Pada jaman dahulu kala, di sebuah desa nelayan di pesisir Sumatra, hiduplah sebuah keluarga miskin. Mereka terdiri dari seorang ayah, ibu dan anak laki-laki. Begitu miskinnya mereka, gubuk tempat tinggalnya yang terbuat dari daun dan pelepah nipah, bergoyang-goyang
Timun Mas
Pada zaman dahulu, hiduplah sepasang suami istri petani. Mereka tinggal di sebuah desa di dekat hutan. Mereka hidup bahagia. Sayangnya mereka belum saja dikaruniai seorang anak pun. Setiap hari mereka berdoa
<span>
Halaman Lain
Kumpulan Video Dongeng
Kunjungi juga halaman yang memuat banyak sekali kumpulan video dongeng
Pada jaman dahulu kala, di sebuah desa nelayan di pesisir Sumatra, hiduplah sebuah keluarga miskin. Mereka terdiri dari seorang ayah, ibu dan anak laki-laki. Begitu miskinnya mereka, gubuk tempat tinggalnya yang terbuat dari daun dan pelepah nipah, bergoyang-goyang
Timun Mas
Pada zaman dahulu, hiduplah sepasang suami istri petani. Mereka tinggal di sebuah desa di dekat hutan. Mereka hidup bahagia. Sayangnya mereka belum saja dikaruniai seorang anak pun. Setiap hari mereka berdoa
<span>
Halaman Lain
Kumpulan Video Dongeng
Kunjungi juga halaman yang memuat banyak sekali kumpulan video dongeng
Pada jaman dahulu kala, di sebuah desa nelayan di pesisir Sumatra, hiduplah sebuah keluarga miskin. Mereka terdiri dari seorang ayah, ibu dan anak laki-laki. Begitu miskinnya mereka, gubuk tempat tinggalnya yang terbuat dari daun dan pelepah nipah, bergoyang-goyang
Keong Mas
Raja Kertamarta adalah raja dari Kerajaan Daha. Raja mempunyai 2 orang putri, namanya Dewi Galuh dan Candra Kirana yang
Di sebuah Perguruan Tinggi Ilmu Keperawatan, ada seorang gadis yang berumur masih begitu muda bernama Marya. Anak perantauan yang bersekolah di luar kota karena mendapat beasiswa. Dia berasal dari keluarga yang bisa di bilang
Asal Usul Pelangi
Dahulu kala disebuah desa, tinggallah 7 orang putri yang merupakan anak kepala desa. Masing-masing namanya yaitu Merah, Jingga, Kuning, Hijau, Biru, Nila, dan Ungu. Mereka cantik, namun tidak
<span>
Halaman Lain
Kumpulan Video Dongeng
Kunjungi juga halaman yang memuat banyak sekali kumpulan video dongeng
Pada jaman dahulu kala, di sebuah desa nelayan di pesisir Sumatra, hiduplah sebuah keluarga miskin. Mereka terdiri dari seorang ayah, ibu dan anak laki-laki. Begitu miskinnya mereka, gubuk tempat tinggalnya yang terbuat dari daun dan pelepah nipah, bergoyang-goyang tertiup angin. Pakaian mereka compang-camping. Badan mereka kurus kering karena kurang makan. Malin Kundang, demikian nama anak laki-laki itu. Ia sebenarnya anak yang tampan, cerdas dan tangkas. Hanya saja, tubuhnya yang kurus dan balutan baju yang buruk membuatnya tampak sangat jelek dalam pandangan mata. Malin Kundang mempunyai bekas luka di siku tangan kanannya. Bekas luka itu cukup besar sehingga sangat mudah terlihat. Ia pernah terjatuh sewaktu mengejar anak-anak ayam tetangga dan terluka akibat terjerembab di atas batu.
Menyadari akan kemiskinan mereka, ayah Malin Kundang pergi merantau untuk mendapatkan kehidupan dan pekerjaan yang lebih layak. Akan tetapi berbilang hari, bulan, dan tahun, ayah Malin Kundang tak pernah kembali. Tinggal ibu dan anak yang malang. Ibu Si Malin Kundang telah melupakan ayah Malin Kundang.
Ia bekerja membanting tulang untuk mengisi perut mereka. Pekerjaan apapun dilakukan asalkan halal. Perempuan itu sangat menyayangi Malin Kundang. Bertahun-tahun mereka lewati, kini Malin Kundang sudah beranjak remaja. Si Malin Kundang kini sudah mulai bisa bekerja dan membantu ibunya mencari nafkah. Ketampanan, kecerdasan dan ketangkasannya memikat banyak orang. Balutan baju buruk bertambal-tambal tidak lagi dapat menutupi pesonanya. Hingga, suatu hari seorang nakhoda kaya raya bersandar di pantai di kampung nelayan itu. Ia mengajak Malin Kundang untuk ikut berlayar bersamanya. Dengan berat hati ibu Malin Kundang melepaskan kepergian anaknya. Ia hanya mengharapkan anaknya itu selalu ingat padanya dan kampung halamannya jika telah sukses merantau dalam pelayarannya. Singkat cerita, ikutlah Malin Kundang berlayar dalam kapal besar itu. Ia dengan cepat menjadi orang kepercayaan dan kesayangan nakhoda kaya. Semua suka padanya. Ia cepat belajar dan bertumbuh menjadi lelaki dewasa yang kuat. Pada suatu pelayaran mereka, kapal itu diserang perompak yang amat ganas. Nakhoda dan semua awak kapal terbunuh. Barang-barang berharga dan bermacam perhiasan dirampas. Untung nasib, para bajak laut itu tak menyadari Malin Kundang yang bersembunyi dalam suatu lubang sempit di dalam kapal. Tak ada barang apapun yang disisakan di kapal itu saat para perompak meninggalkan dan menenggelamkannya. Berhari-hari Malin Kundang terkatung-katung di tengah samudra hingga akhirnya terdampar di sebuah desa yang sangat kaya. Desa itu sangat subur dan pelabuhannya sangat maju. Di desa ini Malin Kundang ditolong orang-orang desa. Ia kemudian memulai hidup baru dengan bekerja. Dengan cepat ia disukai banyak orang. Ia dengan cepat pula menjadi saudagar yang kaya raya. Rupanya, kecerdasan, ketampanan, dan ketangkasan serta pengalaman hidupnya yang banyak telah mengantarkannya kepada kesuksesan. Ia kemudian menikah dengan seorang putri saudagar yang kaya. Saudagar itu memiliki banyak kapal-kapal besar untuk urusan perdagangannya. Malin Kundang bersama istrinya yang cantik jelita kemudian sering bepergian dalam urusan perniagaan.
klik disiniDi kampung halamannya, berita tentang keberhasilan Malin Kundang telah sering didengar oleh ibunya yang kini telah menjadi tua dan renta. Perempuan tua itu sangat merindukan anaknya. Ia yakin suatu saat anaknya yang gagah dan kaya itu akan menjemputnya. Setiap sore ia menantikan Malin Kundang di dermaga. Ia berharap Malin Kundang akan menjemputnya. Pada suatu sore yang tenang, sebuah kapal besar merapat ke dermaga tempat di mana ibu Malin Kundang duduk setia menanti. Ketika si saudagar kaya pemilik kapal dan dan istrinya keluar berdiri di haluan kapal, yakinlah ibu Malin Kundang bahwa saudagar kaya itu adalah anaknya. Baju yang indah dan segala perhiasan yang menempel di tubuh anaknya itu tidak membutakan matanya. Ia masih dapat mengenali Malin Kundang. Perempuan tua itu semakin yakin ketika ia melihat bekas luka di tangan anaknya itu. Luka bekas terjatuh ketika Malin Kundang mengejar anak-anak ayam. Ibu Malin Kundang langsung memeluk anaknya ketika saudagar itu turun dari kapal bersama istrinya. Ia mengucapkan kegembiraannya bahwa Malin Kundang anaknya telah menjadi orang yang berhasil dalam perantauan.
Di kampung halamannya, berita tentang keberhasilan Malin Kundang telah sering didengar oleh ibunya yang kini telah menjadi tua dan renta. Perempuan tua itu sangat merindukan anaknya. Ia yakin suatu saat anaknya yang gagah dan kaya itu akan menjemputnya. Setiap sore ia menantikan Malin Kundang di dermaga. Ia berharap Malin Kundang akan menjemputnya. Pada suatu sore yang tenang, sebuah kapal besar merapat ke dermaga tempat di mana ibu Malin Kundang duduk setia menanti. Ketika si saudagar kaya pemilik kapal dan dan istrinya keluar berdiri di haluan kapal, yakinlah ibu Malin Kundang bahwa saudagar kaya itu adalah anaknya. Baju yang indah dan segala perhiasan yang menempel di tubuh anaknya itu tidak membutakan matanya. Ia masih dapat mengenali Malin Kundang. Perempuan tua itu semakin yakin ketika ia melihat bekas luka di tangan anaknya itu. Luka bekas terjatuh ketika Malin Kundang mengejar anak-anak ayam. Ibu Malin Kundang langsung memeluk anaknya ketika saudagar itu turun dari kapal bersama istrinya. Ia mengucapkan kegembiraannya
bahwa Malin Kundang anaknya telah menjadi orang yang berhasil dalam perantauan. Akan tetapi, sungguh di luar dugaan ibunya. Malin Kundang merasa malu memiliki ibu yang tua renta dengan baju yang buruk compangcamping. Di hadapan istrinya, ia mengatakan bahwa ia bukanlah anak dari perempuan tua itu. Sungguh amat terluka hati ibu Malin Kundang. Anak satu-satunya yang sangat disayanginya itu telah menyakitinya. Ia berusaha meyakinkan Malin Kundang bahwa ia memang ibunya.
Tetapi Malin Kundang yang hanya karena perasaan malu mempunyai ibu yang buruk rupa terus berusaha menyanggah. Ia bahkan menjadi marah. Malin Kundang membentak dan mendorong ibunya hingga terjatuh ke tanah. Akhirnya, perempuan tua itu menyerah. Sambil menangis Ia menadahkan tangan dan berdoa. “Ya Allah, jadikanlah anak durhaka ini sebagai kisah untuk pelajaran berharga di masa datang. Jadikanlah ia batu karena telah durhaka kepada ibu kandungnya sendiri.”
Si Malin Kundang yang kesal dan marah segera mengajak istrinya naik ke kapal. Mereka segera mengangkat sauh dan berlayar. Tetapi hanya sekejap, badai datang menerjang. Ombak samudra bergulunggulung. Kapal Malin Kundang yang besar dan kuat diombangambingkan, hingga pecah terbelah. Malin Kundang jatuh ke laut dan terdampar di pantai. Ia berusaha meminta ampun kepada ibunya, tetapi kutukan telah datang. Ketika ia bersimpuh, petir menyambar. Semua telah terlambat. Malin Kundang berubah menjadi batu. Ia menjadi pelajaran bagi siapapun yang durhaka kepada ibu.
<span>
Halaman Lain
Kumpulan Video Dongeng
Kunjungi juga halaman yang memuat banyak sekali kumpulan
Pada zaman dahulu, hiduplah sepasang suami istri petani. Mereka tinggal di sebuah desa di dekat hutan. Mereka hidup bahagia. Sayangnya mereka belum saja dikaruniai seorang anak pun. Setiap hari mereka berdoa pada Yang Maha Kuasa. Mereka berdoa agar segera diberi seorang anak. Suatu hari seorang raksasa melewati tempat tinggal mereka. Raksasa itu mendengar doa suami istri itu. Raksasa itu kemudian memberi mereka biji mentimun.
“Tanamlah biji ini. Nanti kau akan mendapatkan seorang anak perempuan,” kata Raksasa. “Terima kasih, Raksasa,” kata suami istri itu. “Tapi ada syaratnya. Pada usia 17 tahun anak itu harus kalian serahkan padaku,” sahut Raksasa. Suami istri itu sangat merindukan seorang anak. Karena itu tanpa berpikir panjang mereka setuju. Suami istri petani itu kemudian menanam biji-biji mentimun itu. Setiap hari mereka merawat tanaman yang mulai tumbuh itu dengan sebaik mungkin. Berbulan-bulan kemudian tumbuhlah sebuah mentimun berwarna keemasan.”
Buah mentimun itu semakin lama semakin besar dan berat. Ketika buah itu masak, mereka memetiknya. Dengan hati-hati mereka memotong buah itu. Betapa terkejutnya mereka, di dalam buah itu mereka menemukan bayi perempuan yang sangat cantik. Suami istri itu sangat bahagia. Mereka memberi nama bayi itu Timun Mas. Tahun demi tahun berlalu. Timun Mas tumbuh menjadi gadis yang cantik. Kedua orang tuanya sangat bangga padanya. Tapi mereka menjadi sangat takut. Karena pada ulang tahun Timun Mas yang ke-17, sang raksasa datang kembali. Raksasa itu menangih janji untuk mengambil Timun Mas. Petani itu mencoba tenang. “Tunggulah sebentar. Timun Mas sedang bermain. Istriku akan memanggilnya,” katanya. Petani itu segera menemui anaknya. “Anakkku, ambillah ini,” katanya sambil menyerahkan sebuah kantung kain. “Ini akan menolongmu melawan Raksasa. Sekarang larilah secepat mungkin,” katanya. Maka Timun Mas pun segera melarikan diri. Suami istri itu sedih atas kepergian Timun Mas. Tapi mereka tidak rela kalau anaknya menjadi santapan Raksasa. Raksasa menunggu cukup lama. Ia menjadi tak sabar. Ia tahu, telah dibohongi suami istri itu. Lalu ia pun menghancurkan pondok petani itu. Lalu ia mengejar Timun Mas ke hutan.”
Raksasa segera berlari mengejar Timun Mas. Raksasa semakin dekat. Timun Mas segera mengambil segenggam garam dari kantung kainnya. Lalu garam itu ditaburkan ke arah Raksasa. Tiba-tiba sebuah laut yang luas pun terhampar. Raksasa terpaksa berenang dengan susah payah. Timun Mas berlari lagi. Tapi kemudian Raksasa hampir
berhasil menyusulnya. Timun Mas kembali mengambil benda ajaib dari kantungnya. Ia mengambil segenggam cabai. Cabai itu dilemparnya ke arah raksasa. Seketika pohon dengan ranting dan duri yang tajam memerangkap Raksasa. Raksasa berteriak kesakitan. Sementara Timun Mas berlari menyelamatkan diri. Tapi Raksasa sungguh kuat. Ia lagi-lagi hampir menangkap Timun Mas. Maka Timun Mas pun mengeluarkan benda ajaib ketiga. Ia menebarkan biji-biji mentimun ajaib. Seketika tumbuhlah kebun mentimun yang sangat luas. Raksasa sangat letih dan kelaparan. Ia pun makan mentimun-mentimun yang segar itu dengan lahap. Karena terlalu banyak makan, Raksasa tertidur. Timun Mas kembali melarikan diri. Ia berlari sekuat tenaga. Tapi lama kelamaan tenaganya habis. Lebih celaka lagi karena Raksasa terbangun dari tidurnya. Raksasa lagi-lagi hampir menangkapnya. Timun Mas sangat ketakutan. Ia pun melemparkan senjatanya yang terakhir, segenggam terasi udang. Lagi-lagi terjadi keajaiban. Sebuah danau lumpur yang luas terhampar. Raksasa terjerembab ke dalamnya. Tangannya hampir menggapai Timun Mas. Tapi danau lumpur itu menariknya ke dasar. Raksasa panik. Ia tak bisa bernapas, lalu tenggelam. Timun Mas lega. Ia telah selamat. Timun Mas pun kembali ke rumah orang tuanya. Ayah dan Ibu Timun Mas senang sekali melihat Timun Mas selamat. Mereka menyambutnya. “Terima Kasih, Tuhan. Kau telah menyelamatkan anakku,” kata mereka gembira. Sejak saat itu Timun Mas dapat hidup tenang bersama orang tuanya. Mereka dapat hidup bahagia tanpa ketakutan lagi.
Pada suatu hari, Kancil merasa sangat lapar. Dia berjalan kesana-kemari, tetapi tidak mendapatkan makanan. Ketika hari sudah sore, Kancil melihat Kera sedang asyik makan pisang di atas pohon. Nikmat betul kelihatannya. Kancil ingin sekali menikmati pisang itu. Akan tetapi, bagaimana caranya mengambil pisang itu? Memanjat pohon, ia tidak bisa. “Meminta pada Kera, pasti ia tidak memberi. Kera itu kan pelit.” Kancil mencari akal. Kancil pun menemukan akal. Ia melempari Kera dengan batu-batu kecil. Mula-mula Kera tidak peduli. Kancil tidak berputus asa. Kancil terus melempari Kera. Ia
berusaha agar Kera marah. Lama-kelamaan Kera menjadi kesal dan marah. Ia balik melempari Kancil. Mula-mula Kera melempar dengan kulit pisang. Setelah kulit pisang habis, Kera melempari Kancil dengan buah pisang. Kancil pura-pura kesakitan. Kera semakin bersemangat melempar hingga semua pisang dilempari ke arah Kancil. Kera merasa puas kemudian meninggalkan pohon itu. Akal Kancil berhasil. Setelah Kera pergi, Kancil mulai mengumpulkan pisang yang berserakan. Dimakannya pisang-pisang itu dengan santai. “Hmmm… enak sekali”
Raja Kertamarta adalah raja dari Kerajaan Daha. Raja mempunyai 2 orang putri, namanya Dewi Galuh dan Candra Kirana yang cantik dan baik. Candra kirana sudah ditunangkan oleh putra mahkota Kerajaan Kahuripan yaitu Raden Inu Kertapati yang baik dan bijaksana. Tapi saudara kandung Candra Kirana yaitu Galuh Ajeng sangat iri pada Candra kirana, karena Galuh Ajeng menaruh hati pada Raden Inu kemudian Galuh Ajeng menemui nenek sihir untuk mengutuk candra kirana. Dia juga memfitnahnya sehingga candra kirana diusir dari Istana ketika candra kirana berjalan menyusuri pantai, nenek sihirpun muncul dan menyihirnya menjadi keong emas dan membuangnya kelaut. Tapi sihirnya akan hilang bila keong emas berjumpa dengan tunangannya. Suatu hari seorang nenek sedang mencari ikan dengan jala, dan keong emas terangkut. Keong Emas dibawanya pulang dan ditaruh di tempayan. Besoknya nenek itu mencari ikan lagi dilaut tetapi tak seekorpun didapat. Tapi ketika ia sampai digubuknya ia kaget karena sudah tersedia masakan yang enak-enak. Sinenek bertanya-tanya siapa yang memgirim masakan ini. Begitu pula hari-hari berikutnya sinenek menjalani kejadian serupa, keesokan paginya nenek pura-pura kelaut ia mengintip apa yang terjadi,
ternyata keong emas berubah menjadi gadis cantik langsung memasak, kemudian nenek menegurnya ” siapa gerangan kamu putri yang cantik ? ” Aku adalah putri kerajaan Daha yang disihir menjadi keong emas oleh saudaraku karena ia iri kepadaku ” kata keong emas, kemudian candra kirana berubah kembali menjadi keong emas. Nenek itu tertegun melihatnya. Sementara pangeran Inu Kertapati tak mau diam saja ketika tahu
candra kirana menghilang. Iapun mencarinya dengan cara menyamar menjadi rakyat biasa. Nenek sihirpun akhirnya tahu dan mengubah dirinya menjadi gagak untuk mencelakakan Raden Inu Kertapati. Raden Inu Kertapati Kaget sekali melihat burung gagak yang bisa berbicara dan mengetahui tujuannya. Ia menganggap burung gagak itu sakti dan menurutinya padahal raden Inu diberikan arah yang salah. Diperjalanan Raden Inu bertemu dengan seorang kakek yang sedang kelaparan, diberinya kakek itu makan. Ternyata kakek adalah orang sakti yang baik Ia menolong Raden Inu dari burung gagak itu. Kakek itu memukul burung gagak dengan tongkatnya, dan burung itu menjadi asap. Akhirnya Raden Inu diberitahu dimana Candra Kirana berada, disuruhnya raden itu pergi kedesa dadapan. Setelah berjalan berhari-hari sampailah ia kedesa Dadapan Ia menghampiri sebuah gubuk yang dilihatnya untuk meminta seteguk air karena perbekalannya sudah habis. Tapi ternyata ia sangat terkejut, karena dari balik jendela ia melihatnya tunangannya sedang memasak. Akhirnya sihirnya pun hilang karena perjumpaan dengan Raden Inu. Tetapi pada saat itu muncul nenek pemilik gubuk itu dan putri Candra Kirana memperkenalkan Raden Inu pada nenek. Akhirnya Raden Inu memboyong tunangannya keistana, dan Candra Kirana menceritakan perbuatan Galuh Ajeng pada Baginda Kertamarta. Baginda minta maaf kepada Candra Kirana dan sebaliknya. Galuh Ajeng mendapat hukuman yang setimpal. Karena takut Galuh Ajeng melarikan diri kehutan, kemudian ia terperosok dan jatuh kedalam jurang. Akhirnya pernikahan Candra kirana dan Raden Inu Kertapatipun berlangsung. Mereka memboyong nenek dadapan yang baik hati itu keistana dan mereka hidup bahagia.
Disebuah bukit yang jauh dari desa, didaerah Kalimantan hiduplah seorang janda miskin dan seorang anak gadisnya. Anak gadis janda itu sangat cantik jelita. Namun sayang, ia mempunyai prilaku yang amat buruk. Gadis itu amat pemalas, tak pernah membantu ibunya melakukan pekerjaan-pekerjaan rumah. Kerjanya hanya bersolek setiap hari. Selain pemalas, anak gadis itu sikapnya manja sekali. Segala permintaannya harus dituruti. Setiap kali ia meminta sesuatu kepada ibunya harus dikabulkan, tanpa memperdulikan keadaan ibunya yang miskin, setiap hari harus membanting tulang mencari sesuap
nasi. Pada suatu hari anak gadis itu diajak ibunya turun ke desa untuk berbelanja. Letak pasar desa itu amat jauh, sehingga mereka harus berjalan kaki yang cukup melelahkan. Anak gadis itu berjalan melenggang dengan memakai pakaian yang bagus dan bersolek agar orang dijalan yang melihatnya nanti akan mengagumi kecantikannya. Sementara ibunya berjalan dibelakang sambil membawa keranjang dengan pakaian sangat dekil. Karena mereka hidup ditempat terpencil, tak seorangpun mengetahui bahwa kedua perempuan yang berjalan itu adalah ibu dan anak. Ketika mereka mulai memasuki desa, orang-orang desa memandangi mereka. Mereka begitu terpesona melihat kecantikan anak gadis itu, terutama para pemuda desa yang tak puas-puasnya memandang wajah gadis itu. Namun ketika melihat orang yang berjalan dibelakang gadis itu, sungguh kontras keadaannya. Hal itu membuat orang bertanya-tanya.
Di antara orang yang melihatnya itu, seorang pemuda mendekati dan bertanya kepada gadis itu, "Hai, gadis cantik. Apakah yang berjalan dibelakang itu ibumu?" Namun, apa jawaban anak gadis itu ? "Bukan," katanya dengan angkuh. "Ia adalah pembantuku !" Kedua ibu dan anak itu kemudian meneruskan perjalanan. Tak seberapa jauh, mendekati lagi seorang pemuda dan bertanya kepada anak gadis itu. "Hai, manis. Apakah yang berjalan dibelakangmu itu ibumu?" "Bukan, bukan," jawab gadis itu dengan mendongakkan kepalanya. " Ia adalah budakk!" Begitulah setiap gadis itu bertemu dengan seseorang disepanjang jalan yang menanyakan perihal ibunya, selalu jawabannya itu. Ibunya diperlakukan sebagai pembantu atau budaknya. Pada mulanya mendengar jawaban putrinya yang durhaka jika ditanya orang, si ibu masih dapat menahan diri. Namun setelah berulang kali didengarnya jawabannya sama dan yang amat menyakitkan hati, akhirnya si ibu yang malang itu tak dapat menahan diri. Si ibu berdoa. "Ya Tuhan, hamba tak kuat menahan hinaan ini. Anak kandung hamba begitu teganya memperlakukan diri hamba sedemikian rupa. Ya, tuhan hukumlah anak durhaka ini ! Hukumlah dia...."
Atas kekuasaan Tuhan Yang Maha Esa, perlahan-lahan tubuh gadis durhaka itu berubah menjadi batu. Perubahan itu dimulai dari kaki. Ketika perubahan itu telah mencapai setengah badan, anak gadis itu menangis memohon ampun kepada ibunya. " Oh, Ibu..ibu..ampunilah saya, ampunilah kedurhakaan anakmu selama ini. Ibu...Ibu...ampunilah anakmu.." Anak gadis itu terus meratap dan menangis memohon kepada ibunya. Akan tetapi, semuanya telah terlambat. Seluruh tubuh gadis itu akhirnya berubah menjadi batu. Sekalipun menjadi batu, namun orang dapat melihat bahwa kedua matanya masih menitikkan air mata, seperti sedang menangis. Oleh karena itu, batu yang berasal dari gadis yang mendapat kutukan ibunya itu disebut " Batu Menangis ". Demikianlah cerita berbentuk legenda ini, yang oleh masyarakat setempat dipercaya bahwa kisah itu benar-benar pernah terjadi. Barang siapa yang mendurhakai ibu kandung yang telah melahirkan dan membesarkannya, pasti perbuatan laknatnya itu akan mendapat hukuman dari Tuhan Yang Maha Kuasa.
Kisah ini bermula dari seorang dewa dan seorang dewi yang karena kesalahan yang dibuatnya di kayangan, akhirnya harus menjalani hukuman di dunia. Keduanya dihukum untuk berbuat kebaikan dalam hidupnya di bumi dalam bentuk seekor babi hutan dan seekor anjing. Babi hutan jelmaan dewi itu bernama Wayung Hyang, sedangkan anjing jelmaan dewa itu bernama Tumang. Wayung Hyang karena dihukum sebagai babi hutan atau celeng, maka ia berusaha melakukan berbagai kebaikan di dalam sebuah hutan. Sementara Tumang, sang anjing jelmaan dewa itu mengabdi sebagai anjing pemburu pada seorang raja yang bernama Sumbing Perbangkara. Pada suatu hari, raja Sumbing Perbangkara berburu ke hutan di tepi kerajaan. Di suatu tempat yang dekat dengan tempat tinggal babi hutan Wayung Hyang, Sumbing Perbangkara ingin sekali kencing. Ia kemudian kencing dan tanpa sengaja, tertampung dalam sebuah batok kelapa. Selang beberapa saat, babi hutan Wayung Hyang yang sedang kehausan kemudian meminum air kencing Sumbing Perbangkara. Siapa sangka, Wayung Hyang akhirnya hamil. Sumbing Perbangkara yang pada dasarnya memang suka berburu kembali ke hutan tersebut setelah berbilang bulan, tepat saat Wayung Hyang melahirkan seorang bayi perempuan yang sangat cantik. Sumbing Perbangkara yang berburu kijang mendengar suara tangisan bayi. Ditemani anjing pemburunya Tumang, ia akhirnya menemukan bayi perempuan yang tak lain adalah anaknya sendiri. Terpikat oleh keelokan paras bayi itu, Sumbing Perbangkara
membawanya pulang dan mengangkatnya sebagai anak. Bayi perempuan itu kemudian diberi nama Dayang Sumbi. Dayang Sumbi kemudian semakin dewasa dan tumbuh menjadi seorang putri yang berparas elok. Kecantikan tersiar ke segenap penjuru kerajaan hingga didengar raja-raja dan para pangeran. Dayang Sumbi diperebutkan. Perang besar terjadi di mana-mana. Merasa tidak nyaman dengan perang yang terjadi di mana-mana karena memperebutkan dirinya, Dayang Sumbi akhir meminta kepada ayahnya raja Sumbing Perbangkara untuk menyendiri dan pergi dari kerajaan. Sumbing Perbangkara akhirnya mengijinkannya dan memberikan Tumang si anjing pemburu untuk menemaninya. Dayang Sumbi tinggal di sebuah pondok di tepi hutan. Dengan kehidupannya yang sederhana tak seorangpun yang tahu bahwa ia adalah Dayang Sumbi yang diperebutkan banyak raja dan pangeran. Di pondok itu ia mengisi kegiatannya dengan menenun. Suatu hari, saat menenun kain, Dayang Sumbi duduk di atas sebuah bale-bale. Karena mengantuk, alat tenunnya yang disebut torak jatuh ke lantai. Dayang Sumbi merasa malas sekali memungut torak itu, sehingga ia bersumpah bahwa ia akan menikahi siapapun yang mengambilkan torak itu untuknya. Tumang, anjing yang ditugaskan menemani Dayang Sumbi akhirnya mengambilkan torak yang terjatuh itu dan menyerahkannya kepada Dayang Sumbi. Demi memenuhi sumpah yang terlanjur diucapkannya, Dayang Sumbi akhir menikah dengan Tumang. Raja Sumbing Perbangkara yang mengetahui hal itu akhirnya merasa sangat malu. Putrinya yang cantik menikah dengan seekor anjing dan kini tengah mengandung. Dayang Sumbi akhirnya diasingkan ke hutan bersama-sama dengan Tumang. Tidak ada seorangpun yang tahu bahwa Tumang adalah jelmaan seorang dewa, kecuali Dayang Sumbi. Setiap malam purnama, Tumang dapat menjelma menjadi seorang lelaki yang tampan. Dayang Sumbi yang hamil akhirnya melahirkan seorang putra yang tampan. Kulitnya putih dengan rambut lebat legam seperti arang. Dayang Sumbi memberinya nama Sangkuriang. Bayi itu kemudian tumbuh menjadi anak yang tangkas. Sangkuriang telah mulai mahir memanah, pada suatu hari diminta ibunya untuk berburu. Dayang Sumbi ingin sekali memakan hati rusa. Ditemani Tumang, Sangkuriang berburu di hutan. Di suatu tempat, Sangkuriang melihat babi hutan Wayung Hyang melintas. Ia
segera membidikkan panahnya. Akan tetapi Wayung Hyang berlari dan bersembunyi dengan gesit. Sangkuriang memerintahkan anjing pemburunya, Tumang untuk mengejar babi hutan itu. Tumang yang mengetahui jika babi hutan itu bukan sembarang babi hutan melainkan jelmaan dewi yang bernama Wayung Hyang, menolak perintah Sangkuriang. Tumang, si anjing jelmaan dewa itu hanya duduk diam memandang Sangkuriang. Sangkuriang sangat marah kepada Tumang. Ia menakut-nakuti Tumang dengan mengarahkan anak panah pada Tumang. Tetapi, tanpa sengaja, ia melepaskan anak panah itu pada busurnya. Anak panah melesat dan menghunjam ke tubuh Tumang. Anjing jelmaan dewa itu tewas. Sangkuriang yang ketakutan bercampur putus asa akhirnya mengambil hati Tumang. Hati itu kemudian dibawanya pulang dan diserahkannya kepada dayang Sumbi dengan mengatakan bahwa itu adalah hati rusa hasil buruannya. Dayang Sumbi dengan gembira memasak hati itu, mereka ia makan dengan lahap. Setelah selesai makan, Dayang Sumbi teringat akan Tumang. Ia bertanya kepada Sangkuriang di mana anjing Tumang. Sangkuriang yang akhirnya tidak bisa berkelit jujur mengakui bahwa Tumang telah tewas karena panahnya dan hatinya telah diserahkan kepada ibunya untuk dimasak. Dayang Sumbi sangat murka. Sangkuriang telah membunuh ayah kandungnya sendiri. Ia kemudian mengambil centong nasi dan memukul kepala Sangkuriang hingga terluka sangat parah. Akan tetapi, luka di hati Sangkuriang lebih parah. Ia akhirnya lari dari pondok mereka. Menyadari bahwa ia telah melukai anaknya sendiri dan membuatnya lari, Dayang Sumbi akhirnya merasa sangat menyesal. Sangkuriang adalah putranya satu-satunya yang telah menemaninya hidup di hutan bersama Tumang. Demi menenangkan perasaannya, Dayang Sumbi akhirnya bertapa. Dalam pertapaannya, Dayang Sumbi kemudian dikaruniakan umur panjang dan awet muda. Semumur hidupnya, ia akan tetap menjadi seorang wanita yang cantik dan tak akan pernah terlihat tua. Sementara itu, Sangkuriang yang lari dengan kepala terluka mengembara ke mana-mana. Ia berguru dengan beberapa orang sakti. Ia masuk hutan keluar hutan. Saat Sangkuriang telah menjadi
pemuda sakti dan perkasa, ia mengalahkan semua makhluk-makhluk halus atau guriang yang ditemuinya dalam pengembaraan. Ia menaklukkan mereka dan dengan kesaktiannya menjadi tuan dari guriang-guriang itu.Pada suatu ketika, dalam pengembaraannya Sangkuriang akhirnya bertemu dengan Dayang Sumbi. Sangkuriang sangat terpesona dengan kecantikan Dayang Sumbi, lalu akhirnya jatuh cinta. Perasaan Sangkuriang berbalas. Dayang Sumbi juga terpikat oleh ketampanan Sangkuriang. Akhirnya, Sangkuriang berniat menikahi Dayang Sumbi.”
Saat Dayang Sumbi menyisir rambut dan merapikan ikat kepala Sangkuriang, ia melihat ada bekas luka yang sangat besar. Setelah mengamati wajah Sangkuriang, barulah ia sadar bahwa ia akan menikah dengan anak kandungnya sendiri. Sangkuriang sendiri tidak menyangka bahwa Dayang Sumbi adalah ibu kandungnya. Dayang Sumbi akhirnya mencoba menjelaskan kenyataan bahwa Sangkuriang adalah putranya. Tetapi Sangkuriang telah kehilangan akal sehat. Sangkuriangtetap memaksa. Akhirnya Dayang Sumbi secara halus menghindari terjadinya perkawinan mereka. Ia meminta Sangkuriang membuatkannya sebuah danau lengkap dengan perahunya dalam semalam. Bagi Dayang Sumbi, ini adalah hal yang mustahil untuk dapat dilakukan oleh Sangkuriang. Anak kandungnya itu tidak akan sanggup memenuhi persyaratan yang mintanya. Di luar dugaan Dayang Sumbi, Sangkuriang menyanggupi permintaannya. Malam itu, Sangkuriang bekerja keras membuat sebuah danau. Sangkurang menebang pohon, bekas pohon tebangannya itu berubah menjadi sebuah bukit yang kini dikenal sebagai Gunung Bukit Tunggul, sementara daun, ranting dan bagian kayu lainnya yang tidak terpakai ditumpuknya dan terbentuklah Gunung Burangrang. Ia telah bekerja separuh malam. Selanjutnya setelah perahu selesai dibuat Sangkuriang mulai membuat danau. Sangkuriang, seperti pengerjaan perahu, mengerahkan makhluk halus guriang untuk membantu. Melihat situasi ini, Dayang Sumbi menjadi ketakutan. Akhirnya ia menebarkan kain-kain hasil tenunannya di arah timur. Ia memohon kepada Sang Hyang Tunggal agar usaha Sangkuriang digagalkan. Doanya dikabulkan. Kain-kain tenunan Dayang Sumbi bercahaya kemerah-merahan di ufuk timur. Ayam-ayam jantan kemudian berkokok. Kemudian, makhluk-
makhluk halus guriang yang membantu pekerjaan Sangkuriang membuat danau mengira hari akan segera pagi. Merekapun segera berlari dan bersembunyi masuk ke dalam tanah. Sangkuriang tinggal sendirian dengan pekerjaan pembuatan danau yang hampir selesai. Sangkuriang merasa usahanya telah gagal. Ia menjadi marah sekali.
Sangkuriang mengamuk. Sumbat yang dibuatnya untuk membendung Sungai Citarum dibuangnya ke arah timur dan menjadi Gunung Manglayang. Danau Talaga Bandung yang dibuatnya kemudian menyurut. Lalu dengan sekali tendangan keras, perahu buatannya terlempar jauh dan tertelungkup. Dalam sekejap berubah menjadi Gunung Tangkuban Perahu. Sangkuriang mengejar Dayang Sumbi yang melarikan diri. Ketika Dayang Sumbi hampir terkejar oleh Sangkuriang di Gunung Putri, Dayang Sumbi memohon pertolongan Sang Hyang Tunggal. Ia akhirnya menjelma menjadi sekuntum bunga jaksi. Sangkuriang terus mencari Dayang Sumbi hingga sampai ke Ujung Berung dan tersesat ke alam gaib.
Di sebuah Perguruan Tinggi Ilmu Keperawatan, ada seorang gadis yang berumur masih begitu muda bernama Marya. Anak perantauan yang bersekolah di luar kota karena mendapat beasiswa. Dia berasal dari keluarga yang bisa di bilang kurang mampu dalam segi ekonomi. Namun itu tidak jadi masalah baginya, justru dia selalu bersemangat . Disela-sela kuliah, dia juga bekerja sebagai asisten bidan di rumah seorang bidan bernama Mira. Tidak ada waktu untuk berfoya-foya dan bermain-main. Waktunya digunakan untuk bekerja dan belajar. Pagi pukul 07.15 Marya sudah tiba di kampus nya dan seperti biasa dia mengikuti mata kuliah dengan baik. Nilai-nilai yang di dapatkannya selalu membuat dosen di kampus nya begitu bangga terhadapnya. Teman-teman marya juga banyak yang menyukai dia karena selain pintar dia juga tidak sombong dan cantik. Banyak juga yang naksir marya dan ingin menjadi pacarnya, tapi marya takut jika pacaran sekolah dan pekerjaannya jadi keteteran. Jadi marya memutuskan untuk tidak berpacaran. Setelah pulang dari kampus, marya langsung menuju ketempatnya bekerja. Dia selalu semangat walaupun capek dan banyak tugas kuliah yang masih harus dikerjakan. Marya berkata”kalo saya malas, bagaimana saya bisa membanggakan ayah ibu saya dikampung?” begitu jawabnya saat ditanya. Pulang dari tempat kerja marya pun menerima gaji dan langsung membayarkan uang kos dengan gajinya tersebut, sisanya lagi ditabung untuk kebutuhan sehari-hari. Pada suatu ketika saat marya di kampus, dia mendapat kabar bahwa ayahnya yang telah sakit lama meninggal. Marya pun kaget dan memutuskan untuk segera pulang kerumah. Setibanya dirumah, badan marya terasa lemas. Dia berharap jika ayahnya panjang umur
agar bisa melihat dirinya sukses, namun Tuhan berkehendak lain. Kini hanya ibunya yang dia punya. Dia berjanji pada dirinya sendiri bahwa suatu saat nanti dia akan menolong ekonomi keluarganya dan tidak akan membiarkan ibunya menderita karena kekurangan.Satu semester dia setelah kejadian Marya kehilangan ayahnya, nilainya sedikit turun. Marya sangat sedih dan kebingungan tak tahu lagi harus bagaimana. Namun marya teringat pada janjinya yang akan menolong ekonomi keluarga. Marya pun belajar keras dan berusaha memperbaiki nilai-nilainya yang sempat turun. Satu tahun kemudian..marya telah lulus dari perguruan tinggi dan menjadi sarjana dengan nilai terbaik. Marya pun langsung bekerja di Rumah Sakit besar kedutaan Singapore. Marya berpesan”seberat apapun yang kamu hadapi, jangan menyerah dan semangat. Selama kamu mencoba tanpa rasa malas, kamu akan mendapatkan yang kamu inginkan”.
<span>
Pengenalan Tokoh
Klik Disini
Asal Usul Pelangi <meta http-equiv="Content-Type" content="text/html; charset=utf8" /> 562013016_NoviSetiaHati <meta name="keywords" content="" /> <meta name="description" content="" />
Dahulu kala disebuah desa, tinggallah 7 orang putri yang merupakan anak kepala desa. Masing-masing namanya yaitu Merah, Jingga, Kuning, Hijau, Biru, Nila, dan Ungu. Mereka cantik, namun tidak sombong. Mereka juga sangat baik kepada siapa saja. Saat itu desa sedang dilanda kekeringan. Hujan tak juga turun. Hingga menimbulkan penderitaan bagi warga desa. Ketujuh putri kepala desa ikut prihatin melihat kondisi desa yang seperti itu. Mereka ingin sekali membantu meringankan penderitaan warga desa. namun, mereka pun tak tau bagaimana caranya. Hingga suatu malam, si Merah yang merupakan putri sulung pak kades mendapat mimpi. Dalam mimpinya dia bertemu dengan seseorang. Seseorang itu mengatakan bahwa jika dia dan keenam adiknya rela menjeburkan diri kedalam api unggun raksasa yang disediakan ditengah lapangan, niscaya hujan akan turun membasahi desa tersebut. Seketika Merah langsung menceritakan mimpinya itu kepada adik-adiknya. Dan mereka pun setuju dengan petunjuk yang diberikan lewat mimpi si Merah. Keesokan harinya ketujuh putri pak lurah menyiapkan api unggun yang besar. Mereka mengelilingi api unggun tersebut dan mereka juga mengenakan baju dengan warna yang sesuai dengan nama mereka. Seketika mereka bertujuh membenamkan diri kedalam api. Pak lurah dan seluruh warga desa pun terkejut dengan apa yang dilakukan ketujuh putri pak lurah. Tak berapa lama turunlah hujan yang diikuti dengan tumbuhnya bungabunga. Dan yang lebih menakjubkan dilangit ada warna Merah, Jingga, Kuning, Hijau, Biru dan Ungu.
Langit begitu indah. Pak lurah dan warga desa pun terharu dengan pengorbanan yang dilakukan ketujuh putri pak lurah. Mereka rela berkorban untuk warga desa mereka. Dan kemudian mereka menyebutnya PELANGI.
<em>Website adalah suatu halaman web yang saling berhubungan yang umumnya berada pada peladen yang sama berisikan kumpulan informasi yang disediakan secara kelompok atau perorangan.
( Wikipedia : Pengertian Dongeng ).
<em>Website Dongeng adalah website yang menyediakan dongeng versi berbagai daerah di tujukan untuk menghibur anak-anak dan pembaca.Dengan adanya website yang membahas tentang dongeng ini dapat mempermudah pengguna <em>gadged untuk mengetahui dongeng-dongeng yang berasal dari beberapa daerah.
Beranda : menampilkan berbagai dongeng yang sudah di share.
Profil : menampilkan sekilas tentang website dan tentang penulis.
Profil : menampilkan sekilas tentang website dan tentang penulis.
Berbagi Dongeng : Halaman sebagai tempat kita bisa share dongeng.
Admin : Khusus untuk masuk pada halaman admin.
<span>
Halaman Lain
Kumpulan Video Dongeng
Kunjungi juga halaman yang memuat banyak sekali kumpulan video dongeng
<em>Website adalah suatu halaman web yang saling berhubungan yang umumnya berada pada peladen yang sama berisikan kumpulan informasi yang disediakan secara kelompok atau perorangan.
( Wikipedia : Pengertian Dongeng ).
<em>Website Dongeng adalah website yang menyediakan dongeng versi berbagai daerah di tujukan untuk menghibur anak-anak dan pembaca.Dengan adanya website yang membahas tentang dongeng ini dapat mempermudah pengguna <em>gadged untuk mengetahui dongeng-dongeng yang berasal dari beberapa daerah.
Beranda : menampilkan berbagai dongeng yang sudah di share.
Profil : menampilkan sekilas tentang website dan tentang penulis.
Berbagi Dongeng : Halaman sebagai tempat kita bisa share dongeng.
Admin : Khusus untuk masuk pada halaman admin.
<span>
Halaman Lain
Kumpulan Video Dongeng
Kunjungi juga halaman yang memuat banyak sekali kumpulan video dongeng
Jika anda mempunyai dongeng atau cerita yang menarik dari daerah anda atau dari versi anda sendiri, anda bisa membagikannya disini. Kemudian kami akan mempostingnya setelah kami anggap cerita pantas dibaca masyarakat.
Index <meta http-equiv="Content-Type" content="text/html; charset=utf8" /> Daftar Cerita Dongeng <script> //membuat fungsi konfirmasi sebelum didelete function konfirmasi(nama){ tanya = confirm('PERHATIAN !!! \n Anda akan menghapus " '+ nama + ' " \n Lanjutkan ?'); if (tanya == true)
Lihat Dongeng <meta http-equiv="Content-Type" content="text/html; charset=utf8" /> Daftar Cerita Dongeng <script> //membuat fungsi konfirmasi sebelum didelete function konfirmasi(nama){ tanya = confirm('PERHATIAN !!! \n Anda akan menghapus " '+ nama + ' " \n Lanjutkan ?'); if (tanya == true) return true; else return false;