ANALISIS MANAJEMEN KREDIT UNTUK MENURUNKAN TERJADINYA KREDIT BERMASALAH (Studi Kasus Pada PT. BPR Nguter Surakarta) Oleh : Yanny Dwi Hastuti Ratnasari, P.W Agung ABSTRACT This study aims to determine how credit management applied by PT. BPR Nguter Surakarta to reduce the occurrence of non-performing loans and to determine what factors lead to a credit crunch. The method used in this study is a qualitative study with a descriptive approach. The data collected is primary and secondary data with interview techniques and documentation. From the results of this analysis showed that credit management is implemented by PT. RB Nguter Surakarta and yet effective have not been able to manage the credit and lower non-performing loans by using 5C analysis and recommendations, in addition to planning, organizing, implementing, monitoring. Factors causing the problem loans are customers who do not have a good I'tikad, and from inadvertence and inaccuracy in analyzing the data less accurate, and less than the maximum survey and detail are the main factors affecting the credit crunch. PT. RB Nguter Surakarta take steps to reduce nonperforming loans by way of a written warning on the client 1-3x, Come to the debtor together with the teams, the Borrower will be brought into law quite effective. Judging from kolektibility 2014 nonperforming loans each quarter period increased from one quarter (January, February, March) amounted to 3.36%, second quarter (April, May, June) increased by 5.84%, third quarter (July, August, September) increased by 9.68%, and in Q4 (Oktokber, November, December) decreased by 8.97%. Keywords: Credit Management, Credit Problem.
PENDAHULUAN BPR sebagai perantara antara masyarakat kelebihan dana dengan masyarakat kekurangan dana, maka usaha pokok yang dilaksanakan bank adalah kegiatan-kegiatan pada sektor perkreditan, atau penyaluran dana. Penyaluran kredit merupakan salah satu kegiatan utama bank sebagai lembaga intermediasi. Usaha penyaluran kredit mengandung risiko kegagalan atau kemacetan pelunasannya, yang mana nasabah tidak mampu lagi untuk melunasi kreditnya. Bank dalam mengantisipasi hal itu harus menerapkan prinsip kehati-hatian dalam memberikan kredit. BPR dalam memberikan kredit wajib memberikan keyakinan berdasarkan analisis atau i’tikad dan kemampuan serta kesanggupan nasabah debitur untuk 70
melunasi utangnya atau mengembalikan sesuai dengan perjanjian (Sulhan, 2008:15-16). Sikap kehati-hatian merupakan prinsip yang harus diterapkan dalam setiap pemberian kredit, tujuannya adalah mencegah resiko yang mungkin terjadi. (Arthesa, 2006:65) Kredit bermasalah adalah semua kredit yang mengandung resiko tinggi. Kredit yang disalurkan dikatakan bermasalah jika pengembaliannya terlambat dibanding jadwal yang direncanakan, bahkan tidak dikembalikan sama sekali. Kredit bermasalah dapat dikelompokkan menjadi kredit tak lancar dan kredit macet. (Manurung, 2004:196) BPR memerlukan suatu manajemen kredit yang merupakan pengelolaan kredit yang baik mulai dari perencanaan jumlah kredit, penentuan suku bunga, prosedur pemberian kredit, analisis pemberian kredit sampai kepada pengendalian dan pengawasan kredit yang macet. (Kasmir, 2000:71-72) Manajemen Perkreditan adalah pengelolaan kredit yang dijalankan oleh bank meliputi perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan, pengawasan sehingga kredit tersebut berjalan dengan baik sesuai dengan kesepakatan antara bank dengan debitur.
(Firdaus,
2009:4) PT. BPR Nguter Surakarta merupakan salah satu bank yang berada dibawah pengawasan langsung bank Indonesia. BPR Nguter Surakarta bergerak dalam bidang penyediaan jasa layanan keuangan. Jasa layanan ini diberikan kepada masyarakat berpenghasilan rendah dan usaha mikro terutama dipedesaan. BPR Nguter Surakarta dalam menyalurkan dananya dan membantu para nasabah dengan sistem dan prosedur yang mudah, cepat, dan aman namun selain itu BPR Nguter Surakarta juga tidak terlepas dari masalah kredit. Layanan kredit yang diberikan oleh bank BPR Nguter Surakarta berupa Kredit Modal Kerja, kredit Investasi, dan kredit Konsumsi. Pengelolaan kredit yang profesional
71
dalam menyalurkan dananya kepada masyarakat akan dapat menurunkan terjadinya kredit bermasalah. Berdasarkan latar belakang tersebut diatas maka penelitian ini diberi judul “Analisis Manajemen Kredit Untuk Menurunkan Terjadinya Kredit Bermasalah (Studi Pada PT. BPR Nguter Surakarta)”.
PERUMUSAN MASALAH Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah: 1. Bagaimana manajemen kredit yang diterapkan PT. BPR Nguter Surakarta untuk menurunkan terjadinya kredit bermasalah? 2. Faktor apa saja yang menyebabkan terjadinya kredit bermasalah pada PT. BPR Nguter Surakarta?
LANDASAN TEORI 1. Manajemen Kredit yang efektif merupakan pengelolaan kredit yang dijalankan oleh PT. BPR Nguter Surakarta yang meliputi perencanaan kredit, prosedur pemberian kredit, pengawasan kredit, kolektibility kredit sehingga kredit tersebut dapat berjalan dengan baik sesuai dengan kesepakatan antara bank dengan debitur. 2. Analisis Pemberian Kredit Analisis Pemberian Kredit merupakan kriteria penilaian yang harus dilakukan oleh PT. BPR Nguter Surakarta dengan tujuan agar mendapatkan nasabahnya yang benar-benar menguntungkan. Analilis 5C tersebut meliputi : a. Character (watak/kepribadian/karakter) ‘Character’ atau watak dari para calon peminjam merupakan salah satu pertimbangan yang terpenting dalam memutuskan pemberian kredit. Bank sebagai pemberi kredit
72
harus yakin bahwa calon peminjam termasuk orang yang bertingkah laku baik, dalam arti selalu memegang teguh janjinya, selalu berusaha dan bersedia melunasi utangutangnya pada waktu yang telah ditetapkan. b. Capacity (kemampuan/kapasitas) Pihak bank harus mengetahui dengan pasti sampai dimana kemampuan menjalankan usaha calon peminjam. Kemampuan ini sangat penting artinya mengingat bahwa kemampuan inilah yang menentukan besar kecilnya pendapatan atau penghasilan suatu perusahaan dimasa yang akan datang. c. Capital (modal) Azas capital atau modal ini menyangkut berapa banyak dan bagaimana struktur modal yang telah dimiliki oleh calon peminjam. Jumlah capital yang dimiliki ini penting untuk diketahui oleh bank untuk menilai tingkat debt to equity ratio (DER) yang selanjutnya berkaitan dengan tingkat rentabilitas dan solvabilitas serta jangka waktu pembayaran kembali kredit yang akan diterima. d. Collateral (jaminan atau agunan) Collateral ialah jaminan atau agunan yaitu harta benda milik debitur atau pihak ke 3 yang diikat sebagai agunan andaikata terjadi ketidakmampuan debitur tersebut untuk menyelesaikan utangnya sesuai dengan perjanjian kredit. Agunan kredit adalah jaminan dari nasabah ke bank untuk meminimalisir resiko yang mungkin timbul dari pemberian kredit. e. Condition of economy (kondisi perekonomian) Azas kondisi dan situasi ekonomi perlu pula diperhatikan dalam pertimbangan pemberian kredit terutama dalam hubungannya dengan sektor usaha calon peminjam. Bank harus mengetahui keadaan ekonomi pada saat tersebut yang berpengaruh dan
73
berkaitan langsung dengan usaha calon debitur dan bagaimana prospeknya dimasa mendatang. 3. Kredit bermasalah secara umum merupakan semua kredit yang mengandung resiko tinggi dan kredit-kredit yang mengandung kelemahan atau tidak memenuhi standar kualitas yang telah ditetapkan oleh bank PT. BPR Nguter Surakarta 4. Sebab-Sebab Terjadinya Kredit Bermasalah a. Karena kesalahan bank 1) Kurang pengecekan terhadap latar belakang calon nasabah 2) Kurang tajam dalam menganalisis terhadap maksud dan tujuan penggunaan kredit dan sumber pembayaran kembali 3) Kurang pemahaman terhadap kebutuhan keuangan yang sebenarnya dari calon nasabah dan manfaat kredit yang diberikan 4) Kurang mahir dalam menganalisis laporan keuangan calon nasabah 5) Kurang lengkap mencantumkan syarat-syarat 6) Pemberian kelonggaran terlalu banyak 7) Kurang pengalaman dari pejabat kredit atau account officer 8) Kurang mengadakan kunjungan on the spot pada lokasi perusahaan nasabah 9) Kurang mengadakan kontak dengan nasabah b. Karena kesalahan nasabah 1) Nasabah tidak kompeten 2) Nasabah tidak atau kurang pengalaman 3) Nasabah kurang memberikan waktu untuk usahanya 4) Nasabah tidak jujur 5) Nasabah serakah
74
KERANGKA PEMIKIRAN
PT. BPR Nguter Surakarta
Manajemen Kredit yang Efektif
Perencanaan Kredit
Pengawasan Kredit
Prosedur Pemberian Kredit
Kolektibility Kredit
Melakukan Analisis 5C 1. Character (Kepribadian) 2. Capacity (Kemampuan) 3. Capital (Modal) 4. Collateral (Jaminan) 5. Condition of economy (Kondisi ekonomi)
Hasil Analisis Gambar 1. Kerangka Berfikir
HIPOTESIS Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap rumusan masalah penelitian. Berdasarkan latar belakang , perumusan masalah, dan teori yang diungkapkan maka penulis mengajukan hipotesis sebagai berikut: 1. H0: β1 = 0 manajemen kredit yang diterapkan PT. BPR Nguter Surakarta untuk menurunkan 2. H0: β2 = 0 menyebabkan terjadinya kredit bermasalah pada PT. BPR Nguter Surakarta.
75
METODE PENELITIAN Jenis penelitian yang peneliti gunakan dalam penelitian ini yaitu penelitian kualitatif dengan pendekatan deskriptif. Kualitatif merupakan penelitian yang menekankan pada pemahaman mengenai masalah-masalah dalam kehidupan sosial berdasarkan kondisi realitas. Penelitian deskriptif merupakan penelitian terhadap masalah-masalah berupa fakta-fakta saat ini dari suatu populasi. Data yang dikumpulkan merupakan data primer dan sekunder dengan teknik wawancara dan dokumentasi. Teknik yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan : a. Data reduksi dengan cara mengumpulkan, merangkum, memilih hal-hal yang pokok kemudian memfokuskan pada data Manajemen Kredit. b. Data Display yaitu dengan penyajian data bisa dilakukan dalam bentuk table, gambar dan bagan serta uraian singkat yang menjelaskan hubungan antar masing-masing kategori. c. Penarikan kesimpulan/verifikasi 1. Analisis penerapan manajemen kredit yang meliputi perencanaan kredit, proses pemberian kredit, analisis pemberian kredit, pengawasan kredit, kredit bermasalah. 2. Analisis faktor penyebab terjadinya kredit bermasalah.
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 1. Dari hasil penelitian yang diperoleh diketahui bahwa Manajemen Kredit yang diterapkan PT. BPR Nguter Surakarta adalah sebagai berikut : a. Perencanaan / planning Perencanaan yang diterapkan PT. BPR Nguter Surakarta meliputi : 1) Dengan menggunakan analisis 5C yang meliputi : Character (Kepribadian), Capacity (Kemampuan), Capital (Modal), Collateral (Jaminan), Condition of economy (Kondisi ekonomi).
76
2) Dengan melihat kondisi perekonomian, PT. BPR Nguter Surakarta memperhatikan kondisi pesaing baik mengenai produk yang ditawarkan maupun pelayanan yang diberikan, maka PT. BPR Nguter Surakarta harus dapat meyakinkan calon debitur mengenai produk dan layanannya lebih menguntungkan dari pada pesaing. 3) Dengan penetapan suku bunga kredit. Suku bunga yang diterapkan PT. BPR Nguter surakarta hanya menerapkan 2 (dua) jenis suku bunga yaitu flat rate dan slading rate. Suku bunga flat rate sebesar 1,95% dan slading rate sebesar 2,9%. b. Pengorganisasian Pengorganisasian yang diterapkan PT. BPR Nguter Surakarta sudah tepat, hal tersebut dapat dilihat dari job description yang telah ditetapkan kepada penanggung jawab bagian masing-masing. Job description yang diberikan pada setiap karyawan PT. BPR Nguter Surakarta terlaksana dengan baik. Struktur organisasi yang tepat merupakan salah satu cara untuk menurunkan kredit bermasalah. c. Pelaksanaan (Actuating) Pelaksanaan yang diterapkan pada PT. BPR Nguter Surakarta meliputi: 1) Prosedur Pemberian Kredit Sebelum debitur memperoleh kredit terlebih dahulu harus melalui tahapantahapan penilaian mulai dari diawali pengajuan permohonan kredit, penyelidikan berkas-berkas, on the spot , analisa hasil survey calon debitur sampai kredit tersebut dapat dicairkan atau tidak, proses tersebut harus dilakukan dengan tepat sebelum nasabah mendapatkan persetujuan dari direksi. Aplikasi Permohonan Kredit PT. BPR Nguter Surakarta dalam melakukan analisa untuk mengetahui kebenaran permohonan kredit dengan menggunakan analisis 5C apakah dengan prosedur tersebut permohonan diterima atau ditolak.
77
Prosedur
yang
diterapkan
PT.
BPR
Nguter
Surakarta
dalam
pelaksanaannya sangat efektif untuk menurunkan terjadinya kredit bermasalah. 2) Jaminan Kredit PT. BPR Nguter Surakarta menetapkan jaminan kredit berupa BPKB, Sertifikat dan deposito. Jaminan tersebut sebagai dasar nasabah dalam memilih produk kredit yang sudah diinginkan. Nilai jaminan dapat diperoleh nasabah dengan meminjam maksimal sebesar 75% dari nilai jaminan. Jaminan yang diterapkan sudah efektif dan mampu untuk menurunkan kredit bermasalah. 3) Syarat dan kelengkapan yang harus dipenuhi Kelengkapan yang ditentukan oleh PT. BPR Nguter Surakarta untuk jaminan kendaraan bermotor dan tanah sama yang membedakan hanya jaminan. Jika jaminan tersebut berupa tanah maka syarat yang harus dipenuhi berupa sertifikat, luas tanah dan bangunan beserta lokasi. Kendaraan bermotor dan mobil syaratnya dilihat dari tahun pembuatan. Syarat-syarat dan kelengkapan yang ditetapkan harus terpenuhi semua, dan jika salah satu syarat tidak terpenuhi maka pihak bank akan menolak permohonan kredit karena bagi bank syarat dan kelengkapan itu sebagai bukti apakah nasabah benar-benar mengajukan permohonan atau tidak. Apabila jaminan yang dimiliki bukan miliknya maka nasabah harus membawa kwitansi pembelian. PT. BPR Nguter Surakarta harus benar-benar meneliti apakah sudah lengkap atau tidak. Melalui syarat tersebut PT. BPR Nguter Surakarta mampu untuk menghindari hal-hal yang tidak diinginkan. Syarat–syarat dan kelengkapan permohonan kredit yang ditetapkan cukup efektif untuk menurunkan terjadinnya kredit bermasalah.
78
a. Pengawasan (Controlling) PT. BPR Nguter Surakarta menerapkan
5 pengawasan kredit untuk
menurunkan terjadinya kredit bermasalah. 5 pengawasan tersebut, yaitu intern, ekstern, independent, preventif, dan represif. Pengawasan kredit yang diterapkan kurang baik karena PT. BPR Nguter Surakarta baru melakukan pengawasan ketika telah terjadi kredit bermasalah. Pengawasan kredit yang tepat dilakukan semenjak nasabah mengajukan kredit. 2. Faktor Penyebab terjadinya Kredit Bermasalah Hasil analisis faktor yang menyebabkan terjadinya kredit bermasalah adalah dari pihak bank sendiri dalam hal ini survey yang kurang maksimal, data yang kurang akurat, kelengahan dan ketidaktelitian dalam menganalisa. Selain itu dari pihak debitur yang tidak memiliki I’tikad baik dalam melunasi hutangnya, musibah-musibah yang tidak disengaja seperti kecelakaan maupun ada anggota keluarganya yang sakit, dan dari kondisi perekonomian yang dalam hal ini nasabah sudah tidak mampu lagi menjalankan usahanya atau usahanya bangkrut.
dari hal tersebut dapat diketahui bahwa PT. BPR Nguter
Surakarta belum mampu menurunkan kredit bermasalah selama 3 triwulan tahun 2014, serta mampu melakukan perbaikan pada periode triwulan terakhir 2014. PT. BPR Nguter Surakarta dalam menurunkan kredit bermasalah, adalah nasabah diberi jangka waktu selama 1 bulan untuk melunasi hutangnya dan apabila tidak dapat melunasi, maka PT. BPR Nguter Surakarta melakukan 3 langkah (melakukan Peringatan tertulis pada nasabah 1-3x, mendatangi debitur bersama tim-tim, debitur akan dibawa ke hukum) tersebut PT. BPR Nguter Surakarta mampu menurunkan terjadinya kredit bermasalah.
79
3. Kolektibility kredit Kolektibility kredit merupakan pengelompokan kredit yang terdiri dari kredit lancar, kredit kurang lancar, kredit diragukan, kredit macet. Pengelompokan kredit lancar adalah kredit yang selalu tepat waktu dalam melunasi hutangnya (1-3 bulan), kredit kurang lancar adalah kredit yang telat membayar kewajibannya antara (4-6 bulan), kredit diragukan adalah kredit yang telat melunasi kewajibannya antara (7-12 bulan), kredit macet adalah tunggakan 12 bulan lebih tidak melunasi hutangnya. Berdasarkan hasil penelitian dapat diketahui Prosentase kolektibility PT. BPR Nguter Surakarta Tahun 2014 triwulan 1 sampai triwulan 3 mengalami penurunan kredit lancar dari triwulan 1 (satu) sebesar 96,64%, triwulan 2 (dua) sebesar 94,16%, triwulan 3 (tiga) sebesar 90,92% dan mengalami kenaikan ditriwulan 4 (empat) sebesar 91,03%. Hal tersebut berkebalikan dengan prosentase kredit macet yang mengalami kenaikan setiap periode triwulan 1 (satu) sampai triwulan 3 (tiga) yaitu triwulan 1 sebesar 1,74%, triwulan 2 sebesar 2,80%, triwulan 3 sebesar 3,19% dan mengalami penurunan di periode triwulan ke-4 (empat) sebesar 2,77%. Hal ini menunjukkan adanya perbaikan manajemen kredit di PT. BPR Nguter Surakarta. Strategi analisa triwulan adalah untuk mengevaluasi lebih dini penyebab-penyebab yang mengakibatkan terjadinya kredit bermasalah semakin meningkat sehingga permasalahan tersebut dapat segera dilakukan tindakan perbaikan.
KESIMPULAN Berdasarkan hasil penelitian dan analisis dalam penelitian ini dapat ditarik kesimpulan bahwa manajemen kredit yang diterapkan PT. BPR Nguter Surakarta belum efektif dan belum mampu untuk menurunkan terjadinya kredit bermasalah hal tersebut dapat diketahui dari prosentase kolektibility kredit pada tahun 2014 kredit bermasalah tiap periode
80
triwulan mengalami kenaikan dari triwulan 1 (Januari, Februari, Maret) sebesar 3,36%, triwulan ke 2 (April, Mei, Juni) kenaikan sebesar 5,84%, triwulan 3 (Juli, Agustus, September) kenaikan sebesar 9,68%, dan di triwulan 4 (Oktokber, November, Desember) mengalami penurunan sebesar 8,97%.
SARAN Saran yang dapat direkomendasikan terkait dengan pembahasan dalam penelitian ini diantaranya adalah : 1) Keadaan dan perkembangan debitur harus selalu diikuti terus menerus mulai kredit diberikan sampai kredit tersebut lunas. 2) Selain 5C sebaiknya juga menerapkan contrains yaitu keterbatasan atau hambatan yang tidak memungkinkan kredit diberikan serta resiko mayor yang akan terjadi terhadap nasabah. Meningkatan pengawasan kepada nasabah. 3) Meningkatkan pengawasan terhadap karyawan yang terlibat dalam melaksanakan tugas pemberian dan pengelolaan kredit. 4) Setiap prosedur wajib mengikuti SOP yang ada.
REFERENSI Arthesa, Ade dan Edia Hardiman, 2006. Bank & Lembaga Keuangan Bukan Bank. PT Indeks, Jakarta. Firdaus, Rachmat dan Maya Ariayanti, 2009. Manajemen Perkreditan Bank Umum , Penerbit ALFABETA, Bandung. Kasmir, 2000. Manajemen Perbankan, Penerbit PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta. 2002. Dasar-Dasar Perkreditan. PT. RadjaGrafindo. Jakarta 2002. Bank & Lembaga Keuangan Lainnya, Edisi keenam, Penerbit Rajawali Pers, Jakarta. .
81