikan treatment). Nilai rata-rata prestasi belajar matematika sebelum treatment (pretest) siswa kelas I SD Kanisius Sorogenensebesar 14,299 dan sesudah treatment (post test) sebesar 23. hasil analisis data menggunakan uji rangking bertanda wilcoxon diperoleh bahwa nilai Asymp. sig. (2-tailed) = 0,018 pada taraf signifikansi sebesar 0,05 maka nilai Asymp. sig. (2-tailed) = 0,018 < 0.05 dan n = 7.. karena nilai probabilitasnya lebih kecil daripada taraf signifikansi maka Ho ditolak dan Ha diterima. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa ada pengaruh signifikan penggunaan penggaris terhadap prestasi belajar matematika anak berkesulitan belajar matematika kelas I SD Kanisius Sorogenen Surakarta.
2. Pembahasan. Anak berkesulitan belajar adalah anak yang secara nyata mengalami kesulitan dalam tugas-tugas akademik baik disebabkan oleh adanya disfungsi neurologist, proses psikologik dasar maupun sebab-sebab lain sehingga prestasi belajar yang dicapai jauh berbeda di bawah petensi yang sebenarnya. Karena penyebab inilah penulis mencari metode yang lebih praktis agar memudahkan berhitung pada anak berkesulitan belajar matematika dan memahai konsep matematika yang bersifat abstrak. Salah satu metode pembelajaran dengan menggunakan penggaris. Menurut M. Khafid dan Suyati (2006 : 110) bahwa “penggaris adalah merupakan salah satu jenis meteran sebagai alat untuk membantu pengukuran dalam proses belajar mengajar. Sehingga mampu membuat penyampaian pelajaran matematika yang bersifat abstrak menjadi lebih mudah diterima oleh siswa.
Setelah diberikan treatment yaitu menggunakan penggaris dalam pembelajaran matematika penjumlahan dan pengurangan 2 angka nilai rata-rata prestasi belajar matematika siswa berkesulitan belajar matematika kelas I SD Kanisius Sorogenen mengalami peningkatan. Hal ini terlihat dari nilai rata-rata kemampuan berhitung sebelum treatment (pretest) sebesar 14,299 dan nilai atarata kemampuan berhitung sesudah treatment (posttest) sebesar 23. Berdasarkan perhitungan tersebut penggunaan penggaris berpengaruh terhadap peningkatan prestasi belajar matematika anak berkesulitan belajar matematika kelas I SD Kanisius Sorogenen Surakarta , dengan taraf signifikansi 0,05. Berdasarkan analisis di atas bahwa karakteristik anak berkesulitan belajar dengan pembelajaran matematika saling berhubungan sehingga berpengaruh tehadap peningkatan prestasi belajar matematika anak berkesulitan belajar matematika kelas I SD Kanisius Sorogenen Surakarta. Anak berkesulitan belajar matematika biasanya sering melakukan kekeliruan yang umum dilakukan seperti kekurangan pemahaman tentang symbol sehingga sering salah, anak tidak memahami nilai tempat sehingga dalam memecahkan soal berrhitung anak sering mengalami kesulitan. Dengan demikian anak berkesulitan belajar memerlukan cara yang tepat untuk memecahkan masalah dalam konsep berhitung. Agar pemahaman berhitung pada anak berkesulitan belajar lebih mudah diperlukan suatu media yang mempermudah anak dalam memahami konsep berhitung media yang digunakan dalam pembelajaran berhitung adalah penggaris. Dalam penelitian ini, setelah pemberian treatment dengan menggunakan penggaris peningkatan prestasi belajar matematika anak berkesulitan belajar matematika kelas I SD Kanisius Sorogenen tahun ajaran 2009/2010, dengan taraf signifikansi 0,05 mengalami peningkatan yang signifikan. Hal ini sesuai dengan perhitungan yang menggunakan analisis uji rangking bertanda Wilcoxon. Hasil perhitungan data menunjukkan bahwa nilai Asymp. sig. (2-tailed) = 0,018 < 0.05 maka Ho ditolak dan Ha diterima. Bedasar perhitungan tersebut ada pengaruh penggunaan penggaris terhadap peningkatan prestasi belajar matematika anak berkesulitan belajar matematika kelas I SD Kanisius Sorogenen Surakarta tahun ajaran 2009/2010.
D. SIMPULAN DAN SARAN. 1. Kesimpulan. Berdasarkan hasil analisis data tentang pengaruh penggunaan penggaris terhadap peningkatan prestasi belajar matematika anak berkesulitan belaja matematika kelas I SD Kanisius Sorogenen Surakarta Tahun 2009 / 2010 dapat ditarik sebagai berikut : Bahwa ada pengaruh signifikan penggunaan penggaris terhadap prestasi belajar matematika anak berkesulitan belajar matematika kelas I SD Kanisius Sorogenen Surakarta. 2. Saran. Berdasakan kesimpulan dan implikasi hasil penelitian ini maka dapat dikemukakan saran sebagai berikut : 1. Siswa berkesulitan belajar bisa membiasakan menggunakan penggaris dalam mengikuti proses belajar mengajar terutama aritmatika guna meningkatkan prestasi belajar. 2. Seyogyanya para guru selalu termotivasi menciptakan kondisi belajar yang efektif dengan menambah kompetensi dan improvisasi dengan berbagai media sesuai dengan apa yang hendak disampaikan atau diberikan.
E. DAFTAR PUSTAKA. Arif S Sadiman. 1993. Media Pendidikan : Pengertian, Pengembangan dan Pemanfaatannya. Jakarta : PT Raja Grafindo Persada. Hery Setiyatna. 2003. Siswa Berkesulitan Belajar di Madrasah Ibtidaiyah Kabupaten Sukoharjo.”Jurnal Rehabilitasi dan Remediasi.” Tahun ke13, No. 01 :1-10 M. Khafid dan Suyati. 2006. Pelajaran Matematika 3A. Jakarta : Erlangga.
Muhibbin Syah.1995. Psikologi Pendidikan (Suatu Pendekatan Baru).Bandung : Remaja Rosdakarya. Mulyono Abdurrahman. 2003. Pendidikan Bagi Anak Berkesulitan Belajar. Jakarta : Rineka Cipta. Munzayanah, Dkk. 1999. Faktor Penyebab Kesulitan Belajar di Sekolah Dasar dan Alternatif Penanganannya. ”Jurnal Rehabilitasi dan Remediasi.” Tahun ke-09, No.21 : 46-57.