Edutech, Tahun 14, Vol.1, No.3, Oktober 2015
CHARACTER EDUCATION MODEL BASED ON EDUCATION IN ISLAMIC BOARDING SCHOOL MODEL PENDIDIKAN KARAKTER BERBASIS PENDIDIKAN DI PESANTREN Oleh : Novrian Satria Perdana, M.E Badan Penelitian dan Pengembangan, Kemdikbud email :
[email protected]
Abstract, Various efforts to make education more meaningful for individuals concerning affective domain has been conducted through several subjects, including Religion Education, Civics Education, Social Sciences Education, Indonesian Language Education, and Physical Education. However, those efforts could not effectively hold character building which is dynamic and adaptive to fast changing era. The failure of character building at formal school must be anticipated, so it is necessary to develop relevant teaching model and education system. The problem of character education in school which is not yet able to build students’ character is affected by several factors: school management, teacher, and learning model. Some researches on best practices of character educationhave been conducted in order to obtain relevant teaching model at several Islamic boarding schools in North Sumatera Province, Nangroe Aceh Darussalam Province, West Sumatera Province, Riau Province, Jambin Province and South Sumatera Province. The data was collected using indepth-interview and observation. It was found that salafiyah Islamic boarding school put more priority on teacher (ustadz) role model, while modern Islamic boarding school applied tight rules to develop students’ discipline, and responsibility. Islamic boarding schools build the characters of caring for other people, sincerity of devotion, modesty, and independence. The policy that could be suggested based on this research is that of the application of character education must be holistically embedded in school program and must be comprehended and obeyed by school’s educators and students alikeBetter implementation could be achieved if the character education is explicitly formulated in the mission statement of the school. Keywords: character education, learning model, Islamic boarding school
Abstrak, Berbagai upaya untuk menjadikan pendidikan lebih mempunyai makna bagi individu yang menyentuh tataran afektif telah dilakukan melalui mata pelajaran Pendidikan Agama, Pendidikan Kewarganegaraan, Pendidikan IPS, Pendidikan Bahasa Indonesia, dan Pendidikan Jasmani. Namun demikian upaya-upaya tersebut ternyata belum mampu mewadahi pengembangan karakter secara dinamis dan adaptif terhadap perubahan jaman yang sangat cepat. Permasalahan gagalnya pendidikan formal di sekolah dalam membentuk karakter siswa sangat perlu diantisipasi, sehingga perlu dikembangkan suatu model pembelajaran dan system pendidikan yang dapat digunakan untuk membentuk karakter siswa. Permasalahan pendidikan di sekolah yang belum dapat membentuk karakter siswa dipengaruhi oleh beberapa factor, diantaranya factor manajemen sekolah, guru, dan model pembelajaran. Untuk memperoleh model pembelajaran yang cocok, telah dilakukan penelitian tentang best practices pendidikan karakter di beberapa pesantren yang berada di propinsi Sumatera Utara, propinsi Nangroe Aceh Darussalam, propinsi Sumatera Barat, propinsi Riau, propinsi Jambi, dan propinsi Sumatera Selatan. Pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan dengan dua tehnik yang lazim digunakan dalam penelitian dalam penelitian kualitatif, yaitu; observasi dan wawancara mendalam. Ditemukan bahwa pesantren salafiyah lebih mengutamakan keteladanan ustadz, sedangkan pesantren modern menerapkan aturan yang ketat untuk menumbuhkan sikap disiplin dan tanggungjawab. Pesantren
402 Model Pendidikan Karakter Berbasis Pendidikandi Pesantren
Edutech, Tahun 14, Vol.1, No.3, Oktober 2015 menumbuhkan atribut karakter saling tolong menolong, ihklas mengabdi, kesederhanaan, dan kemandirian. Kebijakan yang dapat diambil berdasarkan hasil penelitian ini adalah menerapkan pendidikan karakter secara holistic melalui program sekolah yang harus dipahami dan dipatuhi oleh semua unsur pendidik dan peserta didik. Untuk itu, lembaga pendidikan seharusnya menetapkan misi yang eksplisit terkait pengembangan karakter siswa. Kata Kunci: pendidikan karakter, model pembelajaran, pondok pesantren
mewujudkan
A. PENDAHULUAN Komitmen
nasional
kebaikan
itu
dalam
tentang
kehidupan sehari-hari dengan sepenuh
perlunya pendidikan karakter secara
hati. Karena itu muatan pendidikan
imperatif
Undang-
karakter secara psikologis mencakup
undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang
dimensi moral reasoning, moral feeling,
Sistem Pendidikan Nasional. Dalam
dan moral behavior (Lickona, 1991).
tertuang
dalam
Pasal 3 dinyatakan bahwa “Pendidikan nasional
berfungsi
mengembangkan
Beranjak dari situasi tersebut di atas,
terlihat
bahwa
pendidikan
kemampuan dan membentuk watak
nilai/moral memang sangat diperlukan
serta
yang
atas dasar argument : 1) adanya
dalam
rangka
kebutuhan nyata dan mendesak; 2)
kehidupan
bangsa,
proses tranmisi nilai sebagai proses
bertujuan untuk berkembangnya potensi
peradaban; 3) peranan sekolah sebagai
peserta didik agar menjadi manusia
pendidik moral yang vital pada saat
yang beriman dan bertakwa kepada
melemahnya pendidikan nilai dalam
Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak
masyarakat; 4) tetap adanya kode etik
mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif,
dalam masyarakat yang sarat konflik
mandiri, dan menjadi warga negara
nilai; 5) kebutuhan demokrasi akan
yang demokratis serta bertanggung
pendidikan moral; 6) kenyataan yang
jawab”. Secara akademik, pendidikan
sesungguhnya
karakter dimaknai sebagai pendidikan
pendidikan
nilai,
pekerti,
persoalan moral sebagai salah satu
pendidikan moral, pendidikan watak,
persoalan dalam kehidupan, dan 8)
yang
adanya
peradaban
bermartabat mencerdaskan
bangsa
pendidikan
tujuannya
budi
mengembangkan
kemampuan
peserta
memberikan
keputusan
didik
bahwa
yang
landasan
bebas
yang
tidak nilai;
kuat
ada 7)
dan
untuk
dukungan luas terhadap pendidikan
baik-buruk,
moral di sekolah. Keseluruhan argumen
memelihara apa yang baik itu, dan
tersebut tampaknya masih relevan untuk
403 Model Pendidikan Karakter Berbasis Pendidikandi Pesantren
Edutech, Tahun 14, Vol.1, No.3, Oktober 2015
menjadi cerminan kebutuhan akan
pendidikan nasional. Sampai saat ini,
pendidikan nilai/moral di Indonesia
secara
pada saat ini. Proses demokasi yang
berbagai
semakin
tantangan
pendidikan lebih mempunyai makna
globalisasi yang semakin kuat dan
bagi individu yang tidak sekadar
beragam di satu pihak dan dunia
memberi pengetahuan pada tataran
pendidikan di berbagai jalur, jenjang,
koginitif, tetapi juga menyentuh tataran
dan jenis yang lebih mementingkan
afektif
penguasaan
pelajaran
meluas
dan
dimensi
pengetahuan
kurikuler
telah
upaya
dan
untuk
konatif
dilakukan menjadikan
melalui
Pendidikan
mata
Agama,
(knowledge) dan hampir mengabaikan
Pendidikan
pendidikan
ini,
Pendidikan IPS, Pendidikan Bahasa
merupakan alasan yang kuat bagi
Indonesia, dan Pendidikan Jasmani.
Indonesia
membangkitkan
Namun demikian harus diakui karena
komitmen dan melakukan gerakan
kondisi jaman yang berubah dengan
nasional pendidikan karakter.
cepat,
nilai/moral
untuk
Dalam
konteks
bermasyarakat,
saat
kehidupan
berbangsa,
dan
maka
ternyata
dan
nilai dan karakter yang secara legal-
tersebut.
tujuan
pendidikan
belum
mampu
tersebut mewadahi
adaptif
terhadap
perubahan
Oleh karena itu pendidikan karakter
harus
perlu dirancang-ulang dan dikemas
dimiliki peserta didik agar mampu
kembali dalam wadah yang lebih
menghadapi tantangan hidup pada saat
komprehensif dan lebih bermakna.
ini dan di masa mendatang. Karena itu,
Pendidikan
pengembangan nilai yang bermuara
direformulasikan
pada pembentukan karakter bangsa
direoperasionalkan
yang diperoleh melalui berbagai jalur,
transformasi
jenjang, dan jenis pendidikan, akan
kehidupan. Kebutuhan tersebut bukan
mendorong mereka menjadi anggota
hanya dianggap penting tetapi sangat
masyarakat, anak bangsa, dan warga
mendesak mengingat berkembangnya
negara
memiliki kepribadian
godaan-godaan (temptations) dewasa
unggul seperti diharapkan dalam tujuan
ini marak dengan tayangan dalam media
yang
nasional,
upaya-upaya
pengembangan karakter secara dinamis
bernegara Indonesia, diyakini bahwa
formal dirumuskan sebagai fungsi dan
Kewarganegaraan,
karakter
budaya
perlu dan melalui
dan
404 Model Pendidikan Karakter Berbasis Pendidikandi Pesantren
dimensi
Edutech, Tahun 14, Vol.1, No.3, Oktober 2015
cetak
maupun
non-cetak
(televisi,
estetika. Pendidikan karakter adalah
jaringan maya, dan lain-lain) yang
upaya yang terencana untuk menjadikan
memuat
kasus
peserta didik mengenal, peduli dan
perseteruan dalam berbagai kalangan
menginternalisasi nilai-nilai sehingga
yang
seakan-akan
peserta didik berperilaku sebagai insan
bangsa kita sedang mengalami krisis
kamil. Pendidikan karakter adalah suatu
etika dan krisis kepercayaan diri yang
sistem penanaman nilai-nilai perilaku
berkepanjangan. Pendidikan karakter
(karakter) kepada warga sekolah yang
bangsa diharapkan mampu menjadi
meliputi pengetahuan, kesadaran atau
alternatif solusi berbagai persoalan
kemauan,
tersebut. Kondisi dan situasi saat ini
melaksanakan nilai-nilai, baik terhadap
tampaknya
pendidikan
Tuhan Yang Maha Esa (YME), diri
karakter yang perlu ditransformasikan
sendiri, sesama, lingkungan, maupun
sejak dini, yakni sejak pendidikan anak
kebangsaan sehingga menjadi manusia
usia dini dan pada tahap pendidikan
insan kamil. Undang-undang Sistem
dasar
Pendidikan
fenomena
memberi
dan
kesan
menuntut
secara
holistik
dan
dan
tindakan
Nasional
untuk
Pasal
berkesinambungan. Permasalahan yang
menyebutkan
dihadapi adalah gagalnya pendidikan
berfungsi:
formal di sekolah dalam membentuk
kemampuan dan membentuk karakter
karakter
serta
siswa,
dikembangkan
sehingga suatu
perlu model
Pendidikan
3
Mengembangkan
peradaban
bermartabat
nasional
bangsa
yang
dalam
rangka
kehidupan
bangsa.
pembelajaran dan system pendidikan
mencerdaskan
yang
untuk
Pendidikan nasional bertujuan untuk
membentuk karakter siswa. Penelitian
berkembangnya potensi peserta didik
ini menelaah best practices yang
agar menjadi manusia yang beriman dan
diterapkan di pondok pesantren sebagai
bertakwa kepada Tuhan Yang Maha
dasar pengembangan model dan system
Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu,
pendidikan
sekolah
cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi
formal.Karakter adalah nilai-nilai yang
warga negara yang demokratis serta
melandasi
bertanggung
dapat
digunakan
karakter
perilaku
bagi
manusia
jawab.
Ternyata
berdasarkan norma agama, kebudayaan,
pembelajaran di sekolah yang kurang
hukum/konstitusi, adat istiadat, dan
tepat merupakan salah satu factor
405 Model Pendidikan Karakter Berbasis Pendidikandi Pesantren
Edutech, Tahun 14, Vol.1, No.3, Oktober 2015
kegagalan pendidikan karakter, seperti
Olah Pikir (intellectual development),
yang
Kessler
Olah Raga dan Kinestetik (Physical
are
and kinestetic development), dan Olah
dikemukakan
(2000),”Many
oleh
classroom
sprititually empty not by accident, but
Rasa
by
Creativity development).
design”..
karakter
Namun,
bukanlah
pendidikan
juga orangtua, institusi pendidikan,
atribut
Confidence,
mengemukakan
karakter, Motivation,
(kognitif,
afektif,
konatif,
dan
psikomotorik) dalam konteks interaksi sosial kultural (dalam keluarga, sekolah, dan
masyarakat)
dan
berlangsung
sepanjang hayat. Atribut karakter dalam konteks totalitas proses psikologis dan sosial-kultural dikelompokan
tersebut dalam:
Olah
dapat Hati
(Spiritual and emotional development),
yakni:
kegiatan
keseharian
keseharian
di
rumah
dan
dalam masyarakat,
characteristics, affective, cognitive and
manusia
pilar
ekstra kurikuler, serta pada
said to be the sum total of a person’s
individu
dalam empat
kegiatan ko-kurikuler dan/atau
(2003) menyatakan: “Character can be
potensi
dibagi
pendidikan (school culture),
Problem Solving, Focus, Respect.Athur
diri individu merupakan fungsi dari
dapat
dalam bentuk budaya satuan
Caring, Teamwork, Common Sense,
kultural pembentukan karakter dalam
nilai/karakter
kelas,
Effort,
physical”. Secara psikologis dan sosial
Secara mikro, pengembangan
kegiatan belajar mengajar di
yakni:
Responsibility, Initiative, Perseverance,
seluruh
and
ditata sebagai berikut :
pentingnya beberapa keterampilan yang terkait
(Affective
Pada tahap mikro, pendidikan karakter
1.
organisasi agama, dan masyarakat. (2008)
Karsa
semata-mata
tanggung jawab pemerintah, melainkan
Rich
dan
2.
Dalam
kegiatan
mengajar
belajar
di
kelas,
pengembangan nilai/karakter dilaksanakan
dengan
menggunakan
pendekatan
integrasi dalam semua mata pelajaran approach). mata
(embedded Khusus,
pelajaran
Agama
dan
untuk
Pendidikan Pendidikan
Kewarganegaraan,
karena
memang
adalah
misinya
mengembangkan
406 Model Pendidikan Karakter Berbasis Pendidikandi Pesantren
nilai
dan
Edutech, Tahun 14, Vol.1, No.3, Oktober 2015
sikap, maka pengembangan
mencerminkan
nilai/karakter harus menjadi
nilai/karakter.
fokus
utama
yang
menggunakan
4.
Dalam kegiatan ko-kurikuler,
berbagai
yakni kegiatan belajar di luar
pendidikan
kelas yang terkait langsung
(value/character
pada suatu materi dari suatu
education). Untuk kedua mata
mata pelajaran, atau kegiatan
pelajaran
ekstra
strategi/metode nilai
tersebut,
kurikuler,
yakni
nilai/karakter dikembangkan
kegiatan satuan pendidikan
sebagai dampak pembelajaran
yang bersifat umum dan tidak
(instructional effects) dan juga
terkait langsung pada suatu
dampak pengiring (nurturant
mata
effects). Sementara itu, untuk
kegiatan Dokter Kecil, Palang
mata pelajaran lainnya, yang
Merah Remaja, Pecinta Alam,
secara formal memiliki misi
dan
utama selain pengembangan
dikembangkan
nilai/karakter,
wajib
pembiasaan dan penguatan
dikembangkan kegiatan yang
(reinforcement) dalam rangka
memiliki dampak pengiring
pengembangan nilai/karakter.
(nurturant
3.
dapat
perwujudan
effects)
5.
pelajaran,
lain-lain,
seperti
perlu proses
Di lingkungan keluarga dan
berkembangnya nilai/karakter
masyarakat diupayakan agar
dalam diri peserta didik.
terjadi proses penguatan dari
Dalam
satuan
orang tua/wali serta tokoh-
pendidikan dikondisikan agar
tokoh masyarakat terhadap
lingkungan fisik dan sosio-
perilaku
kultural
pendidikan
yang dikembangkan di satuan
memungkinkan para peserta
pendidikan menjadi kegiatan
didik bersama dengan warga
keseharian di rumah dan di
satuan
lingkungan
lingkungan
satuan
pendidikan
lainnya
terbiasa membangun kegiatan keseharian pendidikan
di
satuan yang
berkarakter
mulai
masyarakat
masing-masing. Pendidikan
karakter
harus
dilakukan secara holistik. Pendidikan
407 Model Pendidikan Karakter Berbasis Pendidikandi Pesantren
Edutech, Tahun 14, Vol.1, No.3, Oktober 2015
holistik membentuk manusia secara
akademiknya maupun segi sosial dan
utuh (holistik) yang berkarakter, yaitu
emosinya. Pendidikan selama ini hanya
mengembangkan
memberi
penekanan
spiritual, potensi emosional, potensi
akademik
saja
intelektual (intelegensi & kreativitas),
mengembangkan aspek social, emosi,
potensi sosial, dan potensi jasmani
kreatifitas, dan bahkan motorik. "Anak
siswa secara optimal. Membangun
hanya dipersiapkan untuk dapat nilai
karakter
bagus, namun mereka tidak dilatih
itu
aspek/potensi
harus
dimulai sedini
mungkin, atau bahkan sejak dilahirkan,
dan
terfokus.
aspek
dan
tidak
untuk bisa hidup”.
dan harus dilakukan secara terus menerus
pada
Lickona (1991) mengacu pada
Pendidikan
pemikiran filosof Michael Novak yang
holistik juga untuk membentuk manusia
berpendapat bahwa watak atau karakter
pembelajar sepanjang hayat yang sejati
seseorang dibentuk melalui tiga aspek,
(lifelong learners). Di samping itu,
yaitu: Konsep moral (moral Knowing),
pendidikan
sikap moral (moral feeling), perilaku
karakter
juga
mengembangkan semua potensi anak
moral
sehingga menjadi manusia seutuhnya.
keterkaitan ketiga konsep tersebut dapat
Dalam hal ini, perkembangan anak
digambarkan sebagai berikut:
harus
seimbang,
baik
dari
(moral
behavior).
segi
KONSEP MORAL: Kesadaran Moral Pengetahuan Nilai Moral Pandangan ke Depan Penalaran Moral Pengambilan Keputusan
SIKAP MORAL: Kata Hati Rasa Percaya Diri Empati Cinta Kebaikan Pengendalian Diri
Karakter/Watak PERILAKU MORAL: Kemampuan Kemauan Kebiasaan
408 Model Pendidikan Karakter Berbasis Pendidikandi Pesantren
Bagan
Edutech, Tahun 14, Vol.1, No.3, Oktober 2015
Penelitian ini termasuk kategori
dalam
penelitian
kualitatif,
yaitu;
penelitian kualitatif dan studi literatur.
observasi dan wawancara mendalam.
Dalam penelitian dilakukan penjaringan
Observasi
data tentang pembentukan karakter
partisan,
yang
hanya sebagai pengamat fenomena yang
dilaksanakan
di
pesantren
dilakukan dimana
peneliti
non-
berperan
sedangkan penelitian studi literatur
sedang
yaitu mendata buku-buku teks (kitab
berlangsung,
kuning) yang digunakan oleh pesantren
kegiatan para pengurus, guru (ustadz)
dalam membentuk karakter bangsa.
dan santri Pondok Pesantren, melihat
Metode penelitian yang digunakan
bagaimana proses belajar mengajar,
untuk studi literatur (penelitian teks),
khususnya berkaitan dengan pendidikan
yaitu bertumpu pada analisis konten
karakter bangsa berbasis pesantran dan
(teks) dengan mengidentifikasi kitab-
kitab kuning berlangsung.
kitab yang diajarkan di pesantren dan menganalisis
muatannya.
Dengan
menggunakan
pendekatan
analisis
harafiah dan makna, nilai-nilai tertentu terkait
dengan
mengandung akan
nilai-nilai
pembentukan
dikumpulkan
dan
yang karakter
dianalisis
berdasarkan arti harfiah, makna yang tersurat dan tersirat, dan bagaimana cara pengajarannya.
diteliti.
secara
Selama
penelitian
mengamati
kegiatan-
Wawancara yang digunakan dalam penelitian ini adalah indepth interview dengan pola semi structured interview. Wawancara pimpinan
dilaksanakan pesantren
terhadap
dan
pengurus
yayasan sekaligus pemrakarsa pendirian Pondok Pesantren untuk mengetahui latar belakang pendirian Pesantren serta hambatan yang dihadapi mulai dari pendirian sampai saat ini. Wawancara
Penelitian dilakukan di beberapa
juga
dilakukan
kepada
pengelola
pesantren yang berada di propinsi
(kepala sekolah) dan guru (ustadz) yang
Sumatera Utara, propinsi Nangroe Aceh
berperan
dan
Darussalam, propinsi Sumatera Barat,
terhadap
proses
propinsi Riau, propinsi Jambi, dan
Pondok Pesantren. Wawancara yang
propinsi
Selatan.
dilakukan terhadap pengurus yayasan
Pengumpulan data dalam penelitian ini
(kiyai) dan guru (ustadz), peneliti
dilakukan dengan 2 (dua) tehnik yang
memperoleh
lazim
perkembangan
Sumatera
digunakan
dalam
penelitian
bertanggung
jawab
pembelajaran
informasi pesantren
409 Model Pendidikan Karakter Berbasis Pendidikandi Pesantren
di
tentang dan
Edutech, Tahun 14, Vol.1, No.3, Oktober 2015
bagaimana
proses
berlangsung.
pembelajarannya
Peneliti
juga diminta
dan interview. Kedua, melaksanakan seleksi atau validasi informasi dengan
untuk mendapatkan informasi tentang
menggunakan
pandangan beberapa tokoh pesantren
sehingga diperoleh data yang akurat dan
(Kiyai
obyektif, dan dalam waktu bersamaan
maupun
beberapa
ustadz)
mengenai
tema-tema
karakter
dilakukan
teknik
coding
trianggulasi
data.
Ketiga,
kebangsaan melalui kasus-kasus yang
klasifikasi data ke dalam beberapa
diangkat.
kategori data sesuai topik bahasan
Untuk studi penelitian kualitatif ini sangat ditekankan pada wawancara tentang karakter
nilai-nilai di
dilakukan
pembentukan
pesantren.
pada
Wawancara
pimpinan
pondok
pesantren, pada ustad dan santrinya. Lebih lanjut dilakukan juga observasi (pengamatan) tentang aplikasi yang dilakukan oleh para santri dalam membentuk nilai-nilai kepribadian yang berhubungan karakter
dengan
bangsa.
pembentukan
Kemudian
juga
dilakukan studi tokoh, yaitu dengan metode indepth interview dengan para tokoh (ustad), santri, pengasuh, dan orang-orang
di
sekitar
lingkungan
pesantren. Dalam
penelitian. Selanjutnya, dalam proses analisis data digunakan pendekatan analisis kualitatif. Data yang diperoleh melalui instrumen pengumpulan data disusun secara teratur dan sistematis serta
selanjutnya
dianalisis
secara
kualitatif, karena kajian ini dapat juga dikategorikan penelitian
dan
disebut
kualitatif.
sebagai Penarikan
kesimpulan didasarkan pada pemikiran logis dari data yang diperoleh setelah diberi penjelasan dalam bentuk uraian. Data
disajikan
sekaligus
menganalisisnya (deskriptif analisis), dengan kata lain, agar tidak kehilangan relevansinya, dipisahkan
penyajian dari
data
tidak
analisisnya,
tetapi
dilakukan secara bersamaan. Kompilasi kegiatan
pengolahan
dan pengolahan data penelitian dari
informasi ditempuh beberapa langkah.
semua pesantren dilakukan oleh ketua
Pertama, membuat proceeding lengkap
peneliti bersama tim khusus pengolah
secara tertulis dan catatan pinggir
data yang sekaligus mengembangkan
(berupa resume) dari semua informasi
model pendidikan dan manual prosedur
yang diperoleh dari kegiatan observasi
berdasarkan
best
practices
410 Model Pendidikan Karakter Berbasis Pendidikandi Pesantren
yang
Edutech, Tahun 14, Vol.1, No.3, Oktober 2015
ditemukan serta mengkaji teori yang relevan.
Focus
(FGD)
Group
Discussion
dilakukan
untuk
Pendidikan dilakukan di pondok pesantren (ponpes) berada dalam situasi yang
terkontrol
karena
mengembangkan metode pembelajaran
lingkungan
yang
Siswa/santri distrelisasi dari lingkungan
dapat
digunakan
untuk
membentuk karakter mulia siswa. B. HASIL DAN PEMBAHASAN Pondok Pesantren sebagai salah satu sub sistem Pendidikan Nasional yang indigenous Indonesia, mempunyai keunggulan dan karakteristik khusus dalam
mengaplikasikan
pendidikan
karakter bagi anak didiknya (santri). Hal itu karena disebabkan karena adanya jiwa dan falsafah serta adanya panca jiwa. Pesantren mempunyai jiwa dan falsafah yang ditanamkan kepada anak didiknya. Jiwa dan falsafah inilah yang akan menjamin kelangsungan sebuah lembaga pendidikan bahkan menjadi motor penggeraknya menuju kemajuan di masa depan. Panca Jiwa yang terdiri dari : a) keikhlasan, b) kesederhanaan, c) kemandirian, d) ukhuwah Islamiyah, dan e) kebebasan dalam menentukan lapangan perjuangan dan kehidupan. Panca jiwa ini menjadi landasan ideal bagi semua gerak langkah pondok pesantren. Implementasi panca jiwa dalam pendidikan sangat diperhatikan di
pesantren
modern
Langkat, Sumatera Utara.
Babussalam
bisa
pengaruh
diminimalkan.
yang dapat mempengaruhi moral dan kepribadiannya, bahkan pada ponpes tertentu santri tidak boleh membawa alat komunikasi (HP) seperti di ponpes Syekh Burhanuddin di Riau. Hal tersebut
dilakukan
meminimalkan
faktor
untuk utama
yang
mempengaruhi kepribadian santri yakni media elektronik dan media cetak yang terkait dengan perilaku artis dan pejabat serta tayangan yang tidak mendidik lainnya. Faktor lain yang juga dibatasi adalah pergaulan dengan teman sejawat pada pergaulan yang tidak baik. Dalam kehidupan di ponpes, santri hanya bergaul dengan ustadz/guru dan teman sejawat
sesama
santri.
Pergaulan
dengan masyarakat sekitar terbatas pada upaya membangun keperdulian dan semangat gotong-royong. Tentu saja hal tersebut
sangat
dibutuhkan
dalam
pembentukan karakter karena ”karakter bangsa” yang sudah mulai pudar adalah gotong
royong
serta
menghargai
perbedaan dan pendapat orang lain yang seharusnya diwujudkan dalam tepa selira.
411 Model Pendidikan Karakter Berbasis Pendidikandi Pesantren
Edutech, Tahun 14, Vol.1, No.3, Oktober 2015
Metode pengajaran di pesantren
sahabat dan tema-tema aktual sifatnya,
Salafiyah, misalnya pesantren Syekh
dan juga belajar memberikan kata
Burhanuddin diberikan dalam bentuk,
sambutan dalam berbagai hal, misalnya
sorogan, bandong, halaqah dan hafalan.
kemalangan dan kata sambutan lainnya
Sorogan
artinya:
belajar
secara
yang
seorang
santri
sampaikan, dan semua santri yang
seorang
guru,
dalam satu kelompok yang disebut
terjadi interaksi saling mengenal antara
dengan khalifah, dan diketuai oleh
keduanya. Bandongan artinya belajar
seseorang dan jumlah santrinya berkisar
secara kelompok yang diikuti seluruh
lebih kurang 30 orang, dan semua santri
santri, dan biasanya Kiyai mengunakan
wajib berpidato atau memberikan kata
bahasa daerah setempat dan langsung
sambutan dalam berbagai hal, yang
menterjemahkan kalimat demi kalimat
sangat unik dilihat dalam satu kelompok
dari kitab yang dipelajarinya, halaqah
khalifah ini dipilih secara demokratis
artinya diskusi untuk memahami isi
dari santri yang hadir, dan tidak ada
kitab, bukan untuk mempertanyakan
yang keberatan jika pilihannya kalah.
kemungkinan benar salahnya apa yang
Satu kelompok khalaqah tersebut terdiri
diajarkan oleh kitab, tetapi untuk
dari berbagai kelas, dari kelas I s/d kelas
memahami apa maksud yang diajarkan
VII, jika mereka tidak bisa memberikan
kitab. Santri yakin bahwa Kiyai tidak
pidato dan ceramah keagamaan yang
akan mengajarkan hal-hal yang salah
berdurasi lebih kurang 10 menit dan
dan juga mereka yakin bahwa isi kitab
selesai sampai jam 10 malam dan
yang dipelajari adalah benar. Masih
presentasinya sudah dijawalkan dan
dalam kegiatan proses belajar mengajar
lebih kurang berjumlah 7 orang atau 10
santrinya biasanya seminggu sekali
orang santri, maka mereka dihukum,
pada saat shalat isya dan subuh,
sampai
mengadakan belajar pidato atau belajar
dilakukan, yang sangat unik disini tidak
memberikan
ada
individual berhadapan
dimana dengan
ceramah
keagamaan,
dianggap
perlu
kegiatan
ustad
untuk
tersebut
dan
ustazah
selesai
yang
ceramah keagamaan terserah pada
mengawasinya,
santri/santriwati,
kebanyakan
menanamkan kejujuran sejak usia
berkisar pada sejarah Nabi Muhammad
dini dilakukan, tujuannnya supaya
Saw,
santri mandiri dan berusaha dengan
tetapi
kepahlawan,
kejujuran
para
inilah
di
412 Model Pendidikan Karakter Berbasis Pendidikandi Pesantren
sebenarnya
Edutech, Tahun 14, Vol.1, No.3, Oktober 2015
sekuat tenaga untuk menyiapkan materi
pandangan yang menyatakan bahwa
yang
Metode
sesuatu kejadian berasal, berproses,
menceritakan
dan kembali kepada kebenaran Allah
keteladanan rasul dan menanamkan
Swt. Semua aktivitas pendidikan
kejujuran sudah mulai hilang di
dipandang sebagai ibadah kepada
sekolah
Allah
akan
disampaikan.
pembelajaran
dengan
dan
masyarakat,
padahal
Swt.
metode tersebut cukup efektif untuk
pendidikan
anak usia dini.
integral
Namun
untuk
menumbuhkan
Semua
aktivitas
merupakan
dari
bagian
totalias
kehidupan
sehingga
kegaitan
mengajar
tidak
keagamaan,
kemampuan berpikir rasional sejak
belajar
permulaaan berdiri sampai sekarang
memperhitungkan
pesantren Syekh Burhanudin menyadari
praktiknya
perlunya pelajaran umum diberikan di
mengutamakan sikap dan prilaku
pesantren,
diperkenalkan
yang sangat kuat beroreintasi kepada
di
pesantren,
kehidupan ukhrawi dan berprilaku
seperti bertani, berternak, bertukang dan
sakral dalam kehidupan sehari-hari.
pekerjaan lainnya telah akrab dengan
Semua
kehidupan sehari-hari, dan biasanya
dalam struktur relevansinya dengan
kegiatan ini mereka lakukan jika hari
hukum agama demi kepentingan
libur,
hidup ukhrawi.
dan
keterampilan
juga
khusus
tujuannya
adalah
untuk
mengembangkan wawasan dan orientasi santri dari pandangan hiduap yang
waktu.
Dalam
cenderung
perbuatan
dilaksanakan
2. Sukarela dalam mengabdi
Para pengasuh pondok pesantren
terlalu berat pada ukhrawi, agar menjadi
memandang
seimbang dengan orientasi kehidupan
pendidikan adalah ibadah kepada
duniawi.
Allah Swt. Sehubungan dengan itu
Adapun
prinsif
sistem
semua
kegiatan
pendidikan pesantren dari pengamatan
penyelenggaraan
pesantren
di lapangan maka dapat dirumuskan
dilaksanakan secara sukarela dan
sebagai berikut:
mengabdi kepada sesama dalam rangka mengabdi kepada Allah Swt.
1. Theocentric
Sistem pendidikan pesantren
Mengingat biaya masuk ke pesantren
mendasarkan filsafat pendidikannya
Syekh Burhanuddin sama sekali
pada
tidak memungut biaya, maka honor
filsafat
theocentric,
yaitu
413 Model Pendidikan Karakter Berbasis Pendidikandi Pesantren
Edutech, Tahun 14, Vol.1, No.3, Oktober 2015
dan gaji para Kiyai, ustad dan guru
sebagai santri yang tunduk dan taat
tidak tahu dari mana bila menurut
pada aturan pesantren.
anak pendiri pesantren tersebut, tapi
4. Kesederhanaan
Pesantren Syekh Burhanuddin
ada saja, dan satu yang ditanamkan makan
menekankan pentingnya penampilan
jangan dipesantren tapi silakan kerja
sederhana sebagai salah satu nilai
atau ngajar ketempat lain untuk
luhur
memenuhi kebuthan hidup untuk istri
pedoman prilaku sehari-hari bagi
dan anaknya. Santri merasa wajib
seluruh
menghormati Kiyai dan ustadnya
Kesederhanaan yang dimaksudkan
serta saling menghargai sesamanya,
disini adalah, tidak tinggi hati dan
sebagai bagian perintah dari agama.
sombong pada santri lain walaupunn
Santri yakin bahwa dirinya tidak
dia dari golongan orang kaya, ada
akan menjadi orang berilmu tanpa
satu hal yang unik dari pengasuh
guru dan bantuan sesamanya.
pondok pesantren jika mereka mau
ayahnya
kalau
mencari
pesantren
dan
menjadi
santri/santriwati.
membeli mobil atau keperluan prabot
3. Kearifan
Pesantren Syekh Burhanuddin
rumah tangga, maka para pengasuh
menekankan pentingnya kearifan
pondok pesantren berdiskusi dengan
dalam
menyelenggarakan
santri/santriwati dan memberikan
pendidikan pesantren dan dalam
penerangan bahwa apa yang mereka
tingkah laku sehari-hari. Kearifan
beli memang adalah kebutuhan yang
yang
adalah
sangat mendesak sekali, misalnya
bersikap berlaku sabar, rendah hati,
mobil, dan akhirnya para santri
patuh pada ketentuan hukum agama,
menerimanya, atau kalau seandainya
mampu
dimaksud
disini
mencapai
tujuan
tanpa
mau menjual dan menganti mobil
lain,
dan
lain maka disini terjadi diskusi,
bagi
supaya jangan ada salah paham
kepentingan bersama, jika dilihat
dengan santri lain, hal ini sebenarnya
dari pesantren Syekh Burhanuddin
wajar, mengingat tidak ada sama
maka memberikan kebebasan pada
sekali biaya yang dikutip dari santri,
santri untuk membentuk jati dirinya
dari
merugikan
orang
mendatangkan
manfaat
uang
masuk,
414 Model Pendidikan Karakter Berbasis Pendidikandi Pesantren
makan,
Edutech, Tahun 14, Vol.1, No.3, Oktober 2015
penginapan, uang bulanan dan lain-
mereka juga saling menolong satu
lain.
sama lain, jika terlambat uang
5. Kolektivitas
kiriman dari uang tuanya, maka
Pesantren Syekh Burhanuddin
mereka berusaha bersama untuk
menekankan kebersamaan lebih tingi
membantu meringankan rekannya
dari
pribadi.
tersebut.,
pesantren berlaku
Bersama
pada
Dalam
kepentingan
dunia
pendapat
bahwa
“mengutamakan
Mengatur
Kegiatan
Kegiatan
bersama
yang
kepentingan orang banyak dari pada
dilakukan oleh para santri bisanya
kepentingan pribadi, tetapi dalam hal
bersifat
kewajiban
dilakukan
orang
harus
relatif
dan
oleh
mengikat,
santri
dengan
mendahulukan kewajiban diri sendiri
bimbingan ustad dan kiayai. Para
sebelum orang lain, sedang dalam hal
santri
memilih atau memutuskan sesuatu
kegiatan proses belajar mengajar
“santri harus memelihara hal-hal
terutama berkenaan dengan kegiatan
baik
kokurikurer,
yang
telah
ada,
dan
mengatur
hampir
dari
semua
pembentukan,
mengembangkan hal-hal yang baru
penyusunan sampai pelaksanaan dan
yang baik. Kedua nilai tetap berlaku,
pengembangannya,
dan
dan kamar tidur yang berukuran 2 x
mengatur
kegiataan,
peribadatan,
3 m ditempati dua atau tiga santri,
olah
raga
dan
keterampilan
kamar
tersebut
adalah
juga
kursus-kursus dan
sebagainya.
berdinding papan dan beralaskan
Selama kegiatan dan apa yang
papan, dan yang lebih uniknya
direncanakan
oleh
santri
tidak
bangunan kamar itu adalah dibangun
menyimpang
dari
Islam
dan
oleh santri tersebut dengan cara
ketentuan pesantren.
saling membantu, dan bangunan tersebut jika santri sudah selesai maka kepada
dengan
ikhlas
generasi
diberikan
6. Ukhuwah Diniyah
Kehidupan
diliputi
dengan
suasana persaudaraan yang akrab,
berikutnya,
persatuan
dan
gotong
royong,
sedangkan santriwati ada bangunan
sehingga
segala
khusus yang permanen yang telah
rasakan bersama dan kesulitan dapat
disiapkan pondok pesantern, dan
diatasi bersama. Hal ini dapat
kesenangan
415 Model Pendidikan Karakter Berbasis Pendidikandi Pesantren
di
Edutech, Tahun 14, Vol.1, No.3, Oktober 2015
terwujud karena keyakinan dan
Namun semua itu dilakukan dalam
pandangan hidup mereka sama,
batas-batas syari’at Islam.
bahwa manusia di ciptakan dan berada di bumi ini
tidak lain
Situasi kondisi
pembelajaran
terkontrol
dengan
tersebut
dapat
hanyalah untuk mengabdi kepada
diterapkan pada sekolah
sang kholik, yaitu Allah SWT.
(full-day school). Namun tidak semua
Sebagai
faktor
hamba
(mukmin)
yang
mereka
bersaudara
beriman
akan
dengan
merasa
sesama
dan
berbuat baik terhadap mereka.
dapat
dikontrol
sehingga beberapa penyesuaian harus dilakukan. Kondisi lain yang sangat berbeda dengan karakteristik ponpes
7. Kebebasan
adalah keteladanan yang ditunjukkan
Kebebasan adalah
lingkungan
penuh hari
yang
kebebasan
dimaksud segi
besar porsinya pada pendidikan di
kurikulum dan bebas secara politis.
ponpes, sedangkan aspek kognitif lebih
Kebebasan
kurikulum
dominan pada pendidikan umum (non-
berarti bahwa pondok Pesantren
pesantren). Besarnya aspek afektif dapat
Syekh Burhanuddin tidak terikat oleh
dilihat dari keikhlasan ustadz mengajar
kurikulum
Agama
dengan bayaran yang minim bahkan ada
Departemen
Pendidikan
yang mengajar secara sukarela (tidak
Sedangkan
kebebasan
maupun Nasional. secara
dari
dari
oleh kiyai/ustadz. Aspek afektif sangat
sisi
Departemen
politis
Pesantren
Syekh
dibayar).
Membentuk
siswa
yang
memiliki jiwa yang ikhlas merupakan
Burhanuddin merupakan lembaga
suatu
independen, tidak berafiliasi bahkan
sekolah formal yang tidak memiliki
terlibat pada salah satu pada partai
guru yang perhatian kepada siswa. Jadi
politik
tertentu.
untuk dapat menerapkan pendidikan
Dalam konteks santri, kebebasan di
karakter, pengelola sekolah ataupun
sini
pemerintah harus menetapkan standar
maupun
berarti
ormas
penanaman
sikap
permasalahan
tersendiri
di
demokratis. Mereka bebas berpikir,
khusus
bebas
mendapatkan guru yang memenuhi
dalam
hidupnya
menentukan
kelak
di
jalan
masyarakat,
optimis dalam menghadapi hidup ini.
dan
perekrutan
untuk
syarat. Ponpes salafiyah tidak memiliki kurikulum
yang
jelas,
416 Model Pendidikan Karakter Berbasis Pendidikandi Pesantren
sedangkan
Edutech, Tahun 14, Vol.1, No.3, Oktober 2015
ponpes modern memiliki kurikulum dan
seperti sholat dhuha dan sholat tahajud
standar
jelas.
serta puasa sunnah. 2) Jujur: kantin dan
Pembentukan karakter tidak dititipkan
koperasi biasanya dikelola oleh santri
dalam tiap pelajaran yang diberikan tapi
dengan bimbingan dari ustadz/ustadzah
dilakukan
dengan
yang bersangkutan. Transaksi di kantin
menerapkan aturan, keteladanan, dan
tersebut biasanya dilakukan sendiri
hal-hal lain yang dapat dijadikan model
yakni tanpa penjaga. Hal inilah yang
bagi pendidikan di sekolah umum.
melatih kejujuran dengan takut kepada
Pendidikan
membentuk
Allah atas dosa yang akan mereka dapat
manusia secara utuh (holistik) yang
jika tidak membayar secara jujur. Di
berkarakter,
pesantren juga terdapat buku laporan
pembelajaran
secara
aspek/potensi emosional,
yang
holistic
holistik
yaitu
mengembangkan
spiritual, potensi
potensi
tentang sholat berjamaah dan ibadah
intelektual
sunnah lainnya. Hal ini akan mendidik
(intelegensi & kreativitas), potensi
kejujuran
sosial, dan potensi jasmani siswa secara
ibadah karena takut pada Allah bukan
optimal. Kondisi ini berbeda dengan
takut
grand design pendidikan karakter yang
Kemandirian:
dicanangkan
Kemendiknas,
diajarkan
dimana pendidikan karakter dititipkan
santrinya,
pada masing-masing mata pelajaran.
menyangkut keperluan dirinya baik dari
oleh
santri
pada
dalam
aturan di
pesantren.
pesantren
kemandirian yakni
melakukan
dari
segala
3)
selalu para sesuatu
Pesantren menanamkan beberapa
makan dan pakaian akan diurus sendiri.
atribut karakter, diantaranya: 1) cinta
4) Kesederhanaan: di Pesantren hidup
terhadap Allah SWT, RasulNya dan
sederhana sangat diajarkan karena Allah
segenap ciptaanNya: Hal inilah yang
sangat membenci hal berlebihan. Di
menjadi
sekolah
pesantren mulai dari berpakaian, makan
umum dengan pesantren. Pesantren
dan minum dituntut untuk keserhanaan,
lebih menonjolkan agar para santrinya
tidak pandang bulu santri berasal dari
agar tidak melupakan siapa yang
kalangan ekonomi tinggi atau rendah di
menciptakannya yakni Allah SWT
pesantren semua disetarakan dan tidak
dengan mewajibkan baik ibadah wajib
ada perbedaan pelayanan dan aturan. 5)
ataupun sunnah yang mereka selalu
Disiplin: pesantren memiliki aturan
melakukan hal ini secara berjama’ah
yang lebih ketat dari pada sekolah
perbedaan
antara
417 Model Pendidikan Karakter Berbasis Pendidikandi Pesantren
Edutech, Tahun 14, Vol.1, No.3, Oktober 2015
umum. Aturan ini berlaku 24 jam. Mulai
(2000), “We can use the guiding
dari santri terbangun hingga tertidur
principles of character and conduct to
kembali ada
aturannya. Hal ini
make our school communities safer,
mendidik kedisiplinan tinggi dan belajar
better disciplined, and more welcoming
menghargai waktu karena pesantren
places to learn and work”.
sadar Allah pernah bersabda “demi
Berdasarkan best practices di
masa sesungguhnya manusia kerugian”.
beberapa ponpes yang diteliti, dapat
Jadi alangkah lebih baiknya jika waktu
dikembangkan
kita manfaatkan sedemikian rupa dalam
yang dapat diterapkan oleh lembaga
hal kebaikan. Best practices lain yang
pendidikan. Namun perlu dilakukan
diamati di beberapa ponpes adalah
beberapa
kegiatan kebersamaan melalui gotong
perbedaaan karakeristik pendidikan di
royong. Pada umumnya kegiatan di
sekolah umum dengan siswa yang lebih
ponpes dilakukan berdasarkan pada
rasional dengan pendidikan di pesantren
panca jiwa (keikhlasan, kesederhanaan,
yang memiliki iklim keteladanan dan
kebersamaan,
kepercayaan penuh kepada ustadz.
ukhuwah
islamiyah).
Disiplin
jugaditerapkan
pendidikan
di
desain
pembelajaran
penyesuaian,
mengingat
pada
Beberapa hal yang perlu diperhatikan
dengan
dalam pembentukan karakter pada
menetapkan jadwal kegiatan, aturan,
sekolah umum adalah knowing the
dan sanksi yang ketat. Disiplin sangat
good. Untuk membentuk karakter, anak
dibutuhkan
membentuk
tidak hanya sekedar tahu mengenai hal-
santri/siswa yang mampu bekerja keras
hal yang baik, namun mereka harus
(dengan gigih dan bersemangat), tentu
dapat
saja juga harus dilakukan secara cerdas
melakukan hal tersebut. Selama ini
(kognitif). Aspek disiplin juga akan
banyak orang yang tahu bahwa ini baik
membentuk
yang
dan itu buruk, namun mereka tidak tahu
bertanggung jawab dalam melakukan
apa alasannya melakukan hal yang baik
aktivitas dan gigih dalam berupaya
dan meninggalkan hal-hal yang tidak
mencapai sesuatu yang diinginkan.
baik. Jadi masih ada gap antara knowing
Tentu saja, aspek disiplin ini perlu
dan acting. Pada pendidikan di sekolah
dilatih dengan membuat peraturan yang
umum, siswa sebaiknya memahami
harus dipatuhi, sesuai pernyataan Stein
pentingnya memiliki atribut karakter
pesantren
untuk
karakter
siswa
memahami
kenapa
418 Model Pendidikan Karakter Berbasis Pendidikandi Pesantren
perlu
Edutech, Tahun 14, Vol.1, No.3, Oktober 2015
dan
menyadari
bagi
maka sifat empati, toleransi, peduli, dan
kehidupan di masyarakat.Tahapan yang
gotong royong akan terbentuk pada
diajukan dalam teori adalah sebagai
kepribadian
berikut: Curiousity (timbulkan rasa
emotional quotient (EQ) yang dilandasi
ingin
(ajak
oleh kasih sayang kepada sesama
berdiskusi), Planning (apa yang akan
manusia sangat perlu dilakukan sejak
dilakukan), Action (anak melakukan
dini untuk mengantisipasi maraknya
rencana yang disusun), dan Reflection
perpecahan dan konflik di kalangan
(anak mengevaluasi apa yang telah ia
masyarakat.
lakukan).
Untuk membentuk disiplin
mengatakan, “Without a sense of caring
perlu dibuat beberapa aturan dan jadwal
there can be no sense of community”.
kegiatan yang harus dipatuhi oleh siswa,
Untuk membentuk masysrakat madani,
kemudian
perlu
tentang
tahu
manfaatnya
anak),
siswa
Share
diajak
aturan/tata
berdiskusi
Peningkatan
Stevenson
dilakukan
pendidikan
(2006)
yang
beserta
membangun individu yang senantiasa
sanksinya, siswa juga perlu diajak
ikhlas membantu orang lain dan tepa
bertukar pikiran tentang tujuan dan
selira. Pembentukan karakter ikhlas
manfaat pelaksanaan kegiatan. Integrasi
sebenarnya termasuk dalam spiritual
pembentukan
quotient (SQ), namun sangat perlu
disiplin
tertib
siswa.
dalam
mata
pelajaran adalah penuntasan tugas yang
dikaitkan
diberikan secara bertanggung jawab
membantu orang lain dengan menolong
dengan rencana kerja yang jelas. Dalam
tanpa pamrih dan tidak mengingat
kasus ini siswa diminta membuat
kebaikan diri sendiri jika menolong
refleksi tentang apa yang mereka
orang lain. Sekolah perlu menciptakan
lakukan dan kendala yang ditemui
kegiatan yang membina kepribadian
dalam
siswa dalam membantu orang lain.
menyelesaikan
tugas
atau
kegiatan yang diberikan oleh guru. Atribut karakter lain yang perlu dikembangkan
dan
sangat
dengan
ketulusan
dalam
Pada penelitian ini ditemukan bahwa aktivitas santri senior membantu santri
terkait
yunior dapat dicontoh sebagai model
dengan karakter kebangsaan adalah
pembelajaran untuk membina karakter
kemauan dan kemampuan membantu
tolong menolong. Hal tersebut sejalan
orang lain. Dengan membiasakan siswa
dengan pendapat Miller (2009), “The
membantu orang lain secara ikhlas,
result, one hopes, will be middle
419 Model Pendidikan Karakter Berbasis Pendidikandi Pesantren
Edutech, Tahun 14, Vol.1, No.3, Oktober 2015
schools,
high
schools,
and
penelitian ini, atribut karakter yang
neighborhoods in which young people
paling penting untuk dibentuk adalah
care about one another and work with
kejujuran, disiplin, dan saling tolong
their classmates and neighbors to
menolong.
develop team spirit”. Karakter tolong
Untuk
merealisasikan
dan
menolong yang berakar dari kepedulian
mengembangkan pendidikan karakter
terhadap orang lain merupakan karakter
nasional bangsa ada beberapa hal yang
yang dibutuhkan dalam membentuk
memerlukan perhatian pemerintah dan
seorang
masyarakat:
seperti
siswa
menjadi
dideskripsikan
pemimpin, oleh
yang
pertama
adalah
Klaan
penyiapan lembaga pendidikan yang
(2007) tentang pemimpin yang baik:
berkualitas, kedua adalah penyiapan
“…. good leader you have known and
tenaga pendidik terutama para kepala
mentally assigned words and concepts
sekolah yang mempunyai kapabilitas
like competent, trustworthy, positive,
serta integritas kepribadian tinggi dan
dependable, cared about people, or kept
yang
us informed”. Untuk dapat membentuk
lingkungan
yang
kondusif
karakter kepemimpinan yang peduli,
pendidikan
karakter
anak
maka perlu dilatihkan kebiasaan dan
Pertama
kemampuan
pendidikan yang berkualitas. Lembaga
memecahkan
permasalahan
masyarakat
sekitar,
ketiga
adalah
penciptaan
penyiapan
bagi bangsa.
lembaga
pendidikan yang mempunyai orientasi
sesuai dengan saran Baptiste (2009),
character
“Being a leader means first identifying
pendidikan
yang
integral,
a problem and then finding ways to
mengembangkan dan
meningkatkan
solve that problem”.
potensi anak didik dalam segala aspek
C. SIMPULAN
kemanusiannya.
Pembentukan dilakukan
di
karakter sekolah
mempertimbangkan
interaksi
building,
mementingkan
Pendidikan
yang
harus
berbasis nilai, melakukan transformasi
dengan
kepribadian, akhlak, tingkah laku, pola
siswa
fikir
dan
sikap.
Bukan
hanya
terhadap lingkungan (keluarga dan
mentransfer informasi dan pengetahuan
masyarakat). Oleh sebab itu pendidikan
semata
karakter harus dilakukan secara holistik
melalaikan
secara
spikomotorik.
terprogram.
Berdasarkan
(aspek
kognitif)
aspek
afektif
Kedua
420 Model Pendidikan Karakter Berbasis Pendidikandi Pesantren
dengan dan
menyiapkan
Edutech, Tahun 14, Vol.1, No.3, Oktober 2015
tenaga pendidik terutama kepala-kepala
sekolah mencakup misi pengembangan
sekolah
untuk
karakter siswa, b) penetapan keharusan
merealisasikan tujuan yang ditargetkan.
bagi sekolah untuk membuat dan
Tenaga pendidik merupakan ujung
melaksanakan program pengembangan
tombak
karakter
yang
bagi
handal
keberhasilan
tujuan
(terutama:
tolong
pendidikan. Tenaga pendidik dan kepala
menolong,
sekolah
secara holistik dengan melibatkan orang
yang
mencintai
tugasnya,
dan
jujur,
mempunyai ruh dan semangat idealisme
tua
tinggi, berdedikasi dan mempunyai
pengontrolan oleh semua guru, c)
integritas moral tangguh, mempunyai
penetapan
kecakapan
disiplin dan keteladanan di lingkungan
menejerial
dan
mampu
menjadi teladan dalam segala hal bagi anak
didiknya.
Mereka
dan
bertanggungjawab)
masyarakat
keharusan
dengan
menegakkan
sekolah.
harus
dipersiapkan sedemikian rupa agar
D. DAFTAR PUSTAKA
mampu
Arthur, James. (2003). Education with
menyesuaikan diri dengan
perubahan-perubahan
yang
terjadi
dengan senantiasa meningkatkan diri dan
memperbaharui
(refresh/up-date),
pengetahuan
bersikap
terbuka
terhadap hal-hal baru (open mind) dan bersikap bersedia membantu (helpful). Diperlukan
stabilitas
Character,
New
York:
Routledge-Falmer. Baptiste, Tracey. (2009). Being a leader and making decisions, New York: Infobase Publishing Kessler, Rachael. (2000). The Soul of
nasional,
Education: Helping Student to
dukungan keluarga, masyarakat, LSM
Find Connection, Compassion,
maupun lembaga lain merupakan pilar-
and
pilar pendukung bagi keberlangsungan
Alexandria: ASCD.
iklim pendidikan yang produktif dan
Klann,
Character
Gene.
at
(2007).
School,
Building
berdampak positif bagi terciptanya
character:
karakter bangsa peserta didik. Pusat
heart of good leadership, San
penelitian
kebijakan
Fransisco: John Wiley and Sons
membuat
usulan
seharusnya
strengthening
the
pengembangan
Lickona, T. (1991). Educating for
kebijakan kepada pemerintah berupa: a)
Character: How Our Schools Can
penetapan keharusan pencanangan misi
421 Model Pendidikan Karakter Berbasis Pendidikandi Pesantren
Edutech, Tahun 14, Vol.1, No.3, Oktober 2015
Teach Respect and Responsibility, New York: Bantam Miller,
Marie-Therese.
Stein, Rita Prager. (2000). Connecting character to conduct : helping
(2009).
Managing Responsibilities, New York: Infobase Publishing Rich, Dorothy. (2008). Megaskills:
students do the right things, Alexandria: ASCD. Stevenson,
Nancy.
(2006).
Young
Person’s Character Education
Building your child's happiness
Handbook,
Indianapolis:
and success in school and life,
Publishing, Inc.
Illinois: Sourcebooks, Inc.
422 Model Pendidikan Karakter Berbasis Pendidikandi Pesantren
JIST