T
A
T
A
L
O
K
A
JURNAL TATA LOKA; VOLUME 11; NOMOR 1; FEBRUARI 2009 © 2009 Biro Penerbit Planologi UNDIP
P ENGGUNAAN RUANG O LEH P ELAKU US AHA B ERBASIS RUMAH TA NGGA (HBE) DI K ECAMATAN S EMARANG T IMUR Business Use Of Space By Household-Based Enterprise (HBE) In Semarang Timur District Hotnida Yusnani Simbolon Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kabupaten Batu Bara Jl. Perintis Kemerdekaan No. 164 Telp/Fax: (0622) 96110-96584, Lima Puluh 21255 (email:
[email protected])
Abstract: The result of this research shows that household enterprise and activity as well as the production process which become the reason to have a home industry influence the spatial use by household-based enterprisers. It is seen from their production processes which utilize the streets in different locations because the insufficient space in their houses. This research finds out only 8% of the enterprisers add additional rooms. Besides, there is only 85% of the enterprisers fulfill the requirement of wide standart for person, that is 9 m². However, the overall width the enterprisers have is insufficient because the width of the building is equal with land width. This will be hard for household-based enterprises to implement the simple house criteria, that are houses as shelter and space for business, because each household-based enterprise has different characteristic. Therefore, the relevance analysis shows that r-value of income and spatial use is -0,015 to 0,453.The r value shows the low relevance and that income does not influence the spatial use by the enterprisers. This is propted by the fact that they do not have any willingness to add more rooms. They have already satisfied by the space they have at home, no more land can be built, and that the enterprisers do not have more saving, since room addition needs more money. Keywords: use of space, home-based enterprise Abstrak : Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa kegiatan usaha dan aktivitas rumah tangga seperti proses produksi yang menjadi alasan untuk membuka usaha dan mempengaruhi penggunaan ruang oleh pelaku usaha rumahan. Hal ini dapat dilihat dari proses produksi yang dilakukan di setiap jalan dan di lokasi yang berbeda hal ini karena luas rumah kurang memadai. Dalam hal ini, luas rumah pelaku tidak pernah melakukan penambahan. 92% dari pelaku tidak melakukan penambahan kamar dan hanya 8% dari pelaku melakukan penambahan kamar. Selain 85% responden dapat memenuhi luas orang requirementper dan 15% tidak sesuai dengan standar lebar per orang adalah 9 m². Tapi keseluruhan luas pelaku adalah tidak tepat karena luas bangunan sama dengan luas tanah. Jika citeria rumah sederhana diterapkan, ini menjadi sulit karena perusahaan berbasis rumah memiliki karakteristik yang berbeda, bahwa fungsi rumah sebagai tempat tinggal dan melakukan usaha. Lalu relevansi menghasilkan pendapatan dengan penggunaan ruang yang memiliki nilai r antara -0.015 sampai 0.453. nilai r yang menunjukkan bahwa relevansi adalah rendah dan menghasilkan pendapatan tidak berpengaruh terhadap penggunaan ruang oleh pelakunya. Hasil ini dipengaruhi oleh alasan pelaku dan motivasion bahwa mereka tidak ingin membuat ruang tambahan. Mereka sudah merasa nyaman dengan kondisi rumah mereka, tidak ada tanah yang lebih luas, dan pelaku tidak memiliki uang, karena biayanya terlalu banyak. Kata kunci : penggunaan ruang, usaha berbasis rumah tangga
40
PENGGUNAAN RUANG OLEH PELAKU USAHA...
PENDAHULUAN Rumah merupakan salah satu kebutuhan kemudian dapat membantu pembayaran rumah dasar manusia, rumah pada dasarnya berfungsi sebagai tempat tinggal atau hunian dan sarana pembinaan keluarga (Undang-Undang No.2 Tahun 1992 Tentang Perumahan dan Permukiman). Saat ini rumah tidak lagi hanya digunakan sebagai tempat tinggal, tetapi juga digunakan sebagai tempat untuk melakukan usaha. Banyak alas an manusia memilih rumah untuk memulai usaha, diantaranya adalah mengurangi pengeluaran tambahan, pemanfaatan pajak, tidak menyukai suasana kerja konvensional, kesempatan untuk menjadi pemilik usaha sendiri dan khususnya kesempatan untuk mengendalikan pekerjaan dan rumah tangga pada satu tempat (Beach, 1993). Peningkatan ekonomi keluarga menjadi salah satu alas an untuk memulai usha di rumah. Fungsi rumah tidak lagi sebagai fasilitas saja, tetapi juga sebagai peningkatan pendapatan, yang kemudian dapat membantu pembayaran ryumah serta peningkatannya (Strassman, 1987). Dalam hal ini rumah tempat produksi, tempat pemsaran, hiburan, instuisi keuangan dan juga digunakan sebagai tempat pengasingan diri (Laquin dalam Kallet, 2000). Usaha berbasis rumah menjadi alternative peningkatan pendapatan. Penggunaan ruang rumah oleh pelaku usaha berbasis rumah tangga (HBE) menjadi penting untuk diperhatikan. Ruang yang digunakan dalan mengembangkan usahanya dengan kegiatan rumah tangga akan menjadi sama. Akibatnya ruang yang ada di dalam rumah menjadi sempit, bahkan menjadi tidak sesuai lagi dengan standar yang berlaku. Home based bussines atau yang lebih dikenal dengan usaha berbasis rumah memiliki pengertian bahwa segala jenis kegiatan usaha dilakukan di dalam rumah oleh pemilik usaha dan pekerjanya juga (Leighton Jay, 2003). Seperti yang dikemukakan Parrott Kathleen (1998)“The work environment is important to the success of any business. For the HBB, the work environment is unique because it is also a home. The use of space in the home will change when a home-based business is begun. By definition, a HBB introduces a business activity into residential space, your home. The needs of the business and the needs of the family members will be different, and conflict can result.” Pada pelaksanaannya, penggunaan ruang rumah oleh usaha berbasis rumah tangga tersebut menjadi suatu fenomena yang terjadi dalam ke-
JURNAL TATA LOKA; VOLUME 11; NOMOR 1; FEBRUARI 2009
HOTNIDA YUSNANI SIMBOLON
hidupan masyarakat sehari-hari. Sering terjadi penggunaan ruang yang sama dalam melakukan aktivitas rumah tangga dan usaha (Tipple, 2005). Aktivitas yang dilakukan oleh pelaku usaha dan anggota keluarga dapat mempengaruhi penggunaan ruang rumah mereka. Pada akhirnya, ruang untuk aktivitas keluarga sehari-hari menjadi sama dengan ruang untuk melakukan usaha rumah tangga tersebut. Di sisi lain adanya keterbatasan luas ruang rumah yang dimiliki oleh pelaku usaha, membuat keseluruhan aktivitas usaha khusunya industry rumah tangga tidak dilakukan di dalam rumah, sehingga diperlukan adanya perluasan atau penambahan ruang untuk mengatasi permasalahan penggunaan ruang. Tetapi pada kenyataannya keterbatasan dana menjadi salah satu alasan tidak dilakukannya perluasan atau penambahan ruang rumah. Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi penggunaan ruang rumah oleh pelaku usaha berbasis rumah tangga (HBE) dan alur aktivitasproduksi khususnya industri rumah tangga di Kelurahan Bugangan dan Jalan Barito terkait dengan fungsi rumah sebagai tempat tinggal dan tempat melakukan usaha, serta melihat keterkaitan antara tingkat pendapatan penghuni dengan penggunaan ruang yang dilakukan. USAHA BERBASIS RUMAH TANGGA DALAM KAJIAN TEORI Usaha berbasis rumah tangga (home based enterprises) adalah usaha yang terdapat atau berada dekat dengan rumah dari pada di daerah komersial atau area industri, dimana HBE tersebut termasuk kedalam komponen homebased, seperti membuat makanan dan komponen non homebased, seperti menjual makanan di disekitar jalan (Tipple, 2005). Menurut Leighton Jay (2003) usaha berbasis rumah (home-based businesses) memiliki karakteristik yaitu hamper seluruh kegiatan usaha dilakukan di dalam rumah pemilik usaha, dimana usaha ini lebih mengarah kepada usaha dilakukan di rumah (business operated at home). Aktivitas yang dilakukan dalam usaha berbasis rumah pada umumnya adalah industry pengolahan dan perdagangan dan jasa (retail). Usaha tersebut biasanya dilakukan di dalam rumah atau berdekatan dengan rumah pemilik usaha. Aktivitas usaha yang dilakukan biasanya memiliki kombinasi yaitu ada jenis usaha dalam rumah yang melakukan produksi dan distribusi menjadi satu kesatuan dai usaha mereka. Ada
41
PENGGUNAAN RUANG OLEH PELAKU USAHA...
juga yang melakukan usaha dalam rumah dengan menjual barang saja (retail) dan melakukan jenis usaha yang berbeda, seperti mekanik yang juga membuka usaha menjual makanan yang dilakukan di area yang sama (Tipple, 2005). Menurut Johan Silas (2002), rumah adalah bagian yang utuh dari permukiman dan bukan semata – mata hasil fisik yang sekali jadi. Bermukim pada hakikatnya adalah hidup bersama, dan untuk itu fungsi rumah dalam kehidupan adalah sebagai tempat tinggal dalam suatu lingkungan yang mempunyai prasarana dan sarana yang diperlukan oleh manusia dalam memasyarakatkan diri. Apabila dilihat dari proses bermukim tersebut, maka rumah merupakan sarana pengaman bagi diri manusia itu sendiri, pemberi ketentraman hidup, dan sebagai pusat kegiatan berbudaya (Yudohusodo, 1991). Pada dasarnya rumah atau hunian diartikan hanya sebagai tempat tinggal dan tempat berlindung. Namun, pada perkembangannya apresiasi terhadap rumah terus meningkat seiring dengan semakin meningkatnya tuntutan ebutuhan manusia (Sastra, 2006:109). Dalam hal ini menurut Dewi S dalam Silas (2000) rumah dapat menjadi modal kerja yang handal dalam mengembangkan kekuatan ekonomi keluarga melalui Usaha Berbasis Rumah (UBR). Berdasarkan Keputusan Menteri Pekerjaan Umum nomor 20/KPTS/1986 tentang Pedoman Teknik Pembangunan Perumahan Sederhana Tidak Bersusun (dalam Marsono, 1995), bangunan rumah adalah bangunan yang direncanakan dan digunakan sebagai tempat kediaman oleh satu keluarga atau lebih, dimana didalamnya terdapat ruang hunian yang merupakan bagian dari bangunan rumah yang digunakan untuk tidur, makan dan kegiatan lain. Rumah sederhana tidak bersusun merupakan tempat kediaman yang layak huni, dimana rumah sederhana tersebut dibagi menjadi dua yaitu: Rumah lengkap adalah tempat kediaman yang terdiri dari satu lantai, memiliki luas bangunan minimum 36 m² dan maksimal 70 m². Luas persil minimum adalah 60 m² dan 120 m². Rumah inti (rumah tidak lengkap) adalah tempat kediaman yang mempunyai satu ruangan hunian dnegan luas minimum 12 m² dan dimungkinkan untuk dikembangkan menjadi rumah se-
JURNAL TATA LOKA; VOLUME 11; NOMOR 1; FEBRUARI 2009
HOTNIDA YUSNANI SIMBOLON
derhana lengkap dengan luas minimum 36 m². Berdasarkan pedoman umum rumah sederhana sehat yang dikeluarkan pemerintah melalui Departemen Pekerjaan Umum, kebutuhan ruang per orang dihitung berdasarkan aktivitas dasar manusia di dalam rumah. Aktivitas seseorang tersebut meliputi aktivitas tidur, makan, kerja, duduk, mandi, kakus, cuci, dan masak serta ruang gerak lainnya. Dari hasil kajian yang telah dilakukan, kebutuhan ruang per orang adalah 9 m². Proses produksi pada dasarnya merupakan suatu kegiatan konversi bahan baku (input produksi) menjadi produk (output produksi). Untuk melaksanakan proses atau kegiatan tersebut diperlukan satu rangkaian proses pengerjaan yang bertahap (SIPUK, 2008). Menurut Setyawan (2008), sebelum melakukan proses produksi terlebih dahulu dilakukan perencanaan proses, dimana secara umum yang dimaksud dengan perencanaan proses adalah perencanaan bagaimana sekumpulan aktivitas produksi akan berlangsung mulai dari input, pemrosesan sampai menghasilkan produk (output). Pada perkembangannya rumah tidak hanya menyediakan tempat tinggal bagi penghuninya, tetapi juga dapat meningkatkan pendapatan melalui penyewaan ruang atau digunakan sebagai toko (Strassmann, 1987). Usaha berbasis rumah (home-based enterprise) tidak hanya bisnis kecil-kecilan dalam struktur yang kecil, tetapi juga merupakan kegiatan keluarga yang dilakukan di tempat tinggal. Rumah digunakan sebagai tempat produksi, pemasaran, pusat hiburan, lembaga keuangan keluarga, dan juga tempat untuk menyendiri atau beristirahat (Kellet, 2000). Dalam hal ini kegiatan keluarga dan usaha menjadi satu di dalam rumah. Melalui studinya di Lima, Kalutara, dan Kolombo Strassman (1987) menyebutkan bahwa pemilik usaha didalam rumah berpendapat apabila mereka tidak memiliki usaha di dalam rumah, maka usaha mereka tidak akan berhasil dan tanpa usaha berbasis rumah, mereka tidak akan mampu untuk bertahan hidup. Hampir sama dengan di negara maju Amerika Serikat, penggunaan ruang dalam usaha berbasis rumah ternyata juga mengganggu aktivitas keluarga. Menurut Margaret (2001), ruang yang digunakan untuk melakukan usaha memang sudah dibuat terpisah dengan ruang untuk tempat tinggal. Tetapi yang menjadi permasalahan adalah aktivitas usaha tersebut menganggu aktivitas keluarga. Jenis usaha berbasis rumah (home-based business) yang dilakukan
42
PENGGUNAAN RUANG OLEH PELAKU USAHA...
HOTNIDA YUSNANI SIMBOLON
juga memiiki kriteria berbeda, dimana pengusaha menggunakan teknologi internet untuk melakukan usahanya. Sementara untuk usaha berbasis rumah di negara berkembang rumah digunakan sebagai tempat produksi, pemasaran dan aktivitas keluarga (Kellet, 2000). Penggunaan ruang di dalam rumah akan berubah ketika usaha berbasis rumah tersebut sudah dimulai. Dilihat dari defi-
Produksi& Distribusi 26%
Jasa : 33%
nisinya, HBB merupakan sebuah kegiatan bisnis dalam ruang hunian, yaitu di rumah. Kebutuhan ruang untuk bisnis dan kebutuhan untuk anggota keluarga akan berbeda dan hal ini yang kemudian menjadi suatu konflik dalam penggunaan ruang rumah (Parrott, 1998)
Produksi : 7% Distribusi 34%
:
Sumber : Hasil Analisis Penyusun, 2009
Gambar 1. Persentase Aktivitas yang Dilakukan Pelaku Usaha PERUMUSAN PENGGUNAAN RUANG UNTUK USAHA Aktivitas Usaha dan Rumah Tangga dalam Usaha Berbasis Rumah Tangga Aktivitas usaha yang dilakukan oleh pelaku usaha berbasis rumah tangga dapat berbeda, tergantung dari jenis usahanya. Aktivitas usaha yang dilakukan oleh pelaku usaha berbasis rumah tangga dapat dibedakan menjadi empat yaitu aktivitas produksi saja, aktivitas distribusi/penjualan, aktivitas jasa dan kombinasi aktivitas produksi dan distribusi yang dilakukan dalam satu rumah. Keempat aktivitas tersebut biasanya dilakukan setiap hari oleh pelaku usaha di dalam rumah mereka. Berdasarkan pengolahan data yang dilakukan, dari 100 kuesioner yang disebarkan aktivitas usaha yang dilakukan oleh pelaku usaha memiliki jumlah yang bervariasi yaitu 7% untuk aktivitas produksi saja , 34% untuk ditribusi/penjualan dan 33% untuk aktivitas jasa dan 26% untuk kombinasi aktivitas produksi dan distribusi. Aktivitas usaha yang dilakukan disesuaikan dengan jenis usaha mereka. Untuk pemilik usaha industri rumah tangga biasanya mereka melakukan aktivitas produksi di dalam atau di teras depan rumah mereka. Selain itu sebagian dari industri rumah tangga tersebut juga melakukan aktivitas distribusi di rumah mereka. Untuk pemilik usaha perdagangan aktivitas usaha yang mereka lakukan yaitu menjual dan membeli barang di rumah mereka. Pemilik usaha biasanya
JURNAL TATA LOKA; VOLUME 11; NOMOR 1; FEBRUARI 2009
melayani pembeli yang akan membeli barang dagangan mereka. Sementara untuk pemilik usaha jasa melakukan aktivitas yang hampir sama seperti pelaku usaha dagang. Pelaku melayani konsumen yang akan menggunakan jasanya. Aktivitas rumah tangga yang dilakukan oleh pelaku atau penghuni usaha berbasis rumah tangga dikategorikan menjadi dua, yaitu aktivitas rumah tangga yang pertama adalah makan, minum, beristirahat, masak, kebersihan (mandi dan mencuci). Aktivitas ini mereka lakukan bagi penghuni yang anak-anak mereka tidak lagi tinggal dengan mereka atau penghuni yang anakanak mereka sudah bekerja tetapi masih tinggal dengan orang tua mereka. Kemudian aktivitas rumah tangga yang kedua adalah makan, minum, beristirahat, masak, kebersihan (mandi dan mencuci), bermain dan belajar. Aktivitas ini dilakukan oleh pelaku atau penghuni yang masih memiliki anak kecil atau masih dalam masa sekolah. Aktivitas rumah tangga ini setiap hari dilakukan oleh penghuni usaha berbasis rumah tangga. Pada grafik diatas dapat dilihat bahwa sebanyak 64% dari responden melakukan aktivitas rumah tangga makan, minum, beristirahat, masak, kebersihan (mandi dan mencuci) dan sebanyak 36% melakukan aktivitas rumah tangga makan, minum, beristirahat, masak, kebersihan (mandi dan mencuci), bermain dan belajar. Sebagian dari aktivitas tersebut juga dipengaruhi oleh ketersediaan ruang rumah mereka yang tidak terlalu luas. Bagi penghuni yang memiliki anak kecil
43
PENGGUNAAN RUANG OLEH PELAKU USAHA...
HOTNIDA YUSNANI SIMBOLON
biasanya anak-anak mereka bermain di luar rumah atau di ruang tamu yang juga digunakan sebagai tempat melakukan usaha. Selain itu ada juga sebagian dari mereka yang membantu orang tua mereka dalam menjalankan usaha keluarga. Kedua aktivitas usaha dan rumah tangga tersebut dilakukan setiap hari dan pelaku usaha sering melakukan aktivitas usaha dan rumah tangga pada ruangan yang sama yang kemudian ini akan berpengaruh pada penggunaan ruang rumah mereka Alur Aktivitas Produksi Industri Rumah Tangga Untuk industri rumah tangga pada umumnya proses produksi dilakukan secara bertahap dan pelaku usaha melakukan aktivitas produksi di dalam atau di teras depan rumah mereka. Dan sebagian dari industri rumah tangga tersebut juga mendistribusikan hasil produksi mereka langsung dari rumah mereka. Di Kelurahan Bugangan terdapat aktivitas produksi yang cukup unik. Keseluruhan aktivitas produksi pada umumnya dilakukan di rumah, mulai dari pengolahan bahan baku sampai menjadi barang jadi. Berbeda dari yang biasanya, untuk industri pembuatan tempat pensil dari kain milik Nona Vera, aktivitas produksi tidak seluruhnya dilakukan di dalam rumah. Aktivitas produksi yang dilakukan di rumah mereka hanya pengepakan barang jadi, sementara untuk pemotongan bahan
atau kain dilakukan di rumah saudaranya yang berada di Tlogosari. Hal ini dilakukan karena luas ruang di dalam rumah tidak mencukupi untuk melakukan proses tersebut. Proses pemotongan membutuhkan tempat yang cukup luas karena kain yang akan dipotong jumlahnya banyak dan panjang. Setelah pemotongan dilakukan, maka penjahitan kain untuk menjadi tempat pensil dilakukan di tempat lain. Kain yang sudah dipotong akan diberikan kepada penjahit yang berada di sekitar rumah mereka atau tetangga, penjahit yang ada di sekitar Kecamatan Semarang Timur, dan yang berada di Tlogosari dekat dengan tempat pemotongan kain. Kemudian setelah proses menjahit selesai, maka proses pengecekan dan pengepakan akan dilakukan di ruang tamu rumah mereka. Pada saat-saat tertentu seperti pesanan atau permintaan yang cukup banyak, maka tenaga kerja yang dibutuhkan juga cukup banyak untuk mengecek dan mengepak barang hasil produksi. Dalam keadaan ini ruang tamu yang ada di rumah digunakan untuk melakukan proses pengecekan kemudian pengepakan dan ruang tamu pelaku usaha ini terasa kurang luas dan memberikan ketidaknyamanan. Hal ini dikarenakan ruang tamu tersebut dipenuhi barang hasil produksi dan pekerja yang cukup banyak untuk melakukan pengecekan dan pengepakan. Alur aktivitas produksi dapat dilihat pada gambar dibawah ini.
Sumber : Hasil Analisis Penyusun, 2009
Gambar 2. Alur Aktivitas Produksi Penggunaan Ruang Oleh Pelaku UsahaBerbasis Rumah Tangga (HBE) Alasan pemilik usaha untuk membuka usaha menjadi dasar dilakukannya usaha di dalam rumah. Alasan pemilik usaha yang cukup mendominasi yaitu untuk memenuhi kebutuhan mereka
JURNAL TATA LOKA; VOLUME 11; NOMOR 1; FEBRUARI 2009
sehari-sehari dan meningkatkan penghasilan mereka. Mereka beranggapan bahwa mereka bisa bekerja dan mendapatkan penghasilan meskipun itu dilakukan di dalam rumah mereka. Selain itu adanya kedekatan lokasi usaha dengan pasar merupakan alasan mereka untuk membuka usaha di
44
PENGGUNAAN RUANG OLEH PELAKU USAHA...
HOTNIDA YUSNANI SIMBOLON
dalam rumah. Disisi lain kenyamanan untuk memperoleh pekerjaan karena dapat menghemat biaya transportasi dan waktu juga merupakan alasan mereka untuk membuka usaha. Beberapa alasan unik lain pelaku usaha membuka usaha di rumah mereka yaitu adanya kecintaan terhadap seni, karena hobi, merupakan keterampilan dari pelaku usaha dan ada yang karena memang memiliki jiwa wirausaha. Dengan adanya alasan-alasan untuk membuka usaha, maka kemudian mereka membuat
rumah mereka menjadi tempat tinggal sekaligus tempat usaha. Berdasarkan analisis yang dilakukan sebanyak 27 % luas rumah pelaku usaha berbasis rumah tangga adalah 91 – 120 m², dan sebanyak 20 % memiliki luas rumah antara 37 – 60 m². Dan yang paling kecil adalah 2 % untuk luas rumah > 200 m². Dan sebagian besar dari rumah mereka memiliki KDB 100 %. Mereka berusaha memanfaatkan seluruh lahan yang mereka miliki untuk membangun rumah mereka yang juga digunakan sebagai tempat usaha.
Sumber : Hasil Analisis Penyusun, 2009
Gambar 3. Luas Rumah yang Dimiliki Pemilik Usaha Dengan usaha yang mereka miliki saat ini, ternyata sebagian besar pelaku usaha tersebut tidak melakukan perluasan rumah. Luas rumah mereka tidak pernah bertambah dan tetap seperti itu semenjak mereka membuka usaha. Untuk luas tempat usaha yang dimiliki pelaku usaha pada umumnya adalah 20-30% dari luas rumah yang mereka miliki. Berdasarkan hasil analisis diperoleh bahwa luas tempat mereka melakukan usaha didominasi oleh luas 12 m² - 24 m² yaitu sebanyak 51% dari jumlah 100 sampel yang diedarkan. Kemudian sebanyak 27% untuk luas > 24 m² dan sebanyak 22% untuk luas usaha < 12 m². Dari hasil analisis tersebut dapat diketahui bahwa luas tempat melakukan usaha memiliki proporsi yang kecil dari luas keseluruhan rumah. Tetapi menjadi berbeda apabila akitivitas yang dilakukan juga di dalam rumah, dimana aktivitas rumah tangga juga dilakukan pada ruangan yang sama. Luas tempat usaha untuk tiap jenis usaha berbeda. Untuk industri rumah tangga luas tempat usaha ratarata 15-35%. Tetapi sebagian dari pelaku membuat tempat usaha mereka lebih besar dari rumah mereka bahkan luas usaha bisa 60% dari luas keseluruhan, tetapi ada juga yang hanya sedikit yaitu hanya 6% dari luas keseluruhan. Untuk pelaku yang mememiliki luas tempat
JURNAL TATA LOKA; VOLUME 11; NOMOR 1; FEBRUARI 2009
usaha lebih dari 35% bahkan sampai 60% biasanya melakukan keseluruhan aktivitas produksi dan distribusi sekaligus dalam satu rumah. Kemudian untuk jenis usaha dagang, jasa dan rumah makan memiliki luas tempat usaha rata-rata 1530% karena sebagian besar mereka hanya membutuhkan luas yang kecil dan berada di depan rumah. dan aktivitas yang dilakukan hanya menjual dan membeli, baik itu jasa maupun dagang. Tetapi ada juga pelaku yang memiliki luas tempat usaha sekitar 40-55% dari luas keseluruhan. Hal ini dikarenakan luas rumah mereka yang kecil kemudian digunakan untuk usaha dan memang usaha sudah berkembang dan membutuhkan tempat yang lebih luas lagi. Ruangan rumah yang terdapat di dalam usaha berbasis rumah pada umumnya hampir sama dengan ruang rumah pada umumnya. Hanya saja di dalam usaha berbasis rumah terdapat tempat/ruangan untuk melakukan aktivitas usaha mereka. Aktivitas yang dilakukan di dalam rumah juga hampir sama. Ruang-ruang yang pada umumnya terdapat di dalam rumah yaitu ruang tamu, kamar/ruang tidur, ruang makan, dapur, kamar mandi/WC.
45
PENGGUNAAN RUANG OLEH PELAKU USAHA...
HOTNIDA YUSNANI SIMBOLON
dalam ruang yang sama. Pelaku usaha berbasis rumah tangga mengatakan mereka merasa nyaman apabila aktivitas usaha dan bermain anak menjadi satu di ruang tamu. Tipe pola penggunaan ruang oleh pelaku usaha berbasis rumah tangga dapat berbeda, tergantung dari
Sumber : Hasil Analisis Penyusun, 2009
Gambar 4. Ruang Inti Rumah untuk Tempat Usaha Untuk unit kediaman inti yang terdapat dalam usaha berbasis rumah tangga (HBE) pada umumnya memiliki luas rumah antara 12 – 36 m² dan ruang rumah yang ada juga tidak terlalu lengkap. Sebagian dari pelaku usaha tersebutmemiliki satu ruang tidur dan dapur tetapi tidak memiliki kamar mandi. Pelaku usaha berbasis rumah tangga beranggapan bahwa aktivitas rumah tangga dan usaha tidak masalah dilakukan di
jenis usaha dan aktivitas yang dilakukan. Pola penggunaan ruang oleh pelaku usaha yaitu: Usaha dagang dengan aktivitas menjual dan membeli dilakukan di teras atau bagian depan rumah. Usaha jasa dengan aktivitas jasa/pelayanan dilakukan di bagian depan rumah atau di dalam rumah, seperti ruang tamu. Indutri rumah tangga dengan aktivitas produksi saja dilakukan di bagian depan atau di dalam rumah, seperti ruang tamu. Industri rumah tangga yang melakukan aktivitas produksi dan distribusi. Untuk usaha jenis ini pelaku melakukan aktivitas produksi di dalam atau teras depan rumah, kemudian untuk aktivitas distribusi di bagian depan rumah seperti ruang tamu.
Sumber : Hasil Analisis Penyusun, 2009
Gambar 5. Denah Rumah yang Digunakan sebagai Tempat Usaha Kebisingan yang ditimbulkan oleh aktivitas usaha memang mengganggu kenyamanan dari anggota keluarga mereka.Walaupun usaha
JURNAL TATA LOKA; VOLUME 11; NOMOR 1; FEBRUARI 2009
tersebut menimbulkan kebisingan dan ruang yang mereka gunakan untuk usaha dan kelurarga menjadi satu, tetapi sebagian besar dari pe-
46
PENGGUNAAN RUANG OLEH PELAKU USAHA...
milik usaha dan anggota keluarga merasa nyaman dengan adanya usaha tersebut. Sebagian besar pelaku usaha berpendapat bahwa kebisingan yang ditimbulkan tidak cukup mengganggu aktivitas mereka, meskipun aktivitas yang dilakukan pada ruangan yang sama dengan aktivitas rumah tangga. Sebanyak 83% dari jumlah 100 sampel yang diedarkan menyatakan bahwa mereka merasa nyaman dan tidak terganggu dengan adanya usaha di dalam rumah dan sebanyak 17% menyatakan terganggu. Seiring berjalannya usaha berbasis rumah tangga yang dilakukan oleh pelaku usaha, ternyata sebagian besar dari pelaku usaha tidak melakukan penambahan ruang usaha atau ruang rumah. Pelaku usaha yang tidak melakukan perluasan atau penambahan ruang tersebut berpendapat bahwa luas rumah mereka sudah cukup untuk melanjutkan usaha dan kehidupan mereka sehari-hari. Selain itu dengan penghasilan yang tidak terlalu besar, mereka tidak bisa melakukan perluasan ruang usaha maupun ruang rumah mereka. Bagi pemilik usaha yang mengontrak rumah tidak mungkin melakukan perluasaan atau penambahan
HOTNIDA YUSNANI SIMBOLON
ruang rumah.
Sumber : Hasil Analisis Penyusun, 2009
Gambar 6. Pendapat Tetangga di sekitar Rumah Usaha Disisi lain, pelaku usaha yang bertempat tinggal di lahan bukan miliknya melakukan penambahan ruang secara vertikal. Pelaku usaha ini bertempat tinggal di lahan yang bukan miliknya dan tidak memiliki surat tanah. Mereka membangun rumah diatas lahan milik Yayasan Bala Keselamatan yang ada di sekitar rumah mereka
Sumber : Hasil Analisis Penyusun, 2009
Gambar 7. Denah Rumah yang Diperluas Secara Vertikal Penggunaan Ruang Berdasarkan Kriteria Rumah Sederhana Sebagain besar dari usaha berbasis rumah tersebut memiliki KDB 100%. Dalam hal ini pelaku usaha memanfaatkan seluruh lahan yang mereka miliki untuk membangun rumah mere-
JURNAL TATA LOKA; VOLUME 11; NOMOR 1; FEBRUARI 2009
ka. Dimana rumah tersebut digunakan sebagai tempat tinggal dan melakukan usaha, sehingga membutuhkan rumah yang cukup luas. Apabila disesuaikan dengan kriteria rumah sederhana, maka sebagian besar rumah pelaku usaha kurang sesuai dengan standar karena memiliki KDB
47
PENGGUNAAN RUANG OLEH PELAKU USAHA...
HOTNIDA YUSNANI SIMBOLON
100%. Sementara pada kriteria tersebut di tetapkan bahwa untuk luas lahan 60 m² untuk 3 jiwa luas bangunan adalah 27 m² dan untuk 4 jiwa luas bangunan adalah 36 m². Pada setiap rumah hampir tidak ada ruang terbuka atau halaman terbuka untuk usaha berbasis rumah tangga. Beberapa hal yang perlu diperhatikan adalah standar luas lahan dan bangunan tersebut ditujukan untuk rumah yang benar-benar digunakan sebagai tempat tinggal, bukan untuk rumah yang juga sekaligus digunakan sebagai tempat usaha. Pelaku membutuhkan luas yang lebih untuk dapat melakukan aktivitas usaha di rumah mereka. Sehingga hal ini dapat menjadi masukan untuk kriteria rumah sederhana yang ada saat ini. Rumah yang juga digunakan sebagai tempat usaha dapat menjadi pertimbangan. Untuk luas per orang, dalam analisis ini luas rumah keseluruhan dikurangi luas tempat usaha. Hal dilakukan untuk melihat luas ruang rumah yang sebenarnya, meskipun pada kenyataannya sebagian responden memiliki tempat usaha menyatu dengan atau dilakukan di ruang tamu. Untuk luas ruang per orang, sebagian besar usaha berbasis rumah tangga memiliki jumlah penghuni antara 2 – 8 orang. Dan apabila di sesuaikan dengan standar luas ruang per orang adalah 9 m², maka sebanyak 85 % usaha berbasis rumah ini sudah sesuai dengan standar yang ada. Mengingat luas lahan sama dengan luas bangunan, maka luas ruang per orang tersebut dapat terpenuhi. Apabila dilihat dari luas usaha mereka yang juga berada dan menyatu di dalam rumah, maka luas rumah tersebut
menjadi lebih sempit lagi. Pada usaha berbasis rumah tangga hal ini menjadi kurang sesuai dengan standar yang telah di tetapkan karena tidak dapat memenuhi kebutuhan luas per orang. Untuk usaha berbasis rumah tangga jumlah orang yang berada pada luas rumah tersebut tidak tetap. Untuk usaha yang menggunakan tenaga kerja yang tinggal di rumah dan jumlahnya tidak banyak, maka luas ruang per orang 9 m² dapat terpenuhi, tetapi untuk usaha yang memiliki tenaga kerja tidak tetap dan tidak tinggal di rumah pelaku usaha susah untuk diterapkan. Apabila dikaitkan dengan jumlah penghuni maka dengan rumah yang tidak terlalu luas, dan jumlah penghuni yang bisa saja lebih dari 4-5, maka ruang yang ada juga tidak akan lengkap. Sebagian dari pelaku usaha berbasis rumah tangga juga tidak memiliki kamar mandi menjadi tidak sesuai dengan standar yang ada. Dalam hal ini fungsi rumah sebagai tempat tinggal menjadi berkurang, karena sebagian luas rumah digunakan untuk tempat usaha dan ruang rumah kemudian menjadi tidak lengkap, karena digunakan untuk tempat melakukan usaha. Standar penggunaan ruang rumah yang ditetapkan oleh pemerintah tersebut apabila diterapkan pada usaha berbasis rumah tangga akan sulit, karena standar yang ada hanya memberikan petunjuk untuk pembangunan rumah untuk tempat tinggal dengan aktivitas rumah tangga. Sementara untuk usaha berbasis rumah tangga tersebut, aktivitas yang dilakukan adalah aktivitas usaha dan rumah tangga
Tabel 1. Matriks Hubungan Antar Kegiatan Kegiatan
Tidur Tamu Ruang Ruang Tidur O O Ruang Tamu O Ruang Makan Dapur Kamar Mandi Ruang Belajar O Ruang Keluarga O O Sumber : Hasil Analisis Penyusun, 2009
Makan
Masak
Kebersihan
O O O
Pada tabel diatas dapat dilihat bahwa aktivitas penghuni dapat mempengaruhi penggunaan ruang rumah. Kenyataan yang terjadi di lapangan memang terjadi demikian tetapi ditambahkan lagi dengan aktivitas usaha. Aktivitas usaha dan
JURNAL TATA LOKA; VOLUME 11; NOMOR 1; FEBRUARI 2009
Belajar
Bermain
Usaha
O O
O
O O O
O O O
O
rumah tangga menjadi satu dan mempengaruhi penggunaan ruang rumah. Aktivitas tersebut benar-benar mempengaruhi penggunaan ruang pada usaha berbasis rumah tangga, sehingga ruang yang harusnya digunakan sebagai tempat
48
PENGGUNAAN RUANG OLEH PELAKU USAHA...
untuk beristirahat, bermain, dan belajar pada akhirnya digunakan sebagai tempat melakukan usaha. Hal ini yang kemudian menimbulkan konflik penggunaan ruang. Pada satu sisi, pelaku menggunakan ruang yang sama untuk melakukan aktivitas usaha dan rumah tangga sudah cukup lama, tetapi pada perkembangannya tidak melakukan penambahan ruang. Di sisi lain kriteria rumah sederhana yang ada saat ini sulit untuk diterapkan pada usaha berbasis rumah tangga, karena kriteria tersebut hanya untuk rumah dengan fungsi sebagai tempat tinggal dan pembinaan keluarga. Sementara untuk usaha berbasis rumah tangga aktivitas usaha juga dilakukan di rumah, sehingga diperlukan kriteria atau standar yang baru yang sesuai dengan karakteristik usaha berbasis rumah tangga, yaitu fungsi rumah sebagai tempat tinggal dan tempat melakukan usaha Tingkat Pendapatan Penghuni UsahaBerbasis Rumah Tangga Apabila dilihat dari alasan pemilik usaha untuk membuka usaha di rumah mereka yaitu untuk meningkatkan pendapatan, maka dapat dilihat bahwa pendapatan merupakan faktor utama mereka membuka usaha. Berdasarkan hal tersebut, dari pengolahan data yang telah dilakukan maka penghasilan pemilik usaha dapat dikategorikan menjadi tiga yaitu memiliki pendapatan < Rp.800.000,-kedua Rp.800.000,sampai dengan Rp.2.500.000,-dan yang memiliki pendapatan > Rp.2.500.000,-tiap bulan.
HOTNIDA YUSNANI SIMBOLON
Dari hasil survei dan pengolahan data yang telah dilakukan, kebanyakan dari pelaku usaha ini memiliki pendapatan antara Rp.800.000 – Rp.2.500.000 dan sebanyak 49 responden dari jumlah 100 sampel memiliki tingkat pendapatan dari kriteria tersebut. Kemudian sebanyak 33 pelaku usaha memiliki pendapatan > Rp.2.500.000 dan sebanyak 18 pelaku usaha memiliki pendapatan lebih kecil dari Rp.800.000. Dengan tingkat pendapatan yang didominasi oleh pedapatan Rp.800.000 – Rp.2.500.000 dan lebih kecil dari Rp.800.000, maka pelaku usaha di Kelurahan Bugangan dan Jalan Barito ini termasuk dalam golongan masayarakat berpenghasilan rendah. Tetapi tidak sedikit juga pelaku usaha yang memiliki pendapatan lebih besar dari Rp.2.500.000, hal ini dikarenakan usaha mereka yang sudah cukup lama dan berkembang dan lebih besar dari mereka yang memiliki pendapatan dibawah Rp.2.500.000,-. Tingkat pendapatan yang dimiliki oleh anggota keluarga pemilik usaha ternyata tidak jauh berbeda. Dari mereka yang bekerja, sebanyak 24% memiliki pendapatan Rp.800.000 – Rp.2.500.000. Kemudian sebanyak 17% memiliki pendapatan < Rp.800.000 dan sebanyak 12% memiliki pendapatan > Rp.2.500.000. Hal ini mengindikasikan bahwa pendapatan mereka yang bekerja di sektor lain ternyata hampir sama bahkan terkadang lebih besar. Alasan ini juga yang membuat pelaku usaha membuka usaha di rumah mereka.
Sumber : Hasil Analisis Penyusun, 2009
Gambar 8. Tingkat Pendapatan Pelaku Usaha Berbasis Rumah Tangga
Keterkaitan Tingkat Pendapatan denganPenggunaan Ruang Hubungan antara tingkat pendapatan pemilik usaha akan dikaitkan dengan luas rumah, kelengkapan ruang rumah, dan apakah mereka melakukan perluasan terhadap ruang rumah me-
JURNAL TATA LOKA; VOLUME 11; NOMOR 1; FEBRUARI 2009
reka seiring dengan meningkatnya pendapatan mereka. Dari hasil analisis yang dilakukan, tingkat keterhubungan antara pendapatan dengan penggunaan ruang memiliki keterhubungan yang rendah. Keterhubungan pendapatan dengan luas rumah adalah 0,331, hal ini berarti korelasi atau
49
PENGGUNAAN RUANG OLEH PELAKU USAHA...
keterhubungan yang terjadi rendah. Hal ini mengindikasikan bahwa berpengaruh terhadap luas rumah. Untuk keterhubungan pendapatan dengan kelengkapan ruang rumah memiliki nilai korelasi 0,453 dan hal ini menunjukkan adanya korelasi yang cukup berarti tetapi lemah. Hal ini mengindikasikan bahwa pelaku usaha yang cenderung memiliki pendapatan yang cukup memiliki ruang rumah yang cukup lengkap. Sementara keterhubungan pendapatan dengan melakukan penambahan ruang atau tidak memiliki nilai korelasi -0,015 dan hal ini, menunjukkan tidak adanya hubungan pendapatan dengan penambahan ruang. Dalam hal ini pendapatan yang meningkat tidak berarti pelaku akan melakukan penambahan atau perlusan ruang. Adanya keterhubungan yang rendah antara pendapatan dengan penggunaan ruang menunjukkan bahwa meskipun pendapatan pelaku usaha berbasis rumah tangga meningkat, mereka tidak melakukan penambahan ruang. Hal ini terjadi karena sebagian besar pemilik usaha lebih memilih bertahan dengan luas rumah mereka yang ada saat ini. Selain itu mereka juga berpendapat dengan luas rumah mereka yang ada saat ini mereka tidak perlu lagi mengeluarkan modal untuk memperbaiki luas rumah mereka karena mereka tidak memiliki modal. Selain itu lahan yang ada disekitar rumah mereka juga sudah tidak ada lagi, sehingga sulit bagi mereka untuk melakukan perluasan ruangan. Alasan lain yang membuat pemilik usaha tidak melakukan perluasan atau penambahan ruang rumah mereka adalah rumah yang mereka tempati saat ini adalah rumah kontarkan, sehingga tidak mungkin dilakukan penambahan atau perluasan ruang rumah. Selain itu, bagi pemilik usaha yang usahanya sudah cukup maju, mereka lebih memilih untuk membuka cabang di daerah lain, daripada melakukan perluasan ruang usaha maupun ruang rumah mereka sendiri. Mereka sudah merasa nyaman dengan luas ruang rumah mereka. Disisi lain ada kejadian unik dimana pemilik usaha yang bertempat tinggal di lahan milik Yayasan Bala Keselamatan justru melakukan penambahan atau perluasan ruang rumah secara vertikal. Pemilik usaha dagang kayu tersebut saat ini tinggal dengan istri dan kedua cucunya. Alasan mereka melakukan penambahan ruang yaitu untuk memeberikan kenyamanan kepada anakanak mereka apabila datang kerumah mereka, karena saat ini anakanak mereka sudah menikah dan tidak tinggal dengan mereka. Rumah terse-
JURNAL TATA LOKA; VOLUME 11; NOMOR 1; FEBRUARI 2009
HOTNIDA YUSNANI SIMBOLON
but dibangun secara permanen dan berada tepat di pinggir jalan musi raya. Mereka juga sudah siap apabila mereka akan digusur nantinya, dan mereka sadar bahwa mereka bertempat tinggal di lahan pemerintah. KESIMPULAN Perkembangan usaha berbasis rumah tangga pada dasarnya memberikan peningkatan pendapatan bagi pelaku usaha tersebut. Rumah tidak hanya menyediakan tempat tinggal bagi penghuninya, tetapi juga dapat meningkatkan pendapatan (Strassmann, 1987). Rumah digunakan sebagai tempat produksi, pemasaran, pusat hiburan, lembaga keuangan keluarga, dan juga tempat untuk menyendiri atau beristirahat (Kellet, 2000). Secara keruangan, usaha berbasis rumah ini menggunakan proporsi ruang yang kecil di dalam rumah. Biasanya usaha ini menggunakan ruangan yang kecil yang juga digunakan untuk fungsi domestik (Tipple, 2004). Berdasarkan analisis yang dilakukan untuk mencapai tujuan penelitian maka yang pertama dapat disimpulkan adalah bahwa aktivitas usaha dan rumah tangga ternyata berpengaruh pada penggunaan ruang rumah pelaku usaha. Disamping aktivitas tersebut, alasan pelaku usaha untuk membuka usaha di rumah memiliki pengaruh yang cukup kuat, karena hal tersebut menjadi awal mula usaha berbasis rumah tangga. Aktivitas dan alasan kemudian mempengaruhi penggunaan ruang rumah pelaku usaha. Luas rumah secara keseluruhan digunakan untuk melakukan akitivtas usaha dan rumah tangga, sehingga fungsi rumah tidak hanya menjadi tempat tinggal tetapi untuk melakukan usaha berbasis rumah tangga. Aliran aktivitas produksi pada industri rumah tangga yang bertahap dan dilakukan pada lokasi yang berbeda menjadikan usaha berbasis rumah tangga tersebut unik. Adanya keterbatasan luas rumah menjadi alasan aktivitas dilakukan pada lokasi yang berbeda. Sehingga diperlukan adanya keterhubungan aktivitas pada lokasi yang berbeda selain di rumah. Tipe pola penggunaan ruang pada usaha berbasis rumah tangga berbeda sesuai dengan jenis usaha dan aktivitas yang dilakukan. Luas rumah yang tidak bertambah, kelengkapan rumah, dan tidak melakukan penambahan ruang rumah atau usaha baik secara vertikal maupun horizontal merupakan pilihan dari pelaku usaha. Sebagian besar luas rumah dari pelaku usaha belum sesuai dengan kritera rumah sederhana yang menetapkan bahwa luas bangunan adalah 60%
50
PENGGUNAAN RUANG OLEH PELAKU USAHA...
dari luas lahan, untuk aktivitas usaha dan rumah tangga yang dilakukan pada ruangan yang sama menjadi penting untuk diperhatikan karena kedua akitivitas tersebut memiliki karakteristik yang berbeda. Oleh karena itu dipelukan adanya standar baru dari kriteria rumah sederhana yang sesuai dengan karakteritik usaha berbasis rumah tangga dengan fungsi rumah sebagai tempat tinggal dan melakukan usaha. Seiring berjalannya waktu pendapatan pelaku usaha meningkat, tetapi apabila disesuaikan dengan peraturan pemerintah pendapatan pelaku usaha masih berada pada golongan masyarakat berpenghasilan rendah, dimana penghasilan ratarata antara Rp.800.000Rp.2.500.000. begitu juga untuk pendapatan anggota keluarga yang bekerja pada sektor lain ternyata memiliki pendapatan yang hampir sama dengan pelaku usaha berbasis rumah tangga. Kemudian dilihat dari keterkaitan antara pendapatan dengan penggunaan ruang, ternyata keterhubungan yang terjadi sangat rendah dengan nilai r berkisar antara -0.,015 sampai dengan 0,453. Melalui hal tersebut dapat disimpulkan bahwa adanya peningkatan pendapatan tidak berpengaruh terhadap penggunaan ruang oleh pelaku usaha, mengingat alasan dan motivasi pelaku juga tidak mendukung adanya perluasan atau penambahan ruang rumah mereka. Dalam hal ini pelaku usaha sudah merasa nyaman dengan kondisi rumah, tidak ada lahan lagi untuk diperluas, dan pelaku tidak memiliki modal yang cukup karena mereka merasa melakukan penambahan ruang itu memerlukan biaya yang besar. Pada akhirnya mereka lebih memilih untuk tinggal dan melakukan usaha di rumah yang terasa semakin sempit daripada memperluas rumah mereka. Pemenuhan kebutuhan hidup dan membuka cabang usaha baru daripada melakukan penambahan ruang, alas an mereka adalah untuk memperluas tempat usaha mereka.
HOTNIDA YUSNANI SIMBOLON
Tipple, A Graham. 1993. Shelter As A Workplace: A Review of Home-Based Enterprise in Developing Countries. dalam jurnal proquest. Available at: www.proquest.com Tipple, A Graham. 2004. Settlement Upgrading and Home-Based Enterprise: Discussion from Empirical Data dalam Jurnal Cities Vol. 21, No 5, 371-379 Available at: www.elsevier.com/locate/cities Tipple, A Graham. 2005. The Place of Home-Based Enterprises in the Informal Sector: Evidence from Cochabamba, New Delhi, Surabaya and Pretoria dalam Jurnal Urban Studies Vol. 42, No 4, 611-632 edisi April 2005 Undang-Undang RI No 4 tahun 1992 Tentang Perumahan dan Permukiman Undang-Undang RI No 20 Tahun 2008 Tentang Usaha Mikro, Kecil dan Menengah
Yudhohusodo, Siwanto. 1991. Rumah Untuk Seluruh Rakyat. Jakarta: Yayasan Padamu Negri.
DAFTAR PUSTAKA Setyawan, Aris Budi. 2008. Perencanaan Proses Produksi Available at: www.arisbudi.staff.gunadarma.ac.id Silas, Johan. 2000. Rumah Produktif dalam Dimensi Tradisional dan Pemberdayaan. Surabaya: Institut Teknologi Surabaya Silas, Johan. 2002. Perancangan Rumah RakyatTerpadu Available at: www.muskimits.com SIPUK. 2008. Usaha Kerajinan Gerabah. Available
JURNAL TATA LOKA; VOLUME 11; NOMOR 1; FEBRUARI 2009
51
PENGGUNAAN RUANG OLEH PELAKU USAHA...
JURNAL TATA LOKA; VOLUME 11; NOMOR 1; FEBRUARI 2009
HOTNIDA YUSNANI SIMBOLON
52