CARA CEPAT DAN MUDAH MENGAJARAKAN MATERI MENULIS AKSARA JAWA PADA ANAK SEKOLAH RENDAH Sutarsih Balai Bahasa Provinsi Jawa Tengah surel:
[email protected] ponsel: 081228131346
Abstrak Bidang studi Bahasa Daerah (Bahasa Jawa) bagi anak sekolah kelas rendah di Jawa Tengah tidak selalu merupakan bidang studi yang mudah diterima dan dipahami. Materi bidang studi Bahasa Jawa yang sulit untuk mereka kuasai salah satunya adalah menulis dengan aksara Jawa. Hal yang membuat siswa sulit menulis aksara Jawa adalah membentuk huruf, membedakan huruf, dan meletakkan huruf. Oleh karena itu, langkah untuk mengatasi kesulitan siswa adalah menemukan metode jitu menulis aksara Jawa secara cepat dan mudah dengan membuat peta, pola aksara Jawa, dan praktik menulis kata sederhana. Peta tersebut berupa jenis aksara dalam setiap deret. Selanjutnya setiap aksara dalam peta aksara dibentuk dengan pola berupa titik-titk. Titik-titik setiap pola aksara dihubungkan dengan garis sehingga membentuk aksara Jawa yang utuh. Langkah berikutnya adalah praktik menulis kata sederhana. Kata kunci: bahasa Jawa, aksara Jawa, peta aksara, pola aksara, dan kata sederhana.
1. Pendahuluan Bahasa daerah merupakan salah satu mata pelajaran yang diajarkan di sekolah dari SD sampai SMA. Bahasa daerah yang diajarkan oleh guru di sekolah disesuaikan dengan kondisi geografis sekolah tersebut. Oleh karena itu, Bahasa Jawa menjadi mata pelajaran yang diajarkan di sekolah dari SD sampai SMA di Jawa, khususnya di Jawa Tengah. Meskipun demikian, bukan berarti Bahasa Jawa adalah materi ajar yang mudah bagi siswa di Jawa Tengah. Banyak kesulitan yang dihadapi oleh siswa terhadap mata pelajaran Bahasa Jawa. Hal itu membuktikan bahwa meskipun bahasa Jawa merupkan bahasa ibu bagi mayoritas masyarakat Jawa, bahasa Jawa tetap susah untuk dipelajari. Materi Bahasa Jawa yang dianggap paling susah untuk dipelajari oleh pembelajar pemula di sekolah rendah adalah menulis aksara Jawa. Aksara Jawa merupakan bagian dari mata pelajaran bahasa Jawa. Bagi siswa kelas rendah menulis aksara Jawa cukup sulit untuk dipelajari. Kondisi tersebut mungkin disebabkan oleh metode pembelajaran Bahasa Jawa, khususnya menulis aksara Jawa oleh guru belum tepat. Hal itu sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh BAPEDA DIY (dalam Ekowati 2004) mengenai kondisi pembelajaran bahasa Jawa yang menunjukkan bahwa 93% guru di SD dan SMP hanya menggunakan metode ceramah dalam setiap penyampaian materi pembelajaran. Bagi siswa kelas rendah menulis aksara Jawa seperti mempelajari sesuatu yang terasa asing. Bentuk akara Jawa yang jauh berbeda dengan aksara latin yang selama ini mereka kenal dan mereka pergunakan merupakan kendala tersendiri. Belum lagi bentuk aksara Jawa yang memiliki kemiripan antara yang satu dan lainnya sudah menambah repot mereka untuk PROSIDING SEMINAR NASIONAL ”Pembelajaran Bahasa untuk Meningkatkan Kualitas Manusia Indonesia yang Berkarakter dalam Era Mondial”
93
memahami dan menerapkan. Hal lain yang menjadikan aksara Jawa sulit dipahami adalah adanya kemiripan bunyi antara aksara da dan dha. Oleh karena itu, biasanya di kelas rendah materi menulis aksara Jawa yang diajarkan hanyalah carakan (abjad Jawa) yang hanya berupa 20 aksara Jawa pokok. Berkaitan dengan kesulitan yang dihadapi oleh siswa kelas rendahan dalam menguasai materi menulis aksara Jawa, artikel ini disusun. Tujuan penulisan artikel ini adalah menemukan salah satu cara mudah yang dapat diterapkan oleh guru Bahasa Jawa yang mengajarkan menulis aksara Jawa dan siswa yang baru belajar menulis aksara Jawa. Metode belajar menulis aksara Jawa ini sangat mudah dan dapat dilakukan oleh siapa saja untuk mencapai terampil menulis aksara Jawa. 2. Cara Mudah Menulis Aksara Jawa Bahasa Jawa secara diakronis berkembang dari bahasa Jawa Kuno. Bahasa Jawa Kuno berkembang dari bahasa Jawa Kuno Purba. Bahasa Jawa atau Bahasa Jawa Baru banyak mendapat pengaruh kosakata bahasa Arab, dipakai sebagai wahana, baik lisan maupun tertulis dalam suasana kebudayaan Islam-Jawa. Dalam suasana itu ragam tulis bahasa Jawa tidak hanya ditulis dengan huruf Jawa dan Latin saja, tetapi juga ditulis dengan huruf Arab (Wedhawati dkk., 2010:1). Berpijak dari pandangan secara diakronis tersebut, ragam tulis mengenal aksara Arab Melayu, Arab Jawi, dan Jawa Palsu. Aksara Arab Melayu yaitu aksara Arab yang dipergunakan untuk menulis kata berbahasa Melayu. Aksara Arab Jawi yaitu aksara arab untuk menulis kata berbahasa Jawa. Aksara Jawa Palsu adalah jenis aksara yang sekarang berkembang di media komputer, yaitu tulisan bahasa Indonesia yang dibentuk dengan aksara Jawa. Khusus untuk huruf Jawa Palsu itu, banyak digunakan oleh seniman kaligrafi untuk menuliskan sesuatu dengan tujuan komersil untuk lebih menarik dan indah. Berawal dari cerita sejarah aksara Jawa yang berupa legenda, hanacaraka berasal dari aksara Brahmi yang asalnya dari Hindustan. Di negeri Hindustan tersebut terdapat bermacammacam aksara, salah satunya yaitu aksara Pallawa yang berasal dari India bagian selatan. Dinamakan aksara Pallawa karena berasal dari nama salah satu kerajaan di India yaitu Kerajaan Pallawa. Di nusantara terdapat bukti sejarah berupa prasasti Yupa di Kutai, Kalimantan Timur, ditulis dengan menggunakan aksara Pallawa. Aksara Pallawa ini menjadi induk dari semua aksara yang ada di nusantara, antara lain: aksara hanacaraka, aksara Rencong (aksara Kaganga), Surat Batak, Aksara Makasar, dan Aksara Baybayin (Hartati dalam Rohmadi dan Lili Hartono, 2011:192). Aksara hanacaraka itulah yang selanjutnya dikenal dengan sebutan aksara Jawa. Salah satu keterampilan berbahasa, termasuk dalam memanfaatkan huruf yang harus dikuasai oleh anak sekolah dasar kelas rendah adalah menulis. Menulis merupakan suatu keterampilan berbahasa yang dipergunakan untuk berkomunikasi secara tidak langsung, tidak secara tatap muka dengan orang lain. Menulis merupakan suatu kegiatan yang produktif dan ekspresif. Keterampilan menulis tersebut tidak akan datang secara otomatis, melainkan harus melalui latihan dan praktik berulangkali dan teratur (Tarigan, 1986:4). Selanjutnya Suparno dan Mohamad Yunus (2009:13) menyatakan menulis adalah suatu kegiatan penyampaian pesan (komunikasi) dengan menggunakan bahasa tulis sebagai alat atau medianya. 94
PROSIDING SEMINAR NASIONAL ”Pembelajaran Bahasa untuk Meningkatkan Kualitas Manusia Indonesia yang Berkarakter dalam Era Mondial”
Berdasarkan paparan para ahli mengenai keterampilan menulis tersebut, diketahui bahwa untuk menjadikan siswa sekolah dasar kelas rendah terampil menulis perlu diberikan latihan dan praktik menulis aksara Jawa. Keterampilan menulis aksara Jawa tidak datang dengan sendirinya, perlu belajar dan tidak langsung jadi. Untuk dapat terampil menulis Jawa, siswa harus diajak berulangkali latihan dan praktik menulis melalui beberapa tahapan sederhana. Kemampuan siswa sekolah dasar kelas rendah dalam memahami bahasa tulis sebagai wadah, alat, dan media untuk mengungkapkan isi jiwa serta pengalaman merupakan aspek berbahasa yang paling rumit. Hal itu disebabkan kemampuan menulis aksara Jawa menghendaki penguasaan siswa terhadap berbagai unsur kebahasaan dan unsur di luar bahasa Jawa yang akan menjadi isi tulisan yang dibuat. Oleh karena itu, dalam menulis aksara Jawa, seorang siswa sekolah dasar kelas rendahan yang sedang belajar menulis aksara Jawa harus mengenal dan memahami setiap huruf yang dipergunakan untuk membentuk tulisan. Menurut Nurudin (2010:39), asas menulis yang baik yaitu: kejelasan, keringkasan, ketepatan, kesatupaduan, pertautan, dan penegasan. Dari keenam indikator tersebut, digunakan indikator ketepatan (keajegan tulisan) dan kejelasan (bentuk tulisan). Ketepatan (keajegan tulisan) dan kejelasan (bentuk tulisan) diperlukan agar tidak terjadi salah huruf dan salah tulis. Dengan memahami bentuk setiap huruf dan kegunaan huruf membentuk kata, seorang penulis terhindar dari kesalahan menulis kata atau meletakkan huruf. Menurut Iskandarwassid dan Dadang Sunendar (2011:250) dalam menilai tulisan terdapat beberapa kriteria antara lain: kualitas dan ruang lingkup isi, oranisasi dan penyajian isi, komposisi, kohesi dan koherensi, gaya dan bentuk bahasa, mekanik, kerapian tulisan, kebersihan, dan respon afektif pengajar terhadap karya tulis. Dari kesembilan indikator tersebut, digunakan indikator kerapian tulisan, sedangkan indikator kecepatan (dikutip dari buku Sardiman (2011:93). Oleh karena itu, indikator keterampilan menulis aksara Jawa oleh siswa sekolah dasar kelas rendahan adalah keajegan tulisan, bentuk tulisan, kerapian tulisan, dan kecepatan menulis. Sebelum melaksanakan cara cepat mengajarkan menulis aksara Jawa kepada anak sekolah dasar kelas rendah, dikenali dahulu aksara apa saja yang ada dalam aksara Jawa. Berikut ini aksara pokok yang terdaftar di dalam carakan (hanacaraka).
Dengan berpedoman pada deret aksara Jawa seperti daftar di atas disepakati bahwa ada empat deret aksara Jawa. Setiap deret aksara Jawa tersebut terdiri atas lima aksara. Deretan aksara Jawa tersebut disepakat dengan menyebutnya sebagai peta aksara. Dengan peta aksara tersebut diketahu bahwa aksara ha merupakan aksara pertama dalam deret pertama. Aksara da merupakan aksara pertama dalam deret kedua. Aksara pa merupakan aksara pertama dalam deret ketiga. Aksara ma merupakan aksara pertama dalam deret keempat.Diketahui pula bahwa aksara ka merupakan aksara kelima dalam deret pertama. Aksara la merupakan
PROSIDING SEMINAR NASIONAL ”Pembelajaran Bahasa untuk Meningkatkan Kualitas Manusia Indonesia yang Berkarakter dalam Era Mondial”
95
aksara kelima dalam deret kedua. Aksara nya merupakan aksara kelima dalam deret ketiga. Aksara nga merupakan aksara kelima dalam deret keempat. Langkah pertama untuk memudahkan siswa memahami peta aksara adalah dengan mengajak siswa bermain membuat peta aksara. Mula-mula siswa diperlihatkan aksara apa saja yang ada di dalam deret aksara. Selanjutnya siswa diminta untuk menghapalkan aksara apa saja yang ada di dalam setiap deret. Setelah mengenal aksara setiap deret dalam peta aksara, siswa diminta untuk mengatur potongan setiap aksara Jawa yang dibuat oleh guru sehingga membentuk peta aksara. Cara mengatur potongan peta aksara sebanyak empat deret tersebut mula-mula dilakukan secara berkelompok dan bergantian. Langkah berikutnya, siswa diminta untuk mengatur potongan peta aksara secara perorangan. Langkah pertama tersebut bertujuan agar siswa mengenal aksara Jawa dan letaknya dalam deretan peta aksara. Langkah kedua setelah siswa diajak membuat dan memahami peta aksara adalah membuat pola aksara. Pola aksara adalah membuat bentuk setiap aksara dalam peta aksara dari titiktitik. Titik-titik tersebut dibuat sedemikian rupa sehingga membentuk aksara Jawa. Pola aksara tersebut dibuat dengan ukuran yang agak besar sehingga memudahkan siswa untuk melihat dengan jelas. Tentu saja pola aksara tersebut tetap disertai dengan nama dalam huruf latin. Hal itu harus dilakukan untuk membantu siswa mengingat bentuk dan nama aksara Jawa dalam pola tersebut. Selanjutnya guru memberikan contoh membentuk pola aksara tersebut menjadi aksara Jawa, yaitu dengan menggabungkan titik-titik pembentuk pola dengan membuat garis sehingga seluruh pola membentuk aksara Jawa yang utuh. Selanjutnya siswa membuat pola aksara sendiri sesuai dengan petunjuk guru. Langkah kedua ini harus dilakukan berulangulang sehingga siswa mampu menulis aksara Jawa dengan benar. Langkah ketiga adalah berlatih menulis aksara Jawa membentuk kata. Sebagai langkah awal berlatih menulis kata, siswa diajak menulis kata, tetapi tidak dengan kata-kata yang kompleks. Meskipun demikian, kata sederhana yang dimaksud haruslah kata dengan sukukata terbuka. Oleh karena itu, kata sederhana yang diterapkan di pelatihan awal adalah kata yang terdiri atas dua sukukata terbuka, misalnya kata hana, cara, kaya, sala, data, baka, thawa, jaya, nyapa, gama, dan dhana. Latihan menulis kata sederhana itu juga harus dilakukan berulang kali sebelum akhirnya dilanjutkan dengan menulis kata sederhana dengan suku terbuka terdiri atas tiga sukukata, misalnya caraka, sagala, jayanya, bathanga, tawadha, dan magatha. Latihan pun ditingkatkan setelah siswa dianggap menguasai sampai akhirnya diajari menulis dengan kata sederhana suku tertutup dan aksara swara dengan menggunakan sandhangan dan seterusnya. Yang perlu diingat oleh guru Bahasa Jawa adalah menciptakan suasana belajar yang menyenangkan bagi siswa. Dengan mengikuti naluri anak-anak sekolah dasar, cara mengajarkan menulis dengan aksara Jawa secara cepat dan mudah tersebut dilakukan seperti permainan. Permainan tersebut juga harus melibatkan siswa untuk berperan aktif. Dengan begitu, siswa akan memeroleh pengalaman belajar yang menyenangkan, sadar, dan terarah. 7. Penutup Siswa sekolah dasar kelas rendahan sebagai pembelajar pemula aksara Jawa tentu merasa sulit menulis dengan aksara Jawa. Penyebabnya adalah selama ini mereka sudah mengenal aksara latin yang akrab dengan mereka dan sudah dipelajari sebagai aksara pertama yang 96
PROSIDING SEMINAR NASIONAL ”Pembelajaran Bahasa untuk Meningkatkan Kualitas Manusia Indonesia yang Berkarakter dalam Era Mondial”
mereka kenal di bangku sekolah. Namun demikian, sebagai bagian dari bidang studi bahasa Jawa, materi menulis dengan aksara Jawa tidak dapat dihindari dan tetap harus dikuasai oleh siswa. Oleh karena itu, guru harus dapat menemukan cara jitu untuk menjadikan siswa kelas rendahan sekolah dasar tersebut menyukai dan tidak takut dengan materi menulis dengan aksara Jawa. Cara jitu tersebut merupakan salah satu metode untuk menjadikan siswa mampu menulis aksara Jawa dengan cepat dan mudah. Langkah untuk mengajarkan menulis akasara Jawa dengan cepat dan mudah itu meliputi membuat peta aksara, pola aksara, dan berlatih menulis kata sederhana. Langkah tersebut merupakan metode yang sangat sederhana, mudah, dan menyenangkan siswa. DAFTAR PUSTAKA Ekowati, Venny Indria. 2004. Perubahan Sistem Pembelajaran Aksara Jawa. Online: http:// www.google.com. Di akses pada tanggal 10 November 2014. Iskandarwassid, Dadang Sunendar. 2011. Strategi Pembelajaran Bahasa. Bandung: Remaja Rosdakarya. Nurudin. 2010. Dasar-Dasar Penulisan. Malang: UMM Press. Rohmadi, Muhammad, Lili Hartono. 2011. Kajian Bahasa, Sastra dan Budaya Jawa: Teori dan Pembelajarannya. Surakarta: Pelangi Press. Sardiman. 2011. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: Raja Grafindo Persada. Suparno dan Mohamad Yunus. 2007. Keterampilan Dasar Menulis. Jakarta: Universitas Terbuka. Tarigan, Henry Guntur. 2008. Menulis Sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa. Bandung: Angkasa. Wedhawati, Wiwin Esti Siti Nurlina, Edi Setiyanto, Marsono, Restu Sukesti, dan I. Praptomo Baryadi. 2010. Tata Bahasa Jawa Mutakhir. Yogyakarta: Kanisius.
PROSIDING SEMINAR NASIONAL ”Pembelajaran Bahasa untuk Meningkatkan Kualitas Manusia Indonesia yang Berkarakter dalam Era Mondial”
97