BAB V PENUTUP
A. Simpulan Kajian perbandingan cerita Subali-Sugriwa yang terdapat dalam mitos Gua Kiskendha dan cerita Subali-Sugriwa yang terdapat dalam SKRP dan SPRP dibagi menjadi 6 episode yaitu; (1) Episode Perebutan Cupu Manik, (2) Episode Dewi Windradi Menjadi Tugu, (3) Episode Subali, Sugriwa dan Dewi Anjani Menjadi Kera, (4) Episode Subali, Sugriwa dan Dewi Anjani Bertapa, (5) Episode Pertempuran Subali dan Sugriwa Melawan Maesasura dan (6) Episode Perang Tanding Subali Melawan Sugriwa diperoleh persamaan dan perbedaan dari masing masing versi. Persamaan dan perbedaan tersebut dapat disimpulkan sebagai berikut. 1. Persamaan Dalam cerita Subali-Sugriwa dari ketiga versi mempunyai persamaan yang menyangkut inti cerita dimana ketiga versi menceritakan cerita yang sama. Persamaan-persamaan tersebut adalah (1) Tokoh utama, (2) Cupu manik pemberian Bhatara Surya, (3) Dikutuknya Dewi Windradi menjadi tugu, (4) Subali, Sugriwa serta Dewi Anjani menjadi kera, (5) Subali, Sugriwa dan Dewi Anjani bertapa, (6) Alasan pertempuran antara Subali melawan Maesasura (7) Pesan Subali kepada Sugriwa (8) Setting pertempuran Subali melawan Maesasura. 2. Perbedaan Perbedaan-perbedaan yang terdapat dalam cerita Subali-Sugriwa dalam ketiga versi tersebut terutama terletak pada bagian detail dan tidak membedakan inti cerita secara keseluruhan. Perbedaan yang ada dikarenakan penekanan masing-
103
104
masing
sumber
yang
berbeda
pandanganya.
Perbedaan-perbedaan
tersebut
dikatagorikan menjadi tiga yaitu sebagai berikut. a. Perbedaan Cerita Subali-Sugriwa antara Versi Lisan dengan Versi SKRP Perbedaan tersebut adalah (1) Setting, meliputi nama pertapaan Gotama dan nama telaga dibuangnya cupu, (2) Nama cupu, (3) Awal perebutan cupu, (4) Tokoh, meliputi Tokoh yang mengutus membunuh Maesasura, Pembuang cupu dan Tokoh pendamping, (5) Pertengkaran Subali dan Sugriwa di dalam telaga, (6) Karakter tokoh meliputi karakter Sugriwa, Dewi Windradi dan Gotama, (7) Jenis dan tujuan bertapa. b. Perbedaan Cerita Subali-Sugriwa antara Versi SKRP dengan Versi SPRP Perbedaan tersebut adalah (1) Setting meliputi nama pertapaan Gotama dan tempat dibuangnya cupu, (2) Nama cupu, (3) Awal perebutan cupu, (4) Tokoh, meliputi pelamar Dewi Tara, Tokoh yang mengutus membunuh Maesasura, Tokoh pendamping, dan Pembuang cupu, (5) Pertengkaran Subali dan Sugriwa di dalam telaga, (6) Karakter tokoh, meliputi karakter Sugriwa, Subali, Dewi Windradi dan Gotama (7)
Jenis bertapa, (8) Pertempuran sebelum terjadi
pertempuran di Gua dan (9) Ending cerita. c. Perbedaan Cerita Subali-Sugriwa antara Versi SPRP dengan Versi Lisan Perbedaan tersebut adalah (1) Setting, meliputi nama pertapaan Gotama dan tempat dibuangnya cupu, (2) Nama cupu, (3) Tokoh, meliputi tokoh pendamping dan pelamar Dewi Tara, (4) Karakter tokoh yaitu Dewi Windradi, (5) Jenis dan tujuan bertapa, (6) Pertempuran sebelum terjadi pertempuran di Gua dan (7) Ending cerita.
105
Terdapatnya perbedaan cerita Subali-Sugriwa dalam mitos Gua Kiskendha dengan versi tulis yang merupakan karya adaptasi Ramayana yaitu SKRP dan SPRP tersebut bukan untuk diperdebatkan atau dicari mana yang paling benar, karena perbedaan-perbedaan tersebut merupakan variasi-variasi tiap versinya atau bahkan merupakan ciri khas versi tersebut. Serta merupakan kekayaan sebuah tradisi lisan maupun tradisi tulis. Terlebih dalam cerita Subali-Sugriwa yang merupakan versi lisan, sudah tentu jika banyak cerita-cerita didalamnya yang berubah atau berbeda, hal itu karena adanya penyesuaian dengan lingkungan atau karena penyebaranya yang bersifat oral dimana antara penutur satu dan penutur lainnya bisa terdapat perbedaan, sehingga dalam sastra lisan tidak bisa menjaga keaslian cerita.
B. Implikasi Penelitian ini diharapkan dapat memberikan implikasi dalam pengembangan ilmu pengetahuan sastra lisan atau sastra bandingan dalam keterlibatannya dengan dunia pendidikan sebagai salah satu wujud karya sastra, baik sebagai bahan ajar dalam mata kuliah maupun dalam mata pelajaran. Penelitian ini juga diharapakan dapat menambah wawasan pembaca mengenai cerita Subali-Sugriwa lebih mendalam, baik dalam tradisi lisan maupun tradisi tulis.
106
C. Saran Berdasarkan proses kerja penelitian terhadap cerita Subali-Sugriwa, penulis memberi saran supaya penelitian ini dapat berkembang jauh lebih baik. Adapun saran tersebut sebagai berikut. 1. Penelitian terhadap cerita Subali-Sugriwa yang terdapat dalam Mitos Gua Kiskendha masih dapat dilakukan dan dikembangkan dari berbagai sudut pandang keilmuan supaya pengetahuan mengenai cerita rakyat semakin kompleks dan mendalam. 2. Gua Kiskendha merupakan salah satu wisata budaya yang keberadaannya pantas untuk dijaga dan dilestarikan baik oleh warga masyarakat setempat maupun masyarakat pada umumnya, supaya keberadaanya tetap terjaga sebagai salah satu wisata budaya terlebih tempat wisata ini berkaitan dengan epos Ramayana.
D. Temuan Temuan dalam penelitian ini menunjukkan bahwa, sebuah karya sastra yang mendapat pengaruh dari sebuah karya satra besar dunia (adiluhung) mempunyai persamaan yang bersifat umum dan merupakan inti cerita, sedangkan perbedaanperbedaan terutama terletak pada bagian detail dan tidak membedakan inti cerita secara keseluruhan. Boleh jadi perbedaan yang ada dikarenakan penekanan masingmasing sumber yang berbeda pandanganya. Masing-masing versi cerita mempunyai ciri khas sendiri dalam ceritanya, yang bisa jadi pada versi lisan dianggap tidak penting akan tetapi pada versi lain menjadi ciri khas.
DAFTAR PUSTAKA
Damono, Sapardi Djoko. 2005. Pegangan Penelitian Sastra Bandingan. Jakarta: Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional. Endraswara, Suwardi. 2011a. Metodologi Penelitian Sastra Bandingan. Yogyakarta: Bukupop. --------------. 2011. Sastra Bandingan Pendekatan dan Teori Pengkajian. Yogyakarta: Lumbung Ilmu. --------------.
2003.
Metodologi
Penelitian
Sastra.
Yogyakarta:
Pustaka
Widyatama. Hutomo, Suripan Sadi. 1993. Merambah Matahari Sastra dalam perbandingan. Surabaya: Gaya Masa. Mangkunegara IV, KGPAA.1965. Serat Pedhalangan Ringgit Purwa. Jogja: U.P Indonesia. Mardiwarsito, L. 1981. Kamus Jawa Kuna-Indonesia. Flores: Nusa Indah Moleong, Lexy, J., Metodologi Penelitian Kualitatif, Bandung: Rosdakarya, 2001 Mulyani, Hesti. 2008. Membaca Manuskrip. Gegaran. Semester Gasal. Jurusan Pendidikan Bahasa Daerah, FBS, UNY. Nurgiyantoro, Burhan. 1994. Teori Pengkajian Fiksi. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press. Padmapuspita, Asia. 1998. Ramayana Estetika dan Pengembangan dalam Sastra Jawa. Yogyakarta: Lembaga Studi Jawa. Padmapuspita, J.1985. Serat Kandaning Ringgit Purwa Jilid 2. Jakarta: Djambatan dan KITLV. ---------------. 1985. Serat Kandaning Ringgit Purwa Jilid 3. Jakarta: Djambatan dan KITLV. Prawiroatmojo, S. 1980. Bausatra Jawa-Indonesia. Surabaya: Cv Haji Masagung Purwadisastra, Sarjijo.1998. Sekelumit Unsur Pendidikan dalam Serat Rama. Yogyakarta: Lembaga Studi Jawa.
107
108
Raharja, Slamet. 2006. “Kelahiran Ghatotkaca dalam berbagai tradisi”. Seminar Wayang Nasional Tradisi Jogjakarta. Remak, Henry H.H. 1990. Sastra Bandingan Takrif dan Fungsi dalam Stallkneht, Newton P. dan Horst Frenz. (ed) Sastra Bandingan Kaidah dan Perpektif (terjemahan Zalila Syarif dkk). Kuala Lumpur: Dewan Bahasa dan Pustaka. Sumardjo, Jakob dan Saini K M. 1997. Apresiasi Kesusastraan. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama. Sundari. 1989. Pengantar Ilmu Sastra. Surakarta: Sebelas Maret University Press. Teeuw, A. 1984. Sastra dan Ilmu Sastra: Pengantar Teori Sastra. Jakarta: Pustaka Jaya. Wiyatmi.2007. “ Trannformasi dan resepsi Ramayana dalam novel Kitab Omong Kosong karya Sena Gumina Ajidarma”: kajian resepsi sastra”. Jurnal Humaniora vol 12 no 1, halm.52-70.