Catatan Kepergian dan Mutiara Kepemimpinan HKM
Oleh: I Dewa Kade Wiarsa Raka Sandi (Ketua KPU Provinsi Bali)
1
Berita tentang berpulangnya Ketua KPU Husni Kamil Manik (HKM) yang saya terima pada tanggal 7 Juli 2016 Pukul 22.23 WITA sangat mengejutkan dan sulit dipercaya. Meksi ditanya oleh banyak orang, saya tidak berani merespon berita itu sebelum ada klarifikasi resmi dari KPU. Setelah mengikuti WAG “Imbon29”, memang benar HKM telah meninggal dunia karena sakit. Untuk lebih meyakinkan, saya melakukan konfirmasi ke sejumlah rekan dan sumber terpercaya. Saya mendapat penjelasan bahwa HKM masuk rumah sakit Pertamina di Jakarta dan telah menghembuskan nafasnya yang terakhir tanggal 7 Juli 2016. Kepergian HKM yang begitu cepat mengejutkan semua orang. Dalam riwayat kesehatannya tidak pernah terdengar kabar sakit atau dirawat di rumah sakit. Bahkan pada tanggal 6 Juli 2016 Pukul 01.11 WIB, almarhum HKM masih sempat me-retweet ucapan selamat Hari Raya Idul Fitri yang dikirim sejumlah rekan kepadanya. Meski HKM wafat pada usia yang sangat muda (41 tahun) namun dalam pandangan saya, HKM adalah sosok intelektual muda yang produktif dan kaya gagasan. HKM adalah seorang pemimpin dan pelaku utama dalam sejarah demokratisai modern di Indonesia. Pemikiran-pemikirannya yang jernih dan cemerlang di kenal secara luas. Karakter kepemimpinan HKM yang rendah hati, sejuk, dan bersahaja menginspirasi banyak orang, terutama jajaran penyelenggara Pemilu dan pegiat demokrasi.
2
Menurut saya HKM adalah sosok pemimpin yang peduli dan mengayomi bawahannya dalam suka maupun duka. Secara pribadi saya punya kenangan mendalam dengan almarhum HKM. Dalam suatu kesempatan, tepatnya pada tanggal 30 Oktober 2015 di sela-sela kesibukannya memonitor tahapan Pilkada serentak 2015 di Bali, HKM menyempatkan diri datang melayat almarhum orang tua saya, I Dewa Ketut Gandra di kampung halaman saya di Desa Yeh Sumbul, Kecamatan Mendoyo, Kabupaten Jembrana, Bali. Hal itu sungguh suatu kehormatan bagi saya. Dalam catatan saya, HKM bersama Anggota KPU dan jajaran kesekjenan KPU memang sangat peduli terhadap musibah dan suasana duka yang dialami keluarga besar KPU di manapun berada. Saya memahami bahwa tugas dan tanggung jawab HKM dalam mengelola lembaga KPU sebagai suatu organisasi yang bersifat nasional, tetap, dan mandiri dengan jumlah satuan kerja (Satker) KPU Provinsi dan KPU Kabupaten/Kota yang sangat besar dan tersebar secara permanen di semua ibu kota provinsi dan kabupaten/kota di seluruh wilayah Indonesia, tentu bukan pekerjaan yang mudah. Dibutuhkan kreativitas gagasan, pemikiran cemerlang, dan kepemimpinan yang kuat untuk menjamin bahwa arah dan kinerja KPU sesuai ketentuan dan dengan harapan masyarakat. Dalam pandangan saya, almarhum HKM dalam menjalankan tugasnya memiliki visi dan misi yang sejalan dengan visi dan misi kelembagaan KPU. Hal itu dikombinasikan dengan gaya kepemimpinannya yang kharismatik dan khas. Visi dan misi tersebut mewarnai arah dan kebijakan KPU dalam era kepemimpinannya dan diikuti oleh segenap jajarannya. Selanjutnya dalam pelaksanaannya, diperkaya dengan berbagai inovasi dan kreativitas Pimpinan KPU lainnya sesuai situasi dan kondisi, serta kebutuhan penyelenggaraan Pemilu di Indonesia. Visi dan misi KPU dikembangkan dan dintegrasikan dalam berbagai kebijakan dan program KPU di seluruh Indonesua. Visi untuk menjadikan KPU sebagai penyelenggaran Pemilu yang menuju
terwujudnya
Pemilu
mandiri, professional, dan berintegritas
yang
LUBER
dan
JURDIL
betul-betul
diperjuangkan, meskipun dalam praktiknya hal itu tidaklah mudah dan butuh waktu yang panjang untuk mewujudkannya. 3
Demikian pula dengan misi KPU. Misi KPU seperti membangun SDM yang kompeten, meningkatkan kualitas pelayanan Pemilu bagi pemangku kepentingan dan masyarakat, meningkatkan partisipasi dan kualitas pemilih melalui sosialisasi dan pendidikan pemilih yang berkelanjutan, memperkuat kedudukan
organisasi
dalam
ketatanegaraan,
meningkatkan
integritas
penyelenggara Pemilu, serta mewujudkan penyelenggara Pemilu yang efektif dan efisien, transparan, akuntabel dan aksesable, telah menjadi acuan kelembagaan dan secara bertahap mulai berhasil diwujudkan secara signifikan. Diakui maupun tidak, pada masa kepemimpinan HKM, KPU telah mengalami sejumlah kemajuan yang berarti. Pada masa kepemimpinan HKM, KPU tumbuh dan berkembang menjadi lembaga penyelenggara Pemilu yang solid dan mampu mengelola berbagai permasalahan dan kendala yang dihadapinya. Meskipun belum semua pekerjaan rumah dapat diselesaikan secara tuntas, namun demikian HKM telah meletakan dasar yang kokoh bagi penguatan kelembagaan KPU ke depan. Hal tersebut tidak terlepas dari sentuhan komitmen dan pemikiran-pemikiran HKM beserta para “Pimpinan Imbon” lainnya, yang secara konsisten bekerja keras menjalankan visi dan misi kelembagaan KPU. Gaya kepemimpinan HKM yang cerdas, santun, dan sederhana telah menjadikannya sebagai sosok pemimpin yang diterima secara luas dan mampu menjembatani berbagai permasalahan kepemiluan yang muncul. Perpaduan kedua faktor tersebut mengantarkan KPU sebagai lembaga penyelenggara Pemilu yang semakin kuat, eksis, dan diperhitungkan. Selama era kepemimpinan HKM, KPU cukup berhasil dalam menjalankan perannya. Keberhasilan KPU dalam menyelenggarakan Pileg 2014, Pilpres 2014, serta Pilkada serentak 2015 di Indonesia mendapat apresiasi, bukan saja dari kalangan
dalam negeri, tetapi juga luar negeri. Banyak negara di dunia
melakukan studi banding dan ingin bertukar pengalamam dengan Indonesia di bidang kepemiluan. Dalam berbagai kesempatan, sejumlah penghargaan diraih HKM dalam kapasitasnya sebagai Ketua KPU atas berbagai gagasan pemikiran dan keberhasilannya dalam memimpin KPU. Demikian pula pada AESF III (Asian Electoral Stake Holder Forum III), suatu forum internasional 4
penyelenggara Pemilu dan NGO pegiat demokrasi se-Asia yang diselenggarakan di Bali pada tanggal 22 s.d. 26 Agustus 2016, sosok almarhum HKM mendapat apresiasi dan dikenang sebagai salah satu tokoh penting yang dihormati karena kontribusi pemikiran dan kerja nyatanya dalam mengawal Pemilu dan proses demokratisasi di Indonesia. Dalam forum yang dihadiri oleh 36 delegasi berbagai negara tersebut, keberadaan KPU sebagai tuan rumah cukup dihargai. Pertama, karena di tengahtengah berbagai kendala dan kompleksitas permasalahan yang dihadapi, KPU mampu menunjukan konsistensi dan eksistensinya dalam mengawal dan menyukseskan Pemilu di Indonesia, kedua, karena penyelenggaraan Pemilu di Indonesia berlangsung dalam suasana yang demokratis, tertib, dan damai. Ketiga, karena KPU berhasil dalam mewujudkan transparansi dan integritas Pemilu melalui berbagai kebijakan dan program kerjanya. Terobosan-terobosan KPU dalam menegakan hak-hak konstitusional masyarakat sipil menginspirasi negaranegara lain di dunia untuk melakukannya. Apresiasi tersebut cukup beralasan, karena dalam praktik penyelenggaraan Pemilu hingga saat ini, tidak semua negara berhasil menyelesaikan transisi demokrasinya seperti Indonesia. Berbagai konflik dan kekerasan politik masih terjadi dan mendominasi penyelenggaraan Pemilu di negara-negara tersebut. Dewasa ini, berbagai negara masih harus bekerja keras untuk memastikan bahwa standar-standar internasional Pemilu yang demokratis berhasil diimplementasikan di negara mereka masing-masing. Hal tersebut merupakan kehormatan dan sekaligus tantangan bagi kepemimpinan KPU berikutnya untuk meneruskan dan meningkatkan kinerja dan prestasi KPU pada masa-masa yang akan datang. Mengapa demikian? Karena sebagai negara demokrasi terbesar ketiga di dunia, Indonesia diharapkan mampu terdepan dalam berbagai upaya memajukan dan meningkatkan kualitas penyelengaaraan Pemilu. Selain itu, Indonesia juga diharapkan mampu menginspirasi dan sekaligus menjadi role model dalam bidang kepemiluan bagi negara-negara demokrasi lainnya di dunia, khususnya bagi negara-negara berkembang dan negara-negara dunia ketiga.
5
Demikianlah
sekelumit
catatan
tentang
kepergian
dan
mutiara
kepemimpinan HKM selama menahkodai KPU. Kini HKM telah meninggalkan kita untuk selamanya. Selamat jalan HKM, selamat jalan Ketua. Gagasan, pemikiran, dan kepemimpinanmu sungguh menginspirasi kami. Semoga Ketua mendapat tempat yang layak di sisi-Nya, sesuai amal bhakti yang telah dipersembahkan kepada bangsa dan negara Indonesia tercinta.
6