PETUNJUK TEKNIS
Budidaya Cabe Merah Ramah Lingkungan (Materi Pelatihan Agribisnis bagi KMPH) Susilawati dan Budi Raharjo BPTP Sumatera Selatan Report No. 54.STE.Final November, 2010
PREFACE The Merang REDD Pilot Project (MRPP) is a technical co-operation project (GTZ Project No. 2008.9233.1) jointly funded by the German Federal Ministry of Environment, Nature Conservation and Nuclear Safety (BMU) through GTZ and by the Government of the Republic of Indonesia through the Ministry of Forestry (MoF). This report has been completed in accordance with the project Annual Work Plan (AWP) II 2010, in part fulfillment of Activity 3.4.3: “Training on appropriate technology of the selected/introduced income generating activities” and Activity 3.4: “Develop alternative of income generating activities to reduce/avoid illegal practices (eg. Illegal logging, fire, etc)” to achieve Result 3: “Integrated fire management and illegal activity measures is applied through community participation and sustainable natural resources management” to realize the project purpose, which is “Protection and part rehabilitation of the last natural peat swamp forest in South Sumatra and it’s biodiversity through a KPHP management system and preparation for REDD mechanism” and the project overall objective, which is “Contribute to sustainable natural resource management, biodiversity protection and rehabilitation of degraded peat lands in South Sumatra” The report has been prepared with financial assistance from the German Federal Ministry of Environment, Nature Conservation and Nuclear Safety (BMU) through GTZ. The opinions, views and recommendations expressed are those of the author and in no way reflect the official opinion of the BMU and/or GTZ. The report has been prepared by: Susilawati and Budi Raharjo from Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Sumatera Selatan The report is acknowledged and approved for circulation by the MRPP Management Unit
Palembang, November 2010
Dr Karl-Heinz Steinmann Team Leader
Djoko Setijono CD Specialist
DAFTAR ISI Lembar Pengesahan Daftar Isi Halaman I
Latar Belakang
1
II
Syarat Tumbuh
2
III
Teknologi Budidaya Cabe
3
3.1
Bahan Tanaman
3
3.2
Persemaian
4
3.2.1
Perlakuan Benih
4
3.2.2
Persiapan Lahan Persemaian
5
3.2.3
Membuat Media Semai
5
3.2.4
Penyemaian
6
3.2.5
Pemindahan Bibit
7
3.2.6
Pemeliharaan Bibit
7
3.3
Persiapan Lahan dan Penanaman
8
3.4
Pemeliharaan Tanaman
13
3.5
Hama dan Penyakit Tanaman Cabe dan Pengendaliannya
15
Daftar Pustaka
I. LATAR BELAKANG Cabe merah (Capsicum annum) merupakan salah satu jenis sayuran penting yang bernilai ekonomi tinggi dan cocok untuk dikembangkan didaerah tropika seperti di Indonesia. Cabai sebagian besar digunakan untuk konsumsi rumah tangga dan sebagiannya untuk ekspor alam bentuk kering, saus, tepung dan lainnya. Dalam upaya pemenuhan kebutuhan akan produksi cabai merah yang lebih kompetitif diperlukan upaya peningkatan produksi yang mengacu pada peningkatan efisiensi baik ekonomi, mutu maupun produktivitas melalui penerapan teknologi budidaya mulai dari penentuan lokasi, penanganan benih, penanaman, pemeliharaan, hingga penanganan panen yang tepat yang mengacu pada budidaya sesuai dengan Standadt Operasional Prosedur (SOP) yang mengarah pada pertanian organik. Pertanian organik adalah salah satu bidang agribisnis yang akhir-akhir ini dikembangkan petani. Pengembangan ini didorong oleh adanya konsumen yang membutuhkan sumber pangan yang aman konsumsi, bebas dari penggunaan input kimia sintentis. Pertanian organik juga menjadi solusi bagi petani untuk mendapatkan sarana produksi pertanian yang murah dengan memanfaatkan sumberdaya alam yang tesedia dan melestarikan praktek-praktek kearifan budaya lokal. Pertanian organik merupakan salah satu Program Departemen Pertanian yang bertujuan untuk menghasilkan produk pangan yang aman konsumsi, sehat, bernilai jual tinggi, dan menciptakan pertanian berkelanjutan. Indonesia memiliki potensi SDA yang besar berupa keaneka ragaman tumbuhan dan hewan yang mendukung keberhasilan pelasanaan pertanian. Produk pertanian organik telah menjadi komoditas perdagangan ekspor di berbagai negara. Agar Indonesia mampu bersaing dengan produk pertanian organikdari negara lain. Sayuran merupakan komoditas yang dikonsumsi sehari-hari oleh masyarakat sebagai sumber gizi dan kesehatan dalam bentuk segar maupun olahan. Sebagian besar tanaman sayuran rentan terhadap OPT, sehingga untuk melindunginya petani memerlukan biaya produksi yang tinggi. Untuk mendapatkan keuntungan, petani berusaha memberikan pupuk secara maksimal untuk meningkatkan produksi. Akibatnya sayuran menjadi sarat akan input produksi kimia sintetis. 1
Untuk mendapatkan produk sayuran dan tanaman yang sehat, maka perlu upaya untuk produk yang aman dikonsumsi, bergizi dan bermutu tinggi dan perlu adanya teknologi budidaya sayuran organik(ramah lingkungan). II. SYARAT TUMBUH Cabai merah dapat dibudidayakan didataran rendah maupun dataran tinggi pada lahan sawah atau tegalan dengan ketinggian 0-1000 m dpl. Tanah yang baik untk pertanaman cabai adalah berstruktur remah atau gembur, subur,banyak mengandung bahan organik, pH tanah antara 6-7. Kandungan air tanah juga perlu diperhatikan. Tanaman cabai yang dibudidayakan di sawah sebaiknya ditanam pada akhir musim hujan, sedangkan ditegalan pada awal musim hujan.
2
III. TEKNOLOGI BUDIDAYA CABE 3.1. Bahan Tanam Sampai saat ini banyak varietas cabai yang sudah dilepas dipasaran, baik yang hibrida maupun yang non hibrida (Tabel 1 dan Tabel 2 ). Tabel 1. Beberapa varietas cabai non hibrida yang telah dilepas di Indonesia No
Nama varietas
Potensi hasil (t/ha)
1 2 3 4 5 6
Tombak – 1 (K) Tombak – 2 (K) Cemeti – 1 (K) Tampar – 1 (K) Tampar – 2 (K) Kriting Bkt tinggi
19 22/t/ha 11 t/ha 8,5 t/ha 14,3 15,5 t/ha 30 t/ha
Panjang diameter buah (cm/cm) 13/1,5 9,8/1,3 12/0,8 15,6/0,7 15,6/0,7 18/0,1
7
Laris (B)
12 t/ha
14,5/0,9
8 9 10.
Tanjung -1 (K) Tanjung – 2 (B) Lembang 1 (K)
18,5 t/ha 19,9 t/ha 19 t/ha
10,9/1,2 11,2/1,3 11,8/0,7
Ketahanan terhadap penyakit Antraknos Antraknos Antraknos Layu+Antr Layu+Antr Antr+busuk batang Antr+busuk daun Antraknos Antraknos
Ketahanan terhadap hama
Adaptasi
Lalat buah Lalat buah Lalat buah -
DT-DR DT-DR DT-DR DR-DT
-
DR-DT
tungau -
DR-DT DR-DT DM-DT
Tabel 2. Beberapa varietas cabai hibrida yang telah dilepas di Indonesia No
Nama varietas
Potensi hasil (t/ha)
1 2
Nenggala – 1 (K) Prabu
30 t/ha 30 t/ha
Panjang / diameter buah (cm/cm) 12/2,5 17/1,3
3
Maraton (B)
20 t/ha
13/1,3
4 5 6
Gada (B) Kresna (B) Salero (B)
30 t/ha 30 t/ha 20 t/ha
17/1,5 17/1,5 14/1
7
Taro (K)
20 t/ha
15/0,7
8
Lado (K)
20 t/ha
-
9 10 11
Papirus (K) CTH-01 (K) Arimbi (B)
30 t/ha 16 t/ha 24,5 t/ha
-
Ketahanan terhadap penyakit Antraknos PVY, CMV, BW PVY, CMV, BW PVY, BD Antr, BD CMV, BD, Antroknos CMV, BD, Antraknos CMV, Antr + BD Antraknos Antraknos Antraknos
Ketahanan terhadap hama Lalat buah -
Adaptasi
-
DR-DM
-
DR-DM DR-DM DR-DM
-
DR -DT
-
DR -DT
Thrips Thrips Thrips
-
DT-DR DR-DM
3
Sumber : Dit. Perbenihan, Ditjen Bina ProdHortikultura. 2001 Keterangan : DR = Dataran rendah DT = Dataran tinggi DM = Dataran medium PVY = Potato virus yelow CMV = Cucumber mosaik virus BD = busuk daun BW = busuk buah
3.2. Persemaian Untuk memperoleh bibit yang baik umumnya dilakukan penyemaianbiji/benih ditempat persemaian, kemudian
dilakukan penyapihan (pembumbungan) sebelum
ditanam di lapangan.
3.2.1. Perlakuan benih a. Benih direndam dalam larutan atonik selama 12 jam b. Pemeraman selama 4-5 malam dalam kantong plastik hitam c. Setelah 4 malam benih diperiksa, apabila biji sudah keluar kecambah, maka biji siap disemai
Gambar 1. Perlakuan Benih
4
3.2.2. Persiapan Lahan Persemaian Membuat bedengan persemaian dan naungan a. Ukuran bedengan lebar 1 m dan panjang tergantung kebutuhan, supaya tidak terlalu rapat untuk 10 gram benih disediakan 40-50 cm ke arah panjang. b. Lahan dicangkul dengan kedalaman 20-25 cm. Buat bedengan dengan lebar 1 meter dan tinggi 20-25 cm, mengarah utara-selatan,kemudian tanah diratakan. c. Bedengan mengarah Utara-Selatan dan naungan menghadap ke Timur supaya cahaya pagi bisa masuk. Ukuran naungan tiang depan 1-1,20 m dan tiang belakang 0,8 – 1 m, atapnya dengan plastik transparan dan diatas plastik ditutup lagi dengan alang-alang atau daun nipah.
Gambar 2. Bedengen persemaian dengan naungan dari bahan plastik transparan.
3.2.3. Membuat Media Semai a. Media semai terdiri dari pupuk kandang dan sekam padi dengan perbandingan 1:1;0,25, cara membuatnya adalah ambil tanah subsoil kira-kira 10-15 cm diatas 0ermukaan, keringkan, kemudian diayak atau dihaluskan dengan kawat ram. Pupuk kandang yang sudah matang diayak juga. b. Sekam padi tidak perlu diayak, kemudian dicampurkan dengan perbandingan seperti diatas. Supaya bercampur rata diaduk sampai tigakali, sehingga media tadi betul-betul menjadi media siap untuk digunakan. 5
Gambar 3. Media semai yang siap digunakan.
3.2.4. Penyemaian Benih yang sudah direndam sebaiknya pada pagi hari, supaya benih yang sudah keluar kecambahnya tidak rusak kepanasan. Caranya sebagai berikut ; a. Padatkan tanah dasar bedengan supaya akar tidak tumbuh kedalam sehingga mudah dipindahkan. b. Sebarkan media yang telah disiapkan setebal 5-6 cm, di sisi kanan dan kiri di pasang bambu atau kayu untuk menahan media tidak erosi bila disiram. c. Media diratakan setelah itu disiram sampai basah, taburkan furadan untuk mencegah hama, tiap ukuran 1 meter diberi 5 gram. Kemudian permukaan media supaya rata ditaburi tanah yang sudah dihaluskan. d. Semai benih dengan merata, kemudian tutup dengan tanah yang halus sehingga benih tertutup tidak kelihatan lagi. e. Setelah benih tertutup ditutup lagi dengan plastik hitam atau karung goni supaya tidak masuk sinar, bila tidak ada keduanya bisa ditutup denganplastik transparan tetapi di atas plastik harus ditutup lagi dengan daun pisang atau karung plastik f. Setelah 3-4 hari benih sudah tumbuh dan tutup harus dibuka supaya bibit tidak terlalu tinggi, bila terlambat membuka bibit akan bengkok-bengkok dan batang akan lemah 6
sehingga sukar untuk dipindahkan. Penyiraman harus menggunakan sprayer agar air berkabut dan bibit tidak rusak.
3.2.5. Pemindahan Bibit Pemindahan bibit dari persemaian ke polybag kecil atau pot terbuat dari daun pisang dilakukan 9-10 hari setelah semai, media yang digunakan sama dengan media semai.
3.2.6. Pemeliharaan Bibit a. Penyiramaan Penyiraman dilakukan 2 kali sehari /secukupnya tidak terlalu basah atau kering, sebaiknya disiram pada siang hari (waktu panas) karena air yang disiramkan akan menguap, penguapan akan menimbulkan panas yang akibatnya bibit akan stress dan layu sehingga tidak jarang bibit mati. Penyiraman harus dengan air bersih supaya daun tetap sehat. b. Membuka dan menutup atap naungan Bibit yang baru tumbuh memerlukan penyiraman yang minimal, pagi hari atap daun nipah dibuka, kira-kira sampai jam 10.00, kemudian ditutup kembali. Pada waktu muncul daun sejati, bibit mulai dilatih untuk mendapatkan sinar matahari yang lebih banyak, sehingga atap haruslebih lama, makin lama mendapatkan sinar semakin baik untuk perkembangan pertumbuhan. c. Penyiangan Penyiangan harus dilakukan dengan hati-hati dengan cara dicabut supaya akar tanaman tidak terganggu. Dengan tidak adanya gulma pertumbuhan bibit akan optimal. d. Pemupukan Pupuk yang diberikan adalah urea yang dilarutkan dalam air dengan dosis 1-2 gram tiap liter air, kemudian disiramkan. Pemupukan dilakukan dua kali yaitu umur 4 hari setelah pemindahan dan 8 hari setelah pemindahan. e. Pengendalian hama dan penyakit Penyemprotan insektisida dan fungisida dilakukan dengan dosis rendah sebanyak 2-3 kali sebelum tanam ke lapangan. 7
3.3. Persiapan Lahan dan Penanamam 3.3.1. Persiapan Lahan Persiapan lahan bertujuan untuk memperbaiki drainase dan aerasi tanah, meratakan permukaan tanah dan menghilangkan gulma a.
Pengolahan Tanah Untuk menghasilkan tanaman yang subur perlu diperhatikan beberapa faktor yang
dapat mempengaruhi kesuburan tanaman antara lain struktur tanah, derajat keasaman (pH) dan bahan-bahan organik yang dikandungnya. Agar diperoleh tanah yang baik untuk pertumbuhann tanaman, maka perlu dilakukan langkah-langkah dalam pengolahan tanah. Beberapa tahapan yang harus dikerjakan yaitu : Tebang pohon-pohonan dan tebas rumput sampai lahan bersih Bongkar tunggul dari pohon yang ditebang sampai keakar-akarnya Meratakan lahan, karena tanah bergelombang Pencangkulan Pertama Pencangkulan pertama masih merupakan bongkahan-bongkahan besar karena banyak mengandung liat dan keras sekali, sehingga tanah tidak bisa hancur. Pencangkulan kedua Sebelum dilakukan pencangkulan kedua, tanah disiram dan dibiarkan beberapa hari, pada waktu pengolahan lahan dalam keadaan kering (tidak ada hujan), hasil dari cangkulan kedua tanah masih merupakan bongkahan-bongkahan tetapi lebih kecil dari cangkulan pertama. Pencangkulan Ketiga Sama seperti pencangkulan kedua, masih terus dilakukan penyiraman sebelum dicangkul, hasil cangkulan ketiga tanah sudah lebih kecil tetapi belum layak untuk ditanami, sehingga masih perlu dibasahi supaya pengolahan selanjutnya lebih mudah.
8
Gambar 4. Pengolahan tanah menggunakan traktor tangan
b. Pembuatan Saluran Keliling Setelah pencangkulan ketiga, lahan diratakan dan dibersihkan dari sisa-sisa rerumputan dan akar-akar tanaman yang masih tersisa sambil menghancurkan tanah yang masih berbentuk bongkahan-bongkahan kecil. Setelah lahan rata, dibuat saluran keliling untuk mempermudah keluar masuknya air bila menyiram atau tidak tergenang bila musim hujan.
Gambar 5. Pembuatan bedengan dan saluran keliling
9
c.
Membuat Bedengan Lebar 1m dan panjang tergantung kebutuhan, jarak antar bedengan 70 cm, tinggi
bedengan 30 cm. Bentuk bedengan harus rata dan lurussupaya mudah untuk pemasangan mulsa, dengan dibuatnya bedengan gumpalan-gumpalan tanah makin kecil. d. Pemberian kapur Tanaman sayuran dapat tumbuh dengan pH 5,5 sampai 6. Apabila pH tanah terlalu rendah atau terlalu tinggi, maka pertumbuhan tanaman akan terhambat, tampak merana dan lama kelamaan akan mati. Untuk mengatasinya tanah asam perlu dinetralkan dengan pengapuran. 2 ton/ha diberikan 2 minggu sebelum tanam. Kapur diberikan secara ditaburkan merata diatas bedengan, kemudian dicangkul hingga bercampur dengan tanah. e.
Pemberian pupuk kandang dan Sekam Padi Pupuk kandang merupakan salah satu bahan organik yang penting berpengaruh
terhadap perbaikan dan produktivitas tanah serta tanaman. Dengan pemberian pupuk kandang yang yang cukup memadai kualitas ataupun kuantitasnya, tekstur tanahnya akan remah dan kesuburan akan meningkat, sehingga pertumbuhan tanaman akan subur dan akan menghasilkan produksi yang tinggi. Selain pupuk kandang diberikan juga bahan organik yang berasal dari sekam padi supaya tanah porusnya dan tidak padat. Pemberian pupuk kandang 20 ton/ha dan sekam padi 6 ton/ha diberikan 1 minggu sebelum tanam. Campuran tersebut diberikan diatas bedengan secara merata, kemudian dicangkul supaya bercampur dengan tanah. f.
Pemberian Pupuk Buatan Pupuk adalah zat yang berisi satu unsur atau lebih yang dimaksudkan untuk
menggantikan unsur yang habis terserap tanaman dari tanah. Pemberian pupuk buatan dilakukan setelah pupuk kandang dan sekam padi kira-kira 3-4 hari sebelum tanam . Jenis pupuk buatan yang diberikan adalah ; Urea(200 kg/ha), SP-36 (300 kg/ha), KCl (300 kg/ha),
untuk mencegah hama diberikan Furadan (25 kg/ha) , yang pemberiannya
bersamaan dengan pupuk buatan, lalu diaduk dengan tanah, diiberikan 4 hari sebelum tanam. g.
Pemasangan Mulsa Plastik Hitam Perak (MPHP) Pemasangan mulsa dilakukan setelah pupuk kandang dan pupuk buatan diberikan,
pemasangan mulsa sebaiknya pada siang hari agar mulsa plastik bisa memanjang bila 10
ditarik akan mudah menutup tanah. Keuntunganya Penggunaan banyak sekali untuk tanaman sayuran antara lain :
Rumput/gulma dalam bedengan tidak akan tumbuh sehingga mengurangi penyiangan, kecuali pada lubang tanam.
Menekan penguapan air dari dalam tanah terutama pada musim kemarau sehingga tidak perlu sering menyiram
Pupuk yang diberikan tidak akan hilang bila kehujanan dan terhindar dari penguapan oleh sinar matahari
Kesuburan tanah bisa merata, juga produksi akan seragam
Buah yang dibawah akan terhindar dari percikan air sehingga dapat mengurangin dari terjangkitnya penyakit.
Pemberian pupuk dapat dilakukan sekaligus sebelum tanam
Warna perak dari mulsa memantulkan sinar matahari sehingga dapat mengurangi serangan Thrips,Aphis dan kutu-kutu lainnya.
Suhu dan kelembaban tanah tetap stabil
Bila tanaman telah selesai sampai panen, dan akan menanamlagi tidak perlu mengolah lagi dan mulsa masih kuat, hanya tinggal menambah pupuk lagi di lubang tanam.
h. Membuat Lubang Tanam Membuat lubang tanam dilakukan 1-2 hari sebelum tanam, menurut jarak tanam dan alat yang digunakan antara lain dengan kaleng susu bekas yang dilubangi, pakai pegangan kemudian diisi arang atau kayu yang dibakar dan waktu membuat lubang harus siang hari. Jarak tanam 50x40/60x50 cm
11
Gambar 6. Pemasangan mulsa plastik hitam perak (MPHP).
i.
Penanaman Bibit yang akan ditanam dengan menggunakan Mulsa Plastik Hitam Perak
(MPHP) sebaiknya jangan terlalu besar dan terlalu tinggi, karena bila tanaman terlalu besar daun akan bila kepanasan daun akan kena mulsa dan akan mengalami kekeringan hingga mati, kecuali bila tanaman memakai tiang penyangga kecil dan diikat, tetapi itu akan menambah biaya. Penanaman dengan MPHP, umur bibit 18-20 hari setelah disebar, dan sebelum ditanam bibit harus diseleksi terlebih dahulu.Bibit yang memiliki pertumbuhan yang sama dikumpulkan menjadi satua, dan yang lain yang kecil dipisahkan untuk persediaan penyulaman. Apabila penanaman pada waktu musim kemarau lahan yang akan ditanam harus dilaukan penyiraman dulu sebelum bibit ditanam, waktu tanam yang baik aalah pada sore hari.
12
Gambar 7. Bibit cabai di polybag dan yang sudah dipindah pada pertanaman. 3.4 Pemeliharaan Tanaman Pemeliharaan tanaman meliputi ; penyiraman, pemasangan ajir, pemangkasan tunas, penyiangan, pemupukan susulan, dan pengendalian hama dan penyakit.
Penyiraman Penyiraman dilakukan dua kali
sehari yaitu pagi dan sore, cukup satu cangkir
(300cc), setelah tanaman tumbuh kuat dan perakarannya dalam penyiraman cukup dilakukan tiga kali sekali.
Pemasangan Ajir Ajir ditancapkan ± 10 cm didekat pohon, dipasang setiap pohon sebelah kiri dan kanan, kemudian antara ajir sebelah kiri dan kanan dipasang palang yang diikat kokoh. Di atas pulang dan kiri ke kanan dipasang lagi palang memanjang dan diikat satu sama lainnya agar kokoh.Selanjutnya diikat ke ajir palang yang memanjang. Pemasangan palang yang melebar dan memanjang dilakukan beberapa tingkat mengikuti pertumbuhan tinggi tanaman sehingga tanaman berdiri kokoh.
Perempelan tunas Tunas yang tumbuh pada ketiak daun merupakan tunas yang tidak produktif dan akan mengganggu pertumbuhan secara optimal. Oleh karena itu tunas-tunas samping ini perlu dirempel/dibuang. Perempelan tunas ini dilakukan pada tanaman cabai berumur antara 7 sampadei 20 hari setelah tanam. Saat terbentuknya cabang, perempelan tunas dihentikan. Bunga pertama yang muncul dari sela-sela percabangan pertama pertama 13
juga harus dibuang. Tanaman cabai yang sudah berumur 60 hingga 70 hari biasanya sudah terbentuk percabangan yang optimal. Daun-daun tua yang ada dibawah cabang dapat dirempel.
Penyiangan Pada waktu tanaman berumur 20-30 hari, biasanya tumbuh rumput pada lubang tanam. Maka dilakukan penyiangan dengan cara mencabut. Selain itu pada saluran antara bedengan akan tumbuh rumput, penyiangan dilakukan dengan menggunakan kored.
Pemupukan Susulan Pupuk yang digunakan 4 gr NPK (15:15:15), 2 gr Urea, 2,5 gr SP-18 dan 2,5 gr KCl dengan cara dilarutkan dalam satu liter air, kemudian dikocorkan kedalam lubang tanam. Pupuk susulan ini dilakukan setelah tanaman berumur 21 harinsetelah tanam, selanjutnya dilakukan setiap 10 hari sekali hingga 71 HST.
Gambar 8. Penyemprotan insektisida dan pemasangan ajir.
Tabel 3. Takaran pupuk dari umur 21 hingga 71 hari setelah tanam (HST) Umur tanaman (hr) 21 31 41 51 61 71
NPK (gr/lt air) 4 8 12 15 20 25
JenisPupuk Urea (gr/lt air) Sp-36 (gr/lt air) 2 4 6 8 10 12
2,5 5 7,5 10 12,5 15
KCl (gr/Ltr air) 2,5 5 7,5 10 12,5 15 14
Untuk SP-36 sebaiknya dihaluskan terlebih dahulu supaya mudah laru, agar lebih mudah mengerjakan pakai drum plastik yang berkapasitas 100-200 liter air., volume pupuk tinggal menghitung dari tabel diatas. Selain pupuk tersebut digunaan juga pupuk daun yang mengandung Fosfor dan Kalium tinggi seprti Gramore, Complesal Merah atau Kemika Mreah, Interval penyemprotan 10 hingga 14 hari.
3.5 Hama dan Penyakit Tanaman Cabe dan Pengendaliannya Tabel 4. Jenis hama dan penyakit cabai. Nama Umum Hama ; 1. Ulat grayak 2, Trips daun 3. Lalat buah 4. Kutu daun (afid) 5. Tungau kuning 6. Ulat buah Penyakit : 1. Antraknose 2. Virus mosaik 3. Virus kerupuk 4. Bercak daun 5. Penyakit layu
Bagian Tanaman yang diserang Daun dan buah Daun dan buah Buah Daun dan pucuk Daun dan pucuk buah Buah Daun dan buah Daun Daun Daun Akar dan batang
Pengendalian hama/penyakit 1.
Mengolah lahan dengan baik serta memberikan pupuk berimbang untuk tanaman cabai yaitu pupuk kandang 20-30 ton/ha, Urea 100-150 kg, 300-400 kg ZA, 150-200 kg TSP dan KCL 150 – 200 kg/ha, serta pemakaian mulsa plastik
2.
Pembibitan dengan cara penyungkupan tempat semaian dengan kain kasa atau plastik yang telah dilubangin dan membuat rak pembibitan setinggi lebih kurang 1 m
3.
Untuk daerah yang baru terkena serangan penyakit virus kuning tanman muda (sampai 30 hari) yang terserang segera dimusnakan dan disulam/diganti dengan tanaman yang sehat.
15
4.
Pada daerah-daerah yang telah terserang berat, tanman muda yang terserang tidakdimusnakan, tetapi dibuang bagian daun yang menunjukkan gejala kuning keriting dan kemudian disemprotkan pupuk daun
5.
Menanan pembatas/barrier, jagung sebanyak 4-5 baris disekeliling pertanaman cabai
6.
Memasang perangkap kuning sebanyak 40 buah/ha
7.
Penanaman tagetes (bunga tai ayam) terutama dipinggir pertanaman cabai
8.
Pelepasan predator Menochillus sexmaculatur, mampu memangsa sebanyak 200-400 ekor B. tabaci perhari, 12 ekor thrips perhari, 200 ekor aphids perhari, Siklus hidup 18-24 hari, satu ekor betina menghasilkan telur sekitar 3.000 butir.
Pengendalian hama ramah lingkungan
16
DAFTAR PUSTAKA
Artim. Balai Penelitian Tanaman Sayuran Lembang. 2007. Bercocok Tanam Cabai di Dataran Rendah Banyuasin Sumatera Selatan, Lembang. 103 hal Balai Besar Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian. 2008. Teknologi Budidaya Cabai Merah. Bogor. 24 hal. Direktorat Budidaya Tanaman Sayuran dan Biofarmaka. Direktorat Jenderal Hortikultura. 2008. Standard Operasional Prosedur (SOP) Budidaya Sayuran Organik. 39 hal. Direktorat Tanaman Sayuran, Hias dan Aneka Tanaman. Pedoman Umum Budidaya Cabai Merah. Direktirat Jenderal Bina Produksi Hortikultura. Jakarta. 85 hal.
17
Deutsche Gesellschaft für Technische Zusammenarbeit (GTZ) GmbH -German Technical Cooperation-
Merang REDD Pilot Project (MRPP), Jl. Jend. Sudirman No. 2837 KM 3,5 P.O. BOX 1229 – Palembang 30129
District Office:
South Sumatera
Kantor Dinas Kehutanan Kabupaten Musi Banyuasin
Indonesia
Jl. Kol. Wahid Udin No.254 Sekayu 30711
T: ++ 62 – 21 – 2358 7111 Ext.121
South Sumatera
F: ++ 62 – 21 – 2358 7110 E:
[email protected]
T: ++ 62 – 714 – 321 202
I: www.merang-redd.org
F: ++ 62 – 714 – 321 202