Universitas Gadjah Mada Fakultas Ilmu Budaya Jurusan Antropologi Program Studi Pascasarjana (S2)
BUDAYA POP (SAK ...) Semester Ganjil Tahun Ajaran 2011 – 2012
Kisi-Kisi Perkuliahan Dosen Pengampu: Suzie Handajani (
[email protected]) Jadwal Kuliah: Rabu, 13.00 – 15.00 Ruang: A 208
LATAR BELAKANG Budaya pop sering dianggap sebagai budaya yang tidak penting atau dangkal. Hal ini terjadi bila kita membandingkan budaya pop dengan budaya yang dianggap lebih penting seperti budaya adiluhung atau budaya tradisional warisan leluhur. Namun kenyataannya dalam kehidupan sehari-hari kita lebih banyak berjumpa, menjadi penikmat, dan berurusan dengan hal-hal yang kita anggap tidak penting atau dangkal itu. Budaya pop sering dianggap sebagai hiburan, selingan atau pelarian. Jika budaya adiluhung sering diasosiasikan dengan upaya mencari jati diri, maka budaya pop sering diasosiasikan dengan “melarikan diri”. Maka di kuliah ini kita berusaha mencermati ada apa di balik keseharian kita. Dibawa lari kemana kita oleh budaya pop itu?
1
DESKRIPSI Seperti bentuk komunikasi lainnya, budaya pop itu tidak netral. Kuliah ini berusaha mencari hubungan antara fenomena budaya pop dengan sekelompok masyarakat pendukung atau penentang budaya pop tersebut. Kita berusaha melihat bagaimana budaya pop itu mempengaruhi dan dipengaruhi masyarakat di sekelilingnya. Selain itu juga akan diteliti bagaimana budaya pop itu membentuk identitas, menyampaikan “pesan” atau menjadi indikator akan terjadinya suatu pergesekan sosial. Untuk setiap fenomena budaya pop kita akan menelaah kekuatan sosial apa saja yang bermain di dalamnya. TUJUAN Di akhir kuliah ini diharapkan kita semua bisa lebih peka terhadap fenomenafenomena yang berhubungan dengan budaya pop, dalam arti kita mampu menerjemahkan dan mengartikan makna yang terkandung di balik budaya pop itu berikut reaksi orang-orang di sekitarnya. METODE PERKULIAHAN Kuliah Budaya Pop ini akan diawali dengan kuliah singkat selama 20 – 40 menit dan selanjutnya dilanjutkan dengan diskusi kelas dan bertukar pikiran. Tugas kuliah berupa paper mid-semester dan paper akhir semester. Topik untuk paper akan diberitahukan kemudian. PERSENTASE PENILAIAN Partisipasi dalam diskusi kelas: 25 % (kehadiran tanpa partisipasi tidak diberi nilai) Tugas tengah semester: 30 % (dikumpulkan minggu ke 7) Tugas akhir semester: 45 % (dikumpulkan minggu ke 14)
KEJUJURAN AKADEMIS Jika anda memakai atau merujuk ke karya orang lain, mohon sumber dan nama orang tersebut dicantumkan dengan jelas agar anda tidak dituduh melakukan plagiarisme. Setiap membuat karangan ilmiah mohon jangan lupa mencantumkan referensi.
2
PARTISIPASI DALAM DISKUSI Selain mempersiapkan diri dengan membaca bahan diskusi dan berusaha menjawab pertanyaan diskusi, para peserta kuliah diharapkan mencari contoh kasus yang menunjukkan bahwa mereka paham bahan bacaan yang bersangkutan. Contoh kasus itu bisa berupa dukungan terhadap artikel yang dibaca atau kasus yang bertentangan. Inti dari diskusi adalah pertukaran dan pengembangan ilmu. Jika peserta kuliah tidak membaca dan tidak ikut berdiskusi maka ia hanya akan menyerap informasi dari rekan-rekan sekelas, tapi tidak ikut berkontribusi. Ini tentunya tidak adil. Oleh karena itu bacalah dan ikutlah aktif di kelas, entah itu bertanya atau berkomentar. BACAAN WAJIB Yang dimaksud bacaan wajib di sini adalah bacaan yang menjadi latar belakang atau pengantar untuk perkuliahan ini dan bisa menjadi rujukan teori selama masa perkuliahan. John Storey. Cultural Theory and Popular Culture. An Introduction. Harlow: Prentice Hall, 2001. Dominic Strinati. An Introduction to Theories of Popular Culture. London and New York: Routledge, 1995. Graeme Turner. British Cultural Studies. An Introduction. London and New York: Routledge, 1990. Ariel Heryanto. Popular Culture in Indonesia. Fluid identities in post authoritarian politics. Ed. Ariel Heryanto. New York: Routledge, 2008.
RENCANA PERKULIAHAN BUDAYA POP MINGGU TGL KE 1
Sept 12
TOPIK KULIAH, BAHAN BACAAN DAN PERTANYAAN UNTUK DISKUSI Perkenalan dan Pengantar: Apa itu Budaya Pop ? Pertemuan pertama membahas pemetaan dan struktur bahan perkuliahan, serta sekilas pandang tentang Budaya Pop secara umum. Kita semua punya pendapat dan pengetahuan awal tentang Budaya Pop. Diharapkan di kuliah pertama ini mahasiswa bisa berbagi tentang pengalaman sehari-hari mereka tentang Budaya Pop. PERTANYAAN UNTUK DISKUSI 1. Menurut Anda, apakah Budaya Pop itu ?
3
2. Apa bentuk dan fungsi Budaya Pop itu dalam keseharian kita ? 2
19
Teori Budaya Pop John Storey. Cultural Theory and Popular Culture. An Introduction. Harlow: Prentice Hall, 2001. pp. 1 – 15. Graeme Turner. “Chapter 2. The British Tradition. A Short History” in British Cultural Studies. An Introduction. London and New York: Routledge, 1990. pp. 33 – 68. PERTANYAAN UNTUK DISKUSI: 1. Setelah membaca teori Budaya Pop yang ditugaskan untuk minggu ini, menurut Anda mengapa Budaya Pop sebagai cabang ilmu pengetahuan itu muncul? 2. Pada saat anda menganalisa Budaya Pop, apakah Anda melihat obyek Budaya Pop itu lebih tinggi, lebih rendah atau sejajar dengan posisi Anda ? (Referensi lebih lanjut baca Laura Nader. “Up the Anthropologist. Perspectives Gained from Studying Up”).
3
26
“Membaca” dan Menginterpretasikan Budaya Pop Dominic Strinati. An Introduction to Theories of Popular Culture. London and New York: Routledge, 1995. Chapter 1 dan Chapter 2. PERTANYAAN UNTUK DISKUSI: 1. Carilah contoh berupa obyek-obyek Budaya Pop yang cocok untuk diteliti dengan pendekatan berikut: • post-structural • semiotics • sosio-historical analysis • ideological analysis • political economy of culture • discourse analysis • spectatorship and psychoanalysis • postmodernism • media ethnography • ethnographic audience • profeminist
4
4
Okt 3
Budaya Pop dan Bangkitnya Kelas Menengah Indonesia Richard Robison. “The Middle Class and the Bourgeosie in Indonesia” in The New Rich in Asia, Mobile Phones, McDonalds and Middle-Class Revolution. Eds., Richard Robison & David S. G. Goodman. London and New York: Routeledge, 1996. pp. 77 – 101. Hans Antlov. “The New Rich and Cultural Tensions in Rural Indonesia” in Culture and Privilege in Capitalist Asia. Ed. Michael Pinches, London and New York: Routledge, 1999. pp. 189 – 208. Ariel Heryanto. “Pop Culture and Competing Identities” in Popular Culture in Indonesia. Fluid identities in post authoritarian politics. Ed. Ariel Heryanto. New York: Routledge, 2008. pp. 1 – 36. PERTANYAAN UNTUK DISKUSI: 1. Dengan membandingkan bacaan minggu ini dengan buku Graeme Turner di minggu ke – 2 (The British Tradition. A Short History) apakah munculnya perhatian terhadap Budaya Pop di Indonesia dilandasi kondisi sosial yang sama dengan di Inggris? Apa bedanya? 2. Jika kelas menengah menggunakan Budaya Pop sebagai pembentuk identitas mereka, bagaimanakah posisi kelas atas di Indonesia?
5
10
Membaca Budaya Shopping Mikita Brottman. “The Last Stop of Desire: Roland Barthes Goes Shopping” in High Theory/Low Culture. New York and Hampshire, UK: Palgrave Macmillan. 2005, pp. 57 – 80. Amelia Masniari. Miss Jinjing. Pantang Mati Gaya. Jakarta: Republika, 2010. PERTANYAAN UNTUK DISKUSI: 1. Apakah istilah “shopping” hanya berlaku untuk kegiatan di Mall besar? 2. Amatilah satu tempat belanja di kota besar di Indonesia dan diskusikanlah seperti cara Mikita Brottman menganalisa tempat belanja. 3. Jika Pop Culture kerap dilawankan dengan High Culture, apakah di dalam Pop Culture sendiri ada pembagian antara Budaya Pop yang elit dan Budaya Pop yang tidak elit ?
5
6
17
Status di Facebook: Menampilkan Diri di Jejaring Sosial Nils Gustafsson. “This Time It's Personal: Social Networks, Viral Politics and Identity Management” in Emerging Practices in Cyberculture and Social Networking. Eds., Daniel Riha and Anna May. Amsterdam and New York: Rodopi, 2010. pp. 3 – 23. Alison Hearn `Meat, Mask, Burden` : Probing the contours of the branded `self` in Journal of Consumer Culture (2008) Vol. 8 No. 2 , 197 - 217. PERTANYAAN UNTUK DISKUSI: 1. Apakah dunia maya lebih demokratis dalam memberi kesempatan seseorang untuk “tampil” atau hanya mengulang hirarki di dunia nyata? 2. Bandingkanlah kedua bacaan di atas dengan kondisi Indonesia. Adakah persamaannya? Hal-hal apa yang terjadi juga di masyarakat Indonesia? Bandingkan dengan kampanye politik Pilkada Jakarta yang menggunakan multimedia.
7
24
Dakwah sebagai Tontonan dan Hiburan: Menyoal Kiai-Kiai Selebriti Walter Armbrust. “Synchronizing Watches: the State, the Consumer and Sacred Time in Ramadan Television” in Religion, Media and the Public Space. Eds., Birgit Meyer and Annelies Moors, Bloomington and Indianapolis: Indiana University Press, 2006. pp. 207 – 226. Saefudin Amsa. “Kiai Rakyat. Kiai Birokrat. Kiai Selebriti” di Kompasiana. http://sosbud.kompasiana.com/2009/10/26/kiai-rakyat-kiai-birokrat-kiaiselebriti%E2%80%A6/ (tanggal akses 12 September 2012). PERTANYAAN UNTUK DISKUSI: 1. Apakah bermasalah jika agama disiarkan lewat media elektronik yang dibiayai iklan dan bergantung pada rating? 2. Apa pendapat Anda jika agama memasuki ranah Budaya Pop? 3. Bandingkanlah kiai selebriti ini dengan fenomena jilbab gaul (seperti yang ditampilkan Hijabers Community). Apakah komodifikasi dan komersialisasi ini menimbulkan masalah?
6
8
31
Infotainment dan Selebriti Vissia Ita Yulianto. ”Consuming gossip. A Re-domestication of Indonesian Women” in Popular Culture in Indonesia. Fluid identities in post authoritarian politics. Ed. Ariel Heryanto. New York: Routledge, 2008. pp. 130 – 142. Graeme Turner. Understanding Celebrity. London; Thousand Oaks, New Delhi: Sage Publication, 2004. pp. 3 – 27. PERTANYAAN UNTUK DISKUSI: 1. Apakah artikel pertama itu bias gender? 2. Menurut Graeme Turner apa fungsi dari selebriti itu secara ekonomi, sosial dan politik?
9
Nov 7
Fashion, Branding dan Politik Berpakaian Tim Edwards. “Express Yourself: The Politics of Dressing Up” in Fashion in Focus. Concepts, Practices and Politics. London and New York: Routledge, 2011. pp. 103 – 119. Tim Edwards. “Desiring Subjects. The Designer Label and the Cult of Celebrity” in Fashion in Focus. Concepts, Practices and Politics. London and New York: Routledge, 2011. pp. 137 – 158. “Sporting endorsements. Branded like Beckham.What David Beckham's Transfer to Real Madrid Reveals about the Multibillion-Dollar Global Business of Sports Sponsorship” The Economist. July 3, 2003. http://www.economist.com/node/1900131 (tanggal akses 12 September 2012).
PERTANYAAN UNTUK DISKUSI: 1. Fashion adalah hal yang kasat mata. Bagaimana Anda menjelaskan fashion pakaian dalam yang tidak terlihat? Apakah benar mereka tidak terlihat? 2. Berbicara soal merek dan status, bagaimana komentar Anda tentang barang-barang tiruan? Status apakah yang ingin ditunjukkan?
7
10
14
Bahasa Gaul: Emang Masalah buat Elo? Benjamin G. Zimmer. “The New Dis-Order: Parodic Plésétan and the ‘Slipping’ of the Soeharto Regime” in Antara Kita: Bulletin of the Indonesian Studies. Committee of the Association for Asian Studies, 54 (July 1998): 4-9. Keith Foulcher; Mikihiro Moriyama; Manneke Budiman. Words in Motion : Language and Discourse in Post-New Order Indonesia. Singapore : NUS Press, c2012. PERTANYAAN UNTUK DISKUSI: 1. Jika melihat pembangkangan dari bahasa anak muda, apakah menurut Anda hanya Bahasa Jawa yang mempunyai hirarki? Hirarki apa yang terbentuk dari bahasa gaul? 2. Apakah bahasa gaul juga membentuk dikotomi kota-desa, tengahpinggir, kelas atas-bawah?
11
21
Budaya Nongkrong di Starbucks dan di McDonald's Bryant Simon. “Introducing the Starbucks Moment” in Everything but the Coffee. Learning about America from Starbucks. Berkeley; Los Angeles; London: University of California Press, 2009. pp. 1 – 20. George Ritzer. “The McDonaldization of Society” in Journal of American Culture. Vol. 6, No.1, 1983. pp. 100 – 107. Joe L. Kinchelo. “Capital, Ray Kroc, and McDonald’s. The World’s lovin’ It” in Media/Cultural Studies.Critical Approaches. Eds., Rhonda Hammer and Douglas Kellner. New York: Peter Lang, 2009. pp. 251 – 269 PERTANYAAN UNTUK DISKUSI: 1. Apakah Starbucks dan McDonald's di Indonesia juga menjual identitas kultural yang sama dengan di negara asalnya? 2. Selain produk berupa makanan dan minuman, nilai-nilai apa lagi yang “dijual” oleh Starbucks dan McDonald's?
8
12
28
Gila Bola dan Identitas Whang Soon – Hee. “Football, Fashion and Fandon: Sociological Reflections on the 2002 World Cup and Collective Memories in Kores” in Football Goes East. Business, Culture and the People’s Game in China, Japan and South Korea. Eds., Wolfram Manzenreiter and John Horne. London and New York: Routledge, 2004. pp. 148 – 164. Steve C. Dubin. “Imperfect Pitch. Pop Culture, Consensus, and Resistance during the 2010 World Cup” in African Arts. Summer 2011. pp. 18 – 31. Andrea Hirata. Sebelas Patriot. Indonesia: Bentang Pustaka, 2011. PERTANYAAN UNTUK DISKUSI: 1. Apakah peran sosio-kultural dan sosio-politik sepak bola menurut bacaan di atas? 2. Setelah membaca contoh Korea dan Afrika, serta cerita Andrea Hirata tentang peran sepak bola sebagai pemersatu di jaman kolonial dan di jaman kemerdekaan, berilah contoh lain bagaimana sepak bola bisa menjadi indikator dinamika masyarakat Indonesia.
13
Des 5
Pria Cantik, Pria Metroseksual: Mendandani dan Menjual Produk pada Laki-laki Margaret C. Ervin. “The Might of the Metrosexual. How a Mere Marketing Tool Challenges Hegemonic Masculinity” in Performing American Masculinities. The 21st Century Man in Popular Culture. Eds., Elwood Watson and Marc E. Shaw. Bloomington and Indianapolis: Indianapolis University Press, 2011. pp. 58 – 75. “Real Men Get Waxed. A New Male Market Emerges” The Economist. July 3, 2003. http://www.economist.com/node/1900122 (tanggal akses 12 September 2012). Matthew Hall & Brendan Gough. “Magazine and Reader Constructions of ‘Metrosexuality’ and Masculinity: a Membership Categorisation Analysis, Journal of Gender Studies, (2011), Vol. 20, No. 01. pp. 67-86. PERTANYAAN UNTUK DISKUSI: 1. Apakah metroseksualitas itu fenomena yang baru di Indonesia dan berasal dari luar Indonesia? Apakah kita punya fenomena laki-laki “cantik” dalam budaya lokal kita? Jika ya, apa bedanya dengan metroseksualitas jaman sekarang?
9
2. Apakah metroseksualitas merupakan ancaman bagi kejantanan seorang pria? Lantas maskulinitas itu ditentukan oleh apa? 3. Jika anda perhatikan tren di Indonesia, sejauh apa metroseksualitas itu merebak? Contohnya? 14
12
Kesimpulan dan Evaluasi PERTANYAAN UNTUK DISKUSI: 1. Apa saja yang perlu diperbaiki dalam penyajian mata kuliah Budaya Pop ini? 2. Topik apa yang menurut Anda terlewat?
SELAMAT BERSENANG-SENANG
10