BD Prosiding Pertenuwn £Ian Presentasi Ilmiah PPNY-BATAN Yogyakarta 25-27 Apri/1995
259
Bukull
STUDI PERCOBAAN PE:MBUATANDAN PEl\1ECAHAN EMULSI "AIR DALAM MINYAK', Siti Wardiyati PPSM - BATAN,
Kawasan Puspitek Serpong, Tangerang 15310
Mitsuo Takeuchi Nuclear Engineering Research Laboratory University of Tokyo, Japan.
ABSTRAK STUD!PERCOBAANPEMBUATAN DAN PEMECAHAN EMULSI "AIR DALAM MINYAK. Telah dipelajari percobaan tentang pembuatan don pemecahan emulsi "air dalam minyak" yang akan digunakanuntukpengambilankembaliUraniumdenganmetodaemulsimembran.HJPO43,0 M dipilih sebagai fasa air don DEHPA 0,10 M yang dilarutkan dalam dodekan digunakan sebagaifasa minyak. Sebagai penstabil emulsi digunakan Span 80. Pada pembuatan emulsi kondisi operasi terbaik diperoleh sebagai berikut;penggunaan penstabil emulsi 3 %; waktupembentukkan 6 - 15 menit; donperbandingan fasa minyak terhadapfasa air 0,5 - 1 . Pemecahan emulsi secarafisika dan kimia telah dilakukan. Metanol don as am 4-ethyl benzen sulfonat dan garamnnya digunakan sebagai larutan pemecah emulsi. Pada percobaan ini pemecahan emulsi dengan metanollebih cepat dibandingkan dengan asam 4-ethyl benzen sulfonat dan garamnya yaitu hanya memerlukan waktu 6 menit pada kecepatan pengadukan sekitar 250 rpm don suhu pemanasan sekitar 70De.
ABSTRACT EXPERIl'vfENTALSTUDY ON EMULSIFICATION AND DEMULSIFICATION OF WATER IN OIL EMULSION. Experimental study on emulsification and deemulsification of water in oil emulsion for recovery Uranium by emulsion me bran method was studied. H3PO4 was used as water phase and DEHPA 0.10 M in dodecan as oil phase. Span 80 was used as emulsion stabilizer. Condition operation optimum on emulsification wen?achieved at addition span 80 was 3 %; emulsification time was 6 - J5 mill; and volume ratio of oil to water phases was 0.5 - 1. Physical and chemical deemulsification were carried out. Methanol and 4-ethyl benzene sulfonic acid and their salt were used as deemulsifying agent. Deemulsification by methanol wasfaster as compared with 4-ethyl benzene sulfonic acid and their salt,
it
was 6 mill in agitation speed was about 250 rpm and temperature was about 70De.
PENDAHULUAN
P
enggunaan emulsi membran sebagai metoda pemisahan yang akhir-akhir ini menjadi perhatian bagi para peneliti clan bahkan acta kemungkinan besar bisa menggantikan kedudukan metoda ekstraksi pelarut, karena effisiensi pemisahannya bisa mendekati 100 %. (1,2) Berdasarkan kelebihan tersebut maka metoda emulsi membran perlu dipelajari clan dikuasai. Langkah pertama yang perlu dipelajari adalah cara pembuatan clan pemecahan emulsi membran, karena tal inilah yang pegang peranan pacta pemisahan dengan metoda emulsi membran. Emulsi membran dapat diklasifikasikan menjadi dua kelompok, yaitu "air dalam minyak" (waterin oif) clan"minyak dalamair" (oil in water). Pacta penelitian ini dipelajari pembuatan clan
ISSN 0216-3128
pemecahan emulsi jenis "air dalam minyak" yang mengandung asam phosphat. Emulsi ini direncanakan akan digunakan untuk pemisahan atau pengambilan kembali Uranium dari limbah Uranium yang dihasilkan oleh produksi clemen bahan bakar nuklir di Pusat clemen bahan bakar nuklir Serpong. Pembuatan emulsi Emulsi "air dalam minyak" dibuat derigan cara mengontakkan rasa minyak (fasa membran) dengan rasa air dalam suatu bejana clandiaduk pacta kecepatan 6000 - 6500 rpm selama 6 - 10 menit.(I,2,J,4)
Fasa membran terdiri dari ; 1. "Mobile carrier" "Mobile carrier" adalah larutan pengekstrak yang fungsinya untuk mengikat suatu unsur yang akan dipisahan dalam proses pemisahan nantinya.
Siti Wardiyati
260
Prosiding Pertemllan dun Presentusi Ilmiah PPNY-BATAN Yogyakarta 25-27 April 1995
BlIku II
Jenis "mobile carrier" yang digunakan tergantung pacta unsur yang akan dipisahkan dengan persyaratan senyawa tersebut membentuk kompleks dengan unsur yang akan dipisahkan. Untuk pemisahan Uranium jenis"mobile carrier" yang biasa digunakan adalah ; TOPO, KELEX, OXINE clanDEHPA.(I.S) 2. Fasa organik Fasa organik yang dimaksud dalam sistem emulsi membran adalah senyawa yang berfungsi sebagai minyak, clan juga sebagai pelarut atau pengencer "mobile carrier". Fasa organik untuk pemisahan Uranium yang biasa digunakan adalah cycIohexan, clandodekan.(I,S) 3. "Surfactant" Pacta pembuatan emulsi diperlukan larutan penstabil emulsi yang disebut "Surfactant". Dalam penggunaannya perlu memperhatikan jenis clan jumlahnya. Jenis "surfactant yang ditambahkan pactapembuatan emulsi disesuaikan dengan jenis emulsi yang akan dibuat. Untuk emulsi "air dalam minyak" "surfactant" yang cocok adalah "surfactant" yang mempunyai "Hidrophile Liphophile Balance" (HLB) sekitar 2,5 - 7.(6) Misalnya : Sorbitan monooleate, yang dalam nama dagangnya disebut Span 80, mempunyai rumus molekul sebagai berikut;
unsur yang akan dipisahkan yang telah terikat oleh "mobile carrier" dalam rasa membran. Penggunaannya disesuaikan dengan unsur yang akan dipisahkan nantinya. Perbandingan volume rasa minyak dengan rasa air adalah 1 : 1.(1,2,3) Menurut hypotesa penulis perbandingan ini tidak harus mutlak 1 : 1, dikarenakan perbandingan Volume air terhadap Volume minyak mempengaruhi effiensi pemisahan. Jadi perbandingan tersebut perlu divariasi untuk mendapatkan effisiensi pemisahan seoptimal mungkin. Lama pengadukan pacta pembuatan emulsi mempengaruhi kestabilan clan kekentalan emulsi yang terbentuk, oleh karena itu perIu dipelajari untuk memdapatkan emulsi yang stabil dengan kekentalan yang memenuhi persyaratan ukuran diameter bulatan emulsi selama proses pemisahan nantinya. Emulsi "air dalam minyak" dapat digambarkan sebagai berikut : (gambar 1.)'8)
U' ...' - .-
0 O
E)(TERNAL AQUEOUS
A
.:
.
0--1
..
.
.
OH
0 ,/ OH '\,
CH3(CH~)7CH-CH(CH2)7~~~yI ,
"':.'
!,
r:
.
~
.
oH
0
~
..
MEM8RANE . SURFACTANT
"
Jumlah penambahan "surfactant" perlu diperhatikan karena "surfactant" selain sebagai penstabil emulsi, dia berpengaruh terhadap kekentalan emulsi yang terbentuk. Yang mana kekentalan ini berpengaruh terhadap efisiensi pemisahan pacta penggunaan emulsi nantinya. Kekentalan emulsi yang efektif menurut Mikuchi clan Osseo-asare(3)
adalah 0,06 - 1,75 d Pa.s (P). Dan
menurut Schlosser clan Kassazky(7)emulsi akan efisien dalam penggunaannya hila pacta proses pemisahan ukuran diameter bulatan emulsi antara
Gambar 1. Enmlsi "air dalam minyak" Keterangan: external aqueous akan dipisahkan;
= larutan
internal aqueous
=[usa
Pemecahan
yang mengandung
unsur yang
air
Emulsi
Pemecahan emulsi acta dua (2) cara yaitu; 1. Secara Fisika
Fasa air
Pemecahan emulsi secara fisika dapat dilakukan dengan cara pemanasan, pemusingan clanpenyaringan dengan vacum. 2. Secara Kimia
Yang dimaksud dengan rasa air dalam pembuatan emulsi "air dalam minyak" adalah larutan "stripping" yang fungsinya untuk mengikat
Pemecahan emulsi secara kimia dapat dilakukan dengan cara pengasaman atau dengan penambahan larutan pemecah emulsi.
0,2
- 2 mm
10m.
clan diameter
droplet
bulatan
emulsi 1 -
.
Siti Wardiyati
ISSN 0216-3128
Prosiding PertenUlall dun Presentasi Ilmiah PPNY-BATAN Yogyakarta 25-27 Apri/1995
B/lk/lIl
Penggunakan larutan pemecah emulsi ini disesuaikan dengan jenis emulsinya. Menurut NALCO(9)larutan pemecah emulsi untuk emulsi "air dalam minyak" adalah alkyl yang tersubtitusi asam benzen sulfonat clangaramnya atau resin alkyl phenolat yang tersubtitusi poly alkohol. Pemecahan emulsi dengan menggunakan larutan pemecah emulsi perlu pengadukan clanpemanasan sekitar 49
- 82 °C,(9)guna
;
menurunkan atau mereduksi kekentalan emulsi. menambah kelarutan "surfactant" dalam rasa minyak. menambah kecepatan diffusi "surfactant"dalam rasa minyak.
261
b. Secara kimia, yaitu dengan cara mengontakkan emulsi dengan larutan pemecah emulsi dalam beker glass berukuran 50 ml clan diaduk pacta kecepatan 200
- 300 rpm dengan
menggunakan
pengaduk magnit yang dilengkapi dengan pemanas. Perubah-perubah yang dipelajari adalah ; jenis larutan pemecah emulsi (asam 4-ethyl benzen sulfonat daB garamnya, metana!), suhu pemecahan (40; 50; 60; 70; 80°C), clan perbandingan metanol dengan emulsi (0,30 ; 0,32 ; 0,35 ; 0,40 ; 0,45).
HASIL DAN PEMBAHASAN Pembuatan Emulsi
TATA KERJA
Hasil
percobaan
ditunjukkan pada gambar 2
Bahan: Di-2-ethylhexyl Phosphoric acid, dodekan, sorbitan monooleate, H3PO4, asam 4-ethyl benzen sulfonat, asam 4-ethyl benzen sulfonatgaram sodium, metanol, HNO3clanlain-lain. Alat : Pengaduk berkecepatan tinggi, alat pemusing (centrifuge), pengaduk magnit, peralatanumum dll. Percobaan : 1. Pembuatan emulsi Emulsi dibuat dengan cara mengontakkan 20 - 45 ml rasa membran dengan 30 - 40 ml rasa air dalam beker glass berukuran 300 ml, diaduk pacta kecepatan 6000-6500 rpm. Pacta rasa membran sebagai "mobile carrier" digunakan Di-2-ethyl hexyl phosphoric acid (DEHPA)0.10 M dengan pengencer dodekan clan sebagai penstabil emulsi digunakan Sorbitan monooleate (span 80) sedangkan sebagai rasa air dipilih H3PO43,0 M. Perubah-perubah yang dilakukan pactapembuatan emulsi adalah waktu pengadukan (4; 6; 10; 15; 20 menit), penambahan jumlah span 80 (1 %; 2 %; 3 %; 4 %; 5 %; 6 % volume), clan perbandingan volume rasa membran terhadap rasa air (0,5; 0,66; 0,75; 1,0; 1,5). 2.Pemecahan emulsi
Pemecahan emulsi dilakukan dengan 2 cara ; a. Secara fisika, dilakukan dengan cara memusingkan emulsi sebanyak 5 ml (dalam tabling berukuran 10 ml) dengan menggunakan alat centrifuge pactakecepatan 3000-3500rpm.
ISSN 0216-3128
pembuatan
-4
emulsi
. Parameter yang
berpengaruh daB telah dipelajari adalah sebagai berikut: 1. Pengaruh penambahan Span 80. Dalam mempelajari pengaruh penambahan Span 80 kondisi percobaan adalah sebagai berikut; waktu pembentukan emulsi 7 menit, kecepatan pengadukan 6000 rpm, clan perbandingan rasa minyak terhadap rasa air 1 : 1. Hasil percobaan menunjukkan bahwa dengan bertambahnyajumlah Span 80 emulsi yang terbentuk semakin stabii, karena semakin banyak penambahan "surfactant" emulsi yang terbentuk semakin kental. Akan tetapi emulsi yang semakin kental clanstabil belum bisa dikatakan baik karena kekentalan emulsi sangat berpengaruh terhadap ukuran diameter bulatan emulsi selama proses pemisahan. Emulsi semakin kental diameter bulatan emulsi semakin besar sehingga luas permukaan emulsi berkurang akibatnya efisiensi pemisahan berkurang. Sedangkan ukuran diameter bulatan emulsi yang diijinkan selama proses pemisahan berlangsung adalah 0,2
-2
rom. Oleh karena itu yang renting
adalah bagaimana caranya untuk mendapatkan emulsi yang stabil denganpenambahan "surfactant" sedikit mungkin. Pacta gambar 2 terlihat bahwa enambahan Span 80 sebanyak 3 %, emulsi yang terbentuk telah stabil. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa penambahan emulsi yang terbaik adalah 3 %. Kestabilan emulsi ditentukan dengan berkurangnya volume emulsi terhadap perubahan waktu.
Siti Wardiyati
Prosiding Pertemuan dun Presentasi Ilmiah PPNY-BATAN Yogyakarta 25-27 April 1995
Bllku 11
262
I,
.0.11
-1%'PIn 10 -4- Z % 'pin 10 . '-. -:I % 'pin 10 .. % 'pan 80 , &%,panIO
O.t
0." 0.8
-.. -. % 'PIn 10
0.81
-.
>1 0.1
'.
0.11.
0; 0.11
,.
.
0.8
>
-- ..milt
-- , mln " ~:. '- . - 10mill "M111 nIIn , .::~ , )c., ..+. 2Om/n , "'. .. ,. "'. ".
,::~
"-1::
0.7'
,
+..........
"""::J::-.:;
r..:A":
0,1 ,
0.7
0.8&' 0.8 0
Z
..
,
8
,I
Waktu,.
..
II
14
O.t, ..
..
0.8
18
Veo
..volume
pengadukan
Gambar 3.
emulsi awal; Ve.. volume emulsi pada waktu t
..waktu
pembelltukan
= 6000 rpm dull
V minyak
= 7 menit; kecepatall / V air
= 1.. 1
Kondisi operasi pacta percobaan ini adalah sebagai berikut; perbandingan v'olume rasa minyak terhadap rasa air 1 : 1,penambahan Span 80 3 %, clan kecepatan pengadukan 6000 rpm . Hasil percobaan menunjukkan bahwa kestabilan emulsi bertambah dengan bertambahnya waktu pengadukan, demikian pula kekentalan emulsijuga bertambah, Pengaruh lamanya waktu pengadukan terhadap kestabilan emulsi ditunjukkan pacta gambar 3. Setelah dilakukan pengujian terhadap ukuran bulatan emulsi clankestabilan emulsi selama proses pemisahan ternyata yang memenuhi persyaratan diameter bulatan emulsi selama proses
-
pemisahan adalah emulsi yang dibuat selama 6 15
menit. Pengujian dilakukan dengan cara mengontakkan emulsi dengan larutan HNO33,0 M yang digunakan sebagai "external aqueous" dalam beker glass, kemudian diaduk pactakecepatan 250 rpm. Selama proses pengontakkan diamati kestabilan emulsi clan ukuran diameter bulatan emulsi secara fisuaI. Emulsi yang tidak pecah selama proses pengontakkan dengan "external aqueous" clan ukuran diameter flbulatan emulsi
-2
Veo
..volume
Kondisi
mm adalah emulsi yang memenuhi
persyaratan, sedangkan emulsi yang pecah selama proses penggontakkan atau tidak pecah tapi mempunyai ukuran diameter bulatan emulsi lebih besar dari 2 mm adalah emulsi yang tidak memenuhi persyaratan.
.
,. Waltt:\!, ..nit: ..
to
ta
\
Pengaruh lamanya pembentukan emulsi
waktu
emulsi awaJ; Ve.. volume emulsi pada waktu t
operasi
..Span
kecepatan pengadukan
2.Pengaruh lamanya waktu pembentukkan.
antara 0,2
2
In.nit
Gambar 2. Pengaruh penambahan Span 80
Kondisi operasi
-
: 0
80 = 3 %, V minyak
/ V air = 1
..1,
6000 rpm
3.Pengaruh perbandingan volume fasa minyak terhadap fasa air. Dalam mempelajari pengaruh perbandingan volume rasa minyak terhadap rasa air digunakan kondisi operasi sebagai berikut ; penambahan Span 80 3 %; kecepatan pengadukan 6000 rpm clan lamanya pengadukkan 7 menit. Hasil percobaan menunjukkan bahwa kestabilan emulsi bertambah dengan berkurangnya perbandingan volume rasa minyak terhadap rasa air (VmNa). Akan tetapi dengan berkurangnya perbandingan VmNaemulsi yang terbentuk semakin kental clan konsentrasi "mobile carrier" dalam emulsi berkurang yang mana ini sangat mempengaruhi efisiensi pemisahan. Dari gambar 4 ditunjukkan bahwa pacta perbandingan VmN a 0,5 - 1emulsi yang terbentuk stabil clan setelah dilakukan pengujian emulsi tersebut memenuhi persayaratan ukuran diameter bulatan emulsi selama proses pemisahan yaitu 0,2
-
2mm.
Pemecahan emulsi 1.Secara fisika Dari percobaan pemecahan emulsi dengan pemusingan diperoleh basil bahwa untuk pemecahan emulsi stabil sebanyak 5 ml diperlukan waktu lebih dari 8 jam. Dari basil tersebut dapat disimpulkan bahwa pemecahan emulsi dengan cara pemusingan kurang efisien. 2. Secara kimia a.Pengaruhjenis larutan pemecah emulsi
Siti Wardiyati
ISSN 0216-3128
Prosiding Pertenman don Presentasi llmiah PPNY-BATAN Yogyakarta 25-27 April 1995
Buku 11
263
tI
';~;::: I.'
'\'
,
.
...
"'.':~'::'-:.~..~:""-+' , ., '"
,..11
""""
.'
. ,
,k
'0.' >1 -" >8
0.7
,:"1
, '
,0.'
,<~'
...
\
<.~.~:.~
,
--". --. - .
".a
ru ..11 II
"
~
,
.' :... ,
~\
..11
I
.
,f
,"'"
l..u
to
II
.-------
I l "..
': 14
, ' /
'
' " Ii U
.
Wakt:u,' ..nit
, u,
II
II suhu.
Gambar4.
Pengaruh perbandingan minyak / V air
V
Veo: volume emuls! awal ; Ve: volume emuls! pada waktu t. Kondis! operas! : Span 80 = 3 %, waktu pembentukan 7 menit; kecepatan pengadukan 6000 rpm
Pacta percobaan ini kondisi operasi yang digunakan adalah sebagai berikut ; perbandingan larutan pemecah emulsi terhadap emulsi 2: 5; suhu pemecahan 70 - 75°C clan kecepatan pengadukan sekitar 250 rpm. Hasil percobaan menunjukkan bahwa pemecahan emulsi menggunakan metanol lebih cepat dibandingkan dengan asam 4-ethyl benzen sulfonat clan garamnya yang memerlukan waktu pemecahan 25 menit. Sedangkan dengan metanol hanya memerlukan waktu 6 menit pacta kondisi operasi yang sarna. b.Pengaruh suhu pemecahan Dalam percobaan ini perbandingan volume metanol terhadap emulsi 2 : 5 clan kecepatan pengadukan sekitar 250 rpm. Hasil percobaan menunjukkan bahwa waktu pemecahan emulsi berkurang dengan bertambahnya suhu pemanasan. Pertambahan suhu diatas 70°C tidak memberikan pengurangan waktu yang berarti. Daripercobaan ini dapat disimpulkan bahwa suhu yang relatip baik pacta pemecahan emulsi adalah sekitar 70°C. Pengaruh suhu terhadap waktu pemecahan emulsi dapat dilihat pactagambar 5. c.Pengaruh perbandingan volume metanol terhadap emulsi.
-
Dalam percobaan ini suhu operasi adalah 70
75°C clankecepatan pengadukan 250 rpm. Hasil percobaan ditunjukkan pactagambar 6. Dari gambar 6 terlihat bahwa pacta perbandingan volume metanol terhadap emulsi sarna dengan 0,30 waktu pemecahan adalah 4 jam clanjika perbandingnya
ISSN 0216-3128
Gambar 5.
Pmgaruh
"
~II C
suhu pemecahan
Kond!si operas! : V metanollV emulsi = 2 : 5, kecepatan pengadukan 250 rpm
ditambah menjadi 0,32 waktu pemecahan menjadi sangat cepat yaitu 10 menit. Danj ika dinaikkan lagi menjadi 0.4, waktu pemecahan menjadi 6 menit clan kenaikkan perbandingan selanjutan tidak begitu berarti terhadap perubahan waktu pemecahan. Daripercobaan ini dapat disimpulkan bahwa perbandingan volume metanol terhadap emulsi yang relatip baik adalah 0,4, 810
108
,..
...
. t
" .N U
...
..
ID tll I Do
1 t.
..
.
1,)0
I,U I.U I..' v. tn.thanol I V. emultl . '
I.M
Gambar 6. Pengaruh perbandingan Volume metanol terhadap volume emu/sf. Kondis!operas!: suhupemanasan= 7rfc, kecepatan pengadukan 250 rpm
Siti Wardiyati
264
Prosiding Pertemllan don Preselltasi llmiak PPNY-BATAIV J'ogyakarta 25-27 Apri/1995
Bllku II
KESIMPULAN 1. Pembuatan emulsi "air dalam minyak" dengan DEHPA yang dilarutkan dalam dodekan sebagai rasa minyak ; H3PO4 sebagai rasa air; clan Span 80 sebagai penstabil emulsi, kondisi operasi yang relatip baik adalah sebagai berikut; penambahan penstabil emulsi Sorbitan monooleate (Span 80) 3%, waktu pembentukkan 6 - 15 men it, clan perbandingan fasa minyak terhadap fasa air 0,5 sid 1. 2. Pacta pemecahan emulsi yang terbentuk diatas disimpulkan bahwa pemecahan secara kimia lebih cepat dibanding suhu 75°C dan pemecahan sekitar 70 perbandigan metanol terhadap emulsi 2 : 5.
-
DAFT AR rUST AKA 1. MACASEK.F, eta!, Emulsion membrane systems for preconcentration of Uranium, Radioanalytical and Nuclear chemistry letter, 96/5/529-538/1985. 2. MASACEK.F, Membrane extraction instead of solvent extraction, What does it give?, Radioanalytical and Nuclear chemistry, 129/2/233-244/1989. 3. MIKUCHI and OSSEO-ASARE, Effect of Emulsifier in Copper extraction by LIX64N-Span 80 Liquid Surfactant Membrane, Solvent extraction and ion exchange, 4/31/503-530/1986. 4. MIKULAJ.V, COUNG.N.H, Emulsion membrane extraction of Cobalt using aromatic beta-hydroxyoxime, Radioanalytical and Nuclear chemistry, 101/1/59-65/1986. 5. MACASEK.F, etal, Membrane extraction for preconcentration of radionuclides, Radioanalytical and Nuclear chemistry, 101/1/33-40/1986. 6. ATTWOOD.D and FLORENCE.A.T, Surfactant system their chemistry,pharmacy and biology, Chapman and Hall Ltd, London New York, 1983. 7. SCHLOSSER, KOSSAZKY.S.E, Pertraction through liquid membrane, Radioanalytical and Nuclear chemistry 101/1/115-125/1986.
Siti Wardiyati
8. NADEN.D, ROWDEN.G.A,Development and application of solvent extraction, resin ion exchange (RIP) and Liquid membrane processes for Uranium recovery, Advancein Uranium ore processing and recovery from non-conventional resources, ( Proc. Technical commitee meeting Vienna 26-29 September 1983) IAEA 53-71/1985. 9. NALCO, Mc.Graw-HiIl Book, New YorkSt Louis San Francisco Aucklan Bogoto, 1979.
TANYAJAWAB Sudibyo 1. Pada pembuatan membran dengan memecah penyusun membran memakai putaran tinggi tentunya akan menimbulkan panas. Apakah panas yang timbul ini tidak mempengJruhi kestabilannya ? 2. % Jase span-80 di sini terhadap GpO, terhadap volume solven atau volumeJasa III atau volume total membran ? 3. Berapa lama waktu kestabilan tercapai ?
yang
Siti Wardiyati 1. Tergantung alai yang digunakan, jika pengaduknya tanpa selubung tidak menimbulkan panas 2. % terhadap volume fasa minyak 3. Untuk waktu 1 - 4 hari emulsi masih layak digunakan MV Purwani Pada makalah hasil yang terbaik pada pemecahan emulsi diukur dari cepatnya waktu pemecahan emulsi, padahal tujuan proses ekstraksi membran emulsi untuk pemisahan (U). 1. Apakah besaran itu sudah cukup/mewakili ? 2. Apakah tidak ado ukuran lain sehingga tanda baik don tidaknya pemecahan emulsi hila nantinya dikaitkan dengan proses yang sesungguhnya ? Siti Wardiyati Pacta proses pemecahan pacta besaran tersebut kami yakin emulsi telah pecah, dikarenakan wujud emulsi yang semula seperti milk (susu sapi) telah berubah menjadi dua cairan belling yaitu fasa minyak clan fasa air (stripping)
ISSN 0216-3128
Prosiding Perremuan don Presentasi Ilmiah PPNY-BATAN Yogyakarta 25-27 April 1995
BuklllI
Kris Tri Basuki J. Mengapa disebutfasa air terdispersi dalam minyak ? 2. Mengapa dipakai H3PO4sebagai fasa butanol? Bagaimana/mana yang lebih berperan sebagai pengompleks pada H3PO4 3 M tersebut ? 3. Bagaimana bisa diketahlli bahwa emulsi stab ii, tanpa dilakukanpercobaan ekstraksi ? 4. Bagaimana / berapa jari-jari emulsi dan angka kekentalannya ?
4. Jari-jari bulatan emulsi 0,2
-2
rom,
kekentalannya 0,06 1,75 d Pas (P)
I. Fasa air terdispersi dalam minyak dalam pembuatan emulsi tergantung dari HLB surfaktan yang digunakan, untuk pembentukan emulsi air dalam minyakHLB
-7
2. Dalam masalah ini kami barn memikirkan cara pembuatan emulsi yang stabil, yang mana dari basil percabaan ternyata rasa internal H3PO4dengan rasa minyak DEHPA dalam dodekan clan penstabil emulsi span 80, emulsi yang terbentuk ternyata bisa stabil, mengenai keberadaan U yang akan kami pisahkan belum kami pikirkan. reran H3PO4pacta proses tersebut adalah sebagai larutan stripping, reaksi yang terjadi adalah sbb :
ISSN 0216-3128
Uranium yang terikat dalam rasa organik adalah berbentuk UO2(DEHP)2, yang selanjutnya dia akan bereaksi dengan H3PO4 3 UOiDEHP)2 + 3 H3PO4 , (UO2MPO4)2+ 3 (DEHPA)2 3. Setiap percobaan pembuatan emulsi kami lakukan pengujian ekstraksi menggunakan rasa eksternal larutan HNO3 3 M. Selama proses ekstraksi kami amati ukuran diameter bulatan emulsi secara visual. Jika emulsi tidak hancur (pecah) clanmempunyai ukuran bulatan emulsi antara 0,2 - 2mm, emulsi layak kita gunakan.
-
Siti Wardiyati
surfaktan 2,5
265
AN Bintarti Alasan apa digunakan metanol dan 4-ethyl bensin sulfonat dengan garamnya sebagi pemecah emulsi ? Apa sudah dicoba dengan alkohol dan yang lainnya ?
Siti Wardiyati Berdasarkan literatur yaitu NALCO acta beberapa jenis deemulsifying agent untuk pemecahan emulsi air dalam minyak untuk percobaan kami pilih metanal clan asam 4-ethyl benzene sulfonat clan garamnya. Dari percobaan metanol kami anggap baik, untuk alkohol clan lainnya tidak kami coba, tetapi saya rasa metanol adalah senyawa alkohol pula.
Siti Wardiyati