BUTIR-BUTIR KONFERENSI PERS PEJABAT GUBERNUR BANK INDONESIA MENGENAI REDENOMINASI RUPIAH 3 AGUSTUS 2010 Redenominasi bukanlah penurunan/pemotongan nilai rupiah, tapi adalah penyederhanaan penyebutan satuan harga dan nilai Assalaamualaikaum Wr. Wb. Yang pertama saya kira yang perlu sekali disampaikan adalah redenominasi ini terminologinya memang tidak terlalu mudah untuk lidah kita, tetapi pengertiannya ini bukan saneering; redenominasi bukan pemotongan uang; saneering umum diartikan pengguntingan. Redenominasi bukan saneering, karena ini yang mungkin lebih popular dalam bahasa kita, bukan pula pemotongan uang. Kalau mau diartikan secara sederhana, redenominasi adalah penyederhanaan sebutan atau penyebutan satuan harga maupun nilai mata uang. Bagaimana persisnya nanti saya akan jelaskan. Tapi sebelumnya saya ingin menyampaikan bahwa saneering atau pemotongan uang itu selalu dilakukan oleh suatu negara dalam situasi ekonomi yang tidak stabil, dalam situasi inflasi yang tinggi. Karena tingginya inflasi maka nilai mata uangnya atau daya beli mata uangnya merosot dengan cepat sehingga perlu dilakukan pemotongan atau sanering. Sama sekali bertolak belakang dengan itu, redenominasi itu hanya bisa dilaksanakan atau hanya akan berhasil dilaksanakan kalau perekonomian sedang stabil, artinya perekonomiannya tumbuh, inflasinya juga terkendali. Nah, mengapa Bank Indonesia melihat ini sudah mulai momennya untuk dibicarakan, dibicarakah lho. Nanti saya jelaskan berapa lama ini prosesnya. Ini proses akan sangat panjang. Kita sekarang ini pertumbuhan ekonominya sudah relatif baik. Inflasinya walaupun sekarang sedang ada kenaikan harga cabe keriting dan beberapa hal 1
lain tetapi dia masih terkendali dan beberapa tahun ke depan kita percaya pertumbuhan ekonomi kita mengarah ke 7% dan inflasi kita mengarah ke 5% atau kurang. Oleh karena itu ini saatnya kita mulai mengajak masyarakat untuk mengerti apa yang akan dilaksanakan ini, melakukan sosialisasi dan sebagainya. Dan ini perlu waktu keseluruhannya sekitar 10 tahun, dari sekarang. Nanti bagaimana jadwalnya saya akan jelaskan. Sekarang kita berada pada tahap memfinalisasi riset dan studi yang kita laksanakan, yang Insya Allah akan benar-benar final pada akhir tahun ini. Ini sudah berlangsung mendekati 2 tahun, studi yang kita laksanakan untuk mempelajari redenominasi ini. Sebelum masuk ke jadwal secara lebih jauh, saya ingin menyampaikan mengapa perlu redenominasi. Dan perlunya juga tidak sekarang, perlunya beberapa tahun lagi sebenarnya. Cuma karena proses untuk ini selalu dibutuhkan lama. Salah satu negara yang paling akhir melaksanakan redenominasi ini dan dianggap paling berhasil, yaitu Turki, membutuhkan waktu 10 tahun penuh untuk menjalankan proses redenominasi ini. Dan itu juga kemudian ditiru dan dilaksanakan oleh Rumanina, dan mereka berhasil. Nah kenapa perlu? Pertama, dia menyangkut memperbaiki atau mengatasi inefisiensi yang bisa terjadi sebagai akibat semakin tingginya waktu transaksi maupun biaya transaksi karena nilai transaksinya semakin lama semakin menjadi besar. Apalagi kalau mengandalkan pembayaran tunai. Bisa dibayangkan kalau anda melakukan pembayaran tunai dengan beberapa puluh juta, anda sudah mulai bawa tas. Dan itu kemudian membuat rasa tidak aman juga, bagi yang membawa-bawa itu karena secara fisik mudah ditandai. Yang kedua, menyangkut mengatasi inefisiensi itu, kita semakin penting membangun infrastruktur untuk sistem pembayaran non-tunai di masa datang dengan biaya yang pasti cukup signifikan. Sebetulnya terkait nanti dengan ini, terkait masalah teknis berapa angka/digit transaksi berlangsung, itu semakin lama semakin merepotkan di dalam berbagai kegiatan perekonomian kita.
2
Contoh paling sederhana adalah mesin hitung untuk toko-toko kecil. Sering kali angkanya banyak, digitnya lebih dari kapasitas yang dimiliki. itu juga ada batas digitnya sehingga angka ribuan sering dibuat di belakang koma; kalau dibaca baikbaik struk yang dicetak sering terlihat 15.000 rupiah ditulis 15,000 sebenarnya dibaca 15 rupiah. Demikian juga jika kita perhatikan di masyarakat kita sebenarnya banyak kegiatan yang tidak mencantumkan tiga nol lagi. Misalnya kalau 75.000 ditulis saja 75 dan seterusnya. Kendala di dalam pencatatan untuk pembukuan itu semakin lama semakin mahal dan semakin lama aplikasi-aplikasi dan infrastruktur yang ada semakin menghadapi masalah; digitnya mendekati, belum terlampaui; sekali waktu terlampaui maka menjadi keharusan melakukannya secara manual; dan bila sudah melampaui bukan saja risikonya meningkat, tapi biaya dan waktu makin lama makin meningkat. Saudara-saudara, nanti barangkali kita bisa jelaskan lebih rinci satu persatu apa saja benefit atau mengapa perlu redenominasi. Ada beberapa hal lagi. Saat ini RUU Mata Uang sedang dibahas di DPR dan ini memang RUU inisiatif DPR. Sebetulnya sangat penting dasar hukum yang kuat agar redenominasi ini berjalan dengan baik. Kalau dia masuk ke Undang-Undang akan baik sekali. Inilah sebenarnya momennya kita mulai menyuarakan ini sehingga pada proses pembuatan Undang-Undangnya dia bisa dimasukkan. Sehingga misalnya masalah hutang-piutang dalam masa lalu, soal perjanjian yg sudah ditandatangani, ada penyelesaian atau ada dasar hukum yang kuat bagaimana menyelesaikannya, sehingga tidak ada pertengkaran, tidak ada sakit hati, karena dasar hukumnya yang jelas, dan tidak ada yg dirugikan. Yang juga tidak kalah pentingnya adalah kita akan memasuki ASEAN Economic Community pada 2015. Akan baik sekali kalau satuan mata uang kita cukup setara dengan negara-negara anggota yang lain tersebut. Itu biasanya seperti Turki yang dijelaskan tadi, persiapan dia memasuki Uni Eropalah yang membuat dia melakukan redeonomianasi sehingga mata uang dia lebih setara dengan mata uang negara-negara Uni Eropa yang lain. 3
Bagaimana bekerjanya dia, atau bagaimana persisnya proses redenominasi itu sendiri. Karena tadi saya jelaskan redenominasi merupakan penyederhananaan penyebutan satuan harga dan nilai, maka nanti pelaksanaannya setelah selesai hasil persiapan studi kita akhir tahun ini, kira-kira selama dua tahun ke depan, 2011-2012 itu adalah masa sosialisasi, masa menyiapkan berbagai hal yg menyangkut akuntasi, pencatatan, sistem informasi dan sebagainya. Kita percaya dua tahun penuh itu cukup. Dan mulai sekitar 2013 kita memasuki masa transisi redenominasi itu. Seperti apa masa transisinya? Waktu itu akan ada dua penilaian, dua kuotasi. Nanti akan ada aturannya secara jelas. Undangundang akan memerintahkan misalnya ke instansi yang berwenang untuk melakukan membuat peraturan pelaksanaan. Jadi suatu toko yang menjual menggunakan label harga, dia akan membuat dua label untuk setiap macam barang; kalau harga barangnya untuk mudahnya Rp 10.000 maka dia juga harus menulis label Rp 10. Rp 10.000 akan dibayar dengan uang lama yang ada sekarang, dia akan sebut rupiah lama; pada saat yang sama akan mulai dicetak uang rupiah baru yang nol-nya dihilangkan tiga. Jadi kalau Rp 100.000 uang rupiah baru adalah Rp 100. Barang yang tadinya harganya Rp 10.000, kemudian ditulis harganya Rp 10 baru. Rp 10000 rupiah lama, Rp 10 rupiah baru. Kalau pembeli datang dengan uang lama, rupiah lama, maka dia akan membayar dengan Rp 10.000 itu. Tapi kalau dia mempunyai rupiah baru, yang nilai terbesarnya adalah Rp 100, dia bayarnya Rp 10. Bagaimana pengembaliannya? Boleh dengan uang baru, boleh dengan uang lama, boleh dicampur dengan hitungan kalau rupiah baru harus dikali seribu dari rupiah lama, atau rupiah lama dibagi seribu terhadap rupiah baru. Masa transisi ini akan berjalan kurang lebih 3 tahun. Karena apa, karena kita tidak mau mencetak uang dobel. Tidak ada tambahan biaya mencetak uang, karena pencetakan uang baru dilakukan secara alami saja seperti siklus biasanya. Berapa uang lama ini yang sudah kusut ditarik dari perederan, diganti dengan uang baru. Jadi prosesnya berjalan waktu sekitar 3 tahun: 2013, 2014, 4
2015. Ini akan terus hidup dua uang ini. Harga-harga juga selama tiga tahun itu harus labelnya dua, dengan rupiah lama, dengan rupiah baru. Itulah sebabnya redenominasi itu sama sekali tidak akan merugikan siapa-siapa. Sama sekali tidak merugikan siapa-siapa, jadi tidak usah risau, tidak usah resah. Selain prosesnya panjang, kalau anda gajinya Rp 5.000.000, kalau pakai uang baru dibayarnya anda dibayarnya Rp 5.000, tapi kalau anda membeli sepatu dengan harga Rp 300.000 uang lama, anda bayarnya Rp 300. Tapi kalau anda dibayar dengan uang lama, anda tetap dibayar Rp 5.000.000. Kalau ada cara bekerja yang lain sama persis prinsipnya. Kalau pakai uang baru dibagi seribu dari uang lama; kalau pakai uang lama persis seperti sekarang. Kalau ada kemeja yang harganya Rp 35.000, ditulis Rp 35.000, tapi harus ada harga dalam uang baru disana ditulis, Rp 35. Kalau anda bawa gaji uang baru anda bayar dengan uang baru. Kalau mau dicampur juga bisa, karena duaduanya berlaku secara sah, dan dua-duanya berbarengan (parallel) berjalan sekaligus. Nah setelah masa transisi, Kalau di Turki uang barunya, Lira, ditulis Lira Baru, untuk membedakan uang lama (Lira, tanpa Baru) dengan uang baru (Lira Baru). Kalau pakai Rupiah, kita tulis Rupiah Baru. Tapi ada juga solusi lainnya. Begitu habis periode transisi, kurang lebih pada tahun 2016 sampai 2018, semua uang kertas lama akan betul-betul dihabiskan (ditarik); itu berakhir proses penarikannya sekitar 2018. Periode terakhir, yaitu berkisar 2018-2020, adalah dihilangkan tulisan “Baru” tersebut kita kembali memakai rupiah seperti sekarang ini. Mata uang kitakan rupiah, sehingga kalau kita membayar juga harusnya Rp 5 atau Rp 3; ini mata uang rupiah tapi membayarnya Rp 5.000, Rp 7.000. Dan koin, sen-senan itu akan berjalan, akan laku kembali. Anak-anak kita juga di sekolah, kalau kelas satu berhitung 5 ditambah 7 sama dengan 12. Dia akan melihat uang Rp 5 ditambah Rp 7 sama dengan Rp 12. Kalau sekarang uang 5 ditambah 7 uang, yang didapat Rp 5000 ditambah Rp 6500, kan tidak nyambung itu. Ini akan sejalan semua dengan kehidupan kita yang sebenarnya kita sudah mulai lupa, misalnya uang koin Rp 200 sudah sembarangan saja karena sudah sedemikian kecil nilainya. 5
Nanti akan ada uang rupiah Rp 1 dengan uang baru, 50 sen, 25 sen. Dulu waktu saya SD dulu ada 1 ketip, bukan karena mau nostalgia, tapi memang di semua negara begitu. Kalau anda ke Eropa anda akan melihat ada koin 2 Euro, 1 Euro, 50 sen, 20 sen, 10 sen, bahkan 1 sen. Begitu juga dengan US Dollar. Saya kira itu dia sebenarnya yang dimaksud dengan redenominasi dan bagaimana prosesnya kita tempuh. Ini bukan sesuatu yang bulan depan akan dilaksanakan. Bukan. Ini prosesnya akan berjalan dalam waktu sekitar 10 tahun. Dan 10 tahun lagi kalau kita tidak mulai dari sekarang, kita akan menghadapi begitu banyak persoalan dalam digit dari alat-alat hitung menghitung kita, akuntansi kita, pencatatan kemudian berderet-deret. Bahkan kalau pakai dibelakang koma lagi, barangkali digitnya bisa 18 (18 angka berderet-deret). Membacanya saja sudah bingung. Apalagi kalau satuan uang perusahaan besar apalagi negara, sudah mulaai angkanya 1.000 triliun. Habis itu apa ya? Masa sejuta triliun. Ini tidak bisa. Kita harus siapkan dari sekarang agar sekitar 5-10 tahun lagi ke depan kita tidak menghadapi kesulitan-kesulitan. Ini kembali lagi tentu saja dalam waktu dekat ini akan akan kita melaporkannya kepada Pemerintah, yaitu Presiden, dan kemudian kepada DPR. Tentu penjelasannya akan lebih teknis dari pada ini. Ini penjelasan untuk orang banyak sebenarnya. Saya berusaha menjelaskannya sesederhana mungkin. Mudahmudahan ini bisa kita laksanakan dan kita manage dengan baik. Saya percaya adalah sangat penting semua pihak mendukungnya. Kalau tidak didukung semua pihak ini tidak bisa berjalan dengan baik. Karena itulah waktunya harus cukup, sosialisasinya harus baik dan kemudian ini dirancang secara cermat; kita tahu apa yang akan kita lakukan 3 tahun dari sekarang, 7 tahun dari sekarang, dan sebagainya. Tentu akan ada yang mengatakan kenapa mesti yang dibicarakan adalah redenominasi, kenapa bukan menurunkan tingkat bunga Pak Darmin. Menurunkan tingkat bunga juga dibicarakan. Ini perlu dibicarakan sekarang karena mempersiapkan ini untuk 5-10 tahun ke depan. Saya kira itu penjelasannya. Terima kasih. Wassalaamualaikum Wr. Wb.
6