Cecep Kustandi dan Pita Rasdi Pengembangan Program Pembelajaran Berkarakter Qur'ani
285
PENGEMBANGAN PROGRAM PEMBELAJARAN BERKARAKTER QURANI PADA PENDIDIKAN ANAK USIA DINI (STUDI KASUS PADA PAUD DI KECAMATAN CILACAP SELATAN, CILACAP TENGAH DAN CILACAP UTARA, KABUPATEN CILACAP, PROVINSI JAWA TENGAH) DEVELOPMENT OF INSTRUCTIONAL PROGRAM BASED ON QUR’ANIC PERSONALITY AT EARLY CHILDHOOD EDUCATION PROGRAMS (PAUD) (CASE STUDY ON LOCATED IN DISTRICT SOUTH CILACAP, CILACAP, CENTRAL AND NORTH CILACAP, CENTRAL JAVA) Cecep Kustandi & Pita Rasdi (Universitas Negeri Jakarta, Jl. Rawamangun Muka, Kota Jakarta Timur, Daerah Khusus Ibukota Jakarta 13220, email:
[email protected] dan
[email protected]) Naskah Diterima: 21 Agustus 2015, direvisi: 14 September 2015, disetujui: 30 September 2015
Abstract This research aims to produce learning or an Instructional program that can help teachers of Early Childhood Education Programs (PAUD) to develop learning or an instructional program based on Qur’an personality at Early Childhood Education Programs (PAUD), as an innovative work. This research refers to Alwi Suparman’s model of learning or instructional development (MPI), passing the stages of learning needs assessment, general goals of learning analysis, learning analysis, early characteristics and behavior identification, special goals of learning writing, fixed test reference writing, setting learning strategy, developing learning materials, and conducting normative evaluation. This Instructional Program based on Qur’an personality at Early Childhood Education Programs (PAUD) is used to assist teachers in developing learning or instructional programs and to grow character of Qur’an in children’s lives every day. Formative evaluations, including from experts of learning or instructional design, of field of study, and of one by one, and of field test have been further conducted. The writer argues this learning or instructional program is quite good with an average score at 3.06. The writer concluded that the “Instructional Program based on Qur’an personality” can be used as one reference for teacher of Early Childhood Education Programs (PAUD). Keywords: PAUD, early childhood education programs, Qur’an instructional teaching, Cilacap.
Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk menghasilkan program pembelajaran yang dapat membantu guru PAUD dalam mengembangkan program pembelajaran berkarakter Qur’ani, yang dikategorikan sebagai penelitian pengembangan karya inovatif. Penelitian ini mengacu pada Model Pengembangan Instruksional (MPI) Atwi Suparman, melalui tahap mengidentifikasi kebutuhan pembelajaran, menulis tujuan pembelajaran umum, melakukan analisis pembelajaran, mengidentifikasi perilaku dan karakteristik awal siswa, menulis tujuan pembelajaran khusus, menulis tes acuan patokan, menyusun strategi pembelajaran, mengembangkan bahan pembelajaran, dan melakukan evaluasi formatif. Nama produk dari pengembangan ini adalah “Pengembangan Program Pembelajaran Berkarakter Qur’ani di PAUD,” yang digunakan untuk membantu guru dalam mengembangkan program pembelajaran dan menumbuhkembangkan perilaku Qur’ani dalam kehidupan anak sehari-hari. Evaluasi formatif penelitian ini meliputi evaluasi ahli desain pembelajaran, ahli bidang studi, evaluasi satu-satu, dan evaluasi lapangan. Penulis berpendapat program pembelajaran ini cukup baik diterapkan, dengan skor 3.06. Penulis menyimpulkan program pembelajaran berdasarkan nilai-nilai Qu’rani dapat dipergunakan sebagai salah satu referensi untuk PAUD. Kata Kunci: PAUD, pendidikan anak usia dini, program pembelajaran Qur’ani, Cilacap.
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional (SISDIKNAS), pasal 1 ayat 1 seperti yang dikutip Safan Amri menyatakan bahwa: “Pendidikan adalah sebagai usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya
untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan negara”.1
Bila dikaji secara mendalam, deskripsi pendidikan di atas mengandung empat komponen utama pendidikan. Komponen-komponen tersebut
1
Safan Amri, Ahmad Jauhari, dan Tatik Elisah, Implementasi Pendidikan Karakter dalam Pembelajaran, Jakarta: Prestasi Pustaka Publisher, 2011, hlm. 10.
286
Kajian Vol. 20 No. 3 September 2015 hal. 285 - 303
adalah program, lingkungan, sasaran, dan tujuan pendidikan. Program pendidikan sebagai komponen pertama diwujudkan dalam suatu kurikulum. Kurikulum menjadi standar dan pedoman tersendiri bagi pendidik dalam mewujudkan tujuan pendidikan nasional. Aspek-aspek yang ada di dalamnya memuat secara rinci tentang tiga komponen utama pendidikan lainnya. Komponen berupa lingkungan, sasaran, dan tujuan pendidikan diuraikan secara lebih mendetail dalam kurikulum. Namun adakalanya beberapa lingkungan pembelajaran kurang mengerti akan isi dari kurikulum. Sebagai jalan pintas bahkan kurikulum hanya dipakai sebagai objek formalitas saja. Sebagai bagian dari sistem pendidikan nasional, hal ini menjadi kelemahan dari pelaksanaan pendidikan di Indonesia. Terkait dengan permasalahan tersebut, berbagai upaya tentunya telah dilakukan oleh pemerintah dalam meningkatkan kualitas pendidikan di Indonesia. Salah satunya adalah dengan melakukan perbaikan mutu pada beberapa komponen kurikulum. Dalam jangka waktu sepuluh tahun terakhir ini saja, tercatat pemerintah sudah melakukan empat kali perbaikan. Mulai dari revisi kurikulum 1994 (1997), rintisan Kurikulum Berbasis Kompetensi/KBK (2004), Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan/KTSP (2006), dan kurikulum 2013. Kurikulum yang telah disebutkan di atas pada dasarnya ditujukan bagi jenjang Sekolah Dasar (SD) hingga Sekolah Menengah Atas (SMA) dan sederajat. Namun dalam pelaksanaannya kurikulum-kurikulum tersebut dapat dijadikan sebagai acuan bagi program pendidikan lainnya. Dalam program pendidikan anak usia dini misalnya dapat dimasukkan beberapa aspek dari kurikulum nasional tersebut dalam pembelajarannya. Sehingga akan terjadi integrasi antara tujuan pendidikan formal dan tujuan Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) yang diharapkan. Menurut UU No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Bab 1 Pasal 1 Ayat 14 seperti dikutip Novan A. Wiyani menyatakan bahwa: “Pendidikan anak usia dini adalah upaya pembinaan yang ditujukan kepada anak sejak lahir sampai dengan usia enam tahun yang dilakukan melalui pemberian rangsangan pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani agar anak memiliki kesiapan dalam memasuki pendidikan lebih lanjut.”2
Undang-undang tersebut secara jelas menguraikan adanya pengalaman-pengalaman belajar yang harus dimuat dalam kurikulum
2
Novan A. Wiyani, Barnawi, Format PAUD, Jogjakarta: ArRuzz Media, 2012, hlm. 32
(program pembelajaran) anak usia dini. Pengalamanpengalaman belajar yang dimaksud hendaknya sesuai dengan tahapan dan aspek perkembangan anak. Sehingga anak nantinya akan mampu memasuki pendidikan lebih lanjut. Namun dengan adanya tuntutan dan keinginan dari orang tua anak, sering kali lembaga PAUD mengesampingkan hakikat dari PAUD itu sendiri. Sebagai contoh adanya komposisi belajar yang kurang seimbang dengan aspek dan tahapan perkembangan anak dalam kegiatan pembelajaran. Hasilnya anak lebih dipacu dalam perkembangan kognitifnya saja. Hal ini memunculkan beberapa kesenjangan pendidikan yang berujung pada masalah yang bersifat fundamental. Meninjau beberapa kesenjangan yang muncul dalam pelaksanaan pembelajaran dikemukakan pemecahan masalah yang berdasarkan pada pendekatan sistemik dan sistematis. Menurut William Bennett, PAUD merupakan kumpulan dari subsistem-subsistem yang melakukan fungsi secara bersama-sama demi tercapainya tujuan yang diinginkan. Subsistem yang dimaksud dapat berupa guru, siswa, dan program pembelajarannya.3 Oleh karenanya jika salah satu subsistem tersebut tidak melakukan fungsinya dengan optimal maka tujuan dari tidak akan tercapai dengan efektif. Program pembelajaran yang berupa RKM (Rencana Kegiatan Mingguan) dan RKH (Rencana Kegiatan Harian) yang belum terstruktur hendaknya dikembangkan sesuai dengan tujuan PAUD nasional. Selaras dengan wacana pendidikan karakter dan kurikulum 2013, dalam mengembangkan program pembelajaran di PAUD dapat diintegrasikan dengan karakter-karakter mulia. Hal tersebut dapat dilakukan meski saat ini kurikulum 2013 belum diberlakukan di PAUD, karena untuk proses pembelajarannya sudah seperti yang diinginkan oleh kurikulum 2013. Karakter-karakter mulia tersebut sudah jauh sebelumnya ada dalam Al-Qur’an. Dalam Al-Qur’an dijelaskan secara tersirat beberapa poin penting dalam melaksanakan pendidikan karakter. Pertama, pendidikan karakter harus dilakukan secara fokus, bertahap dan konsisten terhadap pembinaan sejak dini. Kedua, memberikan keteladanan baik berupa perkataan maupun perbuatan kepada anak. Ketiga, menanamkan keyakinan bersifat ideologis sehingga menghasilkan perilaku moral dan etika dalam mengubah masyarakatnya. Poin-poin tersebut menegaskan bahwa karakter tauhid yang ada dalam Al-Qur’an akan mampu menghasilkan pergerakan manusia yang dilandasi syariat Islam dalam menjalankan kehidupan.
3
William Bennett, The Educated Child, New York: The Free Press, 1999, hlm. 13
Cecep Kustandi dan Pita Rasdi Pengembangan Program Pembelajaran Berkarakter Qur'ani
Berdasarkan uraian di atas, salah satu hal yang dapat dilakukan untuk membantu guru dalam menumbuhkembangkan karakter pada anak sejak dini dan membantu merencanakan program pembelajaran di PAUD adalah dengan mengembangkan program pembelajaran berkarakter qur’ani. Karakter qur’ani seperti karakter shiddiq “jujur”, amanah, fathonah “cerdas”, dan tabligh “pemimpin” harus mulai ditumbuhkembangkan pada anak usia dini. Mengingat bahwa pendidikan anak pada usia dini merupakan langkah emas untuk menanamkan dan membentuk karakter sebelum melakukan pendidikan lebih lanjut. B. Identifikasi Masalah, Rumusan Masalah dan Pertanyaan Penelitian Berdasarkan latar belakang di atas identifikasi masalah pada penelitian ini 1. Apakah program pembelajaran yang diterapkan di PAUD sudah sesuai dengan tujuan pendidikan nasional dan pendidikan anak usia dini? 2. Bagaimana pelaksanaan program pembelajaran PAUD saat ini? 3. Bagaimana hasil belajar kognitif, afektif, dan psikomotorik yang dicapai siswa PAUD saat ini? 4. Bagaimana dampak penerapan program pembelajaran berkarakter qur’ani terhadap aspek: pengembangan potensi dan karakter siswa pada aspek kognitif, afektif, dan psikomotorik, serta dukungan terhadap tugas guru? 5. Bagaimanakah mengembangkan Program Pembelajaran Berkarakter Qur’ani pada Pendidikan Anak Usia Dini? Berdasarkan latar belakang dan identifikasi masalah di atas, maka pengembang merumuskan masalah “Bagaimanakah Mengembangkan Program Pembelajaran Berkarakter Qur’ani pada Pendidikan Anak Usia Dini? Adapun pertanyaan penelitiannya adalah: 1. Bagaimana PAUD mengembangkan program pembelajaran yang diintegrasikan dengan karakter qur’ani? 2. Bagimana guru menumbuhkembangkan karakter qur’ani pada anak sejak dini? 3. Bagaimana PAUD mengefektifkan dan mengefisienkan proses pembelajaran di dalam kelas? C. Tujuan Penelitian Pengembangan Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah yang telah diuraikan, tujuan dari penelitian pengembangan ini yaitu membantu menguraikan dan menganalisis dalam hal:
287
3. Mengembangkan program pembelajaran yang diintegrasikan dengan karakter qur’ani pada PAUD. 4. Menumbuhkembangkan karakter qur’ani pada anak sejak dini. 5. Mengefektifkan dan mengefisienkan proses pembelajaran di dalam kelas PAUD. D. Kerangka Pemikiran Pendidikan menurut Fatchul Mu’in merupakan bagian penting dari kehidupan manusia yang tidak pernah bisa ditinggalkan. Kata pendidikan berasal dari bahasa inggris education yang artinya melatih atau menjinakkan, juga berarti menyuburkan.4 Pendidikan menurut Roger A. Kaufman adalah, “education itself may be as a process for providing learners with (at least minimal) skills, knowledge, and attitudes so that they may live and produce in our society when they legally exit from our educational agencies”.5 Yang berarti pendidikan itu sendiri dimungkinkan sebagai sebuah proses yang menyediakan bagi pelajar (yang setidaknya minimal) keahlian, pengetahuan, dan sikap sehingga mereka dapat hidup dan menghasilkan di lingkungan disekitarnya ketika mereka lulus dari lembaga pendidikan. Kata karakter seperti dikutip Fatchul Mu’in berasal dari bahasa Inggris character, yang juga berasal dari bahasa Yunani character yang berarti hal yang berbeda antara satu hal dan yang lainya, dan akhirnya juga digunakan untuk menyebut kesamaan kualitas pada tiap orang yang membedakan dengan kualitas lainnya.6 Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, disebutkan bahwa karakter adalah tabiat, sifat kejiwaan, akhlak, atau budi pekerti, yang membedakan satu sama lain, dengan kata lain watak.7 Menurut D. Yahya Khan karakter itu sendiri adalah sikap pribadi yang stabil hasil proses konsolidasi secara progresif dan dinamis, integrasi pernyataan dan tindakan.8 Sedangkan Doni Koesoema A. memahami bahwa karakter sama dengan kepribadian. Kepribadian dianggap sebagai ciri, atau karakteristik, atau gaya, atau sifat khas dari diri seseorang yang bersumber dari bentukanbentukan yang diterima dari lingkungan.9
4
5
6
7
8
9
Fatchul Mu’in, Pendidikan Karakter;Konstruksi Teoritik dan Praktik, Yogjakarta: Ar-Ruzz Media, 2011, hlm.288-289 Roger A. Kaufman, Educational System Planning, New Jersey: Prentice-Hall, 1972, hlm. 3 Fatchul Mu’in, Pendidikan Karakter, Konstruksi Teoritik dan Praktik, Jogjakarta: Ar-Ruzz Media, 2011, hlm. 162. Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi Keempat, Jakarta: PT Gramedia, 2008, hlm. 623. D. Yahya Khan, Pendidikan Karakter; Berbasis Potensi Diri, Bandung: Remaja Rosdakarya, 2009, hlm.1. Doni Koesoema A., Pendidikan Karakter, Strategi Mendidik Anak di Zaman Global, Jakarta: Grasindo, 2007, hlm. 80.
288
Kajian Vol. 20 No. 3 September 2015 hal. 285 - 303
Dari pengertian karakter yang di atas, maka dapat disimpulkan pengertian dari karakter adalah suatu sifat pada seseorang yang dapat dibentuk dari lingkungan sekitar yang dapat melandasi pemikiran, sikap, dan perilaku seseorang. Pendidikan karakter merupakan suatu sistem penanaman nilai-nilai karakter kepada siswa yang meliputi komponen pengetahuan, kesadaran atau kemauan, dan tindakan untuk melaksanakan nilainilai tersebut. Penanaman dan pembentukan karakter pada diri seorang individu tidak dapat dilakukan secara instan, karena memerlukan proses yang panjang. Oleh karenanya penanaman karakterkarakter tersebut hendaknya ditanamkan sejak usia dini. Secara formal, penanaman karakter tersebut dapat dilakukan melalui program pendidikan anak usia dini. Menurut Pusat Bahasa Depdiknas, karakter adalah bawaan, hati, jiwa, kepribadian, budi pekerti, perilaku, personalitas, sifat, tabiat, temperamen, dan watak. Sehingga berkarakter berarti berkepribadian, berperilaku, bersifat, dan berwatak. Kepribadian merupakan organisasi dinamis dalam diri individu sebagai suatu sistem psikofisik, yang menentukan caranya yang khas (unik dalam menyesuaikan diri dengan lingkungannya.10 Definisi ini menunjukkan bahwa karakter seorang individu selalu berkembang dan berubah sesuai faktor mental dan fisiknya. Definisi lain dikemukakan oleh Sumadi Suryabrata dalam Safan Amri, yang mengartikan kepribadian sebagai sesuatu yang mendorong dan mendinamisasi dilakukannya sesuatu.11 Oleh karenanya dapat dimaksudkan bahwa kepribadian tercermin dari sikap-sikap yang ditunjukkan oleh seseorang dalam melakukan sesuatu. Terlepas dari definisi-definisi yang telah dijelaskan sebelumnya, karakter-karakter yang diinginkan dalam pendidikan karakter tentu saja karakter yang baik dan terpuji. Untuk itu Kemendiknas seperti dikutip Safan Amri sudah merumuskan 18 karakter yang dimaksud ke dalam buku pelatihan dan pengembangan budaya karakter bangsa. Karakter-karakter tersebut adalah religius, jujur, toleransi, disiplin, kerja keras, kreatif, mandiri, demokratis, rasa ingin tahu, semangat kebangsaan, cinta tanah air, menghargai prestasi, bersahabat/ komunikatif, cinta damai, gemar membaca, peduli lingkungan, peduli sosial, dan tanggung jawab.12 Berdasarkan uraian di atas pendidikan karakter dapat dirumuskan sebagai suatu sistem penanaman
10
12 11
Rif’at S. Nawawi, Kepribadian Qur’ani, Jakarta: Amzah, 2011, hlm. 16 Ibid. hlm. 24 Safan Amri, dkk., Implementasi Pendidikan Karakter Dalam Pembelajaran, Jakarta: Prestasi Pustaka, 2011, hlm. 3
nilai-nilai karakter kepada siswa yang meliputi komponen pengetahuan, kesadaran, atau kemauan, dan tindakan untuk melaksanakan nilai-nilai tersebut. Jika dilihat lebih dalam pada hakikatnya pendidikan karakter berpijak pada karakter dasar manusia yaitu nilai moral universal yang bersumber pada nilainilai agama yang dianggap sebagai the golden rule. Karena pendidikan karakter dapat memiliki tujuan yang pasti apabila berpijak pada nilai-nilai karakter dasar tersebut. Tidak hanya rumusan karakter yang bersifat relatif menurut manusia, melainkan karakter yang hakiki dan kontinu.13 Sebagai seorang muslim, nilai-nilai karakter dasar tersebut bersumber dari Al-Qur’an, yang mempersepsikan karakter sebagai akhlak (kepribadian). Akhlak merupakan fondasi dasar sebuah karakter diri. Dalam islam akhlak merupakan suatu hal yang mutlak, karena akhlak membedakan karakter manusia dari makhluk lainnya. Anak usia dini merupakan sosok individu yang sedang mengalami suatu proses perkembangan yang pesat. Anak usia dini berada pada rentang usia 0-8 tahun, pada masa inilah seorang individu sedang mengalami pertumbuhan dan perkembangan dalam berbagai aspek secara cepat. Selanjutnya dalam UU No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Bab 1 Pasal 1 Ayat 14, seperti dikutip Novan A. Wiyani, disebutkan bahwa: “Pendidikan anak usia dini adalah upaya pembinaan yang ditujukan kepada anak sejak lahir sampai dengan usia enam tahun yang dilakukan melalui pemberian rangsangan pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani agar anak memiliki kesiapan dalam memasuki pendidikan lebih lanjut.”14 Berdasarkan undang-undang tersebut maka yang disebut anak usia dini adalah anak dalam rentang usia 0-6 tahun. Pada usia inilah menurut Maimunah Hasan penanaman dan pembentukan karakter sangat menentukan bagi pengembangan intelegensi permanen dirinya, karena mereka mampu menyerap informasi yang sangat tinggi.15 Salah satu ciri pada usia dini ini menurut Yuliani Nurani Sujiono adalah the golden ages atau periode keemasan, dengan ciri-ciri antara lain:16 a. Anak bersifat unik b. Anak mengekspresikan perilakunya secara spontan
13 14
15
16
Ibid., hlm. 4 Novan A. Wiyani, Barnawi, Format PAUD, Jogjakarta: ArRuzz Media, 2012, hlm. 32 Maimunah Hasan, PAUD (Pendidikan Anak Usia Dini), Jogjakarta: DIva Press, 2009, hlm. 17 Yuliani Nurani Sujiono, Konsep Dasar Pendidikan Anak Usia Dini, Jakarta: Indeks, 2009, hlm. 34
Cecep Kustandi dan Pita Rasdi Pengembangan Program Pembelajaran Berkarakter Qur'ani
c. Anak bersikap aktif dan energik d. Anak itu egosentris e. Anak memiliki rasa ingin tahu yang kuat dan antusias terhadap banyak hal f. Anak bersifat eksploratif dan berjiwa pejuang g. Anak umumnya kaya dengan fantasi h. Anak masih mudah frustrasi i. Anak masih kurang pertimbangan dalam bertindak j. Anak memiliki daya perhatian yang pendek k. Masa anak merupakan masa belajar yang paling potensial l. Anak semakin menunjukkan minat terhadap teman Berkaitan dengan periode keemasan dalam masa ini, pendidikan anak usia dini sudah seharusnya menjadi perhatian semua pihak khususnya pendidik dan orang tua. Sehingga dapat memberikan pengertian bahwa pendidikan anak usia dini merupakan segala upaya dan tindakan yang dilakukan (proses pengasuhan, perawatan, dan pendidikan) pada anak dengan menciptakan suasana dan lingkungan yang bisa mengeksplorasi pengalaman belajarnya. Sebagaimana disampai Jamal Ma’mun bahwa peran guru sebagai pendidik karakter dapat diuraikan sebagai; keteladanan, inspirator, motivator, dinamisator dan evaluator.17 Pendidikan pada anak usia dini memuat segala upaya dan tindakan yang dilakukan (meliputi proses pengasuhan, perawatan, dan pendidikan) pada anak dengan menciptakan suasana dan lingkungan yang bisa mengeksplorasi pengalaman belajarnya. Pengalaman-pengalaman belajar tersebut kemudian dirumuskan dalam suatu program pembelajaran berupa Rencana Kegiatan Mingguan (RKM) dan Rencana Kegiatan Harian (RKH). Program pembelajaran inilah yang kemudian akan dikembangkan di PAUD. Kegiatan pembelajaran pada anak usia dini merupakan pengembangan kurikulum secara konkret berupa seperangkat rencana yang berisi sejumlah pengalaman belajar melalui bermain yang diberikan pada anak usia dini berdasarkan potensi dan tugas perkembangan yang harus dikuasai dalam rangka pencapaian kompetensi yang harus dimiliki oleh anak. Pada dasarnya pengembangan program pembelajaran pada PAUD adalah pengembangan sejumlah pengalaman belajar melalui kegiatan bermain yang dapat memperkaya pengalaman anak tentang berbagai hal, seperti cara berpikir tentang diri sendiri, tanggap pada pertanyaan, dapat
17
Jamal Ma’mur Asmuni, Panduan Internalisasi Pendidikan Karakter di Sekolah, Yogyakarta: Diva press, 2012, hlm. 7482
289
memberikan argumentasi untuk mencari berbagai argumentasi. Pembelajaran haruslah terkait dalam pengembangan kurikulum yang merupakan rencana pendidikan yang dirancang untuk memaksimalkan interaksi pembelajaran dalam rangka menghasilkan perubahan perilaku yang potensial. Tokoh pendidikan ini memaksudkan bahwa dalam setiap perancangan program pembelajaran harus mengetengahkan tujuan dan target pembelajaran yang akan dicapai melalui berbagai kegiatan pembelajarannya. Kajian pengembangan kemudian muncul kembali dalam definisi teknologi pendidikan yang menjelaskan bahwa, “Educational Technology is the study and ethical practice of facilitating learning and improving performance by creating, using, and managing appropriate technological prosesses and Resources.”18
Barbara Seels & Richey mengartikan pengembangan sebagai proses penerjemahan spesifikasi desain ke dalam bentuk fisik.19 Pengembangan program pembelajaran bagi anak usia dini menurut Yuliani Nurani Sujiono seharusnya sarat dengan aktivitas bermain yang mengutamakan adanya kebebasan bagi anak untuk bereksplorasi dan berkreativitas. Pendapat ini berkaitan dengan salah satu unsur utama dalam pendekatan PAUD yaitu anak belajar melalui bermain, sedangkan pendidik berperan sebagai fasilitator dalam pembelajaran.20 Pembelajaran Menurut Eveline Siregar memiliki ciri-ciri sebagai berikut:21 a. Merupakan upaya sadar dan disengaja b. Pembelajaran harus membuat siswa belajar c. Tujuan harus ditetapkan terlebih dahulu sebelum proses dilaksanakan d. Pelaksanaannya terkendali, baik isinya, waktu, proses, maupun hasilnya Selanjutnya Reigeluth dalam Dewi S. Prawiladilaga mendefinisikan desain pembelajaran sebagai kisi-kisi dari penerapan teori belajar dan pembelajaran untuk memfasilitasi proses belajar seseorang. Ia menyebutkan bahwa pengembangan pembelajaran ditandai dengan adanya uji coba dari kisi-kisi pembelajaran yang dibuat untuk kemudian dievaluasi dan direvisi.22 Alan Januszewski & Michael Molenda, “Educational Technology”, British Journal of Educational Technology, Vol. 40, Issue 1, 2009, hlm. 1. 19 Barbara Seels & Richey, Teknologi Pembelajaran Definisi dan Kawasannya, Jakarta: UNJ, 1994, hlm. 39. 20 Yuliani Nurani Sujiono, Konsep Dasar Pendidikan Anak Usia Dini, Jakarta: Indeks, 2009, hlm. 138. 21 Eveline Siregar, dkk., Buku Ajar Teori Belajar dan Pembelajaran, Jakarta: UNJ, 2010, hlm. 10. 22 Dewi S. Prawiladilaga, Prinsip Desain pembelajaran, Jakarta: Prenada, 2008, hlm. 15. 18
290
Kajian Vol. 20 No. 3 September 2015 hal. 285 - 303
Berdasarkan asumsi-asumsi yang dikemukakan oleh beberapa tokoh tentang pengembangan pembelajaran. Maka lahirlah model-model pengembangan pembelajaran dalam bidang teknologi pendidikan. Model-model tersebut menurut Toeti Soekamto memiliki kegunaan antara lain sebagai:23 a. Alat komunikasi antara pengembang pembelajaran dengan klien b. Petunjuk dalam perencanaan aktivitas yang akan dilaksanakan pada pengelolaan c. Sejumlah aturan yang bersifat preskriptif untuk pengembalian keputusan Uraian-uraian di atas menegaskan bahwa para ahli sependapat mengenai kegiatan pembelajaran seperti apa yang harus dikembangkan dalam program pembelajaran PAUD. Program pembelajaran PAUD hendaknya memuat aktivitas bermain sebagai cara anak dalam belajar. Dalam pengembangan program pembelajaran di PAUD, pengembang menggunakan Model Pengembangan Instruksional (MPI). Pengembangan dilakukan dengan menggunakan pendekatan sistem yang meliputi analisis, desain, pengembangan, implementasi, dan evaluasi dalam rangka mengatasi masalah belajar dan meningkatkan kualitas pembelajaran di PAUD. Salah satu alasan dari penggunaan model ini adalah sifatnya yang berorientasi pada kelas (digunakan pada tingkat mata pelajaran). Oleh karenanya uraian dan langkahlangkah pengembangannya terlihat lebih sederhana. Hal ini sesuai dengan pengembangan program pembelajaran yang memang hanya dikhususkan untuk PAUD saja. Berkaitan dengan pengembangan program pembelajaran yang akan dilakukan, pengembang mengupayakan pengintegrasian karakter-karakter mulia ke dalamnya. Hal ini dilakukan atas dasar urgensi dari pendidikan karakter di Indonesia. Sebagai tindak lanjut, kemudian pengembang melakukan analisis terhadap karakter-karakter yang harus diintegrasikan dalam program pembelajaran yang dikembangkan. Hasil akhirnya adalah 19 karakter dalam Al-Qur’an yang akan diintegrasikan di dalamnya. 19 karakter itu adalah beriman, tenang, rela, sabar, tawakal, jujur, amanah, cerdas, berani, demokratis, positif, optimis, pemurah, tobat, takwa, ihsan, konsisten, bahagia, dan syukur. Pengintegrasian 19 karakter qur’ani akan dilakukan pada beberapa komponen program pembelajaran, yaitu tujuan pembelajaran, isi pembelajaran, dan kegiatan pembelajaran. Secara khusus pengembang mengintegrasikan karakterkarakter qur’ani tersebut ke dalam pengalaman
23
Toeti Soekamto, Perancangan dan Pengembangan Sistem Instruksional, Jakarta: Intermedia, 1993, hlm. 10
belajar siswa yang akan didapatnya selama mengikuti pembelajaran di kelas. Sedangkan untuk komponen program pembelajaran berupa metode, media, dan evaluasi pembelajaran tidak diintegrasikan dengan karakter qur’ani. Hal tersebut tidak dilakukan karena pengembang tidak menemukan teori-teori yang mendukung pengintegrasian tersebut. Berdasarkan uraian di atas yang dimaksud pengembangan program pembelajaran berkarakter qur’ani adalah pengintegrasian karakter-karakter qur’ani ke dalam komponen RKM (Rencana Kegiatan Mingguan) dan RKH (Rencana Kegiatan Harian) pada PAUD. Ciri khas dalam pengembangan ini adalah pembiasaan dan keteladanan yang dicontohkan guru terhadap siswa. Dengan adanya pembiasaan dan keteladanan yang diberikan maka penanaman karakter qur’ani sedikit demi sedikit akan melekat dalam diri siswa. Bahkan akan mendarah daging, sehingga akan menjadi bagian dari karakter siswa. Oleh karenanya dengan pengembangan ini diharapkan akan dapat membantu pelaksanaan pembelajaran yang lebih efektif dan efisien di PAUD. Selain itu program pembelajaran ini juga diharapkan dapat membantu guru dalam menanamkan karakter pada anak usia dini. E. Metode Penelitian Metode penelitian yang digunakan adalah penelitian Model Pengembangan Instruksional (MPI) yang dikembangkan oleh Atwi Suparman. MPI merupakan model pengembangan pembelajaran yang menggunakan pendekatan sistem dan berorientasi pada kelas (mata pelajaran tertentu). Berikut langkah-langkah dalam model MPI: Mengidentifikasi kebutuhan pembelajaran dan menulis tujuan pembelajaran umum, Melakukan analisis pembelajaran, Mengidentifikasi perilaku dan karakteristik awal siswa, Menulis tujuan pembelajaran khusus, Menulis tes acuan patokan, Menyusun strategi pembelajaran, Mengembangkan bahan pembelajaran, Melakukan evaluasi formatif. Responden Responden dan penguji coba dalam pengembangan program pembelajaran berkarakter qur’ani untuk pendidikan anak usia dini ini adalah: a. Ahli desain pembelajaran b. Ahli bidang studi c. Pengguna, guru PAUD dalam hal ini penelitian pengembangan dilakukan pada beberapa PAUD di Cilacap Instrumen Instrumen yang digunakan dalam penelitian pengembangan ini adalah kuesioner. Kuesioner akan diberikan pada ahli desain pembelajaran dan
Cecep Kustandi dan Pita Rasdi Pengembangan Program Pembelajaran Berkarakter Qur'ani
291
Pendidikan Karakter merupakan penanaman nilai-nilai karakter pada aspek: 1. Pengetahuan (Kognitif) 2. Kesadaran/Kemauan (Afektif) 3. Tindakan (Psikomotorik)
Pelaksanaan Pendidikan Karakter idealnya mulai dilaksanakan pada tingkat PAUD, yaitu dimuat dalam program pembelajaran PAUD (seperti RKM dan RKH)
Membantu guru dalam menumbuhkembangkan perilaku qur’ani pada anak dalam kehidupan sehari-hari
Pengembangan program pembelajaran dilakukan di PAUD, karena: 1. Program pembelajaran belum terstruktur 2. Kegiatan pembelajaran belum efektif dan lebih ditekankan pada aspek kognitif
Program Pembelajaran Berkarakter Qurani untuk PAUD merupakan program yang mengintegrasikan karakter qurani ke dalam setiap aspek perkembangan anak dengan ciri khas pembiasaan dan keteladanan.
Prosedur pengembangan menggunakan Model Pengembangan Instruksional (MPI), karena: 1. Menggunakan pendekatan sistem 2. Berorientasi pada kelas
Al-Qur’an dapat dijadikan dasar dalam mengembangkan program pembelajaran yang memuat nilai-nilai karakter.
Gambar 1. Alur Kerangka Berpikir
ahli bidang studi. Sedangkan kepada pengguna menggunakan pedoman wawancara. Pembuatan kuesioner ini berdasarkan pada komponenkomponen dalam perencanaan pembelajaran yang meliputi tujuan pembelajaran, isi pembelajaran, kegiatan pembelajaran, metode pembelajaran, media pembelajaran, dan evaluasi pembelajaran. Lokasi Penelitian Pengembangan Penelitian pengembangn ini dilakukan pada beberapa PAUD yang berlokasi di Kecamatan Cilacap Selatan, Cilacap Tengah dan Cilacap Utara, Kabupaten Cilacap, Provinsi Jawa Tengah Prosedur Pengembangan Dalam pengembangan program pembelajaran berkarakter qur’ani untuk pendidikan anak usia dini digunakan model pengembangan instruksional (MPI) Atwi Suparman. Berikut langkah-langkah dalam model MPI, yaitu:
1. Mengidentifikasi kebutuhan pembelajaran dan menulis tujuan pembelajaran umum Pada tahap awal pengembangan, sebelumnya pengembang melakukan observasi. Dalam prosesnya pengembang melakukan pengamatan secara langsung terhadap kegiatan pembelajarannya. Dari hasil observasi tersebut terlihat adanya kesenjangan terhadap tujuan yang diharapkan oleh lembaga yang bersangkutan. Indikator dari kesenjangan yang menjadi masalah tersebut seperti lingkungan belajar yang kurang kondusif dan kegiatan pembelajaran yang kurang sistemik dan sistematis. Data lainnya didapat setelah melakukan interview dengan guru yang bersangkutan diketahui bahwa dua dari empat guru yang ada berasal dari latar belakang non kependidikan dan bukan dari bidang studi PAUD. Selain itu muatan materi yang disajikan guru lebih dominan kepada pengetahuan yang bersifat kognitif.
292 Alhasil siswa lebih banyak belajar hal-hal yang berhubungan dengan IQ dibandingkan EQ dan SQ. Berdasarkan uraian permasalahan di atas pengembang mengajukan pemecahan masalah melalui pengembangan program pembelajaran berkarakter qur’ani. Pengintegrasian karakter qur’ani sendiri dimaksudkan untuk menumbuhkembangkan karakter qur’ani dalam diri anak sebagai tindak lanjut dari tujuan pendidikan nasional. Dari hasil identifikasi kebutuhan pembelajaran di atas maka akan dirumuskan tujuan pembelajaran umum (TIU). Kemudian dibuat jaringan tema dalam satu tahun (tema besar) berdasarkan TIU yang telah dibuat. Namun mengingat pengembangan dibatasi pada pembuatan RKM (Rencana Kegiatan Mingguan) dan RKH (Rencana Kegiatan Harian), maka pembelajaran hanya sampai pada satu tema dan sub tema selama satu Minggu. 2. Melakukan analisis pembelajaran Langkah kedua dalam model pengembangan instruksional (MPI) Atwi Suparman adalah melakukan analisis pembelajaran. Dalam melakukan analisis pembelajaran, pengembang menjabarkan kegiatannya dari perilaku umum menjadi perilaku khusus yang tersusun secara logis dan sistematis serta mempertimbangkan tujuan pembelajaran yang hendak dicapai. Setiap aspek perkembangan (kognitif, sosial-emosional, bahasa, fisik-motorik, dan seni) akan diintegrasikan dengan karakter qur’ani. 3. Mengidentifikasi perilaku dan karakteristik awal siswa Dalam melakukan langkah ketiga dalam MPI, pengembang sebelumnya telah melakukan wawancara kepada guru. Selain itu pengembang juga melakukan observasi secara langsung dengan ikut terlibat dalam proses pembelajaran selama beberapa hari. Hal tersebut dilakukan untuk mengetahui perilaku dan karakteristik awal dari siswa PAUD kelompok usia 4-5 tahun. Secara umum karakteristik yang ditunjukkan antara lain: a. Mayoritas anak-anak masih ditemani orang tuanya saat berada di dalam kelas, karena masih bersikap malu saat proses pembelajaran berlangsung. b. Saat orang tua menemani, anak-anak terlihat lebih kurang bersosialisasi. Terkadang orang tua kurang membiarkan anaknya untuk bereksplorasi sendiri. c. Anak-anak mudah tergoda dengan sesuatu yang dimiliki temannya, terkadang merengek pada orang tua untuk memilikinya juga. d. Anak terlihat lebih manja ketika orang tua berada di dalam kelas saat pembelajaran berlangsung.
Kajian Vol. 20 No. 3 September 2015 hal. 285 - 303
e. Ada kalanya seorang anak terlihat menggoda temannya yang lain. f. Anak-anak menunjukkan perilaku bersemangat, terkadang membuat suasana kelas kurang kondusif. g. Seketika ada anak yang terlihat lebih asyik bermain sendiri, sedang teman yang lainnya mengikuti pembelajaran. 4. Menulis tujuan pembelajaran khusus Tujuan pembelajaran khusus dirumuskan berdasarkan analisis pembelajaran dan identifikasi perilaku dan karakteristik awal siswa yang telah dilakukan pada langkah sebelumnya. Masingmasing aspek perkembangan anak (kognitif, bahasa, sosial-emosional, fisik-motorik, dan seni) dibuat rumusan TIK-nya. Rumusan-rumusan TIK tersebut diintegrasikan dengan karakter qur’ani (aspek perkembangan anak untuk bidang spiritual). 5. Menulis tes acuan patokan Pada langkah kelima ini, tes acuan patokan yang dirumuskan mengacu pada tujuan pembelajaran khusus yang telah dibuat. Dalam rangka mengukur tingkat pencapaian dan kemajuan siswa selama proses pembelajaran digunakan penilaian dalam bentuk non tes. Penilaian tersebut berupa penilaian dalam bentuk pengamatan yang dilakukan oleh guru selama pembelajaran berlangsung. Oleh karenanya lembar “Penilaian Perkembangan Anak” ditujukan untuk menilai pencapaian tujuan pembelajaran dan penilaian terhadap anak. Di mana penilaian tidak hanya dilihat dari hasil akhir anak, melainkan juga proses yang terjadi selama pembelajaran berlangsung. Dalam pengembangan ini dibuat format penilaian perkembangan anak selama satu Minggu dan pengamatan perkembangan anak setiap pertemuan. Penilaian perkembangan anak tersebut dibuat berdasarkan TIK yang telah dirumuskan. Sedangkan kriteria penilaian yang digunakan terdiri dari belum teramati, mulai berkembang, berkembang, dan konsisten. 6. Menyusun strategi pembelajaran Langkah keenam dalam MPI adalah menyusun strategi pembelajaran. Pada langkah ini, pengembang menyusun strategi pembelajaran ke dalam rencana kegiatan mingguan dan rencana kegiatan harian. Dalam menyusun strategi pembelajaran ini terdapat empat komponen utama yang dituliskan yaitu urutan kegiatan, metode pembelajaran, media pembelajaran, dan strategi pembelajaran. selain empat komponen tersebut dituliskan pula tujuan pembelajaran umum, tujuan pembelajaran khusus, materi pembelajaran, aspek perkembangan, dan penilaian perkembangan anak.
293
Cecep Kustandi dan Pita Rasdi Pengembangan Program Pembelajaran Berkarakter Qur'ani
Selain RKM (Rencana Kegiatan Mingguan) dan RKH (Rencana Kegiatan Harian), pengembang juga membuat pedoman kerja guru setiap pertemuannya. Hal tersebut berguna sebagai portofolio bagi guru dalam melakukan kegiatan pembelajaran. Selain itu berguna juga bagi pengembang dalam melihat sejauh mana guru mengaplikasikan produk yang sedang digunakan. 7. Mengembangkan bahan pembelajaran Pada langkah ketujuh ini, pengembang mengembangkan bahan pelajaran PBS (pengajar, bahan, siswa). Di sini, pengembang mengumpulkan dan memilih berbagai bahan pembelajaran yang dapat digunakan dalam kegiatan pembelajaran di kelas. Pemilihan bahan pembelajaran disesuaikan dengan isi pelajaran yang tercantum dalam rencana kegiatan harian (RKH). Bahan-bahan tersebut kemudian dikembangkan menjadi bahan pembelajaran yang disesuaikan dengan materi pembelajaran. 8. Melakukan evaluasi formatif Pengembangan hanya akan digunakan pada lembaga yang terbatas, yaitu beberapa PAUD yang berlokasi di Kecamatan Cilacap Selatan, Cilacap Tengah dan Cilacap Utara, Kabupaten Cilacap, Provinsi Jawa Tengah. Oleh karenanya, dari empat langkah dalam evaluasi formatif ini tidak akan dilakukan semuanya. Melainkan hanya tiga tahapan yang akan dilakukan, yaitu: a. Review ahli, yang terdiri dari review ahli bidang studi dan review ahli desain pembelajaran. Masing-masing ahli akan diberikan instrumen terkait pengembangan program pembelajaran yang dilakukan. b. Evaluasi satu-satu, yang terdiri dari empat pengguna yaitu guru PAUD. Masing-masing guru akan diberikan instrumen terkait pengembangan program pembelajaran yang dilakukan. c. Uji coba lapangan, merupakan tahap terakhir dalam evaluasi formatif. Pada tahapan ini pengembang akan mengujicobakan produk langsung di lapangan selama satu minggu. Teknik Analisis Data Pada tahapan prosedur pengembangan dilakukan evaluasi formatif untuk memvalidasi desain yang telah dibuat. Dalam pengembangan program pembelajaran berkarakter qur’ani pada pendidikan anak usia dini ini, pengembang melakukan evaluasi formatif dengan langkah review ahli, uji coba satu-satu, dan uji coba lapangan. Ahli desain pembelajaran dan ahli bidang studi diberikan instrumen evaluasi yang berbentuk skala Likert dengan gradasi sebagai berikut: 1. SS = Sangat setuju, diberi skor 4 2. S = Setuju, diberi skor 3
3. TS = Tidak setuju, diberi skor 2 4. STS = Sangat tidak setuju, diberi skor 1 Jumlah butir pertanyaan untuk ahli bidang studi dan ahli desain pembelajaran terdiri dari 13 butir pertanyaan tertutup dan satu pernyataan terbuka berupa saran dan kritik. Selanjutnya berdasarkan data yang diperoleh kemudian dilakukan analisis penghitungan untuk mendapatkan rata-rata skor yang diperoleh. Rumus yang digunakan dalam menentukan rentang untuk kriteria penilaian yang dibuat yaitu: Rentang Nilai =
Skor Terbesar – Skor Terkecil Jumlah Kriteria Penilaian
Berdasarkan perhitungan rentang nilai tersebut, berikut kriteria penilaian yang didapat: 1. Sangat Baik : 3,26 - 4,00 2. Baik : 2,51 - 3,25 3. Tidak Baik : 1,76 - 2,50 4. Sangat Tidak Baik : 1,00 – 1,75 Kriteria penilaian tersebut digunakan sebagai acuan dalam menentukan hasil pengembangan termasuk dalam kategori sangat baik, baik, tidak baik, atau sangat tidak baik. II. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Hasil Pengembangan Prosedur pengembangan dalam penelitian ini mengikuti langkah-langkah pengembangan dengan model MPI, yaitu: 1. Mengidentifikasi kebutuhan pembelajaran dan menulis tujuan pembelajaran umum Dalam melakukan proses identifikasi kebutuhan pembelajaran, pengembang mengikuti langkahlangkah dalam MPI, yaitu: a. Langkah 1, mengidentifikasi kesenjangan hasil pembelajaran dengan hasil yang seharusnya (diharapkan). Untuk mendapatkan data, pengembang melakukan observasi dan wawancara terhadap guru PAUD. Wawancara yang dilakukan antara lain dengan mengajukan pertanyaan sebagai berikut: 1) Sudah berapa lama PAUD tersebut berdiri berdiri? 2) Bagaimana proses pembelajaran di dalam kelas? Apakah sudah kondusif? 3) Bagaimana karakteristik siswa PAUD di sekolah tersebut? 4) Bagaimana dengan program pembelajarannya? Apakah sudah ada dan terstruktur? 5) Apakah tujuan pembelajaran atau hasil akhir yang ingin dicapai PAUD setelah anakanak lulus?
294
Kajian Vol. 20 No. 3 September 2015 hal. 285 - 303
6) Siapa saja yang menjadi guru di PAUD? Bagaimana dengan latar belakang guruguru tersebut? 7) Apakah dalam menyampaikan materimateri umum, guru juga mengaitkannya dengan ketauhidan? 8) Jika di PAUD dilakukan penelitian pengembangan terkait program pembelajaran yang mengintegrasikan tauhid, bagaimana pendapat anda? Berdasarkan pertanyaan tersebut, pengembang menuliskan jawaban dari guru dengan menguraikannya ke dalam bentuk laporan. Laporan dibuat setelah pengembang melakukan wawancara dan observasi pada bulan Oktober 2014. Berikut deskripsi dari hasil wawancara dan observasi yang dilakukan. Beberapa PAUD yang berlokasi di Kecamatan Cilacap Selatan, Cilacap Tengah dan Cilacap Utara, Kabupaten Cilacap, Provinsi Jawa Tengah sudah berdiri rata-rata lima tahun. Selama proses pembelajarannya, anak-anak lebih banyak diberikan materi yang berupa calistung. Mengingat tuntutan orang tua yang bertujuan agar setelah lulus dari PAUD, anak-anak sudah bisa calistung. Pola pikir ini muncul dikarenakan persyaratan salah satu dalam melakukan pendidikan lebih lanjut ke SD. Sebagai salah satu lembaga pendidikan, PAUD yang semula menginginkan pembelajaran yang lebih menekankan konsep bermain, akhirnya lebih memilih untuk mengikuti keinginan dari orang tua. Meskipun begitu anak-anak tetap bisa bermain meski porsinya belum banyak dan terencana. Proses pembelajaran pun belum kondusif, terlihat dari kegiatan dan urutan pembelajaran yang belum teratur dan sistematis. Mengingat program pembelajaran yang ada memang belum terstruktur, selain itu pula kompetensi guru yang bukan berasal dari latar belakang PAUD. Ratarata berjumlah 4 orang guru dalam 1 PAUD, yang rata-rata dengan latar belakang sarjana, SMA dan SM. Untuk kelas rata-rata dibagi dalam dua kelompok usia 4-5 tahun dan usia 5-6 tahun. Selama proses pembelajaran, anak-anak kelompok usia 5-6 tahun nampak lebih teratur. Sedang untuk kelompok usia 4-5 tahun masih terlihat belum teratur dikarenakan baru bersosialisasi dalam suatu kelas. Hal ini menyebabkan orang tua ikut serta mendampingi anak selama proses pembelajaran. Mengingat PAUD yang menginginkan kegiatan pembelajaran yang islami, sering kali pada setiap pertemuan anak-anak diajarkan baca tulis iqra’, berdo’a, dan tata cara sholat dan wudhu.
b. Langkah 2, Berdasarkan deskripsi hasil observasi dan wawancara di atas, pengembang menemukan kesenjangan yang terjadi di lapangan. Mengingat tujuan PAUD secara umum yaitu membangun landasan bagi berkembangnya potensi anak agar menjadi manusia yang berkarakter melalui pengembangan potensi kecerdasan spiritual, intelektual, emosional, kinestetis, dan sosial pada masa emas pertumbuhannya dalam lingkungan bermain yang edukatif dan menyenangkan. Bila ditinjau dari tujuan PAUD di atas, terjadi kesenjangan dengan tujuan dan hasil pembelajaran dari PAUD. Bila tujuan akhir pada calistung, maka akan berpengaruh terhadap kurang berkembangnya aspek perkembangan anak lainnya. Jika pembelajaran yang ada berlanjut, aspek yang dominan tumbuh dalam diri anak kemungkinan lebih dominan kognitifnya. Hal ini akan berdampak pada kehidupan anak di masa yang akan datang. Selain itu, hal ini juga akan berdampak pada kualitas lembaga PAUD yang sudah dikategorikan sebagai kelompok bermain. c. Langkah 3, menentukan penyebab terjadinya kesenjangan. Selama melakukan observasi dan wawancara, pengembang menganalisis kemungkinan penyebab terjadinya kesenjangan di PAUD. Salah satunya adalah belum adanya program pembelajaran yang terstruktur. d. Langkah 4, selama melakukan wawanca ratarata para guru yang ada, belum mendapat pengetahuan tentang pengembangan program pembelajaran untuk PAUD. Mengingat latar belakang masing-masing guru kebanyakan bukan dari PAUD. e. Langkah 5, mengingat kesemua guru belum mendapatkan pengalaman dalam mengembangkan program pembelajaran untuk PAUD, maka proses identifikasi kebutuhan dilanjutkan pada menulis tujuan pembelajaran umum (TIU). Ilustrasi proses dalam mengidentifikasi kebutuhan pembelajaran nampak dalam gambar 2. Setelah mengidentifikasi kebutuhan pembelajaran, pengembang menuliskan TIU/Tujuan Instruksional Umum. TIU ditulis berdasarkan jenis pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang tidak pernah atau belum dilakukan dengan baik oleh siswa. Dalam merumuskan TIU ada beberapa tahap yang dilakukan pengembang. Pertama, mengidentifikasi orang yang belajar. Orang yang belajar di PAUD di daerah Cilacap meliputi anak-anak usia 4-5 tahun dan 5-6 tahun. Mengingat pembelajaran perilaku qur’ani harus ditumbuhkembangkan sedini mungkin,
295
Cecep Kustandi dan Pita Rasdi Pengembangan Program Pembelajaran Berkarakter Qur'ani 6
Abaikan Hasil yang diharapkan
1
Tidak
Beri umpan balik
2
Hasil sekarang
7
Ya
Kesenjangan Signifikan besar, penting?
5 Sering?
Tidak
Beri kesempatan melakukan/praktek dengan supervisi
Ya 3
Ya 4
Penyebab kesenjangan pengetahuan, keterampilan, sikap tertentu?
Ya
Pernah mempelajarinya?
Tidak Tidak Bukan tugas pengembang pembelajaran
8
Rumuskan tujuan pembelajaran umum
Proses pengembangan pembelajaran selanjutnya
Gambar 2. Proses mengidentifikasi kebutuhan instruksional
pengembang memilih pengembangan dilakukan untuk kelompok usia 4-5 tahun. Kedua, menggunakan istilah “akan dapat”. Mengingat tujuan yang dibuat harus berorientasi kepada hasil belajar tertentu yang ingin dicapai. Ketiga, menggunakan kata kerja aktif dan dapat diamati/diukur (operasional). Keempat, mengandung perilaku yang diharapkan dikuasai siswa setelah melakukan pembelajaran. Berdasarkan tahapan yang harus dilakukan dalam merumuskan TIU, pengembang merumuskan TIU: “Setelah mengikuti pembelajaran, siswa PAUD akan dapat menunjukkan perilaku qur’ani dalam kehidupan sehari-hari.”
Setelah merumuskan TIU, pengembang kemudian membuat jaringan tema. Mengingat pembelajaran yang dilakukan di PAUD bersifat tematik. Sebelumnya pengembang mempelajari tema-tema yang ada dalam kurikulum PAUD seperti tema besar aku yang meliputi identitasku, keluargaku, sekolahku, dan lain-lain. Namun karena program pembelajaran yang akan dikembangkan diintegrasikan dengan perilaku qur’ani, maka tema yang dibuat pun disesuaikan. Langkah-langkah yang dilakukan dalam mengembangkan tema dalam penelitian ini yaitu:
a. Menentukan tema besar dalam satu tahun, pengembang memilih tema besar “Siapakah Aku?”. Tema ini dipilih agar anak dapat mengenali dirinya, lingkungan, dan penciptanya. b. Membuat model keterpaduan tema satu tahun. c. Menuangkan semua sub tema yang mungkin untuk berhubungan dengan tema besar “Siapakah Aku?” yang meliputi “Aku Ciptaan Allah, Ibadah Kebutuhanku, Lingkunganku Titipan Allah, Alam Semesta Ciptaan Allah, Binatang Ciptaan Allah, Tumbuhan Ciptaan Allah”. d. Setelah memilih sub tema, pengembang menuliskan kembali hal-hal yang dekat dengan sub tema yang akan dikembangkan. Pengembangan dibatasi pada satu tema, tema yang dipilih adalah “Aku Ciptaan Allah”. Pemilihan tema ini karena pengembang ingin mengenalkan penciptanya pada anak-anak. sub tema yang dibuat adalah: 1) Mengenal Allah (Asmaul Husna, Sifat Wajib Allah, Muhammad Rasulku, Al-Quran Kitab Allah) 2) Mengenal Diriku (Identitasku, Anggota Tubuhku) 3) Cita-citaku untuk Islam (Muhammad Pahlawanku, Hobi dan Cita-citaku)
296 e. Langkah terakhir adalah menentukan jumlah Minggu untuk masing-masing tema yang telah dirumuskan dalam satu tahun. 2. Melakukan analisis pembelajaran Langkah kedua dalam MPI adalah melakukan analisis pembelajaran. Dalam melakukan analisis pembelajaran, pengembang menjabarkan kegiatannya dari perilaku umum menjadi perilaku khusus yang tersusun secara logis dan sistematis serta mempertimbangkan tujuan pembelajaran yang hendak dicapai. Setiap aspek perkembangan (kognitif, sosial-emosional, bahasa, fisik-motorik, dan seni) akan diintegrasikan dengan karakter qur’ani. Hasil pengembangan analisis pembelajaran terlampir. Langkah-langkah yang dilakukan pengembang dalam melakukan analisis pembelajaran untuk tema “Aku Ciptaan Allah” dan sub tema “Mengenal Allah (Asmaul Husna dan Sifat Wajib Allah): a. Menuliskan TIU: “Setelah mengikuti pembelajaran, siswa PAUD akan dapat menunjukkan perilaku qur’ani dalam kehidupan sehari-hari.” b. Menuliskan perilaku khusus yang diintegrasikan dengan karakter qur’ani c. Menentukan letak dan memberi nomor urut dari perilaku-perilaku khusus yang telah dibuat. 3. Mengidentifikasi perilaku dan karakteristik awal siswa Dalam melakukan langkah ketiga dalam MPI, pengembang sebelumnya telah melakukan wawancara kepada guru-guru PAUD. Selain itu pengembang juga melakukan observasi secara langsung dengan ikut terlibat dalam proses pembelajaran selama beberapa hari. Hal tersebut dilakukan untuk mengetahui perilaku dan karakteristik awal dari siswa PAUD kelompok usia 4-5 tahun. Secara umum karakteristik yang ditunjukkan antara lain: a. Mayoritas anak-anak masih ditemani orang tuanya saat berada di dalam kelas, karena masih bersikap malu saat proses pembelajaran berlangsung. b. Saat orang tua menemani, anak-anak terlihat lebih kurang bersosialisasi. Terkadang orang tua kurang membiarkan anaknya untuk bereksplorasi sendiri. c. Anak-anak mudah tergoda dengan sesuatu yang dimiliki temannya, terkadang merengek pada orang tua untuk memilikinya juga. d. Anak terlihat lebih manja ketika orang tua berada di dalam kelas saat pembelajaran berlangsung. e. Ada kalanya seorang anak terlihat menggoda temannya yang lain.
Kajian Vol. 20 No. 3 September 2015 hal. 285 - 303
f.
Anak-anak menunjukkan perilaku bersemangat, terkadang membuat suasana kelas kurang kondusif. g. Seketika ada anak yang terlihat lebih asyik bermain sendiri, sedang teman yang lainnya mengikuti pembelajaran. 4. Menulis tujuan pembelajaran khusus Tujuan pembelajaran khusus dirumuskan berdasarkan analisis pembelajaran dan identifikasi perilaku dan karakteristik awal siswa yang telah dilakukan pada langkah sebelumnya. Dalam merumuskan TIK, pengembang mengikuti rumus A (Audience), B (Behavior), C (Condition), D (Degree). TIK kemudian dibagi berdasarkan aspek perkembangan kognitif, bahasa, sosial-emosional, fisik-motorik, dan seni. Masing-masing tersebut diintegrasikan dengan karakter qur’ani (Aspek spiritual). Berikut identifikasi tujuan pembelajaran khusus bagi anak usia 4-5 tahun di PAUD untuk tema “Aku Ciptaan Allah” dengan sub tema “Mengenal Allah (Asmaul Husna dan Sifat-Sifat Wajib Allah)”. 5. Menulis tes acuan patokan Pada langkah kelima ini, tes acuan patokan yang dirumuskan mengacu pada tujuan pembelajaran khusus yang telah dibuat. Dalam rangka mengukur tingkat pencapaian dan kemajuan siswa selama proses pembelajaran digunakan penilaian dalam bentuk non tes. Penilaian tersebut berupa penilaian portofolio dan unjuk kerja yang dilakukan oleh guru berdasarkan pengamatan yang dilakukan selama pembelajaran berlangsung. Oleh karenanya lembar “Penilaian Perkembangan Anak” ditujukan untuk menilai pencapaian tujuan pembelajaran dan penilaian terhadap anak. Di mana penilaian tidak hanya dilihat dari hasil akhir anak, melainkan juga proses yang terjadi selama pembelajaran berlangsung. Dalam pengembangan ini dibuat format penilaian perkembangan anak selama satu Minggu dan pengamatan perkembangan anak setiap pertemuan. Penilaian perkembangan anak tersebut dibuat berdasarkan TIK yang telah dirumuskan. Adapun kriteria penilaian yang digunakan terdiri dari belum teramati, mulai berkembang, berkembang, dan konsisten. 6. Menyusun strategi pembelajaran Langkah keenam dalam Model Pengembangan Instruksional (MPI) Atwi Suparman adalah menyusun strategi pembelajaran. Pada langkah ini, pengembang menyusun strategi pembelajaran ke dalam rencana kegiatan mingguan dan rencana kegiatan harian. Program pembelajaran tersebut disusun berdasarkan tema “Aku Ciptaan Allah” dengan sub tema “Mengenal Allah (Asmaul Husna
297
Cecep Kustandi dan Pita Rasdi Pengembangan Program Pembelajaran Berkarakter Qur'ani
dan Sifat-Sifat Wajib Allah)”. Dalam menyusun strategi pembelajaran ini terdapat empat komponen utama yang dituliskan yaitu urutan kegiatan, metode pembelajaran, media pembelajaran, dan strategi pembelajaran. selain empat komponen tersebut dituliskan pula tujuan pembelajaran umum, tujuan pembelajaran khusus, materi pembelajaran, aspek perkembangan, dan penilaian perkembangan anak. Selain RKM (Rencana Kegiatan Mingguan) dan RKH (Rencana Kegiatan Harian), pengembang juga membuat pedoman kerja guru setiap pertemuannya. Hal tersebut berguna sebagai portofolio bagi guru dalam melakukan kegiatan pembelajaran. Selain itu berguna juga bagi pengembang dalam melihat sejauh mana guru mengaplikasikan produk yang sedang digunakan. 7. Mengembangkan bahan pembelajaran Pada langkah ketujuh ini, pengembang mengembangkan bahan pelajaran PBS (pengajar, bahan, siswa). Di sini, pengembang mengumpulkan dan memilih berbagai bahan pembelajaran yang dapat digunakan dalam kegiatan pembelajaran di kelas. Pemilihan bahan pembelajaran disesuaikan dengan isi pelajaran yang tercantum dalam rencana kegiatan harian (RKH). Bahan-bahan tersebut kemudian dikembangkan menjadi bahan pembelajaran yang disesuaikan dengan materi pembelajaran. 8. Melakukan evaluasi formatif Pengembangan hanya akan digunakan pada lembaga yang terbatas. Oleh karenanya, dari empat langkah dalam evaluasi formatif ini tidak akan dilakukan semuanya. Melainkan hanya tiga tahapan yang akan dilakukan, yaitu review ahli (desain pembelajaran dan bidang studi), evaluasi satu-satu, dan uji coba lapangan. Sebelum melakukan evaluasi formatif, pengembang membuat kisi-kisi instrumen untuk review ahli desain pembelajaran dan bidang studi. Kisi-kisi disusun berdasarkan dimensi yang harus ada dalam produk yang dikembangkan mencakup tujuan, isi, kegiatan, metode, media, dan evaluasi pembelajaran. Dari kisi-kisi tersebut pengembang membuat 13 butir pernyataan tertutup dan satu buah pernyataan terbuka berupa saran dan kritik Ahli desain pembelajaran dan ahli bidang studi diberikan instrumen evaluasi yang berbentuk skala Likert dengan gradasi sebagai berikut: 1. SS = Sangat setuju, diberi skor 4 2. S = Setuju, diberi skor 3 3. TS = Tidak setuju, diberi skor 2 4. STS = Sangat tidak setuju, diberi skor 1 Selanjutnya berdasarkan data yang diperoleh kemudian dilakukan analisis penghitungan untuk
mendapatkan rata-rata skor yang diperoleh. Rumus yang digunakan dalam menentukan rentang untuk kriteria penilaian yang dibuat yaitu: Rentang Nilai =
Skor Terbesar – Skor Terkecil Jumlah Kriteria Penilaian
Berdasarkan perhitungan rentang nilai tersebut, berikut kriteria penilaian yang didapat: 1. Sangat Baik : 3,26 - 4,00 2. Baik : 2,51 - 3,25 3. Tidak Baik : 1,76 - 2,50 4. Sangat Tidak Baik : 1,00 – 1,75 Kriteria penilaian tersebut digunakan sebagai acuan dalam menentukan hasil pengembangan termasuk dalam kategori sangat baik, baik, tidak baik, atau sangat tidak baik. Pada tahap selanjutnya kemudian instrumen evaluasi diberikan kepada ahli desain pembelajaran dan bidang studi dalam rangka memvalidasi produk yang dikembangkan. Berikut langkah-langkah yang dilakukan pengembang selama melakukan evaluasi formatif: Pengembangan kisi-kisi dan instrumen evaluasi formatif yang dibuat terlampir dalam produk pengembangan. B. Hasil Uji Coba Review Ahli Desain Pembelajaran Review ahli desain pembelajaran dilakukan oleh Ibu Dra. Suprayekti, M.Pd. (dosen jurusan Kurikulum dan Teknologi Pendidikan, UNJ). Pengembang meminta komentar tentang kualitas program pembelajaran yang dikembangkan dari sudut desain pembelajaran dengan memberikan instrumen untuk diisi. Setelah melakukan langkah evaluasi ahli pada ahli desain pembelajaran, kemudian didapatkan penilaian dari instrumen yang telah dibuat. Penilaian yang telah didapat dihitung berdasarkan masingmasing dimensi yang kemudian didapatkan rata-rata skornya. Berikut hasil penghitungan dan rekapitulasi hasil penilaian dari ahli desain pembelajaran. Tabel 1. Hasil Penghitungan Penilaian Ahli Desain Pembelajaran
NO. 1 2
DIMENSI Tujuan Pembelajaran
3 4
JAWABAN
JUMLAH
SKOR
3
7
2,333333
9
3
8
4
6
3
2 2
Isi Pembelajaran
3
5
3
6
3
7 8 9 10
Kegiatan Pembelajaran
4
Metode Pembelajaran
3
4 3
298 11
Kajian Vol. 20 No. 3 September 2015 hal. 285 - 303
3
3
3
JUMLAH
39
18,33333
1
RATA-RATA
3,055556
2
13
3
Evaluasi Pembelajaran
3
penghitungan dan rekapitulasi hasil penilaian dari ahli bidang studi.
6
12
Media Pembelajaran
3
Tabel Rekapitulasi Hasil Penilaian Ahli Desain Pembelajaran No.
Dimensi
Tabel 3. Hasil Penghitungan Penilaian Ahli Bidang Studi
NO.
JAWABAN
JUMLAH
SKOR
3
9
3
10
3,333333
6
3
6
3
6
3
3
3
JUMLAH
40
18,33333
RATA-RATA
3,055556
Tujuan Pembelajaran
3 Isi Pembelajaran
5
4
2,33
Tidak Baik
6
3
2.
Isi pembelajaran
3
Baik
7
3.
Kegiatan pembelajaran
4
Sangat Baik
8
4.
Metode pembelajaran
3
Baik
9
5.
Media pembelajaran
3
Baik
10
6.
Evaluasi pembelajaran
3
Baik
11
3,06
Baik
12
Dari hasil rekapitulasi penilaian ahli desain pembelajaran diperoleh skor rata-rata 3,06. Hasil tersebut menunjukkan bahwa program yang dikembangkan termasuk ke dalam kategori baik. Sebagai tindak lanjut dari hasil penilaian tersebut dan atas kritik serta saran yang diberikan oleh ahli pembelajaran maka pengembang melakukan revisi produk. Hal tersebut dilakukan agar produk menjadi sangat lebih baik saat digunakan. Berikut kritik dan saran serta revisinya: Tabel 2. Kritik dan Saran dari Ahli Desain Pembelajaran
1.
2.
3.
Kritik dan Saran
3
Keterangan
Rata-rata
Tujuan pembelajaran
No.
3 3
4
1.
Rata-rata
DIMENSI
Revisi
Indikator hasil belajar harus dalam bentuk operasional
Meninjau dan merumuskan kembali tujuan instruksional khusus (TIK)
Materi, metode, dan media gunakan istilah masing-masing bukan strategi pengembangan
Format rencana kegiatan harian (RKH) ditinjau dan diperbaiki
Evaluasi hasil belajar belum operasional (unjuk kerja dan portofolio)
Meninjau dan mengidentifikasi kembali evaluasi hasil belajar
C. Review Ahli Bidang Studi Setelah melakukan revisi program pembelajaran berdasarkan hasil dari evaluasi ahli desain pembelajaran, kemudian pengembang melakukan langkah evaluasi dari ahli bidang studi. Review ahli bidang studi dilakukan oleh Ibu Erina Dwirahmah, M.Pd. (guru TK. Bintang Kecil Rawamangun). Pengembang meminta komentar tentang kualitas program pembelajaran yang dikembangkan dari sudut bidang studi PAUD dengan memberikan instrumen untuk diisi. Penilaian yang telah didapat kemudian dihitung berdasarkan masing-masing dimensi yang kemudian didapatkan rata-rata skornya. Berikut hasil
13
Kegiatan Pembelajaran
3
Metode Pembelajaran
3
Media Pembelajaran
3
Evaluasi Pembelajaran
3
3 3 3
Tabel 4. Rekapitulasi Hasil Penilaian Ahli Bidang Studi No.
Dimensi
Rata-rata
Keterangan
3
Baik
3,33
Sangat Baik Baik
1.
Tujuan pembelajaran
2.
Isi pembelajaran
3.
Kegiatan pembelajaran
3
4.
Metode pembelajaran
3
5.
Media pembelajaran
3
6.
Evaluasi pembelajaran
3
Rata-rata
3,06
Baik Baik Baik Baik
Dari hasil rekapitulasi penilaian ahli bidang studi diperoleh skor rata-rata 3,06. Hasil tersebut menunjukkan bahwa program yang dikembangkan termasuk ke dalam kategori baik. Menurut ahli bidang studi produk yang dikembangkan sudah cukup baik untuk diterapkan di PAUD. D. Hasil Uji Coba Evaluasi Satu-satu Setelah melakukan langkah evaluasi kepada ahli desain pembelajaran dan ahli bidang studi, selanjutnya pengembang melakukan evaluasi satu-satu. Evaluasi ini dilakukan kepada para guru PAUD dengan melakukan wawancara kepada masing-masing guru. Wawancara dilakukan setelah guru membaca dan mempelajari program pembelajaran yang dikembangkan. Berikut pedoman wawancara yang digunakan oleh pengembang dalam melakukan evaluasi satu-satu:
299
Cecep Kustandi dan Pita Rasdi Pengembangan Program Pembelajaran Berkarakter Qur'ani
a. Apakah tujuan pembelajaran dan tema yang dikembangkan terintegrasi dengan karakter qur’ani? b. Apakah materi yang diberikan sesuai dengan tujuan pembelajaran dan tema? c. Apakah kegiatan pembelajaran sesuai dengan karakteristik siswa PAUD? d. Apakah alokasi waktu yang digunakan sesuai? e. Apakah metode, media, dan bahan pembelajaran yang digunakan menarik? f. Apakah evaluasi pembelajaran sudah sesuai dengan materi yang diberikan? g. Apakah urutan kegiatan pembelajaran sudah teratur? h. Apakah program pembelajaran yang dikembangkan dapat membantu kegiatan pembelajaran agar lebih efektif dan efisien? i. Apakah program pembelajaran yang dikembangkan membantu dalam menumbuhkembangkan perilaku qur’ani pada anak? j. Apakah program pembelajaran yang dikembangkan memberikan referensi dalam membuat RKM (Rencana Kegiatan Mingguan) dan RKH (Rencana Kegiatan Harian)? Berikut kutipan jawaban salah satu guru PAUD untuk setiap butir pertanyaan yang diberikan saat evaluasi satu-satu: a. Menurut saya iya. b. Menurut saya juga iya. c. Menurut saya iya, soalnya anak-anak di PAUD mayoritas muslim. Kebetulan program berkarakter quran sangat bagus diterapkan untuk anak-anak. d. Menurut saya sesuai, walaupun masih ada yang tidak sesuai dengan RKH. Maksudnya kadang ada kegiatan yang tidak membutuhkan waktu yang lebih lama. e. Sangat menarik sekali, media dan metode yang digunakan sesuai dengan karakter anak-anak yang suka bermain, melakukan hal-hal baru, bereksperimen. Sangat bagus. f. Menurut saya sudah sesuai dengan materi. g. Menurut saya sudah sesuai, karena PAUD kami masuk sore sehingga shalat Ashar didahulukan itu sesuai. h. Menurut saya belum, karena kebanyakan kegiatan mengamati. Padahal waktu cuma dua jam. Tapi kegiatan pembelajaran menjadi lebih jelas teratur, dan terarah dengan adanya program ini. i. Ya. Karena dengan kegiatan ini, maka anak pun akan terbiasa melakukan shalat Ashar berjamaah sebagai contoh.
j.
Ya, cukup memberikan referensi banyak kegiatankegiatan yang kita gunakan untuk sehari-hari. Saya sangat tertarik dengan program ini, karena pendidikan anak itu penting diterapkan sejak dini. Apalagi PAUD kami mengembangkan yang Islami juga sama, tapi kadang bunda-bundanya kurang mencari. maksudnya ada kesibukan lain sehingga kurang mengembangkan tema dan materi untuk anak-anak. Kritik dan saran: Menurut saya program ini sudah sangat baik. Mungkin ke depannya materi yang diberikan bisa lebih diintegrasikan dengan pengetahuanpengetahuan umum. Karena anak akan melanjutkan ke sekolah SD.
Hasil dari wawancara yang dilakukan masingmasing guru menunjukkan keinginannya agar program pembelajaran berkarakter qur’ani untuk PAUD agar dapat diuji cobakan. Hal ini ditunjukkan dengan pernyataan setuju terhadap pertanyaanpertanyaan yang dikemukakan saat wawancara. E. Hasil Uji Coba Lapangan Tahap terakhir dalam melakukan evaluasi formatif pada pengembangan program pembelajaran berkarakter qur’ani di PAUD adalah melakukan uji coba lapangan. Uji coba dilakukan pada kelompok usia 4-5 tahun selama satu Minggu. Selama melakukan uji coba ini dilakukan pengamatan (penilaian) perkembangan anak setiap harinya berdasarkan RKH yang telah dibuat. Dalam melakukan pengamatan penilaian perkembangan pada anak, pengembang mengkategorikannya ke dalam beberapa kriteria penilaian yang meliputi: a. Belum Teramati (BT), nilai 0 b. Mulai Berkembang (MB), nilai 1 c. Berkembang (B), nilai 2 d. Konsisten (K), nilai 3 Berikut hasil rekapitulasi penilaian perkembangan anak selama satu Minggu: Tabel 5. Rekapitulasi Penilaian Perkembangan Anak Bidang Pengembangan Kognitif
TIK a. Dapat menyatakan konsep-konsep sederhana dalam kehidupan sehari-hari terkait Asmaul Husna dan Sifat Wajib Allah.
Ratarata
Keterangan
1,7
MB
300
SosialEmosional
Bahasa
Kajian Vol. 20 No. 3 September 2015 hal. 285 - 303
b. Dapat menyebutkan nama-nama Allah yang baik (Asmaul Husna) dan artinya paling sedikit dua c. Dapat menyebutkan sifat-sifat wajib Allah dan artinya paling sedikit dua d. Dapat mengkreasikan sesuatu sesuai dengan idenya sendiri
1,9
MB
1,8
MB
1,4
MB
a. Dapat menunjukkan rasa kasih sayang kepada teman saat memberikan hasil kreasi gambar di rotinya b. Dapat menunjukkan antusiasme dalam melakukan permainan “arahkan aku” bersama-sama c. Dapat menunjukkan perilaku membagi, menolong, dan membantu teman selama pembelajaran berlangsung d. Dapat menunjukkan rasa percaya diri saat mengerjakan tugas
1,3
a. Dapat mengucapkan bacaan do’a sebelum dan sesudah belajar dengan lengkap. b. Dapat mengucapkan salam dan membalas salam kepada guru dan teman c. Dapat menjawab pertanyaan sederhana tentang sesuatu d. Dapat mengungkapkan sesuatu dengan kalimat pendek
2,2
MB
1,3
MB
1,1
MB
1,6
Fisik-Motorik
Seni
MB
B
RATA-RATA 2,7
B
1,8
MB
1,8
MB
a. Dapat menunjukkan kemampuan untuk menggerakkan anggota tubuhnya secara terkoordinasi. b. Dapat mengikuti gerakan yang dicontohkan oleh guru selama pembelajaran berlangsung c. Dapat melakukan kegiatan sendiri saat selama pembelajaran berlangsung d. Dapat meniru gerakan shalat dan wudhu sesuai urutan dan tata caranya
1,8
MB
2
B
1,8
MB
2
B
a. Dapat menunjukkan kepekaan terhadap bunyi, musik, dan lagu yang didengar selama pembelajaran berlangsung b. Dapat menyanyikan lagu-lagu islami bersama-sama c. Dapat mengkreasikan suatu objek dengan idenya sendiri d. Dapat mengekspresikan diri dengan menggunakan berbagai media.
1,3
MB
1,6
MB
1,5
MB
1,2
MB
1,7
MB
Berdasarkan hasil rekapitulasi penilaian perkembangan anak, diperoleh rata-rata nilai 1,7 dari keseluruhan pengamatan yang dilakukan pada anak. Nilai ini menunjukkan bahwa aspek-aspek perkembangan pada anak mulai berkembang saat dilakukan uji coba program pembelajaran berkarakter qur’ani di beberapa PAUD di beberapa PAUD yang berlokasi di Kecamatan Cilacap Selatan, Cilacap Tengah dan Cilacap Utara, Kabupaten Cilacap, Provinsi Jawa Tengah.
Cecep Kustandi dan Pita Rasdi Pengembangan Program Pembelajaran Berkarakter Qur'ani
Karakteristik Produk 1. Nama Produk Pengembangan produk yang dilakukan dalam penelitian ini bertujuan untuk membantu guru dalam mengembangkan program pembelajaran berkarakter qur’ani PAUD. Secara khusus pengembangan dilakukan dalam rangka mengefektifkan dan mengefisienkan kegiatan pembelajaran di PAUD untuk kelompok usia 4-5 tahun. Nama produk dari pengembangan ini adalah “Program Pembelajaran Berkarakter Qur’ani PAUD. Adapun karakteristik dari produk yang dikembangkan antara lain: a. Produk yang dikembangkan bertujuan untuk membantu guru PAUD dalam mengembangkan Program Pembelajaran Berkarakter Qur’ani untuk kelompok usia 4-5 tahun, serta membantu membantu guru dalam menumbuhkembangkan perilaku qurani pada anak usia dini dalam kehidupan sehari-hari. b. Program pembelajaran yang dikembangkan mengintegrasikan karakter qur’ani ke dalam setiap bidang pengembangan untuk anak usia dini. c. Pengembangan program pembelajaran meliputi pengembangan tema dan sub tema, tujuan pembelajaran umum (TIU), analisis pembelajaran, tujuan pembelajaran khusus (TIK), rencana kegiatan mingguan (RKM), rencana kegiatan harian (RKH), pedoman kerja guru harian, pengamatan perkembangan anak setiap pertemuan, serta penilaian perkembangan anak selama satu Minggu. d. Pemilihan tema besar disesuaikan dengan tujuan pembelajaran umum (TIU) yang hendak dicapai selama satu tahun. Sedangkan program pembelajaran yang dikembangkan dikhususkan untuk tema “Aku Ciptaan Allah” dengan sub tema “Mengenal Allah (Sifat Wajib Allah dan Asmaul Husna)” selama satu minggu. e. Pengembangan program pembelajaran ini melalui berbagai tahapan uji coba dan revisi yang meliputi evaluasi dari ahli desain pembelajaran, evaluasi dari ahli bidang studi, evaluasi satusatu, dan uji coba lapangan. f. Media pembelajaran yang digunakan berupa media yang ada di lingkungan sekitar anak serta disesuaikan dengan sub tema yang dipilih. Media yang ada dikumpulkan kemudian dikembangkan menjadi bahan pembelajaran. g. Penilaian perkembangan pada anak meliputi pengamatan perkembangan anak di hari 1, 2, dan 3 yang kemudian akan dilaporkan dalam penilaian perkembangan anak selama satu
301
Minggu mengikuti pembelajaran. Penilaian ini didasarkan pada rumusan TIK yang telah dibuat dengan kriteria penilaian belum teramati (BT), mulai berkembang (MB), berkembang (B),dan konsisten (K). h. Dalam rangka efektivitas pembelajaran, dikembangkan pedoman kerja guru harian yang terdiri dari hal-hal yang harus dilakukan guru selama pembelajaran berlangsung. 2. Prosedur Pemanfaatan Pengembangan program pembelajaran berkarakter qur’ani dikhususkan untuk digunakan oleh guru PAUD dalam melakukan kegiatan pembelajaran. Berikut prosedur pemanfaatannya meliputi: a. Program pembelajaran berkarakter qur’ani digunakan guru untuk anak usia dini dengan kelompok usia 4-5 tahun. b. Sebelum melakukan pembelajaran, guru diharuskan mempelajari terlebih dahulu program pembelajaran berkarakter qur’ani yang telah dikembangkan. c. Guru mengumpulkan media dan bahan pembelajaran yang akan digunakan dalam kegiatan pembelajaran yang akan dilakukan selama satu Minggu. d. Guru melakukan kegiatan pembelajaran secara sistematis berdasarkan Rencana Kegiatan Harian (RKH) yang telah dibuat. e. Selama proses pembelajaran guru melakukan pengamatan pada setiap anak. Yang kemudian akan dituliskan pada pengamatan perkembangan anak di setiap pertemuannya. f. Selain melakukan pengamatan, guru diharuskan mengisi pedoman kerja harian yang berisikan hal-hal yang harus dilakukan guru guna mengefektifkan kegiatan pembelajaran yang dilakukan. g. Sebagai prosedur terakhir, guru mengintepretasikan pengamatan perkembangan masing-masing anak selama tiga hari ke dalam penilaian perkembangan anak untuk satu Minggu. 3. Keterbatasan Pengembangan Meski telah dilakukan tahapan evaluasi formatif yang meliputi evaluasi ahli desain pembelajaran dan bidang studi, evaluasi satu-satu, uji coba lapangan, serta revisi yang dilakukan. Namun produk yang dikembangkan masih jauh dari sempurna dan memiliki keterbatasan dalam pengembangannya, antara lain: a. Pengembangan program pembelajaran hanya untuk satu Minggu kegiatan pembelajaran.
302 b. Tema satu tahun tidak semuanya dikembangkan ke dalam RKM (Rencana Kegiatan Mingguan) dan RKH (Rencana Kegiatan Harian). Sehingga pengembangan tidak dimulai dari pengembangan program kegiatan tahunan dan program kegiatan semester. III. KESIMPULAN A. Kesimpulan Dalam rangka membantu guru PAUD dalam mengembangkan program pembelajaran serta menumbuhkembangkan perilaku qurani pada anak usia dini, pengembang melakukan pengembangan “Program Pembelajaran Berkarakter Qur’ani pada PAUD. Adapun prosedur pengembangan yang dilakukan merujuk pada Model Desain Instruksional (MPI). Model Desain Instruksional (MPI) memiliki delapan tahapan pengembangan, yang meliputi identifikasi kebutuhan pembelajaran dan menulis tujuan pembelajaran umum, melakukan analisis pembelajaran, mengidentifikasi perilaku dan karakteristik awal siswa, menulis tujuan pembelajaran umum, menulis tes acuan patokan, menyusun strategi pembelajaran, mengembangkan bahan pembelajaran, serta melakukan evaluasi formatif. Dalam langkah identifikasi kebutuhan pembelajaran, pengembang menemukan bahwa rata-rata kegiatan pembelajaran yang ada di PAUD kurang memperhatikan prinsip bermain sebagai cara anak untuk belajar. Sebagai tindak lanjut dalam Rencana Kegiata Harian (RKH) yang dibuat, pengembang menuliskan kegiatan bermain sebagai strategi dalam pembelajaran. Strategi pembelajaran tersebut tentunya diintegrasikan dengan tema dan sub tema yang dipilih serta sesuai dengan rumusan Tujuan Pembelajaran Umum (TIU). Pada tahapan evaluasi formatif, untuk menjaga kualitas penelitian pengembangan dilakukan evaluasi oleh seorang ahli desain pembelajaran dan seorang ahli bidang studi. Sedangkan evaluasi satu-satu dilakukan oleh tiga guru PAUD, serta uji coba lapangan yang dilakukan kepada anak usia dini kelompok usia 4-5 tahun. Berdasarkan hasil evaluasi formatif dan revisi yang dilakukan, maka dapat disimpulkan bahwa “Program Pembelajaran Berkarakter Qur’ani di beberapa PAUD yang berlokasi di Kecamatan Cilacap Selatan, Cilacap Tengah dan Cilacap Utara, Kabupaten Cilacap, Provinsi Jawa Tengah memiliki kriteria yang baik untuk suatu program pembelajaran PAUD. Pengembangan program karakter qurani untuk PAUD ini terbukti berhasil dengan baik sehingga bisa
Kajian Vol. 20 No. 3 September 2015 hal. 285 - 303
dijadikan contoh pengembangan PAUD di daerah lain di Indonesia. B. Saran Berdasarkan kesimpulan dan implikasi yang telah dibuat, pengembang menyarankan beberapa hal terkait pengembangan program pembelajaran berkarakter qur’ani di PAUD, antara lain: 1. Guru PAUD agar dapat mengembangkan program kegiatan pembelajaran yang sesuai dengan aspek dan karakteristik perkembangan anak. Dengan adanya program pembelajaran maka kegiatan akan lebih sistematis dan efektif. 2. Lembaga PAUD khususnya agar dapat mengembangkan strategi pembelajaran yang dapat meningkatkan perkembangan anak usia dini secara lebih lanjut, dan tidak terpaku pada satu strategi saja. 3. Orang tua diharapkan mengenal dan mempelajari aspek dan karakteristik perkembangan anak, sehingga ke depannya anak tidak hanya dituntut untuk dapat calistung saja, tetapi juga memperhatikan bidang pengembangan lainnya (sosial-emosional, bahasa, fisik-motorik, dan seni). 4. Pengambil kebijakan mulai dapat memproyeksikan pengembangan program PAUD yang berwawasan keagamaan, berkarakter dan berwawasan kebangsaan.
DAFTAR PUSTAKA
Buku Amri, Safan dan Ahmad Jauhari, Tatik Elisah, (2011). Implementasi Pendidikan Karakter dalam Pembelajaran, Jakarta: Prestasi Pustaka Publisher. Asmuni, Jamal Ma’mur. (2012). Panduan Internalisasi Pendidikan Karakter di Sekolah, Yogyakarta:Diva press. Barbara, Seels & Richey. (1994). Teknologi Pembelajaran “Definisi dan Kawasannya”, Jakarta: UNJ. Bennett, William. Chesster E. Finn, Jhon T.E Cribb, Jr. (1999). The Educated Child. New York: The Free Press. Departemen Pendidikan Nasional. (2008). Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi Keempat, Jakarta: PT Gramedia.
Cecep Kustandi dan Pita Rasdi Pengembangan Program Pembelajaran Berkarakter Qur'ani
Direktorat Pembinaan Anak Usia Dini. (2011). Petunjuk Teknis Penyelengaraan PAUD, Jakarta: Kementrian Pendidikan Nasional Hasan, Maimunah. (2009). PAUD (Pendidikan Anak Usia Dini), Jogjakarta: Diva Press. Kaufman, Roger A. (1972). Educational System Planning, New Jersey: Prentice-Hall. Khan, D. Yahya. (2009). Pendidikan Karakter; Berbasis Potensi Diri, Bandung: Remaja Rosdakarya. Mu’in, Fatchul. (2011). Pendidikan Karakter, Konstruksi Teoritik dan Praktik, Jogjakarta: ArRuzz Media Nawawi, Rif’at S. (2011). Kepribadian Qur’ani, Jakarta: Amzah. Prawiladilaga, Dewi S. (2008). Prinsip Desain pembelajaran, Jakarta: Prenada. Sanjaya, Wina. (2011). Perencanaan dan Desain Sistem Pembelajaran, Jakarta: Prenada. Siregar, Eveline, dkk. (2010). Buku Ajar Teori Belajar dan Pembelajaran, Jakarta: UNJ. Soekamto, Toeti. (1993). Perancangan dan Pengembangan Sistem Instruksional, Jakarta: Intermedia.
303
Sujiono, Yuliani Nurani. (2010). Bermain Kreatif Berbasis Kecerdasan Jamak, Jakarta: Indeks. . (2009). Konsep Dasar Pendidikan Anak Usia Dini, Jakarta: Indeks. Suparman, Atwi. (2010). Desain Instruksional, Jakarta: Universitas Terbuka. Syafri, Ulil Amri. (2012). Pendidikan Karakter berbasis Qur’an, Jakarta: Rajawali Pers. Wiyani, Novan A. Dan Barnawi. (2012). Format PAUD, Jogjakarta: Ar-Ruzz Media. Yamin, Martimis. (2012). Desain Baru Pembelajaran Konstruktivistik, Jakarta: Referensi. Koesoema A, Doni. (2007). Pendidikan Karakter, Strategi Mendidik Anak di Zaman Global, Jakarta: Grasindo. Artikel dalam jurnal Januszewski, Alan & Molenda, Michael. (2009). Educational Technology, British Journal of Educational Technology, Vol. 40, Issue 1.