BUDAYA ORGANISASI YANG TEPAT DAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI INTERPERSONAL MENINGKATKAN KINERJA GURU Sawaludin RL SMA Yuppentek 1 Tangerang Email :
[email protected]
ABSTRACT Teacher performance assessment is a very important thing in obtaining information for educational improvement that can be done in the form of supervision, for that matter the culture of the organization needs to be established to improve teachers’ professionalism and interpersonal communication that can enhance mutual understanding and cooperation. The purpose of this study was to determine the effect of organizational culture and interpersonal communication on the performance of teachers. The explanatory quantitative research method used correlation and regression model. This research at SMA Yuppentek 1 Tangerang involved 69 teachers as respondents. The results showed that organizational culture and interpersonal communication have a significant effect on the performance of teachers , either partially or simultaneously . The results of this study support previous research. Key words : Organizational culture, interpersonal communication, teacher performance. ABSTRAK Penilaian kinerja guru adalah hal yang sangat penting dilakukan dalam memperoleh informasi untuk perbaikan pendidikan yang dapat dilakukan dalam bentuk supervisi, untuk itu budaya organisasi perlu dibangun dalam meningkatkan profesional guru, dan komunikasi interpersonal yang dapat meningkatkan saling pengertian, dan kerja sama. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh budaya organisasi dan komunikasi interpersonal terhadap kinerja guru. Penelitian menggunakan desain eksplanatori dengan model korelasi dan regresi linier berganda. Penelitian dilaksanakan di SMA Yuppentek 1 Tangerang, dengan melibatkan sebanyak 69 guru sebagai reponden. Hasil penelitian menunjukkan bahwa budaya organisasi dan komunikasi interpersonal berpengaruh signifikan terhadap kinerja guru, baik secara parsial maupun secara bersama-sama. Hasil penelitian ini mendukung penelitian sebelumnya. Kata kunci : Budaya organisasi, komunikasi interpersonal, kinerja guru
PENDAHULUAN SMA Yuppentek 1 Kota Tangerang sebagai salah satu sekolah swasta terbesar di kota Tangerang bertujuan memajukan mutu pendidikan nasional menerapkan manajemen berbasis sekolah dengan kegiatan sistemik memberikan pelayanan pendidikan formal untuk mencapai atau melebihi Standar Nasional Pendidikan. Berbagai upaya peningkatan telah dilakukan, seperti menerapkan manjemen ISO:9001:2008, moving class system, dan klinik mata pelajaran dalam bentuk perbaikan atau pengayaan. Sedangkan sistem informasi untuk pelanggan atau internal sekolah dengan menggunakan SISMAKO (Sistem Manajemen Sekolah) jaringan internet yang dapat diakses oleh pelanggan ataupun guru dan karyawan. Upaya sekolah tidaklah berhasil bila kinerja guru
terabaikan. Penilaian kinerja guru adalah hal yang sangat penting dilakukan dalam memperoleh informasi untuk perbaikan pendidikan di sekolah khususnya di SMA Yuppentek 1 Kota Tangerang. Penilaian kinerja guru dilakukan dalam bentuk supervisi oleh kepala sekolah atau pengawas sekolah. Dari hasil supervisi yang dilakukan terlihat penguasaan kelas, kewajiban membawa administrasi saat mengajar rata-rata dengan nilai cukup. Gambaran ini menunjukkan kinerja guru SMA Yuppentek 1 Tangerang masih perlu perhatian yang lebih besar lagi. Nilai rata-rata ujian siswa SMA Yuppentek 1 Kota Tangerang pada tiga tahun terakhir semakin menurun untuk mata pelajaran Matematika, Biologi, Kimia, Sosiologi dan Geografi. Secara umum melalui data dari program IPA dan IPS, sekolah sebagai lembaga pendidikan dinilai belum maksimal dalam upaya peningkatan kinerja organisasi, 73
74
Jurnal Ilmu Ekonomi dan Sosial, Jilid 3, Nomor 1, Juli 2014, hlm. 73 - 84
karena itu penulis berkesimpulan bahwa kinerja guru SMA Yuppentek 1 Tangerang masih rendah. Budaya organisasi dan komunikasi interpersonal adalah dua variabel yang diduga terkait dengan kinerja guru SMA Yuppentek 1 Kota Tangerang. Budaya organisasi adalah suatu pola kepercayaan, nilai, tata cara, sejarah atau mitos dan perasaan yang dihayati dan dimiliki bersama oleh para anggota suatu organisasi. Harrison (1992:14-22) membedakan budaya organisasi menjadi 4 (empat) dimensi yang merupakan orientasi budaya yang dipersepsikan oleh para anggotanya yaitu: The Power Orientation (Orientasi pada Kekuasaan), The Role Orientation (Orientasi pada Peran), The Achievement Orientation (Orientasi pada Prestasi), The Support Orientation (Orientasi pada Dukungan). Komunikasi interpersonal dapat memperoleh umpan balik secara langsung, pimpinan mengetahui tanggapan bawahan ketika itu juga. McShane (2008:327) Komunikasi interpersonal yang efektif terletak pada kemampuan dalam penyampaian pesan secara menyeluruh dan performa menerima sebagai mendengar yang efektif. Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan sebelumya pengaruh budaya organisasi terhadap kinerja pegawai adalah signifikan dan positif. Rani Mariam (2009). Hasil penelitian ini mendukung penelitian terdahulu oleh Sriwidodo (2010), Efektivitas komunikasi semakin tinggi apabila atasan menyampaikan petunjuk kerja secara rinci, informasi disampaikan tepat waktu dengan bahasa yang mudah dipahami, adanya teguran bila terjadi kesalahan, atasan mau mendengar saran/ pendapat bawahan, atasan menghargai nnhsetiap keluhan, karyawan saling bertukar pendapat, mau mendengarkan pendapat teman. Tujuan penelitian ini bertujuan untuk : 1) Menganalisis pengaruh budaya organisasi terhadap kinerja guru SMA Yuppentek 1 Tangerang, 2) Menganalisis pengaruh komunikasi interpersonal terhadap kinerja guru SMA Yuppentek 1 Tangerang, 3) Menganalisis pengaruh budaya organisasi dan komunikasi interpersonal secara bersama-sama terhadap kinerja guru SMA Yuppentek 1 Tangerang.
KAJIAN TEORI Kinerja Guru Mangkunegara (2011:67) mengatakan bahwan istilah kinerja berasal dari kata “job performance” atau “actual performance” adalah hasil kerja secara kualitas dan kuantitas yang dicapai oleh seorang pegawai dalam melaksanakan tugas sesuai dengan tanggung jawab yang diberikan kepadanya. Sedangkan Wibowo (2009:7) kinerja adalah tentang melakukan pekerjaan dan hasil hasil yang dicapai dari pekerjaan tersebut. Faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja menurut Armstrong dan Baron dalam Wibowo (2009:99), yaitu: 1) Personal factors, ditunjukkan oleh tingkat keterampilan, kompetensi yang dimiliki, motivasi, dan komitmen individu, 2) Leadership factor, ditentukan oleh kualitas dorongan, bimbingan, dan dukungan yang dilakukan manajer dan team leader, 3) Team factor, ditunjukkan oleh kualitas dukungan yang diberikan oleh rekan sekerja, 4) System factor, ditunjukkan oleh adanya sistem kerja dan fasilitas yang diberikan organisasi, 5) Contextual/situational faktor, ditunjukkan oleh tingginya tingkat tekanan dan perubahan lingkungan internal dan eksternal. Permendiknas no.16 tahun 2007 tentang kompetensi guru meliputi: kompetensi Pedagogik, kepribadian, sosial dan profesional. Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa kinerja guru dapat terefleksi pada tugasnya dalam kegiatan mengajar sebagai kegiatan diluar dan di dalam kelas atau kinerja guru dapat dilihat pada kegiatan merencanakan, melaksanakan dan menilai proses kegiatan belajar mengajar dan sebagai seorang pelaksana administrator yang intensitasnya dilandasi kompetensi guru. Komunikasi Interpersonal “Interpersonal communication involves real-time, face-to-face, or voice-to-voice ( telephone) conversation that allows instant feedback”. (Plunkett ,2008:365) Komunikasi antar orang yang nyata, tatap muka atau dengan percakapan telepon yang umpan baliknya dapat
Budaya Organisasi Yang Tepat Dan Kemampuan Komunikasi Interpersonal Meningkatkan Kinerja Guru
dirasakan. Komunikasi interpersonal adalah kemampuan untuk berhubungan dengan orang lain baik secara tertulis dan komunikasi verbal. Tipe komunikasi ini dapat muncul secara perorangan dan kelompok. Termasuk juga kemampuan menangani orang berbeda dalam situasi berbeda dan membuat orang merasa nyaman. Selanjutnya McShane (2008:327) mengemukakan, “Effetive interpersonal communication depends on the sender’s ability to get the message across an the receiver’s performance as an active litener”. Komunikasi interpersonal yang efektif terletak pada kemampuan dalam penyampaian pesan secara menyeluruh dan performa menerima sebagai mendengar yang efektif. Kemampuan dalam memperoleh pesan secara menyeluruh (getting the message across) maka pengirim harus belajar untuk berempati dengan penerima, mengulang pesan, memilih waktu yang tepat untuk percakapan, dan bersikap deskriptif dari pada evaluasi.(McShane,2008:328329). Berdasarkan teori yang dikemukakan maka kompetensi komunikasi interpersonal dapat dikelompokan menjadi empat dimensi, yaitu : Menyampaikan pesan dengan jelas, mendengarkan, menerima dan memberi umpan balik, serta menangani interaksi emosional. Budaya Organisasi McShane (2008:479) mendefinisikan budaya organisasi adalah pola dasar asumsi bersama dan nilai-nilai yang mengatur perilaku dalam organisasi tertentu. “Organizational culture is the basic pattern of shared assumptions and values that governs behavior within a particular organization”. Hartman (2008:119-120) menyebutkan elemen budaya, yaitu : tempo pekerjaan, pendekatan perusahaan terhadap humor, metode penyelesaian masalah, lingkungan persaingan, berbagai insentif, otonami individu, struktur yang kierarkis. Budaya dapat mendorong karyawan untuk bertindak secara bertanggung jawab dan etis. Sedangkan Harrison (1992:1422)menyebut budaya organisasi adalah suatu pola kepercayaan, nilai, tata cara, sejarah atau mitos dan perasaan yang dihayati dan dimiliki bersama oleh para anggota suatu organisasi. Budaya organisasi dibedakan
75
menjadi 4 (empat) dimensi yang merupakan orientasi budaya yang dipersepsikan oleh para anggotanya yaitu: 1) The Power Orientation (Orientasi pada Kekuasaan); Perusahaan yang berorentasi pada kekuasaan didasarkan atas perbedaan akses kepada sumber. Orang-orang yang berkuasa menggunakan sumber-sumber untuk mengendalikan perilaku orang lain. Para anggota organisasi ditumbuhkan motivasinya oleh imbalan dan hukuman, dan oleh keinginan untuk bekerja dengan pimpinan yang kuat. Di dalam perusahaan yang berorientasi pada kekuasaan, kepemimpinan berdasarkan atas kekuatan, keadilan dan kebijakan. Pemimpinnya merasa bertanggungjawab kepada bawahannya. Orientasi kekuasaan sangat sesuai dengan situasi saat pemimpin mempunyai visi, intelejensi, dan berkeinginan untuk mengelola usaha dan mengawasi langsung aktivitas bawahannya, 2) The Role Orientation (Orientasi pada Peran); Orientasi pada peran menempatkan sebuah sistem dari struktur dan prosedur untuk menggantikan kekuasaan pemimpin. Struktur dan sistem memberikan proteksi terhadap bawahan dan stabilitas organisasi. Perjuangan akan kekuasaan dimodernisasi oleh peraturan hukum. Kewajiban dan imbalan bagi anggota atau bawahan didefenisikan dengan teliti, biasanya secara tertulis dan mengadakan kontrak yang eksplisit atau implisit antara organisasi dan individu. Orang menjalankan fungsi khusus untuk menerima imbalan yang ditetapkan, 3) The Achievement Orientation (Orientasi pada Prestasi);Organisasi yang berorentasi pada prestasi disebut juga organisasi sejajar, karena tipe ini menggunakan misi untuk menarik dan mengeluarkan energi perorangan dari para anggotanya untuk mengejar tujuan bersama. Para anggota memberikan kontribusi mereka dengan bebas sebagai respon terhadap komitmen mereka kepada tujuan yang dibagi, mereka dengan sukarela memberi lebih banyak kepada organisasi, 4) The Support Orientation (Orientasi pada Dukungan); Iklim dalam organisasi yang didasarkan pada saling percaya diantara para anggota sebagai individu dengan organisasi itu sendiri. Dalam kondisi ini pegawai yakin bahwa mereka dinilai sebagai manusia, bukan hanya sebagai mesin.
76
Jurnal Ilmu Ekonomi dan Sosial, Jilid 3, Nomor 1, Juli 2014, hlm. 73 - 84
Ada kehangatan yang mendorong semangat dalam organisasi. Orang berangkat pada pagi hari ketempat kerja bukan hanya karena mereka menyukai pekerjaannya saja, tetapi juga karena mereka peduli kepada lingkungan sekelilingnya. Penelitian Terdahulu Beberapa penelitian telah dilakukan terkait pengaruh budaya organisasi terhadap kinerja, misalnya oleh Rizondra( 2013) yang menghasilkan temuan bahwa terdapat pengaruh signifikan positif budaya organisasi terhadap kinerja pegawai. Jika budaya organisasi yang ada tidak mendukung pelaksanaan pekerjaan atau menghalangi pelaksanaan pekerjaan maka semakin rendah juga kinerja yang akan dicapai oleh pegawai dalam bekerja. Hasil yang serupa diperoleh Mariam (2009) dan Nurjanah (2008) bahwa budaya organisasi berpengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja pegawai. Penelitian tentang pengaruh kompetensi komunikasi terhadap kinerja dilakukan oleh Edwardin(2006) menyatakan bahwa kompetensi komunikasi, kecerdasan emosional dan budaya organisasi berpengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja karyawan. Demikian halnya Sriwidodo(2010) menyatakan bahwa efektivitas komunikasi semakin tinggi apabila atasan menyampaikan petunjuk kerja secara rinci, informasi disampaikan tepat waktu dengan bahasa yang mudah dipahami, adanya teguran bila terjadi kesalahan, atasan mau mendengar saran/ pendapat bawahan, atasan menghargai setiap keluhan, karyawan saling bertukar pendapat, mau mendengarkan pendapat teman. Rerangka Pemikiran dan Hipotesis Berdasarkan kajian teori dan penelitian terdahulu maka disusun rerangka pemikiran sebagaimana Gambar 1. Guru dalam bekerja memerlukan kemampuan menyampaikan pemikiran secara verbal kepada para siswa dalam pengajaran. Perilaku dan kinerja guru secara formal ditentukan oleh peraturanperaturan yang ada, namun secara informal budaya organisasi sekolah menjadi panduan berperilaku para guru. Berdasarkan pemikiran tersebut maka penelitian memiliki rerangka
berfikir bahwa kinerja guru dipengaruhi oleh budaya organisasi dan kemampuan komunikasi interpersonal.
Gambar 1. Kerangka Pemikiran Adapun hipotesis penelitian adalah sebagai berikut : 1. Terdapat pengaruh budaya organisasi terhadap kinerja guru 2. Terdapat pengaruh komunikasi ineterpersonal terhadap kinerja guru 3. Terdapat pengaruh budaya organisasi dan komunikasi ineterpersonal terhadap kinerja guru METODE PENELITIAN Operasional Variabel Penelitian Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian kuantitatif dengan desain kausal, yaitu penelitian untuk menganalisa pengaruh variabel bebas (budaya organisasi dan komunikasi interpersonal) terhadap variabel terikat (kinerja guru) (Umar,2008:93). Metode penelitian dengan cross sectional, yaitu dengan cara mempelajari objek penelitian dalam suatu waktu tertentu saja (Umar, 2013:9). Budaya organisasi merupakan suatu penilaian anggota di dalam organisasi terkait pada peraturan, norma-norma, dan nilainilai, yang membentuk sikap dan perilaku para pegawai dalam mencapai keberhasilan bersama. Harrison dan Stokes (1992:14-22) membedakan budaya organisasi menjadi 4 (empat) dimensi yang merupakan orientasi budaya yang dipersepsikan oleh para anggotanya yaitu: 1) The Power Orientation (Orientasi pada Kekuasaan), 2. The Role Orientation (Orientasi pada Peran), 3. The Achievement Orientation (Orientasi pada Prestasi), 4. The Support Orientation (Orientasi pada Dukungan).
Budaya Organisasi Yang Tepat Dan Kemampuan Komunikasi Interpersonal Meningkatkan Kinerja Guru
Komunikasi interpersonal adalah suatu proses pertukaran makna antara orang-orang yang saling berkomunikasi. Kemampuan dalam memperoleh pesan secara menyeluruh (getting the message across) maka pengirim harus belajar untuk berempati dengan penerima, mengulang pesan, memilih waktu yang tepat untuk percakapan, dan bersikap deskriptif dari pada evaluasi. (McShane, 2008:328-329). Kompetensi komunikasi interpersonal dapat dikelompokan menjadi empat dimensi, yaitu : 1) Menyampaikan pesan dengan jelas, 2) Mendengarkan, 3) Menerima dan memberi umpan balik, serta 4) Menangani interaksi emosional. Kinerja guru adalah suatu bentuk hasil kerja atau hasil usaha berupa tampilan fisik, maupun gagasan mulai dari proses kegiatan sampai dengan hasil belajar sesuai dengan wewenang dan tanggung jawabnya masing-masing dalam rangka mencapai tujuan pendidikan. Dalam Peraturan Pemerintah No 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan, yaitu : 1) Kompetensi pedagogik 2)Kompetensi kepribadian 3) Kompetensi sosial yaitu merupakan kemampuan pendidik sebagai bagian dari masyarakat. 4) Kompetensi profesional merupakan kemampuan penguasaan materi pembelajaran secara luas dan mendalam. Sampel dan Analisis Data Populasi dalam penelitian ini guru SMA Yuppentek 1 Kota Tangerang. Jumlah populasi sebanyak 69 guru. Menurut Nawawi (2007:153) penggunaan seluruh populasi sebagai sumber data, disebut penelitian populasi atau penelitian dengan sampel total. Dikarenakan penelitian ini ukuran populasinya kecil, maka yang terbaik dilakukan sensus. Data primer dikumpulkan dengan kuisoner diserahkan langsung kepada responden, diolah dengan menggunakan metode regresi linier berganda program SPSS versi 17. HASIL DAN PEMBAHASAN Karakteristik Responden, Berdasarkan data kepegawaian dan jawaban responden dalam kuisioner diperoleh data mengenai karakteristik responden berdasarkan
77
jenis kelamin, berdasarkan tingkat pendidikan dan berdasarkan masa kerja, Hasil selengkapnya dapat dilihat dalam masing-masing Tabel 1. Berdasarkan data pada tabel 1. dapat dilihat mayoritas responden laki-laki yaitu 44 orang guru atau 63,77 persen, sedangkan responden perempuan 25 orang atau 36,23 persen. Mayoritas guru yang memiliki status pekerjaan tetap lebih banyak dan berjumlah 51 orang atau 73,91 persen dan 18 orang atau 26,09 persen merupakan guru honor. Dengan demikian sebagian besar status kepegawaiannya sebagai guru tetap. Pendidikan responden terbanyak lulusan S1 sebesar 89,86 persen atau 62 guru, pendidikan S2 sebesar 8,69 persen atau 6 guru, pendidikan DIII sebesar 1, 45 persen atau 1 guru. Secara keseluruhan guru di SMA Yuppentek 1 Tangerang telah memenuhi kualifikasi sebagai pengajar di SMA dan dan memenuhi kompetensi akademik. Masa kerja reponden 9 tahun keatas sebanyak 44 guru atau 63,77 persen, sedang responden yang masa kerjanya sampai dengan 9 tahun sebanyak 18,84 persen (13 guru). Dengan demikian guru di SMA Yuppentek 1 Tangerang telah memiliki komitmen dan loyalitas yang sangat baik. Tabel 1. Karakteristik responden Karakteristik Jenis kelamin
Status kepegawaian
Jenjang pendidikan
Masa kerja
Klasifikasi Laki-laki Perempuan PNS (Guru yang diperbantukan) GTY (Guru tetap yayasan) GTT/Guru honorer S2 S1 Diploma III 0− 9 tahun > 9 tahun−20 tahun > 20 tahun
Jumlah % 44 63,77 25 36,23 12 17,39
39
56,52
18
26,09
6 62 1 25 31
8,69 89,86 1,45 36,23 44,93
13
18,84
Sumber : Data Penelitian Diolah (2014)
78
Jurnal Ilmu Ekonomi dan Sosial, Jilid 3, Nomor 1, Juli 2014, hlm. 73 - 84
Analisis Deskriptif Data-data yang diperoleh dari hasil kuesioner secara berturut-turut dideskripsikan sebarannya. Data - data yang dimaksud yaitu budaya organisasi (X1), komunikasi interpersonal(X2) dan kinerja guru(Y). Deskripsi data dimaksudkan diantaranya adalah nilai rata-rata, distribusi frekuensi yang disajikan dalam bentuk tabel. Data-data tersebut dihitung secara komputerisasi dengan program aplikasi SPSS 17. Tabel 2 . Statistik Deskiptif Jawaban Responden Variabel/dimensi
N
Min. Maks. Mean Std. Deviation
1. Orientasi Kekuasaan
69
2
5
3,74
0,714
2. Orientasi Peran
69
2
5
3,96
0,679
3. Orientasi Prestasi
69
2
5
3,63
0,700
4. Orientasi Dukungan
69
3
5
3,78
0,624
Budaya organisasi
69
3
5
3,77
0,607
1. Pesan Dengan Jelas
69
2
5
3,61
0,786
2. Mendengarkan
69
2
5
3,57
0,703
3. Memberi Dan Menerima Umpan Balik
69
2
5
3,60
0,546
4. Menangani Interaksi Emosional
69
2
5
3,59
0,639
Komunikasi interpersonal
69
2
5
3,59
0,582
1. Kompetensi Pedagogik
69
2
5
3,59
0,613
2. Kompetensi Kepribadian
69
3
5
3,49
0,562
3. Kompetensi Sosial
69
2
5
3,73
0,710
4. Kompetensi Profesi
69
2
5
3,72
0,736
69
3
5
3,63
0,534
Kinerja guru
Sumber : Data Penelitian Diolah (2014) Berdasarkan Tabel 2, penilaian responden terhadap kinerja guru dimensi kompetensi sosial dalam bentuk kemampuan berkomunikasi lisan dan tulisan, bergaul secara efektif dan santun memiliki rata-rata 3,73 artinya sebagian besar responden menilai setuju bahwa kompetensi sosial mampu meningkatkan kinerja guru. Demikian juga
dimensi kompetensi professional dalam bentuk kemampuan menguasai konsep, struktur dan metode, materi ajar menghubungkan konsep memiliki rata-rata 3,72 artinya sebagian besar guru setuju kompetensi professional dapat meningkatkan kinerja guru. Penilaian responden terhadap budaya organisasi memiliki rata-rata 3,77 artinya sebagian besar responden setuju budaya organisasi berdampak pada kinerja guru. Penilaian responden terhadap komunikasi interpersonal dimensi menyampaikan pesan dengan jelas, mendengarkan,menerima dan memberi umpan balik, serta menangani interaksi emosional memiliki rata-rata 3,6 artinya sebagian besar responden setuju komunikasi interpersonal dilakukan secara efektif yang pada akhirnya akan berdampak pada kinerja guru. Uji Validitas dan Reliabilitas Tujuan dilakukan uji validitas adalah untuk mengukur sah atau valid tidaknya suatu kuisioner. Suatu kuisioner dikatakan valid jika pertanyaan pada kuisioner mampu untuk mengungkapkan sesuatu yang akan diukur oleh kuisioner tersebut. Valid tidaknya suatu item instrumen dapat diketahui dengan membandingkan indeks korelasi Product Moment Pearson dengan level signifikansi 5 persen. Apabila probabilitas hasil korelasi lebih kecil dari 0,05 (5 persen), maka instrumen dinyatakan valid dan apabila probabilitas hasil korelasi lebih besar dari 0,05 (5 persen), maka instrumen dinyatakan tidak valid. Pengujian secara Reliabilitas instrumen dilakukan dengan menguji skor antar item dengan menggunakan perhitungan teknik Cronbach’s alpha melalui program SPSS for Windows. Instrumen dapat dikatakan reliable bila memiliki koefisien kehandalan reliabilitas sebesar 0,7 atau lebih (Umar, 2013:60).
Budaya Organisasi Yang Tepat Dan Kemampuan Komunikasi Interpersonal Meningkatkan Kinerja Guru
Tabel 3. Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas Variabel/ dimensi
r-hitung Validitas Cronbach Reli’Alpha abilitas
Budaya Organisasi Orientasi Kekuasaan
0,650
valid
Orientasi Peran
0,551
valid
Orientasi Prestasi
0,711
valid
Orientasi Dukungan
0,673
valid
0,844
reliabel
0,913
reliabel
0,913
reliabel
Komunikasi Interpersonal Pesan Dengan Jelas
0,513
valid
Mendengarkan
0,521
valid
Memberi dan menerima umpan balik
0,742
valid
Menangani Interaksi Emosional
0,532
valid
Kompetensi Pedagogik
0,567
valid
Kompetensi Kepribadian
0,932
valid
Kompetensi Sosial
0,884
valid
Kompetensi Profesional
0,717
valid
Kinerja Guru
Sumber : Data Penelitian Diolah (2014) Uji validitas untuk variable budaya organisasi (x1), komunikasi interpersonal (x2), dan kinerja guru (Y) dilakukan dengan menggunakan kriteria nilai r-hitung. Jika nilai r-hitung positif dan signifikan atau lebih besar dari ,444 maka dinyatakan valid. Hasil pengujian menunjukkan bahwa dimensidimensi dari variable penelitian adalah valid. Uji reliabilitas dilakukan dengan menggunakan kriteria nilai Cronbach’s Alpha lebih besar dari 0,6. Berdasarkan kriteria tersebut instrument untuk pengukuran variable budaya organisasi (X1), komunikasi interpersonal (X2) dan kinerja guru adalah reliable karena kesemuanya memiliki nilai lebih besar dari 0,6.
79
Asumsi Normalitas Pengujian data selanjutnya adalah dengan menganalisis tingkat normalitas data yang digunakan dalam penelitian ini. Asumsi normalitas data harus dipenuhi agar data dapat diolah lebih lanjut. Uji asumsi klasik normalitas menggunakan uji Kolmogorov-Smirnov, dapat dilakukan untuk menguji apakah residual terdistribusi secara normal. Umar(2013:77) .Pengujian normalitas data akan digunakan alat uji Kolmogorov-Smirnov dengan program SPSS. Data mempunyai distribusi normal apabila nilai signifikansinya diatas 0,05. Pada uji normalitas diperoleh nilai Asymp. Sig budaya organisasi 0,181, komunikasi interpersonal 0,538, dan kinerja guru 0,567. Karena Asymp. Sig > dari 0,05 maka Ho tidak ditolak sehingga dapat disimpulkan bahwa sampel diambil dari populasi berdistribusi normal. Uji Multikolinieritas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi ditemukan adanya korelasi antar variable bebas atau tidak. Dalam model regresi yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi diantara variabel bebas. Uji multikolinieritas dilakukan dengan melihat nilai tolerance dan variance inflation factor (VIF) dari hasil analisis dengan menggunakan SPSS, yaitu : 1)variabel budaya organisasi nilai VIF sebesar 1,598 dan angka tolerance 0,626, 2) variabel komunikasi interpersonal nilai VIF sebesar 1,598 dan angka tolerance 0,626. Dengan demikian disimpulkan bahwa tidak terdapat problem multikolinieritas yang serius pada kedua variabel karena nilai VIF keduanya dibawah angka 10. Uji heteroskedastisitas ini bertujuan untuk menguji apakah model regresi terjadi ketidaksamaan varian dari residual satu pengamatan ke pengamatan yang lain. Heteroskedastisitas terjadi dalam regresi apabila varian error tidak konstan untuk beberapa nilai X. Pendeteksian konstan tidaknya varian error dapat dilakukan dengan menggambar grafik antara Y dengan residu. Apabila garis yang membatasi sebaran titik-titik relative paralel maka varian error dikatakan konstan.
80
Jurnal Ilmu Ekonomi dan Sosial, Jilid 3, Nomor 1, Juli 2014, hlm. 73 - 84
Tabel 4. Rangkuman Analisis Varians (ANOVA) Model
Sum of Squares
Df Mean Square
F
Sig.
Regression 2095,706
2
1047,853
99,780 0,000a
Residual
693,105
66
10,502
Total
2788,812
68
Sumber : Data Penelitian Diolah (2014) Gambar 2. Hasil Uji Heteroskedastisitas Sumber : Data Penelitian Diolah (2014) Dari gambar grafik scatterplot di atas tampak bahwa titik-titik menyebar dan tidak membentuk pola tertentu. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa tidak terjadi heterokedastisitas. Pengujian Hipotesis Uji F Uji ini bertujuan untuk mengetahui apakah model regresi layak untuk digunakan sebagai penduga hubungan pengaruh budaya organisasi dan komunikasi interpersonal terhadap kinerja guru. Pengujian dilakukan dengan menggunakan kriterian uji F dua sisi dengan taraf signifikan 0,05, kriteria pengujiannya adalah bahwa jika nilai F hitung lebih kecil dari F tabel maka berarti secara bersama-sama konstruk budaya organisasi dan komunikasi interpersonal tidak berpengaruh signifikan terhadap kinerja guru, sehingga model tidak layak untuk digunakan. Jika nilai F hitung lebih besar daripada F tabel maka berarti secara bersama-sama konstruk budaya organisasi dan komunikasi interpersonal berpengaruh signifikan terhadap kinerja guru. Tabel 4 menunjukkan bahwa nilai F hitung untuk n = 69 diperoleh 3,1504. Nilai F hitung sebesar 99.780 adalah lebih besar dari F tabel, berarti bahwa secara bersama-sama budaya organisasi dan komunikasi interpersonal berpengaruh signifikan terhadap kinerja guru.
Uji t- (Pengaruh Parsial) Selain pengujian secara berganda atau bersama-sama dengan F-test, dilakukan juga pengujian terhadap koefisien korelasi terhadap kedua variabel bebas X terhadap Y, apakah masing-masing variabel bebas X berpengaruh secara signifikan. Ketentuan pengujian dengan t-test (criteria t), yaitu sebagai berikut : 1) apabila nilai t-hitung lebih besar dari t-tabel maka variabel bebas berpengaruh signifikan terhadap variabel terikat Y. 2) apabila nilai t-hitung lebih kecil dari t-tabel maka variabel bebas tidak berpengaruh terhadap variabel terikat Y, atau dapat dilihat dari besarnya nilai probabilitas (signifikansi = Sig) untuk taraf 0,05. Tabel 5. Nilai t-hitung Model
Unstandardized Coefficients B
Std. Error
(Constant)
5,909
2,738
Budaya_ X1
0,231
0,058
Komunikasi X2
0,295
0,036
Standardized Coefficients
T
Sig.
Beta 2,158
0,035
0,306
3,951
00,000
0,645
8,312
00,000
Sumber : Data Penelitian Diolah (2014) Pengujian t test secara parsial terhadap variabel bebas X yaitu dengan membandingkan nilai t tabel 1,997 untuk (df) 66 (n-k = 69-3) pada = 0,05. Hasil pengujian dengan t test secara parsial terhadap kedua variabel bebas (budaya organisasi dan komunikasi interpersonal) nilai t-hitungnya lebih besar dari nilai t-tabel untuk pengujian dua sisi ( two tailed test). Hasil perbandingan tersebut dapat dinyatakan bahwa variabel budaya organisasi (X1) dan
Budaya Organisasi Yang Tepat Dan Kemampuan Komunikasi Interpersonal Meningkatkan Kinerja Guru
komunikasi interpersonal (X2) berpengaruh secara signifikan terhadap kinerja guru. Analisis Korelasi antar Dimensi Semua dimensi pada variabel budaya organisasi dan komunikasi interpersonal memiliki korelasi yang sangat signifikan terhadap dimensi kinerja guru, dimana dimensi yang paling kuat hubungannya adalah dimensi the achievement orientation dengan dimensi kompetensi sosial, yakni sebesar 0,653. Korelasi antar dimensi pada variabel komunikasi interpersonal dengan dimensi pada variabel kinerja guru, dimensi menangani interaksi emosional yang signifikan dan paling besar nilai koefisiennya dengan dimensi kompetensi sosial adalah kemampuan menangani interaksi emosional, yakni sebesar 0,730. Tabel 6. Matriks Korelasi antar Dimensi Variabel/ Dimensi
Kinerja Guru/ Kompetensi Pedagogik Keprib- Sosial adian
Profesional
Budaya organisasi 1.Orientasi Kekuasaan
0,438**
0,546**
0,574** 0,509**
2.Orientasi Peran
0,471**
0,519**
0,596** 0,401**
3.Orientasi Prestasi
0,381**
0,461**
0,653** 0,557**
4.Orientasi Dukungan
0,435**
0,414**
0,605** 0,552**
Komunikasi Interpersonal Pesan Dengan Jelas
0,530**
0,623**
0,640** 0,617**
Mendengarkan
0,486**
0,524**
0,678** 0,616**
Memberi dan menerima umpan balik
0,470**
0,616**
0,659** 0,539**
Menangani Interaksi Emosional
0,528**
0,622**
0,730** 0,700**
Sumber : Data Penelitian Diolah (2014) Pembahasan Pengaruh dari kedua variabel bebas budaya organisasi dan komunikasi interpersonal terhadap kinerja guru, akan dibahas mengenai temuan dari penelitiaan ini.
81
Terlihat hasil analisis diketahui bahwa budaya organisasi memiliki korelasi kuat terhadap kinerja guru, dengan demikian diketahui bahwa budaya organisasi memiliki pengaruh yang positif dan signifikan terhadap kinerja guru. Dimana dimensi the achievement orientation paling besar nilai koefisiennya terhadap dimensi kompetensi sosial sebesar 0,653. Penelitian ini juga sejalan dengan pendapat Harrison ( 1992). Budaya yang didasarkan pada dorongan individu dalam organisasi dalam suasana yang mendorong eksepsi diri dan usaha keras untuk adanya independensi dan tekanannya ada pada keberhasilan dan prestasi kerja. Setiap orang yang terlibat didalamnya diarahkan kepada tujuan untuk menyelesaikan tugas dan tujuan organisasi. Hasil penelitian ini mendukung penelitian terdahulu oleh Rani Mariam (2009), Rizondra( 2013), Nurjanah(2008), yang berkesimpulan adanya pengaruh budaya organisasi terhadap kinerja pegawai adalah signifikan dan positif. Berdasarkan hasil penjelasan analisis regresi, variabel komunikasi interpersonal memiliki pengaruh yang signifikan terhadap kinerja guru. Secara rinci dimensi menangani interaksi emosional yang memiliki korelasi kuat terhadap dimensi kompetensi sosial sebesar 0,730. Penelitian ini juga sejalan dengan pendapat McShane (2008) bahwa kemampuan dalam memperoleh pesan secara menyeluruh (getting the message across) maka pengirim harus belajar untuk berempati, yaitu: kemampuan seseorang mengerti dan sensitif terhadap perasaan, pikiran, dan situasi seseorang. Dalam suatu percakapan, kita menempatkan diri pada posisi penerima ketika mengartikan pesan tersebut. Secara singkat kita harus sensitif terhadap kata – kata yang diucapkan untuk menghindari respon emosional yang salah. Kemampuan ini sangat erat kaitannya dengan kompetensi sosial yang harus dimiliki oleh seorang guru. Hasil penelitian ini mendukung penelitian terdahulu oleh Sriwidodo (2010), Edwardin(2006), Sudaryanti (2008), yang berkesimpulan adanya pengaruh kompetensi komunikasi interpersonal terhadap pesan yang disampaikan.
82
Jurnal Ilmu Ekonomi dan Sosial, Jilid 3, Nomor 1, Juli 2014, hlm. 73 - 84
Berdasarkan hasil analisis korelasi kedua variabel budaya organisasi dan komunikasi interpersonal memiliki korelasi yang sangat kuat dan positif terhadap variabel kinerja guru. Pengaruh kedua variabel bebas budaya organisasi dan komunikasi interpersonal terhadap kinerja sebesar 75,10 persen . Budaya organisasi dan komunikasi interpersonal merupakan dua hal yang saling mendukung , sebagai upaya peningkatan pembinaan guru dan karyawan serta upaya pengembangan dalam pencapaian kinerja secara maksimal. Kepala sekolah dan guru harus memiliki kemampuan sebagai komunikator dalam melaksanakan tugasnya sehingga mempercepat terwujudnya tujuan yang diharapkan. Budaya organisasi dan komunikasi interpersonal yang dikembangkan secara kondusif dapat membantu para guru bekerja secara profesional, mengembangkan profesinya, pribadinya, sosialnya sesuai dengan kondisi sekolah, yang pada akhirnya dapat menciptakan lulusan yang berkualitas. KESIMPULAN 1. Budaya organisasi memberikan pengaruh yang signifikan terhadap kinerja guru di SMA Yuppentek 1 Kota Tangerang, terutama dimensi the achievement orientation dimana para anggota memberikan kontribusi mereka dengan bebas sebagai respon terhadap komitmen mereka kepada tujuan, mereka dengan sukarela memberi lebih banyak kepada organisasi. Pengaruh Budaya organisasi terhadap kinerja bersifat positif, yang berarti variabel Budaya organisasi mampu meningkatkan kompetensi guru SMA Yuppentek 1 Kota Tangerang terutama kompetensi sosial. 2. Komunikasi interpersonal berpengaruh terhadap kinerja guru terutama pada dimensi menangani interaksi emosional yang memiliki korelasi kuat terhadap dimensi kompetensi sosial, bila kepala sekolah dan para guru saling mengenal maka komunikasi interpersonal akan berlangsung efektif dan guru akan bekerja keras dengan penuh tanggung jawab, sesuai latar belakang keahlian juga potensinya dengan demikian kinerja guru SMA
Yuppentek 1 Kota Tangerang meningkat. 3. Secara simultan budaya organisasi dan komunikasi interpersonal memiliki korelasi terhadap kinerja guru sangat kuat dan positif yang berarti korelasi budaya organisasi dan komunikasi interpersonal dengan variabel kinerja guru adalah searah, yaitu bila kedua variabel bebas meningkat maka akan diikuti oleh kinerja guru. Pengaruh budaya organisasi dan komunikasi interpersonal secara simultan diketahui dari nilai koefisien determinasi (R2) yang sangat kuat yang berarti pengaruh budaya organisasi dan komunikasi interpersonal terhadap kinerja guru sangat besar, bahwa kedua variabel independen sangat signifikan berpengaruh terhadap kinerja guru. 4. Pengaruh komunikasi interpersonal terhadap kinerja guru lebih besar dibandingkan dengan pengaruh budaya organisasi terhadap kinerja guru. REKOMENDASI Berdasarkan uraian dan penjelasan atas hasil penelitian, maka dapat direkomendasikan beberapa saran, sebagai berikut: 1. Kepala sekolah dapat menguatkan nilai budaya yang berorientasi prestasi atau achievement orientation dalam kegiatan pertemuan kepada guru baik acara rapat atau tidak resmi, terutama pada kegiatan MGMP (Musyawarah Guru Mata Pelajaran). 2. Komunikasi interpersonal oleh kepala sekolah harus dilakukan secara efektif melalui pendekatan personal dalam rangka meningkatkan kompetensi guru sehingga tujuan pendidikan dapat tercapai. 3. Pimpinan sekolah perlu mengambil kebijakan dalam meningkatkan komunikasi interpersonal para guru agar bekerja lebih baik dengan memberikan kesempatan menyampaikan ide/pendapat dan saran/ masukan melalui penyediakan sarana dan prasarana atau media komunikasi yang dapat digunakan untuk menerima dan memberi umpan balik yang sesuai dengan tujuan sekolah. 4. Bagi masyarakat, hasil penelitian ini dapat dijadikan referensi atau rujukan dalam penelitian lanjutan dengan memperhatikan
Budaya Organisasi Yang Tepat Dan Kemampuan Komunikasi Interpersonal Meningkatkan Kinerja Guru
beberapa faktor lainnya untuk lebih mengetahui/memperoleh informasi yang lebih lengkap agar komunikasi interpersonal mutlak harus terus dilakukan untuk terus meningkatkan kinerja guru menjadi lebih baik lagi. 5. Bagi penelitian lanjutan yang sejenis, diharapkan mengembang konsep kinerja guru, dan jumlah populasi lebih ditingkatkan sehingga untuk melakukan generalisasi akan lebih baik hasilnya. DAFTAR PUSTAKA Arikunto, Suharsimi. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Ed. Revisi VI. PT. Rineka Cipta. Jakarta Cheng, Jao-Nan. 2013. The Effect Of Kindergarten Principals’Leadership Behaviors. Social Behavior and Personality 41.2. 2013,41,pages 251262. Darwito. 2008. Analisis Pengaruh Gaya Kepemimpinan terhadap Kepuasan Kerja dan Komitmen Organisasi Untuk Meningkatkan Kinerja Karyawan Pada RSUD Kota Semarang. Tesis. Universitas Diponegoro. Edwardin, Tri Ambar Suksesi Laras. 2006. Analisis Pengaruh Kompetensi Komunikasi, Kecerdasan Emosional, Dan Budaya Organisasi Terhadap Kinerja Karyawan. Tesis. Universitas Diponegoro. Hartman, Laura dan DesJardin, Joe. 2011. Etika Bisnis. Erlangga. Jakarta. Harrison, Roger , Herb Stokes. 1992. Diagnosing Oragnizational Culture. Prieffer & Company. California. USA Mangkunegara, A.A. Anwar Prabu, 2011, Manajemen Sumber Daya Manusia Perusahaan. Remaja Rosdakarya. Bandung.
83
McShane, Steven L,dan Mary Ann Von Glinow. 2008. Organizational Behavior. Fourth Edition. McGraw-Hill. New York. Mariam, Rani. 2009. Pengaruh Gaya Kepemimpinan Dan Budaya Organisasi Terhadap Kinerja Karyawan Melalui Kepuasan Kerja Karyawan Sebagai Variabel Intervening.Studi Pada Kantor Pusat PT.Asuransi Jasa Indonesia (Persero). Tesis. Universitas Diponegoro. Nawawi, Hadari. 2007. Metode Penelitian Bidang Sosial. Yogyakarta: Gajahmada. University Press. Nugroho, Rakhmat. 2006. Analisis FaktorFaktor Yang Mempengaruhi Kinerja Karyawan PT. Bank Tabungan Negara Cabang Bandung. Tesis. Universitas Diponegoro. Nurjanah. 2008. Pengaruh Gaya Kepemimpinan Dan Budaya Organisasi Terhadap Komitmen Organisasi Dalam meningkatkan Kinerja Karyawan.Tesis. Universitas Diponegoro. Ovando, Martha dan Alferdo Ramirez . 2007. Principals’ Instructional Leadership Within a Teacher PerformanceAppraisal System: Enhancing Students’ Academic Success. Journal of Personnel Evaluation in Education. Jun 2007, 20, pages 85110 Plunkett, Warren R, Raymond F. Attner dan Gemmy S. Allen. 2008. Management 9E. Thomson South-Western. USA. Rizondra. 2013. Pengaruh Motivasi Kerja, Gaya Kepemimpinan Dan Budaya Organisasi Terhadap Kinerja Pegawai Dengan Kepuasan Kerja Sebagai intervening Variabel Pada Dipertahortnakbun Kabupaten Pesisir Selatan. Tesis . Universitas Bung Hatta.
84
Jurnal Ilmu Ekonomi dan Sosial, Jilid 3, Nomor 1, Juli 2014, hlm. 73 - 84
Sa’adatu, Sanusi L. 2013. Relationship between Demographic Factors and the Performance ofTeacher Educators. Mediterranean Journal of Social Scienes. Nov 2013, 4, pages 9-13.
____________ 2008. Riset Sumber Daya
Sudaryanti. 2008. Perilaku Pemilih Melalui Pola Penggunaan Komunikasi Massa dan Komunikasi Interpersonal Dalam Pilkada Tahun 2005 di Surakarta. Tesis. Universitas Sebelas Maret.
Wibowo. 2009. Manjemen Kinerja. Raja Grafindo Persada. Jakarta.
Syachrial. 2012. Pengaruh Supervisi Kepala Sekolah dan Motivasi Kerja Terhadap Kinerja Guru SMA Yuppentek 1 Tangerang. Tesis. Universitas Mercu Buana. Sulistyo, Joko. 2010. 6 Hari Jago SPSS 17. Cakrawala. Yogyakarta. Sriwidodo, Untung. 2010. Pengaruh Kompetensi, Motivasi, Komunikasi Dan Kesejahteraan Terhadap Kinerja Pegawai Dinas Pendidikan. Jurnal Manajemen Sumberdaya Manusia Vol. 4 No. 1. Juni 2010 Umar, Husein. 2013. Desain Penelitian MSDM dan Perilaku Karyawan. Edisi 4. PT RajaGrafindo Persada. Jakarta.
Manusia Dalam Organisasi. Edisi 8. PT Gramedia Pustaka Utama. Jakarta.
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, 1993 Kamus Besar Bahasa Indonesia. Balai Pustaka Jakarta. ————————2007.Peraturan menteri pendidikan nasional (Permendiknas) nomor 16 tahun 2007 tentang kompetensi guru. _______________2010. Peraturan menteri pendidikan nasional (Permendiknas) nomor 35 tahun 2010 tentang petuntuk teknis pelaksanaa jabatan fungsional guru dan angka kreditnya. Kementerian Pendidikan Indonesia. _________Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen _________Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional