CENDAWAN MIKORIZA ARBUSKULA PADA SAWO DUREN (Chrysophyllum cainito) DI KAMPUS IPB DARMAGA
YULIETTA FASZA DESTIFANI
DEPARTEMEN BIOLOGI FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2013
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Cendawan Mikoriza Arbuskula pada Sawo Duren (Chrysophyllum cainito) di Kampus IPB Darmaga adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini. Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor. Bogor, September 2013 Yulietta Fasza Destifani NIM G34090006
ABSTRAK YULIETTA FASZA DESTIFANI. Cendawan Mikoriza Arbuskula pada Sawo Duren (Chrysophyllum cainito) di Kampus IPB Darmaga. Dibimbing oleh AGUSTIN WYDIA GUNAWAN dan KARTINI KRAMADIBRATA. Cendawan mikoriza arbuskula (CMA) ialah cendawan tanah yang bersimbiosis dengan perakaran tanaman. Penelitian mengenai CMA pada tanaman buah masih jarang dilakukan terutama pada sawo duren. Penelitian ini bertujuan mengidentifikasi spora CMA dan mendeteksi struktur mikoriza arbuskula (MA) pada sawo duren. Spora CMA diisolasi dari tanah rizosfer sawo duren mengikuti metode tuang saring basah dan sentrifugasi, kemudian diidentifikasi berdasarkan pada bentuk, warna, ukuran, dan ornamen dinding spora. Struktur MA didasarkan pada pewarnaan akar menggunakan biru tripan. Hasil penelitian menunjukkan CMA berasosiasi dengan sawo duren dibuktikan dengan terdapatnya struktur MA berupa hifa internal, hifa gelung, dan vesikula pada akarnya dengan persentasi akar bermikoriza arbuskula sebesar 12-31 %. Selain itu, pada tanah rizosfer sawo duren terdapat spora Acaulospora bireticulata, A. scrobiculata, Ambispora cf. fecundisporum, Funneliformis cf. geosporum, Glomus cf. aggregatum, G. cf. microaggregatum, Glomus sp. 1, dan Glomus sp. 2. Kata kunci: Acaulospora, Ambispora, Chrysophyllum cainito, Funneliformis, Glomus, mikoriza arbuskula
ABSTRACT YULIETTA FASZA DESTIFANI. Arbuscular mycorrhizal fungi on Star Apple (Chrysophyllum cainito) at IPB Darmaga Campus. Supervised by AGUSTIN WYDIA GUNAWAN and KARTINI KRAMADIBRATA. Arbuscular mycorrhizal fungi (AMF) are soil fungi that symbiosis with the plant roots. Research about AMF on fruit plants are rarely reported. The objectives of this research are to identify AMF spore and to detect the structure of arbuscular mycorrhiza (AM) on star apple. AMF spore was isolated from the star apple rhizosphere soil following the wet sieving and decanting method and centrifugation, and then identified based on shape, color, size, and spore wall ornamentation. The AM structure was observed on colored root using trypan blue. The result of the research showed that AMF was associated with star apple. The structures of AM in the roots of star apple were internal hyphae, coiled hyphae, and vesicles. The percentage of AM infection in the star apple’s root was 12-31 %. The AMF spores found in the star apple rhizosphere were Acaulospora bireticulata, A. scrobiculata, Ambispora cf. fecundisporum, Funneliformis cf. geosporum, Glomus cf. aggregatum, Glomus cf. microaggregatum, Glomus sp. 1, and Glomus sp. 2. Key words: Acaulospora, Ambispora, arbuscular mycorrhiza, Chrysophyllum cainito, Funneliformis, Glomus
CENDAWAN MIKORIZA ARBUSKULA PADA SAWO DUREN (Chrysophyllum cainito) DI KAMPUS IPB DARMAGA
YULIETTA FASZA DESTIFANI
Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Biologi pada Departemen Biologi
DEPARTEMEN BIOLOGI FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2013
Judul Skripsi : Cendawan Mikoriza Arbuskula pada Sawo Duren (Chrysophyllum cainito) di Kampus IPB Darmaga Nama NIM
: Yulietta Fasza Destifani : G34090006
Disetujui oleh
Ir Agustin Wydia Gunawan, MS Pembimbing I
Diketahui oleh
Dr Ir Iman Rusmana, MSi Ketua Departemen
Tanggal Lulus:
Dr Kartini Kramadibrata Pembimbing II
PRAKATA Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala karuniaNya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Tema yang dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan Maret 2013 sampai Juli 2013 ini ialah Cendawan mikoriza arbuskula, dengan judul Cendawan Mikoriza Arbuskula pada Sawo Duren (Chrysophyllum cainito) di Kampus IPB Darmaga. Terima kasih penulis ucapkan kepada Ibu Ir Agustin Wydia Gunawan, MS dan Ibu Dr Kartini Kramadibrata selaku pembimbing yang telah sabar membimbing dan banyak memberi saran. Di samping itu, penghargaan penulis sampaikan Bapak Kusnadi dari Lab. Mikologi, Institut Pertanian Bogor (IPB) yang telah membantu menyediakan peralatan laboratorium dan Bapak Idang Sumanta dari Lab. Kriptogam, Bidang Botani, Pusat Penelitian Biologi ‐ Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) yang telah membantu dalam pengambilan contoh tanah. Serta LIPI selaku penyedia sarana. Ungkapan terima kasih juga disampaikan kepada ayah, ibu, serta seluruh keluarga, atas segala doa dan kasih sayangnya. Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.
Bogor, September 2013 Yulietta Fasza Destifani
DAFTAR ISI DAFTAR GAMBAR
vi
PENDAHULUAN
1
METODE
1
HASIL DAN PEMBAHASAN
2
Cendawan Mikoriza Arbuskula
2
Struktur Mikoriza Arbuskula
6
SIMPULAN DAN SARAN
7
Simpulan
7
Saran
7
DAFTAR PUSTAKA
7
RIWAYAT HIDUP
9
DAFTAR GAMBAR 1 Spora cendawan mikoriza arbuskula: a Acaulospora bireticulata (YFD 83), b A. scrobiculata (YFD 29), c Ambispora cf. fecundisporum (YFD 62), d Funneliformis cf. geosporus (YFD 90), e Glomus cf. aggregatum (YFD 7), f Glomus cf. microaggregatum (YFD 3), g Glomus sp. 1 (YFD 2), dan h Glomus sp. 2 (YFD 84). Kode setelah nama spesies menunjukkan nomor preparat 2 Struktur mikoriza arbuskula pada sawo duren (ditunjukkan dengan tanda panah)
5 6
PENDAHULUAN Sawo duren merupakan tanaman penghasil buah dari famili Sapotaceae. Tanaman ini berasal dari Hindia Barat yang distribusinya kemudian meluas ke Brazil dan Asia Tenggara. Di Asia Tenggara tanaman ini banyak terdapat di Filipina, Thailand dan Indo‐Cina. Buah sawo duren dapat dikonsumsi sebagai buah segar dan juga dapat digunakan sebagai bahan baku es krim. Daun, buah, getah, biji, dan kulit kayunya berkhasiat sebagai obat. Kayunya juga digunakan sebagai bahan bangunan serta cabang-cabangnya yang tua dapat dimanfaatkan sebagai medium pertumbuhan anggrek. Tanaman ini memiliki daya adaptasi yang tinggi terhadap lingkungan dengan dibuktikan dapat tumbuhnya tanaman ini pada berbagai tipe tanah dan iklim (Dela Cruz 1992). Cendawan mikoriza arbuskula (CMA) ialah suatu cendawan tanah yang berasosiasi dengan perakaran tanaman. CMA bermanfaat bagi pertumbuhan tanaman dengan cara menyerap hara fosfor (P). Hampir 80% tanaman berasosiasi dengan CMA. Penelitian mengenai asosiasi CMA dengan tanaman tingkat tinggi telah dilakukan, namun asosiasi CMA dengan tanaman buah masih jarang dilakukan terutama pada sawo duren. CMA baru dilaporkan berasosiasi dengan beberapa tanaman buah di antaranya durian (Chairani et al. 2002), rambutan (Muliawan et al. 2002), manggis (Lucia 2005), kakao (Kramadibrata 2009), dan bisbul (Ningsih 2013). Daya adaptasi sawo duren yang tinggi terhadap lingkungan dimungkinkan akibat adanya asosiasi dengan CMA. Hal tersebut perlu dibuktikan dengan suatu penelitian. Oleh karena itu, penelitian ini bertujuan mengidentifikasi spora CMA pada tanah rizosfer sawo duren dan mendeteksi struktur mikoriza arbuskula (MA) pada akar sawo duren.
METODE Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Mikologi, Departemen Biologi, FMIPA, IPB serta di Laboratorium Kriptogam, Bidang Botani, Pusat Penelitian Biologi, LIPI, Bogor. Waktu pelaksanaan kegiatan penelitian ini dimulai pada bulan Maret 2013 hingga Juli 2013. Pengambilan Contoh Tanah dan Akar. Contoh tanah dan akar dari tiga pohon sawo duren yang terdapat di kampus IPB Darmaga diambil dari rizosfer mengikuti metode Kramadibrata (2009) dengan beberapa modifikasi. Contoh tanah dan akar diambil dari rizosfer dengan jarak 100 cm dari pangkal batang pada kedalaman 0‐15 cm. Pengambilan contoh tanah rizosfer dari setiap pohon sawo duren ditentukan pada dua tempat yang berbeda dengan jarak yang sama, kemudian dari dua tempat tersebut diambil masing-masing 500 g contoh tanah. Contoh tanah tersebut disatukan menjadi contoh tanah komposit kemudian dipergunakan untuk isolasi dan identifikasi spora serta pembuatan biakan pot. Contoh akar yang diperoleh dari lapangan dicuci dan dipotong dengan ukuran satu cm kemudian diawetkan menggunakan alkohol 70%. Contoh akar tersebut akan digunakan untuk pewarnaan akar dan pengamatan struktur mikoriza arbuskula.
2 Pembuatan Biakan Pot. Biakan pot dibuat menggunakan medium yang terdiri atas 50 g zeolit, 100 g contoh tanah, dan 50 g zeolit. Biakan pot dibuat tiga kali ulangan untuk setiap pohon. Setiap pot ditanami dua kecambah Pueraria javanica berumur 10 hari yang berdaun 2-4. Biakan pot dipelihara selama tiga bulan. Pemeliharaan meliputi penyiraman dengan air steril setiap hari selama tiga bulan dan pemupukan dengan 20 mL pupuk NPK (1.42 g/L) dengan perbandingan 25:5:20 setiap satu minggu sekali. Pupuk yang diberikan setara dengan larutan hara Johnson untuk pemupukan CMA yang memiliki kandungan P sebesar 1.15 g/L. Biakan pot kemudian dikeringkan selama tiga minggu. Medium tumbuh biakan pot yang telah kering dipergunakan untuk isolasi spora. Isolasi dan Identifikasi Spora CMA. Contoh tanah yang diperoleh dari rizosfer serta medium tumbuh dari biakan pot diisolasi spora CMA‐nya menggunakan metode tuang saring basah dan sentrifugasi (Walker et al. 1982). Spora yang diperoleh diidentifikasi mengikuti buku indentifikasi Schenck dan Pérez (1990) serta artikel berkala ilmiah yang memuat pertelaan setiap spesies CMA. Pewarnaan dan Pengamatan Struktur MA. Contoh akar yang diperoleh dari lapangan diwarnai mengikuti metode pewarnaan Phillips dan Hayman (1970). Setiap 20 potong akar dari setiap contoh akar diamati struktur MA-nya menggunakan mikroskop majemuk. Struktur MA yang diamati ialah arbuskula, hifa gelung, hifa internal, dan vesikula. Persentasi akar bermikoriza arbuskula dihitung menggunakan rumus di bawah ini. Jumlah bidang pandang bermikoriza x 100 %
Persentasi akar ber‐MA = Jumlah bidang pandang yang diamati
HASIL DAN PEMBAHASAN Cendawan Mikoriza Arbuskula Spora CMA yang berhasil diisolasi dari contoh tanah rizosfer sawo duren ialah sebanyak 19 spora, terdiri atas Ambispora dan Glomus spp. (Tabel 1). Sebanyak 132 spora berhasil diisolasi dari biakan pot, di antaranya 4 genus diidentifikasi sebagai Acaulospora, Ambispora, Funneliformis, dan Glomus (Tabel 1). Spora yang tidak memiliki komponen lengkap ada sebanyak 82, spora ini belum dapat diidentifikasi. Jumlah spora Ambispora dan Glomus yang diperoleh dari biakan pot lebih banyak daripada spora yang diperoleh dari rizosfer sawo duren. Dua spesies Acaulospora, A. bireticulata dan A. scrobiculata, dapat diperoleh dari biakan pot, meskipun hanya ada satu spora. Biakan pot dilakukan dengan tujuan menangkap semua CMA yang ada di tanah rizosfer sawo duren serta memproduksi spora dengan jumlah banyak untuk mempermudah dalam identifikasi. Hal tersebut terbukti dengan diperolehnya jumlah dan jenis spora CMA pada biakan pot yang lebih banyak dibandingkan spora yang diperoleh langsung dari rizosfer.
3 Tabel 1 Spora cendawan mikoriza arbuskula dari contoh tanah rizosfer sawo duren dan medium tumbuh biakan pot
Cendawan mikoriza arbuskula Acaulospora bireticulata Acaulospora scrobiculata Ambispora cf. fecundispora Funneliformis cf. geosporum Glomus cf. aggregatum Glomus cf. microaggregatum Glomus sp. 1 Glomus sp. 2 Belum teridentifikasi Total spora
Jumlah spora* Rizosfer Biakan pot 0 1 0 1 9 20 0 4 3 19 7 0 0 4 0 1 0 82 19 132
* CMA diperoleh dari 300 g contoh tanah rizosfer dan 300 g medium tumbuh biakan pot
Genus Acaulospora memiliki spora yang melekat secara lateral pada hifa sel induk spora (Gerdemann dan Trappe 1974). Bekas sel induk spora yang telah lisis akan dapat digunakan untuk mengidentifikasi spora Acaulospora. Selain itu, spora tersebut dapat pula diidentifikasi berdasarkan ornamen permukaan dinding spora yang khas setiap spesiesnya. Dua spora Acaulospora yang didapat telah diidentifikasi berdasarkan warna dan ornamen permukaan dinding sporanya saja karena bekas sel induk spora tidak terlihat. Acaulospora bireticulata F.M. Rothwell & Trappe ditemukan dalam keadaan pecah sehingga tidak dapat diketahui bentuk dan ukurannya (Gambar 1a). Spora ini ditemukan berwarna kuning dan memiliki ornamen dinding berupa tonjolan poligonal. Pertelaan mengenai ornamen dinding tersebut sesuai dengan pertelaan Rothwell dan Trappe (1979), namun sedikit berbeda warna sporanya. Spora A. bireticulata hialin saat muda dan berwarna cokelat terang saat dewasa, spora berbentuk hampir bulat hingga bulat dan berukuran 127‐135 μm. A. scrobiculata Trappe juga ditemukan dalam keadaan pecah sehingga tidak dapat diketahui bentuk dan ukurannya (Gambar 1b). Spora ini berwarna kuning terang, dan berornamen dinding berupa lekukan berbentuk lingkaran. Ciri tersebut sama dengan yang dipertelakan Trappe (1977). Spora A. scrobiculata yang ditemukan tergolong spora yang dewasa. A. scrobiculata hialin saat muda dan berwarna kuning zaitun terang sampai cokelat terang saat dewasa, berbentuk bulat hingga lonjong serta berukuran 100‐240 ൈ 100‐220 μm. A. scrobiculata dilaporkan juga berasosiasi dengan durian (Chairani et al. 2002), rambutan (Muliawan et al. 2002), manggis (Lucia 2005), kakao (Kramadibrata 2009), dan bisbul (Ningsih 2013). Ambispora merupakan genus yang dibentuk bagi spora yang berbentuk glomoid dan acauloid yang berasal dari genus Glomus dan Acaulospora. Beberapa spesies dari kedua genus tersebut dimasukkan ke dalam Ambispora berdasarkan hasil analisis data molekuler (Walker et al. 2007). Spesies Ambispora cf. fecundisporum (N.C. Schenck & G.S. Sm.) C. Walker berhasil diisolasi dari
4 rizosfer dan medium biakan pot (Gambar 1c). Spora ini ditemukan dalam bentuk tunggal, berbentuk hampir bulat, berwarna kuning pucat sampai kuning, spora berukuran 60-108 ൈ 60-102 μm, memiliki permukaan dinding spora yang halus, dan memiliki tebal dinding spora 3 μm. Hifa pelekat spora ini berbentuk lurus, berwarna kuning pucat dan tebal hifa 6-12 μm. Ciri‐ciri yang dipertelakan memiliki kesamaan seperti yang dipertelakan oleh Schenck dan Smith (1982), kecuali tebal hifa yang berukuran lebih kecil, yaitu 7‐22 μm. Ambispora fecundisporum semula bernama Glomus fecundisporum N.C. Schenck & G.S. Sm. Ciri khas spora ini ialah saat muda permukaan dinding spora halus dan ketika spora dewasa permukaan dindingnya kasar seperti ditutupi kotoran. Funneliformis merupakan genus yang dibentuk bagi spora yang memiliki hifa pelekat berbentuk seperti corong. Semula Funneliformis merupakan genus Glomus, namun kemudian dibedakan dari Glomus berdasarkan urutan small subunit (SSU) rRNAnya. Glomus memiliki urutan SSU rRNA GGTACGYAC TGGTATCATTGG dan TCGGCTGTAAAAGGCYYTTG, sedangkan Funneliformis memiliki urutan SSU rRNA CGGTCATGCCGTTGGTATGY (Schüßler & Walker 2010). Funneliformis cf. geosporum (T.H. Nicolson & Gerd.) C. Walker & A. Schüßler yang semula bernama Glomus geosporum berhasil diisolasi dari medium biakan pot (Gambar 1d). Spora ini ditemukan dalam bentuk tunggal, berbentuk hampir bulat, berwarna cokelat tua, berukuran 99-105 ൈ 93-105 μm, dan memiliki satu dinding spora dengan tebal 9‐12 μm. Hifa pelekat spora ini berbentuk lurus, berdinding tebal, berwarna cokelat tua, dan memiliki tebal hifa 6‐9 μm. Ciri‐ciri yang dipertelakan memiliki kesamaan seperti pertelaan Gerdemann dan Trappe (1974). Genus Glomus memiliki ciri khas berupa dinding hifa pelekat yang bersatu dengan dinding spora serta memiliki warna dan karakteristik dinding spora yang bervariasi. Kedua hal tersebut dapat digunakan untuk mengidentifikasi Glomus. Glomus spp. berhasil diisolasi dari rizofer sawo duren dan medium biakan potnya. Sebanyak empat spesies dapat dikelompokkan berdasarkan pada kehadiran spora dalam bentuk tunggal atau berkelompok, bentuk spora, warna dinding spora, ukuran spora, tebal dinding spora, bentuk hifa pelekat, warna hifa pelekat, dan tebal hifa pelekat. Glomus cf. aggregatum N.C. Schenck & G.S. Sm ditemukan dalam bentuk spora tunggal atau berkelompok 2-4 spora, berbentuk hampir bulat sampai lonjong, berwarna cokelat kekuningan, berukuran 30-108 ൈ 30-90 μm, dan memiliki tebal dinding spora 3 μm. Hifa pelekat spora ini berbentuk lurus atau berlekuk‐lekuk, berwarna kuning kecokelatan, dan memiliki tebal hifa 6-9 μm (Gambar 1e). Ciri‐ ciri yang dipertelakan memiliki kesamaan seperti pertelaaan Koske (1985). Glomus cf. microaggregatum Koske, Gemma & P.D. Olexia ditemukan berkelompok 2-5 spora, berbentuk hampir bulat sampai lonjong, berwarna kuning pucat, spora berukuran 36-51 ൈ 33-42 μm, dan memiliki satu atau dua dinding spora dengan tebal 1.5 μm. Hifa pelekat spora ini berbentuk lurus, berwarna kuning pucat dan memiliki tebal hifa 3-6 μm (Gambar 1f). Ciri‐ciri yang dipertelakan memiliki kesamaan seperti pertelaan Koske et al. (1996). G. microaggregatum mirip dengan G. aggregatum, namun jika dibandingkan di antara keduanya akan terlihat perbedaannya. G. microaggregatum memiliki ukuran yang lebih kecil dan berwarna lebih terang dibandingkan dengan G. agreggatum (Koske et al. 1996).
5
Gambar 1 Spora cendawan mikoriza arbuskula: a Acaulospora bireticulata (YFD 83), b A. scrobiculata (YFD 29), c Ambispora cf. fecundisporum (YFD 62), d Funneliformis cf. geosporus (YFD 90), e Glomus cf. aggregatum (YFD 7), f Glomus cf. microaggregatum (YFD 3), g Glomus sp. 1 (YFD 2), dan h Glomus sp. 2 (YFD 84). Kode setelah nama spesies menunjukkan nomor preparat Dari keseluruhan Glomus spp. yang ditemukan terdapat dua spesies Gloms
6 Dari keseluruhan Glomus spp. yang ditemukan terdapat dua spesies Glomus yang belum diketahui nama spesiesnya, yaitu Glomus sp. 1 (Gambar 1g) dan Glomus sp. 2 (Gambar 1h). Glomus sp. 1 ditemukan dalam bentuk spora tunggal, berbentuk hampir bulat sampai lonjong, berwarna cokelat kekuningan, berukuran 63-141 60-138 μm, dan memiliki tebal dinding spora 6 μm. Hifa pelekat spora ini berbentuk lurus, berwarna cokelat pucat sampai cokelat kekuningan, dan tebal hifa 9-21μm. Glomus sp. 2 ditemukan dalam bentuk tunggal, berbentuk bulat sampai lonjong, berwarna oranye kecokelatan, berukuran 174 153 μm, memiliki tebal dinding spora 6 μm. Hifa pelekat spora ini berbentuk lurus, berwarna oranye kecokelatan, dan tebal hifa 21 μm (Gambar 1h). Glomus spp. dilaporkan juga berasosiasi dengan durian (Chairani et al. 2002), rambutan (Muliawan et al. 2002), manggis (Lucia 2005), kakao (Kramadibrata 2009), dan bisbul (Ningsih 2013). Struktur Mikoriza Arbuskula Data keragaman spora yang didapatkan dari rizosfer sawo duren maupun dari medium biakan pot tidak cukup untuk membuktikan keberadaan suatu asosiasi antara sawo duren dengan CMA. Oleh karena itu, dilakukanlah proses pewarnaan akar sawo duren untuk melihat adanya struktur mikoriza arbuskula dalam perakarannya. Hasil penelitian menunjukkan sawo duren terbukti berasosiasi dengan CMA karena akar yang telah diwarnai menunjukkan adanya struktur MA yang terdiri atas struktur hifa internal, hifa gelung, dan vesikula (Gambar 2) dengan persentasi akar bermikoriza arbuskula sebesar 12-31%. Struktur arbuskula tidak ditemukan pada akar sawo duren ini. Hal ini dimungkinkan karena akar yang digunakan dalam pewarnaan sudah tergolong akar yang tua. Adanya struktur arbuskula dan vesikula pada perakaran tanaman merupakan ciri terbentuknya asosiasi dengan CMA. Struktur arbuskula tidak bertahan di perakaran. Struktur ini hanya dibentuk pada akar yang muda dan seiring bertambahnya usia akar struktur ini akan melisis.
Gambar 2 Struktur mikoriza arbuskula pada sawo duren (ditunjukkan dengan tanda panah) Adanya struktur vesikula merupakan salah satu ciri asosiasi yang dibentuk oleh genus Acaulospora, Ambispora, Entrophospora, Funneliformis, Glomus, dan Sclerocystis, sedangkan genus Gigaspora dan Scutellospora tidak membentuk vesikula. Hasil pengamatan menunjukkan terdapatnya vesikula di dalam akar sawo duren. Hal tersebut berkorelasi dengan spora yang didapatkan, yakni terdiri atas empat genus Acaulospora, Ambispora, Funneliformis, dan Glomus yang tergolong membentuk vesikula di dalam akar bermikoriza. Terdapatnya vesikula
7 di perakaran sawo duren dapat untuk membuktikan bahwa CMA berasosiasi dengan sawo duren meskipun tidak ditemukannya struktur arbuskula. Vesikula muncul setelah struktur arbuskula terbentuk, hal tersebut mengasumsikan bahwa di dalam akar sawo duren pernah terbentuk struktur arbuskula. Selain pada sawo duren dilaporkan pula dua tanaman buah yang berasosiasi dengan CMA, namun tidak ditemukan arbuskula di perakarannya, yaitu Lepisanthes senegalensis dan Garcinia xanthochymus (Muthukumar et al. 2003). Genus CMA yang menginfeksi akar sawo duren belum dapat diketahui dengan pasti. Perlu dilakukan penelitian lanjut untuk mengetahui hal tersebut. Berdasarkan hasil pengamatan bentuk hifa internal dan vesikulanya (Gambar 2b dan 2c), kemungkinan struktur tersebut merupakan ciri dari struktur MA yang dimiliki genus Glomus. Menurut Brundrett et al. (1996) Glomus memiliki hifa internal yang relatif lurus bercabang-cabang sepanjang korteks akar serta memiliki vesikula yang berbentuk oval dengan dinding yang tebal.
SIMPULAN DAN SARAN Simpulan Sawo duren yang berada di Kampus IPB Darmaga berasosiasi dengan CMA, akarnya menunjukkan adanya struktur MA serta tanah rizosfernya mengandung spora A.bireticulata, A.scrobiculata, Ambispora cf. fecundispora, Funneliformis cf. geosporum, Glomus cf. aggregatum, Glomus cf. microaggregatum, Glomus sp. 1, dan Glomus sp. 2. Saran Penelitian ini masih memiliki kekurangan, yaitu belum diketahuinya secara pasti genus CMA yang menginfeksi akar sawo duren dari 4 genus yang ditemukan. Oleh karena itu, perlu dilakukan penelitian lanjut untuk membuktikannya. Bagi peneliti lain yang ingin melanjutkan penelitian ini disarankan melakukan pembuatan kultur spora tunggal menggunakan spora dari seluruh spesies yang ditemukan berasosiasi dengan rizosfer sawo duren serta menggunakan sawo duren sebagai inangnya.
DAFTAR PUSTAKA Brundrett M, Bougher N, Dell B, Grove T, Malajczuk N. 1996. Working with Mycorrhizas in Forestry and Agriculture. Canberra (AU): AClAR Monograph. hlm 151-154. Chairani, Gunawan AW, Kramadibrata K. 2002. Mikoriza durian di Bogor dan sekitarnya. J Mikrobiol Indones. 7(2):44-46. Dela Cruz FS Jr. 1992. Plant Resources of South-East Asia Two: Edible Fruit and Nuts. Verheij EWM, Coronel RE, editor. Bogor (ID): PROSEA Foundation. hlm 115-117.
8 Gerdemann JW, Trappe JM. 1974. The Endogonaceae in the Pacific Northwest. Mycol Mem. 5:1‐76. Koske RE. 1985. Glomus agreggatum emended: a distinct taxon in the Glomus fascilatum complex. Mycologia. 77:619-630. Koske RE, Gemma JN, Olexia PD. 1996. Glomus microagreggatum a new species in the Endogonaceae. Mycotaxon. 15:49‐61. Kramadibrata K. 2009. Glomeromycota recovered from cacao soil. Reinwardtia. 12(5):357–371. Lucia Y. 2005. Cendawan mikoriza arbuskula di bawah tegakan tanaman manggis dan peranannya dalam pertumbuhan bibit manggis (Gracinia mangostana L.) [tesis]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor. Muliawan J, Gunawan AW, Kramadibrata K. 2002. Mikoriza rambutan di Bogor dan sekitarnya. J Mikrobiol Indones. 7(1):24-25. Muthukumar T, Sha Liqing, Yang Xiaodong, Cao Min, Tang Jianwei, Zheng Zheng. 2003. Mycorrhiza of plants in different vegetation types in tropical ecosystems of Xishuangbanna, southwest China. Mycorrhiza. 13:289‐297. Ningsih DR. 2013. Cendawan mikoriza arbuskula pada pohon bisbul (Diospyros blancoi) di Bogor [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor. Phillips JM, Hayman DS. 1970. Improved procedures for clearing roots and staining parasitic and vesicular-arbuscular mycorrhizal fungi for rapid assessment of infection. Trans Br mycol Soc. 55(1):158-161. Rothwell FM, Trappe JM. 1979 Acaulospora bireticulata sp. nov.. Mycotaxon. 8:471-475. Schenck NC, Pérez Y. 1990. Manual for The Identification of VA Mycorrhizal Fungi. Ed ke-3. Gainesville (US): Synergistic Publications. hlm 3-55. Schenck NC, Smith SE. 1982. Additional new and unreported species of mycorrhizal fungi (Endogonaceae) from Florida. Mycologia. 74:77‐92. Schüßler A, Walker C. 2010. The Glomeromycota: a species list with new families and new genera. AMF [Internet]. [diunduh 2012 Nov 28]. Tersedia pada: https://www.amf‐phylogeny.com. Trappe JM. 1977. Three new Endogonaceae: Glomus constrictus, Sclerocystis clavispora, and Acaulospora scrobiculata. Mycotaxon. 6:359-366. Walker C, Mize CW, McNabb HS Jr. 1982. Population of endogonaceous fungi at two locations in Central Lowa. Can J Bot. 60:2518-2529. Walker C, Vestberg M, Demircik F, Stockinger H, Saito M, Sawaki H, Nishmura I, Schüßler A. (2007). Molecular phylogeny and new taxa in the Archaeosporales (Glomeromycota): Ambispora fennica gen. sp. nov., Ambisporaceae fam. nov., and emendation of Archaeosporaceae. Mycological Research. 111:137-153.
9
RIWAYAT HIDUP Penulis dilahirkan di kota Sukabumi Jawa Barat pada tanggal 2 Juli 1991 dari ayah bernama Ocke Budiadjie dan ibu bernama Heri Hendrayani. Penulis merupakan anak pertama dari tiga bersaudara. Penulis menyelesaikan pendidikan sekolah dasar di SD Negeri Ir. H. Juanda Sukabumi pada tahun 2003. Penulis melanjutkan pendidikan di SMP Negeri 1 Sukabumi dan lulus pada tahun 2006. Kemudian penulis melanjutkan pendidikan di SMA Negeri 1 Sukabumi dan lulus pada tahun 2009. Di tahun yang sama penulis diterima dan melanjutkan pendidikannya di Departemen Biologi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Institut Pertanian Bogor. Tahun 2012 penulis melaksanakan kegiatan Praktik Lapangan di PT. Bukit Baros Cempaka dengan judul “Pengelolaan Bahan Baku dan Kontrol Kualitas Produk Keju”.