BRIEFING TARGET EKSPOR, KEBIJAKAN PERDAGANGAN LUAR NEGERI, DAN PERJANJIAN INTERNASIONAL Auditorium Kementerian Perdagangan, 17 Februari 2017 Direktorat Jenderal Perundingan Perdagangan Internasional Kementerian Perdagangan RI
OUTLINE BAB I ARAH PERUBAHAN DAN KEBIJAKAN PERDAGANGAN INTERNASIONAL
02
• PELAKSANAAN KEBIJAKAN PERDAGANGAN • LINGKUNGAN REGIONAL DAN GLOBAL TERUS BERUBAH
BAB II ISU UTAMA PERKEMBANGAN DAN ANCAMAN FTA
• • • •
BAB III STRATEGI KE DEPAN
• • • •
PERKEMBANGAN FTA NEGARA ANGGOTA ASEAN DENGAN UNI EROPA PERBANDINGAN PERKEMBANGAN ESKPOR DAN FDI INDONESIA DAN VIETNAM ANCAMAN VIETNAM DAN MALAYSIA – EUROPEAN UNION FTA EKSPOR KE NEGARA FTA CENDERUNG TURUN
STRATEGI KE DEPAN ON GOING AND POSSIBLE BILATERAL NEGITIATIONS STRATEGI PENINGKATAN EKSPOR JANGKA PENDEK DAN MENENGAH MELALUI CEPA/PTA/FTA – 1 STRATEGI PENINGKATAN EKSPOR JANGKA PENDEK DAN MENENGAH MELALUI IMPLEMENTASI DAN PEMANFAATAN PERUNDINGAN PERDAGANGAN INTERNASIONAL • STRATEGI PENINGKATAN EKSPOR JANGKA PENDEK KOMODITI INTERNASIONAL
KEMENTERIAN PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA
BAB I ARAH PERUBAHAN DAN KEBIJAKAN PERDAGANGAN INTERNASIONAL
03
KEMENTERIAN PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA
PELAKSANAAN KEBIJAKAN PERDAGANGAN Tidak dapat dilepaskan dari lingkungan dunia yang telah berubah dari hanya “international trade” menjadi “trading trades,” di mana sektor jasa memainkan peran semakin besar
04
KEMENTERIAN PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA
4
LINGKUNGAN REGIONAL DAN GLOBAL TERUS BERUBAH
Regional and global supply chains. Internet of Things (Revolusi Industri ke-4)
Economic Outlook 2017 tidak terlalu menjanjikan: Tantangan Menghadapi Resiko Global, Kemen PPN/Bappenas tingkatkan investasi dan konsumsi domestik
BREXIT: keresahan social di beberapa negara EU
FenomenaTrump: sentimen populis cenderung menguat Proteksionisme meningkat, persaingan menajam, masa depan sistem perdagangan dunia di bawah WTO belum juga jelas.
05
Tantangan dalam negeri: infrastruktur dan suprastruktur ekonomi yang menunjang daya saing ekonomi nasional
KEMENTERIAN PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA
5
BAB II
ISU UTAMA PERKEMBANGAN DAN ANCAMAN FTA 06
KEMENTERIAN PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA
SINGAPURA • Selesai negosiasi 2013
VIETNAM • Mulai negosisasi 2012 • Selesai negosiasi 2015
MALAYSIA • Mulai negosiasi 2010 • On going hingga putaran ke-7
THAILAND • Mulai negosiasi 2013 • On going
FILIPINA • Launching Negosiasi2015
INDONESIA • Launching negosiasi 18 Juli 2016 • Putaran ke-2 Januari 2017
30% PABRIK DI BATAM BERENCANA PINDAH KE VIETNAM DAN MALAYSIA
INVESTOR MEBEL TAIWAN DI SIDOARJO PINDAH KE VIETNAM
Sumber: http://bisnis.liputan6.com/, 2016
Sumber: http://www.antaranews.com/, 2015
SAMSUNG MENAMBAH INVESTASI DI VIETNAM SEBESAR USD 3,38 MILYAR
LG ELECTRONICS MENAMBAH INVESTASI USD
Sumber: www.thanhniennewd.com, 2014
Sumber: www.vietnam.briefing.com, 2016
1,5 MILYAR
MIGRASI INDUSTRI MEBEL DAN KERAJINAN KE VIETNAM
Sekretaris Jenderal Asosiasi Mebel dan Kerajinan Indonesia (AMKRI), Abdul Sobur menyebut puluhan perusahaan eksportir akan pindah ke Vietnam. Pada tahun 2015, terdapat 2000 perusahaan yang telah migrasi ke Vietnam. Perusahaan yang pindah ke Vietnam rata-rata merupakan Penanam Modal Asing yang mengincar efisiensi.
Vietnam memiliki keunggulan di antaranya: 1) para pelaku usaha diberikan kemudahan memperoleh alat-alat untuk produksi sehingga bekerja menjadi lebih cepat; 2) memiliki daya saing yang lebih efisien sehingga bisa menguntungkan eksportir sampai 30%; dan 3) sudah memiliki FTA dengan Eropa.
Sumber: http://mediaindonesia.com, 2016
07
KEMENTERIAN PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA
12
PERBANDINGAN PERKEMBANGAN ESKPOR DAN FDI INDONESIA DAN VIETNAM Miliar USD 350 300 250
Ekspor ke AS
Ekspor ke Dunia Vietnam; trend 2010-2015 = 21,5%/th Indonesia; trend 2010-2015 = -2,0%/th
200 150 100 50 0 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015 Sumber: BPS, Trademap.org
FDI dari Dunia
Miliar USD
25,0 20,0
Tahun
Vietnam; trend 2010-2015 = 19,7%/th
2010 2014
Indonesia; trend 2010-2015 = 2,0%/th
-11%
2,5
FDI dari AS Vietnam; trend 2010-2015 = -28,9%/th Indonesia; trend 2010-2015 = 0,2%/th
2,0
Tahun
1,5
15,0
2010 2014
1,0
10,0
0,5
5,0 2010
2011
2012
2013
2014
2015
0,0 2010
2011
2012
2013
2014
2015
66%
Keterangan: Data FDI Indonesia (realisasi); Data FDI Vietnam (registrasi) Data realisasi FDI vietnam sebesar 60,1% dari registrasi.
2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015
Miliar USD 3,0
Vietnam; trend 2010-2015 = 2,9%/th Indonesia; trend 2010-2015 = 17,2%/th
30,0
Miliar USD 50 45 40 35 30 25 20 15 10 5 0 2006
Share Ekspor Share Ekspor Indonesia di Vietnam di Dunia Dunia 1.05% 0.48% 0.93% 0.80%
Share Impor Share Impor Indonesia di Vietnam di Dunia Dunia 0.89% 0.55% 0.94% 0.78%
6%
41%
Sumber: BKPM, CEIC
08
KEMENTERIAN PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA
13
Jumlah Tarif Perjanjian
99%
1. 2. 3. 4.
Tarif EU akan dieliminasi (bertahap selama 7 tahun). Penurunan tarif bea masuk atas beberapa produk sensitif EU, terutama produk Pakaian Jadi dan Alas Kaki. The Rules of Origin EU mensyaratkan produk Pakaian Jadi yang masuk pasar EU, kainnya berasal dari Vietnam dan mitra FTA EU. EU menawarkan akses ekspor Vietnam untuk beberapa produk pertanian yang sensitif (seperti Beras, Jagung Manis, Bawang Putih, Jamur, Gula dan produk yang mengandung Gula tinggi, Pati Ubi Kayu, Surimi, dan Tuna Kalengan) melalui Tariff Rate Quotas (TRQs). Vietnam akan menghilangkan hampir keseluruhan bea keluar terhadap barang diperdagangkan secara bilateral dengan EU.
5.
1. 2.
Malaysia telah meminta akses bebas masuk untuk semua ekspornya dalam negosiasi dengan EU dan mempertahankan preferensi tarif melalui skema GSP. Ekspor dari Malaysia ke Uni Eropa yang memiliki skema GSP akan terus menikmati konsesi tarif. Malaysia juga telah meminta Uni Eropa untuk mempertimbangkan GSP-plus imbalan MEUFTA. Meningkatnya akses pasar produk CPO dan turunannya, Kayu dan Produk Kayu, Furniture ke Uni Eropa.
UNI EROPA AKAN MENGALIHKAN PASOK PRODUK DARI INDONESIA KE VIETNAM DAN MALAYSIA UNTUK PRODUK IMPOR YANG MENDAPATKAN PENGURANGAN BEA MASUK 09
KEMENTERIAN PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA
13 01
EKSPOR KE NEGARA FTA CENDERUNG TURUN, SEHINGGA PERLUASAN KERJASAMA YANG SEDANG DILAKUKAN MENJADI SANGAT RELEVAN... (%)
Pangsa ekspor non migas ke Negara FTA mengalami penurunan, begitu pula nilai ekspornya ke masingmasing negara FTA…
Pangsa Ekspor Non Migas ke Negara FTA dan Non FTA
70.0 60.0 50.0 40.5
43.8
40.0
39.8
44.8
43.8
40.0 30.0
59.5
60.2
60.0
56.2
56.2
55.2
20.0 10.0
-
2011
2012
2013 Negara FTA
2014 Negara Non FTA
2015
Jan-Mar 2016
Penurunan tersebut menjadi tantangan bagi pemerintah untuk gencar meningkatkan perundingan perdagangan internasional dalam rangka akses pasar dan open economy. Sumber: BPS (diolah Puska Daglu)
10
KEMENTERIAN PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA
21
BAB III
STRATEGI KE DEPAN PERUNDINGAN PERDAGANGAN INTERNASIONAL
11
KEMENTERIAN PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA
STRATEGI KE DEPAN
Mempertahankan dan meningkatkan akses ke pasar tradisional seraya membuka akses ke pasar-pasar nontradisional
Mendorong transformasi struktur ekspor dari berbasis komoditi ke produk dan jasa bernilai tambah; menaiki tangga “supply chains”
Menargetkan pasar secara spesifik, fokus pada skala untuk membantu perbaiki neraca perdagangan. 12
Menyusun “sin list” negara2 tujuan ekspor
KEMENTERIAN PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA
Memanfaatkan penuh skema preferensi yang ada (AEC, ASEAN+1s, IJEPA, INA-PAK FTA, dan lainnya)
12
ON GOING AND POSSIBLE BILATERAL NEGOTIATIONS I M P L E M E N T E D
Indonesia-Japan EPA Implemented: 2008 Current status: toward General Review
Indonesia-Pakistan PTA Implemented: 2013 Current status: Review process to form Trade in Goods Agreement (TIGA)
U N D E R
N E G O T I A T I O N
Indonesia-European Union CEPA Current status: 2st Round of Negotiation (January 2017) Indonesia-Australia CEPA Current status: • 5th Round of Negotiation (2016) • 6th Round of Negotiation will be held in Feb 2017 Indonesia-Korea CEPA Current status: 7th Round of Negotiation (2014)
Indonesia-Chile CEPA Current status: 1st Trade in Goods (TIG) Negotiation (2014) Indonesia-EFTA CEPA Current status: • 11th Round of Negotiation (2016) • 12th Round of Negotiation will be held in March 2017 Indonesia-Iran PTA Current status: 4th Round of Negotiation (2015)
P O S S I B L E N E G O T I AT I O N S ? Indonesia-Turkey CTEP Current status: Joint Study completed (2011) Indonesia-India CECA Current status: Joint Study completed (2011) Indonesia-Egypt FTA Current status: finishing Joint Study Indonesia-Nigeria PTA Current status: finishing Joint Study Indonesia-Tunisia FTA Current status: finishing Joint Study Indonesia-Peru PTA Current status: Joint Study completed (2016)
Indonesia-Eurasian Economic Union (EAEU) FTA Current status: proposed Joint Study Indonesia-Southern African Customs Union (SACU) PTA Current status: In the process of intenal study and analysis
CEPA = Comprehensive Economic Partnerhip Agreement; EPA = Economic Partnership Agreement, PTA = Preferential Trade Agreement; CECA = Comprehensive Economic Cooperation Agreement; FTA = Free Trade Agreement; CTEP = Comprehensive Trade and Economic Partnership
13
KEMENTERIAN PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA
13
STRATEGI PENINGKATAN EKSPOR JANGKA PENDEK DAN MENENGAH MELALUI CEPA/PTA/FTA - 1 INDONESIA – EUROPEAN UNION COMPREHENSIVE ECONOMIC PARTNERSHIP AGREEMENT (IEU CEPA)
PRIORITAS
Upaya peningkatan ekspor jangka menengah: • Pada tanggal 18 Juli 2016 perundingan IEU CEPA diluncurkan secara resmi. Putaran ke-2 telah dilaksanakan pada tanggal 24 – 27 Januari 2017di Bali, Indonesia. • Indonesia perlu segera menetapkan posisi runding yang ofensif dan defensif serta “negotation space” yang jelas untuk seluruh isu perundingan termasuk alternatifnya misalnya dalam bentuk longer timeframe, limited exclusion, horizontal barriers, kebutuhan capacity building programme, etc). INDONESIA – EFTA COMREHENSIVE ECONOMIC PARTNERSHIP AGREEMENT (IE CEPA) Upaya peningkatan ekspor jangka menengah:
PRIORITAS
• Perundingan telah berjalan sebanyak 11 (sebelas) kali putaran. Putaran ke-12 akan dilaksanakan pada bulan Maret 2017. Target perundingan Indonesia-EFTA CEPA akan diselesaikan pada triwulan pertama tahun 2017 (hingga putaran ke-13). INDONESIA – AUSTRALIA COMPREHENSIVE ECONOMIC PARTNERSHIP AGREEMENT (IA CEPA)
PRIORITAS Upaya peningkatan ekspor jangka menengah: • Perundingan telah berlangsung sebanyak 5 (lima) kali putaran perundingan dengan fokus pembahasan terkait: Early outcomes, Perdagangan Barang, Perdagangan Jasa, dan Investasi. • Early outcomes terdiri dari advanced dan developing berbagai kerja sama seperti keterlibatan pelaku bisnis kedua negara, tenaga kerja, pertanian, keuangan, lifestyle, pendidikan, inovasi pengolahan makanan, pariwisata, dan infrastruktur. • Perundingan ke-6 IA-CEPA akan dilaksanakan pada bulan Februari 2017. REGIONAL COMPREHENSIVE ECONOMIC PARTNERSHIP (RCEP) Upaya peningkatan ekspor jangka menengah: • Mempercepat penyelesaian perundingan RCEP khususnya isu Trade in Goods, Trade in Services, dan Investment.
14
KEMENTERIAN PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA
PRIORITAS
23
STRATEGI PENINGKATAN EKSPOR JANGKA PENDEK DAN MENENGAH MELALUI CEPA/PTA/FTA - 2 OPTIMALISASI PEMANFAATAN SKEMA GSP OLEH DUNIA USAHA NASIONAL & PEMANFAATAN SKEMA TARIF PREFERENSI FTA/PTA/CEPA Upaya peningkatan ekspor jangka pendek: • Perlu kolaborasi dan kerja sama yg konkrit dan spesifik antara lain melalui MoU antara Kemendag-KADIN & KADINDA/APINDO-AsosiasiPemda u.p. Disperindag yang statusnya sebagai IPSKA (instansi penerbit SKA), untuk memastikan bahwa semua ekspor nasional yang eligible atas fasilitas GSP & fasilitas Preferensi FTA/CEPA/PTA menggunakan/memanfaatkan skema tersebut.
INDONESIA – PAKISTAN PREFERENTIAL TRADE AGREEMENT (IP PTA) Upaya peningkatan ekspor jangka pendek: • Pendalaman IP-PTA telah disepakati pada pertengahan Oktober 2016 di Pakistan • Produk utama yang segera dapat ditingkatkan ekspornya yaitu Palm oil products dan turunannya, TPT, Produk Kayu kertas dan Furniture, batu bara, buah, dan sayuran. • Saat ini perundingan sedang dalam proses review untuk membuat kesepakatan perdagangan di bidang barang (Trade In Goods Agreement/TIGA) UTILISASI INA YANG RELATIF RENDAH DAN GENERAL REVIEW IJEPA
Upaya peningkatan ekspor jangka menengah: Mempercepat penyelesaian outstanding issues pada GR IJEPA utamanya terkait tarif bea masuk otomotif. Apabila GR dapat diselesaikan maka dapat meningkatkan akses pasar untuk produk perikanan, kehutanan, dan pertanian guna menyeimbangkan defisit perdagangan serta dapat menggunakan cooperation and capacity building untuk meningkatkan daya saing produk Indonesia.
15
KEMENTERIAN PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA
24
STRATEGI PENINGKATAN EKSPOR JANGKA PENDEK DAN MENENGAH MELALUI IMPLEMENTASI DAN PEMANFAATAN PERUNDINGAN PERDAGANGAN INTERNASIONAL PEMANFAATAN MASYARAKAT EKONOMI ASEAN (MEA) Upaya peningkatan ekspor jangka pendek: • Sosialisasi lebih luas mengenai pemanfaatan single window dan trade repository • Pengenalan regime self-certification kepada eksportir yang sudah authorized. PENERAPAN NTBs YANG MENGGANGGU EKSPOR INDONESIA (DELISTING, TUNA, TRAVEL GOODS) Upaya peningkatan ekspor jangka pendek: • Pemantauan lebih tajam atas Non Tarrif Barriers (NTBs) yang diterapkan baik di forum multilateral maupun bilateral. • Memaksimalkan fungsi Atase Perdagangan/ITPC untuk memberi informasi terkait NTMs/NTBs yang dihadapi indonesia di negara akreditasi serta potensi ekspor ke negara sekitar. PERMASALAHAN PENERAPAN CERTIFICATION OF ORIGIN (DEFINITION OF A THROUGH BILL OF LADING (B/L)) Upaya peningkatan ekspor jangka pendek: • Mendorong implementasi hasil kesepakatan untuk memberikan fleksibilitas yang seluas-luasnya terkait definisi through B/L dan kesepakatan untuk tidak menolak pemberian tarif preferensi bagi barang yang mengalami proses pengangkutan trasnsit melalui negara antara dengan menggunakan B/L atau dokumen pengangkutan multi-moda sebagai dokumen tambahan yang diperlukan menurut rule IX ROO AKFTA.
16
KEMENTERIAN PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA
25
STRATEGI PENINGKATAN EKSPOR JANGKA PENDEK KOMODITI INTERNASIONAL -1
INTERNATIONAL TRIPARTITE RUBBER COUNCIL 1. Perluasan Akses Pasar: Meningkatkan diversifikasi produk, mendorong inovasi produk, melakukan promosi penggunaan produk berbasis karet alam. 2. Stabilisasi harga: Dua skema ITRC: • Supply Management Scheme/SMS: mengelola produksi untuk keseimbangan supply demand jangka panjang • Agreed Export Tonnage Scheme/AETS: mempengaruhi supply jangka pendek melalui pengurangan ekspor A. Implementasi AETS ke-4: • Pengurangan ekspor dilakukan oleh Thailand, Indonesia, Malaysia di bulan Maret – Agustus 2016 sejumlah 615 ribu ton dan oleh Thailand dan Indonesia di bulan September – Desember sejumlah 85 ribu ton. • AETS dapat menaikkan harga, dari harga rata-rata bulan Januari 2016: US$ 1,08/kg, naik menjadi US$ 1,27/kg di bulan Maret dan mencapai harga rata-rata tertinggi di bulan April sebesar US$ 1,48/kg. Harga rata-rata bulan Juli: US$ 1,3/kg. • Dengan implementasi AETS terjadi peningkatan revenue mengingat tanpa AETS, harga kemungkinan tetap berada di baseline. B. Pembentukan Pasar Karet Regional • Mempromosikan Regional Rubber Market/RRM atau pasar karet regional. (RRM dibentuk agar negara produsen karet alam dapat berperan dalam pembentukan dan transparansi harga karet alam sesuai harga riil di pasar sekaligus berfungsi untuk lindung nilai).
17
ASSOCIATION OF NATURAL RUBBER PRODUCING COUNTRIES 1. Perluasan Akses Pasar: Melakukan promosi perdagangan, dan promosi karet alam sebagai produk berkelanjutan. 2. Stabilisasi harga: Stabilisasi harga dengan cara: pengelolaan produk, meningkatkan transparansi dan validitas data supply-demand karet alam untuk menciptakan sentimen positif di pasar karet.
Upaya peningkatan ekspor jangka pendek: • Menggalang dukungan dari kelompok pro sawit di Perancis dan Uni Eropa • Penguatan ISPO • Pembentukan kelompok kerja antar instansi untuk menyusun skema sertifikasi yang diterima secara internasional. • Koordinasi antar instansi dalam melakukan diplomasi sawit Indonesia.
Perluasan Akses Pasar: Materi Diplomasi Sawit Indonesia (Master Narrative), diplomasi sawit, melakukan stakeholder mapping, dan penguatan ISPO.
KEMENTERIAN PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA
26
STRATEGI PENINGKATAN EKSPOR JANGKA PENDEK KOMODITI INTERNASIONAL - 2
ASIAN AND PACIFIC COCONUT COMMUNITY 1. Perluasan Akses Pasar: Mengubah status APCC menjadi organisasi interna sional, meningkatkan produktivitas perkebunan kelapa dan produk berbasis kelapa di tingkat domestik dan internasional, meningkatk an mutu kelapa sesuai sta ndar negara tujuan ekspor 2. Stabilisasi harga: Transparansi harga melalui rencana pembentukan platform informasi perdag angan dan pemasaran produk kelapa di tingkat internasional.
18
INTERNATIONAL COFFEE ORGANIZATION 1. Perluasan Akses Pasar • Target Uni Eropa & AS serta negara di Afrika Utara dan Timur Tengah sebagai pasar non-tradisional. • Pengembangan akses International Coffee Day, program sustaina bility, World Coffee Conference, peningkatan mutu, program sertifikasi, diversifikasi produk, dan food safety. 2. Stabilisasi Harga Penyediaan data statistik, laporan pasar, model ekonometrik, studi ekonomi secara mendalam dan profil negara kopi.
INTERNATIONAL COCOA ORGANIZATION 1. Perluasan Akses Pasar Penyusunan roadmap penca
paian ekonomi kakao dunia yang berkelanjutan dan terdiri dari strategi dan aksi mengatasi tantangan pada rantai nilai kakao ditingkat nasional, regional dan inter nasional. ICCO berusaha mengatasi estimasi terjadinya defisit pasokan kakao sebesar 900 ribu-1 juta ton pada tahun 2020 sesuai prediksi Barry Callebaut. ICCO memiliki program peningkatan standar dan kualitas. 2. Stabilisasi Harga Mewujudkan harga yang remuneratif dan pendapatan yang tinggi bagi petani kakao.
INTERNATIONAL PEPPER COMMUNITY 1. Perluasan Akses Pasar • Aktif pada kegiatan promosi perdagangan IPC (co: Pepper Conclave). • Memanfaatkan peluang promosi perdagangan lada di Eropa, Timur Tengah, dan Jepang mengingat tahun 2017 diperkirakan produksi lada kembali membaik diikuti peluang permintaan yang meningkat dari ketiga negara tersebut. • Mendorong agar Komite Marketing IPC dapat kembali aktif. Indonesia dapat mencalonkan diri sebagai ketua komite dan memanfaatkan komite ini sebagai upaya promosi perdagangan lada Indonesia. • Peningkatan standard mutu dan kualitas, antara lain: - Kerjasama laboratorium pengujian produk lada dengan negara anggota; - Finalisasi IPC Good Manufacturing Practices; - Finalisasi IPC Methods of Analysis yang bertujuan untuk menetapkan standar pengujian. • Upaya diplomasi secara bilateral dengan Pemerintah Filipina, Kamboja, dan Tiongkok untuk menjadi anggota IPC. 2. Stabilisasi Harga • Indonesia dapat memanfaatkan diseminasi informasi harga yang dilakukan IPC kepada petani melalui short message service (SMS). • Indonesia perlu mendukung pelaporan data statistik dan informasi lada yang dilakukan negara anggota IPC sehingga dapat disusun review analisis pasar yang lebih akurat oleh Sekretariat IPC. • Memanfaatkan program IPC untuk meningkatkan mutu dan kualitas lada nasional.
KEMENTERIAN PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA
27
TERIMA KASIH www.kemendag.go.id