BUKU PANDUAN MANAGEMENT MAKRO PERUSAHAAN PETERNAKAN SAPI POTONG
Oleh : Drh. Nuky Rusianto
PRIVO SAKURAZY MEDTECINDO (Perusahaan Inti Plasma) www.geocities.com/p3ide Email :
[email protected] JEMBER 2003
Pendahuluan Latar belakang Pertumbuhan ekonomi di Indonesia yang berdampak langsung pada peningkatan pendapatan perkapita penduduk telah menyebabkan meningkatnya permintaan dan konsumsi daging, termasuk daging sapi. Hal ini tampak jelas dari pertumbuhan jumlah sapi yang dipotong maupun daging sapi yang dikonsumsi secara nasional beberapa tahun terakhir. Sementara pada sisi lain pertumbuhan populasi sapi secara nasional tidak mampu mengimbangi pertumbuhan jumlah pemotongan. Sehingga berakibat adanya kelebihan permintaan dibandingkan penyediaan. Dalam rangka menanggulangi masalah tersebut, telah ditempuh upaya untuk mencukupi kebutuhan sapi dan daging sapi dengan cara lain mengimpor baik dalam bentuk sapi, sapi potong, daging sapi maupun semen untuk IB. Diantara yang banyak diimpor tersebut adalah impor sapi potong. Untuk meningkatkan kualitas dan kuantitas daging sapi potong di dalam negeri, baik yang berasal dari sapi potong impor maupun sapi potong lokal, telah banyak berkembang akhir-akhir ini berbagai usaha penggemukan sapi potong yang dilakukan oleh para feedlotters antara lain PT. Privo Sakurazy Medtecindo yang berdiri pada tahun 2003 bersama LSM Perkumpulan Pemuda Peduli Ide yang berdiri pada tahun 2008 ataupun para peternak kecil di Indonesia. Bagi peternak kecil, yang kebanyakan adalah petani di desa-desa, usaha penggemukan sapi ini merupakan alternatif yang bisa dilakukan untuk menambah pendapatan keluarga. Dengan penggemukan selama 2 sampai 6 bulan, akan dapat diperoleh hasil berupa nilai tambah berat badan sapi potong dengan kualitas dagingnya yang lebih baik. Kegiatan penggemukan sapi ini bisa dilakukan oleh sejumlah peternak kecil secara bersama-sama di dalam koordinasi KUD dengan mengadakan kerjasama kemitraan secara terpadu dengan Pengusaha Peternakan Besar (Feedlotters) seperti yang dilakukan dengan PT. Privo Sakurazy Medtecindo tersebut yang berpusat di kabupaten Jember ini, memiliki kegiatan impor sapi bakalan atau pedagang sapi lokal dan pemasaran sapi hasil penggemukan yang dilakukannya. Untuk itu sebagai anggota KUD mereka bekerjasama dengan
Perusahaan Peternakan Besar menggunakan kredit perbankan untuk modal investasi dan modal kerjanya dalam suatu Proyek Kemitraan Terpadu (PKT) Penggemukan Sapi. Dengan makin berkembangnya jumlah kegiatan penggemukan sapi yang dilakukan oleh para peternak kecil dalam Proyek Kemitraan Terpadu ini, maka makin banyak pula akhir-akhir ini permintaan kredit yang diajukan kepada perbankan untuk keperluan usaha penggemukan sapi. Kredit yang dimintakan adalah dalam bentuk KUK (Kredit Usaha Kecil) atau KKPA yang memiliki tingkat bunga relatif murah. Salah satu model kelayakan PKT ialah PKT Penggemukan Sapi, ditulis disini untuk dipergunakan sebagai bahan acuan bagi pihak-pihak yang berkepentingan. Tujuan Model kelayakan PKT Penggemukan Sapi yang khusus dibuat untuk pengembangan sub sektor peternakan ini dibuat dengan tujuan untuk : 1) Dapat dipergunakan oleh Bank di dalam mempertimbangkan pemberian KUK dalam rangka mendorong pengembangan usaha kecil penggemukan sapi potong pada khususnya dan usaha kecil sejenis pada umumnya dengan menggunakan PKT; 2) Dipergunakan sebagai pedoman bagi Pengusaha Kecil Peternakan di dalam mendapatkan bantuan kredit perbankan yang mampu untuk mengembangkan usahanya secara mantap dan berkelanjutan, sehingga dapat meningkatkan pendapatan. 3) Mendorong pengembangan usaha kecil peternakan penggemukan sapi sehingga mampu meningkatkan produksi sapi potong dalam rangka memenuhi kebutuhan daging di Indonesia, dan mampu meningkatkan lapangan kerja dan meningkatkan pendapatan masyarakat di sekitarnya.
Aspek Kemitraan Terpadu Proyek Kemitraan Terpadu (PKT) adalah suatu program kemitraan terpadu yang melibatkan pengusaha besar (inti), pengusaha kecil (plasma) dengan melibatkan bank sebagai pemberi kredit dalam suatu ikatan kerja sama yang dituangkan dalam nota kesepakatan. Tujuan PKT antara lain adalah untuk meningkatkan kelayakan plasma, meningkatkan keterkaitan dan kerjasama yang saling menguntungkan antara inti dan plasma, serta membantu bank dalam meningkatkan kredit usaha kecil secara lebih aman dan efisien. Dalam melakukan kemitraan hubungan kemitraan, perusahaan inti (Industri Pengolahan atau Eksportir) dan petani plasma/usaha kecil mempunyai kedudukan hukum yang setara. Kemitraan dilaksanakan dengan disertai pembinaan oleh perusahaan inti, dimulai dari penyediaan sarana produksi, bimbingan teknis dan pemasaran hasil produksi. Organisasi Proyek Kemitraan Terpadu ini merupakan kerjasama kemitraan dalam bidang usaha melibatkan tiga unsur, yaitu; (1) Petani/Kelompok Tani atau usaha kecil (2) Pengusaha Besar atau eksportir (3) Bank pemberi KKPA. Masing-masing pihak memiliki peranan di dalam PKT yang sesuai dengan bidang usahanya. Hubungan kerjasama antara kelompok petani/usaha kecil dengan Pengusaha Pengolahan atau eksportir dalam PKT, dibuat seperti halnya hubungan antara Plasma dengan Inti di dalam Pola Perusahaan Inti Rakyat (PIR). Petani/usaha kecil merupakan plasma dan Perusahaan Pengelolaan/Eksportir sebagai Inti. Kerjasama kemitraan ini kemudian menjadi terpadu dengan keikutsertaan pihak bank yang memberi bantuan pinjaman bagi pembiayaan usaha petani plasma. Proyek ini kemudian dikenal sebagai PKT yang disiapkan dengan mendasarkan pada adanya saling berkepentingan diantara semua pihak yang bermitra.
1. Petani Plasma Sesuai keperluan, petani yang dapat ikut dalam proyek ini bisa terdiri atas: 1) Petani yang akan menggunakan lahan usaha pertaniannya untuk penanaman dan perkebunan atau usaha kecil lain, 2) Petani/usaha kecil yang telah memiliki usaha tetapi dalam keadaan yang perlu ditingkatkan dalam untuk itu memerlukan bantuan modal. Kegiatannya dibedakan antara lain; 1) Kegiatan proyek dimulai dari penyiapan lahan dan penanaman atau penyiapan usaha, untuk petani plasma. 2) Kegiatan dimulai dari telah adanya kebun atau usaha yang berjalan, dalam batas masih bisa ditingkatkan produktivitasnya dengan perbaikan pada aspek usaha, untuk kelompok tani. Luas lahan atau skala usaha bisa bervariasi sesuai luasan atau skala yang dimiliki oleh masing-masing petani/usaha kecil. Pada setiap kelompok tani/kelompok usaha, ditunjuk seorang Ketua dan Sekretaris merangkap Bendahara. Tugas Ketua dan Sekretaris Kelompok adalah mengadakan koordinasi untuk pelaksanaan kegiatan yang harus dilakukan oleh para petani anggotanya, didalam mengadakan hubungan dengan pihak Koperasi dan instansi lainnya yang perlu, sesuai hasil kesepakatan anggota. Ketua kelompok wajib menyelenggarakan pertemuan kelompok secara rutin yang waktunya ditentukan berdasarkan kesepakatan kelompok. 2. Koperasi Para petani/usaha kecil plasma sebagai peserta suatu PKT, sebaiknya menjadi anggota suatu koperasi primer di tempatnya. Koperasi bisa melakukan kegiatan-kegiatan untuk membantu plasma di dalam pembangunan kebun/usaha sesuai keperluannya. Fasilitas KKPA hanya bisa diperoleh melalui keanggotaan koperasi. Koperasi yang mengusahakan KKPA harus sudah berbadan hukum dan memiliki kemampuan serta fasilitas yang cukup baik untuk keperluan pengelolaan administrasi pinjaman KKPA para anggotanya. Jika menggunakan skim Kredit Usaha Kecil (KUK), kehadiran koperasi primer tidak merupakan keharusan.
3. Perusahaan Besar dan Pengelola/Eksportir Suatu Perusahaan dan Pengelola/Eksportir yang bersedia menjalin kerjasama sebagai inti dalam Proyek Kemitraan terpadu ini, harus memiliki kemampuan dan fasilitas pengolahan untuk bisa melakukan ekspor, serta bersedia membeli seluruh produksi dari plasma untuk selanjutnya diolah di pabrik dan atau diekspor. Disamping ini, perusahaan inti perlu memberikan bimbingan teknis usaha dan membantu dalam pengadaan sarana produksi untuk keperluan petani plasma/usaha kecil. Apabila Perusahaan Mitra tidak memiliki kemampuan cukup untuk mengadakan pembinaan teknis usaha, PKT tetap akan bisa dikembangkan dengan sekurang-kurangnya pihak Inti memiliki fasilitas pengolahan untuk diekspor, hal ini penting untuk memastikan adanya pemasaran bagi produksi petani atau plasma. Meskipun demikian petani plasma/usaha kecil dimungkinkan untuk mengolah hasil panennya, yang kemudian harus dijual kepada Perusahaan Inti. Dalam hal perusahaan inti tidak bisa melakukan pembinaan teknis, kegiatan
pembimbingan
harus
dapat
diadakan
oleh
Koperasi
dengan
memanfaatkan bantuan tenaga pihak Dinas Perkebunan atau lainnya yang dikoordinasikan oleh Koperasi. Apabila koperasi menggunakan tenaga Penyuluh Pertanian Lapangan (PPL), perlu mendapatkan persetujuan Dinas Perkebunan setempat dan koperasi memberikan bantuan biaya yang diperlukan. Koperasi juga bisa memperkerjakan langsung tenaga-tenaga teknis yang memiliki
keterampilan
dibidang
perkebunan/usaha
untuk
membimbing
petani/usaha kecil dengan dibiayai sendiri oleh Koperasi. Tenaga-tenaga ini bisa diberi honorarium oleh Koperasi yang bisa kemudian dibebankan kepada petani, dari hasil penjualan secara proposional menurut besarnya produksi. Sehingga makin tinggi produksi kebun petani/usaha kecil, akan semakin besar pula honor yang diterimanya. 4. Bank
Bank berdasarkan adanya kelayakan usaha dalam kemitraan antara pihak Petani Plasma dengan Perusahaan Perkebunan dan Pengolahan/Eksportir sebagai inti, dapat kemudian melibatkan diri untuk biaya investasi dan modal kerja pembangunan atau perbaikan kebun. Disamping mengadakan pengamatan terhadap kelayakan aspek-aspek budidaya/produksi yang diperlukan, termasuk kelayakan keuangan. Pihak bank di dalam mengadakan evaluasi, juga harus memastikan bagaimana pengelolaan kredit dan persyaratan lainnya yang diperlukan sehingga dapat menunjang keberhasilan proyek. Skim kredit yang akan digunakan untuk pembiayaan ini, bisa dipilih berdasarkan besarnya tingkat bunga yang sesuai dengan bentuk usaha tani ini, sehingga mengarah pada perolehannya pendapatan bersih petani yang paling besar. Dalam pelaksanaanya, Bank harus dapat mengatur cara petani plasma akan mencairkan kredit dan mempergunakannya untuk keperluan operasional lapangan, dan bagaimana petani akan membayar angsuran pengembalian pokok pinjaman beserta bunganya. Untuk ini, bank agar membuat perjanjian kerjasama dengan pihak
perusahaan
inti,
berdasarkan
kesepakatan
pihak
petani/kelompok
tani/koperasi. Perusahaan inti akan memotong uang hasil penjualan petani plasma/usaha kecil sejumlah yang disepakati bersama untuk dibayarkan langsung kepada bank. Besarnya potongan disesuaikan dengan rencana angsuran yang telah dibuat pada waktu perjanjian kredit dibuat oleh pihak petani/kelompok tani/koperasi. Perusahaan inti akan memotong uang hasil penjualan petani plasma/usaha kecil sejumlah yang disepakati bersama untuk dibayarkan langsung kepada Bank. Besarnya potongan disesuaikan dengan rencana angsuran yang telah dibuat pada waktu perjanjian kredit dibuat oleh pihak petani plasma dengan bank. Pola Kerjasama Kemitraan antara petani/kelompok tani/koperasi dengan perusahaan mitra, dapat dibuat menurut dua pola yaitu : a. Petani yang tergabung dalam kelompok-kelompok tani mengadakan perjanjian kerjasama langsung kepada Perusahaan Perkebunan/Pengolahan Eksportir.
Dengan bentuk kerja sama seperti ini, pemberian kredit yang berupa KKPA kepada petani plasma dilakukan dengan kedudukan Koperasi sebagai Channeling Agent, dan pengelolaannya langsung ditangani oleh Kelompok tani. Sedangkan masalah pembinaan harus bisa diberikan oleh Perusahaan Mitra. b. Petani yang tergabung dalam kelompok-kelompok tani, melalui koperasinya mengadakan perjanjian yang dibuat antara Koperasi (mewakili anggotanya) dengan perusahaan perkebunan/pengolahan/eksportir.
Dalam bentuk kerjasama seperti ini, pemberian KKPA kepada petani plasma dilakukan dengan kedudukan koperasi sebagai Executing Agent. Masalah pembinaan teknis budidaya tanaman/pengelolaan usaha, apabila tidak dapat dilaksanakan oleh pihak Perusahaan Mitra, akan menjadi tanggung jawab koperasi. Penyiapan Proyek Kemitraan Terpadu Untuk melihat bahwa PKT ini dikembangkan dengan sebaiknya dan dalam proses kegiatannya nanti memperoleh kelancaran dan keberhasilan, minimal dapat dilihat dari bagaimana PKT ini disiapkan. Kalau PKT ini akan mempergunakan KKPA untuk modal usaha plasma, perintisannya dimulai dari:
Adanya petani/pengusaha kecil yang telah menjadi anggota koperasi dan lahan yang pemilikannya akan dijadikan kebun/tempat usaha atau lahan kebun/usahanya sudah ada tetapi akan ditingkatkan produktivitasnya. Petani/usaha kecil tersebut harus menghimpun diri dalam kelompok dengan anggota sekitar 25 petani/kelompok usaha. Berdasarkan persetujuan bersama, yang didapatkan melalui pertemuan anggota kelompok, mereka bersedia atau berkeinginan untuk bekerja sama dengan perusahaan perkebunan/pengolahan/eksportir dan bersedia mengajukan permohonan kredit (KKPA) untuk keperluan peningkatan usaha; Adanya perusahaan perkebunan/pengolahan dan eksportir, yang bersedia menjadi mitra petani/usaha kecil, dan dapat membantu memberikan pembinaan teknik budidaya/produksi serta proses pemasarannya; Dipertemukannya kelompok tani/ usaha kecil dan pengusaha perkebunan/ pengolahan dan eksportir tersebut, untuk memperoleh kesepakatan di antara keduanya untuk bermitra. Prakarsa bisa dimulai dari salah satu pihak untuk mengadakan pendekatan, atau ada pihak yang akan membantu sebagai mediator, peran konsultan yang tergabung dalam Concultant Comunity International (CCI) yang dimotori oleh Drh. Nuky Rusianto, dkk bisa dimanfaatkan untuk mengadakan identifikasi dan menghubungkan pihak kelompok tani/usaha kecil yang potensial dengan perusahaan yang dipilih memiliki kemampuan tinggi memberikan fasilitas yang diperlukan oleh pihak petani/usaha kecil; Diperoleh dukungan untuk kemitraan yang melibatkan para anggotanya oleh pihak
koperasi.
Koperasi harus memiliki
kemampuan
di
dalam
mengorganisasikan dan mengelola administrasi yang berkaitan dengan PKT ini. Apabila keterampilan koperasi kurang, untuk peningkatannya dapat diharapkan nantinya mendapat pembinaan dari perusahaan mitra. Koperasi kemudian mengadakan langkah-langkah yang berkaitan dengan formalitas PKT sesuai fungsinya. Dalam kaitannya dengan penggunaan KKPA, Koperasi harus mendapatkan persetujuan dari para anggotanya, apakah akan beritndak sebagai badan pelaksana (executing agent) atau badan penyalur (channeling agent);
Diperolehnya rekomendasi tentang pengembangan PKT ini oleh pihak instansi pemerintah setempat yang berkaitan (Dinas Perkebunan, Dinas Koperasi, Kantor Badan Pertanahan, dan Pemda); Lahan yang akan digunakan untuk perkebunan/usaha dalam PKT ini, harus jelas statusnya kepemilikannya bahwa sudah/atau akan bisa diberikan sertifikat dan buka merupakan lahan yang masih belum jelas statusnya yang benar ditanami/tempat usaha. Untuk itu perlu adanya kejelasan dari pihak Kantor Badan Pertanahan dan pihak Departemen Kehutanan dan Perkebunan. Mekanisme Proyek Kemitraan Terpadu Mekanisme Proyek Kemitraan Terpadu dapat dilihat pada skema berikut ini :
Bank pelaksana akan menilai kelayakan usaha sesuai dengan prinsip-prinsip bank teknis. Jika proyek layak untuk dikembangkan, perlu dibuat suatu nota kesepakatan (Memorandum of Understanding = MoU) yang mengikat hak dan
kewajiban masing-masing pihak yang bermitra (Inti, Plasma/Koperasi dan Bank). Sesuai dengan nota kesepakatan, atas kuasa koperasi atau plasma, kredit perbankan dapat dialihkan dari rekening koperasi/plasma ke rekening inti untuk selanjutnya disalurkan ke plasma dalam bentuk sarana produksi, dana pekerjaan fisik, dan lain-lain. Dengan demikian plasma tidak akan menerima uang tunai dari perbankan, tetapi yang diterima adalah sarana produksi pertanian yang penyalurannya dapat melalui inti atau koperasi. Petani plasma melaksanakan proses produksi. Hasil tanaman plasma dijual ke inti dengan harga yang telah disepakati dalam MoU. Perusahaan inti akan memotong sebagian hasil penjualan plasma untuk diserahkan kepada bank sebagai angsuran pinjaman dan sisanya dikembalikan ke petani sebagai pendapatan bersih. Perjanjian Kerjasama Untuk meresmikan kerja sama kemitraan ini, perlu dikukuhkan dalam suatu surat perjanjian kerjasama yang dibuat dan ditandatangani oleh pihak-pihak yang bekerjasama berdasarkan kesepakatan mereka. Dalam perjanjian kerjasama itu dicantumkan kesepakatan apa yang akan menjadi kewajiban dan hak dari masing-masing pihak yang menjalin kerja sama kemitraan itu. Perjanjian tersebut memuat ketentuan yang menyangkut kewajiban pihak Mitra Perusahaan (Inti ) dan petani/usaha kecil (plasma) antara lain sebagai berikut : 1. Kewajiban Perusahaan Perkebunan/Pengolahan/Eksportir sebagai mitra (inti) - Memberikan bantuan pembinaan budidaya/produksi dan penaganan hasil; - Membantu petani di dalam menyiapkan kebun, pengadaan sarana produksi (bibit,
pupuk
dan
obat-obatan),
penanaman
serta
pemeliharaan
kebun/usaha; - Melakukan pengawasan terhadap cara panen dan pengelolaan pasca panen untuk mencapai mutu yang tinggi; - Melakukan pembelian produksi petani plasma; dan
- Membantu petani plasma dan bank di dalam masalah pelunasan kredit bank (KKPA) dan bunganya, serta bertindak sebagai avalis dalam rangka pemberian kredit bank untuk petani plasma. 2. Kewajiban petani peserta sebagai plasma - Menyediakan lahan pemilikannya untuk budidaya; - Menghimpun diri secara berkelompok dengan petani tetangganya yang lahan usahanya berdekatan dan sama-sama ditanami; - Melakukan pengawasan terhadap cara panen dan pengelolaan pasca-panen untuk mencapai mutu hasil yang diharapkan; - Menggunakan sarana produksi dengan sepenuhnya seperti yang disediakan dalam rencana pada waktu mengajukan permintaan kredit; - Menyediakan sarana produksi lainnya, sesuai rekomendasi budidaya oleh pihak Dinas Perkebunan/instansi terkait setempat yang tidak termasuk di dalam rencana waktu mengajukan permintaan kredit; - Melaksanakan pemungutan hasil (panen) dan mengadakan perawatan sesuai petunjuk Perusahaan Mitra untuk kemudian seluruh hasil panen dijual kepada Perusahaan Mitra ; dan - Pada saat pernjualan hasil petani akan menerima pembayaran harga produk sesuai kesepakatan dalam perjanjian dengan terlebih dahulu dipotong sejumlah kewajiban petani melunasi angsuran kredit bank dan pembayaran bunganya.
Aspek Keuangan Investasi Komponen investasi untuk usaha penggemukan sapi potong oleh peternak kecil plasma akan terdiri dari atas biaya untuk : - Pengadaan lahan, - Pembangunan kandang. - Pengadaan pertama sapi bakalan - Peralatan
1). Lahan Lahan untuk pembangunan kandang disediakan oleh peternak plasma dari lahan yang telah dimilikinya, berupa lahan pekarangan atau lahan usaha tegalan. Ini merupakan porsi pembiayaan sendiri dalam komponen investasi, kecuali apabila pola usahanya dirancang secara lain, yang mengharuskan peternak menempatkan kandangnya pada satu lokasi lahan di luar kepemilikannya. Dalam hal seperti ini, pengadaan bisa dilakukan dengan membeli lahan yang diperlukan atau mengadakan penyewaan yang biayanya merupakan bagian dari biaya operasional sebagai modal kerja. 2). Biaya Kandang Biaya pengadaan kandang bervariasi sesuai tipe kandang yang akan di pergunakan berdasarkan rancangan yang di anjurkan oleh pihak Perusahaan Inti. Untuk analisis finansial besarnya biaya pembangunan kandang diperhitungkan berdasarkan luas kandang dengan satuan per m2. Biaya ini diperhitungkan sebesar Rp. 70.000/m2 dengan kisaran antara Rp. 50.000/m2 sampai Rp. 90.000/m2 sesuai harga bahan dimasing-masing tempat. Bahan untuk tiang dan atap bisa bervariasi sesuai dengan biaya yang ada. Akan tetapi, untuk biaya lantai dasar harus disediakan sehingga memenuhi persyaratan kekuatan. 3). Harga Sapi Bakalan Harga sapi bakalan diperhitungkan berdasarkan pada berat badan sapi hidup per kg. Tergantung pola penggemukan yang dirancang oleh pihak Perusahaan Inti, dibedakan antara harga sapi bakalan impor dan sapi bakalan lokal (untuk sapi bali atau lainnya). - Harga sapi bakalan impor Rp. 26.500,-/kg berat badan, dengan kisaran 25.000,-,/kg sampai Rp. 28.000/kg - Harga sapi bakalan lokal Rp. 23.600,-/kg berat badan dengan kisaran Rp. 19.200,-/kg sampai Rp. 21.400,- /kg.
Dengan
harga diatas kisaran tersebut, akan bisa berakibat sulitnya
mencapai kelayakan arus dana apabila tidak diikuti dengan kenaikan harga jual sapi hasil penggemukan yang bersangkutan. Karena adanya kenaikan harga sesuai tingkat inflasi, analisis finansial untuk kelayakan usaha, akan dibuat dengan memperkirakan kemungkinan besar kenaikkan harga sapi bakalan per tahun. Kenaikan tersebut dapat dirujuk sampai 5% per tahun. Modal kerja untuk biaya operasional Komponen modal kerja meliputi biaya-biaya untuk keperluan operasional proses produksi yang terdiri dari atas : - Pengadaan pakan hijauan - Pengadaan konsentrat - Obat-obatan dan pengawasan kesehatan - Transportasi - Tenaga kerja - Pengadaan air - Pengganti alas kandang - Manajemen dan pembinaan - Sewa lahan kering - Lain-lain. Biaya -biaya tersebut di perlukan untuk setiap periode penggemukan, didalam 1 tahun di lakukan 3 periode penggemukan. 1). Biaya Pengadaan Konsentrat Analisa selanjutnya mengenai ini hanya di buat usaha untuk penggemukan sapi potong yang dibuat oleh Perusahaan Inti. Pada dasarnya bisa dibedakan macam pakan tersebut sebagai berikut : - Pakan khusus hijauan limbah - Pakan berupa hijauan hasil penanaman (rumput gajah, kinggrass, tebon dll)
- Pakan hijauan yang telah tersedia pada lahan peternak (rumput tagelan, jerami padi, dll). Ketiganya memerlukan biaya yang bervariasi menurut macam pakan. Harganya berkisar dari nol rupiah sampai Rp. 100./kg dengan modus sebesar Rp. 50/kg. 2) Biaya Pengadaan Konsentrat Konsentrat yang di berikan berasal dari pihak Perusahaan Inti. Masingmasing Inti menyiapkan konsentrat berdasarkan komposisi yang dibuat oleh ahlinya. Harga pada umumnya berkisar antara Rp. 8.000/kg sampai Rp. 9.500/kg dengan modus Rp. 8.750/kg. Bahkan dengan upaya pengolahan konsentrat secara mandiri akan semakin banyak menekan biaya pengadaan konsntrat tersebut. Kebanyakan para peternak dan petani pemula mengkonsultasikannya dengan pihak Konsultan yang tergabung dalam Consultant Community International (CCI) dengan nama LSM Perkumpulan Pemuda Peduli Ide (LSM P3IDE) yang dimotori oleh tenaga ahli dan praktisi dunia peternakan Drh. Nuky Rusianto, dkk. 3). Biaya Obat-obatan dan Pengawasan Kesehatan Untuk menjaga agar ternak penggemukan senantiasa dalam keadaan sehat, pihak Inti memberikan bantuan tenaga dokter hewan untuk secara rutin mengawasi dan bertanggung jawab terhadap kesehatan ternak. Biaya obat untuk perawatan kesehatan karena macam dan penggunaannya yang tidak pasti, maka biaya persediaan obat disatukan dan mencakup pula biaya pengawasan yang jumlahnya untuk masing-masing ekor ternak selama masa penggemukan diperkirakan rata-rata Rp. 1.000,-/ekor/hari. Biaya ini bisa meningkat setiap tahunnya dengan perhitungan naik Rp. 100,-/ekor/hari. 4). Biaya Transportasi Biaya pengangkutan sapi bakalan dari lokasi Inti sampai ke lokasi kandang plasma dan pengangkutan sapi hasil penggemukan dari lokasi kandang ke lokasi Inti, menjadi beban peternak plasma kecuali apabila di rancang lain dalam proyek kemitraan yang bersangkutan. Biaya transpor untuk semua peternak plasma agar
diperhitungkan sama, sehingga terjadi adanya tanggung renteng. Biaya transportasi ini diperhitungkan > Rp. 20.000/ekor untuk datang dan pergi. Biaya ini bisa naik setiap tahun dengan perkiraan 5%/tahun. 5). Biaya Tenaga kKerja Untuk tenaga kerja diperhitungkan atas dasar penggemukan 24 ekor sapi/HOK. Untuk jumlah ekor sapi yang lebih kecil dari itu diperhitungkan besar bagian HOK yang bersangkutan. Artinya apabila dalam 1 paket penggemukan per peternak menggunakan 4 ekor sapi, besarnya HOK setiap hari diperhitungkan menjadi 4/24 HOK. Sedangkan besarnya masing-masing. Biaya ini dengan memperhatikan rata-rata persentase kenaikan pertahun selama 5 tahun berakhir, dipergunakan untuk menghitung besarnya biaya tenaga selama masa sampai kredit lunas. Dan sebagai acuan tauladan otonomi kabupaten Jember menerapkan Rp 350,-/30 ekor sapi potong seperti yang diterapkan oleh PT. Privo Sakurazy Medtecindo. Hal tersebut diutarakan Product Manager sekaligus Technical Services PT. PSM di kantor marketing atau kantor perwakilan JL. Mulyosari BPD No. 41 Surabaya dan Jl. Dharmahusada Dalam No. 20 Surabaya. 6). Biaya Pengadaan Air Karena air harus tersedia secara cukup selama masa penggemukan, sebaiknya hanya peternak yang lokasi lahannya memiliki sumber air melimpah dapat diikut sertakan didalam proyek usaha penggemukan sapi potong ini. Sehingga dalam hal ini, air menjadi bukan hal yang perlu diperhitungkan biaya pengadaannya. Namun demikian apabila keadaannya terpaksa harus lain, biaya pengadaan air bisa ikut diperhitungkan di dalam analisis finansial untuk mempelajari kelayakannya. Biaya ini bisa diperhitungkan sampai > Rp. 100,-/m3. Sebaiknya hanya peternak yang dilokasinya tersedia cukup air bisa ikut serta dalam usaha penggemukan sapi ini. Karena air bagi peternakan sapi standarnya diberikan dengan takaran tanpa batas, hal tersebut dipengaruhi oleh karakteristik fisiologis sapi, perhatian diutamakan faktor adaptasi lingkungan sapi dari berbagai genetik non lokal yang kebanyakan dipakai sebagai bakalan.
7). Biaya Alas Kandang Tergantung pada pola pemeliharaan sapi yang dirancang oleh pihak Inti, sebagai alas kandang di atas lantai dasar bila ditaburkan serbuk gergaji untuk selama masa penggemukkan. Alas ini diganti setiap bulan. Cara lain kandang bisa dalam keadaan tanpa alas dan lantai dasar setiap waktu tertentu. Keduanya banyak dilakukan di lapangan. Apabila kandang direncanakan menggunakan alas harus diganti setiap habis panen, maka biaya pengadaan bahan alas perlu diperhitungkan. Biaya bahan alas kandang ini diperhitungkan mencapai < Rp. 30.000,-/ekor sapi/periode. 8). Biaya Manajemen dan Pembinaan Untuk keperluan kegiatan pengelolaan dan pembinaan Proyek Kemitraan Terpadu ini, banyak diperlukan biaya yang sebagian merupakan bantuan pihak Perusahaan Inti. Namun demikian ada kegiatan-kegiatan tertentu, terutama penyelenggaraan latihan-latihan di dalam rangka pembinaan plasma dan koperasi yang masih harus diadakan dan seharusnya pihak peternak plasma dan koperasi yang harus diadakan dan seharusnya pihak peternak plasma ikut membiayainya. Untuk ini diperhitungkan 5% dari biaya operasional. Biaya untuk ini juga bisa diambil dari dana cadangan karena penggunaannya yang masih belum pasti, mengingat pembinaan di harapkan merupakan bantuan dari pihak inti. 9). Sewa lahan kandang Apabila lahan yang dipergunakan harus berada diluar lahan kepemilikan petani, biaya sewa lahan akan di bebankan kepada peternak plasma dari dana yang diperhitungkan sebagai cadangan. Sebaiknya hanya peternak yang memiliki lahan untuk kepeluan kandang yang dapat ikut serta dalam usaha penggemukan sapi potong. 10). Biaya lain-lain
Biaya-biaya lain yang merupakan tambahan bagi pengurusan kredit perbankan, termasuk biaya notaris dan asuransi (Perum PKK) menjadi beban peternak plasma yang jumlahnya diperhitungkan Rp. 70.000 ,-/plasma yang ditambah dengan > Rp.175./ ekor /hari untuk keperluan yang pembiayaan belum pasti. Pendapatan Pendapatan peternak plasma dari hasil penggemukan sapi ditentukan oleh besarnya total kenaikkan berat badan sapi selama masa penggemukan dan harga jual sapi potong setiap kg berat badan. Total kenaikkan berat badan di tentukan oleh lama masa penggemukan dan besarnya tambahan berat badan per hari (ADGaverage growth). ADG ini dapat dicapai dengan kisaran anatara 0,8 kg/hari sampai 1,2 kg/hari. Untuk analisis ini dipergunakan nilai ADG sebesar 0,9 /kg hari. Harga jual sapi hasil penggemukan kepada pihak inti Rp 32.625,-/kg bobot hidup (bukan standar dan dapat berubah sewaktu – waktu). Sebagai batasan, antara harga beli sapi bakalan dan harga jual sapi hasil penggemukan perlu memiliki perbedaan minimal Rp. 300/kg berat badan sapi. Kurang mempengaruhi arus angsuran pelunasan kredit. Analisis Kelayakan 1). Tabel arus dana Dari tabel arus dana yang dibuat untuk data-data tersebut diatas, diperoleh bahwa variabel masukan yang menentukan sekali di dalam melihat kelayakan usaha penggemukan sapi bagi kegiatan petani plasma terutama adalah - harga beli dan harga jual sapi - rata-rata tambahan berat badan sapi per hari (ADG) - lama masa penggemukan setiap periode, dan - biaya pembangunan kandang. 2). Pengaruh ukuran usaha Karena faktor masukan investasi kandang relatif kecil dibandingkan faktor masukan lainnya yang terjadi setiap periode penggemukan, maka untuk pola
pengemukan sapi yang dipelihara setiap peternak plasma. Seorang peternak plasma dapat dirancang ikut dalam usaha penggemukan sapi potong ini, mulai dari paket dengan 4 ekor sapi sampai 22 ekor sapi. Perbedaannya hanya pada jumlah sapi yang dapat di hasilkan untuk usaha selanjutnya dengan biaya sendiri, setelah kredit yang direncanakan lunas pada akhir tahun ke-5 Kelayakan usaha Penggemukan Sapi Hasil analisis menunjukkan bahwa agar usaha penggemukan sapi potong ini layak dan menunjang usaha peternak dapat berkelanjutan, pihak Perusahaan Inti harus dapat mengadakan sapi bakalan ex. Impor dengan harga paling tinggi Rp. 28.000/kg berat badan sapi hidup dan membeli sapi penggemukan dengan harga paling rendah Rp. 21.400,-/kg (Lokal). Harga sapi bakalan yang lebih dari harga ini, dan harga sapi hasil penggemukan yang kurang dari itu, akan mengakibatkan kelayakan hanya akan tercapai apabila ada penghematan biaya pada komponen lainnya tetapi tidak merubah aspek teknis budidaya penggemukan sapi. Dengan ukuran usaha 4 ekor sapi peternak, dan koefisien variabel masukan dan luaran sebagai berikut : Jumlah perioda penggemukan setiap tahun
: 3 - > 250 ekor
Rata-rata berat sapi bakalan
: 300 kg/ekor
Lama masa pengemukan
: 90 hari/perioda
Pertambahan rata-rata berat badan/hari (ADG)
: 0.90 kg
Harga beli sapi bakalan
: Rp. 21.400 - > 28.000/kg
Harga jual sapi hasil penggemukan
: Rp. 56.000/kg
Harga beli dan harga jual naik pertahun
:5%
Biaya transportasi sapi per ekor/perioda
: Rp. 20.000
Jumlah kg pakan ternak hijauan per hari
: 45 kg/ekor
Harga pakan hijauan
: Rp. 200/kg
Kenaikan harga pakan hijauan pertahun
: Rp. 2./kg
Jumlah kg konsetrat per hari
: 8 kg/ekor
Harga konsentrat
: Rp. 8.750/kg
Kenaikan harga konsentrat per tahun
: 10%
Biaya obat dan pengawasan kesehatan per ekor
: Rp. 25/hari
Biaya pembuatan kandang
: Rp. 90.000/m2
Luas kandang per ekor
: 3 M2
Tenaga kerja (24 ekor 1 HOK), UMR/HOK
: Rp. 5.000
Administrasi kredit dan asuransi per petani
: Rp. 70.000
Biaya lain-lain per ekor /hari
: Rp. 175
Sampai akhir tahun ke-5 kegiatan usaha penggemukan akan memberikan NPV = Rp. 974.950,- dengan IRR = 18,3% (Data Comparation Tahun 1995) Jumlah kredit yang diperlukan untuk usaha penggemukan sapi dengan 4 ekor sapi per peternak adalah Rp. 6.581.000,- yang angsuran pengembaliaannya akan lunas pada akhir tahun ke-5 apabila menggunakan KKPA dengan bunga 14%/tahun. Pada akhir tahun pelunasan kredit, peternak akan memiliki Rp. 1.877.183 yang pada waktu itu bisa selanjutnya di pergunakan untuk usaha penggemukan dengan 1 ekor sapi yang menjadi miliknya sendiri. Besar kredit dan jumlah sapi untuk kelanjutan usaha Perencanaan usaha penggemukan sapi dalam PKT ini, harus diupayakan agar usaha peternak bisa berkelanjutan dengan pengertian bahwa pada waktu kredit lunas, dan harisl penggemukan sapi sebelumnya sebagai miliknya sendiri yang diperoleh setelah kredit lunas. Hasil analisis memberikan rincian besanya kredit yang diperlukan peternak untuk memulai usaha penggemukan berdasarkan ukuran jumlah ekor sapi penggemukan yang diusahakan, dan jumlah sapi ekor sapi bakalan yang berhasil diperoleh peternak untuk kegiatan usaha selanjutnya setelah kredit lunas di akhir tahun ke-5 sebagai berikut : Ukuran usaha (ekor sapi)
Jumlah kredit (Rp)
Jumlah hasil ekor sapi milik sendiri
IRR (%)
3 4 8 15 22 24
4.953.250 6.581.000 13.092.000 24.486.250 35.880.500 39.136.000
1 2 4 6 8
18,2 18,3 18,5 18,6 18,6 18,6
Apabila biaya pembuatan kandang bisa di hemat dengan menggunakan bahan yang bisa disediakan sendiri oleh peternak, umpamanya tiang menggunakan kayu di dapatkan sendiri dari kebunnya, atap menggunakan asal daun diusahakan cukup kuat dan rapi (tetapi alas kandang senantiasa menggunakan lantai semen yang kuat), dengan biaya pembuatan kandang seharga Rp. 45.000/m2 minimal ukuran usaha bisa diperkecil hingga 3 ekor/peternak dengan jumlah kredit yang diperlukan sebesar Rp. 4.728.250. Dengan ini, pada akhir tahun ke-5 kredit lunas dan pada saat itu peternak bisa melanjutkan usahanya dengan 1 ekor sapi miliknya sendiri. Usaha ini memiliki kelayakan finansial dengan IRR = 19,7 %. Analisa diatas dibuat dengan mendasarkan bahwa selama kredit belum lunas, peternak hanya akan menerima hasil usaha penggemukan dari uang tenaga kerja. Jumlahnya apabila dengan 24 ekor sapi, setiap hari kerja selama masa penggemukan akan menerima sebesar UMR (± Rp.5.000). Untuk jumlah ekor sapi yang lebih kecil akan menerima jumlah upah yang lebih kecil secara proposional. Sebagai contoh, apabila usaha penggemukan hanya 4 ekor sapi, setiap hari selama masa penggemukan akan menerima 4/24 dari Rp. 5.000 atau Rp. 8.333./hari. Pendapatan petani tersebut akan naik apabila penggemukkan berhasil mencapai ADG yang lebih besar dari 0,90 kg dan jumlah angsuran pokok tetap seperti rencana. Sebaliknya apabila ADG lebih kecil dari itu akan bisa mengakibatkan tidak tercapainya jumlah sapi bakalan milik sendiri untuk kelanjutan usahanya pada saat kredit lunas.
Aspek Pemasaran Pemasaran sapi potong penggemukan Pemasaran sapi potong hasil penggemukan (finished cattle) memerlukan keterkaitan langsung dengan perusahaan inti dan usaha pemotongan. Mekanisme Pemasaran Dalam PKT Penggemukan Sapi ini, pemasaran hasil penggemukan sapi, sesuai dengan kesepakatan harus di jual oleh peternak plasma kepada Perusahaan Inti, dan Perusahaan inti harus membeli hasil penggemukan sapi. Kesepakatan ini harus dituangkan Nota Kesepakatan/Perjanjian yang mengikat kedua belah pihak untuk melaksanakan hal itu. Dalam Nota Kesepakatan ini pula di cantumkan bahwa pengadaan sapi bakalan harus dilakukan oleh Perusahaan Inti dan petani plasa membeli sapi bakalan dari Perusahaan Inti.
Grafik 1. Mekanisme Pemasaran Hasil Penggemukan Sapi Potong Informasi pendukung Konsumsi daging sapi semakin meningkat sesuai dengan peningkatan pendapatan perkapita masyarakat di Indonesia. Dari data statistik menunjukkan
bahwa peningkatan pendapatan perkapita sebesar 8,45% per tahun memberikan dampak peningkatan konsumsi daging sapi sebesar 2,1 % per tahun.
Grafik 2. Peningkatan Pendapatan per Kapita Periode 1989 - 1997
Grafik 3. Peningkatan Konsumsi Daging Sapi Periode 1989 – 1997 Dari grafik diatas menunjukkan bahwa konsumsi daging sapi masyarakat Indonesia semaking meningkat sesuai dengan peningkatan pendapatan perkapita. Kebutuhan daging sapi dalam tahun 1995 telan mencapai 404.000 ton, sedangkan produksi daging secara nasional hanya 338.400 ton sehingga masih terdapat kekurangan suplai sebesar 64.400 ton. Sampai dengan tahun 1995 permintaan daging sapi import naik rata-rata 50% (sumber GINSI, 1996). Peningkatan permintaan daging sapi import dari tahun ke tahun di tunjukkan dalam grafik dibawah
Potensi Pasar
Grafik 4. Permintaan Daging Sapi Impor
Grafik 5. Proyeksi Kebutuhan Daging Sapi Berdasarkan kebutuhan daging sapi pada tahun 1995 dan peningkatan konsumsi daging rata-rata maka kebutuhan daging sapi ditahun-tahun mendatang dapat ditunjukkan dalam grafik tersebut
Aspek Teknis Produksi Proses Penggemukan 1). Sapi impor
Penggemukan sapi impor dilakukan dengan sistem kandang kering (dry fattening), yaitu dengan cara menempatkan sapi-sapi bakalan di dalam kandang terus menerus selama waktu tertentu antara 60 sampai 90 hari dan di beri ransum pakan setiap hari. 2). Sapi lokal Penggemukan sapi lokal di lakukan dengan cara kereman, yaitu menempatkan tiap ekor sapi dalam tempat tersendiri (sistem baterai 1,8 m x 2,0 m ) tidak berkelompok dan diberi ransum pakan setiap hari. Lama penggemukan 90 sampai 180 hari. Persyaratan Teknis 1). Lokasi penggemukan Lokasi lahan usaha baik untuk sapi impor maupun sapi lokal memerlukan persyaratan sebagai berikut - Topografi relatif dasar - Tersedia cukup air (kebutuhan air 70 liter/ekor/hari) - Kesuburan tanah cukup untuk penanaman hijauan - Sarana dan prasarana cukup memadai - Mudah di jangkau oleh truk (mobil angkutan) - Tenaga kerja yang cukup dan terampil. Jarak antara INTI dan PLASMA sebaiknya tidak lebih dari 1 jam perjalanan kendaraan truk. 2). Kandang - Sapi import Untuk sapi impor luas kandang per baterai berukuran 3,0 m2 per ekor sapi di ikat, dan dalam satu kandang di tempatkan sejumlah sapi. Konstruksi kandang dilengkapi dengan emperan (gang way) seluas 1,5 - Sapi lokal Dalam sistem baterai setiap satu sapi di tempatkan dalam kandang berukuran 1,8 x 2 m, jadi sapi tidak ditempatkan secara berkelompok. 3). Sapi bakalan
- Sapi import Sapi import didatangkan dari Australia pada umumnya jenis Brahman Cross. Jenis sapi ini mempunyai Average Daily Growth (ADG) yang cukup tinggi berkisar 0,8 - 1,2 kg/hari. Berat awal berkisar 300 sampai dengan 350 kilogram dengan umur 1,5 sampai 2 tahun. - Sapi bakalan Ada beberapa jenis sapi lokal yang dapat di gunakan sebagai sapi bakalan. Jenis sapi Bali dan sapi Ongole mempunyai potensi sebagai sapi bakalan. Sapi Bali mempunyai ADG 1,5 - 1,0 kg/hari. Sedangkan sapi Ongole mempunyai 0,4 0,8 kg/hari. Berat awal berkisar 200 sampai 300 kg dengan umur 1,5 sampai 2 tahun. 4). Pakan - Sapi import Komposisi pakan sapi import terdiri dari konsentrat dan hijauan dengan persentasi 85% dan 15%. Komposisi makanan sangat penting karena di gunakan sebagai sumber energi dan pembentukan protein. Kebutuhan gizi minimal untuk keperluan pertumbuhan bobot. Komposisi beberapa jenis hijauan dan konsentrat terlampir. - Sapi lokal Komposisi pakan sapi lokal
terdiri dari konsentrat dan hijauan. Pada
umumnya kebutuhan hijauan per hari sekitar 10% dari bobot sapi, sedangkan konsentrat sekitar 1-2 kg/hari. Untuk meningkatkan efisiensi pakan telah di kembangkan suatu probiotik, yaitu semacam enzim pemecah karbohidrat struktural (selulusa, hemiselulosa, dan lignin), protein dan lemak. Hijauan pakan untuk sapi lokal bisa di sediakan dengan menanam rumput gajah atau king grass. Untuk ini peternak perlu menggunakan bagian lahan usaha pertaniannya untuk menanam rumput tersebut. Untuk ini peternak perlu menggunakan kebutuhan 4 ekor sapi penggemukan, rumput harus minimal di tanam pada lahan seluas 0,4 ha. Dengan pemupukan yang baik, rumput di panen dengan sistem ratoon. Apabila kelembaban tanah cukup, pemberian pupuk setelah panen akan mempercepat pertumbuhan tunas dan kelebatan rumput.
5). Pemeliharaan Pemeliharaan mencakup beberapa hal yang penting untuk diperhatikan antara lain; - Frekuensi pemberian pakan tiga kali sehari. - Kebutuhan air sebanyak 70 liter per ekor per hari - Kebersihan kandang harus di perhatikan - Sapi yang tidak sehat dipisahkan dari kelompok. - Sapi jangan terganggu lingkungannya. 6). Panen Sapi impor dapat dipanen pada kisaran 60 sampai dengan 90 hari penggemukan. Sedangkan sapi lokal dapat di panen pada kisaran 90 sampai 180 hari. Penimbangan berat akhir di lakukan di lokasi INTI atau di lokasi peternak sesuai perjanjian. Karena transportasi sapi bisa menganggu berat badan, maka apabila di timbang di lokasi inti, lokasi peternakan harus tidak jauh dari lokasi Perusahaan Inti (sekitar 1 jam perjalanan kendaraan). Pengaruh terhadap lingkungan Usaha penggemukan sapi ini selama dilaksanakan di luar kota tidak akan memberikan pengaruh negatif terhadap lingkungan. Justru dari limbah penggemukan sapi ini, akan diperoleh kotoran sapi yang akan bisa menjadi pupuk organik untuk meningkatkan kesuburan lahan petani, ini akan mengakibatkan bisa diperolehnya peningkatan hasil pertanian.
Kesimpulan Dari bahasan yang telah di sampaikan melalui bab-bab sebelum ini, dapat diketahui bahwa kegiatan penggemukan sapi merupakan usaha yang bisa dilaksanakan oleh para petani/peternak dengan memanfaatkan lahan pekarangan atau lahan lain kepemilikannya, untuk meningkatkan atau menambah pendapatan keluarga, dan layak mendapatkan pinjaman Bank apabila : 1. Di lakukan dengan PKT Penggemukan Sapi;
2. Ukuran usaha bisa bervariasi, minimal 4 ekor/peternak dan paling besar 24 ekor/peternak; 3. Besar kredit yang diperlukan oleh para peternak plasma untuk memulai usaha dengan 4 ekor sapi/peternak dengan tingkat harga sekarang adalah Rp. 39.136.000,- tidak diperlukan adanya masa tenggang dalam pola kredit ini.; 4. Pihak-pihak yang terlibat didalam PKT: Peternak Plasma/Kelompok Peternak dan KUD, Perusahaan Besar Inti, dan Bank harus dapat melaksanakan peran, kewajiban, tanggung jawab dan haknya. 5. Dengan ukuran usaha penggemukan sapi yang menggunakan 4 ekor sapi/peternak, pada akhir tahun ke-5 saat kredit lunas peternak akan menghasilkan kelanjutan dari usaha miliknya sendiri dengan hasil mencapai 1 ekor/peternak, sedangkan selama masa kredit belum lunas peternak menerima pendatapat upah sebesar 4/24 UMR setiap hari selama masa penggemukan. Dengan jumlah ekor yang lebih besar itu, penghasilan peternak akan naik, sampai pada maksimal 24 eor/peternak pada akhir tahun ke-5 saat kredit lunas menghasilkan kelanjutan usaha miliknya sendiri dengan 6 ekor sapi/peternak, sedangkan selama kredit belum lunas peternak akan menerima pendapatan upah sebesar UMR setiap hari; 6. Pihak Perusahaan Besar Inti akan dapat menerima keuntungan dari hasil kerjasama melalui penjualan sapi bakalan, pakan ternak dan konsentrat serta pembelian sapi hasil penggemukan yang wajar; 7. Pihak Bank akan dapat memperbanyak kewajiban KUK dan mendapatkan hasil dari pemberian kredit yang relatif aman; 8. Ada dukungan dan bantuan pembinaan dari Pemerintah Daerah, Dinas Peternakan dan Kandep Koperasi & PKK setempat; 9. Ada dampak ekonomi sosial yang meliputi : - Penyerapan tenaga kerja keluarga dan tenaga kerja dari luar atau upahan;
- Pemberian peluang pekerjaan bagi usaha lain yang terkait seperti budidaya rumput, industri pengolahan pakan, perdagangan sapi, dan usaha pemotongan; - Meningkatkan PAD melalui retribusi ternak; - Meningkatkan pendapatan Koperasi dan anggota; - Meningkatkan pajak; - Mendorong berkembangnya usaha pengadaan sapronak (sarana produksi peternak); - Mendorong usaha perdagangan sapi hidup, daging sapi, dan pengalengan (canning); - Mengurangi impor daging sapi, sehingga menghemat devisa; - Berperan serta dalam memperbaiki gizi masyarakat; - Limbah dapat diolah menjadi bahan baku untuk biogas sebagai sumber energi dan penerangan; - Ketersediaan bahan industri kulit; - Akhirnya limbah ternak merupakan pupuk organik yang baik untuk meningkatkan kesuburan lahan dan akibatnya adalah peningkatan produksi pertanian. Pendahuluan - Aspek Kemitraan Terpadu - Aspek Pemasaran - Aspek Teknis Produksi - Aspek Keuangan - Kesimpulan Hak Cipta dilindungi Undang – Undang Dilarang memperbanyak karya tulis ini dalam bentuk dan dengan cara apa pun, termasuk fotokopi, tanpa izin tertulis dari manajemen dan penulis Copyright 2008 © LSM Perkumpulan Pemuda Peduli Ide Consultant Community International Akta Notaris : Dadang Koesboediwitjaksono, SH No. 5. Tanggal 21 Februari 2008
Kritik dan Saran :
www.geocities.com/p3ide
[email protected]
BIBIOGRAFI Drh. Nuky Rusianto lahir di Surabaya, Jawa Timur, tepatnya tanggal 22 Juni 1980. Sejak SD hingga SLTA selalu menempati peringkat pertama dan terbaik. Menyelesaikan pendidikan SLTA-nya di SMUN 5 Surabaya pada tahun 1999. Kemudian melanjutkan kuliah di Universitas Airlangga Surabaya pada Fakultas Kedokteran Hewan hingga memperoleh gelar Sarjana Kedokteran Hewan (SKH) pada tahun 2004, kemudian beliau menyelesaikan pendidikan profesi dan pelantikkan Dokter Hewan (Drh) pada tahun 2008. Mempersunting gadis berdarah Pakualaman bernama Raden Ajeng Sri Rahayu pada tanggal 11 April 2008. Karirnya diawali sebagai Sales Promotion Representative di CV. Dahaous (General Supplier) Surabaya (1999), Finance Consultant PT. Solid Gold (Future Finance) Surabaya (2000), Direct Sales Representative ABN AMRO Bank (Finance) Surabaya (2001), Business Installment Loan Standart Chartered Bank (Finance) Surabaya (2002), Pimpinan Proyek Kemitraan Terpadu “From Farm to The Table” SAKURA Group (Animal Health Business) area Jember (2003), Technical Service PT. Privo Sakurazy Medtecindo (Perusahaan Inti Plasma International – Animal Health Business) area Jatim (2004), Asisten Dokter Hewan Klinik YUKATO (Animal Health) Jember (2005), Medical Representative PT. Mensa Bina Sukses (Human Health Business) area Jatim (2006), Technical Sales Representative PT. Primavindo Sejahtera Pratama - Group PT. Charoen Pokphand Indonesia, Tbk (Animal Health Business) area Bali (2007), Technical Sales Representative PT. Mensana Aneka Satwa (Animal Health Business) area Makasar (2007), Technical Sales Representative PT. Biotek Indonesia – Group PT. Sierad Produce, Tbk (Animal Health Business) area Jatim (2007), Chief Executive Official (CEO) Consultant Community International (CCI) sub divisi Riset Lembaga Swadaya Masyarakat Perkumpulan Pemuda Peduli Ide (LSM P3IDE) yang masih merupakan group bisnis dari SAKURA Group, Krida Group dan CV. Panditabala Group, Chief Executive Area Services (CEAS) dan Kepala Biro Organisasi dan Kepegawaian Dosen Akademi Kebidanan Yayasan Taruna dan Medical Veterinary (2008 – Sekarang).