@tauiyah
Edisi 191 Rabiul Awal 1438 H.
www.facebook.com/tauiyah 081216840455
Mohon tidak dibaca ketika khutbah Jumat berlangsung dan tidak diletakkan di sembarang tempat.
B
TOLERANSI KEBABLASAN
ULAN Rabiul awal merupakan bulan penuh sejarah. Sebab, di dalamnya terdapat hari istimewa yang hingga saat ini terus dikenang oleh umat Islam. Hari itu adalah hari dimana Rasulullah , penyelamat umat dari jalan sesat
dan khatamin nabiyyin dilahirkan yang bertepatan pada tanggal 12 Rabiul awal. Setiap tanggal tersebut, segenap umat Islam merayakan hari kelahiran baginda Nabi Muhammad dengan berbagai macam kegiatan. Ada yang membaca shalawat bersama, pengajian akbar dan lain sebagainya.
TAHQIQAT
semua itu dilakukan untuk mengenang dan memuliakan manusia paling sempurna. Kebetulan, pada tahun ini bulan Rabiul Awal bertepatan dengan bulan Desember, dimana pada bulan yang kedua belas ini juga terdapat hari yang diistimewakan oleh umat Kristen, yakni hari Natal yang bertepatan pada tanggal 25 Desember. Berkenaan dengan hal ini, umat Islam harus berhati-hati. Sebab, pada saat itu, akan ada banyak simbolsimbol yang berkenaan dengan perayaan tersebut, seperti sinterklas dan berbagai simbol lain yang menjadi identitas Natal ,sebagaimana yang telah lumrah terjadi di sekitar kita, baik di toko-toko, supermarket dan tempat-tempat umum lainnya. Umat Islam dilarang ikut dalam perayaan tersebut, baik dengan cara berpakaian seperti sinterklas, mengucapkan selamat Natal, ikut menjaga gerejagereja saat perayaan berlangsung dan sebagainya. Melakukan apa yang telah disebutkan, dapat menjerumuskan pelakunya ke dalam dosa, dan bahkan pada kekufuran karena terdapat unsur tasyabbuh dengan umat lain, sebagaimana yang telah disabdakan oleh Rasulullah bahwa barang siapa yang menyerupai suatu kaum, maka ia termasuk dari golongannya. Namun, larangan ini diabaikan dan tak digubris oleh kelompok yang merasa memiliki identitas toleran. Meeka berasumsi bahwa orang yang tidak ikut berpartisipasi dalam merayakan hari Natal umat Kristen dianggap intoleran, tidak menghargai agama lain, tidak menghargai umat lain selain Islam dan anggapananggapan lain yang sejatinya hal itu hanya bagian dari propaganda agar umat Islam semakin jauh dari ajaran Islam. Mereka beranggapan toleransi
2
EDISI 191 | Rabiul Awal 1438 H.
itu dengan cara mengucapkan selamat Natal, berbuka puasa di gereja, menjaga keamanan saat perayaan Natal, memakai pakaian yang bersimbol kekafiran dan lain-lain. Toleransi mengalami pergeseran makna menjadi partisipasi. Kita tengok saja saat perayaaan tersebut tiba, banyak dari kalangan mereka yang mengajak umat muslim untuk ikut andil dalam perayaan Natal. Ada semacam Ghirah dalam hati mereka untuk mengaburkan sekat dan batas keimanan dan kepercayaan yang selama ini dipegang erat oleh umat Islam sejak generasi yang pertama. Tentu saja hal sedemikian harus ditolak dan patut diwaspadai. Karena, ketika toleransi dibawa kepada tataran teologis, maka akibatnya akan berdampak pada pluralisme agama yang dilarang keras dalam Islam. Pada dasarnya, Islam juga mengajarkan toleransi, namun bukan toleransi sebagaimana yang dimaksudkan oleh golongan yang tidak ‘pede’ pada ajaran agamanya sendiri. Toleransi menurut Ahlusunah adalah menghargai pendapat orang lain selagi pendapat tersebut tidak keluar dari pokok-pokok ajaran Islam, sebagaimana perbedaan madzhab yang terjadi di kalangan para ulama. Ironisnya, yang terjadi pada saat sekarang, toleransi yang dipahami ialah dengan menghormati non-muslim dengan ikut serta dalam merayakan hari Natal yang dilaksanakan. Jadi, sekali lagi, umat Islam harus benar-benar waspada dengan berbagai propaganda dan isu toleransi yang terus dilancarkan oleh muslim progressif untuk menyeret umat Islam ke jalan kesesatan. Ahmad Rizqon/Tauiyah
TABYINAT
MENCINTAI NABI MUHAMMAD
S
Bilal bin Rabah ETELAH Rasulullah wafat, Sayyidina Bilal bin Rabah memilih tinggal di negeri Syam (sekarang Syiria). Bilal merasa tidak mampu terus menerus tinggal di kota Madinah. Di kota ini banyak kenangan yang mengingatkannya pada Rasulullah yang amat ia cintai. Suatu saat Muadzdzin pada masa Rasulullah ini mengunjungi Madinah. Tujuannya adalah berziarah ke makam Rasulullah . Pada kunjungannya itu Bilal bin Rabah diminta oleh para Sahabat untuk mengumandangkan
adzan. Mereka merindukan lantunan adzan yang biasa terdengar pada masamasa Rasulullah . Pada awalnya Bilal bin Rabah menolak permintaan mereka. Beliau merasa tidak akan sanggup mengumandangkan adzan, apalagi di Madinah, dimana di kota ini tersimpan begitu banyak kenangan tentang Rasulullah . Setelah dibujuk oleh Sayyidina Hasan dan Sayyidina Husain, Bilal bin Rabah akhirnya luluh dan tak kuasa menolak permintaan kedua cucu Rasulullah . Pada saat Bilal adzan, penduduk Rabiul Awal 1438 H. | EDISI 191
3
Barangsiapa yang mengatakan bahwa Rasulullah meninggal, akan ku penggal lehernya. Madinah merasakan getaran yang luar biasa. Sambil berhamburan keluar seolah-olah terjadi peristiwa besar, mereka saling sahut mengatakan, “Apakah Rasulullah dihidupkan kembali?”. Sahabat Anshar Kawasan Uhud mempertemukan kedua belah pihak antara Islam dan kafir Quraisy. Mula-mula umat Islam berhasil memukul mundur pasukan Quraisy. Kemenangan yang hampir didapat, akhirnya lenyap begitu saja. Kafir Quraisy memanfaatkan kelengahan umat Islam. Akhirnya tidak sedikit dari pasukan Islam yang syahid di peperangan ini. Para Sahabat di Madinah yang tidak turun ke medan jihad menantikan kedatangan para pejuang itu. Ada seorang wanita Anshar yang ayahnya, saudara laki-laki, serta suaminya gugur, saat perang Uhud. Ketika orang-orang memberitahukan kematian mereka kepada wanita ini, ternyata keselamatan Rasulullah yang lebih menyita pikirannya. Sedikit pun ia tidak berpikir tentang musibah keluarganya yang syahid di medan jihad. Karena itu, ia berteriak, “Di mana Rasulullah?” Mereka menjelaskan kepadanya,
4
EDISI 191 | Rabiul Awal 1438 H.
“Alhamdulillah, beliau dalam keadaan baik sebagaimana yang kau inginkan.” Seketika itu wanita tersebut merasa tenang, meskipun musibah yang menimpanya sangat besar. Ia lalu berkata, “Perlihatkanlah beliau kepadaku agar aku dapat melihatnya.” Saat ia telah melihat beliau, “Segala musibah (termasuk gugurnya suami, ayah dan saudaranya) setelahmu adalah kecil, wahai Rasulullah!” Umar bin Khattab “Barangsiapa yang mengatakan bahwa Rasulullah meninggal, akan ku penggal lehernya”. Inilah yang dikatakan oleh Umar bin Khattab di depan para Sahabat. Tak berselang lama Abu Bakar datang. Beliau membacakan ayat 144 surat Ali Imron yang artinya, “Muhammad itu tidak lain hanyalah seorang rasul, sungguh telah berlalu sebelumnya beberapa orang rasul. Apakah Jika dia wafat atau dibunuh kamu berbalik ke belakang (murtad)? Barangsiapa yang berbalik ke belakang, maka ia tidak dapat mendatangkan mudharat kepada Allah sedikitpun, dan Allah akan memberi balasan kepada orang-orang yang bersyukur”, seketika itu juga Sahabat mulai tenang dan menerima kenyataan bahwa Rasulullah telah meninggal. Diantara mereka, yang paling bersedih atas meninggalnya Rasul adalah Umar bin Khattab. Sampai disini, ada pertanyaan begini, jika para Sahabat mencintai Rasulullah seperti yang telah dipaparkan di atas, lantas seperti apa kecintaan kita kepada Rasulullah ?. Sudahkah kita mempersiapkan ‘hadiah’ menjelang peringatan hari lahir beliau?. Tentu yang paling tahu jawabannya adalah diri kita masing-masing. Khotib Ahmad/Tauiyah
TAKSYIF
“
RAHMATAN LIL ALAMIN
ISLAM itu agama kasih sayang”, “Islam itu anti kekerasan”, “Islam itu harus toleransi”, Begitulah kiranya kata-kata yang sering didapat ketika ada orang yang bangkit dan menyatakan pendapatnya tentang syariat, bangkit dan mendukung usaha menyebarkan ajaran Islam yang tertera jelas di kitab-kitab acuan umat muslim; al-Quran, as-Sunnah. Sangat benar jika Islam merupakan rahmat bagi seluruh alam. Namun belakangan, istilah Rahmatan lil alamin seringkali dipakai untuk membatasi gerak-gerik umat Islam, dipakai untuk menjajah hak-hak konstitusi umat Islam dalam memperjuangkan apa yang selama ini diyakini olehnya. Pada ramadhan yang lalu, masyarakat Indonesia dikejutkan oleh peristiwa dirazianya warung di wilayah Serang Banten. Padahal, pemerintah sudah mengeluarkan peringatan dan sesuai
dengan undang-undang, tetapi masyarakat menganggap itu diskriminasi karena tidak sesuai dengan Islam yang rahmatan lil alamin. Sedangkan, pelarangan menaiki mobil ketika acara Car free day, pelarangan keluar rumah ketika hari raya umat lain misalnya, tidak dianggap diskriminasi oleh masyarakat. Dulu, ketika Tim Sembilan Badan Penyelidik Usaha-Usaha Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI) merumuskan dasar negara dengan nama Piagam Jakarta dan disepakati oleh tim tersebut, Umat Islam harus menelan pil pahit sebab kaum Kristen mengancam akan keluar dari NKRI jika permintaannya tidak dipenuhi. Parahnya permintaan mereka adalah menghilangkan tujuh kata dalam Piagam Jakarta yang merupakan hak konstitusi umat Islam sebagai warga negara Indonesia “Ketuhanan dengan kewajiban menjalankan syari’at Islam bagi pemeluk-pemeluknya”. Begitulah umat Islam Indonesia, mayoritas tapi Rabiul Awal 1438 H. | EDISI 191
5
tertindas. Sebagai agama samawi yang bersumber dari Tuhan, agama Islam harus sesuai dengan sumbernya. Dengan membaca syahadat, dia sudah menyatakan sanggup melaksanakan syariat yang diperintahkan oleh Tuhannya, wajar saja jika umat Islam berusaha menegakkan syariat yang notabene merupakan hak konstitusi umat Islam di negeri ini. Islam memang mengajarkan kasih sayang, tapi Islam tidak mengajarkan lembek kepada keburukan. Islam mengajarkan tegas pada perbuatan yang melanggar syariat. Nabi Muhammad beberapa kali marah jika syariat Allah ditinggalkan. Diceritakan bahwa Nabi pernah berubah raut wajahnya sebab marah, ketika itu, para sahabat meminta Nabi agar tidak memotong tangan seorang wanita yang mencuri karena dia adalah bangsawan Quraisy. Nabi pun secara tegas mengatakan “Apakah layak aku memberikan pertolongan terhadap tindakan yang melanggar aturan Allah?” (HR. al-Bukhari dan Muslim). Bahkan beliau mengatakan, Demi Allah seandainya Fatimah binti Muhammad mencuri niscaya akan aku potong tangannya.
Allah berfirman:
ُِكت ال َوُه َو ُك ْرهٌ لَّ ُك ْم َو َع َس ٰى أَن ُ َب َعلَْي ُك ُم الْ ِقت َ تَكَْرُهوا َشْيئًا َوُه َو َخيـٌْر لَّ ُك ْم َو َع َس ٰى أَن ُِتبُّوا َشْيئًا َوُه َو َشٌّر لَّ ُك ْم َواللَّهُ ـيَْعلَ ُم َوأَنتُ ْم َل ـتَْعلَ ُمو َن )216( البقرة “Diwajibkan atas kamu berperang, padahal berperang itu adalah sesuatu yang kamu benci. Boleh jadi kamu membenci sesuatu, padahal ia amat baik bagimu, dan boleh jadi )pula) kamu menyukai sesuatu, padahal ia amat buruk bagimu; Allah mengetahui, sedang kamu tidak mengetahui.” QS :alBaqarah 216. Manusia memang penuh keinginan dan hawa nafsu. Pada masa sahabat dulu, mereka pernah diperintah oleh Allah untuk melaksanakan perang, dan perang itu menurut hawa nafsu adalah sesuatu yang tidak enak, banyak kerugiannya. Akan tetapi, yang selanjutnya dikatakan oleh Allah adalah “Boleh jadi kamu membenci sesuatu, padahal ia amat baik bagimu.” Dibeberapa keadaan, umat Islam memang dituntut untuk lemah lembut. Di keadaan lain umat Islam juga dituntut untuk tegas dan berpendirian kuat. Muzammil Mustofa/Tauiyah
You Care We Connect They Grow BERBAGI KEBAHAGIAAN BERBAGI HARAPAN ANAK PANTI METAL PASURUAN
Rekening Donasi:
BNI Syariah : 2006.2000.01 | BCA : 089.999.700.1
6
EDISI 191 | Rabiul Awal 1438 H.
a.n. Yayasan LAZ Sidogiri
Konfirmasi Donasi: 0823 3206 4000
TAFAQQUHAT
D
TRADISI YANG HARUS DILURUSKAN
alam Qaidah fikih ada qaidah al-A’dah Muhakkamah, artinya, Adat kebiasaan dapat dibuat acuan hukum. Namun demikian, ada beberapa syarat bagi tradisi (kebiasaan) yang berlaku di masyarakat agar bisa dibuat acuan hukum. Pertama, adat kebiasaan yang ada masyarakat telah mendapatkan legalitas syariat. Kedua, tradisi tersebut sudah bersamaan atau paling tidak mendahului kasus yang terjadi di
masyarakat. Namun nyatanya, dalam tradisi yang ada di masyarakat kita masih terdapat beberapa hal yang perlu diluruskan karena menyalahi syariat. Semisal ketika memasuki bulan Rabiul awal (bulan kelahiran Nabi Muhammad ), syariat menganjur untuk merayakan kelahiran Nabi Muhammad , sebab kelahiran nabi termasuk rahmat dari Allah yang besar. Allah berfirman : “Katakanlah dengan karunia Allah dan rahmatnya, hendaklah dengan Rabiul Awal 1438 H. | EDISI 191
7
فـَُؤ َاد َك
Masih terdapat beberapa hal yang perlu diluruskan karena menyalahi syariat. itu mereka bergembira. Karunia Allah dan rahmatnya itu adalah lebih baik dari apa yang mereka kumpulkan. ( QS al-Anbiya’ : 107). Ada beberapa hal yang belum mendapatkan legalitas syara’ dalam peringatan Maulid Nabi yang ada di masyarakat. Pertama, Kotoran makanan yang yang dihasilkan acara maulid di tempat-tempat yang dipandang mulia seperti masjid dan mushalla. Demikian ini dilarang oleh syariat, oleh karena itu, alangkah baiknya memperingati Maulid Nabi dilakukan di masjid tanpa mengotori masjid, tentu hal ini akan mendapatkan hal yang sangat khidmat dalam pelaksanaan Maulid Nabi . Kedua kebanyakan masyarakat memperingati maulid dianggap cukup hanya membawa beberapa sajian makanan atau buah-buahan, selebihnya hanya dibuat ajang obrolan atau jagongan. Hal ini sangat tidak dianjurkan oleh syariat, sebab hal yang menjadi inti dalam perayaan maulid adalah pembacaan sirah kelahiran Nabi , bershalawat kepada beliau dengan penuh harapan mendapatkan syafaatnya kelak di hari Kiamat. Allah berfirman:
ت بِِه ُّ َوُك ًّل نـَُق ُّ ك ِم ْن أَنـْبَ ِاء َ ص َعلَْي ُ ِّالر ُس ِل َما نـُثَب
8
EDISI 191 | Rabiul Awal 1438 H.
“ Dan semua kisah rasul-rasul ,kami ceritakan kepadamu( Muhammad,) agar dengan kisah itu kami teguhkan hatimu( ”...QS Hud.)120 ; 11: Dari ayat ini, hikmah dikisahkannya para rasul adalah untuk meneguhkan hati Nabi . Tidak diragukan lagi bahwa kita pun butuh untuk meneguhkan hati dengan berita-berita tentang beliau, maka apa saja yang mendorong untuk melakukan sesuatu yang dituntut oleh syariat, berarti hal itu juga dituntut oleh syariat. Manfaat dan anugerah yang diperoleh dengan membacakan salawat kepada nabi Muhammad . Ketiga, menjadikan satu malam tertentu dari beberapa malam sebagai Dzikrun Nabi (mengenang nabi muhammad ) sedangkan di malammalam yang lain melupakannya, hal ini sebagaimana penjelasan dalam kitab Mafahim Yajibu An Tushahhah karya asSayyid Muhammad bin Alwi al-Maliki alHasani. Memperingati atau mengenang sejarah Nabi dengan membacakan shalawat atau sejarah Nabi tidak dibatasi oleh waktu, karena menurut beliau (as-Sayyid Muhammad Alwi) memperingati maulid Nabi atas dasar cinta kepada baginda yang tidak terkait dengan waktu, berarti juga cinta pada semua ajarannya, cinta pada semua hal yang dicintainya. Siapapun yang mengatakan mengingat Nabi hanya satu malam tertentu saja dan melupakan hari-hari selainnya, maka ia telah melakukan dosa besar dan kebohongan yang nyata. Walhasil, berkumpul untuk memperingati maulid Nabi hanyalah urusan tradisi. Namun, ia adalah salah satu tradisi positif yang mengandung banyak manfaat untuk masyarakat. Fajar Shodiq/Tauiyah